263
Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus karya A. Mustofa bisri (tinjauan kritik sosial, nilai religius, dan nilai pendidikan) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh: Abdul Jalil S.840209101 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus

karya A. Mustofa bisri

(tinjauan kritik sosial, nilai religius, dan nilai pendidikan)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh:

Abdul Jalil

S.840209101

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Puisi adalah keindahan dan kehikmahan. Puisi mampu memberikan kesenangan atau

hiburan kepada pembaca. Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka

membentuk pandangan hidupnya. Sebagaimana yang disampaikan Marjorie Boulton (1979:5)

bahwa pengalaman berharga pertama dari puisi yang sangat pribadi adalah menyimpannya hanya

untuk diri sendiri, sebagai awal mencintai diri sendiri atau pengalaman diri tentang agama.

Selanjutnya Aminuddin (1987: 197) menyebutkan bahwa pada awal pertumbuhannya, puisi sangat

erat hubungannya dengan filsafat dan agama. Bahkan dalam konteks religi dan kontemplasi (Islam),

tentunya telah disepakati bahwa kitab suci Alquran teruntai dalam rangkaian puisi yang indah.

Begitu pula dengan renungan para pujangga Jawa, seperti Ki Ranggawarsita yang

mengungkapkan bait-bait syairnya tersusun dalam bentuk tembang. Di dalamnya tentu banyak

unsur hikmah dan manfaat dalam mengembangkan filsafat hidup dengan berbagai masalah yang

sangat kompleks. Kompleksitas itu terjadi karena sebagai kreasi seni puisi dapat mengangkat bahan

penciptaannya dari kompleksitas masalah kehidupan itu sendiri, dari segala yang ada dan mungkin

ada.

Perkembangan puisi Indonesia tidak bisa lepas dengan peran serta penyair dari pesantren atau

yang kebetulan berstatus kiai. Dari tahun ke tahun, puisi-puisi yang dilahirkan para ’penyair santri’

ini turut mewarnai dan bahkan memperkaya blantika sastra di tanah air. Sebutan untuk ’penyair

sastri’ yang mungkin belum tepat. Akan tetapi, dalam tulisan ini tidak akan dibahas istilah penyair

maupun sastra pesantren, sastra sufi, sastra Islam ataupun sastra dakwah. Meskipun dapat pula

disayangkan bahwa kuantitas mereka masih dapat dihitung dengan jari, sebut saja A. Mustofa Bisri,

D. Zawawi Imron, Abdul Hadi W. M., Abdul Wachid B. S., Hamid Jabbar, generasi yang lebih

Page 3: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

muda seperti, Emha Ainun Nadjib, Jamal D. Rahman, Acep Zamzam Noor, dan Afrisal Malna.

Senada dengan hal itu, dikatakan oleh Aning Ayu Kusumawati (2009: 17-18) bahwa karya-

karya penyair santri tersebut telah banyak mengisi kepustakaan sastra dan Islam pada khususnya.

Selain tema-tema kerohanian, keagamaan dan kesufian yang sangat dalam dan intelektual sifatnya,

juga menyumbangkan banyak karya di bidang kemasyarakatan, politik, pemerintahan, dan juga

seni. Karya-karya mereka berupa prosa (cerita pendek, novel, esai) dan puisi yang kaya akan

renungan dan imajinasi.

Hal ini tidak meninggalkan salah satu fungsi dari pesantren, selain sebagai tempat untuk

ngangsu kaweruh dinul Islam, juga sebagai agen perubahan dan kontrol sosial. Seperti yang pernah

disuarakan oleh Alm. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bahwa pesantren itu merupakan subkultur

tersendiri dalam masyarakat. Konsekuensi logis dari sistem pesantren tersebut bisa lebih bebas

menyuarakan ketimpangan-ketimpangan sosial yang disebabkan oleh pemerintah, institusi, dan

unsur lainnya.

Pada dasarnya, puisi juga juga mampu menggambarkan problema manusia yang bersifat

universal, yakni tentang masalah hakikat kehidupan, hakikat manusia, kematian, dan religius

(ketuhanan). Dengan kata lain, masalah-masalah tersebut juga memiliki nilai pendidikan yang

bermanfaat dan membawa hikmah. Penyair Indonesia yang menuangkan gagasan keindahan dan

kehikmahan di antaranya adalah A. Mustofa Bisri.

A. Mustofa Bisri adalah seorang ulama dan seorang penyair. Maka dia memandang dunia

dengan mata batin seorang ulama sekaligus mata batin seorang penyair. Pandangan dunianya adalah

pandangan-dunia seorang ulama sekaligus seorang penyair. Jamal D. Rahman (2004: 11) dalam

esainya “Kesadaran Sosial-Keagamaan Ulama-Penyair” mengatakan bahwa seorang ulama

memandang dunia dari sudut pandang agama; pandangan- dunianya merefleksikan kesadaran

religiusnya. Sementara, seorang penyair memandang dunia dari intuisi kepenyairannya; pandangan-

dunianya merefleksikan bangunan intuitifnya.

Page 4: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Kedua sudut pandang tersebut akan bertemu dalam satu titik, baik ulama maupun penyair

berbicara tentang hal-hal yang sangat pribadi dan personal, yang sepintas tak ada hubungannya

dengan apa pun selain dirinya sendiri; pada saat yang bersamaan keduanaya berbicara masalah

sosial. Pada tingkat praktis, secara teguh melakukan ibadah yang sangat personal dan individual,

dan pada saat yang sama melakukan layanan sosial keagamaan; sejurus dengan itu, seorang penyair

menulis puisi sunyi, pada saat yang sama menulis puisi sosial yang hiruk-pikuk.

Selanjutnya dikatakan oleh Jamal D. Rahman (2004: 12) dalam kajian yang sama, bahwa A.

Mustofa Bisri adalah seorang ulama sekaligus seorang penyair. Keduanya, ulama dan penyair,

dipilih semata-mata sebagai kategori dan strategi untuk membantu kita mendekati puisi-puisi A.

Mustofa Bisri. Sudah tentu, kita bisa mendekati puisi-puisinya melulu sebagai karya seorang

penyair, tanpa mempedulikan sosok penulisnya sebagi seorang ulama. Namun, pendekatan seperti

ini akan membuat puisinya tercerabut dari tanah kelahirannya, tanah yang bisa menjelaskan banyak

hal tentang puisi-puisinya. Namun sebaliknya, mendekati puisi-puisinya melulu sebagai karya

seorang ulama, akan membuat kita meragukan kesungguhannya dalam mengeksplorasi bahasa.

A. Mustofa Bisri yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Mus adalah representasi dari

seorang kiai yang mangku (memiliki) pesantren, juga sebagai budayawan, sastrawan, perupa yang

aktif menyuarakan kritik-kritik sosial lewat karya-karyanya, tak terkecuali lewat puisi-puisinya.

Puisi-puisi Gus Mus tergolong puisi religius dan kental dengan kritik-kritik sosial.

Ida Nurul Chasanah (2005: 4-5) mengatakan bahwa ciri khas dari puisi Gus Mus, antara lain

terlihat pada pengungkapan masalah sosial dan spiritual dengan menggunakan bahasa sehari-hari,

dan pengucapan yang lugas. Bahasa yang digunakan cukup wajar dan sederhana, tapi di balik

kesederhanaan itu sebenarnya terdapat makna yang lebih, atau dapat disebut dengan deceptive

simplicity (kesederhanaan yang menipu).

Hal ini juga diungkapkan oleh Umar Kayam dalam pengantarnya pada kumpulan puisi

Tadarus (1983: v-viii) bahwa A. Mustofa Bisri bukan hanya ”penjaga dan pendamba kearifan” dan

”penjaga taman kata-kata”, melainkan ia sudah menggenggam kearifan dan keindahan kata-kata.

Page 5: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Ciri khas yang lain dari sajak-sajak A. Mustofa Bisri adalah penggunaan diksi-diksi religi untuk

mengekspresikan masalah-masalah sosial sehingga seolah-olah sajak tersebut sepintas seperti sajak

bertema religi, padahal sesungguhnya hendak menyuarakan protes.

Kehadiran A. Mustofa Bsiri (Gus Mus) menurut Jamal D. Rahman (2009: 30-31) dalam

blantika sastra Indonesia memberikan angin segar, tidak saja bagi puisi Indonesia, tetapi juga bagi

masyarakat Indonesia secara umum. Puisi-puisinya adalah suara kritis dari pedalaman pesantren,

terdengar nyaring, keras, religius, namun juga jenaka. Pada 1980-an, kebanyakan puisi protes sosial

bernada marah, seakan diucapkan dengan tangan mengepal dan mata mendelik. A. Mustofa Bisri

muncul dengan puisi protes sosial yang amat keras, namun dengan wajah tersenyum. Puisi-puisinya

membuat kita geram, namun juga tersenyum. Meskipun berupa senyuman pahit.

Di tahun 1980-an, rezim orde baru berada pada puncak kekuasaan otoriternya. Tidak mudah

menyampaikan suara kritis apalagi ditujukan kepada pemerintah waktu itu. Suara kritis pasti

ditindas bahkan dilibas. Dalam situasi itu, ada dua cara yang dilakukan orang untuk melakukan

kontrol terhadap pemerintah. Pertama, melakukan kritik keras dan lugas dengan risiko dilarang

aparat keamanan untuk tampil dimana-mana. Kedua, melakukan kritik secara jenaka, terutama

dengan cara menertawakan diri sendiri. Puisi-puisi A. Mustofa Bisri adalah suara kritis dengan cara

kedua.

Dapat pula dikatakan, bahwa puisi-puisi A. Mustofa Bisri bagaimanapun pertama-tama adalah

karya seorang ulama. Dalam perspektif ini, hal-hal yang bersifat individual dan sosial merupakan

satu-kesatuan, bukan saja karena individu merupakan anggota sosial, melainkan terutama karena

individu harus mengekspresikan dan merefleksikan dirinya secara sosial. Maka ibadah yang paling

personal pun harus memberikan dampak sosial secara konkret. Secara teknis keagamaan sering

dikatakan, iman hendaklah diikuti oleh amal saleh, dan shalat sejatinya mencegah seseorang dari

maksiat apa pun.

Kerja keulamaan seorang A. Mustofa Bisri memberikan dasar pada isi puisi; kerja

kepenyairannya memberikan bentuk dengan mengelaborasi isi puisi itu sendiri dalam bahasa.

Page 6: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Adanya muatan pesan yang sarat dengan kehikmahan sekaligus keunikan dalam pengungkapan

bahasa dalam puisi-puisi A. Mustofa Bisri menjadi alasan khusus dalam penelitian ini. Utamanya

tinjauan pada dimensi kritik sosial, nilai religius dan nilai pendidikan.

Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian terhadap antologi puisi karya A.

Mustofa Bisri yang berjudul Tadarus dan Pahlawan dan Tikus dengan tinjauan pada dimensi kritik

sosial, nilai religius, dan nilai pendidikan. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul penelitian

”Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus Karya A. Mustofa Bisri (Tinjauan Kritik Sosial,

Nilai Religius, dan Nilai Pendidikan)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kritik sosial dalam hubungannya dengan sikap penyair dan tema dalam antologi

puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri?

2. Bagaimanakah nilai religius dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri?

3. Bagaimanakah nilai pendidikan dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri?

C. Tujuan Penelitian

Page 7: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Penelitian ini bertujuan secara umum dan khusus, antara lain dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan

kritik sosial, nilai religius, dan nilai pendidikan dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan

Tikus karya A. Mustofa Bisri.

2. Tujuan Khusus

Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan:

a. Kritik sosial dalam hubungannya dengan sikap penyair dan tema dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri.

b. Nilai religius dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri.

c. Nilai pendidikan dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa

Bisri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dan nilai

tambah dalam prespektif kajian sosiologi sastra, utamanya terhadap puisi. Lebih utamanya,

tinjauan kritik sosial dalam hubungannya dengan sikap penyair dan tema, nilai religius, dan nilai

pendidikan terhadap antologi puisi Tadarus dan Pahlawn dan Tikus karya A. Mustofa Bisri.

2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis dari penelitian ini antara lain:

a. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia agar dalam pembelajaran apresiasi sastra dapat

memilih materi sastra (puisi) yang sarat dengan nilai-nilai, baik nilai keindahan dari segi

Page 8: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

bahasa maupun nilai kehikmahan dan kemanfaatan dari segi maknanya.

b. Bagi para siswa agar dalam pembelajaran apresiasi sastra (puisi) dapat menggunakan

berbagai pendekatan sastra dalam memahami puisi, baik dari bentuk bahasa maupun makna

yang terkandung di dalamnya.

c. Bagi penulis dapat digunakan sebagai bahan penelitian perbandingan dalam memberikan

pandangan pemikiran dan kajian sastra (puisi), utamanya terhadap antologi puisi Tadarus dan

Pahlawan dan Tikus A. Mustofa Bisri.

d. Bagi para peneliti dan penelaah sastra pada umumnya, dapat digunakan sebagai kajian awal

untuk tindak lanjut penelitian lain terhadap karya antologi puisi. Bahwa penelitian ini tidak

hanya merupakan wilayah pendekatan sosiologi sastra berupa tinjauan kritik sosial dalam

hubungannya dengan sikap penyair dan tema, nilai religius, dan nilai pendidikan semata.

Akan tetapi, masih banyak pendekatan karya sastra untuk menelaah struktur lahir dan struktur

batin atau hubungan keduanya terhadap antologi puisi, baik terhadap antologi puisi karya A.

Mustofa Bisri maupun terhadap karya penyair lainnya.

Page 9: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Pengertian Puisi

Hidup keseharian manusia, sejak dulu hingga kini sebenarnya dilingkupi puisi. Pada zaman

dulu puisi sudah menjadi bagian kehidupan manusia secara tradisional baik dalam bentuk mantra

maupun pantun. Namun, bagaimana dengan kondisi masa sekarang bisa dilihat di berbagai

media cetak maupun elektronik, puisi merupakan salah satu media yang tepat untuk

mengungkapkan perasaan penyair kepada pembaca/penikmat puisi.

Mendengar kata puisi, sering kali menjumpai kesulitan untuk menjelaskan pengertian

puisi. Hal ini dikarenakan begitu banyaknya ragam puisi, sehingga rumusan pengertian tentang

puisi, untuk salah satu bentuk puisi sesuai, bila diterapkan pada puisi yang lain tidak. Pada

dasarnya perumusan pengertian puisi itu sendiri tidaklah penting karena yang penting adalah

mampu memahami dan menikmati puisi yang ada.

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis

‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem dan poetry. Puisi diartikan ‘membuat’ dan

‘pembuatan’ karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri,

yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.

Menurut M. H. Abrams (1979: 48) dikatakan bahwa puisi adalah ekspresi tidak langsung

dalam kata-kata atau lebih tepatnya kata-kata berirama dari beberapa emosi yang menguasai

atau rasa yang berkuasa atau perasaan yang langsung muncul dalam diri peyair.

Page 10: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Selanjutnya M. H. Abrams (1971: 131) menyatakan bahwa puisi dari hampir segala usia

ditulis dalam bahasa khusus, "sebuah diksi puitis", yang meliputi kata, frase, pola sintaksis yang

bergaya, dan lebih dari sekadar percakapan biasa.

Mengutip pendapat Mc. Caulay, Hudson dalam Aminuddin (1987: 134) diungkapkan

bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media

penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan

garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Rumusan pengertian puisi di atas,

sementara ini dapatlah kita terima karena kita sering kali diajuk oleh suatu ilusi tentang

keindahan, terbawa dalam suatu angan-angan, sejalan dengan keindahan penataan unsur bunyi,

penciptaan gagasan, maupun suasana tertentu sewaktu membaca suatu puisi.

Puisi adalah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat

konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambing (majas). Dibandingkan

dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki

kemungkinan banyak makna. Hal ini disebabkan adanya pengkonsentrasian atau pemadatan

segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Struktur fisik dan struktur batin puisi juga padat.

Keduanya bersenyawa secara padu bagaikan telur dan adonan roti (Reeves, 1978: 26).

Selanjutnya Thomas Caelyle menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat

musikan (Kennedy, 1971: 331).

Clive Sansom (1960: 6) memberikan batasan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa

yang ritmis, yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan

emosional. Sementar itu, T. S. Elliot menambahkan bahwa yang diungkapkan dalam puisi adalah

kebenaran (Kennedy, 1971: 331).

Dari fisiknya James Reeves (1978: 26) memberi batasan bahwa puisi adalah ekspresi

bahasa yang kaya dan penuh daya pikat. Menurut Coleridge (1960) dalam Herman J. Waluyo

(2008: 26) bahwa bahasa puisi adalah bahasa pilihan, yakni bahasa yang benar-benar diseleksi

penentuannya secara ketat oleh penyair. Karena bahasanya harus bahasa pilihan, maka gagasan

Page 11: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

yang dicetuskan harus diseleksi dan dipilih yang terbagus pula.

Beberapa pengertian yang diuraikan di atas adalah berkenaan dengan bentuk fisik puisi

dan bentuk batin puisi. Bentuk fisik dan bentuk batin lazim disebut pula dengan bahasa dan isi

atau tema dan struktur atau bentuk dan isi. Marjorie Boulton (1979: 17 dan 129) menyebut

kedua unsur pembentuk puisi itu dengan bentuk fisik (physical form) dan bentuk mental (mental

form).

Tentang puisi, Perrine (1979) dalam Herman J. Waluyo (2008: 27-28) menambahkan

bahwa puisi adalah bahasa universal dan hampir sama kuno. Orang yang paling primitif telah

menggunakannya, dan yang paling beradab telah dibudidayakan dalam segala zaman dan di

semua negara, puisi yang telah ditulis dan dibaca atau litened dengan penuh semangat oleh

semua jenis atau kondisi orang, oleh tentara, negarawan, pengacara, petani, dokter, ilmuwan,

rohaniwan, filsuf, raja-raja, dan ratu. Dalam segala usia ini terutama keprihatinan berpendidikan,

cerdas, dan sensitif, dan mengimbau, dalam bentuk sederhana, untuk yang tidak berpendidikan

atau bagi anak-anak. Mengapa? Ada dua alasan (1) Karena kenikmatan yang diberikan dan (2)

Suatu jenis bahasa yang mengatakan lebih dan lebih kuat daripada bahasa biasa.

Antara puisi dan bentuk sastra imajinatif tidak ada perbedaan yang tajam. Puisi dapat

diakui oleh susunan garis-garis pada halaman atau oleh penggunaan bahasa. Puisi adalah

semacam bahasa multidimensi. Bahasa biasa seperti yang kita gunakan untuk berkomunikasi

informasi pada dimensi. Itu ditujukan hanya sebagian dari pendengar, pemahamannya. Salah satu

dimensi adalah intelektual. Puisi, bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi pengalaman

setidaknya empat dimensi, (1) dimensi intelektual; (2) dimensi sensual; (3) dimensi emosional;

dan (4) dimensi imajinatif.

Puisi mencapai dimensi yang ekstra dengan menggambar lebih lengkap dan lebih

konsisten daripada bahasa yang biasa sejumlah sumber daya bahasa lebih dari yang khas puisi.

Di antara berbagai sumber daya adalah: konotasi, perumpamaan, metafora, simbol, paradoks,

ironi, kiasan, repetisi, ritme, dan pola.

Page 12: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Sementara itu menurut Herman J. Waluyo (2008: 28) bahwa puisi adalah bentuk karya

sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan

mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan

struktur batinnya.

Sutardji Calzoum Bachri ( 1981: 4) mendefinisi kata-kata dalam puisi adalah bahwa kata-

kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata

adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.

Sementara itu, menurut Suminto A. Suyuti (2002: 2-3) secara sederhana puisi dapat

dirumuskan sebagai bentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-

bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual

penyair yang didasari oleh kehidupan individual dan sosialnya yang diungkapkan dengan teknik

pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri

pembaca atau pendengar-pendengarnya. Terkait dengan fungsi puisi menurut Hussain dalam

Nani Tuloli (2000: 27) bahwa puisi adalah media kata-kata yang merupakan pengalaman batin

pengarangnya.

Struktur puisi pada dasarnya mempunyai dua unsur yaitu struktur fisik dan struktur batin.

Struktur fisik puisi berkaitan dengan bentuk, sedangkan struktur batin berkaitan dengan isi dan

makna. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 76), bahwa struktur fisik yang disebut juga dengan

metode puisi terdiri dari (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figurasi atau

majas, (5) versifikasi, dan (6) tata wajah atau tipografi. Struktur fisik atau metode puisi tersebut

juga dipengaruhi pula oleh penyimpangan bahasa dan sintaksis dalam puisi. Adapun struktur

batin adalah struktur yang berhubungan dengan tema, perasaan, nada dan suasana, amanat atau

pesan.

Puisi terdiri dari dua unsur pokok yaitu struktur fisik dan struktur batin. Kedua bagian itu

terdiri dari unsur-unsur yang saling mengikat keterjalinan dan semua unsur itu membentuk

totalitas makna yang utuh.

