4
Just an Ordinary Teacher | Antara Gaji dan Kinerja Copyright Ali Mutasowifin [email protected] http://alimu.staff.ipb.ac.id/2011/02/01/antara-gaji-dan-kinerja/ Antara Gaji dan Kinerja presiden di depan rapim tni/polri (presidenri.go.id) Pernyataan Presiden Yudhoyono saat memberikan pembekalan di depan Rapat Pimpinan TNI dan Polri tentang gajinya yang tidak pernah naik selama tujuh tahun terus menjadi kontroversi meskipun telah berlalu hampir dua minggu. Salah satu kritik yang disuarakan berkaitan dengan keluhan ini mendasarkan argumentasinya pada kinerja Presiden yang dianggap tidak memuaskan. Pernyataan Presiden yang kemudian melahirkan polemik ini membuka diskusi tentang adanya dua masalah penting yang belum mampu diselesaikan sejak lama, yakni yang berkaitan dengan struktur gaji dan standarisasi gaji yang diterima para pegawai dan pejabat negara. Belajar dari Dunia Bisnis page 1 / 4

Antara Gaji dan Kinerjaanitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Just...diri dan keluarganya ditanggung oleh negara. Polemik tentang gaji presiden ini selayaknya dijadikan

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Antara Gaji dan Kinerjaanitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Just...diri dan keluarganya ditanggung oleh negara. Polemik tentang gaji presiden ini selayaknya dijadikan

Just an Ordinary Teacher | Antara Gaji dan KinerjaCopyright Ali Mutasowifin [email protected]://alimu.staff.ipb.ac.id/2011/02/01/antara-gaji-dan-kinerja/

Antara Gaji dan Kinerja

presiden di depan rapim tni/polri (presidenri.go.id)

Pernyataan Presiden Yudhoyono saat memberikan pembekalan di depan Rapat Pimpinan TNI dan Polri tentang gajinya yang tidak pernah naik selama tujuh tahunterus menjadi kontroversi meskipun telah berlalu hampir dua minggu. Salah satukritik yang disuarakan berkaitan dengan keluhan ini mendasarkanargumentasinya pada kinerja Presiden yang dianggap tidak memuaskan.

Pernyataan Presiden yang kemudian melahirkan polemik ini membuka diskusitentang adanya dua masalah penting yang belum mampu diselesaikan sejaklama, yakni yang berkaitan dengan struktur gaji dan standarisasi gaji yangditerima para pegawai dan pejabat negara.

Belajar dari Dunia Bisnis

page 1 / 4

Page 2: Antara Gaji dan Kinerjaanitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Just...diri dan keluarganya ditanggung oleh negara. Polemik tentang gaji presiden ini selayaknya dijadikan

Just an Ordinary Teacher | Antara Gaji dan KinerjaCopyright Ali Mutasowifin [email protected]://alimu.staff.ipb.ac.id/2011/02/01/antara-gaji-dan-kinerja/

Dalam dunia bisnis, praktik mengaitkan pendapatan dengan kinerja yang dihasilkan sebenarnya telah lama lazim dikenal. Belum lama ini, misalnya,mantan CEO Google Eric Schimdt menjual sebagian saham google yang dimilikinya senilai US$ 335 juta. Saham ini merupakan bagian dari kompensasi yang diterimanya selama menjabat pimpinan puncak perusahaan terkemukatersebut, yang biasanya telah diperjanjikan di awal sebelum mulai menjabatdengan mengaitkan kinerja perusahaan selama masa kepemimpinannya.

Praktik ini sebenarnya juga bukan hal baru bagi dunia bisnis di tanah air, baikperusahaan swasta maupun badan usaha milik negara. Usai penyelenggaraanrapat umum pemegang saham, media massa biasanya ramai memberitakanbesaran tantiem dan bonus yang diterima oleh jajaran komisaris dan direksi.Jumlah tantiem dan bonus ini biasanya merupakan persentase tertentu dari labayang berhasil dibukukan oleh perusahaan.

Sayangnya, praktik pemberian penghargaan yang dikaitkan dengan kinerja inimasih belum lazim dikenal di kalangan lembaga pemerintahan. Pendapatan yangditerima oleh jajaran Bank Indonesia, misalnya, terus meningkat, meskipunbanyak terjadi masalah di dunia perbankan yang diakibatkan oleh buruknyapengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Tahun 2011 ini Bank Indonesia mengajukan dana untuk anggaran operasionaldalam Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) sebesar Rp 5,2 triliun. Anggaranterbesar yakni gaji pegawai yang mencapai Rp 1,98 triliun dan anggaranpengembangan dan pemeliharaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sebesar Rp1,84 triliun. Selain itu, Bank Indonesia kembali mendapatkan kenaikan gajipegawainya sebesar 3-7% untuk level hingga direktur, serta 15-20% untuk pegawailevel dasar.

