65
REFERAT ANTIBIOTIK DI BIDANG UROLOGI Oleh : Ananta Cahya Nugroho Achmad Nugroho Dimas Visa Aditya Hasroni Fathurrahman Widya Sakti Pratama Pembimbing : Prof. Paul Tahalele Sp.B Sp.BTKV Laboratorium Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unair – RSUD Dr. Soetomo

Antibiotik Urology

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

REFERATANTIBIOTIK DI BIDANG UROLOGI

Oleh :Ananta Cahya NugrohoAchmad NugrohoDimas Visa AdityaHasroni FathurrahmanWidya Sakti Pratama

Pembimbing :Prof. Paul Tahalele Sp.B Sp.BTKV

Laboratorium Ilmu BedahFakultas Kedokteran Unair RSUD Dr. SoetomoSurabaya2014BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapar dibuat secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba khususnya yang merugikan manusia (Katzung, 2007). Banyaknya golongan dan turunan antibiotika pada zaman sekarang ini diharapkan para dokter untuk mempergunakan antibiotik secara bijak dan rasional sesuai bidang keahlian dan spesialistik masing-masing (Utami, 2012). Antibiotika harus digunakan secara rasional, sehingga antibiotik dapat digunakan secara efektif dan efisien dengan efek samping sekecil-kecilnya bagi penderita dan masyarakat. Tindakan ini juga berdampak mengurangi biaya tanpa mengorbankan penderita / masyarakat terhadap pemilihan antibiotik yang salah (DarmansjahI.1994). Antibiotika yang rasional mencakup beberapa hal yaitu harus tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis regimen, serta harus waspada terhadap efek samping obat yang dapat timbul (Utami, 2012). Apabila penggunaan antibiotika yang tidak rasional terus dilakukan, dampak buruk yang akan ditimbulkan selain tersebut d atas adalah terjadinya resistensi. Apabila resistensi terhadap pengobatan terus berlanjut tersebar luas, dunia yang sangat telah maju dan canggih ini akan kembali ke masa-masa kegelapan kedokteran seperti sebelum ditemukannya antibiotika. Maka dari itu kita sebagai tenaga kesehatan harus lebih berperan aktif pada usaha pencegahan terjadinya resistensi antibiotik dengan selalu bijak dan rasional dalam menggunakan antibiotik baik sebagai tindakan profilaksis ataupun terapi definitif (APUA, 2011).Pada bagian bedah kita mengenal adanya antibiotik profilaksis, yaitu antibiotik yang hanya digunakan untuk tindakan dengan kejadian infeksi yang tinggi dan tindakan dengan konsekuensi infeksinya sangat serius. Jenis mikroorganisme patogen yang diduga menginfeksi luka pada bedah urologi adalah E. coli dan Pseudomonas, klebsiellaTujuan dari pemberian antibiotik profilaksis adalah untuk mengurangi insidensi infeksi luka pascabedah. Sangat penting untuk mengenal perbedaan antara profilaksis dan pengobatan empirik. Profilaksis merupakan prosedur yang berhubungan dengan angka infeksi yang tinggi, dimana mempunyai konsekuensi infeksi yang serius. Disini antibiotik sebaiknya dapat menutupi organisme yang paling mungkin akan mengkontaminasi dan akan berada di jaringan pada saat dilakukan insisi awal. Terapi empirik merupakan kelanjutan dari penggunaan antibiotik setelah prosedur operasi dan berdasarkan penemuan pada saat berlangsungnya operasi. Profilaksis yang tidak tepat dapat disebabkan oleh pemakaian spektrum luas (broad spectrum) dan sebagai terapi lanjutan tanpa rekomendasi periode waktu. Cara ini dapat meningkatkan risiko efek samping dan akan menyebabkan organisme menjadi resistan. Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang belum terkena infeksi, tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk mendapatkannya, atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi pasien. Penggunaan antibiotik di rumah sakit, sekitar 30-50 % untuk tujuan profilaksis bedah. Profilaksis bedah merupakan pemberian antibiotik sebelum adanya tanda-tanda dan gejala suatu infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya manifestasi klinik infeksi. Obat- obatan profilaksis harus diarahkan terhadap organisme yang mempunyai kemungkinan terbesar dapat menyebabkan infeksi, tetapi tidak harus membunuh atau melemahkan seluruh patogen. Dengan mengetahui farmakologis antibiotik secara spesifik, maka terapi penyakit dapat dimaksimalkan dan angka kesembuhan pasien dapat ditingkatkan dengan menurunkan tingkat resistensi mikroba terhadap antibiotik (Utami 2012).Tujuan dari pemberian antibiotik profilaksis adalah untuk mengurangi insidensi infeksi luka pascabedah. Sangat penting untuk mengenal perbedaan antara profilaksis dan pengobatan empirik. Profilaksis merupakan prosedur yang berhubungan dengan angka infeksi yang tinggi, dimana mempunyai konsekuensi infeksi yang serius. Disini antibiotik sebaiknya dapat menutupi organisme yang paling mungkin akan mengkontaminasi dan akan berada di jaringan pada saat dilakukan insisi awal. Terapi empirik merupakan kelanjutan dari penggunaan antibiotik setelah prosedur operasi dan berdasarkan penemuan pada saat berlangsungnya operasi. Profilaksis yang tidak tepat dapat disebabkan oleh pemakaian spektrum luas (broad spectrum) dan sebagai terapi lanjutan tanpa rekomendasi periode waktu. Cara ini dapat meningkatkan risiko efek samping dan akan menyebabkan organisme menjadi resistan (Harley, 1985). Adapun antibiotik yang dibahas di makalah ini hanya membahas mengenai antibiotika yang sering digunakan dalam bidang Bedah Urologi.

B. Masalah1. Golongan-golongan obat antibiotik apa yang digunakan di bidang Urologi?2. Bagaimana farmakologis dari antibiotik yang digunakan di bidang Urologi?

C. TujuanAdapun tujuan kami membuat makalh ini adalah :1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic yang digunakan di bidang Urologi2. Untuk mengetahui tentang farmakologis dari antibiotik yang digunakan di bidang Urologi

BAB IITinjauan PustakaDalam bidang urologi, penggunaan antibiotik bertujuan untuk dua hal yaitu sebagai tindakan profilaksis dan sebagai tindakan terapi definitif. Karena urologi sebagai cabang ilmu kedokteran yang melakukan terapi medis maupun terapi yang berupa tindakan bedah, maka tidak jarang pemakaian antibiotik digunakan sebagai profilaksis pada tindakan bedah. Selain itu, banyak tindakan dibidang urologi yang dapat menimbulkan resiko infeksi dikarenakan selalu berhubungan dengan saluran kemih yang diketahui berhubungan langsung dengan dunia luar, sehingga resiko infeksi yang terjadi oleh karena infeksi bakteri sangat tinggi, oleh sebab itu tidak jarang digunakan antibiotik pada tindakan urologi. Diantara tindakan urologi yang paling sering menggunakan antibiotik salah satunya adalah pada pemakaian selang kateter jangka lama (Ranan, 2009).Penggunaan antibiotik yang rasional harus berdasarkan pertimbangan peta pola bakteri dan tingkat resistensi terhadap antibiotik. Hal ini ditujukan agar mencegah meningkatnya peningkatan jumlah bakteri yang resisten terhadap antibiotik, sehingga tercapai terapi yang efektif. Dibawah ini adalah data-data dan tabel peta pola bakteri dan resistensi terhadap antibiotik di bagian Urologi RS dr. Sutomo, Surabaya (Departemen Mikrobiologi RSUD dr, Soetomo 2013)

