39
REFERAT ANTIBIOTIK PROFILAKSIS Disusun oleh : Azhar A Wijaya G0002039 Rossy Marlina Ngahu G0006220 Yusuf Allan Pascana G9911112148 Shaumy Saribanon G9911112129 Pembimbing : dr. Dhani Redhono H., Sp.PD FINASIM KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI 1

Antibiotik Profilaksis2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Antibiotik Profilaksis2

REFERAT

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

Disusun oleh

Azhar A Wijaya G0002039

Rossy Marlina Ngahu G0006220

Yusuf Allan Pascana G9911112148

Shaumy Saribanon G9911112129

Pembimbing

dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA

2012

1

HALAMAN PENGESAHAN

Referat ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret RSUD Dr Moewardi

Surakarta Referat ini telah disetujui dan dipresentasikan pada

Hari

Tanggal

Oleh

Azhar A Wijaya G0002039

Rossy Marlina Ngahu G0006220

Yusuf Allan Pascana G9911112148

Shaumy Saribanon G9911112129

Mengetahui dan menyetujui

Pembimbing Referat

dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM

2

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

petunjuk dan rahmat-Nya referat Ilmu Penyakit Dalam berjudul ldquoAntibiotik

Profilaksisrdquo dapat diselesaikan

Referat ini disusun sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan dalam

mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelah Maret RSUD Dr Moewardi Surakarta

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

1 Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta

2 dr Dhani Redhono SpPD FINASIM atas bimbingan dan masukannya dalam

pembuatan referat ini

3 Segenap staf bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta atas

bimbingan pengarahan dan sarana yang diberikan kepada kami

4 Semua pihak yang telah membantu penulisan referat ini

Kami menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih banyak terdapat

kekurangan namun kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para

pembacanya

Surakarta Juli 2012

Penyusun

3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI4

BAB I PENDAHULUAN5

BAB II ANTIBIOTIK PROFILAKSIS6

A Definisi antibiotik profilaksis 6

B Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis6

C Antibiotik profilaksis pada pembedahan 8

D Antibiotik profilaksis untuk berbagai kondisi medis15

BAB IV PENUTUP22

DAFTAR PUSTAKA23

4

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang penting khususnya di negara berkembang Salah satu obat andalan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakterantijamur

antijamur antivirus antiprotozoa Antibiotik merupakan obat yang paling banyak

digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Terapi menggunakan antibiotik

itu sendiri dapat dibagi menjadi terapi empiris terapi definitif dan terapi profilaksis

(Permenkes 2011)

Antibiotik sebagai terapi profilaksis sudah mulai digunakan setelah perang

dunia II semenjak dikenalkannya penisilin ke masyarakat luas dan mendapat dukungan

yang nyata ketika American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi

pertama untuk pencegahan endokarditis bakterial Sejak saat itu banyak usaha dan

penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keefektifannya mengembangkan

obat dan dosis yang sesuai serta untuk menentukan indikasi klinis dari penggunaan

antibiotik profilaksis Akan tetapi sejak pertengahan tahun 1980 perhatian dunia

diarahkan untuk mencari efek potensi antibiotik yang merugikan terutama terhadap

kasus alergi penisilin (Pallasch 2003)

Saat ini salah satu perhatian utama terhadap antibiotik profilaksis adalah

penggunaannya untuk populasi yang besar dan bagaimana hal tersebut dapat

berkontribusi terhadap masalah kesehatan global dengan adanya resistensi mikroba

terhadap antibiotik Permasalahan ini muncul mengingat efek samping dari penggunaan

antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi Hal ini terjadi

karena pemilihan penderita yang tidak tepat pemberiannya terlalu lama atau

digunakannya obat generasi terbaru Oleh karena itu hal ini menjadi dasar bagi penulis

untuk membahas antibiotik profilaksis lebih lanjut sehingga dapat diketahui prinsip

penggunaan antibiotik sebagai profilaksis yang benar dan dapat mengoptimalkan

penggunaannya secara bijak

5

6

BAB II

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

1 Definisi Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang

belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk

mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi

pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan

tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme

sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi

2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang

memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas

tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis

telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang

dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan

prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)

Indikasi

Umum

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi

yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional

2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau

organ target sebelum tindakan invasive dimulai

3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang

tinggi dalam darah dan jaringan

4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme

penyebab infeksi atau bakterimia

5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada

kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi

Profilaksis

pada

1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas

atau mortalitas yang tinggi

7

pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang

tinggi

3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril

4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic

Efek yang

tidak

diharapkan

1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik

2 Adanya risiko super infection

3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik

Kontraindikasi

antibiotik

Profilaksis

1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang

efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu

kecil

2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan

penyakit

3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri

pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang

bersifat paling patogen

Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)

a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu

b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung

atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia

misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain

c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang

sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi

pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah

infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi

pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik

profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan

akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan

tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan

sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian

antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding

8

dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah

infeksi (Saifudin 2008)

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai

berikut (Permenkes 2011)

1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang

bersangkutan

2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko

resistensi kuman

3 Memiliki toksisitas rendah

4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi

5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal

6 Harga terjangkau

Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis

tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi

akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang

timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin

2008)

Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam

dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan

operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal

sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi

(Saifudin 2008)

3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan

a Definisi

Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi

pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan

tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat

operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang

efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan

antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah

b Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis

9

1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga

menurunkan kematian post operatif

2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan

kesehatan

3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total

antibiotik yang diperlukan

Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis

1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder

2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak

menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi

3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan

4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai

c Prinsip Penggunaan

1 Tepat Indikasi

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar

101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO

dapat diturunkan menjadi 13

Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria

bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih

yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius

seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata

Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi

kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest

2 Tepat Obat

Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda

dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih

antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan

antibiotik untuk tujuan terapi

10

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 2: Antibiotik Profilaksis2

HALAMAN PENGESAHAN

Referat ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret RSUD Dr Moewardi

Surakarta Referat ini telah disetujui dan dipresentasikan pada

Hari

Tanggal

Oleh

Azhar A Wijaya G0002039

Rossy Marlina Ngahu G0006220

Yusuf Allan Pascana G9911112148

Shaumy Saribanon G9911112129

Mengetahui dan menyetujui

Pembimbing Referat

dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM

2

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

petunjuk dan rahmat-Nya referat Ilmu Penyakit Dalam berjudul ldquoAntibiotik

Profilaksisrdquo dapat diselesaikan

Referat ini disusun sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan dalam

mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelah Maret RSUD Dr Moewardi Surakarta

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

1 Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta

2 dr Dhani Redhono SpPD FINASIM atas bimbingan dan masukannya dalam

pembuatan referat ini

3 Segenap staf bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta atas

bimbingan pengarahan dan sarana yang diberikan kepada kami

4 Semua pihak yang telah membantu penulisan referat ini

Kami menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih banyak terdapat

kekurangan namun kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para

pembacanya

Surakarta Juli 2012

Penyusun

3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI4

BAB I PENDAHULUAN5

BAB II ANTIBIOTIK PROFILAKSIS6

A Definisi antibiotik profilaksis 6

B Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis6

C Antibiotik profilaksis pada pembedahan 8

D Antibiotik profilaksis untuk berbagai kondisi medis15

BAB IV PENUTUP22

DAFTAR PUSTAKA23

4

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang penting khususnya di negara berkembang Salah satu obat andalan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakterantijamur

antijamur antivirus antiprotozoa Antibiotik merupakan obat yang paling banyak

digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Terapi menggunakan antibiotik

itu sendiri dapat dibagi menjadi terapi empiris terapi definitif dan terapi profilaksis

