73
BAB II ISI A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN HIDUP 1. Alat Produktif Mata pencarian hidup orang Sulawesi Selatan adalah bertani bagi yang berdiam di pedalaman dan daerah pegunungan dan berlayar atau menangkap ikan dengan berperahu bagi yang berdiam di daerah-daerah pesisir/pantai. peralatan-peralatan untuk melaksanakan mata pencarian hidup dalam dua lapangan ini,menjadi benda-benda kebudayaan yang sangat penting dikalangan orang Bugis-Makassar. A. Alat-alat pencaharian di laut/air. seperti perahu untuk pengangkutan barang-barang niaga dan alat-alat penangkap ikan, sebagai nelayan, dapat disebutkan antara lain jenis-jenisnya sebagai berikut:

Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

  • Upload
    vandien

  • View
    287

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

BAB II

ISI

A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN HIDUP

1. Alat Produktif

Mata pencarian hidup orang Sulawesi Selatan adalah bertani bagi yang berdiam di

pedalaman dan daerah pegunungan dan berlayar atau menangkap ikan dengan

berperahu bagi yang berdiam di daerah-daerah pesisir/pantai. peralatan-peralatan

untuk melaksanakan mata pencarian hidup dalam dua lapangan ini,menjadi benda-

benda kebudayaan yang sangat penting dikalangan orang Bugis-Makassar.

A. Alat-alat pencaharian di laut/air. seperti perahu untuk pengangkutan barang-

barang niaga dan alat-alat penangkap ikan, sebagai nelayan, dapat disebutkan

antara lain jenis-jenisnya sebagai berikut:

Gambar 2.1 Perahu Pinisi

a. Penisi/Pinisi, Adalah jenis perahu dagang Bugis-Makassar dalam ukuran besar

(20 sampai 100 ton). Jenis perahu ini mengarungi laut-laut besar dalam abad-

abad lalu menghubungkan Makassar dengan kepulauan Nusantara baik di Timur

maupun di Barat. Jenis perahu ini mempunyai dua tiang agung dengan layar

berlapis-lapis di bagian depan, pada dua tiang agung, ditambah dua buah layar

kecil pada masing-masing puncak tiang agung. Kemudian yang terpasang di

belakang ada dua buah. Dahulu kala perahu jenis ini dipakai juga oleh armada-

Page 2: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

armada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang

dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena

untuk penyerangan dan peperangan di laut dipergunakan jenis lain yang lebih

lincah dan lebih cepat. Penisi, selaku perahu niaga, dipimpin oleh seorang

Ana'koda (nakhoda), juru mudi, juru batu dan awak perahu lainnya yang disebut

sawi. Perahu dagang jenis penisi, sampai sekarang masih dipergunakan untuk

pelayaran niaga interinsuler yang dapat dijumpai di semua pelabuhan di negeri

kita.

Gambar 2.2 Perahu Lambo

b. Lambo' (Palari), Adalah jenis perahu dagang Bugis-Makassar dalam ukuran

lebih kecil dari pinisi (10 sampai 50 ton). Sama halnya dengan pinisi, jenis ini

pun dapat mengarungi laut yang jauh-jauh untuk mengangkut barang-barang

niaga antarpulau. Bedanya dengan pinisi, lambo' palari, hanya mempunyai satu

tiang agung, dengan layar berlapis-lapis dibagian depan, layar utama dan layar

tambahan di puncak tiang agung.

Page 3: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.3 Perahu soppe

c. Soppe', Adalah juga jenis perahu dagang orang bugis makassar, dalam ukuran

kecil (1 sampai dengan 10 ton) dipergunakan untuk angkutan barang-barang

dagangan antar pulau sekitar pantai-pantai Sulawesi Selatan. Juga biasa

dipergunakan untuk mengangkut penumpang antarpulau.

B. Alat-alat pertanian

Alat-alat pertanian orang Bugis-Makassar, khususnya untuk pengolahan tanah

persawahan (padi) dipergunakan alat-alat yang pada umumnya sama dengan

alat-alat pertanian daerah-daerah lain di Indonesia seperti :

Gambar 2.4 Alat Bajak Sawah

Page 4: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

a. Alat utama pada pembajakan sawah dipergunakan lukuh, (sakkala, pajjeko)

yang ditarik oleh kerbau. Sistem pengairan pun dikenal, walaupun masih

lebih dari separuh tanah persawahan di Sulawesi Selatan belum

mempergunakan pengairan teknis. Disamping mempergunakan lukuh atau

bajak, dibeberapa tempat tanah sawah yang berair itu untuk menjadikannya

baik bila ditanami padi, maka ke dalam petak-petak sawah dikerahkan

kerbau untuk menginjak-injaknya. setelah tanah menjadi lembut berlumpur,

maka dilakukanlah pembersihan kemudian ditanami.

Gambar 2.5 Pacul Dan Linggis

b. Pacul dan linggis juga dikenal sebagai alat-alat pertanian di Sulawesi

Selatan. Pada tanah-tanah tegalan untuk membongkar tanah dipergunakan

linggis kemudian menggemburkannya dengan pacul. Tanah demikian

ditanami jagung atau palawija.

2. Senjata Tradisional

Gambar 2.6 Senjata Badik/Kawali

Page 5: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

1. Badik yang berasal dari Makassar, Bugis, atau Patani masing-masing memiliki

bentuk dan sebutan yang berbeda yang menunjukkan perbedaan jenis badik di

setiap daerah tersebut. Di Makassar, badik dikenal dengan nama badik sari

yang memiliki kale (bilah) yang pipih, batang (perut) buncit dan tajam serta

cappa’ (ujung) yang runcing. Badik sari ini terdiri dari bagian pangulu (gagang

badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Sementara itu,

badik Bugis disebut kawali, seperti kawali raja (Bone) dan kawali rangkong

(Luwu). Kawali Bone terdiri dari bessi (bilah) yang pipih, bagian ujung agak

melebar serta runcing. Sedangkan kawali Luwu terdiri dari bessi yang pipih

dan berbentuk lurus. Kawali memiliki bagian-bagian: pangulu (ulu), bessi

(bilah) dan wanoa (sarung).

Pada umumnya, badik digunakan untuk membela diri dalam mempertahankan

harga diri seseorang atau keluarga. Hal ini didasarkan pada budaya sirri’

dengan makna untuk mempertahankan martabat suatu keluarga. Konsep sirri

ini sudah menyatu dalam tingkah laku, sistem sosial budaya dan cara berpikir

masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan. Selain itu, ada

pula badik yang berfungsi sebagai benda pusaka, seperti badik saroso, yang

memiliki nilai sejarah. Ada juga sebagian orang yang meyakini bahwa badik

berguna sebagai azimat yang berpengaruh pada nilai baik dan buruk

Gambar 2.7 Senjata Madakapeng Tungke

Page 6: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

2. Madakapeng Tungke adalah : salah satu hasil karya panre baitullah, konon

badik ini pada saat penyepuhan di jepit pada ‘kemaluan’wanita, sehingga

dipercaya tidak ada orang kebal ketika berhadapan dengan badik ini

Gambar 2.8 Lagecong

3. Lagecong ada dua versi , yang pertama Gecong di ambil nama dari nama sang

pandre (empu) yang bernama la gecong, yang kedua diambil dari bahasa bugis

gecong atau geco, yang bisa diartikan sekali geco (sentuh) langsung mati,

sampai saat ini banyak yang percaya kalau gecong yang asli adalah gecong

yang terbuat dari daun nipah serta terapung di air dan melawan arus, wallahu

alam, panjang gecong biasanya sejengkalan orang dewasa, pamor lonjo,

bentuknya lebih pipih,tipis tapi kuat Pakaian Adat.

Page 7: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

3. Pakaian Adat

1. Pakaian Adat Pernikahan

Gambar 2.9 Pakaian Adat Pernikahan

a. Pengantin Wanita

Busana pengantin menjadi simbol budaya yang dimiliki suatu daerah.

Demikian pula dengan busana pengantin Bugis – Makassar. Pengantin wanita

mengenakan busana yang disebut Baju Bodo yang berarti tanpa lengan,

dipadu dengan warna keemasan dari hiasan yang terbuat dari lempengan

berwarna emas. Lempengan emas tersebut dipasang sepanjang pinggiran

bagian bawah dan atas busana. Terkesan mewah dan elegan. Di bagian

bawah, pengantin wanita mengenakan sarung bermotif berhiaskan payet dan

lempengan emas. Tampilan busana semakin mewah dengan kehadiran

perhiasan seperti gelang dan kalung. Di masa lalu, perhiasan tersebut

biasanya terbuat dari emas murni atau perak yang menunjukkan status sosial

si pemakainya. Perhiasan seperti kalung berantai, kalung rantekote, kalung

besar. Sedangkan di tangan juga dpenuhi dengan beragam perhiasan seperti

gelang keroncong bersusun atau biasa disebut bossa, perhiasan lengan atas

(lola), perhiasan lengan bawah (paturu), perhiasan lengan baju sima-sima.