RSU Dr. Soetomo Juli September 2000

Jenis BakteriBulanTotalProsen

JuliAgustusSeptember

1. Escherichia coli2. Klebsiella spp3. Stapylococcus epidermidis4. Pseudomonas spp5. Proteus sp6. Candida7. Staphylococcus aureus8. Lain-lain56192915132613162311720653-144492881221-2102167785447995837744,3020,6914,3212,472,392,391,332,12100

Resistensi Staphylococcus epidermidis di RSU Dr. Soetomo AntimikrobaStaphylococcus epidermidis

TotalResistenProsen

Gentamisin (CN 10)Fosformisin (FOM 50)Ampisilin (AMP 10)Tetrasiklin (TET 30)Klorampenikol (C 30)Eritromisin (E 15)Klindamisin (DA)Kloksasilin (OB 5)4848475151515049242335443231254350,0047,9274,4786,2862,7560,785087,76

Pola Resistensi di RSU Dr. Soetomo A. Sefalosporin AntimikrobaEscherichia coliKlebsiella sppPsedomonas spp

TotalResistenProsenTotalResistenProsenTotalResistenProsen

Sefoperason (CFP)Sefotaksim (CTX30)Sefotiam (CTM30)Seftasidim (CAZ30)4313710420314856872,0935,0453,85409866549264154926,5362,1266,6733,331539245113724073,3394,871000

B. Golongan lainAntimikrobaEscherichia coliKlebsiella sppPsedomonas spp

TotalResistenProsenTotalResistenProsenTotalResistenProsen

Amikasin (AK30)Asam Nalidiksat (NA30)Dibekasin (DKB30)Fosfomisin (FOM50)Kotrimoksasol (SXT25)Meropenem (NEM10)Siprofloksasin (CIP5)67

91

104

11051

15911257

70

91

2447

92985,08

76,92

87,50

21,8292,17

5,6625,8933

51

49

6829

624822

44

45

4628

12966,67

86,28

91,84

67,6596,55

1,6160,4223

18

28

3913

412511

18

20

3012

1447,83

100

71,43

76,9292,31

2,4416

Hasil uji kepekaan bakteri terhadap beberapa jenis Antibiotika kultur urine 7 dan 14 hari, di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 2010AntibiotikaKuman E coliKuman KlebsielaKuman Enterobacter aeruginosa

SensitifResistenSensitifResistenSensitifResisten

Amoxycillin-Clavulanic Acid (AMC) 5 (50%) 5 (50%) 2 (33,33%) 4 (66,66%) 1 (100%) 0

Astreonam (ATM) 1 (50%) 1 (50%) 0 1 (100%) 1 (100%) 0

Amikacin (AK) 0 0 1 (100%) 0 1 (100%) 0

Amoxycillin (AML) 0 0 0 0 0 0

Cefotaxime (CTX) 6 (66,66%) 3 (33,33%) 1 (16,66%) 5 (83,33%) 0 0

Ceftriaxone (CRO) 3 (75%) 1 (25%) 0 1 (100%) 1 (100%) 0

Ceftazidime (CAZ) 9 (100%) 0 3 (50%) 3 (50%) 1 (100%) 0

Gentamycin (CN) 7 (100%) 0 1 (33,33%) 2 (66,66%) 1 (100%) 0

Ciprofloxacin (CIP) 3 (30%) 7 (70%) 3 (60%) 2 (40%) 0 1 (100%)

Chloramphenicol (C) 0 0 0 0 0 0

Cefepime (FEP) 9 (90%) 1 (10%) 4 (100%) 0 1 (100%) 0

Erythromycin (E) 0 0 0 0 0 0

Nitrofurantoin (F) 7 (87,5%) 1 (12,5%) 2 (40%) 3 (60%) 0 1 (100%)

Kanamycin (K) 4 (44,44%) 5 (55,55%) 1 (25%) 3 (75%) 0 0

Meropenem (MEM) 9 (90%) 1 (10%) 5 (100%) 0 1 (100%) 0

Nalidixic Acid (NA) 2 (22,22%) 7 (77,77%) 1 (20%) 4 (80%) 0 1 (100%)

Ampicillin-Sulbactam (SAM) 4 (40%) 6 (60%) 1 (25%) 3 (75%) 0 0

Cotrimoxazole (SXT) 2 (33,33%) 4 (66,66%) 0 5 (100%) 0 1 (100%)

Cefoperazone-Sulbactam (SCF) 10 (100%) 0 5 (100%) 0 1 (100%) 0

Tetracyclin (TE) 2 (22.22%) 7 (77,77%) 0 3 (100%) 0 0

Berikut ini beberapa antibiotik yang sering digunakan di bidang urologi baik sebagai terapi profilaksis maupun terapi definitf. Antibiotik yang akan dibahas meliputi antibiotik golongan Quinolon (Ciprofloxacin, Levofloxacin), Cephalosporin (Cefotaxim, Ceftazidim, Ceftriaxon), Nitromidazole (metronidazole), Penicillin (Ampicillin Sulbactam), Carbapenems (meropenem), Aminoglikoside (gentamicyn), Sulfonamide (Trimethoprim Sulfamethoxazole) (Ranan, 2009).1. Ciprofloxacin

Ciprofloxacin (1-cyclopropyl-6-fluoro-1,4-dihydro-4-oxo-7-(-1-piperazinyl-3-quinolone carboxylic acid) merupakan salah satu obat sintetik derivat quinolone (Sulistya, 2008).1.1.FarmakodinamikCiprofloksasin merupakan salah satu obat sintetik derivat kuinolon. Mekanisme kerjanya adalah menghambat aktivitas DNA gyrasi bakteri, bersifat bakterisidal dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif maupun negatif (Sulistia, 2008).

1.2.FarmakokinetikCiprofloksasin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna, biovailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada protein plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh. Metabolismenya di hati dan dieksresi terutama melalui urin (Katsung, 2007).1.3. IndikasiUntuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka terhadap ciprofloxacin, antara lain pada :- Saluran kemih termasuk prostatitis.- Uretritis dan serpisitis gonore.- Saluran cerna, termasuk demam thyfoid dan parathyfoid.- Saluran nafas, kecuali pneumonia dan streptococus.- Kulit dan jaringan lunak.- Tulang dan sendi (Katzung, 2007).

1.4. Kontra Indikasi- Penderita yang hipersensitivitas terhadap siprofloksasin dan derivat quinolone lainnya- tidak dianjurkan pada wanita hamil atau menyusui,anak-anak pada masa pertumbuhan,karena pemberian dalam waktu yang lama dapat menghambat pertumbuhan tulang rawan.- Hati-hati bila digunakan pada penderita usia lanjut- Pada penderita epilepsi dan penderita yang pernah mendapat gangguan SSP hanya digunakan bila manfaatnya lebih besar dibandingkan denag risiko efek sampingnya (Katzung, 2007).1.5.Komposisi Ciprofloxacin 250 mg : Tiap tablet salut selaput mengandung Ciprofloxacin 250 mgCiprofloxacin 500 mg : Tiap tablet salut selaput mengandung ciprofloxacin 500 mg.1.6. Dosis Untuk infeksi saluran kemih :- Ringan sampai sedang : 2 x 250 mg sehari- Berat : 2 x 500 mg sehari- Untuk gonore akut cukup pemberian dosis tunggal 250 mg sehariISK tak terkomplikasi 250 mg/hari selama 3 hari. ISK terkomplikasi : 250 mg/hari selama 10 hari. Pielonefritis akut : 250 mg/hari selama 10 hari. Prostatitis : 500 mg/hari selama 28 hari.Dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal : Bila bersihan kreatinin kurang dari 20 ml/menit maka dosis normal yang dianjurkan harus diberikan sehari sekali atau dikurangi separuh bila diberikan 2 x sehari.Lamanya pengobatan tergantung dari beratnya penyakit.Untuk infeksi akut selama 5-10 hari biasanya pengobatan selanjutnya paling sedikit 3 hari sesudah gejala klinik hilang (Sulistya, 2008). 1.7. Peringatan dan perhatian - Untuk menghindari terjadinya kristaluria maka tablet siprofloksasin harus ditelan dengan cairan- Hati-hati pemberian pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal (lihat keteranga pada dosis )- Pemakaian tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan- Selama minum obat ini tidak dianjurkan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin (Sulistya, 2008).