Page 13: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dalam penafsiran puisi tidak dapat lepas dari faktor genetik puisi. Faktor genetik puisi

dapat memperjelas makna yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan khas penyair. Unsur genetik

itu adalah penyair dan kenyataan sejarah.

Berpijak dari uraian tentang beberapa pengertian puisi di atas, maka puisi dapat

didefinisikan sebagai salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa,

yakni dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.

2. Macam-macam Puisi

Ditinjau dari bentuk maupun isinya, ragam atau jenis puisi itu bermacam-macam.

Menurut Herman J. Waluyo (2008: 158-166) jenis puisi itu dibedakan dalam beberapa kelompok,

antara lain :

a. Puisi Naratif

Puisi naratif, uakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan pelaku,

perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita.

Termasuk dalam jenis puisi naratif ini adalah apa yang biasa disebut dengan balada yang

dibedakan antara folk ballad, dengan literary ballad, sebagai suatu ragam puisi yang berkisah

tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan,

kedengkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang termasuk dalam

puisi naratif adalah poetic tale sebagai puisi yang berisi dongeng-dongeng rakyat.

Puisi naratif juga dapat mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi

naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi-puisi naratif,

Page 14: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

misalnya : epik, romansa, balada dan syair (berisi cerita). Puisi epik yakni puisi yang di

dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan engan

legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Puisi epik dibedakan antara folk epic, yakni bila nilai

akhir puisi itu untuk dinyanyikan dan literary epic yang berarti nilai akhir puisi itu untuk

dibaca, dipahami, dan diresapi

maknanya.

b. Puisi lirik

Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala

macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Menurut

Aminuddin (1987: 135) jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah

sastra modern di Indonesia seperti tampak dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi

Djokodamono, dan Goenawan Mohammad.

Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Ia tidak

bercerita. Jenis puisi lirik misalnya: elegi, ode, dan serenade. Elegi, yakni puisi ratapan yang

mengungkapkan rasa pedih seseorang. Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang

yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan

c. Puisi deskriptif

Dalam puisi deskriptif, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap

keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi

yang dapat diklasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya : puisi satir, kritik sosial, dan

puisi-puisi impresionistik. Satire juga merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan tidak

puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau meyatakan keadaan

sebaliknya.

Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau

Page 15: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat. Kritik sosial adalah

puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan atau terhadap diri

seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan/orang

tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang

mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhaap suatu hal.

d. Puisi Fisikal

Puisi Fiskal bersifat realitis artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Yang

dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang dilihat, didengar, atau

dirasakan adalah merupakan obyek ciptaannya. Puisi-puisi naratif, ballada, puisi yang bersifat

impresionistis, dan juga puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal. Puisi dramatik,

yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik

lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.

Dalam puisi dramatik dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang

diwakilinya lewat monolog.

e. Puisi Platonik

Puisi Platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau

kejiwaan. Dapat dibandingkan dengan istilah “cinta platonis” yang berarti cinta tanpa nafsu

jasmaniah. Puisi-puisi ide atau cita-cita dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi platonik.

Puisi-puisi religius dan didaktik juga dapat dikategorikan puisi platonik, yang mengungkap

nilai spiritual dan pendidikan secara eksplisit. Demikian juga puisi romantic yang

mengungkapkan cinta yang luhur seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya kiranya

dapat dinyatakan sebagai puisi platonik.

f. Puisi Metafiskal

Puisi metafiskal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca

merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius di satu pihak dapat

Page 16: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dinyatakan sebagai puisi platonic (menggambarkan ide atau gagasan panyair) di lain pihak

dapat disebut sebagai puisi metafisik (mengajak pembaca merenungkan hidup, kehidupan,

dan Tuhan). Puisi himne juga bagian dari puisi metafiskal. Himne, yaitu puisi yang berisi

pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.

g. Puisi Subjektif

Puisi Subjektif juga disebut puisi personal, yakni puisi yang mengungkapkan gagasan,

pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi-puisi yang ditulis kaum

ekpresionis dapat diklasifikasikan sebagai puisi subjektif karena mengungkapkan keadaan

jiwa penyair sendiri. Demikian juga lirik di mana aku lirik bicara kepada pembaca.

h. Puisi Objektif

Puisi Objektif berarti puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri.

Puisi objektif disebut juga puisi impersonal. Puisi naratif dan deskriptif kebanyakan adalah

puisi objektif, meskipun juga ada beberapa yang subjektif.

i. Puisi Konkret

Puisi Konkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak tahun 1970. X.J.

Kennedy dalam Herman J. Waluyo (2008:159) memberikan nama jenis puisi tertentu dengan

nama puisi konkret, yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk

dari sudut penglihatan (poems for the eve).

j. Puisi Diafan

Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan

pengimajian, kata konkret dan bahasa figuratif, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-

hari. Puisi yang demikian akan sangat mudah dihayati maknanya.

k. Puisi Prismatis

Page 17: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dalam Puisi Prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas,

versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah

menafsirkan makna puisinya, namun tidak terlalu gelap.

l. Puisi Parnasian

Puisi Parnasian adalah sekelompok penyair Perancis pada pertengahan akhir abad 19

yang menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi parnasian

diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi

karena adanya mood dalam jiwa penyair.

m. Puisi inspiratif

Puisi inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk

ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke

dalam puisi itu. Dengan “mood”, puisi yang diciptakan akan mempunyai tenaga gaib,

mempunyai kekuatan untuk memikat perhatian pembaca.

n. Puisi Demonstrasi

Puisi demonstrasi menyarankan pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan mereka yang oleh

Jassin disebut Angkatan 66. Puisi ini melukiskan dan meruapakan hasil refleksi demonstrasi

para mahasiswa dan pelajar – KAMI-KAPPI- sekitar tahun 1966. Menurut Subagio

Sastrowardojo, puisi-puisi demonstrasi 1966 bersifat kekitaan, artinya melukiskan perasaan

kelompok bukan perasaan individu.

o. Puisi Pamflet

Puisi pamfet juga menggunakan protes sosial. Disebut puisi pamfet karena bahasanya

adalah bahasa pamfet. Kata-katanya mengungkapkan rasa tidak puas kepada keadaan.

Munculnya kata-kata yang berisi protes secara spontan tanpa protes pemikiran atau

Page 18: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

perenungan yang mendalam.

p. Puisi Alegori

Puisi alegori adalah puisi yang sering-sering mengungkapkan cerita yang isinya

dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis alegori yang

terkenal ialah parable yang juga disebut dongeng perumpamaan. Dalam Kitab suci banyak

dijumpai dongeng-dongeng perumpamaan yang maknyanya dapat dicari di balik yang

tersurat.

Beberapa ragam atau jenis puisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ragam atau

jenis puisi merupakan maksud dan tujuan yang ingin dikemukakan penyair dalam

mengekspresikan perasaannya dalam wujud bahasa puisi. Oleh karena itu, ada juga penyair yang

menggunakan jenis puisi menjadi judul puisinya. Jenis puisi akan membantu pembaca

menafsirkan maksud yang ingin dikemukakan oleh penyair. Dalam penelitian ini , jenis puisi

yang erat dengan maksud dan tujuan yang ingin dikemukakan oleh penyair (A. Mustofa Bisri)

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah ragam atau jenis puisi deskriptif

dan metafisikal.

3. Struktur Lahir Puisi

Menurut Herman J. Waluyo (2008: 83-103) struktur lahir puisi yang disebut juga dengan

metode puisi terdiri dari (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figurasi atau

majas, (5) versifikasi, dan (6) tata wajah atau tipografi. Struktur fisik atau metode puisi tersebut

juga dipengaruhi pula oleh penyimpangan bahasa dan sintaksis dalam puisi. Berikut dipaparkan

struktur lahir (metode puisi), penyimpangan bahasa, dan sistaksis dalam puisi.

a. Metode Puisi

1) Diksi

Page 19: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Diksi adalah pilihan kata atau rase dalam karya sastra (M. H. Abrams, 1979: 48).

Setiap penyair akan memilih kata-kata yang tepat, sesuai dengan maksud yang ingin

diungkapkan dan efek puitis yang ingin dicapai. Diksi sering kali juga menjadi ciri khas

seorang penyair atau zaman tertentu.

2) Bahasa Figurasi atau Majas

Bahasa figurasi atau figurative language merupakan penyimpangan dari pemakaian

bahasa yang biasa, yang maka katanya atau rangkaian katanya digunakan dengan tujuan

untuk mencapai efek tertentu (M. H. Abrams, 1979:4). Bahasa figurasi atau majas sering

juga disebut bahasa kias, memiliki beberapa jenis, yaitu personifikasi, metafora,

perumpamaan (simile), metonimia, sinekdoki, dan alegori (Rachmat Djoko Pradopo, 2005:

93). Adapun pengertian paparan bahasa figurasi atau majas adalah sebagi berikut.

(a) Personifikasi

Personifikasi adalah kiasan yang menyamakan benda dengan manusia, benda-

benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperi manusia.

Personifikasi mempunyai efek untuk memperjelas imaji (gambaran angan) pembaca

karena dengan menyamakan hal-hal nonmanusia dengan manusia, empati pembaca

mudah ditimbulkan karena pembaca merasa akrab dengan hal-hal yang digambarkan

atau disampaikan dalam puisi tersebut.

(b) Metafora

Metafora adalah kiasan yang menyatakan sesuatu sebagai hal yang sebanding

dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama (Altenbernd & Lewis, 1970: 22).

Dalam sebuah metafora terdapat dua unsur, yaitu pembanding (vehicle) dan yang

dibandingkan (tenor). Dalam hubungannya dengan kedua unsur tersebut, maka

terdapat dua jenis metafora, yaitu metafora eksplisit dan metafora implisit. Disebut

metafora eksplisit apabila unsur pembanding dan yang dibandingkan disebutkan,

Page 20: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

misalnya cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar. Cinta sebagai hal yang

dibandingkan dan bahaya yang lekas jadi pudar sebagai pembandingnya. Disebut

metafora implisit, apabila hanya memiliki unsur pembanding saja, misalnya sambal

tomat pada mata, untuk mengatakan mata yang merah, sebagai hal yang

dibandingkan.

(c) Metonimia

Metonimia (pengganti nama) diartikan sebagai pengertian yang satu dipergunakan

sebagai pengertian yang lain yang berdekatan (Jan Van Luxemburg, Mieke Bal, dan

Willem G. Weststeijn, 1984:187). Metonimia berfungsi untuk memperjelas imaji

karena melalui metonimia dikatakan keadaan konkret dari hal-hal yang ingin

disampaikan, seperti tampak pada puisi ”benih” gambaran tentang Rahwana semakin

jelas karena dinyatakan sebagai si raksasa.

(d) Sinekdoke

Sinekdoke merupakan bentuk kiasan yang mirip dengan metonimia, yaitu

pengertian yang satu dipergunakan sebagai pengertian yang lain. Sinekdoki dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu totem pro parte dan pars pro toto. Disebut totum pro parte

apabila keseluruhan dipergunakan untuk menyebut atau mewakili sebagian.

(e) Simile

Simile (perumpamaan) merupakan kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal

lain yang menggunakan kata-kata pembanding seperti bagai, seperti, laksana, semisal,

seumpama, sepantuni, atau kata-kata pembanding lainnya.

(f) Alegori

Alegori adalah cerita kiasan atau lukisan yang mengiaskan hal lain atau kejadian

lain (Rachmat Djoko Pradopo, 2005:93). Alegori pada dasarnya merupakan bentuk

metafora yang diperpanjang.

Page 21: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

(g) Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebih-lebihan.

Contoh : dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan hati tak

jatuh ....Kata seribu dalam pernyataan tersebut merupakan bentuk hiperbola.

(h) Ironi

Ironi merupakan pernyataan yang mengandung makna yang bertentangan dengan

apa yang dinyatakannya. Contoh ironi adalah : sebenarnya aku benci rumah/yang

memberiku kerinduan untuk pulang/ ... (Emha Ainun Nadjib, “Sajak Petualang”). Di

sini ada hal yang bertolak belakang, antara benci dan rindu terhadap rumah.

(i) Ambiguitas

Ambiguitas adalah pernyataan yang mengandung makna ganda (ambigu). Contoh

ambiguitas antara lain: Tuan, Tuhan bukan? Tunggu sebentar/saya sedang keluar

(Sapardi Djoko Damono, “Tuan”). Dalam pernyataan tersebut terdapat ambiguitas

karena dalam logika biasa, tidak akan terjadi si aku yang sedang ke luar, dapat

menyapa Tuhan. Ambiguitas tersebut antara lain akan menyatakan seseorang yang

tidak (belum) siap untuk menemui Tuhan, karena mungkin masih perlu membersihkan

dirinya.

(j) Paradoks

Paradoks merupakan pernyataan yang memiliki makna yang bertentangan dengan

apa yang dinyatakan. Contohnya antara lain: tidak setiap derita/jadi luka/tidak setiap

sepi/jadi duri ... (“Jadi,” Sutardji Calzoum Bachri). Pada pernyataan tersebut terdapat

paradoks, karena menyangkal kenyataan yang umum terjadi (setiap derita pada

umumnya melukai, setiap sepi pada umumnya menyakitkan).

(k) Litotes

Page 22: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Litotes adalah pernyataan yang menganggap sesuatu lebih kecil dari realitas yang

ada. Litotes merupakan kebalikan dari hiperbola. Contohnya antara lain: inilah lagu

yang sederhana/untuk-Mu/Denting-denting rawan/jiwa yang melayang-layang ...

“Lagu yang Sederhana” oleh Acep Zamzam Noor. Pernyataan tersebut mengandung

litotes karena merendahkan (menganggap kecil) lagu (pujian) yang disampaikan

kepada Tuhan.

(l) Elipsis

Elipsis merupakan pernyataan yang tidak diselesaikan, tetapi ditandai dengan ... (titik-

titik). Contohnya: biarkan waktu berlalu, karena aku hanyalah ... Pernyataan tersebut

tidak dilanjutkan. Elipsis banyak dipakai pada beebrapa puisi lama. Wahai angin ...

sampaikan salamku padanya.

3) Pengimajian

Pengimajian (imagery) merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang

ditimbulkan melalui kata-kata (Rachmat Djoko Pradopo, 2005: 79). Ada bermacam-macam

jenis citraan, sesuai dengan indra yang menghasilkannya, yaitu (1) citraan penglihatan

(visual imagery), (2) citraan pendengaran (auditory imagery), (3) citraan rabaan (thermal

imagery), (4) citraan pengecapan (tactile imagery), (5) citraan penciuman (olfactory

imagey), (6) citraan gerak (kinesthetic imagery).

4) Kata Konkret

Berdasarkan bentuk dan isi, kata-kata konkret dalam puisi dapat dibedakan antara (1)

lambang, yakni bila kata-kata itu mengandung makna seperti makna dalam kamus (makna

leksikal) sehingga acuan maknanya tidak menunjuk pada berbagai macam kemungkinan lain

(makna denotatif), (2) utterance atau indice, yakni kata-kata yang mengandung makna

sesuai dengan keberadaan dalam konteks pemakaian, dan (3) symbol, yakni bila kata-kata itu

Page 23: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

mengandung makna ganda (makna konotatif) sehingga untuk memahaminya seseorang

harus menafsirkannya (interpretatif) dengan melihat bagaimana hubungan makna kata

tersebut dengan makna kata lainnya (analisis kontekstual), sekaligus berusaha menemukan

fitur semantisnya lewat kaidah proyeksi, mengembalikan kata ataupun bentuk larik (kalimat)

ke dalam bentuk yang lebih sederhana lewat pendekatan parafrastis.

Lambang dalam puisi mungkin dapat berupa kata tugas, kata dasar, maupun kata

bentukan. Sedangkan simbol dapat dibedakan antara (1) blank symbol, yakni bila simbol itu,

meskipun acuan maknanya bersifat konotatif, pembaca tidak perlu menafsirkannya karena

acuan maknanya sudah bersifat umum, misalnya “tangan panjang”, “lembah duka”, “mata

keranjang”, (2) natural symbol, yakni bila symbol itu menggunakan realitas alam, misalnya

“cemara pun gugur daun”, “ganggang menari”, “hutan kelabu dalam hujan”, dan (3) private

symbol, yakni bila symbol itu secara khusus diciptakan dan digunakan penyairnya, misalnya

“aku ini binatang jalang”, “mengabut nyanyian”, “lembar bumi yang fana”. Batas antara

private symbol dengan natural symbol dalam hal ini sering kali kabur,

Sejalan dengan telaah kata di atas, S. Effendi (1973: 141) mengemukakan adanya

istilah pengimajian, yakni penataan kata yang menyebabkan makna-makna abstrak menjadi

konkret dan cermat. Adanya kekongkretan dan kecermatan makna kata-kata dalam puisi

membuat pembaca lebih mampu mengembangkan daya imajinasinya sekaligus

mengembangkan daya kritisnya dalam upaya memahami totalitas makna suatu puisi.

5) Versifikasi (Rima, Ritme, dan Metrum)

Bila berbicara tentang versivikasi berarti membicarakan pula masalah bunyi dalam

puisi, yang meliputi konsep tentang :

Page 24: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

(a) Rima, yang didalamnya masih mengandung berbagai aspek, meliputi: asonansi atau runtun vocal, aliterasi atau purwakanti, rima akhir, rima dalam, rima rupa, rima identik, dan rima sempurna. Baris dalam puisi, pada dasarnya merupakan pewadah, penyatu, dan pengemban ide penyair yang diawali lewat karya. Akan tetapi, sesuai dengan keberadaan baris itu dalam puisi, maka penataan baris juga harus memperhitungkan masalah rima serta penataan pola persajakan. Dalam hal ini dikenal adanya istilah enjambemen, yakni pemenggalan larik suatu puisi yang dilanjutkan pada larik berikutnya. Sebagai salah satu elemen puisi, keberadaan larik di dalamnya tidak dapat kita lepaskan antara yang satu dengan lainnya. Dengan kata lain, larik-larik dalam puisi, meskipun pada umumnya merupakan satuan yang lebih besar daripada kata, pertalian makna antara larik yang satu dengan lainnya juga ditunjukkan oleh adanya mekanisme bunyi dalam hubungannya dengan rima.

(b) Irama, yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas, baik berupa alunan

keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya

mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana serta nuansa makna tertentu.

Timbulnya irama itu, selain akibat penataan rima, juga akibat pemberian aksentuasi dan

intonasi maupun tempo sewaktu melaksanakan pembacaan secara oral, dan

(c) Metrum atau ragam bunyi meliputi bunyi euphony, bunyi cacophony, dan onomatope.

Peranan bunyi dalam puisi untuk menciptakan nilai keindahan lewat unsur musikalitas

atau kemerduan, menuansakan makna tertentu sebagai perwujudan rasa dan sikap

penyairnya, dan menciptakan suasana tertentu sebagai perwujudan suasana batin dan

sikap penyairnya.

6) Tata Wajah atau Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.

Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf. Namun membentuk

bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau

tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal mana tidak

berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensi

sebuah puisi.

Peranan tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik visual, juga

Page 25: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Selain itu, tipografi juga berperanan

dalam menunjukkan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan

makna tertentu yang ingin dikemukakan penyairnya.

b. Penyimpangan Bahasa

Penyimpangan bahasa dalam puisi sering menjadi cirri dari suatu angkatan atau periode

sastra. Penyimpangan bahasa itu disebabkan bahasa puisi khususnya dan bahasa sastra

umumnya bersifat tidak stabil. Setiap angkatan dalam sastra mengubah konvensi sastra sambil

memakai dan menentangnya (Teeuw, 1983:4). Geoffrey Leech dalam Herman J. Waluyo (2008:

78-80) menyebutkan adanya sembilan jenis penyimpangan itu, tetapi hanya memiliki salah satu

atau beberapa aspek penyimpangan yang dominant pada jaman tertentu. Kesembilan

penyimpangan bahasa itu merupakan kumpulan data dari berbagai puisi dalam berbagai kurun

waktu sebagai berikut.

1) Penyimpangan Leksikal

Kata-kata yang digunakandalam puisi menyimpangn dari kata-kata yang kita

pergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penyair memilih kata-kata yang sesuai dengan

pengucapan jiwanya atau kata-kata itu disesuaikan dengan tuntutan etis. Misalnya: mentari,

pepintu, keder, ngoyor, leluka, sakal, ngiau, barwah, marwah, dan sebagainya.

2) Penyimpangan Semantis

Makna dalam puisi tidak menunjukkan pada satu makna, namun menunjuk pada

ganda. Makna kata-kata tidak selalu dengan makna dalam bahasa sehari-hari. Juga tidak ada

kesatuan makna konotatif dari penyair satu dengan penyair lainnya. Kata “sungai” bagi

penyair yang berasal dari daerah banjir akan dikonotasikan dengan bencana, sementara para

penangkap ikan dan penambang akan menyebutnya sebagai sumber penghidupan. Kata

“bulan” dalam puisi sitor berbeda dengan kata “bulan” dalam puisi Toto Sodarto Bachtiar.

