14
Antitusif Batuk merupakan suatu refleks yang terjadi ketika reseptor pada laring dan saluran napas atas teraktivasi. Batuk merupakan satu bentuk pertahanan tubuh dalam mengeluarkan benda-benda pengganggu pada jalan napas. Namun pada beberapa kondisi, refleks batuk ini dapat menyulitkan pasien dan mengganggu istirahatnya. Pada saat seperti inilah dibutuhkan obat untuk mengurangi frekuensi batuk berupa antitusif. Batuk sendiri merupakan suatu fenomena yang cukup kompleks, melibatkan sistem saraf pusat, perifer, dan otot-otot polos bronkial (Brunton et al, 2006). Berdasar cara kerjanya, obat-obatan antitusif dibagi menjadi dua, yakni antitusif yang bekerja pada sistem saraf pusat dan antitusif yang bekerja pada sistem saraf perifer. - Antitusif sentral Anitusif sentral sesuai namanya bekerja pada sistem saraf pusat. Berdasar jenis zat aktifnya, antitusif sentral dibagi menjadi dua golongan yaitu : Narkotik (opioid analgesic) Opioid analgesic merupakan salah satu obat paling efektif untuk menekan batuk. Efek ini seringkali diperoleh pada dosis yang leih rendah dari dosis analgetik. Hal ini karena reseptor yang terlibat pada efek antitusif berbeda dengan reseptor untuk efek analgetik. Obat yang

Antitusif, Mukolitik, Ekspektoran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

n

Citation preview

AntitusifBatuk merupakan suatu refleks yang terjadi ketika reseptor pada laring dan saluran napas atas teraktivasi. Batuk merupakan satu bentuk pertahanan tubuh dalam mengeluarkan benda-benda pengganggu pada jalan napas. Namun pada beberapa kondisi, refleks batuk ini dapat menyulitkan pasien dan mengganggu istirahatnya. Pada saat seperti inilah dibutuhkan obat untuk mengurangi frekuensi batuk berupa antitusif.Batuk sendiri merupakan suatu fenomena yang cukup kompleks, melibatkan sistem saraf pusat, perifer, dan otot-otot polos bronkial (Brunton et al, 2006). Berdasar cara kerjanya, obat-obatan antitusif dibagi menjadi dua, yakni antitusif yang bekerja pada sistem saraf pusat dan antitusif yang bekerja pada sistem saraf perifer. Antitusif sentralAnitusif sentral sesuai namanya bekerja pada sistem saraf pusat. Berdasar jenis zat aktifnya, antitusif sentral dibagi menjadi dua golongan yaitu : Narkotik (opioid analgesic)Opioid analgesic merupakan salah satu obat paling efektif untuk menekan batuk. Efek ini seringkali diperoleh pada dosis yang leih rendah dari dosis analgetik. Hal ini karena reseptor yang terlibat pada efek antitusif berbeda dengan reseptor untuk efek analgetik. Obat yang termasuk dalam golongan ini diantaranya adalah kodein, morfin, dsb. Obat-obat golongan ini akan mengurangi frekuensi batuk dengan mengintervensi sistem saraf pusat (Oshan & Walker, 2013). FarmakodinamikObat-obat golongan ini akan berikatan dengan reseptor opioid pada tubuh. Reseptor opioid merupakan reseptor G-coupled protein yang berada pada sistem saraf dan jaringan lain. Ikatan obat-reseptor ini bertujuan untuk meningkatkan ambang batas stimulus yang dibutuhkan untuk timbulnya refleks batuk. Hasilnya, tubuh tidak mudah terstimulus dan batuk pun berkurang. Tubuh manusia memiliki tiga jenis reseptor opioid, yakni reseptor , , dan (Katzung, 2006). Farmakokinetik AbsorbsiAntitusif narkotik sebagian