(Permenkes 2011)

Antibiotik sebagai terapi profilaksis sudah mulai digunakan setelah perang

dunia II semenjak dikenalkannya penisilin ke masyarakat luas dan mendapat dukungan

yang nyata ketika American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi

pertama untuk pencegahan endokarditis bakterial Sejak saat itu banyak usaha dan

penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keefektifannya mengembangkan

obat dan dosis yang sesuai serta untuk menentukan indikasi klinis dari penggunaan

antibiotik profilaksis Akan tetapi sejak pertengahan tahun 1980 perhatian dunia

diarahkan untuk mencari efek potensi antibiotik yang merugikan terutama terhadap

kasus alergi penisilin (Pallasch 2003)

Saat ini salah satu perhatian utama terhadap antibiotik profilaksis adalah

penggunaannya untuk populasi yang besar dan bagaimana hal tersebut dapat

berkontribusi terhadap masalah kesehatan global dengan adanya resistensi mikroba

terhadap antibiotik Permasalahan ini muncul mengingat efek samping dari penggunaan

antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi Hal ini terjadi

karena pemilihan penderita yang tidak tepat pemberiannya terlalu lama atau

digunakannya obat generasi terbaru Oleh karena itu hal ini menjadi dasar bagi penulis

untuk membahas antibiotik profilaksis lebih lanjut sehingga dapat diketahui prinsip

penggunaan antibiotik sebagai profilaksis yang benar dan dapat mengoptimalkan

penggunaannya secara bijak

5

6

BAB II

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

1 Definisi Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang

belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk

mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi

pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan

tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme

sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi

2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang

memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas

tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis

telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang

dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan

prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)

Indikasi

Umum

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi

yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional

2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau

organ target sebelum tindakan invasive dimulai

3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang

tinggi dalam darah dan jaringan

4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme

penyebab infeksi atau bakterimia

5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada

kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi

Profilaksis

pada

1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas

atau mortalitas yang tinggi

7

pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang

tinggi

3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril

4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic

Efek yang

tidak

diharapkan

1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik

2 Adanya risiko super infection

3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik

Kontraindikasi

antibiotik

Profilaksis

1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang

efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu

kecil

2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan

penyakit

3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri

pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang

bersifat paling patogen

Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)

a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu

b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung

atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia

misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain

c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang

sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi

pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah

infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi

pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik

profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan

akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan

tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan

sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian

antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding

8

dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah

infeksi (Saifudin 2008)

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai

berikut (Permenkes 2011)

1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang

bersangkutan

2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko

resistensi kuman

3 Memiliki toksisitas rendah

4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi

5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal

6 Harga terjangkau

Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis

tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi

akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang

timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin

2008)

Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam

dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan

operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal

sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi

(Saifudin 2008)

3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan

a Definisi

Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi

pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan

tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat

operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang

efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan

antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah

b Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis

9

1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga

menurunkan kematian post operatif

2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan

kesehatan

3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total

antibiotik yang diperlukan

Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis

1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder

2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak

menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi

3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan

4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai

c Prinsip Penggunaan

1 Tepat Indikasi

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar

101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO

dapat diturunkan menjadi 13

Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria

bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih

yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius

seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata

Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi

kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest

2 Tepat Obat

Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda

dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih

antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan

antibiotik untuk tujuan terapi

10

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 3: Antibiotik Profilaksis2

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

petunjuk dan rahmat-Nya referat Ilmu Penyakit Dalam berjudul ldquoAntibiotik

Profilaksisrdquo dapat diselesaikan

Referat ini disusun sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan dalam

mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelah Maret RSUD Dr Moewardi Surakarta

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

1 Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta

2 dr Dhani Redhono SpPD FINASIM atas bimbingan dan masukannya dalam

pembuatan referat ini

3 Segenap staf bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta atas

bimbingan pengarahan dan sarana yang diberikan kepada kami

4 Semua pihak yang telah membantu penulisan referat ini

Kami menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih banyak terdapat

kekurangan namun kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para

pembacanya

Surakarta Juli 2012

Penyusun

3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI4

BAB I PENDAHULUAN5

BAB II ANTIBIOTIK PROFILAKSIS6

A Definisi antibiotik profilaksis 6

B Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis6

C Antibiotik profilaksis pada pembedahan 8

D Antibiotik profilaksis untuk berbagai kondisi medis15

BAB IV PENUTUP22

DAFTAR PUSTAKA23

4

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang penting khususnya di negara berkembang Salah satu obat andalan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakterantijamur

antijamur antivirus antiprotozoa Antibiotik merupakan obat yang paling banyak

digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Terapi menggunakan antibiotik

itu sendiri dapat dibagi menjadi terapi empiris terapi definitif dan terapi profilaksis

(Permenkes 2011)

Antibiotik sebagai terapi profilaksis sudah mulai digunakan setelah perang

dunia II semenjak dikenalkannya penisilin ke masyarakat luas dan mendapat dukungan

yang nyata ketika American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi

pertama untuk pencegahan endokarditis bakterial Sejak saat itu banyak usaha dan

penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keefektifannya mengembangkan

obat dan dosis yang sesuai serta untuk menentukan indikasi klinis dari penggunaan

antibiotik profilaksis Akan tetapi sejak pertengahan tahun 1980 perhatian dunia

diarahkan untuk mencari efek potensi antibiotik yang merugikan terutama terhadap

kasus alergi penisilin (Pallasch 2003)

Saat ini salah satu perhatian utama terhadap antibiotik profilaksis adalah

penggunaannya untuk populasi yang besar dan bagaimana hal tersebut dapat

berkontribusi terhadap masalah kesehatan global dengan adanya resistensi mikroba

terhadap antibiotik Permasalahan ini muncul mengingat efek samping dari penggunaan

antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi Hal ini terjadi

karena pemilihan penderita yang tidak tepat pemberiannya terlalu lama atau

digunakannya obat generasi terbaru Oleh karena itu hal ini menjadi dasar bagi penulis

untuk membahas antibiotik profilaksis lebih lanjut sehingga dapat diketahui prinsip

penggunaan antibiotik sebagai profilaksis yang benar dan dapat mengoptimalkan

penggunaannya secara bijak

5

6

BAB II

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

1 Definisi Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang

belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk

mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi

pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan

tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme

sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi

2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang

memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas

tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis

telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang

dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan

prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)