Page 26: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

3) Penyimpangan Fonologis

Untuk kepentingan rima, penyair sering mengadakan penyimpangan bunyi. Dalam

puisi Chairil Anwar “Aku”, kata “Perih” diganti dengan “peri”. Dalam puisi lamanya, kata

“menggigil” diganti “menggigir”, kata “melayang” diganti dengan “melayah” , dan

sebagainya.

4) Penyimpangan Morfologis

Penyair sering melanggar kaidah morfologi secara sengaja. Dalam puisi-puisi

Rendra kita temui istilah: lelawa, mungkret, mangkal, ngangkang, nangis, gerayangi, dan

sebagainya, sebagai contoh penyimpangan morfologis.

5) Penyimpangan Sintaksis

Di depan sudah dijelaskan bahwa kata-kata dalam puisi bukan membangun kalimat,

namun membangun larik-larik. Dapat kita lihat, bahwa penyair sering alpa menggunakan

huruf besar untuk permulaan kalimatnya dan tanda titik untuk mengakhiri kalimat itu. Sering

pula sulit kita mencari kesatuan manakah yang dapat kita sebut satu kalimat dalam puisi.

Baris-baris puisi tidak harus membangun kalimat karena makna yang dikemukakan mungkin

jauh lebih luas dari satu kalimat tersebut.

6) Penggunaan Dialek

Penyair ingin mengungkapkan isi hatinya secara tuntas. Pengucapan isi hati dengan

bahasa Indonesia dirasa belum mewaiki ketuntasan itu. Sebab itu, penyair menggunakan

kata-kata menyimpang dari bahasa Indonesia yang bersih dari dialek. Misalnya, Darmanto

Jt. Menggunakan istilah: adih laelae, tobil, nyemar, madep manteb, gemari, nastiti, dan

sebagainya. Linus Suryadi Ag. Menggunakan dialek Jawa: banget, kepradah, andhapasor,

biyung, wok kethekur dan sebagainya.

Page 27: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

7) Penggunaan Register

Register adalah bahasa yang digunakan kelompok atau profesi tertentu dalam

masyarakat. Register juga disebut dialek profesi. Sering kali dialek profesi ini tidak

diketahui secara luas oleh pembaca, apalagi jika register itu diambil dari bahasa daerah.

Misalnya dikalangan bangsawan Jawa, anak yang dihasilkan dari hubungan gelap disebut

lembu peteng. Ada juga istilah kumpul kebo, procotan, Paman doblang, simbok, den mas,

ekaristi, sungkem bihten, dan sebagainya. Semua itu merupakan contoh register.

8) Penyimpangan Historis

Penyimpangan histories berupa penggunaan kata-kata kuni yang sudah tidak

digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaannya dimaksudkan untuk

mempertinggi nilai estetis. Misalnya, kata-kata jenawi, bilur, lebuh, bonda, dewangga, ripuk,

lilih, bahana dan sebagainya. Penggunaan kata-kata yang “dakik-dakik” seperti dalam larik-

larik lagu Guruh Sukarno, dalam puisi malahan akan mengurangi nilai estetis puisi tersebut.

9) Penyimpangan Grafologis

Dalam menulis kata-kata, kalimat, larik dan baris, penyair sengaja melakukan

penyimpangan dari kaidah bahasa yang biasa berlaku. Huruf besar dan tanda-tanda baca

tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Hal itu digunakan penyair untuk memperoleh

efek estetik. Penyimpangan system tulisan tersebut disebut penyimpangan grafologis.

c. Sintaksis dalam Puisi

Meskipun kaidah sintaksis sering diabaikan dalam puisi, namun untuk menafsirkan

makna puisi kita hendaknya menafsirkan larik-larik puisi itu sebagai suatu kesatuan sintaksis.

Penafsiran makna itu mungkin hanya dalam konsep pikiran saja karena kita terbiasa

menghadapi wacana yang dibangun dalam kesatuan sintaksis. Pola sintaksis puisi juga

mempunyai fungsi semantik seperti dalam bahasa sehari-hari.

Page 28: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Pola sintaksis puisi dapat runtut seperti dalam prosa, namun sering kali penyair membuat

pola yang aneh, dibuat lain dari pada yang lain untuk menunjukkan kreativitas dan identitasnya.

Penyair dapat mengabaikan kaidah sintaksis yang harus dipatuhi, namun dapat juga

mengulang-ngulang pola-pola tertentu sehinga beraturan. Pertama disebut infrastrukturisasi

sedangkan yang kedua disebut suprastrukturisasi.

Karena pembicaraan tentang sintaksis sulit dilaksanakan dengan saksama, maka kesatuan

sintaksis dapat dibicarakan juga dalam larik dan bait. Sebuah larik mewakil kesatuan gagasan

penyair dan jika dibangun bersama larik-larik lain membangun kesatuan gagasan yang lebih

besar. Bait-bait puisi pada hakekatnya mirip dengan sebuah paragraf prosa. Di dalam bait itu

terdapat satu larik yang merupakan kunci gagasan. Pada seluruh puisi itu terdapat satu atau

beberapa bait yang merupakan klimaks gagasan penyair. Bait yang merupakan klimaks itulah

yang dapat menjadi kunci tema dan amanat yang hendak disampaikan oleh penyair. Namun

karena kebebasan penyair, belum tentu gagasan pokoknya terdapat dalam suatu bait tertentu,

yang di dalamnya ada beberapa baris atau larik puisi.

Istilah baris atau larik dalam puisi, pada dasarnya sama dengan istilah kalimat dalam

karya prosa. Hanya saja, sesuai dengan hak kepengarangan yang diistilahkan dengan licentia

poetica, maka wujud , ciri-ciri, dan peranan larik dalam puisi tidak begitu saja disamakan

secara menyeluruh dengan kalimat dalam karya prosa. Hal itu dapat dimaklumi karena bila

kalimat dalam karya prosa secara jelas diawali dengan huruf capital dan diakhiri dengan titik,

hal yang demikian tidak selamanya dijumpai dalam puisi. Selain itu, baris dalam puisi juga

sering kali mengalami pelesapan, yakni penghilangan salah satu atau beberapa bentuk dalam

suatu larik untuk mencapai kepadatan dan keefektifan bahasa. Selain itu, struktur kalimat dalam

puisi sebagai suatu baris, tidak selamanya sama dengan struktur kalimat dalam karya prosa.

Kesamaan larik dengan kalimat hanya dapat kita tautkan dalam hubungannya dengan

satuan makna yang dikandungnya. Seperti halnya kalimat, larik pada umumnya merupakan

satuan yang lebih besar daripada kata sebagai suatu kelompok kata yang telah mendukung

Page 29: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

satuan makna terentu. Apabila suatu larik hanya terdiri atas satu kata, maka satu kata itu telah

dianggap memiliki satu satuan makna tersendiri.

Dari uraian tentang struktur fisik puisi yang meliputi: metode puisi, penyimpangan

bahasa puisi, dan struktur sintaksis dalam puisi dapat disimpulkan, sebagai brikut.

Pertama, metode puisi berbeda dari metode prosa. Dalam menghayati puisi, telah yang

lebih mendalam ke struktur yang lebih kecil, meliputi: diksi, pengimajian, kata konkret majas,

versifikasi, dan tipografi puisi. Enam unsur ini saling berkaitan dan membentuk kesatuan.

Keenam unsur metode puisi ini berkaitan dengan struktur batin puisi.

Kedua, pada hakikatnya kodrat bahasa puisi memang menyimpang dari bahasa sehari-

hari ataupun bahasa sastra lainnya. Penyimpangan itu dalam hal: leksikon, semantik, fonologis,

morfologis, sintaksis, dialek, register, historis, dan grafologis.

Ketiga, bentuk sintaksis puisi berbeda dari prosa. Penafsiran larik-larik puisi tidak dapat

disamakan dengan penafsiran larik-larik prosa, yang membentuk satu kesatuan sintaksis. Satu

larik puisi mungkin mengandung makna yang dapat dijabarkan lebih dari satu kesatuan

sintaksis, walaupun larik itu merupakan potongan kalimat atau hanya berupa satu patah kata

saja. Selanjutnya, uraian tentang struktur batin puisi akan dijelaskan pada paparan berikut.

4. Struktur Batin Puisi

Struktur fisik puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak

disampaikan penyair. Sedangkan untuk struktur batin I. A. Richards (1976: 180-181) menyebut

makna atau dengan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: tema (sence),

perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat

(intention). Keempat unsur itu menyatu dalam ujud penyampaian bahasa penyair.

Sebagai sebuah totalitas yang dibentuk oleh elemen atau unsur intrinsik tertentu, puisi menurut Rene Wellek & Austin Werren (1990:217) dapat dibagi dalam beberapa unsur, meliputi (1) bunyi

Page 30: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

atau sound stratum, (2) arti atau units of meaning, (3) dunia atau realitas yang digambarkan penyair, (4) dunia atau realitas yang dilihat dari titik pandang tertentu, dan (5) dunia yang bersifat metafisis. Bila Wellek membagi makna dalam (1) arti, (2) realitas yang digambarkan penyair, (3) realitas yang dipandang dari sudut pandang tertentu, dan (4) dunia yang bersifat metafisis, maka I.A. Richards dalam Aminuddin (1987: 147) mengungkapkan bahwa makna itu meliputi: (1) sense (2) subject matter, (3) feeling, (4) tone, (5) total of meaning, dan (6) theme, serta intention.

Selain dua ragam pembagian makna di atas, dalam hal puisi atau karya sastra pada umumnya, Ingarden dalam Aminuddin (1987: 148) membedakan antara (1) makna, (2) dunia rekaan yang diciptakan penagrang, (3) point of view, yang berkaitan dengan masalah penyikapan dan (4) methaphysical qualities atau makna yang memiliki kualitas metafisis. Keseluruhan aspek makna yang terkandung dalam makna itu terpapar lewat media bunyi yang berkaitan dengan tata bahasa, yakni morfologi dan sintaksis yang dalam penalaahannya tidak dapat dilepaskan dari telaah makna yang berhubungan dengan berbagai model pemakaknaan yang ada.

Dalam pembahasan ini, acuan berpikir yang digunakan berorientasi pada pembagian makna dari Richards dalam Aminuddin (1987:149) dengan pertimbangan bahwa pembagian makna menurut Richards itu pengidentifikasian serta pembagiannya lebih mudah. Selain itu, bila pembaca sudah memahami unsur-unsur makna seperti diungkapkan I. A. Richards itu, untuk membawa ke pembagian makna seperti yang di ungkapkan Rene Wellek & Austin Warren maupun Ingarden sangat mudah. Paparan lebih lanjut tentang pembagian makna menurut I. A. Richards dalam Aminuddin (1987: 150) sebagai berikut.a. Tema

Tema merupakan gagasan pokok atau subject-master yang dikemukakan oleh penyair.

Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga

menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara

penyair dengan Tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan, jika desakan yang kuat berupa rasa

belas kasih atau kemanusiaan, maka puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah

dorongan untuk memprotes ketidakadilan, maka tema puisinya adalah protes atau kritik

sosial. Perasaan cinta atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema

kedukaan hati karena cinta.

Dengan latar belakang pengetahuan yang sama, penafsir-penafsir puisi akan

memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas,

obyektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-

konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus (penyair), tetapi

obyektif (bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat).

Page 31: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Sementara itu menurut Aminuddin (1987: 150) tema adalah ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi. Tema berbeda dengan pandangan moral ataupun message meskipun tema itu dapat berupa sesuatu yang memiliki nilai rohaniah. Disebut tidak sama dengan pandangan moral maupun massage karena tema hanya dapat diambil dengan jalan menyimpulkan inti dasar yang terdapat di dalam totalitas makna puisi, sedangkan pandangan moral atau message dapat saja berada di dalam butir-butir pokok pikiran yang ditampilkannya. Dengan kata lain, bidang cakupan tema lebih luas daripada pandangan moral maupun message.

Bila dalam menganalisis totalitas makna puisi, menurut Aminuddin (1987: 151) pembaca dapat menampilkan pertanyaan, “Bagaimana makna keseluruhan puisi yang dibaca berdasarkan subject matter, feeling, dan tone yang telah ditemukan?” Maka dalam analisis tema pertanyaan yang tampil adalah, “Apakah ide dasar atau inti dari totalitas makna itu?” Masalahnya sekarang, bagaimanakah cara memberikan jawaban atas sejumlah pertanyaan di atas.

b. Perasaan

Perasaan disebut juga feeling dan tone. Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. Hal itu mungkin saja terkandung dalam lapis makna puisi sejalan dengan terdapatnya pokok pikiran dalam puisi karena setiap menghadirkan pokok pikiran teretntu, manusia pada umumnya juga dilatarbelakangi oleh sikap tertentu pula.

Tone adalah sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang ditampilkannya. Hal yang demikian mungkin saja terjadi karena sewaktu berbicara masalah cinta maupun tentang cinta itu sendiri kepada kekasih atau suami/istri akan berbeda dengan sewaktu berbicara kepada teman. Dalam rangka menganalisis feeling dan tone dalam suatu puisi, pembaca (peniliti) akan berhubungan dengan upaya pencarian jawaban dari pertanyaan, “Bagaimana sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya?” serta “Bagaimana sikap penyair terhadap pembaca?” Jawaban yang diperoleh mungkin akan berupa sikap keterharuan, kesedihan, keriangan, semangat, masa bodoh, menggurui, atau berbagai macam sikap lainnya sejalan dengan keanekaragaman sikap manusia dalam menyikapi realitas yang dihadapinya.

Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat

dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan

perasaan yang berbeda dari penyair yang lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan

berbeda pula. Dalam menghadapi tema keadilan social atau kemanusiaan, penyair banyak

menampilkan kehidupan pengemis atau orang gelandangan.

Menurut Herman J. Waluyo (2008: 140) perasaan Chairil Anwar berbeda dengan

perasaan Toto Sudarto Bachtiar berbeda pula dengan Rendra dan Arifin C. Noer dalam

menghadapi pengemis. Toto Sudarto Bachtiar menghadapi gadis kecil berkaleng kecil dengan

perasaan iba hati karena rasa belas kasihnya. Penyair bahkan ingin “ikut gadis kecil berkaleng

kecil” itu. Rendra berperasaan banci dan bersikap memandang rendah para pengemis karena

Page 32: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Rendra memandang bahwa pengemis tidak berusaha keras untuk menopang kehidupannya.

Sikap Chairil Anwar sama dengan sikap Rendra. Mereka tidak memiliki rasa belas kasih

kepada para pengemis.

c. Nada dan Suasana

Nada atau sense adalah sesuatu yang diciptakan atau digambarkan oleh penyair lewat puisi yang dihadirkannya. Terdapatnya sense dalam suatu puisi, pada dasarnya akan berhubungan dengan gambaran dunia atau makna puisi secara umum yang ingin diungkapkan penyairnya. Dalam analisis puisi, keberadaan sense tersebut akan membuahkan pertanyaan, “Apa yang ingin dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakan?”

Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia

ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya

menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi.

Sering kali puisi bernada santai karena penyair bersikap santai kepada pembaca. Hal ini dapat

kita jumpai dalam puisi-puisi mbeling.

Jika nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan

jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu

terhadap pembaca. Jika berbicara tentang sikap penyair, maka berbicara pula tentang nada.

Jika berbicara tentang suasana jiwa pembaca yang timbul setelah membaca puisi, maka

berbicara pula tentang suasana. Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi

menimbulkan suasana iba hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat

menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan

suasana khusyuk. Begitu seterusnya.

Demikianlah nada puisi yang dapat dihayati melalui puisi. Dalam nada ini dapat

dihayati sikap penyair yang secara tersirat dapat ditangkap oleh pembaca. Jadi tidak secara

harfiah. Pembaca menghayati suasana yang ditimbulkan oleh nada puisi. Sebab itu, nada puisi

berhubungan erat dengan suasana.

Page 33: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

d. Amanat (Pesan)

Amanat atau subject matter adalah pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakannya. Bila sense baru berhubungan dengan gambaran makna dalam puisi secara umum, maka subject matter berhubungan dengan satuan-satuan pokok pikiran tertentu yang secara khusus membangun sesuatu yang diungkapkan penyair. Oleh sebab itu, dalam analisis makna puisi dalam rangka mengidentifikasi subject matter, peneliti akan menampilkan pertanyaan, “Pokok-pokok pikiran apa yang diungkapkan penyair, sejalan dengan sesuatu yang secara umum dikemukakan penyairnya?” Untuk itu, terlebih dahulu perlu dibahas masalah langkah-langkah dalam menganalisis lapis makna puisi.

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami

tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk

menciptakan puisinya. Amanta tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di

balik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair secara sadar

berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang

diberikan.

Menurut John Johnson (2000: 100-101) dikatakan bahwa banyak penyair yang tidak

menyadari apa amanat puisi yang ditulisnya. Mereka yang berada dalam situasi demikian

biasanya merasa bahwa menulis puisi merupakan kebutuhan untuk berekspresi atau

kebutuhan untuk berkomunikasi atau kebutuhan untuk aktualisasi diri. Bagaimanapun juga,

karena penyair adalah manusia yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan manusia biasa

dalam hal menghayati kehidupan ini, maka karyanya pasti mengandung amanat yang berguna

bagi manusia dan kemanusiaan.

Tema berbeda dengan amanat. Tema berhubungan dengan arti karya sastra, sedangkan

amanat berhubungan dengan makna karya sastra (meaning and significance). Arti karya sastra

berarti lugas, obyektif, dan khusus, sedangkan makna karya sastra bersifat kias, subyektif dan

umum. Makna berhubungan dengan orang perorangan, konsep seseorang, dan situasi dimana

penyair mengimajinasikan karyanya (hal ini erat dengan perasaan dan nada yang diungkapkan

penyair). Rumusan tema harus obyektif dan sama untuk semua pembaca puisi, namun amanat

Page 34: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

sebuah puisi dapat bersifat interpretative, artinya setiap orang mempunyai penafsiran makna

yang berbeda dengan yang lain.

Walaupun tafsiran tentang amanat puisi dapat bermacam-macam, namun dengan

memahami dasar pandangan, filosofi, dan aliran yang dianut oleh pengarangnya, kita dapat

memperkecil perbedaan itu. Inilah gunanya teori sastra yang menyangkut pribadi pengarang.

Bahkan sejarah sastra, angkatan atau jaman terciptanya karya sastra akan menolong kita

mendekati amanat penyair secar lebih tepat. Tidak mungkin dapat dibenarkan jika puisi

seorang penyair yang benar-benar religius ditafsirkan sebagai puisi ateis karena penafsirannya

tidak memahami latar belakang keagamaan penyair.

Dari uraian tentang hakikat atau struktur batin puisi di atas dapat disimpulkan, bahwa

setiap puisi mempunyai struktur batin atau hakekat yang terdiri atas tema, perasaan, nada dan

amanat. Keempatnya merupakan jiwa puisi yang apdu. Uraian satu persatu hanya dimaksud

untuk memahami pengertiannya.

Tema puisi merupakan gagasan pokok atau “subject matter” yang dikemukakan penayir.

Dalam telaah ini dibahas tema yang sesuai dengan Pancasila, yakni: tema Ketuhanan,

kemanusiaan, patriotisme, demokrasi (kedaulatan rakyat), dan tema keadilan sosial. Tema-

tema tersebut secara keseluruhan mungkin ada dalam satu puisi; hal ini dimungkinkan karena

puisi memang sangat kaya akan makna.

Perasaan dalam puisi dalah perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi

mengungkapkan perasaan yang beraneka ragam. Mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu,

benci, rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan. Tema puisi yang sama

yang dilukiskan dengan perasaan yang berbeda akan menghasilkan puisi yang berbeda pula.

Nada puisi ialah sikap batin penyair yang hendak diekspresikan penayir kepada

pembaca. Ada nada menasehati, mencemooh, sinis, berontak, iri hati, gemas, penasaran,

berontak, dans ebagainya. Nada puisi ikut mewarnai corak puisi itu. Suasana ialah suasana

Page 35: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

abtin pembaca akibat membaca puisi.

Amanat dalam puisi adalah maksud hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau

tujuan yang hendak disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan

martabat manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara

obyektif, namun subyektif berdasarkan interpretasi pembaca. Peranan pengajaran Apresiasi

puisi sangat penting dalam meningkatkan daya apresiasi pembaca sehingga tafsiran akan

makna yang diberikan pembaca tidak jauh berbeda dengan maksud penyair. Sebab itu telaah

tentang sejarah, tentang penyair beserta aliran, filsafat, dan jamannya merupakan sumbangan

terhadap penafsiran amanat puisi, sehingga penafsirannya lebih mendekati kehendak penyair.