besar dikonsumsi per oral. Obat ini dapat diabsorbsi dengan baik melalui sistem pencernaan. Opioid seperti codein dan oxycodone masih dapat berefek meski telah melalui first-pass metabolism di hepar (Katzung, 2006). DistribusiSetiap jenis opioid memiliki afinitas berbeda-beda dengan protein pembawanya, namun secara umum obat-obat narkotika akan dengan segera meninggalkan sirkulasi dan terakumulasi pada organ dan jaringan dengan perfusi oksigen tinggi, seperti otak, paru, ginjal, hepar, dan limpa (Oshan & Walker, 2013). MetabolismeAntitusif narkotik akan mengalami biotransformasi di hepar melalui jalur yang berbeda-beda sesuai zat aktifnya. Morfin misalnya, akan terkonjugasi menjadi M3G (morphine-3 glucoronide) yang lebih polar. Sementara codein akan dimetabolisme oleh sitokrom P450 isoenzyme CYP2D6 menghasilkan metabolit yang lebih poten (Brunton et al, 2006).. EkskresiAntitusif narkotik per oral akan diekskresikan melalui urin, terutama substansi-substansi yang telah termetabolisme menjadi lebih polar (Brunton et al, 2006).. IndikasiIndikasi penggunaan antitusif tentunya adalah untuk mengurangi frekuensi batuk. Selain itu, opioid analgesic secara umum dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan anestesi (Oshan & Walker, 2013). Kontra IndikasiIbu hamil, pasien dengan trauma kepala, pasien dengan gangguan fungsi hepar dan/ atau ginjal, dsb. Efek Samping ObatGelisah, gemetar, hiperakivitas, mual,muntah, retensi urin, depresi sistem pernapasan, peningkatan tekanan intrakranial, konstipasi, dsb (Katzung, 2006). Bahan Sediaan Obat dan DosisCodeine (sulfate or phosphate) (generic)Oral: 15, 30, 60 mg tablets, 15 mg/5 mL solutionParenteral: 30, 60 mg/mL for injectionLevorphanol (generic, Levo-Dromoran)Oral: 2 mg tabletsParenteral: 2 mg/mL for injectionOxycodone (generic)Oral: 5 mg tablets, capsules; 1, 20 mg/mL solutionsOral sustained-release (OxyContin): 10, 20, 40, 80, 100 mg tabletsMorphine sulfate (generic, others)Oral: 10, 15, 30 mg tablets; 15, 30 mg capsules; 10, 20, 100 mg/5 mL solutionOral sustained-release tablets (MS-Contin, others): 15, 30, 60, 100, 200 mg tablets);Oral sustained-release capsules (Kadian): 20, 50, 100 mg capsulesParenteral: 0.5, 1, 2, 4, 5, 8, 10, 15, 25, 50 mg/mL for injectionRectal: 5, 10, 20, 30 mg suppositoriesconstituent of many proprietary syrups Non-narkotik Obat-obatan lain yang bekerja secara sentral namun tidak menimbulkan efek narkotik dgolongkan dalam antitusif sentral non-narkotik. Farmakodinamik & Mekanisme aksi : Obat-obatan golongan ini memiliki mekanisme aks yg berbeda-beda. Beberapa obat seperti dextrometorphan, noskapin, merupakan derivat dari antitusif narkotik dan memiliki mekanisme kerja yang mirip yaitu dengan hasil akhir meningkatkan ambang batas rangsang batuk. Namun, keduanya tidak berikatan dengan reseptor opioid, melainkan dengan reseptor NMDA yang berada pada membran berbagai regio otak. Obat-obatan lain seperti carbatapenthane, caramiphen, chlorphedianol juga dapat berikatan dengan reseptor NMDA meskipun utamanya mereka bekerja sebagai agonis muskarinik yang meningkatkan kerja sistem saraf parasimpatis (Neerman & Uzoegwo, 2010). Sedangkan obat lain seperti difenhidramin merupakan suatu antihistamin yang