1.8. Efek sampingEfek samping siprofloksasin biasanya ringan dan jarang timbul antara lain:- Gangguan saluran cerna : Mual,muntah,diare dan sakit perut- Gangguan susunan saraf pusat : Sakit kepala,pusing,gelisah,insomnia dan euforia-Reaksi hipersensitivitas : Pruritus dan urtikaria - Peningkatan sementara nilai enzim hati,terutama pada pasien yang pernah mengalami kerusakan hati.- Bila terjadi efek samping konsultasi ke Dokter (Katzung, 2007)2. Levofloxacin

Nama generik (isi obat) : Levofloxacin / Levofloksasin hemihidrat. Levofloksasin merupakan generasi ketiga dan memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif dan patogen atipik. Lebih khusus lagi, levofloksasin efektif digunakan terhadap infeksi Streptococcus pneumoniae, spesies Enterococcus, Mycoplasma, dan Chlamydia (Katzung, 2007). 2.1. FarmakodinamikLevofloksasin merupakan salah satu obat sintetik derivat kuinolon. Mekanisme kerjanya adalah menghambat aktivitas DNA gyrasi bakteri, bersifat bakterisidal dengan spektrum luas (Katzung, 2007).

2.2.FarmakokinetikBioavailabilitas pada penggunaan per oral sebesar 99 persen, dan hal ini tidak dipengaruhi makanan. Levoflokasin yang dikonsumsi per oral mengalami absorpsi yang cepat dan lengkap. Setelah pemakaian dosis 500-750 mg, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi maksimal dalam darah pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah satu sampai dua jam. Selain itu, levofloksasin memiliki daya penetrasi ke jaringan dan cairan tubuh yang sangat baik. Konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan plasma didapatkan pada cairan di sekitar epitel, makrofag alveolus, mukosa bronkus, dan jaringan paru. Distribusi yang baik didapatkan pada jaringan kulit, jaringan lunak, dan saluran kemih. Keuntungan lain dalam penggunaan levofloksasin adalah waktu paruh yang panjang sehingga memudahkan dalam penggunaan, yakni sekali dalam sehari Pengunaan bersamaan dengan NSAID dapat meningkatkan risiko stimulasi Susunan Saraf Pusat dan serangan kejang Perlu penyesuian dosis teofilin bila digunakan bersama dengan levofloxacin. Penggunaan bersamaan dengan warfarin, perlu monitor Prothrombin time atau uji koagulasi lainnya yang sesuai. Dianjurkan untuk melakukan pengawasan kadar glukosa darah bila levfloxacin digunakan bersamaan dengan obat antidiabetik oral. Penggunaan levofloksasin harus memperhatikan fungsi ginjal. Hal ini disebabkan obat tersebut mengalami metabolisme yang terbatas dan diekskresi secara utuh melalui urin sejumlah 60-87 persen dalam waktu 72 jam pertama. Kurang dari dua persen diekskresikan melalui tinja. Penggunaan levofloksasin dianjurkan menyesuaikan dengan fungsi ginjal jika bersihan kreatinin pasien sudah di bawah 50 ml/menit. Jika bersihan kreatinin 20-49 ml/menit, dosis obat 250 mg tiap 24 jam, dan jika bersihan kreatinin kurang dari 20 ml/menit atau pasien yang sudah mendapat terapi pengganti ginjal, dosis obat 250 mg tiap 48 jam (Sulistyana, 2008).2.3.Indikasi obat- Infeksi Saluran Kemih dengan komplikasi.- Pielonefritis akutBronkitis kronis dengan eksasrebasi akut.- Sinusitis maksilaris akut.- Infeksi kulit dan struktur kulit.- Community Acquired Pneumonia (Katzung, 2007).2.4. Kontraindikasi obatPasien yang hipersensitif terhadap levofloxacin, obat golongan Quinolon, dan beberapa komponen obat. Dikontraindikasikan bagi wanita hamil trimester pertama dan anak-anak (Katzung, 2007)

2.5. Efek samping Diare, mual, vaginitis, kembung, pruritus, kemerahan kulit, nyeri abdomen, moniliasis genital. Dizziness, dispepsia, insomnia, gangguan pengecapan, muntah, anoreksia, cemas. Konstipasi, edema, lelah, sakit kepala, banyak berkeringat, leukorrhea, malaise, gugup, gangguan tidur, tremor, urtikaria. Indeks keamanan kehamilan : C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin (Katzung, 2007).Levofloksasin dapat menimbulkan efek samping terhadap sistem saraf pusat, yaitu sakit kepala, pusing, gangguan tidur, dan yang jarang adalah kejang. Hal tersebut berhubungan dengan ikatan pada reseptor GABA yang akan menstimulasi sistem saraf pusat. Insiden efek samping tersebut sebesar 0,2-1,1%, lebih rendah bila dibandingkan dengan insidennya pada fluorokuinolon jenis lain (0,2-5,4%). Selain memberikan efek terhadap sistem saraf pusat, penggunaan fluorokuinolon dapat menyebabkan pemanjangan interval QT. Namun, kejadian tersebut lebih rendah pada levofloksasin dibandingkan dengan fluorokuinolon jenis lain. Sebagai contoh, moxifloxacin dapat menyebabkan pemanjangan interval QT sampai 0,0178 detik bila diberikan dengan dosis 800 mg. Sedangkan levofloksasin dosis tinggi (1000 mg) hanya sedikit menyebabkan pemanjangan interval QT, yaitu 0,0015 0,0039 detik (Sulistyana, 2008).Selain efek samping terhadap sistem saraf pusat dan kardiovaskular, pemakaian fluorokuinolon perlu sangat berhati-hati pada usia lanjut. Beberapa fluorokuinolon (lomefloxacin, enoxacin, dan gatifloxacin) berhubungan dengan kejadian hipoglikemia pada pasien usia lanjut, terutama saat diberikan bersamaan dengan obat antidiabetik oral seperti gliburid. Akan tetapi, efek tersebut tidak terlalu besar pada penggunaan levofloksasin atau ciprofloxacin. Pada studi Yamada, dkk., disebutkan bahwa efek gatifloxacin, levofloxacin, dan ciprofloxacin dalam menurunkan transport glukosa berturut-turut sebesar 41%, 28%, dan 21%.Levofloksasin juga dapat melewati sawar plasenta dan masuk ke air susu ibu. Konsentrasi dalam air susu ibu sama dengan konsetrasi dalam plasma. Pemakaian levofloksasin pada kehamilan dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Levofloksasin juga tidak bisa diberikan untuk anak-anak karena dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal seperti athralgia, arthritis, tendonopati, dan gangguan berjalan (Sulistyana, 2008).2.6. DosisDosis yang direkomendasikan untuk terapi pneumonia komunitas, bronkitis kronis eksaserbasi akut, sinusitis maksilaris akut, dan infeksi kulit adalah 500 mg sekali sehari. Pasien dengan infeksi kulit dan jaringan sekitarnya, dosis yang dianjurkan pada fungsi ginjal normal adalah 750 mg satu kali per hari.Selain penggunaan per oral, levofloksasin juga sering digunakan secara intravena dalam dosis 500 mg atau 750 mg. Penggunaan levofloksasin intravena disarankan berlangsung selama 1 jam untuk dosis 500 mg dan 1,5 jam untuk dosis 750 mg. Dibandingkan penggunaan per oral, konsentrasi maksimum dalam darah sedikit lebih tinggi didapatkan setelah penggunaan levofloksasin intravena 500 mg. Namun, pada fase distribusi, konsentrasi obat dalam plasma tidak berbeda jauh hasilnya pada kedua jalur pemberian tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan levofloksasin oral ataupun intravena memberikan bioekivalensi yang kurang lebih sama (Katzung, 2007)

3. Cefixim(Class:Cephalosporins, 3rd Generation)

(6R,7R)-7-[(2Z)-2-(2-amino-1,3-thiazol-4-yl)-2-[(carboxymethoxy)imino]acetamido]-3-ethenyl-8-oxo-5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-2-carboxylic acid (Katzung, 2008).