Hubungan antara struktur lahir dan struktur batin dalam puisi oleh Marjorie Boulton

(1979:7) dikatakan bahwa, bentuk fisik puisi adalah penampilan di atas kertas, dan jauh lebih

penting, dia adalah suara puisi. Ini bisa berupa suara ketika puisi dibacakan, atau suara hati

yang didengar ketika puisi itu dibacakan untuk diri sendiri. Termasuk di dalamnya meliputi:

irama, rima (pola persajakan), intonasi, dan berbagai jenis gema dan pengulangan. Sedangkan

bentuk batin (mental) puisi adalah formulir yang digambarkan sebagai konten dalam arti kata

biasa bila diterapkan untuk sastra. Hal itu meliputi: struktur gramatikal, urutan logis, pola

asosiasi, penggunaan imajinasi dominan, pola imajinasi, dan emosi. Semua itu (baik bentuk

fisik maupun bentuk batin) saling berhubungan untuk menjadikan puisi yang baik dari segi

kekuatan bahasa maupun segi imajinasinya.

Dari uraian tentang bentuk fisik dan bentuk batin puisi, dapat disimpulkan bahwa

keduanya dapat membentuk satu kesatuan bentuk puisi yang utuh dari segi kekuatan bahasa

maupun maknanya. Meskipun dalam bentuk fisik puisi akan ditemukan penyimpangan bahasa

dan pola sintaksis, hal itu hanyalah sebagai sumber kekuatan makna puisi.

5. Pendekatan dalam Mengapresiasi Puisi

Page 36: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Pendekatan sebagai prinsip dasar atau landasan yang digunakan seseorang ketika

mengapresisikan puisi dapat bermacam-macam. Keanekaragaman pendekatan yang digunakan

ditentukan oleh tujuan dan apa yang akan diapresiasikan lewat teks sastra yang dibacanya.

Bertolak dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi pembaca dapat menggunakan sejumlah

pendekatan di bawah ini:

a. Pendekatan Parafrastis

Pendekatan parafrastis adalah strategi pemahaman kandungan makna dalam suatu cipta

sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan

menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang

digunakan pengarangnya. Tujuan akhir dari pendekatan ini adalah untuk menyederhanakan

pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami

kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.

b. Pendekatan Emotif

Pendekatan emotif dalam apresiasi sastra adalah suatu pendekatan yang berusaha

menemukan unsur-unsur yang menyentuh emosi atau perasaan pembaca. Prinsip dasar yang

melatarbelakanginya adalah pandangan bahwa cipta sastra merupakan bagian dari karya seni

yang hadir dihadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan

hiburan dan kesenangan.

c. Pendekatan Analitis

Pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan,

sikap pengarang, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen itu sehingga

mampu membangun keselarasan dari kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk

maupun totalitas maknanya.

Page 37: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

d. Pendekatan Sosio-Psikologis

Pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial budaya,

masyarakat maupun tanggapan kejiwaan pengarang terhadap lingkungan kehidupannya pada

saat cipta sastra diwujudkan.

e. Pendekatan Historis

Pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar

belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra

yang dibaca serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan

sastra itu sendiri dari zaman ke zaman.

f. Pendekatan Didaktis

Pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif,

maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Penerapan pendekatan ini menurut daya

intelektual, kepekaan rasa, maupun sikap yang mapan dari penelaahnya.

g. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan yang berusaha mengaitkan penciptaan karya sastra, keberadaan karya sastra,

serta peranan karya sastra dengan realitas sosial. Pendekatan juga dapat mengungkap realitas

sosial dan budaya pada sesuatu waktu tertentu, termasuk di dalamnya kehidupan, pandangan,

serta sikap dan pengetahuan pengarang terhadap realitas sosial.

Dalam pelaksanaannya, keenam pendekatan di atas umumnya digunakan secara enklitik

(saling berkaitan) tujuannya agar penelaah dapat menangkap kompleksitas aspek maupun

keragaman karakteristik cipta sastra itu sendiri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak

menutup kemungkinan untuk menggunakan keenam pendekatan di atas dalam rangka untuk

mendeskripsikan, menganalisis, dan menafsirkan serta menjelaskan tentang (1) kritik sosial, (2)

nilai religius, dan (3) nilai pendidikan dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

karya A. Mustofa Bisri.

Page 38: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

6. Langkah-langkah dalam Pemahaman Puisi

Sudah dinyatakan di depan bahwa karya sastra tidak bersifat otonom. Dalam memahami

makna karya sastra, kita dapat mengacu ke berbagai hal yang erat berhubungan dengan puisi itu.

Dalam pemahaman puisi ini, hal yang dipandang erat berhubungan dengan puisi itu adalah

penyair dan kenyataan sejarah. Puisi-puisi yang relatif sulit ditafsirkan maknanya, biasanya dapat

ditafsirkan melalui pengenalan kita terhadap penyair dan kenyataan sejarah.

Langkah-langkah menelaah puisi menurut Herman J. Waluyo (2008: 167-170) dapat

melalui tahap-tahap sebagai berikut.

a. Struktur Karya Sastra

Pada tahap pertama kita berusaha memahami struktur karya sastra secara umum.

Apakah puisi ini berstruktur sebagai puisi lama, baru Angkatan 45, ataukah puisi

kontemporer. Apakah bentuk puisi itu konvensional ataukah nonkonvensional. Penelaah

berusaha memahami bait-bait dan lirik-lirik, serta memahami secara global tema apakah yang

dikemukakan oleh penyair.

b. Penyair dan Kenyataan Sejarah

Untuk melengkapi pemahaman secara global karya sastra yang kita telaah, maka kita

bahas siapakah penyairnya, bagaimana aliran filsafat, corak khas yang menjadi ciri dari jaman

penyair itu berkarya, kata-kata dan ungkapan khusus yang berhubungan dengan penyair,

aliran, filsafat, dan jaman saat puisi itu diciptakan. Dengan dilengkapi data tentang penyair

dan kenyataan sejarah ini, totalitas puisi akan mudah diinterpretasikan.

c. Telaah Unsur-unsur

Page 39: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Struktur fisik dan strukturbatin puisi ditelaah unsur-unsurnya. Kedua struktur itu harus

mempunyai kepaduan dalam mendukung totalitas puisi. Telaah ini menyangkut telaah

unsur-unsur yang sekecil-kecilnya. Ditelaah bagaimana struktur fisik digunakan untuk

mengungkapkan struktur batin dan bagaimana struktur batin dikemukakan. Telaah yang

demikian menghasilkan pembahasan puisi secara lebih mendalam.

(1) Struktur fisik

Dalam telaah struktur fisik dibahas bagaimana kecapakan/kreatifitas penyair dalam

menciptakan puisi. Maka struktur fisik disebut pula metode puisi. Ditelaah bagaimana

penyair memilih, mengurutkan dan memberikan sugesti kata (diksi); bagaimana penyair

menciptakan pengimajian; bagaimana kata-kata diperkonkret; bagaimana penyair

menciptakan lambang dan kiasan (majas); bagaimana versifikasi dalam puisi itu; dan

bagaimana penyair menyusun tata wajah puisi. Telaah struktur fisik tidak dapat

dilepaskan dengan telaah struktur batin. Dapat juga ditelaah hubungan antara struktur

fisik dengan tuntutan pengucapan batin penyair.

(2) Struktur batin

Semua unsur struktur fisik digunakan penyair untuk mengungkapkan tema dan

amanat yang hendak disampaikannya. Dengan kata lain, struktur fisik dan struktur batin

atau struktur tematik dan struktur sintatik tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Kemampuan memahami struktur fisik secara mendalam dan canggih memungkinkan

pembaca memiliki kemampuan menghayati makna yang hendak disampaikan oleh

penyair karena tema, perasaan, nada, dan amanat disampaikan melalui struktur fisik puisi.

Adanya jalinan antara struktur fisik dan struktur batin yang begitu kuat,

menyebabkan perlunya pembaca memahami kedua struktur ini secara bersama-sama.

Tingkat pemikiran, luapan rasa hati penyair, dan tingkat imajinasi (pengalaman) penyair,

diungkapkan dengan metode atau teknik pengucapan khas milik penyair. Nilai artistik

Page 40: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

sebuah karya sastra terletak dari tepat tidaknya penyair mengungkapkan struktur batinnya

ke dalam struktur fisik (teknik). Jika takarannya tepat, akan terasa ada keharmonisan

antara kedua struktur itu. Keharmonisan antara kedua struktur itu tidak bersifat statis.

Pembaca menghendaki sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, faktor kreativitas peyair juga

ikut berperan dalam menentukan nilai artistik sebuah puisi. Jadi, struktur batin dan gaya

pengucapan disampaikan lewat bahasa penyair merupakan dua hal yang saling

berhubungan dan saling menentukan.

d. Sintesis dan Interpretasi

Setelah menelaah secara mendalam struktur puisi hingga ke unsur-unsurnya, kemudian

kita dapat mensintesiskan telaah kita itu. Sintesis itu dapat berwujud jawaban atas pertanyaan

sebagai berikut: (1) Apakah amanat (pesan) yang hendak disampaikan penyair? (2) Mengapa

penyair menggunakan bahasa yang demikian (hubungannya dengan perasaan dan nada)? (3)

Apakah arti karya tersebut bagi penelaah? (4) Bagaimana sikap penelaah terhadap apa yang

dikemukakan penyair? (5) Bagaimana penyair menciptakan puisi itu, apakah cukup mahir?

7. Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Sastra

Semua fakta sastra menyiratkan adanya penulis, buku, dan pembaca, atau secara umum

dapat dikatakan: pencipta, karya sastra, dan masyarakat. Fakta sastra merupakan bagian suatu

fakta hubungan pencipta dan masyarakatnya. Selanjutnya, Robert Escarpit (2008: 3) mengatakan

bahwa:

... Setiap fakta sastra merupakan bagian dari sirkuit, yang mana setiap titik sirkuit itu, kehadiran pencipta menimbulkan masalah interpretasi psikologi, moral, filsafat. Media karya sastra menimbulkan masalah estetika, gaya, bahasa, teknik. Adanya kolektifitas-publik menimbulkan masalah dari segi historis, politik sosial, bahkan ekonomi.

Page 41: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Mengingat fakta sastra merupakan bagian yang tak terpisahkan dari cara berpikir

individual, bentuk-bentuk abstrak sekaligus struktur kolektif, antara sejarah (lingkungan sosial),

karya sastra, dan penciptanya. Oleh karena itu, pembahasannya cukup menyulitkan. Kekhasan

fakta sastra memunculkan adanya perhatian khusus, sehingga memunculkan sosiologi sastra.

Dikatakan oleh Robert Escarpit (2008: 14) bahwa adanya sosiologi sastra membantu pembaca

dengan jalan membantu ilmu sastra tradisional-sejarah atau kritik saatra dalam mengamati

hubungan antara karya sastra, pencipta, dan sejarah (lingkungan sosial).

Perkembangan berikutnya sebagaimana yang dikemukakan Laurenson dan Swingewood

dalam Zainuddin Fananie (2000: 134) bahwa kendati sastra dan sosiologi mempunyai perbedaan

namun sebenarnya dapat memberikan penjelasan yang bermanfaat tentang sastra. Dengan kata

lain, sebagaimana konsep Rene Wellek & Austin Warren (1990:111-112) bahwa sosiologi sastra

dianggap sebagai unsur ekstrinsik dan unsur ekstrinsik sebenarnya tidak hanya meliputi

sosiologi, melainkan juga unsur yang lain seperti ideologi, ekonomi, agama, politik, psikologi,

dan sebagainya.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang objek studinya berupa aktivitas sosial manusia.

Sastra adalah karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia. Dengan demikian, antara

karya sastra dengan sosiologi sebenarnya merupakan dua bidang yang berbeda, tetapi keduanya

saling melengkapi. Sosiologi tidak hanya menghubungkan manusia dengan lingkungan sosial

budayanya, tetapi juga dengan alam.

Menurut Laurenson dan Swingeood dalam Zainuddin Fananie (2000: 134) terdapat tiga

perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra.

a. Perspektif yang memandang sastra sebagai dokumen sosial, yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan;

b. Perspektif yang mencerminkan situasi sosial penulisnya; dan

c. Model yang dipakai karya tersebut sebagai manifestasi dari kondisi sosial budaya atau peristiwa sejarah.

Ditinjau dari karya itu sendiri sebagaimana dikemukakan oleh Michael Zerafta dalam

Page 42: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Elizabeth (1973: 212) bahwa bentuk dan isi karya sastra sebenarnya memang lebih banyak

diambil dari fenomena sosial dibandingkan dengan seni yang lain, kecuali film. Karenanya,

karya sastra seringkali tampak terikat dengan momen khusus dalam sejarah masyarakat.

Dalam hal ini, karya-karya mempunyai suatu fungsi pewahyuan dalam pengertian

mencakup aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, ataupun budaya. Itulah sebabnya, karya

sastra dapat merupakan pencarian dan sekaligus ungkapan pengertian dan esensinya.

Sosiologi sastra merupakan bagian mutlak dari kritik sastra. Ia mengkhususkan diri dalam

menelaah sastra dengan memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan. Produk telaahan itu

dengan sendirinya dapat digolongkan ke dalam produk kritik sastra.

Sosiologi adalah suatu telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat

dan tentang sosial dan proses sosial. Sosiologi menelaah tentang bagaimana masyarakat itu

tumbuh dan berkembang. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah

perekonomian, keagamaan, politik, dan lain-lain, kita mendapat gambaran tentang cara-cara

manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannnya, mekanisme kemasyarakatannya, serta

proses pembudayaannya.

Sastra, sebagaimana halnya dengan sosiologi, berurusan dengan manusia bahkan sastra

diciptakan oleh anggota masyarakat untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh

masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat; ia terikat oleh status sosial

tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya; bahasa itu

merupakan ciptaan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan. Oleh sebab itu,

sesungguhnya sosiologi dan sastra itu memperjuangkan masalah yang sama. Kedua-duanya

berurusan dengan masalah sosial, ekonomi, politik.

Perbedaan antara keduanya, menurut Sapardi Djoko Damono (2005:124) adalah bahwa

sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan novel menyusup menembus

permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat

Page 43: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dengan persaannnya. Adanya analisis ilmiah yang obyektif ini menyebabkan bahwa seandainya

ada dua orang ahli sosiologi mengadakan penelitian atas suatu masyarakat yang sama, hasil

penelitian itu besar kemungkinan menunjukkan persamaan juga. Sedangkan seandainya ada dua

orang novelis menulis tentang suatu masyarakat yang sama, hasilnya cenderung berbeda sebab

cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya itu berbeda-beda menurut

pandangan tiap orang. Sedangkan menurut Awang H. Saleh (1980: 88) sosiologi bersifat

kognitif sedangkan sastra bersifat afektif.

Karena persamaan objek yang digarap, wajarlah kalau ada ahli yang meramalkan bahwa

pada akhirnya nanti sosiologi dapat menggantikan kedudukan sastra. Mungkin pendapat itu

muncul didorong oleh pesatnya pertumbuhan dan perkembangan sosiologi dewasa ini di samping

adanya anggapan bahwa sastra akan atau telah mati. Tetapi suatu hal yang jelas adalah bahwa

sastra mempunyai kekhasan sendiri yang tidak dimiliki oleh sosiologi, oleh karena tampaknya

kedua-duanya memiliki kemungkinan yang sama untuk terus berkembang, dan tidak mustahil

pula kedudukan dapat saling bekerja sama, saling melengkapi.

Sosiologi sastra, adalah suatu telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra. Telaah

sosiologi ini mempunyai tiga klasifikasi menurut Rene Wellek & Austin Warren (1990:111-112 )

yaitu:

a. Sosiologi pengarang: yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, idiologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang;

b. Sosiologi karya sastra: yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra; yang menjadi pokok telaahan adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya;

c. Sosiologi pembaca: yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.

Klasifikasi tersebut hampir sama dengan klasifikasi yang dibuat oleh Ian Watt dalam

Sapardi Djoko Damono (2005:124) dengan melihat hubungan timbal-balik antara sastrawam,

sastra, dan masyarakat. Oleh sebab itu telaah sosiologis suatu karya sastra akan mencakup tiga

hal:

Page 44: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

a. Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya

dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa

mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya

sastranya.

b. Sastra sebagai cermin masyarakat, yang di telaah adalah sampai sejauh mana sastra

dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat.

c. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini di telaah sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan

nilai sosial, dan sampai berapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan

sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca.

Dari klasifikasi di atas dapat diperoleh gambaran bahwa sosiologi sastra, yang merupakan

pendekatan terhadap sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan, mempunyai

bagian yang luas, beragam dan rumit, yang menyangkut tentang pengarang, karyanya, serta

pembacanya.

Berdasarkan pandangan para ilmuan tentang sosiologi sastra di atas, menurut Umar Junus

(1986: 3-24) ada beberapa teknik yang dapat dikembangkan dalam kajian sosiologi sastra,

sebagai berikut.

a. Karya Sastra Dilihat sebagai Dokumentasi Sosio-Budaya

Teknik ini bertolak dari anggapan bahwa sastra adalah refleksi dan realita. Kajiannya

tidak mengutamakan kesatuan struktur, tetapi setiap unsur dilihat sebagai satu kesatuan yang

lepas.

b. Penyelidikan Mengenai Penghasilan dan Pemasaran Karya Sastra

Teknik kajian ini menyentuh aspek antara lain: (1) penulis dan latar belakang sosio-

budaya, yang meliputi faktor-faktor: asal sosial, status sosial, seks (jenis kelamin), umur,

pendidikan, dan pekerjaan dan (2) hubungan antara penulis dan pembaca, yang menyangkut

masalah penulis mungkin digaji oleh seseorang atau kelompok untuk menulis (biografi raja

Page 45: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

atau seseorang) atau penulis mendapat honor atau gaji dari tulisannya yang ditentukan oleh

pemasarannya pada pembaca.

c. Penelitian tentang Penerimaan Masyarakat terhadap Karya Sastra Seorang Penulis

Tertentu (Public Opinion)

Penerimaan karya sastra tertentu pada waktu (masa) dan daerah tertentu berkaitan

dengan iklim sosio-budayanya. Hal-hal yang perlu dikaji, antara lain: (1) bagaimana

penerimaan terhadap karya seorang penulis (pengarang) tertentu, baik secara aktif maupun

secara pasif dan (2) bagaimana model penerimaan secara aktif itu, apakah positif atau

negatif.

d. Pengaruh Sosio-Budaya terhadap Penciptaan karya Sastra

Teknik kajian ini menyentuh aspek antara lain: (1) masalah pranata sosial dan budaya

yang mempengaruhi penciptaan karya sastra dan (2) bagaimana sistem sosial di suatu

wilayah tertentu dapat mempengaruhi kepengarangan karya sastra. Pada masyarakat desa,

kota, perburuhan, pertanian, dan kalangan profesi tertentu bisa mempengaruhi jenis dan isi

karya sastra.

Dalam penelitian ini, keempat kajian dalam sosiologi sastra memungkinkan untuk

dilaksanakan secara keseluruhan. Akan tetapi, guna membatasi agar penelitian tidak merambah

pada wilayah kajian sastra yang lebih luas, maka kajian sosiologi sastra yang dilakukan dalam

penelitian ini, meliputi: (1) karya sastra dilihat sebagai dokumentasi sosio-budaya dan (2)

pengaruh sosio-budaya terhadap penciptaan karya sastra.

8. Pemanfaatan Pendekatan Sosiologi dalam Sastra

Page 46: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Penggunaan pendekatan sosiologi dalam melakukan kritik sastra mendapat serangan

pedas dari para kritikus sastra. Salah satu serangan itu dilancarkan oleh Rene Wellek & Austin

Warren (1990:110) yang mengatakan bahwa pendekatan sosilogis atau pendekatan ekstrinsik

biasanya mempermasalahkan sesuatu di seputar sastra dan masyarakat bersifat sempit dan

eksternal. Yang dipersoalkan biasanya mengenai hubungan sastra dan situasi sosial tertentu,

sistem ekonomi, sosial, adat-istiadat, dan politik. Pendekatan sosiologis semacam itu terutama

di anut dan dilakukan oleh kritikus yang meyakini suatu filsafat sosial tertentu, misalnya para

kritikus Marxis, yang telah memiliki sikap tertentu terhadap hubungan sastra dan masyarakat,

sehingga sering yang mereka lakukan bukanlah kritik sastra, melainkan pengahakiman yang

didasarkan atas kriteria sosial politik yang sifatnya non sastra.

Ada anggapan, bahwa sastra sebagai karya seni yang menggambarkan masyarakat

cenderung untuk mengalihkan fungsi sastra menjadi “propaganda”. Hal itu dapat berakibat

segi-segi teknik dan seni diabaikan. Ada pula yang beranggapan, kalau sastra tidak

memperhatikan apa yang tumbuh dan hidup di dalam masyarakat dapat menyebabkan sastra

kehilangan fungsi sosialnya, kehilangan nilai didaktiknya.

Apakah suatu karya sastra menjadi cermin keadaan masyarakat di mana dia dilahirkan?