Page 8: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Pada bahu sebelah kiri diselempangkan selendang berwarna keemasan dan

dipindahkan ke bahu sebelah kanan jika selesai akad nikah.

b. Pengantin Pria

Busana pengantin pria tak kalah elegan dan mewah dengan busana pengantin

wanita. Pengantin pria mengenakan belladada atau serupa dengan jas

berkerah yang dipadu dengan sarung bermotif (tope) dan warna yang sama

dengan yang dikenakan pengantin wanita. Busana ini dipadu dengan

perhiasan keemasan seperti gelang, rante sembang, salempang, kalung, sapu

tangan (passapu ambara), dan keris berbentuk ular naga. Keris yang biasa

digunakan oleh kalangan bangsawan adalah keris dengan kepala dan sarung

terbuat dari emas yang biasa disebut pasattimpo atau tatarapeng.

c. Tata rias yang digunakan

1. Pengantin Wanita

Tata rias pengantin Bugis-Makassar tergolong unik. Pengantin wanita

mengenakan sanggul yang bentuknya berdiri tegak di belakang kepala,

biasa dikenal dengan nama Simpolong Teppong. Sanggul tersebut dipadu

dengan berbagai aksesoris rambut berupa Pinang Goyang (mirip dengan

kembang goyang), Bunga Sibali dan Bunga Simpolong, Mahkota Saloko

(mirip dengan bando yang diletakan di bagian atas kepala). Selain itu,

tatanan rambut pengantin wanita Bugis-Makassar menggunakan hiasan

hitam pada dahi (mirip dengan paes pengantin Jawa) yang disebut Dadesa.

Selain Dadesa, pengantin wanita juga mengenakan anting yang disebut

Bangkara. Semua terkesan mewah dan elegan. Apalagi umumnya

perhiasan yang dikenakan terbuat dari emas.

2. Pengantin Pria :

Untuk pengantin pria, penggunaan Sigarak (penutup kepala) merupakan

sebuah kewajiban. Di bagian depan Sigarak terdapat sebuah hiasan yang

bentuknya mirip dengan kembang goyang. Perhiasan yang hadir hanyalah

Kalung Rante.

Page 9: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

2. Pakaian Adat

Gambar 2.10 Pakaian Adat Bugis

Corak kain sarung Bugis ada beberapa macam, di antaranya adalah corak

kotak-kotak kecil yang disebut balo renni. Sementara itu, corak kotak-kotak

besar seperti kain tartan Skotlandia, diberi nama balo lobang. Selain corak

kotak-kotak, terdapat pula corak zig-zag yang diberi nama corak bombang.

Corak ini menggambarkan gelombang lautan. Pola zig-zag ini dapat

diterapkan di seluruh permukaan sarung atau di bagian kepala sarung saja,

adapun bagian kepala sarung justru terletak di area tengah sarung, dan sering

juga corak bombang ini digabungkan dengan corak kotak-kotak.

Selain corak-corak tersebut, ada pula pola kembang besar yang disebut sarung

Samarinda. Meskipun Samarinda berada di Kalimantan Timur, rupanya,

kebudayaan menenun sarung di Samarinda, dibawa oleh masyarakat Bugis

yang mencari suaka ke Kerajaan Kutai Kartanegara akibat perjanjian Bungaja

antara Kerajaan Gowa dan Belanda sekitar abad ke-16. Dan orang Bugis

pendatang itulah yang mengembangkan corak asli tenun Bugis, menjadi tenun

Samarinda, yang kemudian malah memperkaya seni kain tradisional Bugis.

Page 10: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

4. Wadah

Gambar 2.11 Wadah Air Gumbang,Bempa dan busu

a. Gumbang

Gumbang dibuat dari bahan Batu Padat (Bugis : Batu Bulu) atau batuan sungai

/ kali (Bugis : Batu Salo), melalui proses pemahatan yang memakan waktu dan

tenaga. Bukan hanya saat membuatnya, untuk menemukan bahan bakunya saja

butuh waktu dan tenaga. Jika menggunakan bahan batu padat, maka para

pallangro batu (perajin/pemahat batu) akan mencarinya dipunggung-punggung

bukit. Tempat penggalian ini, disebut Abbatung (Tambang Batu).

Jika dengan batu kali, maka biasanya tidak dipotong lagi berbentuk kotak.

Tapi utuh, langsung diangkat. Batu terpilih tadi selanjutnya dipotong sesuai

dengan ukuran yang dibutuhkan. Rata-rata berukuran 100 Cm x 80 Cm. Kotak

batu ini selanjutnya dipikul oleh beberapa orang menuju tempat para perajin

pahat batu. Setelah melewati proses pemahatan yang rumit, lalu Gumbang

berbentuk tabung dengan tinggi sekitar 80 Cm daeng diameter sekitar 60 Cm

pada bagian bawah dan 50 Cm pada mulut gumbang tadi.

Angka-angka tadi memiliki makna filosofis, 80 dengan angka pokok 8 dalam

bahasa Bugis disebut Aruwa. Sebuah kata yang memiliki kesamaan bunyi

dengan kata Ruwaa (Ramai). Angka 6 pada angka 60, berfilosofi dengan kata

Page 11: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Manenneng (Sedih), sementara angka 5 pada angka 50 berfilosofi dengan kata

Lima (Tangan). Secara utuh, dalam filosofi ini terangkum dalam bahasa Bugis

yang berbunyi. “ Ruwa-ruwasi lise gumbangmu, anengnengko narekko dee

maratte limai lise’na.artinya: Penuhilah Gumbang-mu dengan air, bersedihlah

jika tanganmu tak lagi mampu menggapai permukaan airnya.

Dalam kesehariannya, gumbang ini dipakai untuk menampung air yang akan

digunakan untuk keperluan Mandi, Cuci dan Kakus. Saat anda melakukan

kegiatan tersebut tadi ,lalu anda harus melakukannya dengan posisi jongkok

disamping gumbang tadi. Runyamnya, saat persediaan air dalam gumbang tadi

menipis dengan tangan anda (dengan bantuan gayung),Jika tak mampu lagi

menimba airnya, anda harus berdiri atau setengahberdiri untuk mengambil air.

Disebut gumbang karena bentuknya yang menggembung pada bagian

pertunya. Ibarat perut manusia yang buncit begitulah rupa badan gumbang ini.

Perut buncit dalam bahasa Bugis adalah Maggumbang Babuana. Jadi buncit

sama dengan gumbang

b. Bempa dan Busu

Untuk menyimpan air sebagai bahan baku memasak, masyarakat suku bugis

menggunakan Bempa. Sedangkan untuk menyimpan air minum yang telah

direbus,dipergunakanlah Busu. Meski ada yang terbuat dari bahan batu padat

atau batu kali, kebanyak Bempa dan Busu berupa hasil kerajinan tangan

berbahan tanahliat. Meski memiliki ukuran yang sama dengan Gumbang.

Bempa dapat dikenali dari bentuknya yang lebih langsing, tapi tidak merit.

Silinder serupa tabung dengan mulut lebih kecil. Sementara Busu, ukurannya

jauh lebih kecil, tak lebih dari tellu jakka x tellu jakka (Jangka) tangan dewasa.

Bentuk serupa dengan Gumbang,dengan perut buncitnya.Jika bertamu

kerumah karib kerabat, saya dapat membedakan mana air yang berasal dari

Busu atau berasal dari wadah ember apalagi dari galon. Air minum dari busu

akan terasa segar dengan hawa dingin yang unik.

Berbeda dengan rasa dingin dari lemari pendingin.Pernahkah anda disuguhi air

minum berwarna semburat merah, tapi tak menyertakan rasa manis ataupun

pahit. Inilah yang disebut wai seppang, sesungguhnya ia adalah air minum

biasa yang dipewarna, hasil dari penguraian warna alami yang terkadung

dalam aju seppang (Kayu Secang / Latin : Sappan lignum). Cara membuatnya

Page 12: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

mudah, serpihan-serpihan aju seppang cukup dimasukkan dalam busu, biarkan

ia disana sepanjang waktu. Kandungan warna alami pada sekerat aju seppang

seberat 1 ons, akan mampu mewarnai 10 liter air minum. Bila anda sedang di

kota Yogyakarta atau Solo, carilah minuman Wedang Uwuh, didalamnya ada

aroma dan warna aju seppang tadi.

c. Si Labu Pahit

wadah untuk membawa air wudhu yang terbuat dari Kaddaro Bila (Pohon

Maja / Latin : Aegle marmelo). Atau yang terbuat dari Buah Lawo Pai’ (Labu

Pahit/Latin), di Tanah Bugis disebut Tarompang. Masih adalagi Bira’ Awo,

wadah yang dari bambu.Kaddaro Bila.

Membuat kaddaro bila sangatlah sulit dan memakan waktu setidaknya 1 Bulan.

Dimulai dengan memilih buah maja yang sudah tua, dengan batok yang keras

dan mengeluar bunyi nyaring bila diketuk. Buah maja selanjut diberi 4 lubang

pada bagian atas. Dua lubang berdiameter 3-4 Cm dibuat sejajar. Lubang

sebagai lubang saluran memasukkan air, satu lubang lagi untuk jalur keluarnya

udara, yang tertekan akibat tekanan massa air yang masuk. Dua lubang lainnya

dengan diameter 0,5 cm dibuat berjajar pula tepat diatas 2 lubang besar tadi.