Praktik serupa terjadi di institusi pemerintah lainnya. Para pegawai KementerianKeuangan, misalnya, mendapat gaji dan remunerasi serupa meskipun terdapatvariasi dalam pencapaian kinerjanya. Para pegawai Direktorat Jenderal Bea danCukai yang berhasil melampaui target memperoleh perlakuan yang sama dengankoleganya yang bertugas di Direktorat Jenderal Pajak yang tidak saja gagalmencapai target yang ditetapkan tetapi juga terbukti bobrok sebagaimanatercermin dalam kasus Gayus Tambunan.

page 2 / 4

Page 3: Antara Gaji dan Kinerjaanitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Just...diri dan keluarganya ditanggung oleh negara. Polemik tentang gaji presiden ini selayaknya dijadikan

Just an Ordinary Teacher | Antara Gaji dan KinerjaCopyright Ali Mutasowifin [email protected]://alimu.staff.ipb.ac.id/2011/02/01/antara-gaji-dan-kinerja/

Kontroversi yang meluas terkait gaji presiden seharusnya dapat menjadi semacam blessing in disguise untuk menata kembali strategi penggajian parapenyelenggara negara, dari tingkat terbawah hingga teratas. Sebagaimana telahdipraktikkan dalam dunia usaha, reward bagi para pegawai instansi-instansipemerintah seharusnya dapat dikaitkan dengan kinerja yang dihasilkannya.

Gaji presiden, misalnya, mungkin tak perlu dinaikkan, namun ia akan berhakmemperoleh bonus apabila mampu mencapai target yang dapat ditetapkanbersama antara pemerintah dengan DPR seperti besaran inflasi, tingkatpertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan, tingkat pengangguran, dan sejenisnya.Dengan demikian, bukan saja yang diterima oleh presiden akan lebih adil karenadisesuaikan dengan hasil kinerjanya, namun juga diharapkan akan mampumendorong sang presiden untuk bekerja lebih keras mencapai target-target yangtelah ditentukan. Model yang sama dapat diterapkan pada jajaran di bawahnya.

Standarisasi Penggajian

Pokok bahasan kedua yang kemudian mencuat setelah munculnya kontroversi akibat pernyataan Presiden Yudhoyono itu adalah pentingnya standarisasipenggajian. Sebagaimana kerap diberitakan, gaji presiden setiap bulan hanyaberjumlah Rp 62 juta. Jumlah ini jauh di bawah gaji gubernur Bank Indonesia yangmenurut data 2006 saja mencapai Rp 265 juta. Gaji presiden ternyata juga masihkalah bila dibandingkan dengan gaji direksi badan usaha-badan usaha miliknegara.

Selain memperoleh gaji, sebenarnya presiden dan para pejabat negaramemperoleh beragam tunjangan sehingga take home pay mereka sesungguhnyasangat besar. Bahkan, dana taktis yang diberikan kepada presiden setiap bulanmencapai Rp 2 miliar, sehingga membahas gaji per se tentulah keliru danmenyesatkan, karena beragam tunjangan yang diterima bisa melebihi jumlah gajiitu sendiri. Apalagi, dalam kasus seorang presiden yang seluruh kebutuhan hidupdiri dan keluarganya ditanggung oleh negara.

Polemik tentang gaji presiden ini selayaknya dijadikan momentum guna menataulang struktur dan standarisasi penggajian di kalangan pemerintahan. Apa yangselama ini telah diterapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan

page 3 / 4

Page 4: Antara Gaji dan Kinerjaanitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/Just...diri dan keluarganya ditanggung oleh negara. Polemik tentang gaji presiden ini selayaknya dijadikan

Just an Ordinary Teacher | Antara Gaji dan KinerjaCopyright Ali Mutasowifin [email protected]://alimu.staff.ipb.ac.id/2011/02/01/antara-gaji-dan-kinerja/

sistem gaji tunggal barangkali pantas ditiru. Dengan sistem gaji tunggal pejabat tak lagi menerima pendapatan di luar gaji dan remunerasi yang diterimanya.Semua variabel penerimaan masuk ke dalam gaji yang diterima setiap bulannya. Selama ini, seorang pejabat masih menerima pendapatan semisal uang rapat,upah pungut pajak, dan honor lainnya. Dengan sistem gaji tunggal, semua jenispendapatan tersebut akan diintegrasikan, karena sesungguhnya tugas-tugas yangmendatangkan honor tersebut sebenarnya sudah melekat dengan jabatan yangdisandang pejabat tersebut. Selain itu, banyaknya jenis penerimaan di luar gaji juga mengaburkan pendapatan total pejabat yang sebenarnya. Hal ini jugamembuat pemerintah kesulitan mengetahui jumlah anggaran negara untuk gajiplus pendapatan lain pegawainya, karena kurangnya transparansi dalam pengeluaran pos-pos belanja untuk beragam honor itu.

Sekarang bola berada di kaki pemerintah, apakah akan tetap ngotot meneruskanrencana menaikkan gaji Presiden di tahun ini sebagaimana pernah diungkapkan Menteri Keuangan Agus Martowardojo, meskipun banyak kalangan menilainya sebagai kebijakan tak punya hati di saat 31,3 juta jiwa (jumlahnya akan menjadidua kali lipat dengan standar PBB) masih berada di bawah garis kemiskinan sertakondisi ekonomi yang tidak cemerlang, atau menundanya dan bekerja lebih giatuntuk memakmurkan rakyat sembari merancang sistem penggajian yang lebihadil dan transparan. Namun, dengan perkembangan yang terjadi di Tunisia,Yaman, dan Mesir, rasanya tidak sulit untuk menduga bahwa Presiden Yudhoyono akan dengan cerdas mengesampingkan opsi kenaikan gaji dirinya dan 8000 pejabat yang sempat diwacanakan oleh para menterinya.

page 4 / 4