Pada umumnya memang begitu, tetapi hal itu tidak harus. Ignas Kleden (1981:78)

menyebutkan bahwa sastra adalah karya individual yang didasarkan pada kebebasan mencipta

dan dikembangkan lewat imajinasi. Sastra pertama-tama merupakan cermin diri sang

pengarang itu sendiri dan persoalan dan motif-motif pribadinya. Bila sastrawan kebetulan

mengucapkan suatu keadaan umum masyarakat, maka hanya lantaran persoalan umum itu kini

terasa sebagai masalah pribadinya sendiri. Hal kedua, karena kemampuannya nenembus suatu

kurun waktu, dia juga tidak terikat dengan masa kininya. Persoalan yang digarapnya mungkin

belum terasa aktual sementara ini. Tentu saja dengan itu tidak dikatakan, bahwa sastra

seharusnya suatu yang serba asing dari kehidupan masyarakat. Sastra dapat juga

menyampaikan beberapa keluhan masyarakat masanya, tetapi itu tanpa pretensi mau menjadi

Page 47: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

juru bicara jamannya dalam arti kata yang lengkap.

Menurut M. H. Abrams (1971:198) bahwa sastrawan sebagai anggota masyarakat tidak

lepas dari tata masyarakat dan kebudayaannya. Semuanya itu sangat berpengaruh dalam karya

sastranya ataupun tercermin dalam karya sastranya. Karya sastra itu mencerminkan

masyarakatnya dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh keadaan-keadaan masyarakat

dan kekuatan-kekuatan pada zamannya

Jalan pikiran yang dikemukakan Ignas Kleden di atas dapat dipahami. Kita dapat

membenarkan pendapat itu, bahwa karya sastra tidak harus merupakan cetak-ulang dari

kenyataan yang ada. Karya sastra seharusnya juga dapat berupa suatu imajinasi yang

menggunakan lingkungan kemasyarakatan sebagai titik tolak. Dalam arti, sastra boleh jadi

berupa interpretasi kehidupan, serta boleh jadi pula suatu ketika akan berupa imitasi kehidupan.

Keterkaitan sastra dengan masyarakat dan keterkaitan masyarakat dengan sastra dapat

menjadi diskusi yang panjang dan tak akan ada habis-habisnya. Kenyataan menunjukkan

bahwa ada sementara kritikus sastra yang memandang bahwa segi-segi kemasyaratan yang

terungkap dalam suatu karya sastra merupakan ukuran penting untuk digunakan, khususnya

dalam pemanfaatan kritik sastra di sekolah-sekolah. Memang terdapat beberapa pengarang

yang menggunakan karya sastra sebagai salah satu tempat memperjuangkan ide

kemasyarakatannya, antara lain dapat kita sebutkan Sutan Takdir Alisyahbana, yang dengan

gigih memperjuangkan ide pengembangan tata kemasyarakatan Indonesia baru. Lahirnya karya

seperti Les Misarables oleh pengarang Perancis, Victor Hugo, Si Midah Bergigi Emas oleh

Pramudya Ananta Toer, atau Atheis karya Achdiat Kartamihardja adalah rekaman-rekaman

kehidupan kemasyarakatan yang pernah dilihat atau dialami pengarangnya (Atar Semi, 1989:

60).

Di samping adanya pendapat yang menentang pendekatan sosiologis, namun tidak kurang

pula jumlah kritikus yang melihat manfaat kritik sastra yang menggunakan pendekatan

sosiologis ini. Dengan pendekatan sosiologis orang mungkin dapat menunjukkan sebab-sebab

Page 48: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dan latar belakang kelahiran sebuah karya sastra yang ditelaah, terutama dalam menentukan

fungsi suatu karya sastra dan mengetahui beberapa aspek sosial lain yang harus diketahui

sebelum penelaah dilakukan. Kritik sosiologis berfungsi deskriptif, yakni berupa deskripsi

kemasyarakatan yang melingkupi suatu karya sastra. Hal ini sering memberi bantuan yang

besar terhadap keberhasilan suatu kritik sastra yang dilakukan.

Kritik sosiologis juga berfaedah dalam mengembangkan pengetahuan kita dengan

memberikan keterangan tentang beberapa hal yang menjadi ciri khas karya sastra dalam suatu

periode tertentu atau pada suatu kurun waktu tertentu karya sastra memperlihatkan adanya

suatu tatanan masyarakat tertentu. Sebagai contoh, penelaah dapat mengungkap mengapa

beberapa kumpulan puisi A. Mustofa Bisri memperlihatkan suatu keadaan dan corak sosial

masyarakat Indonesia umumnya? Atau mengapa A. Mustofa Bisri cenderung untuk mengkritik

tatanan kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya? Dengan bantuan sosiologi sastra hal

itu dapat diketahui dan dipahami secara lebih mendalam.

Dapat dipahami bahwa bilamana penelaah ingin mengetahui keadaan sosiologis dari

suatu masa karya tertentu ditulis, memang belum tentu dapat dikenal tata kemasyarakatan yang

ada waktu itu, tetapi setidak-tidaknya dapat dikenal tema-tema mana yang kira-kira dominan

pada kurun waktu itu. Bisa terjadi seorang pengarang dengan motif tertentu mengemukakan

sesuatu yang mungkin keluar dari pola berpikir umum pada waktu itu.

Menurut Sapardi Djoko Damono (2005:124-126) pengarang-pengarang (sastrawan) tidak

sekadar menggambarkan dunia sosial secara mentah. Mereka mengemban tugas yang

mendesak, memainkan tokoh-tokoh ciptaannya itu dalam suatu situasi rekaan agar mencari

nasib mereka sendiri, untuk selanjutnya menemukan nilai dan makna dalam dunia sosial. Sastra

karya pengarang besar melukiskan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia. Oleh karena itu,

barangkali sastra merupakan salah satu barometer sosiologis yang paling efektif untuk

mengukur tanggapan manusia terhadap kekuatan-kekuatan sosial.

Sastra juga akan selalu mencerminkan nilai-nilai dan perasaan sosial, dapat diramalkan

Page 49: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

bahwa semakin sulit nantinya mengadakan analisis terhadap sastra sebagai cermin masyarakat

sebab masyarakat semakin menjadi rumit. Dalam bebrapa karya sastra yang ditulis pada abad

kedelapan belas di Inggris mungkin masih dapat ditemukan gambaran masyarakat secara utuh,

tetapi sementara masyarakat semakin berkembang dan struktur masyarakat semakin kompleks;

dalam novel modern, gambaran semacam itu sulit ditemukan.

Kalaupun karya sastra dikatakan mencerminkan struktur sosial, maka yang didapatkan di

dalamnya adalah gambaran masalah masyarakat secara umum ditilik dari sudut lingkungan

tertentu yang terbatas, yang berperan sebagai mikro kosmos sosial: lingkungan bangsawan,

borjuis, seniman, intelektual, dan lain-lain.

Suatu bahaya yang mungkin timbul dalam menggunakan pendekatan ini adalah bila

kritikus yang menganut suatu paham politik tertentu mengadakan suatu telaah terhadap suatu

karya sastra yang tidak sejalan dengan aliran politik yang dianut kritikus. Hasil yang akan

dicapai dapat keluar dari hakekat kritik sastra yang sesungguhnya, untuk kemudian menjurus

kepada pertentangan paham politik.

Suatu hal yang perlu dipahami dalam melakukan pendekatan sosiologis ini adalah, bahwa

walaupun pengarang atau penyair melukiskan kondisi sosial yang berada di lingkungannya,

namun belum tentu menyuarakan kemauan masyarakatnya. Dalam arti, karya yang dihasilkan

tidaklah mewakili atau menyalurkan keinginan-keinginan kelompok masyarakat tertentu. Akan

tetapi, hanya menyalurkan atau mewakili hati nuraninya sendiri. Bila pengarang atau penyair

kebetulan mengucapkan sesuatu yang bergolak dalam masyarakatnya, hal itu merupakan suatu

kebetulan belaka atau kebetulan ketajaman batinnya dapat menangkap isyarat-isyarat itu.

Oleh sebab itu, seorang penelaah yang menggunakan pendekatan sosiologis ini harus

berhati-hati dalam mengambil kesimpulan yang berhubungan dengan pertauatan antara masa

lahir suatu karya sastra dengan tata kemasyarakatan yang ada pada waktu itu. Sebab semua

kemungkinan bisa terjadi dengan daya kreativitas dan imajinasinya, pengarang justru

mengungkapkan tentang suatu masyarakat yang diinginkannya.

Page 50: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Para penelaah sastra yang menilai hasil-hasil sastra dengan menggunakan pendekatan ini

tentu akan mempertimbangkan, apakah pengarang dalam mengungkapkan segi-segi

kemasyarakatan itu dilakukan dengan cara yang menarik. Dalam arti, apakah karyanya mampu

menarik hati pembacanya untuk merasakan apa yang dipersoalkannya atau dapat membuat

pembaca merenung dan memikirkannya. Sebagai sebuah hasil seni, kritikus tentunya akan

melihat sejauh mana pengarang dapat menjalin dokumentasi sosialnya sehingga menjadi suatu

karya yang mempunyai nilai seni dan kemasyarakatan yang besar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pendekatan sosiologis mempunyai segi-segi

yang bermanfaat dan berdaya guna yang tinggi bila para penelaah sendiri tidak melupakan atau

memperhatikan segi-segi intrinsik yang membangun karya sastra, di samping memperhatikan

faktor-faktor sosiologis, serta menyadari bahwa karya sastra itu diciptakan oleh suatu

kreativitas dengan memanfaatkan faktor imajinasi.

9. Pemahaman Unsur Sosiologi dalam Puisi

Salah satu unsur yang terkandung dalam puisi adalah unsur kehidupan sosial-budaya serta ragam sikap penyair terhadapnya. Dalam hal ini, pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami unsur-unsur itu adalah pendekatan sosiologis. Bila dalam kajian ini objek kajian lewat pendekatan sosiologis tersebut adalah puisi, hal itu bukan berarti bahwa prosa fiksi dan naskah drama tidak dapat dijadikan objek pembahasan. Hanya karena pertimbangan tujuan penelitian dalam pembahasan ini diangkat puisi sebagai objek pengkajian.

a. Unsur Gagasan tentang Kehidupan Sosial dalam Puisi

Kehidupan sosial masyarakat, baik secara individual meupun kelompok, dapat menajdi bahan penciptaan suatu puisi. Corak kehidupan sosial yang diangkat menjadi bahan penciptaan itu dapat beranekaragaman. Mungkin berupa adat kebiasaan, pandangan hidup, maupun perilaku suatu masyarakat yang ada hubungannya dengan masalah-masalah kehidupan sosial.

Secara umum dapat dikemukakan bahwa dalam usaha menemukan unsur kehidupan sosial serta sikap penyair terhadapnya lewat suatu puisi, menurut Aminudin (1987: 189) kegiatan yang dilaksanakan antara lain: (a) membaca puisi yang diapresiasi secara berulang-ulang untuk menemukan gambaran totalitas maknanya; (b) menafsirkan dan menyimpulkan judul puisi, kata-kata, baris atau kalimat di dalamnya; (c) menafsirkan hubungan makna antara baris yang satu dengan baris yang lain untuk memahami satuan makna yang terdapat dalam sekelompok baris atau bait dalam puisi; (d) mengidentifikasi unsur sosial kehidupan yang dikemukakan penyair; (e) mengidentifikasi sikap penyair terhadapnya.

Apresiasi tentang unsur kehidupan sosial dalam suatu puisi juga dapat berorientasi pada

Page 51: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

kehidupan seseorang sebagai bagian dari kelompok masyarakat. Hal itu tampak bila penelaah mengapresiasi suatu puisi lewat pendekatan sosiologis yang sasarannya pada puisi-puisi yang mengandung pokok pikiran tentang kehidupan seseorang sejalan dengan pandangan hidupnya, profesinya, jenis kelamin, perilaku kehidupannya, dan lain-lain. Salah satu puisi yang dapat dijadikan objek apresiasi lewat pendekatan sosiologis yang tujuan akhirnya untuk memahami karakteristik seseorang sebagai bagian dari kelompok masyarakat.

b. Sikap Penyair terhadap Corak Kehidupan Sosial

Pada paparan di muka, telah diberikan juga sedikit uraian tentang sikap seorang penyair terhadap corak kehidupan sosial tempat ia berada. Sikap tersebut mungkin berupa sikap keikhlasan, masa bodoh, tidak setuju serta berbagai macam sikap lainnya sesuai dengan kompleksitas pikiran penyair itu sendiri.

Cara menentukan sikap penyair pada dasarnya tidak berbeda dengan cara memehami dan menemukan gagasan penyair sehubungan dengan corak kehidupan sosial masyarakat. Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa dengan memahami sikap penyair sekaligus dapat memahami dua masalah. Pertama, dapat memahami masalah yang berhubungan dengan karakteristik atau corak kehidupan suatu masyarakat. Kedua, dapat memahami bagaimana karakteristik penyair sebagai bagian dari masyarakatnya.

Bila dikaitkan dengan sejumlah ragam cara pemaknaan seperi yang telah dijelaskan di depan, pemaknaan lewat pendekatan sosiologis pada dasarnya adalah pemaknaan yang telah ditautkan dengan unsur eksternal puisi, tetapi secara kongruen memiliki mata rantai dengan puisi itu sendiri. Pemaknaan puisi lewat analisis unsur sosiologis, pada akhirnya juga dapat membuktikan bahwa pemaknaan secara ekstrinsik memang akan memperkaya perolehan makna secara struktural. Hal itu dapat digambarkan lewat gambar bagan berikut ini.

Bagan 1. Hubungan Kehidupan Sosial, Penyair, dan Puisi

Lewat puisi yang hadir tersebut, memang sangat mungkin penelaah hanya

melaksanakan pemaknaan lewat analisis struktural. Akan tetapi, bila keping struktural itu

dikaitkan dengan latar sosial budaya maupun pengarang, keping tersebut menjadi semakin

luas dan kaya sehingga diperoleh gambar bagan sebagai berikut.

Page 52: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Bagan 2. Hubungan Struktur Batin, Unsur Sosial Budaya, dan Sikap Penyair

Bertolak dari keseluruhan uraian di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa (1)

terdapat hubungan yang sangat erat antara kehidupan sosial masyarakat dengan gagasan

yang dituangkan penyair dalam puisi yang diciptakannya, (2) masalah kehidupan sosial yang

dituangkan penyair dalam puisinya dapat beraneka ragam, mungkin masalah yang

berhubungan dengan kelompok, manusia pada umumnya, maupun manusia sebagai

individu, dan (3) sehubungan dengan corak kehidupan sosial masyarakat itu, penyair akan

menunjukkan adanya sikap-sikap tertentu, mungkin rasa ikhlas, rasa bersalah, rasa bimbang,

masa bodoh, dan berbagai macam sikap lainnya.

c. Hubungan antara Sikap Penyair dengan Gagasan tentang Corak Kehidupan Sosial dalam Suatu Puisi

Seperti halnya dalam hubungan antara gagasan dalam puisi dengan peristiwa kesejarahan, dengan kehidupan sosial masyarakat, puisi juga memiliki hubungan timbal balik. Yang dimaksud dengan hubungan timbal balik itu adalah penyair dapat mengangkat kehidupan sosial masyarakat sebagai bahan penciptaan, dan puisi yang diciptakan mampu menggambarkan kembali kehidupan sosial masyarakat itu kepada masyarakat pembaca, serta memberikan sikap atau penilaian terhadapnya. Paparan di atas sesuai dengan pengertian pendekatan sosiologis dalam mengapresiasi puisi. Hal ini terjadi karena pendekatan sosiologis adalah suatu pendekatan yang (1) berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial masyarakat, baik secara individual maupun kelompok yang mempengaruhi terwujudnya suatu gagasan dalam puisi, (2) terwujudnya gagasan tentang kehidupan sosial masyarakat, baik secara individual maupun kelompok dalam suatu puisi, dan (3) memahami sikap pengarang terhadap kehidupan sosial masyarakat yang dipaparkannya.

Menurut Susan Harrow (2002:824) dikatakan bahwa adanya saling pengaruh antara kehidupan sosial masyarakat dengan terwujudnya gagasan dalam suatu puisi itu sesuai dengan realitas keberadaan penyair itu sendiri. Sebagai manusia, penyair adalah anggota suatu kelompok kehidupan sosial masyarakat. Ia ditempa, dipengaruhi oleh kehidupan sosial masyarakat yang menjadi lingkungan kehidupannya. Akan tetapi, sebagai individu, penyair

Page 53: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

juga mampu menampilkan sikap, penilaian terhadap suatu corak kehidupan sosial masyarakatnya.

d. Pemahaman Nilai Kehidupan dalam Puisi

Puisi adalah keindahan dan kehikmatan. Puisi mampu memberikan kesenangan atau

hiburan kepada pembaca. Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam

rangka membentuk pandangan hidupnya. Hal itu mungkin saja terjadi karena pada awal

pertumbuhannya, puisi sangat erar hubungannya dengan filsafat dan agama. Bahkan bagi

yang beragama Islam, tentunya telah memaklumi bahwa Kitab Suci Al-Quran teruntai dalam

rangkaian puisi yang indah. Begitu juga renungan para pujangga Jawa, umumnya juga

disusun dalam bentuk tembang.

Unsur kehikmatan yang bermanfaat dalam mengembangkan filsafat hidup pembaca

dapat meliputi berbagai masalah yang sangat kompleks. Sejalan dengan hal itu diungkapkan

oleh Aminuddin (1987:197) bahwa kompleksitas itu terjadi karena, sebagai suatu kreasi

seni, puisi dapat mengangkat bahan penciptaanya dari kompleksitas masalah dalam

kehidupan itu sendiri, dari segala yang ada dan mungkin ada. Oleh sebab itu, puisi pada

dasarnya juga mampu menggambarkan problema manusia yang bersifat universal, yakni

tentang masalah hakikat kehidupan, manusia, kematian, dan ketuhanan.

Dari uraian di atas dapat dipahami puisi akan mengandung masalah yang

berhubungan dengan masalah (1) kehidupan, (2) kemanusiaan, (3) kematian, dan (4)

ketuhanan. Pemahaman pada keempat masalah itu pastilah akan memperkaya wawasan

hidup seseorang dengan kata lain, keempat masalah tersebut juga merupakan butir-butir

yang memiliki nilai pendidikan yang bermanfaat bagi pembacanya.

Oleh sebab itu, pendekatan dalam mengapresiasi puisi yang berusaha memahami

nilai-nilai kehidupan di dalamnya juga diistilahkan dengan pendekatan didaktis, yaitu

pendekatan yang bersandar pada nilai-nilai pendidikan yang meliputi hubungan manusia

Page 54: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dengan masalah(1) kehidupan, (2) kemanusiaan, (3) kematian, dan (4) ketuhanan. Yang

perlu diperhatikan sekarang adalah, dalam menerapkan pendekatan didaktis puisi diperlukan

tahap kegiatan tertentu, yang berbeda dengan tahap kegiatan saat menerapkan pendekatan

didaktis dalam mengapresiasi karya fiksi meskipun secara umum memiliki strategi yang

sama.

Tahapan kegiatan yang ditempuh pembaca dalam menerapkan pendekatan didaktis

itu adalah (1) pembaca berusaha memahami pokok pikiran yang diungkapkan oleh

penyairnya serta berusaha mengidentifikasinya, apakah pokok pikiran itu berhubungan

dengan masalah hakikat manusia dan kemanusiaan, kehidupan, kematian, ataukah

ketuhanan, (2) berusaha memahami sikap penyairnya, dan (3) berusaha menafsirkan dan

merenungkan nilai-nilai didaktis yang terdapat di dalamnya.

Dengan menggunakan pendekatan semantik lewat analisis komponen atau lewat

projection rules ‘aturan proyeksi’ model Katz & Fodor (dalam Aminuddin, 1987: 200)

menggabungkannya dengan pendekatan parafrastis, pada dasarnya dapat juga ditemukan (1)

gambaran makna kata-kata kunci, (2) gambaran hubungan makna kata yang satu dengan

lainnya, (3) gambaran makna baris, (4) kemungkinan satuan-satuan makna, dan (5) pokok-

pokok pikiran yang terkandung dalam puisi.

Upaya penggalian nilai-nilai pendidikan lewat pokok pikiran di atas akan

berhubungan dengan berbagai macam kemungkinan pengembangan yang sangat luas. Agar

tidak terlalu luas, peneliti, seperti halnya saat menentukan gagasan atau tema puisi,

sebaiknya juga mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan yang disimpulkan itu, yaitu adanya

keterkaitan nilai-nilai pendidikan yang berhubungan dengan (1) manusia dengan dirinya

sendiri, (2) manusia dengan orang lain, (3) manusia dengan kehidupan, (4) manusia dengan

kematian, maupun (5) manusia dengan ketuhanan.