Berfungsi sebagai lubang untuk memasukkan tali pengait bagi wadah air ini

ketika dijinjing atau dipikul. Ingat, lubang ini harus dibuat tepat ditengah dan

presisi. Jika tidak, dipastikan air anda akan terbuang akibat guncangan saat

dijinjing atau dipikul.Setelah lubang dibuat, selanjutnya isi dari buah maja tadi

dikeluarkan semua dengan cara dikerok, lalu dibersihkan. Batok buah maja tadi,

kemudian di keringkan, bukan dijemur dibawah terik matahari. Agar lebih awet

dan tidak gampang pecah. Setelah kering, sebelum digunakan batok tadi

dipendam dilumpur sawah, setidaknya 5 – 7 hari.

Page 13: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

4. Makanan Dan Minuman

1. Makanan

Gambar 2.12 Makanan Coto Makasar

a. Coto Makassar atau Coto Mangkasara adalah makanan tradisional

Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari jeroan (isi perut) sapi

yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur daging

sapi ini kemudian diiris-iris lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik

secara khusus. Coto dihidangkan dalam mangkuk dan dimakan dengan

ketupat dan "burasa". Saat ini Coto Mangkasara sudah menyebar ke

berbagai daerah di Indonesia, mulai di warung pinggir jalan hingga

restoran. Dan direncanakan mulai bulan November 2008 Coto Makassar

akan menjadi salah satu menu pada penerbangan domestik Garuda

Indonesia dari dan ke Makassar. Makanan ini mirip dengan sop sodara.

Page 14: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.13 Makanan Pallubasa

b. Pallubasa adalah makanan tradisional Makassar, Sulawesi Selatan. Seperti

Coto Mangkasara (Coto Makassar), Pallubasa juga terbuat dari jeroan (isi

dalam perut) sapi atau kerbau. Proses memasak pun hampir sama dengan

Coto Makassar, yakni jeroan direbus dalam saktu lama. Setelah matang,

jeroan ditambah dengan daging itu diiris-iris, kemudian

ditaruh/dihidangkan dalam mangkuk.Yang membedakan dengan Coto

Makassar adalah bumbunya yang diracik khusus. Kemudian kalau Coto

Makassar dimakan bersama ketupat, sementara Pallubasa dimakan

bersama nasi putih.

Page 15: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.14 Makanan Pisang Epe

c. Pisang Epe adalah Menu makanan yang terbuat dari pisang kepok yang

masih mengkal,di panggang sejenak dan di sajikan dengan siraman cairan

gula merah,dan sedikit taburan kelapa atau kacang tumbuk ini, dapat anda

jumpai di beberapa café seperti Café Gigi atau di sepanjang pinggiran

pantai Losari. Jajanan ini memang cocok disantap sambil menikmati

indahnya sunset di Pantai Losari, makanya tempat ini selalu ramai di

kunjungi oleh muda-mudi.

Page 16: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.15 Makanan Kanro

d. Kanro adalah masakan khas daerah yang disajikan berupa sop berkuah

maupun dibakar dengan bahan-bahan dasar seperti tulang rusuk sapi atau

kerbau, dimasak/dibakar dengan bumbu ketumbar, jintan, sereh, kaloa,

bawang merah, bawang putih, garam, vitsin yang sudah dihaluskan. Sop

Konro pada umumnya disajikan/dimakan bersama nasi putih dan sambal.

Gambar 2.16 Makanan Songkolo

e. Songkolo adalah makanan yang terbuat dari beras ketan yang dikukus.

Beras ketan bisa yang hitam atau yang biasa atau putih, tergantung

selera. Penganan Songkolo, bisa dimasak bersama santan.

Di beberapa daerah di Sulawesi Selatan, penyajian Songkolo bisa

berbeda, ada yang toping kelapanya segar berwarna putih, ada yang

kelapanya sudah di sangrai seperti serundeng ada juga yang penyajiannya

Page 17: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

memakai santan kental yang sudah didihkan dan menjadi sari pati . Atau

gula merah kental campur kuning telur yang disebut Palopo.

Gambar 2.17 Makanan Barongko

f. Barongko adalah makanan penutup khas daerah Bugis Makassar yang

dibuat dari buah Pisang Kepok matang yang dikukus dengan daun pisang.

Dahulu paada masa pemerintahan kerajaan di Sulawesi Selatan,

Barongko merupakan makanan penutup yang mewah, dan hanya

disajikan untuk Raja-raja, dan disajikan pada moment-moment tertentu,

seperti acara perkawinan, ulang tahun, dan lain. lain. Untuk menambah

cita rasa dan selera, bahan dasar Barongko biasanya ditambah dengan

irisan buah Nangka atau Kelapa muda.

Page 18: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.18 Makanan Bebek Cincang Bumbu Pedas

g. Bebek Cincang Bumbu Pedas

Nasu Palakko’, masakan khas bugis, kususnya di daerah Sidrap dan

Pinrang, Sulawesi Selatan. Penggemar bebek pasti akan menyukai

masakan ini. Daging bebeknya empuk, tidak amis dan kaya bumbu. Yang

istimewa lagi dari bebek ini adalah, rasanya yang luar biasa pedas.

Bebek yang dimasak bumbu pedas ini, dipotong kecil-kecil, isinya terdiri

dari leher, kepala dan jeroan bebek. Kaya bumbu khas bugis, super pedas,

lebih pedas dari bebek goreng yang ada di Bukan Bebek Biasa.

Makan Bebek ini kepala rasanya berasap, keringat bercucuran dan mata

memerah. Sebagai penawar pedas, siapkan Pisang Belanda yang manis

meresap.

Page 19: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

2. Minuman

Gambar 2.19 Minuman Es Pisang Ijo

a. Es pisang ijo

adalah hidangan khas dari Ujung Pandang, hidangan ini paling enak jika

dinikmati pada saat cuaca panas. Es pisang ijo terbuat dari pisang raja atau

kepok, dibungkus dengan tepung terigu yang sudah diberi santan dan air

daun pandan atau pasta pandan sebagai pewarna dan pengharum sehingga

berwarna hijau, disajikan dengan saus yang diberi es serut, kacang

goreng/sangrai yang ditumbuk kasar  dan sirup. Jadi kata ijo itu bukan

menunjukkan bahwa jajanan ini terbuat dari pisang hijau tetapi dari

tepung pembungkusnya yang berwarna hijau dari daun pandan.

Page 20: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.20 Minuman Ballo/Alkohol

b. Ballo (Minuman Alkohol)

Jenis minuman permentasi beralkohol ditemukan hampir di berbagai

daerah dengan nama yang berbeda. Di Maluku dikenal dengan nama Sofi,

Ciu di Jawa Tengah sedang di Sulawesi Selatan dalam bentuk Tuak yang

akrab dikenal dengan nama Ballo’.Minuman keras tradisional Bugis

Makassar bentuk Tuak yang dikenal dengan nama Ballo ini terdiri dari

beberapa macam bahan sesuai dengan jenis pohonnya yaitu Palem, Nipa

dan Tala / Lontara. Jenis pohon yang menjadi bahan bakunya ditanam

sesuai dengan kondisi setempat antara lain Pohon Palem banyak tumbuh

di wilayah yang dekat dengan perairan sungai dan pegunungan. Pohon

Nipa sebagian besar ditemukan di wilayah pesisir pantai dan Pohon

Lontara banyak ditemukan didaerah dataran tanah kering batuan.

Produksi paling populer dari pohon-pohon palem hasil penyadapannya

sebenarnya untuk Gula Merah. Jenis pohon ini dapat dengan mudah

ditemukan hampir ditemukan disetiap wilayah utara wilayah Toraja.

Sementara pohon Tala yang dikenal sebagai pohon Lontara lebih banyak

ditemukan di seluruh wilayah Gowa dan bagian wilayah selatan.

Page 21: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Di Tana Toraja, minuman permentasi tradisional ini telah menjadi

minuman standar, terutama untuk pelengkap di tengah acara besar.  Ballo’

menjadi salah satu perioritas yang harus ada dalam ritual tradisional

budaya Tana Toraja yang dalam bahasa Toraja disebut’ inruk ‘. Dalam

ritual tradisional atau adat pesta Toraja, ‘Ballo selalu ada, baik sebagai

kelengkapan upacara, serta minuman untuk para tamu. Masyarakat yang

tinggal di pegunungan ini memiliki sudut pandang lain tentang ‘Ballo.

Minum ‘Ballo, dijadikan sebagai media menghangatkan tubuh dalam

udara dingin selain itu diyakini pula dapat menambah energi.

Pohon Lontar pun menjadi tanaman khas Gowa, Pohon Lontar kemudian

digunakan sebagai simbol maskulinitas bagi pria. Hampir seluruh bagian

pohon ini berguna untuk kehidupan manusia. Misalnya, batang yang

digunakan sebagai tiang rumah atau bidang bajak. Sementara seratnya

dibuat topi atau anyaman lainnya. Buahnya bisa dimakan langsung dan

dapat digunakan sebagai makanan ringan. Selain itu buah Tala dapat

diolah menjadi gula dan dari fermentasi minuman buah Tala itulah

kemudian muncul racikan permentasi tradisional Makassar yang disebut

“Ballo”. Ballo ini berupa tuak yang diyakini adalah jenis minuman yang

dapat memaksimalkan energi untuk bekerja dan beraktifitas.