3.1. FarmakodinamikCefixim merupakan salah satu obat golongan Cephalosporins golongan 3. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis dinding sel. Cefixime memiliki afinitas tinggi terhadap penicillin-binding-protein (PBP) 1 (1a, 1b, dan 1c) dan 3, dengan tempat aktivitas yang bervariasi tergantung jenis organismenya.Cefixime stabil terhadap -laktamase yangdihasilkan oleh beberapa organisme, dan mempunyai aktivitas yang baik terhadap organisme penghasil enzim -laktamase.(Sulistiya.2008). Pada umumnya golongan Cephalosporins tidak efektif melawan bakteri enterococci and L monocytogenes. (Katzung.2007)

3.2.FarmakokinetikAbsorbsi cefixime melalui oral berjalan lambat dan tidak lengkap. Bioavailabilitas absolute sekitar 40-50%. Dalam bentuk suspensi obat ini diserap lebih baik dari bentuk tablet. Kadar tinggi terdapat pada empedu dan urine.Penetrasi ke dalam sputum, tonsil, jaringan maxillary sinus mucosal, otorrhea, cairan empedu dan jaringan kandung empedu adalah baikTidak ditemukan adanya metabolit yang aktif sebagai antibakteri di dalam serum atau urin..Cefixime terutama diekskresikan melalui ginjal.Jumlah ekskresi yang melalui urin 50% merupakan bentuk seddiaan obat yang tidak berubah. Eliminasi juga terjadi melalui feces (10%).Waktu paruh serum adalah 3-4 jam.Ikatan protein dari cefixime yaitu 65%.(Katzung.2007)

3.3. Indikasi di bidang urologiUntuk mengobati Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia coli dan Proteus mirabilis (Ranan, 2009).3.4. Kontra IndikasiPenderita yang hipersensitivitas terhadap gol Cefixim (Katzung, 2008)3.5.KomposisiCefixime 400 mg : Tiap tablet mengandung Cefixime 400 mgCefixime 100mg/5ml : Tiap 5 ml suspensi mengandung Cefixime 100 mg.Cefixime 200mg/5ml : Tiap 5 ml suspensi mengandung Cefixime 200 mg.Cefixime 500mg/5ml : Tiap 5 ml suspensi mengandung Cefixime 500 mg.3.6. Dosis Untuk infeksi saluran kemih :400 mg/haridosis tunggal atau dosis terbagi setiap 12 jam.Dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal adalah bila bersihan kreatinin kurang dari 20 ml/menit maka dosisnya adalah 200mg/ hari.Bila bersihan kreatinin antara 21 60 ml/menit maka dosisnya adalah 260mg/ hari.Bila bersihan kreatinin diatas 60 ml/menit maka pengaturan dosis tidak diperlukan.(Medscape.2014)3.7. Peringatan dan perhatian Hati-hati pemberian pada penderita dengan riwayat alergi penicillin. Aktifitas melawan bakteri anaerob terbatas (Medscape, 2004)

3.8. Efek samping Efek samping Cefixime biasanya timbul antara lain:- Gangguan saluran cerna : diare,nyeri perut, dispepsia,mual,muntah- Gangguan susunan saraf pusat : Sakit kepala,pusing,gelisah- Reaksi hipersensitivitas : Pruritus dan urtikaria - lain-lain : kandidiasis,eosinophilia,peningkatan kadar BUN/SK ,Stevens-Johnson syndrome (Sulistyana, 2008)

4. Ceftriaxon(Class:Cephalosporins, 3rd Generation)

(6R,7R)-7-[(2Z)-2-(2-amino-1,3-thiazol-4-yl)-2-(methoxyimino)acetamido]-3-{[(2-methyl-5,6-dioxo-1,2,5,6-tetrahydro-1,2,4-triazin-3-yl)sulfanyl]methyl}-8-oxo-5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-2-carboxylic acid

Ceftriaxon bersifat bakterisid dan berspektrum luas terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif.Ceftriaxon mempunyai aktivitas yang poten terhadap mikroorganisme gram negative. Walaupun aktivitasnya lemah terhadap mikroorganisme gram positif tapi sangat efektif melawan mikroorganisme yang sudah resisten. sangat stabil terhadap -laktamase (penicillinase dan cephalosporinase) yangdihasilkan oleh mikroorganisme gram positif dan gram negative.(Tjandra.2007)4.1.FarmakodinamikCeftriaxone bersifat bakterisid yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sell dengan berikatan pada 1 atau lebih penicillin-binding-proteins sehingga pembentukan peptidoglikan sebagai bahan dasar pembuatan dinding sell akan terhenti. Bakteri tersebut pada akhirnya lisis akibat enzim-enzim autolitik dinding sel akan terus bekerja ketika pembentukan dinding sell terhenti.(Katzung.2007)4.2.FarmakokinetikSediaan Ceftrixon akan diserap baik melalui injeksi muskular / IM, dengan peak plasma time IM sekitar 2-3 jam.Distribusi terjadi ke seluruh tubuh termasuk kandung kemih, paru-paru, tulang, empedu dan cairan serebro spinal ( konsentrasi meningkat pada kasus meningitis), menembus plasenta, masuk ke dalam cairan amnion dan air susu ibu.Metabolisme terjadi di hati.Ceftriaxon terutama diekskresikan melalui ginjal.Jumlah ekskresi yang melalui urin 33-65% merupakan bentuk seddiaan obat yang tidak berubah. Eliminasi juga terjadi melalui feces. Waktu paruh serum adalah 5-9 jam dan Ikatan protein dari ceftriaxon yaitu 85-95%.(Medscape.2014)

4.3. Indikasi obatdi bidang urologi- Infeksi Saluran Kemih dengan komplikasi.- Pencegahan terhadap STD ( Gonorrhea) (Ranand, 2009).4.4. Kontraindikasi obatPasien yang hipersensitif terhadap Ceftriaxon. Dikontraindikasikan bagi neonatus hiperbilirubinemia dan bayi prematur (Sulistyana, 2008).

4.5. Efek sampingEfek samping yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan ceftriaxon adalah indurasi ditempat suntikan,eosinophilia, trombositosis,diare, peningkatan enzim transaminase di hati, leukopenia, peningkatan kadar BUN (Sulistyana, 2008).

4.6. DosisDosis yang direkomendasikan untuk terapi infeksi saluran kemih adalah 1-2 g/hari IV/IM dosis tnggal atau dosis terbagi setiap 12 jam per hari selama 4 - 14 hari tergantung tingkat keparahan infeksi. Pencegahan STD (Gonorrhea) dengan dosis 250mg IM sekali yang merupakan kombinasi dari 3 sediaan yaitu Ceftriaxon/cefixim + Metronidazole + Azithromycin/doxycycline.(Medscape.2014)

5. Ceftazidime

Ceftazidime (6R,7R,Z)-7-(2-(2-aminothiazol-4-yl)-2-(2-carboxypropan-2-yloxyimino) acetamido)-8-oxo-3-(pyridinium-1ylmethyl)-5-thia-1-aza-bicyclo[4.2.0]oct-2-ene-2-carboxylate merupakan salah satu obat sintetik derivat sefalosporin ( Katzung, 2007).