Sejalan dengan kegiatan belajar-mengajar di sekolah, guru sebaiknya

menghubungkan nilai-nilai pendidikan yang digalinya dengan butir nilai yang terkandung

Page 55: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dalam Pancasila. Misalnya, dari pokok pikiran nomor satu dapat disarikan butir nilai

kehidupan yang berhubungan dengan sila Kemanusiaan yanga dil dan beradab yang

berbunyi, “Setiap manusia pada akhirnya akan mati tanpa ada kecuali. Karena manusia

memiliki kodrat akhir yang sama, dalam hidupnya pun mereka juga harus menikmati hak

hidup yang sama. Mereka harus bersikap adil dan saling menolong antar sesama.”

Bahwa manusia hanya semacam budak dari Tuhan, pokok pikiran itu dapat

dihubungkan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bila pokok pikiran itu dihubungkan

dengan sifat tersebut dapat diangkat butir nilai yang berbunyi, “Manusia itu hanyalah

makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Hidup dan matinya semata-mata di bawah kekuasan

Tuhan. Oleh sebab itu, dalam hidupnya manusia juga harus mengabdikan dirinya kehadirat

Tuhan”.

Beberapa rumusan yang mengandung nilai kependidikan di atas sebenarnya masih

dapat dikembangkan ke dalam berbagai rumusan lain yang lebih beragam. Hal itu tentu saja

akhirnya sangat ditentukan oleh daya tafsir pembaca dalam menyimpulkan berbagai

kemungkinan nilai didaktis yang terkandung dalam setiap satuan pokok pikiran yang ada.

Sementara keberadaan serta kekayaan nilai pendidikan dalam puisi, pada sisi lain juga

sangat ditentukan oleh ragam atau jenis puisi itu sendiri.

Sejalan dengan penelitian ini, antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya

A. Mustofa Bisri berjenis puisi deskriptif dan metafisikal. Larik-larik dan bait-bait puisi di

dalamnya merefleksikan nada atau sikap penyair tentang nilai-nilai kehidupan, khususnya

nilai religius dan nilai pendidikan.

10. Hakikat Nilai

Pada hakikatnya yang dimaksud dengan nilai adalah sifat-sifat, hal-hal yang penting dan

berguna bagi kemanusiaan. Dengan kata lain, nilai adalah aturan yang menentukan sesuatu

Page 56: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

benda atau perbuatan lebih tinggi, dikehendaki dari yang lain (Atar Semi, 1988: 54). Lebih

lanjut Atar Semi mengatakan bahwa nilai juga menyangkut masalah bagaimana usaha untuk

menentukan sesuatu itu berharga dari yang lain, serta tentang apa yang dikehendaki dan apa

yang ditolak.

Sebagaimana dikatakan oleh Max Scheler (2001: 115) bahwa nilai itu tidak berubah, nilai

itu mutlak. Nilai tidak dikondisikan oleh perbuatan. Tanpa memperhatikan hakikatnya, nilai itu

bersifat historis, sosial, biologis atau murni individual.

Nilai merupakan suatu yang abstrak, tetapi secara fungsional mempunyai ciri mampu

membedakan antara yang satu dengan lainnya. Suatu nilai jika dihayati oleh seseorang, maka

nilai-nilai tersebut akan sangat berpengaruh terhadap cara berpikir, cara bersikap, maupun cara

bertindak dalam mencapai tujuan hidupnya (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1991: 69).

Nilai adalah sesuatu yang selalu dikaitkan dengan kebaikan-kebaikan, kemaslahatan, dan

keluhuran. Nilai merupakan sesuatu yang dihargai, dijunjung tinggi, serta selalau dikejar oleh

manusia untuk memperoleh kebahagiaan hidup. Dengan nilai, manusia dapat merasakan

kepuasan, baik kepuasan lahiriah maupun batiniah.

Nilai mencakup beberapa komponen seperti yang dikemukakan oleh Kaswardi (1993:4),

yaitu memilih (segi kognitif), menghargai (segi afektif), dan bertindak (segi psikomotorik),

sedangkan Bertens (1997:141) mengungkapkan pendapatnya tentang nilai yang sekurang-

kurangnya mempunyai tiga ciri yaitu: (a) nilai berkaitan dengan subjek, artinya kalau tidak ada

subjek yang menilai, maka tidak akan ada nilai; (b) nilai tampil dalam konteks praktis, dimana

subjek ingin membuat sesuatu. Artinya dalam yang semata-mata teoritis tidak akan ada nilai;

(c) nilai menyangkut sifat-sifat yang dimiliki oleh objek. Artinya objek yang sama bagi

berbagai subjek dapat menimbulkan nilai yang berbeda-beda.

Masih berbicara tentang nilai, Kattsoff dalam Soejono Soemargono (1986: 332)

menyatakan nilai mempunyai empat arti yaitu: (a) mengandung nilai artinya berguna; (b)

Page 57: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

merupakan nilai artinya, ‘baik’ atau ‘benar’ atau ‘indah’; (c) mempunyai nilai artinya

merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang menyebabkan orang mengambil ‘sikap

menyetujui’ atau mempunyai sifat nilai tertentu; (d) dmmberi nilai artinya menanggapi sesuatu

sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu.

Suatu nilai jika dihayati seseorang akan sangat berpengaruh terhadap cara berpikir, cara

bersikap, maupun cara bertindak dalam mencapai tujuan hidupnya. Hal ini sesaui dengan

pendapat Bloom dalam Soelaeman (1988:44) yang mengatakan bahwa masalah nilai-nilai

kemanusiaan tidak hanya bergerak di bidang psikomotor dan kognitif, akan tetapi juga untuk

perwujudannya dengan kesadaran dan penuh tanggung jawab harus sampai menjangkau bidang

afektif.

Sementara itu menurut S. Wisni Septiarti (2006: 59) dikatakan bahwa nilai secara garis

besar ada dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi

(values of giving). Nilai nurani lebih banyak mengarah pada perilaku sert tata cara

memperlakukan orang lain. Sedangkan nilai memberi adalah nilai yang diemplementasikan

atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan.

Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan lagi menjadi : (1) nilai materi yang mencakup

kebutuhan pangan, sandang, dan papan; (2) nilai sosial mencakup kebutuhan hidup bersama

antarsesama yang meliputi kasih sayang, kepercayaan, kehangatan, kemesraan dan sebagainya;

(3) nilai moral yang meliputi kejujuran dan tanggung jawab atas kehidupan pribadi; (4) nilai

estetika menyangkut keindahan dan rasa seni; (5) nilai spiritual yang menyangkut kebutuhan

manusia akan kesempurnaan dan kelengkapan dirinya.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan segala sesuatu tentang baik

buruk yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal penting dan berguna bagi kemanusiaan. Dengan

nilai, manusia dapat merasakan kepuasaan, baik kepuasaan lahiriah maupun batiniah.

a. Nilai Religius dalam Sastra

Page 58: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dikatakan oleh Y. B. Mangunwijaya (1982: 11), bahwa religius lebih banyak

memandang pada aspek yang ada di dalam lubuk hati, riak getaran hati nurani pribadi, sikap

personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa.

Religius mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawi) kedalaman diri pribadi

manusia.

Sementara itu oleh Rabendranath Tagore (2002:163) dikatakan bahwa religius lebih

banyak bergerak dalam tata cara yang cirinya lebih intim, seperti ekspresi seseorang dalam

baktinya pada Tuhan, mengatupkan mata selalku konsentrasi diri pasrah dan siap

mendengarkan sabda Ilahi dalam hati.

Religius tidak bekerja dalam pengertian-pengertian (otak) tetapi dalam pengalaman,

penghayatan (totalitas diri) yang mendahului analisis dan konseptualisasi. Religius adalah

hasrat untuk hidup dalam karunia Tuhan, hasrat untuk hidup dalam duni yang nyata dan

berdaya, dan tidak di dalam suatu dunia khayalan yang cuma terkurung di dalam kejadian-

kejadian subjektif suatu kenisbian yang tiada henti (Y. B. Mangunwijaya, 1982: 16).

Dikatakan oleh Y. B. Mangunwijaya (1982: 11) pada awal mula sastra adalah

religius. Artinya, akar utama sebuah cipta sastra adalah sebuah pengalaman religius

pengarang akan kekaguman dirinya terhadap sang Khaliq dan ciptaan-Nya.

Dalam banyak karya sastra (puisi, prosa, dan drama) yang mengutarakan rasa

kekaguman manusia (pengarang atau penyair) terhadap diri sendiri, lingkungan, bahkan

kepada Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Disengaja maupun tidak, pengarang atau

penyair dalam karyanya yang paling ekstrem sekalipun akan dapat ditarik benang merah

keberadan nilai religious di dalamnya, misalnya novel Atheis karya Akhdiat K. Mihardja.

Apalagi dalam karya puisi-puisi sunyinya Emha Ainun Nadjib, A. Mustofa Bisri, Hamid

Jabbar, D. Zawawi Imron, Afrisal Malna, dan lain-lain. Jelas, akan menampak aspek atau

nilai religius di dalamnya.

Page 59: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Menurut William James (1958:261) dikatakan bahwa manusia awam dan pemikir

bersepakat bahwa hakikat manusia – lebih-lebih makrifat manusia – tetaplah makhluk

ruhaniah kendati senantiasa mengada bersama badan. Pada saat bersamaan, badan menjadi

menifestasi ruhani sekaligus ruhani menjadi spiritualisasi badan. Badan tanpa ruhani

bukanlah manusia pada satu sisi dan pada sisi lain ruhani tanpa badan juga bukan manusia.

Karena itu, manusia adalah makhluk ruhaniah yang membadan atau meraga. Sebagai

makhluk ruhaniah, dengan berbagai sudut pandang dan cara pandang, dia senantiasa

memiliki kecenderungan untuk selalu pulang kembali kepada hakikat-makrifatnya;

berjumpa dan atau bersatu dengan hakikat terdalamnya sebagai makhluk ruhaniah.

Untuk itu, manusia memiliki tabiat untuk selalu melakukan olah keruhanian, baik

secara melembaga maupun secara pribadi. Keruhanian telah menjadi salah satu ciri

keberadaan manusia di dunia; dalam arti setiap manusia hidup di dunia selalu melakukan

olah keruhanian dengan takaran masing-masing manusia berbeda; dengan jalan masing-

masing yang bisa berbeda atau mirip. Tak ada manusia yang tak melakukan olah keruhanian.

Tanpa olah keruhanian, manusia bakal kehilangan eksistensinya sebagai makhluk ruhaniah.

Maka, olah keruhanian menjadi menifestasi keberadaan manusia.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, spiritualitas dan religiositas merupakan dua

nama atau sebutan paling umum untuk olah keruhanian dan jalan keruhanian. Meskipun

sudah sangat dikenal, Kamus Besar Bahasa Indonesia susuna Pusat Bahasa memang belum

menjelaskan secara gamblang perbedaan istilah spiritualitas dan religiositas; hanya

menjelaskan istilah spiritual sebagai kejiwaan, ruhani, batin, mental, atau moral sedang

istilah religius sebagai taat pada agama atau saleh. Ini menunjukkan, makna spiritualitas

lebih luas daripada makna religiositas kendati sama-sama merujuk olah keruhanian dan atau

jalan keruhanian.

Pada umumnya spiritualitas dipahami sebagai olah keruhanian dan jalan keruhanian

yang terikat atau bertumpu-bersandar pada agama dan kepercayaan-kebatinan tertentu,

Page 60: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

sedangkan religiositas dipahami sebagai olah keruhanian dan jalan keruhanian yang terikat-

bersandarkan agama tertentu. Namun, terlepas dari persoalan semantis ini, yang jelas, baik

spiritualitas maupun religiositas selalu berkenaan dengan kebertautan-keterikatan atau

kebertemuan-keberjumpaan manusia dengan Sesuatu nan Agung.

Kendati bukanlah ajaran baku-resmi spiritualitas atau religiositas, teks-teks literer-

naratif-kreatif Indonesia – baik berupa puisi, cerpen maupun novel – terbukti kerap menjadi

arena atau gelanggang menggelar ajaran dan membabar pengalaman spiritual (sufisme) atau

religius yang memesona tiada termaknai. Sastrawan-sastrawan Indonesia acapkali

mengeksposisikan berbagai persoalan sufisme dan atau religius dalam teks-teks naratif-

kreatif yang mereka gubah. Tak ayal, teks-teks puisi maupun naratif-kreatif karya mereka

menggemakan suara-suara spiritual, sufistis, dan atau religius.

Simpulan yang dapat diuraikan terkait dengan penelitian ini, bahwa nilai religius dapat dibatasi pada religius sebagai pengalaman batin dan kesadaran seseorang untuk selalu berhubungan dengan Sang Pencipta. Perwujudannya dengan menciptakan hubungan yang harmoni dengan Sang Pencipta dalam pemikiran dan perbuatan. Sealanjutnya akan terurai dalam keseimbangan ritual ibadah, baik ibadah personal (pribadi) maupun ibadah sosial. Dalam karya sastra (khusunya puisi), hal tersebut akan disampiakan penyair dalam lahiriah bahasa puisi.

b. Nilai Pendidikan dalam Sastra

Nilai pendidikan adalah suatu gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang

terhadap kehidupan sosial. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu

terwujud dalam suatu pandangan artistik, filofis, maupun agamis sehingga akan

mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan ruhaniah pembaca.

Nilai pendidikan pada dasarnya juga merupakan suatu nilai yang telah beranjak jauh

dari pesan tersurat yang terdapat dalam suatu cipta sastra (Aminuddin, 1987: 47-49). Sebab

Page 61: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

itulah penerapan pendekatan didaktis dalam apresiasi sastra akan menuntut daya

kemampuan intelektual, kepekaan rasa maupun sikap yang mapan dari pembacanya.

Bagi pembaca pada umumnya, pemahaman terhadap nilai pendidikan dalam tingkatan

dalam pemilihan bahan yang sesuai dengan pengetahuan maupun tingkat kematangannya

akan terasa lebih banyak mengasyikkan. Hal itu terjadi karena pembaca pada umumnya

berusaha mencari petunjuk bahwa keteladanan lewat teks yang dibaca. Akan tetapi, pada sisi

lain sikap itu juga berkontras dengan sikap tidak senangnya jika harus menerima pesan,

petuah atau nasihat dari orang lain yang bernada menggurui. Oleh sebab itulah, dengan

menemukan nilai-nilai pendidikan lewat daya pikir kritisnya sendiri, nilai yang didapat akan

lebih mengendap pada aspek kejiwaannya serta lebih menikmatkan batinnya.

Dalam pelaksanaannya, pemahaman terhadap nilai pendidikan ini diawali dengan

upaya pemahaman gagasan atau tema yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Gagasan atau

tema itu pada dasarnya disarikan dari paparan sikap atau pandangan pengarang, baik berupa

tuturan ekspresif, komentar, dialog, lakuan, maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau

penyairnya (Aminuddin, 1987: 47-49).

Selanjutnya, terkait dengan hal itu, diungkapkan pula oleh Aminuddin (1987:197)

bahwa sebagai suatu kreasi seni penyair, puisi dapat mengangkat bahan penciptaanya dari

kompleksitas masalah dalam kehidupan itu sendiri, dari segala yang ada dan mungkin ada.

Oleh sebab itu, puisi pada dasarnya juga mampu menggambarkan problema manusia yang

bersifat universal, yakni tentang masalah hakikat kehidupan, manusia, kematian, dan

ketuhanan.

Jadi, pemahaman nilai pendidikan, jika dirangkaikan dengan pemahaman terhadap

nilai-nilai lain (misalnya: nilai religius) menjadi satu-kesatuan pemahaman yang saling

melengkapai satu dengan yang lain, sehingga jika digunakan dalam apresiasi sastra (puisi)

akan mendapat hasil pemahaman yang seimbang. Akan tetapi, pemahaman terhadap kedua

nilai tersebut, membutuhkan kepekaan yang maksimal bagi pembaca sastra (puisi) untuk

Page 62: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

mengetahui pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisi-puisinya.

Simpulan yang dapat diuraikan terkait dengan penelitian ini, bahwa nilai-nilai

pendidikan dalam puisi dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yang berpengaruh

di dalamnya, yakni berusaha memahami nilai-nilai kehidupan di dalamnya juga diistilahkan

dengan pendekatan didaktis, yaitu pendekatan yang bersandar pada nilai-nilai pendidikan

yang meliputi hubungan manusia dengan masalah(1) kehidupan, (2) kemanusiaan, (3)

kematian, dan (4) ketuhanan.

B. Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan tinjauan terhadap hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan, maka penulis

mengambil dua hasil penelitian yang relevan. Adapun hasil-hasil serta aspek-aspek khusus terhadap

penelitian yang pernah dilakukan dan sekaligus persamaan dan perbedaannya dengan penelitian ini,

sebagaimana penjelasan berikut.

Pertama, penelitian yang telah dilakukan oleh Panji Kuncoro Hadi (2009) berjudul ”Kritik

Sosial dalam Antologi Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul (Sebuah Tinjauan Sosiologi

Sastra)”. Penelitian tersebut dapat diungkap keberadaan prespektif sosiologis kritik sosial Wiji

Thukul yang berdasarkan dua aspek, yaitu aspek (1) protes sosial dan (2) realisme sosial. Menurut

hasil penelitian, kritik sosial Wiji Thukul didasarkan dua aspek tersebut. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa penyair menjadikan puisi sebagai media kritik sosial, sehingga dengan

penuh kesadaran penyair melakukan kritik terhadap kondisi sosial yang terjadi. Sedangkan realisme

sosial lebih merupakan catatan harian penyair tentang kehidupan sehari-harinya secara apa adanya.

Persamaannya dengan penelitian ini dapat dilihat dari tujuan penelitiannya, yakni mengkaji dimensi

kritik sosial terhadap antologi puisi dengan pendekatan sosiologi sastra. Perbedaannya terletak pada

data penelitian. Data penelitian tersebut di atas, berupa antologi puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya

Wiji Thukul. Sedangkan data penelitian ini, berupa antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Page 63: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

karya A. Mustofa Bisri. Selain itu, dalam penelitian ini, penulis tidak hanya melakukan kajian pada

dimensi kritik sosial saja, tetapi juga kajian pada nilai religius dan nilai pendidikan.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Elis Hidayati (2006) berjudul ”Masalah Pendidikan

dalam Potret Pembangunan dalam Puisi Karya W. S. Rendra”. Penelitian tersebut dapat diungkap

bahwa W. S. Rendra dalam antologi puisi yang berjudul Potret Pembangunan dalam Puisi mampu

merespon situasi lingkungan dan sosialnya secara baik, sehingga karya-karyanya dalam antologi

puisi tersebut mencapai ekspresi yang padu dengan realita. W. S. Rendra berhasil menulis catatan

hitam tentang dunia pendidikan (di Indonesia). Persamaan dengan penelitian ini terletak pada kajian

terhadap nilai pendidikan terhadap antologi puisi dalam prespektif sosiologi sastra. Perbedaannya,

data penelitian tersebut di atas, berupa antologi puisi Potret Pembangunan dalam Puisi Karya W.

S. Rendra. Sedangkan penelitian ini, data penelitiannya berupa antologi puisi Tadarus dan

Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri. Selain itu, dalam penelitian ini, penulis tidak hanya

menitikberatkan kajian pada nilai pendidikan saja, tetapi juga kajian pada dimensi kritik sosial dan

nilai religius.

C. Kerangka Berpikir

Secara sederhana kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan

berikut.

Page 64: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Bagan 3. Kerangka Berpikir Penelitian

Gambar bagan di atas dapat dideskripsikan, bahwa pemaknaan puisi tidak hanya

didasarkan pada unsur internal puisi saja, yakni struktur lahir (metode puisi) dan struktur batin

(hakikat puisi). Akan tetapi, perlu adanya beberapa aspek yang dapat dijadikan bahan pijakan

pembaca (penelaah), yakni pengetahuan dan pemahaman terhadap sosiologi sastra dan penyair

(meliputi: kehidupan dan pengalaman batin, sikap terhadap kehidupan, dan pemahaman

terhadap nilai religius dan nilai pendidikan) yang melatari keberadaan puisi.

Dengan demikian, penelitian terhadap antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

karya A. Mustofa Bisri menggunakan kerangka berpikir yang tidak hanya didasarkan pada

struktur lahir dan struktur batin saja, melainkan dengan mensinergikan beberapa aspek yang

koheren dengan wujud puisi, yakni pengetahuan dan pemahaman penulis tentang soisologi

sastra dan penyair (meliputi: kehidupan dan pengalaman batin, sikap terhadap kehidupan, dan

pemahaman terhadap nilai religius dan nilai pendidikan) yang melatari keberadaan puisi.

Sebagaimana tujuan penelitian ini, yakni untuk mendeskripsikan dan menjelaskan dimensi

kritik sosial, nilai religius, dan nilai pendidikan dalam prespektif sosiologi sastra terhadap

Page 65: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Peneliatian ini akan dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2010 dengan

jadwal kegiatan sebagai berikut.