Page 22: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.21 Minuman Es Pallubutung

c. Es Pallubutung adalah Paduan Pisang Raja dan Kuah putih makanan

penutup sangat populer dari Makassar, Sulawesi Selatan. Es ini biasa

tersaji di warung-warung atau rumah makan yang menu utamanya Coto

Makassar, karena memang dua hidangan berasal dari daerah yang sama.

Page 23: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

6. Alat Transportasi

Gambar 2.22 Perahu Pinisi

1. Perahu Penisi/Pinisi, Adalah jenis perahu dagang Bugis-Makassar dalam ukuran besar (20 sampai

100 ton). Jenis perahu ini mengarungi laut-laut besar dalam abad-abad lalu

menghubungkan Makassar dengan kepulauan Nusantara baik di Timur

maupun di Barat. Jenis perahu ini mempunyai dua tiang agung dengan layar

berlapis-lapis di bagian depan, pada dua tiang agung, ditambah dua buah

layar kecil pada masing-masing puncak tiang agung. Kemudian yang

terpasang di belakang ada dua buah. Dahulu kala perahu jenis ini dipakai

juga oleh armada-armada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut

tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan

untuk perang laut, karena untuk penyerangan dan peperangan di laut

dipergunakan jenis lain yang lebih lincah dan lebih cepat. Penisi, selaku

perahu niaga, dipimpin oleh seorang Ana'koda (nakhoda), juru mudi, juru

batu dan awak perahu lainnya yang disebut sawi. Perahu dagang jenis penisi,

sampai sekarang masih dipergunakan untuk pelayaran niaga interinsuler yang

dapat dijumpai di semua pelabuhan di negeri kita.

Page 24: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.23 Perahu Lambo (Palari)

2. Perahu Lambo' (Palari)

Adalah jenis perahu dagang Bugis-Makassar dalam ukuran lebih kecil dari

pinisi (10 sampai 50 ton). Sama halnya dengan pinisi, jenis ini pun dapat

mengarungi laut yang jauh-jauh untuk mengangkut barang-barang niaga

antarpulau. Bedanya dengan pinisi, lambo' palari, hanya mempunyai satu

tiang agung, dengan layar berlapis-lapis dibagian depan, layar utama dan

layar tambahan di puncak tiang agung.

Page 25: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.24 Perahu soppe

3. Perahu Soppe',

Adalah juga jenis perahu dagang orang bugis makassar, dalam ukuran kecil

( 1 sampai dengan 10 ton) dipergunakan untuk angkutan barang-barang

dagangan antar pulau sekitar pantai-pantai Sulawesi Selatan. Juga biasa

dipergunakan untuk mengangkut penumpang antar pulau.

7. Rumah Adat

Gambar 2.25 Rumah Adat Suku Bugis

Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah

panggung dari suku yang lain ( Sumatera dan Kalimantan ). Bentuknya

Page 26: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan

utama dan bagian depan [ orang bugis menyebutnya lego – lego]. Karena

rumah suku bugis Berbentuk panggung maka terdiri atas tingkat atas, tengah,

dan bawah.Tingkat atas digunakan untuk menyimpan padi dan benda-

benda pusaka. Tingkat tengah, yang digunakan sebagai tempat tinggal,

terbagi atas ruang-ruang untuk menerima tamu, tidur,makan dan dapur.

Tingkat dasar yang berada di lantai bawah diggunakan untuk menyimpan

alat-alat pertanian, dan kandang ternak.Rumah tradisional bugis

dapat juga digolongkan berdasarkan status pemiliknya atau berdasarkan

pelapisan sosial yang berlaku.Berikut adalah bagian - bagiannya utamanya :

1. Tiang utama ( alliri ).Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya.

jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi pada

umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri.

2. Fadongko’, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di

setiap barisnya.

3. Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri

paling tengah tiap barisnya.

B. MATA PENCAHARIAN

Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka

kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata

pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat

Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

C. SISTEM KEKERABATAN DAN KEMASYARAKATAN

1. Sistem Kekerabatan

Di daerah Sulawesi Selatan sangat menonjol perasaan kekeluargaan. Hal ini

mungkin didasarkan pada anggapan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan berasal

dari satu rumpun. Raja-raja di Sulawesi Selatan telah saling terikat dalam

perkawinan, sehingga ikatan hubungan kekeluargaan semakin erat. Menurut Sure’

Lagaligo (catatan surat Lagaligo dari Luwu) bahwa keturunan raja berasal dari

Batara Guru yang kemudian beranak cucu. Keturunan Barata Guru kemudian

Page 27: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

tersebar ke daerah lain. Oleh karena itu perasaan kekeluargaan tumbuh dan

mengakar di kalangan raja di Sulawesi Selatan.

Dalam masyarakat Sulawesi Selatan ditemukan sistem kekerabatan. Sistem

kekerabatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keluarga inti atau keluarga batih. Keluarga ini merupakan yang terkecil. Dalam

bahasa Bugis keluarga ini dikenal dengan istilah Sianang , di Mandar Saruang

Moyang, di Makassar Sipa’anakang/sianakang, sedangkan orang Toraja

menyebutnya Sangrurangan. Keluarga ini biasanya terdiri atas bapak, ibu,

anak, saudara laki-laki bapak atau ibu yang belum kawin.

b. Sepupu, Kekerabatan ini terjadi karena hubungan darah. Hubungan darah

tersebut dilihat dari keturunan pihak ibu dan pihak bapak. Bagi orang Bugis

kekerabatan ini disebut dengan istilah Sompulolo, orang Makassar

mengistilkannya dengan Sipamanakang. Mandar Sangan dan Toraja

menyebutkan Sirampaenna. Kekerabatan tersebut biasanya terdiri atas dua

macam, yaitu sepupu dekat dan sepupu jauh. Yang tergolong sepupu dekat

adalah sepupu satu kali sampai dengan sepupu tiga kali, sedangkan yang

termasuk sepupu jauh adalah sepupu empat kali sampai lima kali.

c. Keturunan, Kekerabatan yang terjadi berdasarkan garis keturunan baik dari

garis ayah maupun garis ibu. Mereka itu biasanya menempati satu kampung.

Terkadang pula terdapat keluarga yang bertempat tinggal di daerah lain. Hal ini

bisanya disebabkan oleh karena mereka telah menjalin hubungan ikatan

perkawinan dengan seseorang yang bermukim di daerah tersebut. Bagi

masyarakat Bugis, kekerabatan ini disebut dengan Siwija orang Mandar Siwija,

Makassar menyebutnya dengan istilah Sibali dan Toraja Sangrara Buku.

d. Pertalian sepupu/persambungan keluarga, Kekerabatan ini muncul setelah

adanya hubungan kawin antara rumpun keluarga yang satu dengan yang lain.

Kedua rumpun keluarga tersebut biasanya tidak memiliki pertalian keluarga

sebelumnya. Keluraga kedua pihak tersebut sudah saling menganggap keluarga

sendiri. Orang-orang Bugis mengistilakan kekerabatan ini dengan Siteppang-

teppang, Makassar Sikalu-kaluki, Mandar Sisambung sangana dan Toraja

Sirampe-rampeang.

e. Sikampung, Sistem kekerabatan yang terbangun karena bermukim dalam satu

kampung, sekalipun dalam kelompok ini terdapat orang-orang yang sama

sekali tidak ada hubungan darahnya/keluarga. Perasaan akrab dan saling

Page 28: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

menganggap saudara/ keluarga muncul karena mereka sama-sama bermukim

dalam satu kampung. Biasanya jika mereka berada itu kebetulan berada di

perantauan, mereka saling topang-menopang, bantu-membantu dalam segala

hal karena mereka saling menganggap saudara senasib dan sepenaggungan.

Orang Bugis menyebut jenis kekerabatan ini dengan Sikampong, Makassar

Sambori, suku Mandar mengistilakan Sikkampung dan Toraja menyebutkan

Sangbanua.

Kesemua kekerabatan yang disebut di atas terjalin erat antar satu dengan yang lain.

Mereka merasa senasib dan sepenanggungan. Oleh karena jika seorang

membutuhkan yang lain, bantuan dan harapannya akan terpenuhi, bahkan mereka

bersedia untuk segalanya.