juga memiliki efek antikolinergik. Farmakokinetik AbsorbsiObat-obatan dikonsumsi per oral dan diabsorbsi dengan baik pada saluran cerna. DistribusiObat-obatan golongan ini kan terdistribusi sistemik dan mampu menembus sawar darah otak dan menimbulkan efek-efek sentral. MetabolismeObat-obatan ini mengalami biotransformasi di hepar, dengan jalur dan hasil berbeda-beda. Dekstrometorphan misalnya, dimetabolisme di hepar oleh sitokrom p450 isozyme CYP2D6. Namun secara umum, biotransformasi tidak meningkatkan potensi dari obat-obat golongan ini (Katzung, 2006). EkskresiSecara umum obat-obat golongan ini diekskresi melalui urin (Neerman & Uzoegwo, 2010). Indikasicommon cold, croup, asthama, infeksi saluran napas, bronkhitis akut, dsb. Kontra IndikasiGlaukoma, retensi urin, gangguan fungsi paru, dsb Efek Samping ObatKonstipasi, depresi jantung (dosis besar), mengantuk, mulut kering, stimulasi susunan saraf pusat, dsb (Neerman & Uzoegwo, 2010). Bahan Sediaan Obat dan DosisDextromethorphan (generic, Benylin DM, Delsym, others)Oral: 2.5, 5, 7.5, 15 mg lozenges; 3.5, 5, 7.5, 10, 15 mg/5 mL syrup; 30 mg sustained-action liquid;Diphenhydramine (generic, Benadryl)Oral: 12.5 mg chewable tablets; 25, 50 mg capsules; 25, 50 mg tablets; 12.5 mg/5 mL elixir andsyrupParenteral: 50 mg/mL for injectionNoskapin Dosis oral 3-4 kali sehari 15-50 mg dan maksimum 250 mg sehariCarbatapenthane, Caramiphen, Chlorphedianol Dosis untuk anak diatas 12 tahun atau lebih 1 tablet setiap 12 jam, tidak lebih 2 tablet dalam 24 jam Antitusif periferMerupakan obat antitusif yang bekerja pada sistem saraf perifer. Obat-obatan ini melputi anestesi lokal baik golongan ester maupun golongan amida (Cohen et al, 2011). Selain itu, terdapat pula beberapa obat baru seperti Icatibant, CP-96345, SR 48968, GR 159897 and SR 144190, SR 142801 and SB 223412 (Mali & Dhake, 2011) Farmakodinamik dan Mekanisme AksiObt-obatan golongan ini bekerja dengan enghasilkan efek anestesi pada saluran napas. Obat-obatan seperti lidokain, tetrakain bekerja dengan menghambat reseptor iritan perifer pada mukosa saluran napas (Cohen et al, 2011). Obat-obatan baru yang memiliki efek antitusif perifer bekerja sebagai antagonis pada reseptor-reseptor mediator perangsang batuk seperti tachykinin (CP-96345, SR 48968) dan bradykinin (Icatibant). Farmakokinetik AbsorbsiObat-obatan anestesi lokal biasanya digunakan secara inhalasi dan diabsorbsi dengan baik melalui mukosa saluran napas (Cohen et al, 2011). Icatibant digunakan secara injeksi subkutan. DistribusiObat-obat anestesi lokal umumnya hanya terdistribusi lokal dan topikal pada mukosa saluran napas (Katzung, 2006). MetabolismeIcatibant mengalami metabolisme di hepar oleh enzim-enzim proteolitik (Mali & Dhake, 2011). EkskresiIcatibant diekskresikan melalui urin. IndikasiSebagai penghambat batuk pada infeksi saluran napas. obat anestesi lokal sering digunakan sebagai penghambat batuk dalam pemeriksaan bronkoskopi (Brunton et al, 2006).. Kontra IndikasiHipersensitivitas terhadap zat aktif obat, PABA, atau paraben. Efek Samping ObatAlergi, Aritmia, Aspirasi, Kejang Bahan Sediaan ObatBenzocaine (generic, others)Topical: 5, 6% creams; 15, 20% gels; 5, 20% ointments; 0.8% lotion; 20% liquid; 20% sprayCocaine (generic)Topical: 40, 100 mg/mL solutions; 5, 25 g powderIcabitant 3 mL (30 mg) SC in abdominal area EkspektoranEkspektoran merupakan obat perangsang batuk yang akan memicu sekresi mukus dengan viskositas lebih rendah sehingga mudah dikeluarkan (Brunton et al, 2006).. Beberapa obat golongan ini diantaranya adalah guaifenesin, ammonium klorida, gliseriil guaicolate, dsb. Farmakodinamik dan Mekanisme AksiGliseril guaicolate bekerja dengan menstimulasi saraf parasimpatis pada lambung yang kemudian mengaktivasi saraf parasimpatis dan turut menimbulkan efek pada saluran napas yang diantaranya adalah hipersekresi mukus. Ammonium klorida terlarut akan menurunkan pH darah dan memicu tubuh untuk meningkatkan frekuensi pernapasan dan kemudian meningkatkan produksi mukus. Guaifenesin akan meningkatkan sekresi cairan pada saluran napas sehingga mukus yang diproduksi menjadi lebih encer dan mudah dikeluarkan (Katzung, 2006). Farmakokinetik AbsorbsiObat dikonsumsi per oral dan diabsorbsi dengan baik pada saluran cerna. DistribusiObat terdistribusi sistemik MetabolismeGuaifenesin mengalami biotransformasi di hepar menjadi -(2-methoxyphenoxy) lactic acid. EkskresiObat diekskresikan melalui urin. IndikasiBatuk produktif, utamanya dengan dahak yang sulit dikeluarkan. Kontra IndikasiHipersensitivitas. Guaifenesin sebaiknya jangan digunakan sebagai self-medication pada batuk kronis atau persisten. Efek Samping ObatAsidosis metabolik (ammonium klorida dosis besar), gangguan gastrointestinal, sakit kepala, rash, mual, muntah, dsb. Bahan Sediaan Obat dan DosisGG 2-4 kali 200-400 mgAmmonium Klorida sebagai ekspektoran padaorang dewasa ialah 100-150 mg tiap 6-8 jam ,maksimal 3 gr/hariGuaifenesin (kombinasi dengan kodein & pseudoefedrin) 5 mL-10 mL PO TID-QID, up to 40 mL/24 hr MukolitikMukolitik memiliki tujuan yang sama dengan ekspektoran, yaitu mempermudah pengeluaran dahak. Namun, mukolitik memiliki mekanisme kerja yang berbeda. Mukolitik bekerja dengan menguraikan atau memecah ikatan mukus sehingga lebih mudah dikeluarkan (Katzung, 2006). Beberapa obat mukolitik diantaranya adalah bromhexine, asetilsistein, karbosistein, ambroxol, dsb. Farmakodinamik dan Mekanisme AksiAsetilsistein memiliki gugus sulfhydryl yang dapat memecah ikatan jembatan disulfida pada mukoprotein dan mengurangi viskositas mukus. Bromhexine selain meningkatkan sekresi mukus juga dapat meningkatkan hidrolisis lisosom sehingga mukus menjadi lebih encer (Brunton et al, 2006).. Farmakokinetik AbsorbsiObat-obatan mukolitik dikonsumsi per oral dan diabsorbsi dengan baik melalui saluran cerna. DistribusiPada pemberian per oral, asetilsistein terikat proten sebanyak 80% (Katzung, 2006). Pada pemberian intravena, obat seperti bromhexine terdistribusi cepat dengan Vd rata-rata 1209 206 MetabolismeBiotransformasi berlangsung di hepar. Bromhexine Hampir seluruhnya di metabolisme menjadi berbagai metabolit asam dibromanthranilic. EkskresiUtamanya obat dekskresikan melalui urin. Indikasibronkopulmonari kronis, pneumonia, fibrosis kistik, obstruksi mukus, bronkopulmonari akut, penjagaan saluran pernafasan dan kondisi lain yang terkait dengan mukus yang pekat sebagai faktor penyulit Kontra Indikasiasma akut (asetilsistein), anak