Page 66: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

No Alokasi Waktu Kegiatan

1. Januari – Februari 2010 Pengajuan proposal dan perizinan

2. Februari - Maret 2010 Pengumpulan data

3. Maret - Mei 2010 Reduksi dan analisis data

4. Mei - Juni 2010 Penyusunan laporan penelitian

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam

Lexy J. Moleong (2004: 4) metode kualitatif-deskriptif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.

Pada pengertian lain disebutkan oleh Lexy J. Moleong (2004: 6) bahwa penelitian kualitatif-

deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

C. Data Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis. Data-data tersebut adalah (1) data

objektif dan (3) data afektif. Data objektif bersumber pada karya antologi puisi itu sendiri. Data

objektif ini berupa tekstual dari antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa

Page 67: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Bisri. Data afektif diperoleh dari dari tanggapan/reaksi penulis (penelaah) terhadap antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri. Data ini dihimpun secara maksimal guna

memperoleh data yang lebih maksimal, dengan menggunakan berbagai pertimbangan pemikiran.

Utamanya dimensi kritik sosial, nilai religius, dan nilai pendidikan dalam prespektif sosiologi

sastra. Selain itu, digunakan pula pertimbangan kedudukan dan keberadaan penyair (A. Mustofa

Bisri) dalam kehidupan sosial dan pengalaman batin serta sikap penyair terhadap kehidupan yang

melatari penciptaan antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus.

D. Sumber Data

Puisi-puisi yang menjadi sampel dalam penelitian ini berperan sebagai sumber data primer,

data primer atau data utama ini diharapkan dapat mewakili objek penelitian terhadap analisis teks

puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri. Sehubungan

dengan pengertian data di atas, data primer dalam penelitian ini adalah data kebahasaan dan data

aspek-aspek lainnya sebagai pendamping kebahasaan yang muncul, meliputi sosiologi sastra, nilai

religius, dan nilai pendidikan yang bersifat koheren dengan teks puisi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) analisis dokumen

dan (2) wawancara. Masing-masing akan dijelaskan dalam uraian berikut.

Pertama, analisis dokumen atau kajian isi menurut Weber dalam Lexy J. Moleong

(2004:220) adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik

kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Sementara itu dikatakan oleh Yin dalam H.

B. Sutopo (2002: 69-70) bahwa analisis dokumen oleh peneliti bukan sekadar mencatat isi penting

yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat. Oleh karena

itu, peneliti harus bersikap kritis dan teliti.

Page 68: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Kedua, wawancara ialah teknik yang secara sistematis mendapatkan informasi, data,

pandangan seseorang, yang disampaiakan informan secara lisan menyangkut satu masalah sesuai

dengan pokok penelitian, yang dicatat atau direkam, dan lebih lanjut dianalisis dan diinterpretasi

(Suwardi Endraswara, 2003: 33). Selanjutnya menurut Sudaryanto (1988: 36) wawancara adalah

percakapan yang mendorong diperoleh jawaban verbal atas pertanyaan verbal yang diajukan. Lebih

lanjut dinyatakan bahwa pertukaran atas pertanyaan verbal tidak selalu dengan tatap muka, tetapi

dapat dilakukan melalui telepon. Dengan demikian, wawancara merupakan salah satu teknik

pengumpulan data di mana peneliti dan informasi terlibat percakapan atau bertanya jawab secara

lisan, baik melalui tatap muka maupun melalui telepon dan email.

F. Teknik Analisis Data

Klaus Krippendroff (1993: v) pada pengantar bukunya Analisis Isi (content analysis)

mengatakan bahwa secara potensial, analisis isi merupakan salah satu penelitian yang paling

penting dalam ilmu-ilmu sosial. Penelitian dengan teknik analisis isi ini berusaha memahami data

bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi juga sebagai gejala simbolik dan mendekati

analisisnya dengan rendah hati.

Dalam penelitian ini, teknik analisis isi (content analysis) ini digunakan karena berbagai

alasan berikut: (a) data penelitian ini bersumber pada dokumen,; (b) data yang ada berupa simbol-

simbol kebahasaan sehingga dapat dikaji dengan content analysis; dan (c) tujuan utama penelitian

ini adalah mendeskripsikan data yang kompleks dan banyak jumlahnya sehingga perlu dikaji

dengan content analysis. Sedangkan kerja analisis isi ini memiliki konsep dasar sebagai berikut: (a)

konteks data, yaitu antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri; (b)

data hasil wawancara dengan penyair, sebagaimana yang dikomunikasikan kepada penulis; (c)

bagaimana pengetahuan penulis membatasi realitasnya; dan (d) target analisis.

Page 69: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

G. Validasi Data

Validasi data dalam penelitian ini menggunakan validitas trianggulasi teori. Pada dasarnya

trianggulasi merupakan teknik yang didasari oleh pola pikir fenomenologi yang bersifat

multiprespektif. Artinya, untuk menarik kesimpulan yang dapat dipercaya (valid), diperlukan tidak

hanya satu sudut pandang penulis saja (H. B. Sutopo, 2002: 92). Sedangakan teknik trianggulasi

yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (a) trianggulasi sumber data, yaitu penelitian ini

dapat menggunakan beragam sumber data yang koheren (baik tulisan berupa sastra maupun esai)

dari penyair juga pendapat dan pemikiran dari para sastrawan, budayawan, dan juga rohaniwan

tentang diri penyair, (b) trianggulasi metode, pengumpulan data yang sejenis dapat menggunakan

teknik dan pendekatan yang berbeda-beda, dan (c) trianggulasi diskusi penulis dengan penyair

terkait proses kreatif dan sikap terhadap antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus.

Page 70: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebagaimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kritik

sosial dalam hubungannya dengan sikap penyair dan tema, nilai religius, dan nilai pendidikan dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri. Oleh karena itu, untuk

mencapai tujuan tersebut, dalam bab ini penulis memaparkan hasil analisis dan pembahasan

terhadap tiga rumusan masalah tersebut. Pertama, analisis dan pembahasan tentang kritik sosial

dalam hubungannya dengan sikap penyair dan tema dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan

dan Tikus. Kedua, analisis dan pembahasan tentang nilai religius dalam antologi puisi Tadarus dan

Pahlawn dan Tikus. Ketiga, analisis dan pembahasan tentang nilai pendidikan dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawn dan Tikus.

1. Kritik Sosial dalam Hubungannya dengan Sikap Penyair dan Tema dalam Antologi Puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Dalam analisis dan pembahasan tentang kritik sosial dalam hubungannya dengan sikap

penyair dan tema dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, ada beberapa hal yang

dapat dijadikan kerangka berpikir dalam bab ini, guna mendapatkan hasil analisis dan

pembahasan berupa sintesis dan interpretasi terhadap permasalahan tersebut. Kerangka berpikir

tersebut, berupa deskripsi dan penjelasan tentang: (a) A. Mustofa Bisri dan karya-karyanya, (b)

gambaran umum antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (c) tema-tema dalam antologi

puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (d) sikap penyair (A. Mustofa Bisri) dalam

hubungannya dengan tema dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (e) struktur

bahasa dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, dan (f) sintesis dan interpretasi.

Page 71: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Adapun uraian terhadap kerangka berpikir untuk mendapatkan hasil analisis dan

pembahasan tentang kritik sosial dalam hubungannya dengan sikap penyair dan tema dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah sebagai berikut.

a. Tentang A. Mustofa Bisri dan Karya-karyanya

A. Mustofa Bisri adalah pengasuh pondok pesantren Raudlatut Thalibin di rembang,

Jawa Tengah. Ia salah seorang wakil ketua syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB-

NU). A. Mustofa Bisri atau lebih akrab dengan panggilan Gus Mus termasuk penulis yang

produktif. Ia menulis dan menerjemahkan beberapa buku tentang Islam. Ia juga seorang

mubalig, pelukis, penulis cerita pendek, esais, dan seorang penyair.

Kehadiran A. Mustofa Bisri dalam blantika sastra Indonesia memberikan angin segar,

tidak saja bagi puisi Indonesia melainkan juga bagi masyarakat Indonesia secara umum.

Karya-karyanya terutama puisi adalah suara kritis dari pedalaman pesantren, terdengar

nyaring, keras, religius, namun juga jenaka. Di tahun 1980-an, kebanyakan puisi protes sosial

bernada marah, seakan diucapkan dengan tangan mengepal dan mata ’mendelik’. A. Mustofa

Bisri muncul dengan puisi protes sosial yang amat keras namun dengan wajah tersenyum.

Puisi-puisinya membuat kita geram namun juga tersenyum. Meskipun berupa senyum pahit.

Sebagaimana yang disampaikan Jamal D. Rahman (2004:1) dalam pengantar redaksi

majalah Kakilangit (sisipan majalah sastra Horison), sebagai berikut.

Di tahun 1980-an, rezim Orde Baru berada pada puncak kekuasaan otoriternya. Tidak mudah menyampaikan suara kritis apalagi ditujukan kepada pemerintah waktu itu. Suara kritis pasti ditindas bahkan dilibas. Dalam situasi itu, ada dua cara yang dilakukan orang untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah. Pertama, melakukan kritik keras dan lugas dengan resiko dilarang aparat keamanan untuk tampil di mana-mana. Kedua, melakukan kritik secara jenaka, terutama dengan cara menertawakan diri sendiri. Puisi-puisi Mustofa Bisri adalah suara kritis dengan cara kedua.

Selanjutnya dikatakan oleh Labibah Zain dan Lathiful Khuluq (2009:v) dalam

pengantar editor buku Gus Mus: Satu Rumah Seribu Pintu, sebagai berikut.

Page 72: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Gus Mus bagi kami adalah sosok magnetis yang bisa menarik siapa pun untuk memperhatikannya tanpa beliau harus bersusah payah menarik perhatian itu sendiri. Kata-kata beliau baik yang berupa perkataan sehari-hari, puisi, cerpen, maupun ceramah adalah embun. Tingkah laku beliau adalah bentuk bunga yang bisa dipetik bagi pembacanya. Puisi-puisinya tidak hanya memberikan kritik terhadap pemerintah. Puisi-puisinya adalah suara kritis yang ditujukan kepada berbagai lapisan sosial, dari lapisan paling atas sampai lapisan paling bawah, dari lapisan paling dekat sampai lapisan paling jauh. Pendeknya, melalui puisi-puisinya ia mengkritik pemimpin dan rakyat, juga mengkritik orang lain dan diri sendiri.

A. Mustofa Bisri adalah seorang ulama dan seorang penyair. Maka dia memandang

dunia dengan mata batin seorang ulama sekaligus mata batin seorang penyair. Pandangan

dunianya adalah pandangan-dunia seorang ulama sekaligus seorang penyair. Sejalan dengan

hal ini, dikatakan oleh Jamal D. Rahman (2004: 11), sebagai berikut.

Seorang ulama memandang dunia dari sudut pandang agama; pandangan-dunianya merefleksikan kesadaran religiusnya. Sementara, seorang penyair memandang dunia dari intuisi kepenyairannya; pandangan-dunianya merefleksikan bangunan intuitifnya.Kedua sudut pandang tersebut akan bertemu dalam satu titik, baik ulama maupun penyair berbicara tentang hal-hal yang sangat pribadi dan personal, yang sepintas tak ada hubungannya dengan apa pun selain dirinya sendiri; pada saat yang bersamaan keduanaya berbicara masalah sosial.

Pada tingkat praktis, seorang ulama secara teguh melakukan ibadah yang sangat

personal dan individual, dan pada saat yang sama melakukan layanan sosial keagamaan;

sejurus dengan itu, seorang penyair menulis puisi sunyi, pada saat yang sama menulis puisi

yang sarat dengan muatan moral dan sosial. Selanjutnya dikatakan oleh Jamal D. Rahman

(2004:12), sebagai berikut.

“Saya tidak pernah membuat dikotomi ulama-penyair. Semisal A. Mustofa Bisri jelaslah, bahwa beliau adalah seorang ulama sekaligus seorang penyair. Keduanya, ulama dan penyair, dipilih semata-mata sebagai kategori dan strategi untuk membantu kita mendekati puisi-puisi A. Mustofa Bisri. Sudah tentu, kita bisa mendekati puisi-puisinya melulu sebagai karya seorang penyair, tanpa mempedulikan sosok penulisnya sebagi seorang ulama. Namun, pendekatan seperti ini akan membuat puisinya tercerabut dari tanah kelahirannya, tanah yang bisa menjelaskan banyak hal tentang puisi-puisinya. Namun sebaliknya, mendekati puisi-puisinya melulu sebagai karya seorang ulama, akan membuat kita meragukan kesungguhannya dalam mengeksplorasi bahasa.”

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa A. Mustofa Bisri atau Gus Mus adalah

representasi dari seorang kiai yang mangku (memiliki) pesantren, juga sebagai budayawan,

Page 73: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

sastrawan, perupa yang aktif menyuarakan kritik-kritik sosial lewat karya-karyanya, tak

terkecuali lewat puisi-puisinya. Puisi-puisi Gus Mus tergolong puisi religius dan kental

dengan kritik-kritik sosial.

Adapun karya-karya A. Mustofa Bisri antara lain: Dasar-dasar Islam (terjemahan,

penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H), Ensiklopedi Ijma’ (terjemahan bersama KH. M.A.

Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987), Nyamuk-nyamuk Perkasa dan Awas,

Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979), Kimiya-us Sa’aadah

(terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya), Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al

Huda Temanggung), Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991, 1994),

Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka, Yogyakarta, 1993), Mutiara-mutiara Benjol

(Lembaga Studi Filsafat Islam Yogyakarta, 1994), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah

Humordan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995), Pahlawan dan Tikus (kumpulan

puisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996), Wekwekwek: Sajak-Sajak Bumi Langit (1996),

Gandrung: Sajak-Sajak Cinta (Adiba, Surabaya, 2001), Negeri Daging (Bentang Budaya,

Yogyakarta, 2002), Mahakiai Hasyim Asy’ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya,

1996), Metode Tasawuf Al-Ghazali (terjemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996),

Saleh ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995), Pesan Islam

Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997), Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa,

Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997), Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-

Ibriz Rembang bersama Penerbit Al-Miftah Surabaya, Juli 1997), dan Lukisan Kaligrafi,

Kumpulan Cerpen, (Kompas, 2003).

Antologi puisi karya A. Mustofa Bisri yang sudah diterbitkan ada sembilan karya, yaitu:

Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991, 1994), Tadarus, Antalogi

Puisi (Prima Pustaka, Yogyakarta, 1993), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humordan

PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995), Pahlawan dan Tikus (kumpulan puisi, Pustaka

Firdaus, Jakarta, 1996), Wekwekwek: Sajak-Sajak Bumi Langit (1996), Gelap Berlapis-lapis

Page 74: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

(Fatma Press, Jakrta, Tanpa tahun), Gandrung: Sajak-Sajak Cinta (Adiba, Surabaya, 2001),

Negeri Daging (Bentang Budaya, Yogyakarta, 2002), dan Aku Manusia (MataAir Publishing,

2007, Surabaya).

Melalui kearifan dalam menulis (puisi, cerpen, esai, dan terjemahan) yang hampir rata-

rata berisi pemikiran dan sikap tentang kesadaran hidup bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara dalam berbagai bidang kehidupan bagi semua orang dan setiap individu terlepas

dari suku, agama, dan golongan manapun, maka tidak mengherankan jika pada tanggal 30

Mei 2009, A. Mustofa Bisri mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan Kalijogo

Yogyakarta. Sebagaimana yang disampaikan oleh Syihabuddin Qalyubi (2009:ix) Dekan

Fakultas Adab UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta dalam kata sambutan dalam buku Gus Mus:

Satu Rumah Seribu Pintu, sebagai berikut.

Gus Mus, panggilan akrab KH. A. Mustofa Bisri, memang layak dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa karena jasa-jasa beliau yang masih terus berjalan dalam mengemban dan mengembangkan kebudayaan Islam. Melalui pidato, pena, dan lukisan, Gus Mus tak henti-hentinya menggugah, mendorong, mencerahkan, dan menyejukkan semua orang. Muslim, non-Muslim, kaya, non-kaya, muda, non-muda, gegap gempita menyambut karya-karya gemilang Gus Mus yang sering menggelitik, menghibur, sekaligus mencubit untuk mengingatkan sesama akan tugas luhur menata bangsa dan negara. Tanpa pamrih jabatan dan sapaan luhur, Gus Mus terus mengingatkan agar kita tetap berjalan dalam koridor etika ilahiah, moral surgawi. Puisi-puisi beliau yang nylekit tapi humoris mengingatkan kita agar berdakwah harus dengan jalan hasanah.

Dalam tulisan ini, hanya dipilih dua dari sembilan karya antologi puisi dari A. Mustofa

Bisri, yakni antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus. Dengan pertimbangan, adanya

kecenderungan kesamaan tema dari karya antologi puisi karya A. Mustofa Bisri dan intensitas

analisis oleh penulis.

b. Gambaran Umum Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Pertama, antologi puisi Tadarus adalah antologi puisi A. Mustofa Bisri yang kedua

sesudah Ohoi. Inilah kelanjutan A. Mustofa Bisri dalam berpuisi. Seorang kyai yang

Page 75: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

memimpin sebuah pondok pesantren, yang profesinya melakukan perjalanan, menatap, dan

mempertimbangkan berbagai firman Tuhan dan sabda Nabi, tetapi dengan kesimpulan sudut

pandang manusia sehari-hari. Sejalan dengan hal tersebut, disampaikan oleh Prof. Dr. Umar

Kayam (1993:v) dalam pengantar antologi puisi Tadarus, sebagai berikut.

Bila dalam perjalanannya sebagai kiai, A. Mustofa Bisri menempatkan pertimbangan dan kesimpulannya pada kedaifan manusia sehari-hari. Dalam perjalanannya sebagai kyai, ia menyerahkan diri secara total sembari berjalan dengan tafakur. Sedang perjalanannya sebagai penyair ia berjalan, mata hatinya menatap alam semesta dan puak manusia dengan ngungun, penuh pertanyaan dan ketakjuban. Hasilnya Tadarus inilah, perjalanan puisi yang unik. Dalam menatap alam semesta dan polah tingkah manusia, A. Mustofa Bisri mendengarkan firman Allah dan sabda Muhammad, yang sesungguhnya adalah puisi-puisi, kemudian ia merenunginya, mempertimbangkannya serta menyimpulkannya dalam puisi-puisi juga. Membaca lembar-lembar Tadarus adalah bersampan-sampan dalam sungai yang berkelok-kelok. Penuh dengan tikungan dan pemandangan yang mengasyikkan. Bahkan menggetarkan. Pendeknya, dalam Tadarus, A. Mustofa Bisri, sang kyai, sang penyair, sudah menggenggam kearifan dan keindahan kata-kata.

Senada hal tersebut, dikatakan oleh Sutardji Calzoum Bachri terhadap antologi puisi

Ohoi (1991), sebagai berikut.

Gaya pengucapan A. Mustofa Bisri tidak berbunga-bunga . Ia bukan juru hias, bukan tukang kebun penjaga taman kata-kata. Ia memang tidak menyibukkan diri merapikan dan memangkas kata-kata dan menumbuhkan bunga-bunga puitika. Bahasanya langsung dan ’gamblang’. Namun tidak menjadikan puisinya tawar atau klise. Ini disebabkan ada bernas yang ditampilkan dari ucapan puisinya. Ada kearifan, sehingga sebagai penyair ia bukan lagi hanya penjaga taman kata-kata. Akan tetapi, ia penjaga dan pendamba kearifan.

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan beberapa jenis atau sifat puisi berdasarkan

isinya. Dalam antologi puisi Tadarus banyak dijumpai puisi deskriptif dan metafisikal. Sifat

puisi yang muncul tersebut dalam antologi puisi Tadarus, tidak lain adalah untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan sikap penyair tentang kritik terhadap kehidupan sosial

dan juga terhadap diri penyair sekaligus kesadaran keagamaan penyair.

Antologi puisi Tadarus di dalamnya ada lima puluh puisi yang terbagi dalam dua

bagian. Bagian pertama terdiri dari delapan belas puisi dan bagian kedua terdiri dari 32 puisi,

yang masing-masing dianalisis untuk mendapatkan deskripsi dan penjelasan tentang kritik

Page 76: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

sosial dalam hubungannya dengan sikap penyair dan tema dalam puisi. Dengan pertimbangan

adanya kecenderungan kesamaan tema dari karya antologi puisi karya A. Mustofa Bisri dan

intensitas analisis oleh penulis, maka ungkapan pikiran, perasaan, dan sikap penyair dalam

antologi puisi Tadarus, dapat diuraikan pada beberapa tema atau gagasan berikut: (1) kritik

terhadap dekadensi moral kemanusiaan, (2) kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran

hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran dalam kehidupan, (4) koreksi dan introspeksi diri,

dan (5) kesadaran spiritual.