Indikasi

Umum

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi

yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional

2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau

organ target sebelum tindakan invasive dimulai

3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang

tinggi dalam darah dan jaringan

4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme

penyebab infeksi atau bakterimia

5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada

kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi

Profilaksis

pada

1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas

atau mortalitas yang tinggi

7

pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang

tinggi

3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril

4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic

Efek yang

tidak

diharapkan

1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik

2 Adanya risiko super infection

3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik

Kontraindikasi

antibiotik

Profilaksis

1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang

efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu

kecil

2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan

penyakit

3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri

pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang

bersifat paling patogen

Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)

a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu

b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung

atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia

misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain

c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang

sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi

pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah

infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi

pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik

profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan

akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan

tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan

sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian

antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding

8

dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah

infeksi (Saifudin 2008)

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai

berikut (Permenkes 2011)

1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang

bersangkutan

2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko

resistensi kuman

3 Memiliki toksisitas rendah

4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi

5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal

6 Harga terjangkau

Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis

tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi

akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang

timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin

2008)

Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam

dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan

operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal

sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi

(Saifudin 2008)

3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan

a Definisi

Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi

pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan

tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat

operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang

efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan

antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah

b Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis

9

1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga

menurunkan kematian post operatif

2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan

kesehatan

3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total

antibiotik yang diperlukan

Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis

1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder

2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak

menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi

3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan

4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai

c Prinsip Penggunaan

1 Tepat Indikasi

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar

101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO

dapat diturunkan menjadi 13

Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria

bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih

yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius

seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata

Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi

kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest

2 Tepat Obat

Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda

dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih

antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan

antibiotik untuk tujuan terapi

10

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 4: Antibiotik Profilaksis2

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI4

BAB I PENDAHULUAN5

BAB II ANTIBIOTIK PROFILAKSIS6

A Definisi antibiotik profilaksis 6

B Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis6

C Antibiotik profilaksis pada pembedahan 8

D Antibiotik profilaksis untuk berbagai kondisi medis15

BAB IV PENUTUP22

DAFTAR PUSTAKA23

4

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang penting khususnya di negara berkembang Salah satu obat andalan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakterantijamur

antijamur antivirus antiprotozoa Antibiotik merupakan obat yang paling banyak

digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Terapi menggunakan antibiotik

itu sendiri dapat dibagi menjadi terapi empiris terapi definitif dan terapi profilaksis

(Permenkes 2011)

Antibiotik sebagai terapi profilaksis sudah mulai digunakan setelah perang

dunia II semenjak dikenalkannya penisilin ke masyarakat luas dan mendapat dukungan

yang nyata ketika American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi

pertama untuk pencegahan endokarditis bakterial Sejak saat itu banyak usaha dan

penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keefektifannya mengembangkan

obat dan dosis yang sesuai serta untuk menentukan indikasi klinis dari penggunaan

antibiotik profilaksis Akan tetapi sejak pertengahan tahun 1980 perhatian dunia

diarahkan untuk mencari efek potensi antibiotik yang merugikan terutama terhadap

kasus alergi penisilin (Pallasch 2003)

Saat ini salah satu perhatian utama terhadap antibiotik profilaksis adalah

penggunaannya untuk populasi yang besar dan bagaimana hal tersebut dapat

berkontribusi terhadap masalah kesehatan global dengan adanya resistensi mikroba

terhadap antibiotik Permasalahan ini muncul mengingat efek samping dari penggunaan

antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi Hal ini terjadi

karena pemilihan penderita yang tidak tepat pemberiannya terlalu lama atau

digunakannya obat generasi terbaru Oleh karena itu hal ini menjadi dasar bagi penulis

untuk membahas antibiotik profilaksis lebih lanjut sehingga dapat diketahui prinsip

penggunaan antibiotik sebagai profilaksis yang benar dan dapat mengoptimalkan

penggunaannya secara bijak

5

6

BAB II

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

1 Definisi Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang

belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk

mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi

pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan

tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme

sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi

2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang

memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas

tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis

telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang

dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan

prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)

Indikasi

Umum

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi

yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional

2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau

organ target sebelum tindakan invasive dimulai

3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang

tinggi dalam darah dan jaringan

4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme

penyebab infeksi atau bakterimia

5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada

kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi

Profilaksis

pada

1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas

atau mortalitas yang tinggi

7

pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang

tinggi

3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril

4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic

Efek yang

tidak

diharapkan

1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik

2 Adanya risiko super infection

3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik

Kontraindikasi

antibiotik

Profilaksis

1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang

efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu

kecil

2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan

penyakit

3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri

pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang

bersifat paling patogen

Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)

a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu

b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung

atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia

misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain

c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang

sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi

pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah

infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi

pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik

profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan

akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan

tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan

sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian

antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding

8

dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah

infeksi (Saifudin 2008)

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai

berikut (Permenkes 2011)

1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang

bersangkutan

2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko

resistensi kuman

3 Memiliki toksisitas rendah

4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi

5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal

6 Harga terjangkau

Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis

tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi

akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang

timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin

2008)

Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam

dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan

operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal

sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi

(Saifudin 2008)

3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan

a Definisi

Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi

pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan

tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat

operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang

efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan

antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah

b Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis

9

1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga

menurunkan kematian post operatif

2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan

kesehatan

3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total

antibiotik yang diperlukan

Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis

1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder

2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak

menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi

3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan

4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai

c Prinsip Penggunaan

1 Tepat Indikasi

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar

101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO

dapat diturunkan menjadi 13

Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria

bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih

yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius

seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata

Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi

kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest

2 Tepat Obat

Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda

dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih

antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan

antibiotik untuk tujuan terapi

10

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 5: Antibiotik Profilaksis2

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang penting khususnya di negara berkembang Salah satu obat andalan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakterantijamur

antijamur antivirus antiprotozoa Antibiotik merupakan obat yang paling banyak

digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Terapi menggunakan antibiotik

itu sendiri dapat dibagi menjadi terapi empiris terapi definitif dan terapi profilaksis

(Permenkes 2011)

Antibiotik sebagai terapi profilaksis sudah mulai digunakan setelah perang

dunia II semenjak dikenalkannya penisilin ke masyarakat luas dan mendapat dukungan

yang nyata ketika American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi

pertama untuk pencegahan endokarditis bakterial Sejak saat itu banyak usaha dan

penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keefektifannya mengembangkan

obat dan dosis yang sesuai serta untuk menentukan indikasi klinis dari penggunaan

antibiotik profilaksis Akan tetapi sejak pertengahan tahun 1980 perhatian dunia

diarahkan untuk mencari efek potensi antibiotik yang merugikan terutama terhadap

kasus alergi penisilin (Pallasch 2003)

Saat ini salah satu perhatian utama terhadap antibiotik profilaksis adalah

penggunaannya untuk populasi yang besar dan bagaimana hal tersebut dapat

berkontribusi terhadap masalah kesehatan global dengan adanya resistensi mikroba

terhadap antibiotik Permasalahan ini muncul mengingat efek samping dari penggunaan

antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi Hal ini terjadi

karena pemilihan penderita yang tidak tepat pemberiannya terlalu lama atau

digunakannya obat generasi terbaru Oleh karena itu hal ini menjadi dasar bagi penulis

untuk membahas antibiotik profilaksis lebih lanjut sehingga dapat diketahui prinsip

penggunaan antibiotik sebagai profilaksis yang benar dan dapat mengoptimalkan

penggunaannya secara bijak

5

6

BAB II

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

1 Definisi Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang

belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk

mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi

pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan

tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme

sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi

2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang

memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas

tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis

telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang

dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan

prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)