Dalam sistem perkawinan adat Bugis terdapat perkawinan ideal :

a. Assialang maolaIalah perkawinan antara saudara sepupu derajat kesatu, baik

dari pihak ayah maupun ibu.

b. assialanna memangialah perkawinan antara saudara sepupu derajat kedua, baik

dari pihak ayah maupun ibu.

c. ripaddeppe’ abelaeialah perkawinan antara saudara sepupu derajat ketiga, baik

dari pihak ayah maupun ibu atau masih mempunyai hubungan keluarga Adapun

perkawinan – perkawinan yang dilarang dan dianggap sumbang (salimara’):

1. perkawinan antara anak dengan ibu / ayah

2. perkawinan antara saudara sekandung

3. perkawinan antara menantu dan mertua

4. perkawinan antara paman / bibi dengan kemenakan

5. perkawinan antara kakek / nenek dengan cucu

2. Sistem Kemasyarakatan

a.Organisasi Pemberdayaan dan  Kemasyarakatan Tingkat Kelurahan

         1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPM) Kelurahan Kampung Bugis

2. TP-PKK Kelurahan Kampung Bugis

3. Karang Taruna ”Alam Bahari” Kelurahan Kampung Bugis

Page 29: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

       4. Lembaga Usaha Simpan Pinjam Masyarakat  mKelurahan Kampung Bugis.

         5. Forum Kemitraan Polisi Masyarakat  (FKPM) Kelurahan Kampung Bugis

         6. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) PNPM Mandiri Perkotaan

.

b.Organisasi Profesi :

         1. Persatuan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pelabuhan Buleleng

2. Kelompok nelayan ”Mina Bahari”Kelurahan kampung bugis 

3. Gabungan Kelompok Tani ”Gapoktan Bugis Indah” Kel.kampung Bugis.

   c.  Organisasi Keagamaan :

         1.  Kelompok Rukun Kematian (Fardlu Kipayah)

   d.   Organisasi Kesenian :

         1.  Seni Hadrah/Qosidah ”Nurul Muslimin” Kampung Bugis

         2.  Seni Barong Sai ”Bahana Surya Dharma”

 

     e. TITD

        1. Organisasi Olah Raga  :

         2.  Persatuan Bulutangkis ”YUS PUTRA” Kampung Bugis

        3. Persatuan Sepak Bola ”MKS” Singaraja        

4. Persatuan Tenis Meja (PTM) ”PANTURA” Kampung bugis.

D. BAHASA

Gambar 2.26 Bahasa Aksara Suku Bugis

Page 30: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Bahasa Bugis adalah bahasa yang digunakan etnik Bugis di Sulawesi Selatan, yang

tersebar di kabupaten sebahagian Kabupaten Maros, sebahagian Kabupaten Pangkep,

Kabupaten Barru, Kota Pare-pare, Kabupaten Pinrang, sebahagian kabupaten

Enrekang, sebahagian kabupaten Majene, Kabupaten Luwu, Kabupaten

Sidenrengrappang, Kabupaten Soppeng,Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone,

Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Bantaeng. Masyarakat

Bugis memiliki penulisan tradisional memakai aksara Lontara. Pada dasarnya, suku

kaum ini kebanyakannya beragama Islam Dari segi aspek budaya, suku kaum Bugis

menggunakan dialek sendiri dikenali sebagai ‘Bahasa Ugi’ dan mempunyai tulisan

huruf Bugis yang dipanggil ‘aksara’ Bugis. Aksara ini telah wujud sejak abad ke-12

lagi sewaktu melebarnya pengaruh Hindu di Kepulauan Indonesia.

E.KESENIAN DAN UPACARA ADAT

a) Kesenian

1. Sastra

Gambar 2.27 Legenda"I La Galigo"

a. Legenda"I La Galigo" Buang Sauh Di Makassar

Page 31: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Lakon I La Galigo buang sauh di Makassar. Sebagian orang Bugis

menyambutnya seperti menyambut pengembara yang baru pulang kampung.

Buat mereka, ini bukan sekadar soal pertunjukan, melainkan soal legenda

yang sempat memudar dalam ingatan.Puang Matoa Saidi duduk di panggung yang

hening.Tiba-tiba dari mulutnya keluar suara serupa mantra. Kisah I La Galigo pun

mengalir mulai turunnya Batara Guru dari langit ke bumi dan penciptaan seisi

dunia.Kemudian lahirlah Sawerigading dan saudara kembarnya (perempuan),We

Tenriabeng.Kisah berlanjut, Sawerigadingjatuh cinta kepada Tenriabeng.

Namun,cintanya tidak direstui semesta.Cucu Batara Guru itu lantas mengembara

ke langit, keliling dunia, hingga pammasareng (akhirat). Dia bersumpah

tidak akan kembali ke Luwu meski sumpah itu akhirnya ia langgar.Pementasan I La

Galigo dalam bentuk teater kontemporer itu tiba-tiba seperti memutar kembali ingatan

orang Bugis tentang legenda nenek moyangnya."Pementasan itu menyadarkan tentang

siapa kita sebenarnya,"ujar Riri Riza, sutradara film berdarah Bugis yang

menyaksikanpementasan teater I La Galigo, akhir April lalu di Benteng

Rotterdam,Makassar, Sulawesi Selatan."Pementasan ini menghadirkan kembali

kebanggaan kami sebagai keturunan Sawerigading meski kami tidak bisa menuturkan

legenda itu karena kami sudah lupa," kata Yayath Pangerang, tokoh masyarakat dari

Luwu Timur.Legenda I La Galigo memang seperti kisah asing di negerinya sendiri.

Tidak banyak yang memahaminya kecuali para peneliti danpembaca naskah tua

Bugis.Penjaga Toko Indonesia di Jalan Sombu Opu,Makassar, misalnya, gagap ketika

ditanya apa itu I La Galigo."Dia mungkin bangsawan," kata penjaga toko yang

satu."Bukan bangsawan. I La Galigo itu nama alat musik," timpal penjaga tokoh.

Begitulah kenyataannya. Karena itu, banyak orang berterima kasih

kepada Rhoda Grauer, Bali Purnati, dan Robert Wilson yang mengangkat

legenda I LaGaligo dalam pementasan teater kontemporer. Legenda itu

kemudian dibawa ke panggung teater prestisius di sejumlah negara.Terlepas dari

adanya sejumlah kritik, pementasan itu membuat legenda I

La Galigo dikenal luas di dunia.

Page 32: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

b.Legenda goa mampu

Gambar 2.28 Legenda Goa Mampu

Goa Mampu adalah gua terluas di Sulawesi Selatan, legenda gua Mampu ini jauhnya

kira-kira 140 km dari kota Makassar. dalam penambahan untuk stalagmites dan

stalagtites terdapat susunan batu yang mirip dengan sosok manusia dan binatang,

semuanya memiliki legenda yang nyata.

Gua yang terletak di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ini, tidak hanya sekedar gua.

Terlebih buat masyarakat di sekitar Gua Mampu, demikian nama gua ini. Gua

Mampu, sarat dengan cerita legenda yang begitu dipercaya. Gua Mampu yang luasnya

sekitar 2000 meter persegi, terletak di Desa Cabbeng, Kecamatan Dua Boccoe, yang

berjarak 34 kilometer dari Watampone, ibukota Kabupaten Bone.

Legenda Alleborenge Ri Mampu, yang berkembang seputar gua, diyakini secara

turun-temurun, sebagai suatu kebenaran. Konon, di Gua Mampu ini pernah berdiri

Kerajaan Mampu. Namun karena kutukan dewa, penghuni kerajaan ini, termasuk

binatang dan benda-benda lainnya berubah menjadi batu.

Bongkahan batu yang mirip manusia, binatang, dan lainnya, memang banyak ditemui

di dalam gua ini. Gambaran ini bak diorama kehidupan manusia di jaman dulu, di

masa-masa Kerajaan Mampu.

Page 33: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Legenda yang berkembang tentang Gua Mampu ini, juga ditemui dalam lontar Bugis

kuno, yang berkisah tentang perkampungan yang terkena kutukan sang dewata. Di

dalam Gua Mampu, juga ditemui stalagtit dan stalagmit yang menambah keindahan

interiornya.

Gua yang terbentuk dari proses alam, selama ratusan tahun ini, belum seluruhnya

berhasil ditelusuri. Bahkan belum separuhnya. Baru 700 dari 2000-an meter persegi

yang berhasil dilihat. Namun demikian, cerita legenda yang berkembang pada

masyarakat tentang Gua Mampu, telah membuat gua ini dikunjungi banyak orang.

Motivasinya macam-macam. ada yang sekedar melihat-lihat, ada pula yang mencari

berkah, yang rela bermalam di dalam gua. Para pengunjung, tidak bisa langsung

begitu saja memasuki gua. Mereka harus melengkapi dirinya dengan alat penerangan.

Sejumlah bocah kecil dengan obor bambu di tangan, telah siap mengantar pengunjung

menelusuri gua.

Bocah-bocah ini selain menyewakan obor bambunya, juga mampu menjadi pemandu

gua yang baik. Mereka paham cerita seputar gua, lengkap dengan bumbu-bumbunya.

Hari Minggu, dan hari besar keagamaan, menjadi hari-hari yang ditunggu anak-anak

ini.

Pada saat-saat itu pengunjungnya membludak, yang artinya mendatangkan rezeki

lebih banyak buat mereka. Selama 2 jam mendampingi pengunjung gua, biasanya

anak-anak kecil seperti ini, mendapat tips lima ribu rupiah.

Sayangnya, obor bambu yang banyak dipakai ini, asapnya menyisakan arang hitam

yang menempel di atap dan dinding gua. Sehingga kesan kotor, sulit dihindari.