5.1.FarmakodinamikCeftazidime merupakan sefalosporin generasi 3, merupakan antibiotik spektrum luas, altif terhadap bakteri gram negatif, termasuk Pseudomonas. Memiliki efikasi yang lebih rendah terhadap gram positif, tapi efikasi yang lebih tinggi terhadap organisme resisten. Ceftazidime bekerja menghentikan pertumbuhan bakteri dengan berikatan pada satu atau lebih penicillin-binding protein, yang kemudian akan menghambat langkah transpeptidasi akhir dalam sintesis dinding sel bakteri (Katzung, 2007).

5.2.Farmakokinetik

Ceftazidime diberikan secara IV dan IM. Terikat pada protein plasma sekitar 17-20%. Waktu paruh dalam plasma adalah 1,8 jam. Tidak mengalami metabolisme, dan diekskresi secara itu melalui urin (75-85%) (Katzung, 2007).

5.3. IndikasiInfeksi-infeksi yang disebabkan oleh kuman yang susceptible antara lain:1. Infeksi saluran kemih2.Infeksi saluran pernafasan bagian bawah3. Infeksi umum: septikemia, bakterimia, peritonitis, meningitis, penderita ICU dengan problem spesifik, misalnya luka bakar yang terinfeksi4.Infeksi jaringan lunak dan kulit5.Infeksi tulang dan sendi6.Infeksi abdominal dan giler7.Dialisi: infeksi-infeksi yang dikaitkan dengan hemodialisis dan dialisis peritoneal dan CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dailysis) (Medscape, 2004)5.4. Kontra Indikasi- Penderita yang hipersensitf terhadap antibiotika sefalosporin (Medscape,2004).5.5. Komposisi vial injeksi ceftazidime 1 g : mengandung 1 g ceftazidime (Medscape, 2004)

5.6. Dosis 1.Dosis dewasa: Dosis seftasidim yang digunakan untuk orang-orang dewasa adalah 1-6 g/hari, dapat diberikan masing-masing 500 mg.2.Dosis anak: Dosis lazim untuk anak-anak yang berusia lebih dari 2 bulan adalah 30-100 mg/kg/hr.3.Dosis bayi dibawah 2 bulan: Dosis 25-60 mg/kg/hr diberikan sebagai dosis terbagi 2 kali sehari, telah terbukti efektif.Untuk infeksi saluran kemih :- Ringan sampai sedang : 500 mg 1 g 2 kali perhari- Berat : 1 g setiap 8 jam atau 2 g setiap 12 jam ISK tak terkomplikasi dan terkomplikasi 500 mg 1 g/12 jam selama 3 hari. Lamanya pengobatan tergantung dari beratnya penyakit.Untuk infeksi akut selama 5-10 hari biasanya pengobatan selanjutnya paling sedikit 3 hari sesudah gejala klinik hilang (Medscape,2004).

5.7. Peringatan dan perhatian - Dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. - Ceftazidime diekskresikan melalui ginjal secara filtrasi glomeruler. Sehingga dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal harus disesuaikan atau diturunkan.- Hati-hati pemberian pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal (lihat keteranga pada dosis )- Pada penderita infeksi berat terutama neutropenia yang biasanya mendapatkan dosis 6 g sehari, ini tidak bisa dilakukan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, maka unit dosis pada tabel di atas dapat dinaikkan 50% atau frekuensi pemberian disesuaikan. Pada penderita ini dianjurkan agar kadar Ceftazidime dalam serum dipantau dan kadar dalam serum tidak boleh lebih dari 40 mg/liter.- Pemakaian tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan- Selama minum obat ini tidak dianjurkan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin (Medscape, 2004).

5.8. Efek sampingPeningkatan transien dari transaminase, eosinofilia, diare, reaksi hipersensitivitas, phlebitis, rash, trombositosis, dan depresi sumsum tulang (Sulistyana, 2008).

6. Metronidazole

Metronidazole2-(2-methyl-5-nitro-1H-imidazol-1-yl)ethanol merupakan salah satu obat sintetik derivat nitroimidazole (Katzung, 2007)6.1.FarmakodinamikMengurangi produkyang berinteraksi dengan DNA dan berakibat kehilangan struktur helix DNA, dapat menghambat sintesis protein, dapat memicu kematian sel (Katzung, 2007)

6.2.FarmakokinetikPer-oral diabsorbsi dengan baik, topical 1 g diabsorbsi 10 kali lebih kecil daripada per-oral, Distribusi metronidazoledi saliva, empedu, cairan semen, ASI, tulang, liver, absesliver, paru, secret vagina, dapat melewati plasenta dan blood brain barier. PB < 20 %, peak 1 2 jam, waktu paruh pada neonatus sekitar 25 75 jam, dewasa 6 8 jam dan , meningkat pada gangguan ginjal, metabolisme metronidazole 30 60 % di liver, eliminasi di urin 20% - 40% tak diubah, 6 15 % melalui feses (Katzung, 2007).

6.3. Indikasi- Urethritis dan vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.- Amoebiasis (amoebiasis hepatik dan intestinal).- Mencegah terjadinya infeksi anaerob setelah operasi.- Giardiasis yang disebabkan oleh Giardia lamblia- Menjadi pilihan obat utama pada penderita ekstra intestinal ( abses hepar )- Infeksi intestinal ringan sampai berat ( colitis non disentri )- infeksi intestinal berat ( disentri ) (Sulistyana, 2008)

6.4. Kontra Indikasi- Alergi, kehamilan trimester I ( tratogenik pada binatang )- Hipersensitif terhadap Metronidazole dan komponen obat lainnya (Medscape, 2009).6.5.Komposisi - Metronidazole tersedia dalam bentuk tablet 250mg dan 500mg. Suspensi 125mg / 5ml.- infus metronidazole 500 ml berisi metronidazole 500 mg- Metronidazole gel vagina, 0,75% adalah solusi, air gel dimurnikan, yang mengandung metronidazol pada konsentrasi 7,5 mg / g(0,75%) (Medscape,2009)

6.6. Dosis Untuk Amoebiasis.Dewasa : Sehari 3 x 750 mg, selama 5 - 10 hariAnak-anak : Sehari 35 - 50 mg/kg berat badan/hari dalam tiga dosis terbagi, selama 10 hari. Untuk Trikomoniasis.Dewasa : 2 gram diberikan sebagai dosis tunggal selama 1 hari atau 500 mg 2 kali sehari atau 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari.Anak-anak : 15 mg/kg berat badan/hari dalam tiga dosis terbagi, selama 7 sampai 10 hari.Pada wanita dianjurkan 3 x 250 mg/hari selama 10 hari, bila diperlukan pengobatan ulang, perlu istirahat selama 4 - 6 minggu. Pada terapi ulang diperlukan pemeriksaan jumlah sel darah putih sebelum, selama dan sesudah pengobatan. Untuk Giardiasis.Dewasa : 250 mg sampai 500 mg, 3 kali per hari selama 5 sampai 7 hari.Atau 2 gram sehari sebagai dosis tunggal, selama 3 hari. Anak-anak : 5 mg/kg berat badan 3 kali sehari, selama 5 sampai 7 hari. Untuk infeksi bakteri anaerob : Untuk infeksi yang cukup serius, Metronidazole infus harus diberikan sebagai pengobatan awal. Dewasa : 7,5 mg/kg berat badan setiap 6 jam, (kira-kira 500 mg untuk berat badan dewasa 70 kg) maksimal 4000 mg sehari selama 7 sampai 10 hari (Medscape, 2004).