Indikasi

Umum

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi

yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional

2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau

organ target sebelum tindakan invasive dimulai

3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang

tinggi dalam darah dan jaringan

4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme

penyebab infeksi atau bakterimia

5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada

kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi

Profilaksis

pada

1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas

atau mortalitas yang tinggi

7

pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang

tinggi

3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril

4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic

Efek yang

tidak

diharapkan

1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik

2 Adanya risiko super infection

3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik

Kontraindikasi

antibiotik

Profilaksis

1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang

efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu

kecil

2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan

penyakit

3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri

pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang

bersifat paling patogen

Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)

a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu

b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung

atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia

misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain

c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang

sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi

pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah

infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi

pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik

profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan

akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan

tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan

sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian

antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding

8

dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah

infeksi (Saifudin 2008)

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai

berikut (Permenkes 2011)

1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang

bersangkutan

2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko

resistensi kuman

3 Memiliki toksisitas rendah

4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi

5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal

6 Harga terjangkau

Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis

tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi

akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang

timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin

2008)

Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam

dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan

operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal

sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi

(Saifudin 2008)

3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan

a Definisi

Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi

pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan

tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat

operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang

efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan

antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah

b Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis

9

1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga

menurunkan kematian post operatif

2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan

kesehatan

3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total

antibiotik yang diperlukan

Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis

1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder

2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak

menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi

3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan

4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai

c Prinsip Penggunaan

1 Tepat Indikasi

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar

101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO

dapat diturunkan menjadi 13

Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria

bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih

yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius

seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata

Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi

kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest

2 Tepat Obat

Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda

dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih

antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan

antibiotik untuk tujuan terapi

10

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 6: Antibiotik Profilaksis2

6

BAB II

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

1 Definisi Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang

belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk

mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi

pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan

tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme

sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi

2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang

memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas

tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis

telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang

dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan

prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)

Indikasi

Umum

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi

yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional

2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau

organ target sebelum tindakan invasive dimulai

3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang

tinggi dalam darah dan jaringan

4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme

penyebab infeksi atau bakterimia

5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada

kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi

Profilaksis

pada

1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas

atau mortalitas yang tinggi

7

pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang

tinggi

3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril

4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic

Efek yang

tidak

diharapkan

1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik

2 Adanya risiko super infection

3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik

Kontraindikasi

antibiotik

Profilaksis

1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang

efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu

kecil

2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan

penyakit

3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri

pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang

bersifat paling patogen

Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)

a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu

b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung

atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia

misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain

c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang

sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi

pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah

infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi

pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik

profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan

akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan

tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan

sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian

antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding

8

dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah

infeksi (Saifudin 2008)

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai

berikut (Permenkes 2011)

1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang

bersangkutan

2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko

resistensi kuman

3 Memiliki toksisitas rendah

4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi

5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal

6 Harga terjangkau

Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis

tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi

akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang

timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin

2008)

Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam

dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan

operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal

sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi

(Saifudin 2008)

3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan

a Definisi

Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi

pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan

tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat

operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang

efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan

antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah

b Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis

9

1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga

menurunkan kematian post operatif

2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan

kesehatan

3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total

antibiotik yang diperlukan

Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis

1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder

2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak

menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi

3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan

4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai

c Prinsip Penggunaan

1 Tepat Indikasi

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar

101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO

dapat diturunkan menjadi 13

Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria

bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih

yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius

seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata

Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi

kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest

2 Tepat Obat

Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda

dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih

antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan

antibiotik untuk tujuan terapi

10

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 7: Antibiotik Profilaksis2

BAB II

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

1 Definisi Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang

belum terkena infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk

mendapatkannya atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi

pasien Tujuan dari profilaksis adalah untuk memperbesar mekanisme ketahanan

tubuh terhadap invasi bakteri Profilaksis adalah usaha untuk mencegah organisme

sebelum mereka memiliki kesempatan untuk menginfeksi

2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada infeksi yang

memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki mortalitas

tinggi tetapi sering terjadi Satu-satunya situasi klinis dimana antibiotik profilaksis

telah terbukti berhasil adalah dalam pencegahan demam rematik yang berulang

dengan cara pemberian terapi penisilin yang terus menerus Berikut ini merupakan

prinsip penggunaan antibiotik profilaksis (Pallasch 2003)

Indikasi

Umum

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi

yang tidak memiliki mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Kriteria dasar 1 Perbandingan antara risiko dan cost benefit harus rasional

2 Antibiotik harus sudah berada dalam peredaran darah atau

organ target sebelum tindakan invasive dimulai

3 Dosis optimal dibutuhkan agar didapatkan konsentrasi yang

tinggi dalam darah dan jaringan

4 Pilihan antibiotik harus sesuai dengan mikroorganisme

penyebab infeksi atau bakterimia

5 Antibiotik hanya boleh dilanjutkan selama masih ada

kontaminasi dari bakteri atau dari tempat operasi

Profilaksis

pada

1 Infeksi yang jarang tetapi berhubungan dengan morbiditas

atau mortalitas yang tinggi

7

pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang

tinggi

3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril

4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic

Efek yang

tidak

diharapkan

1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik

2 Adanya risiko super infection

3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik

Kontraindikasi

antibiotik

Profilaksis

1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang

efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu

kecil

2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan

penyakit

3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri

pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang

bersifat paling patogen

Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)

a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu

b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung

atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia

misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain

c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang

sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi

pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah

infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi

pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik

profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan

akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan

tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan

sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian

antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding

8

dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah

infeksi (Saifudin 2008)

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai

berikut (Permenkes 2011)

1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang

bersangkutan

2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko

resistensi kuman

3 Memiliki toksisitas rendah

4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi

5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal

6 Harga terjangkau

Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis

tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi

akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang

timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin

2008)

Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam

dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan

operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal

sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi

(Saifudin 2008)