Namun meski demikian, kawanan kalelawar yang bersarang di gua ini, masih setia

mendiami Gua Mampu. Bahkan kehadirannya yang telah puluhan tahun ini, mewarnai

Gua Mampu.

Kesakralan Gua Mampu, masih terjaga hingga kini. Tinggal bagaimana masyarakat

sekitar gua, menjaga cerita legenda yang menghiasi gua ini. (sumber: Teluk Bone).

Page 34: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

c.Dongeng I laurang

Gambar 2.29 Dongeng I laurang

Di kalangan masyarakat Bugis Sulawesi Selatan, Indonesia, beredar sebuah cerita

rakyat tentang seorang pemuda bernama I Laurang. I laurang dalam bahasa Bugis

terdiri dari tiga suku kata, yaitu I, la dan urang. I berarti si (menunjuk kepada

seseorang), la berarti dia laki-laki, dan urang berarti udang. Jadi, I laurang berarti si

laki-laki udang atau manusia udang. Dalam cerita itu, I Laurang dikisahkan menjadi

rebutan tujuh orang putri raja. Mengapa pemuda itu dinamakan I Laurang dan

menjadi rebutan para putri raja? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita I Laurang

berikut ini. Alkisah, di sebuah daerah di Sulawesi Selatan, Indonesia, ada sepasang

suami-istri yang sudah lama menikah, namun belum juga dikaruniai anak.

Mereka sangat menginginkan kehadiran seorang anak agar hidup mereka tidak

kesepian. Oleh karena itu, setiap malam mereka senantiasa berdoa kepada Tuhan.

Namun, hingga berusia paruh baya, mereka belum juga dikaruniai anak. Akhirnya,

mereka pun mulai putus asa. Pada suatu malam, kedua suami-istri itu berdoa kepada

Tuhan dengan berkata : “Ya Tuhan, karuniakanlah kepada kami seorang anak,

walaupun hanya berupa seekor udang!”Beberapa lama kemudian, sang Istri pun hamil

dan melahirkan. Namun, alangkah terkejutnya sang Istri saat melihat bayi yang keluar

dari rahimnya adalah seorang bayi laki-laki yang berbentuk dan berkulit udang. Ia

Page 35: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

dapat hidup di darat maupun dalam air. Oleh karena itu, ia diberi nama I Laurang

(Manusia Udang).

sekilas cerita I Laurang tai dari daerah Sulawesi Selatan, Indonesia. Cerita di atas

termasuk dongeng yang mengandung nilai-nilai moral. Salah satu nilai moral yang

dapat diambil dari cerita di atas adalah akibat yang ditimbulkan dari sifat iri hati dan

dengki. Sifat ini tergambar pada sikap dan perilaku keenam putri raja yang iri hati dan

dengki kepada adiknya dan mencoba untuk membunuhnya. Pelajaran yang dapat

diambil dari cerita ini adalah bahwa sifat iri hati dan dengki dapat menimbulkan

kebencian yang mengarah pada suatu tindakan kekerasan terhadap orang lain dan

bahkan terhadap keluarga sendiri.Dari cerita ini juga dapat diambil sebuah pelajaran

bahwa orang-orang yang teraniaya akan selalu dilindungi oleh Tuhan Yang

Mahakuasa. Sebaliknya, orang yang suka iri hati dan dengki akan dibenci oleh Tuhan.

Dikatakan dalam ungkapan Melayu: kalau suka dengki mendengki, orang muak

Tuhan pun benciPelajaran lain yang dapat dipetik dari cerita di atas bahwa jika kita

berdoa kepada Tuhan, hendaknya lebih berhati-hati. Di samping itu juga, sebaiknya

kita harus berlapang dada menerima semua pemberian Tuhan apapun bentuknya,

karena terkadang di balik pemberian itu terdapat sebuah hikmah yang bermanfaat

yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Page 36: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

2.Seni Rupa

 Gambar 2.30 Songket Makassar

a. Songket Makassar

Keberadaan kain songket menunjukan sebuah tingkat kebudayaan yang tinggi, sebab

dalam kain ini tersimpan berbagai hal seperti bahan yang digunakan, cara pengerjaan,

makna yang terkandung didalamnya sekaligus cara penggunaanya dan tingkatan

orang yang memakainya. motif untuk kain tenun ini memiliki berwarna-warni serta

benang berwarna keemasan sehingga menampilkan kemewahan. Rangkaian benang

yang tersusun dan teranyam rapih lewat pola simetris menunjukan bahwa kain ini

dibuat dengan keterampilan masyarakat yang memahami berbagai cara untuk

membuat kain bermutu yang sekaligus mampu menghias kain dengan beragam desain

Masyarakat Bugis Makassar dan Mandar, menggunakan peralatan tradisional mereka

secara turun temurun untuk memproduksi kain sutra mereka. Peralan tersebut mereka

buat sendiri dalam komunitas. Baik peralatan pemeliharaan ulat sutra, memintal

benang, pewarnaan benang, sampai pada peralan tenunan. Bahan-bahannya mereka

ambil dari alam yang ada disekitar mereka, seperti kayu dari berbagai jenis pohon,

bambu, buah-buahan dan daun-daunan yang digunakan sebagai bahan pewarna. 

Dalam waktu yang cukup lama masyarakat Nusantara khususnya yang ada di daerah

Bugis, Makassar dan Mandar tetap mempertahankan alat tenun tradisionl mereka.

Selajan dengan itu tenunan tradisional khususnya kain sutra terus diproduksi oleh

Page 37: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

masyarakat. Kegiatan menenun menjadi salah satu mata pencarian masyarakat

khususnya kaum perempuan di daerah-daerah Bugis, Makassar, dan Mandar. Kain

songket digunakan setiap upacara keagamaan, perkawinan, ataupun upacara adat

lainya dan tidak untuk dipakai untuk sehari-hari. Ini semua menandakan kalau kain

songket tidak bias dipakai sembarangan karena didalamnya menganung makna-makna

tertentu.

b.Miniatur

Gambar 2.31 Miniatur Perahu Pinisi

Pada Koleksi etnografi terdapat atas berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan

hidup, serta benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar,

Mandar, dan Toraja. Seperti Miniatur Perahu Phinisi yang terbuat dari Bahan kayu

dan kain, yang merupakan perahu khas Bugis Makassar. Berfungsi Sebagai alat

transportasi, sarana untuk penangkapan ikan di laut dan sebagai wisata bahari.

Page 38: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

c.Lukisan Perahu Phinisi

Gambar 2.32 Seni Rupa Pada Lukisan Perahu Pinisi

Pada Koleksi Seni Rupa terdapat lukisan Perahu Phinisi yang terbuat dari Bahan kain

kanvas dan cat minyak, lukisan tersebut menggambarkan perahu pinisi yang sedang

berlayar ditengah laut. Lukisan Petani Toraja yang mengunakan bahan dari kain

kanvas dan cat minyak, lukisan tersebut menggambarkan suasana alam dan petani

Toraja. Berfungsi sebagai hiasan dinding dan dilukis oleh seorang pelukis Belanda

bernama Bonnet.

d.Keramik

Gambar 2.33 Seni Rupa Pada Keramik

Pada Koleksi Keramologika terdapat keramik Eropa abad 19-20 yang terbuat dari

bahan porselin bentuk bundar dan berglasir. Memiliki ragam hias kaligrafi berwarna

hitam, tulisan menceritakan tentang Nabi Muhammad Ya Rahman , para sahabatnya

Page 39: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

dan malaikat antara lain: Abubakar, Mikhail, Umar, Israil, Usman, Israfil, Ali, Jibril.

Ada pula Keramik Jepang abad 17-19 yang terbuat dari bahan porselin berbentuk

bundar dan berglasir. Memiliki ragam hias bunga, pohon dan binatang laut

menyerupai siput berwarna biru dan merah. Berfungsi sebagai wadah makanan.

3. Musik

Gambar 2.34 Alat Musik Kecapi

1. Kecapi

Adalah alat musik petik tradisional Sulawesi selatan khususnya suku

bugis,bugis makasar dan bugis mandar. Menurut sejarah kecapi diciptakan

oleh seorang pelaut,sehingga bentuknya menyerupai perahu yang memiliki

dua dawai,diambil karena penemuannya dari tali layar perahu.biasanya

ditampilkan pada acara penjemputan para tamu,perkawinan,hajatan ,bahkan

hiburan ulang tahun.

Page 40: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.35Alat Musik Sinrili

2. Sinrili

Adalah alat musik yang mernyerupai biaola cuman kalau biola di mainkan

dengan membaringkan di pundak sedang singrili di mainkan dalam keedaan

pemain duduk dan alat diletakkan tegak di depan pemainnya.