6.7. Peringatan dan perhatian Hati-hati diberikan pada wanita menyusui, karena Metronidazole dapat diekskresi ke dalam air susu ibu. Pada saat kehamilan trimester pertama dan kedua Metronidazole dapat melewati sawar plasenta. Hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakit sistem saraf pusat, gangguan pada CNS telah dilaporkan pada beberapa kasus, dan akan hilang apabila penggunaan Metronidazole dihentikan. Pada penggunaan Metronidazole jangka panjang, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah. Dosis harus dikurangi untuk penderita yang mengidap penyakit hati. Minuman beralkohol yang diminum selama pengobatan dengan Metronidazole dapat menimbulkan gejala kram pada abdomen, mual, muntah, sakit kepala, flushing (Medscape, 2004).

6.8. Efek samping Efek samping yang lebih serius adalah neuropati perifer, bangkitan konvulsif. Urticaria, gatal-gatal pada kulit pernah dilaporkan. Rasa tidak enak di mulut, furred tongue, mual, muntah atau gangguan saluran cerna sering dilaporkan. Mengantuk, pusing, sakit kepala, ataksia dan urin berwarna gelap (karena metabolit Metronidazole) pernah dilaporkan meskipun jarang. Leukopenia ringan yang reversibel pernah dilaporkan pada beberapa pasien (Medscape, 2004).

7. AMPISILIN SULBAKTAM

Ampisilin sulbaktam adalah antibiotik golongan penisilin dengan kelebihan berupa tahan dari enzim penisilinase. Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel (Katzung, 2007)

7.1. Indikasi1. Infeksi ginekologi1.5g (1g ampisilin sulbaktam + 0.5g) sampai dengan 3g ( 2g ampisilin + 1g sulbaktam ) IV / IM per 6 jam2. Infeksi intra - abdomen1.5g (1g ampisilin sulbaktam + 0.5g ) sampai 3g ( 2g ampisilin + 1g sulbaktam ) IV / IM per 6 jam3. Kulit & Kulit Infeksi Struktur1.5g ( 1g ampisilin sulbaktam + 0.5g ) sampai 3g ( 2g ampisilin + 1g sulbaktam ) IV / IM per 6 jam (Medscape, 2004)

Indikasi & Penggunaan LainBeta - laktamase - memproduksi: S. aureus , E. coli , Klebsiella spp , P. mirabilis , Bacteroides fragilis , Enterobacter spp , Acinetobacter calcoaceticusDosis berdasarkan total kandungan obat ( ampisilin + sulbactam ) (Medscape, 2004)

7.2. Efek Samping IM tempat suntikan nyeri ( 16 % ) Diare ( 3 % ) Nyeri tempat suntikan IV ( 3 % ) Tromboflebitis ( 3 % ) Ruam ( < 2 % ) Distensi abdomen, candidiasis, nyeri dada, disuria, busung, epistaksis, eritema, kelelahan, perut kembung,glositis, sakit kepala, gatal, rasa tidak enak, pendarahan mukosa, mual, kolitis pseudomembran, trombositopenia, retensi urin, muntah (< 1% ) (Medscape, 2004)

7.3. Kontraindikasi Alergi terhadap penisilin Mononucleosis infeksiosa Perhatian terhadap alergi terhadap sefalosporin , carbapenems Sesuaikan dosis pada gagal ginjal , ruam mengevaluasi dan membedakan dari reaksi hipersensitivitas Laktasi : diekskresikan dalam ASI , hati-hati dalam penggunaan (Medscape, 2004)

7.4 Farmakologi Half -Life : 1,2-1,5 jam Protein Bound : 38 % Distribusi : empedu , blister & cairan interstitial Metabolisme : hati Ekskresi : urin Mekanisme AksiKombinasi obat beta - laktamase inhibitor dengan ampisilin . Mengganggu sintesis dinding sel bakteri selama replikasi aktif , menyebabkan aktivitas bakterisida terhadap organisme sensitif (Sulistyana, 2008).

8. MEROPENEM

(4R,5S,6S)-3-{[(3S,5S)-5-(dimethylcarbamoyl)pyrrolidin-3-yl]sulfanyl}-6-[(1R)-1-hydroxyethyl]-4-methyl-7-oxo-1-azabicyclo[3.2.0]hept-2-ene-2-carboxylic acid (Katzung, 2007)8.1. Indikasi 1. Infeksi Saluran Kemih500 mg IV per 8 jam.2. Infeksi Kulit Struktur rumit / Kulit500 mg IV per 8hr , tidak melebihi 2 g IV per 8 jam3. Infeksi intra - abdominal1 g IV q8hr , tidak melebihi 2 g IV per 8 jam4. Kommunity - Acquired Pneumonia 500 mg IV per 8hr selama 5 hari dikombinasinasikan dengan fluoroquinolone5. Dosis untuk penururunan fungsi Ginjal CrCl > 50 mL / menit : 0,5-1 g IV per 8hr CrCl 26-50 mL / menit : 0,5-1 g IV per 12hr CrCl 10-25 mL / menit : 0.25-0.5 g IV per 12hr CrCl < 10 mL / menit : 0.25-0.5 g IV per 24hr (Medscape,2004)

8.2. Efek Samping1. Sembelit ( 1-7 % )2. Diare ( 4-5 % )3. Mual atau muntah ( 1-4 % )4. Ruam ( 2-3 % , terutama pada pasien pediatrik )5. Sakit kepala ( 2 % )6. Peradangan pada tempat suntikan ( 2 % )7. Sepsis ( 2 % )8. Moniliasis Oral ( 2 % pada pasien anak-anak )9. Perdarahan ( 1,2 % )10. Apnea, Sembelit, Glositis,Reaksi pada tempat Injeksi, Flebitis atau tromboflebitis, Pruritus,Syok septik (1% )11. Agranulositosis, angioedema, eritema multiforme, reaksi hipersensitivitas, hipokalemialeukopenia, neutropenia, efusi pleura, Sindrom Stevens-Johnson, Nekrolisis epidermal Toksik (NET) (Medscape, 2007) (Sulistyana, 2008).8.3. KontraindikasiHipersensitivitas terhadap komponen beta - laktam , atau obat lain di golongan tersebut (Sulistyana,2008)8.4. Perhatian dalam penggunaanReaksi hipersensitivitas telah dilaporkan, termasuk kematian, reaksi ini mungkin terjadi pada individu dengan riwayat kepekaan terhadap beberapa alergen.Kejang telah dilaporkan , paling sering pada pasien dengan gangguan CNS ( misalnya , lesi otak , riwayat kejang ) atau dengan meningitis bakteri atau dengan memperhatikan fungsi ginjal. Kejang , sakit kepala , atau parestesia mungkin terjadi , berpotensi mengganggu kewaspadaan mental atau menyebabkan gangguan motorik.Untuk menghindari adanya resistensi obat , obat digunakan hanya pada infeksi bakteri terbukti atau diduga kuat. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih dari organisme nonsusceptible. Trombositopenia dapat terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal (Medscape,2004).