3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan

a Definisi

Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi

pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan

tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat

operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang

efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan

antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah

b Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis

9

1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga

menurunkan kematian post operatif

2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan

kesehatan

3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total

antibiotik yang diperlukan

Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis

1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder

2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak

menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi

3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan

4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai

c Prinsip Penggunaan

1 Tepat Indikasi

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar

101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO

dapat diturunkan menjadi 13

Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria

bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih

yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius

seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata

Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi

kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest

2 Tepat Obat

Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda

dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih

antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan

antibiotik untuk tujuan terapi

10

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 8: Antibiotik Profilaksis2

pembedahan 2 Dalam prosedur pembedahan dengan tingkat infeksi yang

tinggi

3 Untuk mencegah kontaminasi pada area yang steril

4 Selama proses implantasi dari materi prosthetic

Efek yang

tidak

diharapkan

1 Risiko alergi atau keracunan antibiotik

2 Adanya risiko super infection

3 Menginduksi ekspresi gen terhadap resistensi antibiotik

Kontraindikasi

antibiotik

Profilaksis

1 Pada situasi klinis dimana belujm ada bukti tentang

efektifitas antibiotik tersebut atau tingkat efektifitas terlalu

kecil

2 Bakterimia yang akan dicegah sangat jarang menyebabkan

penyakit

3 Jika profilaksis ditujukan untuk semua jenis bakteri

pathogen bukan hanya ditujukan pada satu koloni yang

bersifat paling patogen

Tabel 2 Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis

Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaanndashkeadaan berikut (Anonim9943042008)

a Untuk melindungi seseorang yang terkena kuman tertentu

b Mencegah endokarditas pada pasien yang mengalami kelainan katub jantung

atau defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia

misalnya ekstrasi gigi pembedahan dan lainndashlain

c Untuk kasus bedah profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang

sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi

pasca bedah Antibiotik profilaksis digunakan untuk membantu mencegah

infeksi Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi

pengobatan dengan antibiotik merupakan jalan yang tepat Pemberian antibiotik

profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan jika memungkinkan

akan membuat kadar antibiotik dalam darah yang cukup pada saat dilakukan

tindakan Dalam operasi bedah sesar antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan

sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan Satu kali dosis pemberian

antibiotik profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif jika dibanding

8

dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah

infeksi (Saifudin 2008)

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai

berikut (Permenkes 2011)

1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang

bersangkutan

2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko

resistensi kuman

3 Memiliki toksisitas rendah

4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi

5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal

6 Harga terjangkau

Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis

tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi

akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang

timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin

2008)

Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam

dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan

operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal

sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi

(Saifudin 2008)

3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan

a Definisi

Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi

pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan

tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat

operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang

efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan

antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah

b Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis

9

1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga

menurunkan kematian post operatif

2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan

kesehatan

3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total

antibiotik yang diperlukan

Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis

1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder

2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak

menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi

3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan

4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai

c Prinsip Penggunaan

1 Tepat Indikasi

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar

101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO

dapat diturunkan menjadi 13

Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria

bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih

yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius

seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata

Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi

kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest

2 Tepat Obat

Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda

dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih

antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan

antibiotik untuk tujuan terapi

10

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 9: Antibiotik Profilaksis2

dengan tiga dosis atau pemberian antibiotik selama 24 jam dalam mencegah

infeksi (Saifudin 2008)

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis adalah sebagai

berikut (Permenkes 2011)

1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang

bersangkutan

2 Antibiotik yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk mengurangi resiko

resistensi kuman

3 Memiliki toksisitas rendah

4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian anestesi

5 Memiliki potensi sebagai bakterisidal

6 Harga terjangkau

Pemberian antibiotik pasca operasi untuk kepentingan profilaksis

tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna Dosis tambahan pasca operasi

akan menimbulkan banyak kerugian (resiko efek samping meningkat merangsang

timbulnya kuman resisten dan beban biaya tambahan untuk pasien) (Saifudin

2008)

Dosis untuk mencapai konsentrasi puncak antibiotik harus diberikan dalam

dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik Pada jaringan

operasi konsentrasi terapi harus mencapai 3 ndash 4 kali konsentrasi hambatan minimal

sedangkan pada profilaksis harus mencapai sedikitnya 2 kali lipat konsentrasi terapi

(Saifudin 2008)

3 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan

a Definisi

Pemberian antibiotik sebelum saat dan hingga 24 jam pasca operasi

pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan

tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi Diharapkan pada saat

operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang

efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Avenia 2009) Penggunaan

antibiotik di rumah sakit sekitar 30-50 untuk tujuan profilaksis bedah

b Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan penggunaan antibiotik profilaksis

9

1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga

menurunkan kematian post operatif

2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan

kesehatan

3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total

antibiotik yang diperlukan

Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis

1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder

2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak

menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi

3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan

4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai

c Prinsip Penggunaan

1 Tepat Indikasi

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar

101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO

dapat diturunkan menjadi 13

Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria

bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih

yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius

seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata

Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi

kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest

2 Tepat Obat

Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda

dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih

antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan

antibiotik untuk tujuan terapi

10

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 10: Antibiotik Profilaksis2

1 Antibiotik profilaksis menurunkan insidensi infeksi pasien sehingga

menurunkan kematian post operatif

2 Antibiotik profilaksis yang sesuai dan efektif menurunkan biaya perawatan

kesehatan

3 Penggunaan antibiotik profilaksis yang sesuai membutuhkan waktu yang

lebih singkat daripada pemberian terapi sehingga menurunkan jumlah total

antibiotik yang diperlukan

Kerugian penggunaan antibiotik profilaksis

1 Dapat mengakibatkan infeksi sekunder

2 Jika resiko infeksi rendah penggunaan antibiotik profilaksis tidak

menghasilkan keuntungan sehingga tidak menurunkan insidensi infeksi

3 Biaya antibiotik juga harus di perhitungkan

4 Selalu ada resiko toksisitas terhadap obat yang di pakai

c Prinsip Penggunaan

1 Tepat Indikasi

Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi

bersih kontaminasi yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar

101 Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO

dapat diturunkan menjadi 13

Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria

bersih yang memasang bahan prostesis Juga diberikan pada operasi bersih

yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius

seperti operasi bedah syaraf bedah jantung dan mata

Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi

kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah

besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum manifest

2 Tepat Obat

Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda

dengan obat yang digunakan untuk tujuan terapi Pada umumnya dipilih

antibiotik dengan spektrum sempit generasi yang lebih tua dibandingkan

antibiotik untuk tujuan terapi

10

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 11: Antibiotik Profilaksis2

Dengan memperhatikan spektrum antibiotik ditujukan pada kuman

yang potensial menimbulkan ILO dan antibiotik tersebut dapat melakukan

penetrasi ke jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang

cukup Walaupun disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak

macam kuman normoflora namun tidak semuanya potensial menimbulkan

infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak

Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi

efektivitas toksisitas serta kemudahan cara pemberiannya Pada umumnya

untuk berbagai macam pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi

I-II sebagai profilaksis Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan

bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol Sedangkan sefalosporin

generasi III dan IV golongan karbapenem dan golongan kuinolon tidak

dianjurkan sebagai profilaksis bedah (Permenkes 2011)