Gambar 2.36 Alat Musik Gendang

3. Gendang

Adalah Musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar ya’ni bulat panjang

dan bundar seperti rebana

Page 41: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.37 Alat Musik Suling

4. Suling

a. Suling bambu/buluh,terdiri dari 3 jenis,yaitu :

b. Suling panjang (suling lampe),memiliki 5 lubang nada . suling jenis ini

telah punah

c. Suling calabai(suling ponco),sering dipadukan dengan piola(biola)kecapi

dan dimainkan bersama penyanyi

d. Suling dupa samping (music bamboo),music babu masih terpelihara di

daerah kecamatan Lembang.Biasanya digunakan pada acara karnaval

(baris-berbaris)atau acara penjemputan tamu

4.Tari

Gambar 2.38 Tari Pajoge Biasa

a.Tari Pajoge

Page 42: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Asal mulanya Pajoge, timbul semasa kerajaan Bone dahulu. Ada yang mengatakan

sejak abad ke VII, tetapi hal itu belum jelas, karena belum ada diketemukan tulisan-

tulisan yang dapat memberikan keterangan pasti tentang hal itu, tetapi yang jelas

bahwa raja Bone ke 31 Lapawawoi Karaeng Sigeri sangat gemar akan tari Pajoge dan

semua anaknya memelihara tari Pajoge.Jadi dengan demikian bahwa Pajoge lahir di

istana raja untuk menghibur raja dan keluarganya, juga untuk menghibur rakyat pada

pesta-pesta. Penari-penari pada umumnya diambil dari rakyat biasa saja. Perbedaan

dengan tari Pakarena dengan tari Pajoge yang biasa hidup diistana raja yang penari-

penarinya dipilih dari keturunan bangsawan atau anak anggota adat. Tetapi Pajoge

adalah merupakan tarian rakyat yang dipertontonkan pada pesta raja dan umum.

Tarian Sulawesi SelatanDemikian Pajoge berfungsi sebagai tarian hiburan, juga

merupakan alat penghubung antara raja dan rakyat, untuk mendekatkan hubungan

agar supaya rakyat tetap cinta kepada rajanya dan sebaliknya.Pajoge yang lahir di

istana raja itu penari-penarinya dipilih yang cantik-cantik saja serta mempunyai

kelebihan-kelebihan agar supaya dapat menarik perhatian para penonton, baik raja-

raja maupun rakyat dengan maksud disamping ia berfungsi sebagai hiburan juga dapat

menarik keuntungan atau hasil yang berupa materi, karena para penonton diberi

kesempatan untuk Mappasompe pada salah seorang Pajoge yang diingininya. Dan

telah menjadi ketentuan bahwa setiap laki-laki yang mau Mappasompe harus

menyediakan uang atau benda lain.

Macam-macam Tari Pajoge :

1. Pajoge biasa (penari-penarinya dari wanita)

2.Pajoge Angkong (penari-penarinya orang-orang banci) tarian sulawesi selatan.

Page 43: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.39 Tari Paduppa Bosara

b. Tari Paduppa Bosara

Tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa

menghidangkan    bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.

Page 44: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.40 Tari Pattennung

c. Tari Pattennung

tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun

benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran dan ketekunan perempuan-

perempuan Bugis.

5.Drama

1. Drama Klasik Bugis “We Sangiang I Mangkawani”

Gambar 2.41 Drama “We Sangiang I Mangkawani”

Arung Mangkau berdiri angkuh dalam kemurkaannya, sementara anak lelakinya,

Tonrawali, berlutut memohon ampunan sang ayah bagi adik perempuannya, I

Mangkawani. ”Pesseku, Puang,” seru Tonrawali di antara tangisan tertahannya. Arung

Page 45: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Mangkau terenyak. Dipandanginya tengkuk Tonrawali yang bersujud dengan mata

nanar. ”Apakah pessemu bukan pesseku?” tanya sang ayah Drama ”We Sangiang I

Mangkawani” membangkitkan kesadaran bahwa universalitas manusia adalah hidup

dengan nilai. Pilihan jalan hidup menjadi bernilai ketika ia disandarkan kepada nilai.

Pilihan I Mangkawani untuk kawin lari adalah keberpihakan kepada nilai kesetiaan

kepada kekasih, setia kepada janji. Di pihak lain, Arung Mangkau mempertahankan

siri’nya atau harga dirinya.

”Iatopa lise’ atikku. Tetapi, adikmu We Sangiang I Mangkawani telah memilih

jalannya sendiri. Ia memilih melepaskan adat kemuliaannya yang dipercayakan rakyat

kepadanya. Masiri’ka, anakku. Ia atama’ri padatta rupatau tonra. Karena itu,

hukumlah mereka yang sudah menginjak-injak adat kemuliaannya,” titah sang

penguasa Tanah Ogi.

Sang ayah menyodorkan badik pusaka Mana Arajang kepada Tonrawali. Si anak pun

mencabut badik dari sarung yang masih dipegang ayahnya. Sebagian orang tercekat,

beberapa menghela napas panjang merenungi cinta terlarang I Mangkawani.

Arung Mangkau telah menekankan siri’ di atas pesse-nya, kehormatan di atas kasih

sayangnya kepada I Mangkawani, karena si anak memilih lari bersama kekasihnya, La

Fadomai.

Dalam budaya Bugis, nilai siri’ (harga diri) berpasangan dengan nilai pesse (nilai nilai

tenggang rasa, empati, ikut merasakan penderitaan orang lain). Ketika anaknya kawin

lari, Arung Mangkau menyikapi perbuatan anaknya sebagai sesuatu yang mematikan

siri’nya. Tonrawali memohon ampunan dengan membangkitkan pesse sang ayah,

tetapi Arung Mangkau menolak. Dalam duel badik di dalam kain sarung, Tonrawali

membunuh La Fadomai.

Tonrawali menyesal, mengapa bukan ia yang mati di tangan La Fadomai. Namun, hati

I Mangkawani lebih hancur lagi sehingga ia memilih bunuh diri. Bak kisah Romeo-

Juliet karya sastrawan Inggris, William Shakespeare, cinta terlarang We Sangiang

berujung maut. Mungkin akhir yang mirip, tetapi We Sangiang I Mangkawani tidak

ada hubungannya dengan karya Shakespeare itu. ”We Sangiang I Mangkawani”

Page 46: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

adalah naskah drama adaptasi sastra lisan klasik Bugis, Tolo’pessena La Fadomai.

Tragedi cinta terlarang memang universal.

2. Drama "PUANG UPE’ Bissu Penjaga Rakkeang Kuning"

Gambar 2.42 Drama"PUANG UPE’

Kendati telah surut, peran bissu masih ada di masyarakat Bugis. Mereka menjadi

tempat berlindung bagi para wadam agar dapat diterima dalam kehidupan. Warga

masih kerap datang untuk memohon agar keinginannya terkabul.

Si pria langsing menghunus pelan alameng dari sarungnya yang berlapis kuningan dan

berbalut kain putih. Sebilah pedang berlapis serbuk putih yang tipis muncul. Lelaki

berdada rata yang tampak doyong itu segera mencium pedang tersebut seraya

memejamkan mata kemudian memasukkannya lagi ke sarungnya.

Lelaki itu bernama Puang Upe’. Umurnya sekisar 50 tahun. Ketika mendiang Puang

Matoa Saidi memimpin komunitas Bissu Dewatae, Puang Upe menjadi Puang Lolo—

bahasa Bugis yang berarti ‘pemimpin muda’—sebutan untuk jabatan wakil Puang

Matoa. Ia mengemban tugas ini sejak 2001, bersamaan dengan saat Puang Saidi

dilantik menjadi Puang Matoa.

“Tadi, yang putih itu adalah bedak, untuk mencegah karat, Nak,” kata Puang Upe’

dalam bahasa Bugis yang cepat di kediamannya pada akhir Februari 2012. ‘Nak’

merupakan panggilan yang sering meluncur dari bibir Puang Upe’ ketika bercakap

dengan siapa saja.

Page 47: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Alameng, pedang pusaka pemimpin komunitas Bissu Dewatae, kini tersimpan di

rumah panggung sederhana Puang Upe’ di Bonto Te’ne, Kecamatan Segeri,

Pangkajene Kepulauan, sekitar 60 kilometer sebelah utara Kota Makassar. Kendati

Puang Upe’ kini sebagai pemegang alameng, tetapi kenyataannya ia belum resmi

menyandang gelar “Puang Matoa” karena belum melalui upacara pelantikan.

Selain alameng, di rumah Puang Upe’ juga ada tanda kebesaran dan perlengkapan

upacara bissu lainnya:

[1] Paccoda’, sebatang kayu bersegi delapan yang terbungkus kain kuning cerah yang

dibawa oleh Puang Lolo

[2] Tolousu dan arumpigi berupa kayu berongga atau bambu berujung kepala ayam

berisi butiran dan mengeluarkan bunyi bila diguncang yang dibalut kain merah—

keduanya dibawa oleh anak bissu—mengingatkan pada hewan peliharaan sang

pencipta jagat I La Galigo, Patoto’e (Sang Penentu Nasib).

[3] Lellu Patara, pemayung dari kain cinde segi empat yang setiap sudutnya berbatang

penunjang.