8.5. Farmakologi1. Mekanisme AksiMenghambat sintesis dinding sel dengan mengikat protein penisilin - mengikat , tahan terhadap sebagian besar beta laktamase2. PenyerapanKadar puncak dalam jaringan : 1 jam setelah infus3. DistribusiDapat menembus ke sebagian besar cairan tubuh dan jaringan, konsentrasi dalam CSF mendekati plasma4. MetabolismeDimetabolisme di hati Waktu paruh : fungsi ginjal normal , 1-1,5 jam; CrCl > 30-80 mL / menit , 1,9-3,3 jam; CrCl > 2-30 mL / menit , 3,82-5,7 jam5. Ekskresi : Urin ( 25% sebagai metabolit tidak aktif ) (Katzung, 2007)8.6. Interaksi Obat1. Probenesid bersaing dengan meropenem dalam sekresi tubular aktif dan dengan demikian menghambat ekskresi renal dengan efek meningkatkan waktu paruh eliminasi dan kosentrasi plasma meropenem. Karena potensi dan lama kerja meropenem tanpa probenesid sudah memadai, penggunaan meropenem dengan probenesid tidak dianjurkan. 2. Pemberian bersama antara meropenem dan obat yang berpotensi nefrotoksik harus dipertimbangkan dengan hati-hati.3. Meropenem tidak boleh dicampur dengan larutan yang mengandung obat lain 4. Efek potensial meropenem terhadap ikatan protein dari obat lain atau metabolisme belum diteliti. Ikatan protein meropenem cukup rendah sekitar 2% karena itu kemungkinan tidak akan terjadi interaksi dengan senyawa lain atas dasar lepasnya ikatan obat dengan protein plasma. 5. Meropenem dapat menurunkan kadar serum asam valproat dan dapat menyebabkan kadar sub-terapetik pada beberapa pasien (Medscape,2004).

9. GENTAMICIN

Merupakan golongan aminoglycoside dengan rumus1-(methylamino)ethyl]oxan-2-yl]oxy}-2-hydroxycyclohexyl]oxy}-5-methyl-4-(methylamino)oxane-3,5-diol (Katzung, 2007)

9.1 FarmakodinamikAktivitas antibakteri terutama tertuju pada basil gram Negatif yang aerobik. Aktivitas terhadap mikroorganisme anaerobik atau bakteri fakultatif dalam kondisi anaerobik rendah sekali. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan kenyataan bahwa transpor gentamisin (golongan aminoglikosida) membutuhkan oksigen (trasnpor aktif). Aktivitas terhadap bakteri Gram-positif sangat terbatas. Gentamisin aktif terhadap enterokokus dan streptokokus lain tetapi efektivitas klinis hanya dicapai bila digabung dengan penisilin. Walaupun in vitro 95% galur S. aureus sensitif terhadap gentamisin tetapi manfaat klinik belum terbukti sehingga sebaiknya obat ini jangan digunakan tersendiri untuk indikasi tersebut. Galur resisten gentamisin cepat timbul selama pajanan tersebut.Mekanisme kerja aminoglikosida berdifusi lewat kanal air yang dibentuk oleh porin protein pada membran luar dari bakteri gram negatif masuk ke ruang periplasmik. Sedangkan transpor melalui membran dalam sitoplasma membutuhkan energi. Fase transpor yang tergantung energi ini bersifat rate limitting, dapat di blok oleh Ca2+ dan Mg2+, hiperosmolaritas, penurunan pH dan anaerobik suatu abses yang bersifat hiperosmolar. Setelah masuk sel, aminoglikosid terikat pada ribosom 30S dan menghambat sintesis protein. Terikatnya aminoglikosid pada ribosom ini mempercepat transpor aminoglikosid ke dalam sel, diikuti dengan kerusakan membran sitoplasma, dan disusul kematian sel. Yang diduga terjadi adalah miss reading kode genetik yang mengakibatkan terganggunya sintesis protein. Aminoglikosida bersifat bakterisidal cepat. Pengaruh aminoglikosida menghambat sintesis protein dan menyebabkan miss reading dalam penerjemahan mRNA, tidak menjelaskan efek letalnya yang cepat (Katzung, 2007). 9.2 FarmakokinetikGentamisin sebagai polikation bersifat sangat polar, sehingga sangat sukar diabsorpsi melalui saluran cerna. Gentamisin dalam bentuk garam sulfat yang diberikan IM baik sekali absorpsinya. Kadar puncak dicapai dalam waktu sampai 2 jam. Sifat polarnya menyebabkan aminoglikosid sukar masuk sel. Kadar dalam sekret dan jaringan rendah, kadar tinggi dalam korteks ginjal, endolimf dan perilimf telinga, menerangkan toksisitasnya terhadap alat tersebut. Ekskresi gentamisin berlangsung melalui ginjal terutama dengan filtrasi glomerulus. Gentamisin diberikan dalam dosis tunggal menunjukkan jumlah ekskresi renal yang kurang dari dosis yang diberikan. Karena ekskresi hampir seluruhnya berlangsung melalui ginjal, maka keadaan ini menunjukkan adanya sekuestrasi ke dalam jaringan. Walaupun demikian kadar dalam urin mencapai 50-200 mg/mL, sebagian besar ekskresi terjadi dalam 12 jam setelah obat diberikan (Katzung, 2007).

9.3 IndikasiGram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif (Staphylococcus), infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen, endokarditis dan septikemia , penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri endokarditis dan tindakan bedah (Sulistyana, 2008)9.4 KONTRAINDIKASIHipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain (Katzung, 2007)9.5 KOMPOSISISerbuk agak keputih-putihan. Larut baik dalam air, tidak larut dalam alkohol, aseton, kloroform, eter dan benzene (Medscape, 2004)9.6 DOSIS Dosis diberikan secara individu karena indek terapinya relatif sempit Dosis umum : Bayi dan anak < 5 tahun : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m Anak > 5 tahun : 2 - 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m Note : Usual dose yang lebih tinggi dan/atau frekuensi yang lebih tinggi (setiap 6 jam) yang diberikan pada kondisi klinik secara selektif ( cystic fibrosis) data serum level yang dibutuhkan Anak dan dewasa : Intratekal : 4 8 mg/hari Optalmik :Salep : Dioleskan pada mata 2 3 kali sehari sampai setiap 3 4 kaliTetes mata : Teteskan pada mata yang sakit 1 2 tetes setiap 2 4 jam, naikan 2 tetes setiap jam untuk infeksi parah Topikal :Salep : Salep dioleskan pada kulit yang sakit 3 4 kali sehariDewasa : Diberikan secara i. v. atau i. M Konvensional : 1 2,5 mg/kg BB/ dosis setiap 8 12 jam untuk mendapatkan kadar puncak secara cepat pada terapi, dosis inisial yang lebih tinggi dapat diberikan dengan pertimbangan yang cermat untuk pasien jika cairan ekstraseluler meningkat Dosis tunggal : 4 7 mg/kg BB/dosis tunggal/hari; beberapa klinisi memberikan rekomendasi dosis tersebut untuk pasien yang fungsi ginjalnya normal Medscape, 2004)9.7 PERINGATAN DAN PERHATIANPenisilin, Sefalosporin, Amfoterisin B, Diuretik dapat meningkatkan efek nefrotoksik, efek potensiasi dengan neuromuscular blocking agentAnalisis urin, jumlah urin yang keluar BUN, serum kreatinin, pemantauan pendengaran untuk pemakaian > dari 2 mingguBeberapa derivat Penisilin dapat mempercepat degradasi aminoglikosida secara in-vitro (Medscape, 2004)9.8 EFEK SAMPING > 10% Susunan syaraf pusat : Neurotosisitas (vertigo, ataxia), Neuromuskuler dan skeletal : Gait instability, Otic : Ototoksisitas (auditory), Ototoksisitas (vestibular), Ginjal : Nefrotoksik ( meningkatkan klirens kreatinin) 1% - 10% Cardiovaskuler : Edeme, Kulit : rash, gatal, kemerahan < 10% Agranulositosis, Reaksi alergi, Dyspnea, Granulocytopenia, Fotosensitif, Pseudomotor Cerebral, Trombositopeni (Medscape, 2004)