3 Tepat dosis

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar

didalam sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC

(minimal inhibitory concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial

menimbulkan infeksi Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang

takarannya 2-4 kali dosis normal

Dosis yang kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat

pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman

4 Tepat rute

Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka

sebaiknya pemberiannya dilakukan secara intravena

5 Tepat waktu pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena)

atau 1 jam (intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat

insisi maka kadar antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya

Pemberian antibiotik profilaksis lebih baik dilakukan di dalam kamar

operasi pada waktu anestesi melakukan induksi untuk itu dapat minta

tolong anaestesis untuk memberikannya Antibiotik tersebut harus mencapai

kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman

11

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 12: Antibiotik Profilaksis2

kedalam jaringan di lapangan operasi Antibiotik tidak bermanfaat untuk

mencegah terjadinya ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam

dilakukan insisi

Pada operasi kolon diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin

dan eritromisin masing-masing 1g pada jam 1300 1400 dan 2300 obat

lain yang dapat diberikan juga ialah metronidazole+ kanamycin neomycin

6 Tepat lama pemberian

Pada operasi yang lama gt 3 jam atau perdarahan selama operasi gt

1500 ml akan terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan oleh

karena itu pada kondisi tersebut dapat diberikan dosis tambahan Jika

operasi sangat memanjang maka pemberian dosis tambahan dapat diberikan

setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk sefazolin

Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau

herniotomi menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan

sekali preoperatif saja Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis

tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja

karena pemberian lebih dari 1 hari tidak memberikan manfaat lebiH

(Reksoprawiro 2009)

d Dosis Antibiotik Profilaksis

Dosis antibiotik profilaksis adalah dua kali dari dosis terapi Untuk

anak-anak dosis profilaksis yang diberikan sesuai dengan rumus

Dosis Profilaksis = 2 x BB xDmax

T12

Contoh Akan diberikan antibiotik Opimox kepada anak dengan berat badan 6

kg dengan dosis maksimal 50mghari dan interval pemberian setiap 8 jamhari

(T12=3)

Dosis Profilaksis = 2 x 6 kg x 50mghr

3

Dosis Profilaksis = 200 mg

Jumlah obat yang diberikan kepada pasien = 200 mg 250 ml = 08 cc

Jadi jumlah antibiotik yag diberikan sebanyak 08 cc Penyuntikan antibiotic

profilaksis dilakukan dengan menggunakan spuit 3 cc

12

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 13: Antibiotik Profilaksis2

Dosis Antibiotik Profilaksis

Situasi Medikasi DosisStandard prophylaxis Amoxicillin Dewasa 20 g

Anak 50 mgkg orally 1 jam sebelum prosedur

Tidak dapat meninumobat po

Ampicillin Dewasa 20 g IM or IVAnak 50 mgkg IM or IV 30 menit sebelumProsedur

Alergi Penicillin Clindamycin Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Cephalexin or cefadroxilOr

Dewasa 20 gAnak 50 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Azithromycin orClarithromycin

Dewasa 500 mgAnak 15 mgkg 1 jam sebelum prosedur po

Alergi penisilin dantidak bisa minum obatpo

Clindamycin orCefazolin

Dewasa 600 mgAnak 20 mgkg IV 30 menit sebelum prosedurDewasa 10 gAnak 25 mgkg IM atau IV 30 menit sebelumProsedur

e Antibiotik profilaksis untuk berbagai jenis operasi

Jenis operasi Patogen tersering Antibiotik profilaksis yang dianjurkan

Tingkat rekomendasi

Operasi Organ PencernaanGastroduodenal Gram (-) enterik basil

gram (+) kokus anaerob oral

Cefazolin 1x1 gr 1A

Cholesistotomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefazolin 1x1 gr 1A

Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

Gram (-) enterik basil anaerob

Ceftriaxone 1x1gr 1A

Appendektomi Gram (-) enterik basil anaerob

Cefaxitin atau cefotetan 1x1gr

1A

Kolorektal Gram (-) enterik basil anaerob

PO neomycin 1g + eritromisin 1g jam 11 12 dan 1 siang sehari sebelum

1A

13

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 14: Antibiotik Profilaksis2

operasiIV Cefaxitin atau cefotetan 1gr

Endoskopi Bermacam-macam tergantung dari prosedur tetapi yang tersering adalah Gram (-) enterik basil gram (+) kokus anaerob oral

PO Amoxicilin 2x1 grIV Ampisilin 2x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi urologiReseksi Prostat Reseksi Kandung kemih Sistoskopi

Escheria Coli Cefazolin 1x1gr 1B

Operasi KandunganSectio Caesaria Gram (-) enterik basil

Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Cefazolin 2x1 gr 1A

Histerektomi Gram (-) enterik basil Anaerob streptococcus grup B enterococcus

Vaginal Cefazolin 1x1 grAbdominal Cefotetan 1x1 gr atau Cefazolin 1x1 gr

1A

Operasi Kepala dan LeherOperasi Maksillofasial

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Cefazolin 1gr atau clindamycin 600 mg

1A

Reseksi keganasan kepala dan leher

Staphylococcus aureus streptococci oral anaerob

Clindamicin 600 mg saat induksi dan 2x dosis setiap 8 jam setelahnya

1A

Bedah Ortopedi

Penggantian Sendi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1A

Fraktur Panggul S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama 48 jam

1A

14

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 15: Antibiotik Profilaksis2

berikutnya

Fraktur Terbuka S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-)

Poli mikroba

Cefazolin 1g x 1

preoperatif

dilanjutkan setiap 8

jam selama ada

dugaan infeksi

1A

Bedah Saraf

Pemasangan shunt

cairan serebrospinal

S aureus

S epidermidis

Cefazolin 3 x 1 g

setiap 8 jam atau

ceftriaxon 2 x 1g

1A

Kraniotomi S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g atau

Cefotaxime 1x1g

1A

Bedah Spinal S aureus

S epidermidis

Cefazolin 1x1g 1B

Bedah Jantung dan

Thoraks

Bedah Jantung S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

Cefazolin 1g setiap 8

jam selama 48 jam

1A

Bedah Thoraks S aureus

S Epidermidis

Corynebacterium

bakteri gram (-) enterik

Cefuroxime 750 mg

setiap 8 jam selama

48 jam

1A

Bedah Vaskuler

Bedah aorta

abdominal dan

pembuluh darah

ekstremitas bawah

S aureus

S epidermidis

Bakteri gram (-) enterik

Cefazolin 1g saat

induksi dan

dilanjutkan dua

dosis lagi dalam 2x8

jam berikutnya

1B

15

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 16: Antibiotik Profilaksis2

4 Antibiotik Profilaksis Untuk Berbagai Kondisi Medis

a Pencegahan Demam Rematik Rekuren

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang bisa terjadi sesudah

faringitis akut faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-

haemoliticus grup A Penyakit ini dapat mengenai jaringan penyambung

dari jantung persendian kulit dan pembuluh darah Di negara-negara

berkembang demam rematik merupakan suatu endemik dan masih

merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit jantung didapat

paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda Demam

rematik juga merupakan penyebab utama kematian pada kelompok umur

dibawah 50 tahun dengan insidens tiap tahun 100-200 kali lebih besar

dibandingkan hasil yang diamati pada negara-negara maju (Davidson amp

Carson-Dewytt 2011)

Penderita demam rematik mempunyai resiko besar untuk mengidap

serangan ulang demam rematik setelah terserang infeksi Streptococcus β-

hemolyticus grup A berikutnya Oleh karena itu pencegahan merupakan

aspek penanganan demam rematik yang sangat penting Pencegahan

sekunder pada dasarnya merupakan pemberian antibiotik secara teratur pada

penderita yang pernah mengidap demamrematik agar tidak terjadi infeksi

streptokokus pada saluran pernafasan bagian atassehingga tidak terjadi

serangan ulang demam rematik Pencegahan sekunder dianjurkan untuk

tetap diberikan paling tidak sampai usia 18 tahun Pada penderitademam

rematik yang mengalami kelainan katup jantung pencegahan ini

dianjurkandiberikan seumur hidup (Behrman et al 2006)