Pergantian kepemimpinan bissu Segeri terjadi bila sang pemimpin meninggal. Ketika

Puang Saidi meninggal pada 28 Juni 2011, terjadi pro dan kontra tentang pergantian

kepemimpinan ini. Menurut antropolog Universitas Negeri Makassar, Halilintar

Lathief, penyigi yang telah 30 tahunan meneliti bissu, pergantian itu dilakukan di

depan jasad Puang Matoa sebelum dikuburkan. Entah mengapa hal itu lalu

diurungkan

3. Drama To Malebbi

Page 48: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

. Gambar 2.43 Drama To Malebbi

Pentas yang berkelakar dengan tajuk To Malebbi (orang terhormat) ini mencoba

menampik gaya kekinian para pelajar yang cenderung lupa terhadap kearifan

lokalnya.

Aktor bernama Dg Parani tampil sebagai puang yang kerjanya hanya mengayom

masyarakat. Dg Parani meniti peran untuk sebuah pesan moral ala Bugis Makassar

yang peka terhadap etika sopan santun

Aktor antagonis bernama Dg Dullah Tampil sebagai bapak yang hanya mengalir

seperti air dan lupa hulu.

Secuil pesan dalam drama ini telah mengukir karakter bahasa tabu anak Atma Jaya

yang selama ini didominasi oleh mahasiswa Tionghoa namun mencoba menggali

kearifan lokal bugis makassar dengan menggal pestival megah ini.

b) Upacara Adat Dalam Perkawinan

Upacara perkawinan di daerah Sulawesi Selatan banyak dipengaruhi oleh ritual-ritual

sakral dengan tujuan agar perkawinan berjalan dengan lancar dan kedua mempelai

mendapat berkah dari Tuhan. Tata cara upacara pernikahan adat Bugis Makassar

melalui berberapa tahapan yaitu:

a. A'jagang-jagang/Ma'manu-manu

Penyelidikan secara diam-diam oleh pihak calon mempelai pria untuk mengetahui

latar belakang pihak calon mempelai wanita.

b. A'suro/Massuro

Acara ini merupakan acara pinangan secara resmi pihak calon mempelai pria

kepada calon mempelai wanita. Dahulu, proses meminang bisa dilakukan

beberapa fase dan bisa berlangsung berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan.

c. Appa'nasa/PatenreAda

Usai acara pinangan, dilakukan appa'nasa/patenre ada yaitu menentukan hari

pernikahan. Selain penentuan hari pernikahan, juga disepakati besarnya mas

kawin dan uang belanja. Besarnya mas kawin dan uang belanja ditentukan

Page 49: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

menurut golongan atau strata sosial sang gadis dan kesanggupan pihak keluarga

pria.

d. Appanai Leko Lompo (erang-erang)

Setelah pinangan diterima secara resmi, maka dilakukan pertunangan yang

disebut A'bayuang yaitu ketika pihak keluarga lelaki mengantarkan

passio/passiko atau Pattere ada (Bugis). Hal ini dianggap sebagai pengikat dan

biasanya berupa cincin. Prosesi mengantarkan passio diiringi dengan mengantar

daun sirih pinang yang disebut Leko Caddi. Namun karena pertimbangan waktu,

sekarang acara ini dilakukan bersamaan dengan acara Patenre Ada atau

Appa'nasa.

e. A'barumbung(mappesau)

Acara mandi uap yang dilakukan oleh calon mempelai wanita.

f. AppasiliBunting(CemmeMapepaccing)

Kegiatan tata upacara ini terdiri dari appasili bunting, a'bubu, dan appakanre

bunting. Prosesi appasili bunting ini hampir mirip dengan siraman dalam tradisi

pernikahan Jawa. Acara ini dimaksudkan sebagai pembersihan diri lahir dan batin

sehingga saat kedua mempelai mengarungi bahtera rumah tangga, mereka akan

mendapat perlindungan dari Yang Kuasa dan dihindarkan dari segala macam

mara bahaya. Acara ini dilanjutkan dengan Macceko/A'bubu atau mencukur

rambut halus di sekitar dahi yang dilakukan oleh Anrong Bunting (penata rias).

Tujuannya agar dadasa atau hiasan hitam pada dahi yang dikenakan calon

mempelai wanita dapat melekat dengan baik. Setelah usai, dilanjutkan dengan

acara Appakanre Bunting atau suapan calon mempelai yang dilakukan oleh

anrong bunting dan orang tua calon mempelai. Suapan dari orang tua kepada

calon mempelai merupakan simbol bahwa tanggung jawab orang tua kepada si

anak sudah berakhir dan dialihkan ke calon suami si calon mempelai wanita.

Page 50: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.44 Tradisi Upacara Adat Perkawinan

g. Akkorongtigi/Mappaci

Upacara ini merupakan ritual pemakaian daun pacar ke tangan si calon mempelai.

Daun pacar memiliki sifat magis dan melambangkan kesucian. Menjelang

pernikahan biasanya diadakan malam pacar atau Wenni Mappaci (Bugis) atau

Akkorontigi (Makassar) yang artinya malam mensucikan diri dengan meletakan

tumbukan daun pacar ke tangan calon mempelai. Orang-orang yang diminta

meletakkan daun pacar adalah orang-orang yang punya kedudukan sosial yang

baik serta memiliki rumah tangga langgeng dan bahagia. Malam mappaci

dilakukan menjelang upacara pernikahan dan diadakan di rumah masing-masing

calon mempelai.

Gambar 2.45 Tradisi Adat Mappaci

h. Assimorong/Menre'kawing

Acara ini merupakan acara akad nikah dan menjadi puncak dari rangkaian

Page 51: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

upacara pernikahan adat Bugis-Makassar. Calon mempelai pria diantar ke rumah

calon mempelai wanita yang disebut Simorong (Makasar) atau Menre'kawing

(Bugis). Di masa sekarang, dilakukan bersamaan dengan prosesi Appanai Leko

Lompo (seserahan). Karena dilakukan bersamaan, maka rombongan terdiri dari

dua rombongan, yaitu rombongan pembawa Leko Lompo (seserahan) dan

rombongan calon mempelai pria bersama keluarga dan undangan.

Gambar 2.46 Tradisi Adat Assimorong

i.Appabajikang,Bunting

Prosesi ini merupakan prosesi menyatukan kedua mempelai. Setelah akad nikah

selesai, mempelai pria diantar ke kamar mempelai wanita. Dalam tradisi Bugis-

Makasar, pintu menuju kamar mempelai wanita biasanya terkunci rapat. Kemudian

terjadi dialog singkat antara pengantar mempelai pria dengan penjaga pintu kamar

mempelai wanita. Setelah mempelai pria diizinkan masuk, kemudian diadakan

acara Mappasikarawa (saling menyentuh). Sesudah itu, kedua mempelai

bersanding di atas tempat tidur untuk mengikuti beberapa acara seperti

pemasangan sarung sebanyak tujuh lembar yang dipandu oleh indo botting

(pemandu adat). Hal ini mengandung makna mempelai pria sudah diterima oleh

keluarga mempelai wanita.

Page 52: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

Gambar 2.47 Tradisi Adat Saat Alleka bunting

j.Allekabunting(marolla)

Acara ini sering disebut sebagai acara ngunduh mantu. Sehari sesudah pesta

pernikahan, mempelai wanita ditemani beberapa orang anggota keluarga diantar ke

rumah orang tua mempelai pria. Rombongan ini membawa beberapa hadiah

sebagia balasan untuk mempelai pria. Mempelai wanita membawa sarung untuk

orang tua mempelai pria dan saudara-saudaranya. Acara ini disebut Makkasiwiang.

F. Religi

Suku Bugis terkenal sebagai penganut agama Islam yang taat (Islam Sunni) dalam

norma-norma dan aturan-aturan kehidupannya. Mereka juga masih banyak terikat

dengan aturan-aturan adatnya yang dianggap keramat dan sakral yang

keseluruhannya mereka sebut panngaderreng (atau pangadakkang dalam bahasa

Makassar). Bugis karena dilatarbelakangi oleh nilai kepercayaan yang mengandung

nilai religius.

Page 53: Web viewarmada perang orang Bugis-Makassar untuk mengangkut tenaga-tenaga perang dan perlengkapannya, hanya saja jarang dipergunakan untuk perang laut, karena untuk

G. Ilmu Pengetahuan

Suku bugis (ilmu) merupakan Suku dengan gelar suku "Berdarah Panas" karena

emosi mereka yang sangat tinggi,dan banyak ilmu-ilmu mereka yang terkenal :

1. Rantai Babi, rantai yang dapat membuat si pemakai menjadi kuat.

2. Pelet (konon kalau ke pedesaan di sulawesi dilarang melihat mata orang-orang

pedalaman karna dapat membuat agan-agan terkena pelet tersebut)

3. Ilmu Kebal (tarzan indonesia yang di tembak ratusan peluru tidak mati-mati)

4. Konon suku bugis kajang dapat merubah butiran padi menjadi tawon untuk

menyerang hama perusak tanaman dan musuh mereka saat perang

5. Suku bugis kajang dapat mengumpulkan musuh menjadi satu hanya dengan

mengayunkan jari membentuk lingkaran.

6. Minyak Bintang Minyak yang dapat menyembuhkan luka dalam seketika ,

disebut minyak bintang karena minyak ini diminum saat malam hari dan saat

terdapat banyak bintang , dan masih banyak ilmu-ilmu dari suku bugis