10. Trimethoprim sulfametoxazole

Obat Generik : Trimethoprim / Trimetoprim, Sulfamethoxazole / Sulfametoksazol (Cotrimoxazole / Kotrimoksazol) (Katzung, 2007)10.1 FarmakodinamikCotrimoxazole adalah antibiotik yang merupakan kombinasi Sulfamethoxazole dan Trimethoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang besar karena menghambat pada dua tahap sintesis asam nukleat dan protein yang sangat esensial untuk mikroorganisme (Katzung, 2007)

10.2 FarmakokinetikRasio yang ingin dicapai antara kadar sulfamethoxazole dan trimethoprim dalam darah adalah 20:1. Karena Vd trimethoprim lebih besar daripada sulfamethoxazole, maka pada pemberian peroral rasio sulfamethoxazole dan trimethoprim adalah 5:1 (dengan harapan ketika mencapai darah rasionya menjadi 20:1). Trimethoprim cepat terdistribusi ke jaringan dan kira-kira 40% terikat pada protein plasma dengan adanya sulfamethoxazole. Kira-kira 65% sulfamethoxazole terikat pada protein plasma. Sampai 60% trimethoprim dan 25-50% sulfamethoxazole diekskresi melalui urin dalam 24 jam setelah pemberian (Katzung, 2007)10.3 IndikasiInfeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Klebsiella sp, Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris (Sulistyana, 2008).

10.4 Kontraindikasi Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah, insufisiensi ginjal, wanita hamil, wanita menyusui, bayi prematur atau bayi berusia dibawah 2 bulan. Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat. Penderita yang hipersensitif/alergi terhadap trimetoprim dan obat-obat golongan sulfonamida (Medscape, 2004).10.5 Komposisi Cotrimoxazole Tablet : Tiap tablet mengandung Trimethoprim 80 mg dan Sulfamethoxazole 400 mg. Cotrimoxazole Tablet/Kaplet Forte : Tiap tablet/kaplet forte mengandung Trimethoprim 160 mg dan Sulfamethoxazole 800 mg. Cotrimoxazole Syrup : Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Trimethoprim 40 mg dan Sulfamethoxazole 200 mg (Medscape, 2004).

10.6 Dosis Bayi usia 6 minggu 6 bulan : 120 mg, 2 kali sehari. Anak usia 6 bulan 6 tahun : 240 mg, 2 kali sehari. Anak usia 6 12 tahun : 480 mg, 2 kali sehari. Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 960 mg, 2 kali sehari (Medscape, 2004).

10.7 Peringatan dan Perhatian Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis harus dikurangi untuk mencegah terjadinya akumulasi obat. Selama pengobatan dianjurkan untuk banyak minum (minimal 1,5 liter sehari) untuk mencegah kristaluria. Pada penggunaan jangka panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah secara periodik karena kemungkinan terjadi diskrasia darah. Hentikan penggunaan Cotrimoxazole bila sejak awal penggunaan ditemukan ruam kulit atau tanda-tanda efek samping lain yang serius (Medscape, 2004).10.8 Efek Samping Efek samping jarang terjadi pada umumnya ringan, seperti reaksi hipersensitif/alergi, ruam kulit, sakit kepala dan gangguan pencernaan misalnya mual, muntah dan diare. Leukopenia, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik, diskrasia darah. Walaupun sifatnya jarang dapat terjadi reaksi hipersensitivitas yang fatal pada kulit atau darah seperti sindrom Steven Johnson, toxic epidermal, necrosis fulminant, hepatic necrosis dan diskrasia darah lainnya (Medscape, 2004).

BAB IIIKesimpulanAntibiotik yang sering digunakan dalam bidang Urologi adalah antibiotik golongan Quinolon (Ciprofloxacin, Levofloxacin), Cephalosporin (Cefotaxim, Ceftazidim, Ceftriaxon), Nitromidazole (metronidazole), Penicillin (Ampicillin Sulbactam), Carbapenems (meropenem), Aminoglikoside (gentamicyn), Sulfonamide (Trimethoprim Sulfamethoxazole). Pemilihan antibiotik tersebut berdasarkan peta pola bakteri dan resistensi terhadap antibiotik (Ranan, 2009). Adapun bakteri terbanyak ditemukan mulai dari e. Coli, klabsiela, staphilococus epidermis dan pseudomonas. Jenis antibitok yang resisten dari bakteri diatas yakni: Tetrasiklin, cefotiam, asam nalidaanan,(Ranan, 2009)

Daftar Pustaka1. Liu HH. S afety profile of the fluoroquinolones. Drug Saf 2010:33 (5): 353-69. 2. Preston SL, Drusano GL, Berman AL, Fowler CL, Chow AT, Dornseif B et al. Pharmacodynamics of LevofloxacinA New Paradigm for Early Clinical Trials.JAMA. 1998;279:125-129Bellis M. History of Penicillin.di unduh dari about.com inventor tanggal 10 maret 2012. 3. www.apotikantar.com/levofloxacin_soho_500_mg_4. http://mantrinews.blogspot.com/2012/01/ciprofloxacin.html5. Hendriks JGE, van Horn JR, van der Mei HC, and Busscher, HJ (2004). "Backgrounds of antibiotic-loaded bone cement and prosthesis-related infection". Biomaterials 25 (3): 545556. doi:10.1016/S0142-9612(03)00554-4. PMID 14585704.6. Gentamicin: Drug Information Provided by Lexi-Comp: Merck Manual Professional7. Goljan, Edward F. (2011). Rapid Review Pathology 3rd ed. Philadelphia, PA: Elsevier. p. 241. ISBN 978-0-323-08438-3.8. PubChem. "Sulfamethoxazole - Substance Summary", PubChem, National Center for Biotechnology Information (NCBI), National Library of Medicine (NLM), National Institutes of Health (NIH)9. www.dechacare.com/Ciprofloxacin-500-mg-P534.html10. Sulistia G, Gunawan. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008 :678-686.11. http://reference.medscape.com/drug/suprax-cefixime-34250312. http://reference.medscape.com/drug/rocephin-ceftriaxone-34251013. Tjandra l. Lecturer faculty ofmedicine, university of wijaya kusuma surabaya. Torelansi cefixime efficacy and typhoid fever on children14. DarmansjahI.,RHHNelwan. Antibiotic Guidelines: Pharmacological Parameterstobe Considered.Vol3,No 1,January-March199415. Utami E. R,Fakultas Sains dan Tekhnologi UIN Maliki Malang. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas terapi.Sainstis Volume 1, nomor 1, april september 201216. APUA (Alliance for prudent use of antibiotics). 2011. What is antibiotic resistance and why isit problem?. www.apua.org on 16-09-2011.17. Leekha S., MBBS; Christine L. Terrell, MD; Edson R.S., MD. Mayo Foundation for Medical Education and Research. General Principles of Antimicrobial Therapy.February 2011;86(2):156-16718. Katzung B.G. Basic & Clinical Pharmacology - 10 th ED: Beta Lactam & Other Cell Wall- & Membrane Active Antibiotics. Lange 2007;43;1037-1054.19. Ranan D, Rebecca S, Gary F, Timothy O. (2009). Evidence-based prescription of antibiotics in urology: a 5-year review of microbiology. Departments of urology, guys hospital, London, UK20. Haley, RW., Culver, DH., Morgan, WM., White, JW., Emori, TC., and Hooton, TM. Identifying patients at high risk of surgical wound infection. A simple multivariate index of patient susceptibility and wound contamination. Am J Epidemiol 1985, 121:2;206-15.