Salah satu pengobatan demam rematik adalah pemberian antibiotik

untuk eradikasi tahap awal dan profilaksis Pasien diberikan penisilin atau

eritromisin secara oral selama 10 hari atau injeksi penisilin G benzatin dosis

tunggal intramuskular untuk mengeradikasi Streptococcus β-hemolyticus

Grup A dari saluran pernapasan bagian atas Setelah terapi insial antibiotik

ini diberikan maka pasien harus segera memulai profilaksis antibiotik

jangka panjang (Behrman et al 2006)

Antibiotik Kondisi

16

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 17: Antibiotik Profilaksis2

Injeksi benzatin penisilin G

intramuscular 12 juta unit setiap 4

minggu

Pada populasi dengan insiden demam

rematik yang sangat tinggi atau bila

individu tetap mengalami demam

rematik akut rekuren walau sudah

patuh pada rejimen 4 minggua bisa

diberikan setiap 3 minggu

Penicillin V2 x 250 mghari Pada pasien dengan risiko rekurensi

demam rematik lebih rendah bisa

dipertimbangkan mengganti obat

menjadi oral saat pasien mencapai

remaja akhir atau dewasa muda dan

tetap bebas dari demam rematik

minimal 5 tahun

Sulfadiazin atau sulfisoksazol 05

ghari untuk pasien dengan BB le 27

kg dan 1 ghari untuk pasien dengan

BB ge 27 kg

Untuk pasien yang alergi penicillin

Profilaksis dengan sulfonamid

dikontraindikasikan pada kehamilan

akhir karena adanya pasase

transplasenta dan kompetisi dengan

bilirubin pada lokasi pengikatannya

di albumin

Antibiotik makrolida (eritromisin

atau klaritromisin atau azitromisin)

Obat-obat ini tidak boleh diberikan

bersama inhibitor sitokrom P450 3A

seperti antijamur azol inhibitor HIV

protease dan beberapa antidepresi

SSRI

Untuk pasien yang alergi penisilin

dan sulfisoksazol

(Permenkes 2011)

b Pencegahan Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardium jantung yang

bisa mengenai satu katup jantung atau lebih endokardium otot atau defek

septum

17

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 18: Antibiotik Profilaksis2

Panduan untuk terapi profilaksis terhadap endokarditis

1) Kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi untuk terjadi endokarditis

infeksiosa dianjurkan diberikan profilaksis

a) Katup jantung prostetik

b) Riwayat menderita endokarditis infeksiosa sebelumnya

c) Penyakit jantung congenital

d) Penerima transplantasi jantung yang mengalami valvulopati jantung

2) Untuk pasien dengan kondisi di depan profilaksis dianjurkan untuk

semua prosedur gigi yang melibatkan manipulasi jaringan gingival atau

daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut Prosedur berikut ini

tidak memerlukan profilaksis injeksi anestetik rutin menembus

jaringan yang tidak terinfeksi foto rontgen gigi pemasangan piranti

prostodontik atau ortodontik yang bisa dilepas penyesuaian piranti

ortodontik pemasangan bracket ortodontik pencabutan gigi primer dan

perdarahan karena trauma pada bibir atau mukosa mulut

3) Profilaksis antibiotik dianjurkan untuk prosedur pada saluran napas atau

kulit struktur kulit atau jaringan musculoskeletal yang terinfeksi hanya

bagi pasien dengan kondisi penyakit jantung yang berisiko tinggi terjadi

endokarditis infeksiosa

Rejimen yang dianjurkan

1 Antibiotik profilaksis harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum

prosedur Bila secara tidak sengaja dosis antibiotik tidak diberikan

sebelum prosedur dosis bisa diberikan sampai 2 jam sesudah operasi

2 Rejimen untuk prosedur gigi

a Untuk pemberian oral amoksisilin apabila tidak bisa

mengkonsumsi obar per oral ampisilin atau sefazolin atau

seftriakson secara IM atau IV

b Kalau alergi terhadap golongan penisilin secara oral diberikan

sefaleksin (atau sefalosporin oral generasi pertama atau kedua

lainnya) atau klindamisin atau azitromisin atau klaritromisin Bila

tidak bisa mengkonsumsi obat oral diberikan sefazolin atau

seftriakson atau klindamisin secara IM atau IV Sefalosporin tidak

18

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 19: Antibiotik Profilaksis2

boleh digunakan pada individu dengan riwayat anafilaksis

angioedema atau urtikaria pada pemberian golongan penisilin

(Permenkes 2011)

c Profilaksis Pada Meningitis

Meningitis adalah sindrom yang ditandai oleh inflamasi meningen

Tergantung pada durasinya meningitis bisa terjadi secara akut dan kronis

Mikroba penyebab Streptococcus pneumoniae N meningitidis H

influenzae L monocytogenes S agalactiae basil Gram negatif

Staphylococcus sp virus parasit dan jamur Tujuan kemoprofilaksis

mencegah meningitis akibat kontak dengan pasien Profilaksis meningitis

meningococcus dan H influenzae harus disarankan pada orang yang kontak

erat dengan pasien tanpa memperhatikan status vaksinasi Profilaksis harus

ditawarkan pada individu dengan kriteria berikut

1) Kontak erat yang lama dengan individu meningitis (paling sedikit

selama 7 hari)

2) Kontak pada tempat penitipan anak

3) Kontak erat sementara dengan pasien terpapar secret pasien (misalnya

melalui kontak mulut intubasi endotrakhea atau manajemen TT) di

sekitar waktu rumah sakit

Kontak erat dengan pasien infeksi meningokokus harus mendapat salah satu

rejimen ini

a Rifampisin dewasa 600 mg12 jam selama 2 hari anak 1-6 tahun 10

mgkgBB12 jam selama 2 hari anak 3-11 bulan 5mgkgBB12 jam

selama 2 hari

b Siprofloksasin dewasa 500 mg dosis tunggal

c Seftriakson dewasa 250 mg IM dosis tunggal anak lt 15 tahun 125 mg

IM dosis tunggal

Bila antibiotik lain telah digunakan untuk terapi pasien harus menerima

antibiotik profilaksis untuk eradikasi carrier nasofaring sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

(Permenkes 2011)

d Profilaksis Pada Pasien dengan Neutropenia

19

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 20: Antibiotik Profilaksis2

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah infeksi pada pasien

neutropenia antara lain ( Hadinegoro 2002)

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai antibiotik profilaksis namun

makin hari makin banyak bakteri yang mulai resisten

Siprofloksasin juga telah dipakai sebagai antibiotik profilaksis untuk

mengurangi infeksi bakteri Gram negatif namun tidak untuk Gram

positif

Profilaksin antifungal fluconazole telah dapat menurunkan insidens

candidiosis namun tampaknya telah muncul pula spesies candida yang

resisten terhadap fliconazole

Trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai pencegahan terhadap

Pneumocystis carinii tampaknya cukup efektif dan tetap

direkomendasikan untuk pasien keganasan yang mendapat pengobatan

glikokortikoid

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

Isolasi sederhana perlu diterapkan untuk pasien neutropenia kebiasaan

mencuci tangan bagi dokter perawat dan pengasuh perlu harus selalu

diingatkan aliran udara dalam kamar cukup baik sehingga mengurangi

paparan mikroba pada pasien

Beberapa institusi juga merekomendasikan untuk selalu memasak

makanan dengan baik terutama untuk menghindari infeksi jamur

Menjaga pencemaran dari polusi bahan bangunan untuk mencegah

infeksi Aspergillus Ventilasi kamar perlu diperhatikan kebersihannya

untuk mencegah infeksi Legionella

e Profilaksis Pada Artritis Septik

Artritis septik karena infeksi bakterial merupakan penyakit yang

serius dan sampai saat ini masih merupakan tantangan bagi para klinisi

karena prognosis tidak berubah selama dua dekade terakhir ini Infeksi pada

sendi dapat melalui hematogen ataupun inokulasi langsung melalui prostetik

sendi Penyebab yang paling banyak adalah Staphylococcus aureus Proses

kerusakan sendi melalui tiga tahap yaitu kolonisasi bakteri terjadinya

infeksi dan induksi respon inflamasi hospes Faktor predisposisi menderita

20

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 21: Antibiotik Profilaksis2

arthritis septik oleh adanya faktor lokal dan kondisi sistemik yang

memudahkan terjadinya infeksi ( Darya IW dan Putra TR 2009)

Karena akibat lanjutan dari artritis septik yang berat (mortalitas

morbiditas dan kehilangan fungsi sendi) artritis septik yang menyebar via

hematogen merupakan masalah besar pada pasien-pasien dengan penyakit

sendi Penggunaan profilaksis antibiotika untuk pencegahan artritis bakterial

secara hematogen melalui penyebaran hematogen transien masih

controversial (Balabaud et al 2007)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Krijnen et al (2001)

profilaksis antibiotika pada kasus infeksi kulit merupakan cost-effective

pada pasien dengan penyakit sendi yang kepekaannya tinggi Pada pasien

dengan risiko tinggi seperti artritis rheumatoid dan penggunaan prostesis

pada sendi besar profilaksis tidak hanya efektif tetapi juga mengurangi

biaya secara keseluruhan Sedangkan infeksi saluran kencing dan saluran

nafas merupakan risiko rendah terjadinya septik artritis Profilaksis efektif

pada kasus ini bila penderita sangat berisiko mangalami arhtritis bakterial

seperti pemakaian prostesis pada sendi panggul atau lutut adanya penyakit

komorbid artritis rheumatoid dan usia 80 tahun atau lebih (Hughes et al

2005 Balabaud et al 2007)

Berdasarkan panduan dari Belanda profilaksis yang digunakan

adalah amoksisilinasam klavulanat untuk mengatasi artritis bakterial untuk

berbagai sumber infeksi Pilihan lain adalah golongan sefalosporin Tidak

diketahui antibiotika mana sebagai profilaksis yang lebih baik Dosis

amoksisilinasam klavulanat sebagai profilaksis adalah 2000200 mg

intravenus sebelum tindakan invasif 3x500125 mg sehari selama 10 hari

pada kasus infeksi dan 3000750 mg per oral sekali sebelum tindakan di

bidang dental Efikasi profilaksis ini adalah 90 dengan kejadian efek

samping 001 mengalami reaksi non fatal dan 0002 mengalami reaksi

fatal (Balabaud et al 2007)

21

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 22: Antibiotik Profilaksis2

BAB III

PENUTUP

Salah satu penggunaan dari antibiotik adalah sebagai terapi profilaksis dengan

tujuan untuk memperbesar mekanisme ketahanan tubuh terhadap invasi bakteri

Profilaksis merupakan usaha untuk mencegah organisme sebelum mereka memiliki

kesempatan untuk menginfeksi Penggunaan antibiotik profilaksis harus dibatasi pada

infeksi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi atau infeksi yang tidak memiliki

mortalitas tinggi tetapi sering terjadi

Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi agar didalam

sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory

concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi Untuk

itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal Dosis yang

kurang adekwat tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi

justru merangsang terjadinya resistensi kuman

Penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak di rumah sakit adalah untuk tujuan

profilaksis bedah yaitu sekitar 30-50 Selain itu juga profilaksis dapat digunakan

untuk berbagai kondisi medis lainnya seperti profilaksis pada demam rematik rekuren

endokarditis meningitis pada pasien dengan neutropenia dan arthritis septik

22

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 23: Antibiotik Profilaksis2

DAFTAR PUSTAKA

Balabaud L Gaudias J Boeri C Jenny JY Kehr P 2007 Results of treatment of septic knee arthritis a retrospective series of 40 cases Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc 15(4)387-92

Behrman Klegman Arvin 200 Rheumatic Fever in Nelson Text Book of Pediatrics 17 Th edition USA 1140-11445

Darya I Wayan Putra Tjokorda R 2009 Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis Septik BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud

Davidson Tish Carson-Dewytt Rosalyn 2011 Encyclopedia of Childrenrsquos Health Rheumatic Fever httpwwwhealthofchildrencomRRheumatic-Feverhtml (2 Juli 2012)

Ganiswara S G 2003 Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta FKUI

Hadinegoro Sri Rezeki S 2002 Demam pada Pasien Neutropenia Sari Pediatri Vol 3 235-241

Hughes LB 2005 Infectious Arthritis In Koopman WJ Moreland LW Ed Arthritis and allied conditionsa text book of rheumatology 15th ed Philadelpia Lippincott William amp Wilkins Pp 2577-2601

Katzung EG 1997 Obat-Obat Kemoterapeutika dalam Farmakologi Dasar amp Klinik Jakarta EGC

Kisworo 1997 Demam Rematik Available from httpwwwkalbecoidfilescdkfiles09DemamRematik116pdf09DemamRematik116pdf

Krijnen P Kaandorp CJE Steyerberg EW van Schaardenburg D Bernelot Moens HJ Habbema JDF 2001 Antibiotic prophylaxis for haematogenous bacterial arthritis in patients with joint disease a cost effectiveness analysis Ann Rheum Dis 60359-66

Pallasch Thomas J 2003 Antibiotic Prophylaxis Endodontic Topics 4 46-59

PERMENKES 2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2406 MENKES PERXII2011

23

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman
Page 24: Antibiotik Profilaksis2

Reksoprawiro S 2009 Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan Surabaya DepartemenSMF Ilmu Bedah FK-UNAIRRSU Dr Soetomo

Rosen EJ Quinn FB 2000 Microbiology infections and antibiotic therapy httpwwwutmbeduotorefgrndsInfect-0003Infect-0003pdf (1 Juli 2012)

Usri K et al 2006 Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Bandung LSKI

Wells B DiPiro J Schwinghammer T DiPiro C 2011 Pharmacotherapy Handbook Eighth Edition New York McGraw-Hill

Winotopradjoko M et al 2006 Informasi Spesialite Obat Indonesia Jakarta ISFI

24

  • REFERAT
  • Disusun oleh
  • Pembimbing
  • dr Dhani Redhono H SpPD FINASIM
  • KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
  • Mengetahui dan menyetujui
  • Penyusun
  • DAFTAR ISI
  • Halaman