Kedua, antologi puisi Pahlawan dan Tikus adalah antologi puisi A. Mustofa Bisri yang

keempat sesudah antologi puisi Rubaiyat Angin dan Rumput (1995). Keberadaan antologi

puisi Pahlawan dan Tikus ini, mendapat sambutan dari beberapa sastrawan. Di antaranya oleh

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono dikatakan bahwa keunikan puisi A. Mustofa Bisri terletak

pada pengungkapan masalah sosial dan spiritual dengan menggunakan bahasa sehari-hari.

Selanjutnya, Taufiq Ismail menyatakan bahwa rasa yang kuat dengan masalah sosial,

keunggulan seorang yang saleh berilmu, kerendahan hati dan rasa humor berpadu dalam

pribadi A. Mustofa Bisri yang membayang dalam puisi-puisiya. Sedangkan oleh Danarto

dikatakan, bahwa lewat puisi A. Mustofa Bisri membuat ayat-ayat suci menjadi operasional

bagi sepak terjang keadilan, kemakmuran, dan kebenaran.

Tidak berbeda jauh dengan antologi puisi Tadarus, untuk antologi puisi Pahlawan dan

Tikus banyak dijumpai pula puisi deskriptif dan metafisikal. Sifat puisi yang muncul tersebut

dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus, tidak lain juga untuk mengungkapkan sikap kritis

penyair terhadap kehidupan dan diri sendiri (penyair) sekaligus kesadaran keagamaan penyair.

Antologi puisi Pahlawan dan Tikus di dalamnya ada 56 puisi yang terbagi dalam enam

bagian. Bagian pertama disebut ”puisi-puisi gelap” terdiri dari tujuh puisi, bagian kedua

disebut ”puisi-puisi remang-remang” terdiri dari lima belas puisi, bagian ketiga disebut

”puisi-puisi agak terang” yang terdiri dari enam puisi, bagian keempat disebut ”puisi-puisi

terang” yang terdiri dari dua puluh puisi, bagian kelima disebut ”puisi-puisi terang-terangan”

Page 77: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

yang terdiri dari lima puisi, dan bagian keenam disebut ”puisi-puisi penerang” yang terdiri

dari tiga puisi. Masing-masing juga akan ditelaah untuk mendapatkan deskripsi dan

penjelasan adanya dimensi kritik sosial dalam hubungannya dengan sikap penyair dan tema

dalam puisi.

Dengan pertimbangan yang sama, yaitu adanya kecenderungan kesamaan tema dari

karya antologi puisi karya A. Mustofa Bisri dan intensitas analisis oleh penulis, maka

ungkapan pikiran, perasaan, dan sikap penyair dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus,

dapat diuraikan pada beberapa tema atau gagasan berikut: (1) kritik terhadap dekadensi moral

kemanusiaan, (2) kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup, (3) kritik terhadap

ketidakjujuran dalam kehidupan, (4) koreksi dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual.

Terkait dengan keberadaan tema atau gagasan tersebut di atas, selanjutnya dipaparkan

hasil analisis dan pembahasan terhadap antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus. Oleh

karena pembicaraan kali ini meliputi banyak puisi dari kedua antologi puisi tersebut, maka

puisi yang memiliki tema yang kuat relevansinya dan kesejajarannya dengan keberadaan

tema-tema di atas yang akan dianalisis dan dibahas dalam bagian berikut.

c. Tema-tema dalam Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Tema menurut Herman J. Waluyo (2008: 124) merupakan gagasan pokok atau subject-

matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat

mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.

Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka

puisinya bertema ketuhanan, jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau

kemanusiaan, maka puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk

memprotes ketidakadilan, maka tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta

atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema kedukaan hati karena

Page 78: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

cinta.

Selajutnya dikatakan oleh Herman J. Waluyo (2008: 125) bahwa dengan latar belakang

pengetahuan yang sama, penafsir-penafsir puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama

bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, obyektif, dan khusus. Tema puisi harus

dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab

itu, tema bersifat khusus (penyair), tetapi obyektif (bagi semua penafsir), dan lugas (tidak

dibuat-buat).

Sejalan dengan hal tersebut, terkait dengan konsep-konsep tulisan karya A. Mustofa

Bisri, diungkapkan oleh Mohamad Sobary (1997:viii) dalam pengantar buku Pesan Islam

Sehari-hari: Ritus Dzikir dan Gempita Ummat, sebagai berikut.

Apa yang ditulis A. Mustofa Bisri, baik esai, cerpen, bahkan puisinya adalah sebuah penilaian, sikap skeptis, perasaan gundah, bahkan kegemasan dan rasa muak melihat kecenderungan-kecenderungan kehidupan sosial- politik dan kebudayaan yang berkembang di sekitar kita. Dalam beberapa bentuk tulisannya tersebut, kita merasa diwakili. A. Mustofa Bisri menjadi wakil nurani kita yang bungkam, takut, dan cemas, atau bahkan yang sekedar tak tahu bagaimana seharusnya bersikap.

Sebagaimana uraikan di atas, bahwa Antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan

Tikus, mengungkapkan beberapa tema atau gagasan penting yang sejalan dengan jenis atau

sifat puisi yang ditampilkan. Secara umum tema atau gagasan yang diungkapkan oleh penyair

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah kritik terhadap kehidupan sosial

dan diri penyair serta kesadaran keagamaan penyair.

Selanjutnya, sebagaimana uraian yang telah dikemukakan di atas, tema atau gagasan

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus meliputi: (1) kritik terhadap dekadensi

moral kemanusiaan, (2) kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup, (3) kritik

terhadap ketidakjujuran dalam kehidupan, (4) koreksi dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran

spiritual.

Adapun hasil analisis dan pembahasan terhadap masing-masing tema dalam antologi

Page 79: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah sebagai berikut.

1) Kritik terhadap Dekadensi Moral Kemanusian

Kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan yang diungkapkan oleh penyair pada

larik-larik dan bait-bait dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah

ungkapan pikiran, perasaan, dan sikap kritis penyair terhadap semakin menipisnya nilai

dan rasa kemanusiaan di antara sesama sekaligus penanaman kesadaran agar dalam

pergaulan hidup harus tetap terbina rasa sayang, rasa cinta, dan saling mengasihi di antara

sesama.

Dalam antologi puisi Tadarus, penyair mengungkapkan kritik terhadap dekadensi

moral kemanusiaan, diantaranya pada puisi yang berjudul ”Membangun Rumah”, ”Dzikir

2”, ”Mantan Rakyat”, ”Bosnia Adalah”, dan ”Kubaca Berita”. Dalam puisi ”Membangun

Rumah” penyair mengungkapkan sebuah gambaran kesenjangan hubungan kemanusiaan

antara orang-orang kaya raya dengan orang yang dipandang miskin dan hina. Dengan

mudahnya orang-orang kaya untuk melakukan apapun yang diinginkannya, termasuk

dalam memandang remeh orang-orang yang dianggapnya miskin dan serba kekurangan.

Di atas tanah rezki Allah

(Cuma tiga hektar luasnya

Pembantu-pembantuku berhasil membelinya

Dari beberapa petani di pinggiran kota)

Akan kubangun rumah sederhana

Arsitek kenamaan kenalan istriku

……………………………………………………………..

Waktu kami akan berangkat ke hotel bersama-sama

dan pembantu kami membuka pintu gapura

beberapa tamu tak diundang menerobos masuk seenaknya

Mereka bilang minta waktu sebentar saja

Meski sangat terganggu kusuruh sekretarisku melayaninya

……………………………………………………..

Tak lama sekretaris melapor dengan tertawa

“Cuma panitia pengumpul dana,” katanya

Page 80: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

“Entah untuk solidaritas Bosnia entah apa.

Kukasi lima ribu saja

meraka menghaturkan terimakasih tak terhingga

dan mendoakan kesejahteraan kita”.

Ayo berangkat, seru istriku, ada-ada saja!

Iring-iringan pun bergerak.

(Kulihat para tamu tak diundang itu

tertunduk-tunduk syukur mengawasi kami

Sementara pembantu kami terus mendorong mereka pergi).

(Tadarus: 17 – 18)

Bait-bait puisi di atas menunjukkan kritik terhadap rasa kemanusiaan orang-orang

kaya semakin tipis. Betapa nikmatya menjadi orang kaya segala apapun yang diinginkan,

tidak ada yang tidak terwujud. Apapun yang akan dilakukan serba mewah dan sangat jauh

dari kemampuan wajar orang-orang miskin. Mulai dari penguasaan hak kepemilikan tanah,

kepemilikan rumah, dan keluar-masuk hotel mewah untuk segala urusan, sudah menjadi

hal yang wajar dan lumrah. Di sisi lain, orang-orang kaya tersebut memandang dengan

sebelah mata terhadap orang lain yang dianggap meraka tidak berpengaruh dan

menguntungnya posisinya. Mereka cukup memberi penghargaan sekadarnya, tanpa harus

berpusing diri memikirkan keadaan dan (apalagi) kebutuhan mereka. Orang-orang tersebut

dianggap ‘tidak berguna dalam hidupnya’.

Dalam puisi “Dzikir 2” penyair mengungkapkan kritik terhadap bagaimana dan

dalam posisi apa umumnya manusia berdzikir. Dzikir dalam puisi ini bukan bermakna

‘mengingat Tuhan’ secara terus-menerus. Akan tetapi, dzikir dalam puisi ini bisa bermakna

‘pengambilan sikap’ atau ‘keputusan’ yang hampir sering dikerjakan. Baik mereka yang

berkedudukan sebagai ulama, wakil rakyat maupun sebagai rakyat sendiri. Masing-masing

punya sikap sesuai dengan posisi dan kedudukannya.

Dzikir ulama-ulama adalah dzikir qahri

mantap sekali harus harus harus

Page 81: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dzikir wakil rakyat adalah dzikir jahri

penuh tenaga ya ya ya

dzikir rakyat adalah dzikir khafi

tanpa suara ah ah ah.

(Tadarus: 20)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan kritik terhadap moral sebagian manusia

(Indonesia) yang posisinya sebagai ulama yang dekat dengan kekuasaan (para wakil

rakyat). Sering terjadi, bahwa ulama yang dekat dengan kekuasaan dengan qahri (penuh

keterpaksaan) dalam setiap membuat keputusan atau bahkan hukum. Sebab, dimungkinkan

keputusan atau hukum itu berdasarkan ‘pesanan’ penguasa dan tidak berdasarkan hukum

(negara dan agama) yang semestinya berlaku. Wakil rakyat dalam posisi ini merasa

diuntungkan dengan keputusan ulama. Oleh karena itu, dengan suara jahru (keras dan

lantang) mendukung keputusan atau hukum itu, guna memperkuat kedudukannya. Artinya,

dengan perasaan bangga, mereka menyetujuinya. Sedangkan rakyat dengan khauf (penuh

rasa takut) dan dalam posisi ketidakberdayaannya, hanya bisa pasrah dan menerima.

Akhirya, merekalah (rakyat kecil) yang selalu dalam posisi dirugikan atas keputusan atau

hukum itu.

Dalam puisi berjudul “Mantan Rakyat” penyair mengungkapkan kritik terhadap para

wakil rakyat (lembaga legislatif) dalam hal berhubungan dan berkomunikasi dengan

rakyat. Sebagian besar rakyat di antaranya sudah memahami, bahwa komunikasi tersebut

adalah konsumsi publik yang bertendensi ‘seola-olah’ pembelaan terhadap rakyat. Padahal

hanya sebuah retorika saja untuk menarik simpati rakyat.

Mantan rakyat bertemu rakyat

Berbicara atas nama rakyat demi rakyat

Dan rakyat pun saling bertanya

Apakah dia pernah jadi rakyat?

(Tadarus: 21)

Page 82: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Kutipan bait di atas, menunjukkan kritik terhadap moralitas para wakil rakyat, yaitu

mereka yang duduk di lembaga terhormat (legislatif), sehingga mereka ini disebut mantan

rakyat. Karena merasa wakil rakyat, mereka berbicara atas nama rakyat. Akan tetapi, dalam

kenyataannya wakil rakyat tersebut tidak pernah memahami keinginan rakyat. Sehingga

rakyat sanksi, pengatasnamaan siapa pembicaraan tersebut. Hal ini menunjukkan, bahwa

yang dibicarakan para wakil rakyat bukan untuk kepentingan rakyat. Melainkan untuk

kepentingan mereka sendiri mengatasnamakan rakyat.

Dalam puisi “Kubaca Berita” penyair menyuguhkan beragam kritik terhadap

keterbatasan manusia dalam menerima kehendak dan keputusan Tuhan. Baik berupa

kematian yang datangnya tiba-tiba, keangkuhan atas jabatan dan kedudukan yang akan

sirna tanpa dapat menolaknya, maupun kesombongan atas kekayaan, idiologi, dan

pemikiran yang lenyap begitu saja akibat perbuatan manusia sendiri.

Kubaca berita tentang seorang putera yang diidam-idamkan orangtuanya menjadi Sarjana dan kebanggaan bangsa

tiba-tiba mati di jalan raya menjelang diwisuda.

………………………………………………………………………… Kubaca berita tentang seorang pemikir yang diandalkan

para pengikutnya kerna kecemerlangan pikiran

dan kekuatan pribadinya tiba-tiba ambruk tak berdaya

ketika memberikan dan belum selesai memaparkan

teori-teori pembaruannya.

Kubaca berita tentang seorang superstar yang dielu-elukan

para penggemarnya tiba-tiba terkulai digasak virus

yang selama ini ia ikut memproduksi dan menyebarkannya

****

Kubaca berita tentang kepala Negara yang diangkat seumur hidup oleh para wakil rakyatnya tiba-tiba anak-anaknya

sendiri mencopot dan mencacimakinya.

Kubaca berita tentang seorang maharaja yang sedang asyik

dan belum selesai memuasi keperkasaan kekuasaannya

Page 83: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

tiba-tiba terguling oleh tangan besinya sendiri

yang selama ini digunakan menggencet rakyatnya.

Kubaca berita tentang seorang presiden yang digadang-gadang dan merasa mampu

memimpin negaranya hingga akhir

hayatnya tiba-tiba terbirit-birit diburu rakyatnya

hingga tak sempat mati di tanah airnya sendiri.

……………………………………………………………………………

****

Kubaca berita tentang Negara molek tempat plesiran

turis-turis manca Negara yang sedang asyik

mereka-reka peningkatan daya tarik obyek wisata

dan menghitung-hitung pertambahan devisanya

tiba-tiba perang saudra mengoyak-ngoyaknya

Kubaca berita tentang Negara kaya yang sedang bangga

dan terlena oleh kekayaannya tiba-tiba tetangganya

sendiri tanpa ampun menghajar dan menjarahnya.

Kubaca berita tentang negara raksasa yang sedang berlomba memimpin dunia dan asyik

mengekspor ideologinya

kemana-mana tiba-tiba gulung tikar dan tak seorang pun berdaya menyelamatkan keutuhannya.

…………………………………………………………………………dan masih dan terus kubaca berita tentang manusia yang masih dan terus tak menyadari

kekerdilannya.

****

Kubaca berita kuno tentang wali allah yang senantiasa

menjaga jiwa dan raganya

yang tak pernah hadas kecuali segera menghilangkannya

Karena tak ingin dalam keadaan tidak suci.

Syahdan ketika suatu ketika datang hadas padanya

dan serta merta dia bertayammum dengan debu seadanya padahal ada air sungai hanya beberapa langkah darinya orang-orang yang mengerti fikih pun menegurnya

dan jawabnya : apakah kalian bisa menjamin aku masih bernyawa sebelum aku mencapai sungai disana?)

Aku ingin membaca berita tentang baru tentang manusia modern

yang melaksanakan tugas kekhalifannya

Page 84: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

tetap dengan kerendahan hati seorang hamba.

(Tadarus: 24-26)

Larik-larik puisi yang panjang di atas, menunjukkan kritik sekaligus penyadaran

moralitas kemanusiaan akibat beragam peristiwa dan kejadian yang dialami manusia.

Kebanyakan peristiwa dan kejadian itu tanpa disadari kedatangannya. Hal itu menunjukkan

betapa kerdil dan lemahnya manusia, sehingga tidak akan pernah tahu apa yang akan

terjadi dan menimpa dirinya.

Padahal Tuhan telah memberikan banyak contoh peristiwa dan kejadian sebelumnya,

tetapi sebagian besar manusia tidak mau belajar dari hal tersebut. Baik berupa ujian

kematian, kedudukan dan jabatan, serta ideologi, pemikiran dan kekayaan. Semua itu akan

datang dan pergi pada diri kita, tanpa Tuhan harus memberitahu sebelumnya. Pada akhir

puisi “Kubaca Berita” berharap adanya sosok manusia modern yang cakap dan kreatif

dalam menjalankan tugas sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi, tetapi memiliki

kerendahan hati dan mengakui segala kelemahan yang ada pada dirinya di hadapan Tuhan.

Dalam puisi “Bosnia Adalah” , penyair mengungkapkan kritik terhadap manusia

termasuk diri penyair. Manusia diingatkan kembali keberadaan sebuah peristiwa tragedi

kemanusiaan yang dinjak-injak keangkaramurkaan, keserakahan, serta kekejaman dan

kekejian akibat perang saudara di bekas Negara Yugoslavia, yakni di Bosnia Herzegovina.

Melalui puisi ini pula, mengingatkan sekaligus mengkritik keberadaan dan keberadaban

kemanusiaan yang terkoyak di tengah tragedi peperangan yang banyak menimbulkan

ketidakberdayaan, kesengsaraan, dan kematian.

Bosnia adalah wajah kita yang kusut

Bosnia adalah keangkuhan dan ketidakberdayaan kita

Bosnia adalah kita yang terkoyak-koyak

Bosnia adalah kepanikan manusia menghadapi diri sendiri

(Airmata dan darah tertumpah atau tidak

Page 85: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Raung atau erang yang terdengar

Atau justru hanya senyum yang sunyi

Tragedi manusia adalah saat

Kemanusiaannya lepas entah kemana)

Atau barangkali Bosnia

Adalah dunia kita yang mulai

sekarat.

(Tadarus: 28)

Pada bait-bait puisi di atas, menunjukkan kritik dekadensi moral manusia yang

terefleksi dalam tragedi kemanusiaan akibat peperangan di Bosnia (saat itu). Bahwa perang

Bosnia adalah wujud ketidakberdayaan dan kepanikan serta pertumpahan darah manusia

secara sia-sia, akibat nilai-nilai kemausiaan yang dinjak-injak. Bosnia adalah wujud

kemanusiaan yang hampir punah. Atau barangkali Bosnia/Adalah dunia kita yang mulai

sekarat.

Selanjutnya, tidak jauh berbeda dengan keberadaan antologi puisi Tadarus, antologi

puisi Pahlawan dan Tikus, juga mengangkat tema atau gagasan tentang kritik sosial

terhadap dekadensi moral kemanusiaan dengan berbagai wujud refleksinya dalam

kehidupan. Adapun puisi-puisi yang menampilkan tema atau gagasan tersebut tampak

dalam beberapa puisi yang berjudul “Reinkarnasi”, “Input dan Output”, “Ketika Tuhan”,

“Putra-Putri Ibu Pertiwi”, “Maju Tak Gentar”, “Soal”, “Soal Kemiskinan”, “Permainan

Golf”, “Waktu Tiba-Tiba Berhenti Berdenyut”, “Makin Canggih Saja”, dan “Saling”.

Dalam puisi “Reinkarnasi”, penyair menyuarakan kritik atas keberadaan hubungan

kemanusiaan yang semakin luntur. Bahkan atas nama Tuhan, nilai-nilai kemanusiaan

dengan mudahnya untuk injak-injak. Bahwa saat ini telah muncul tokoh dalam kategori

kelompok manusia zalim (dalam kitab suci Alqur’an), yang bertindak atas nafsu dan

keserakahan serta tidak percaya adanya Tuhan, bahkan ada yang mengaku dirinya sebagai

Tuhan.

Page 86: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

abrahah-abrahah tak lagi datang membawa gajah

dari jauh mereka mengirim burung-burung bagai ababil

mengobrak-abrik batok kepala dan perut bumi

menyikat ruh-ruh dan nurani

abujahal-abujahal cebol terseret-seret pedang-pedang mereka

sendiri ketika meneriakkan seruan jihad fisabilillah

di mimbar-mimbar

di seminar-seminar

di jalanan dan di pasar-pasar

firaun-firaun kecil

dan qarun-qarun kerdil

mengacung-acungkan duplikat-duplikat tongkat

musa yang keramat

mencari-cari mangsa

menakut-nakuti manusia

menenung gunung

menyihir laut

meneluh hutan

mengaduk-aduk tanah

mengorek rempah-rempah

mengais-ngais sampah

di tempat-tempat ibadah yang indah

tuhan tersalib dalam upacara sakral yang meriah

dan mereka pun bebas leluasa

bertuhan-tuhan ria

seenaknya.

(Pahlawan dan Tikus: 24)

Pada larik-larik puisi di atas, merefleksikan kritik terhadap munculnya kembali

kezaliman yang berkedok Ketuhanan dan kemanusiaan. Semua hal yang baik yang muncul

saat ini adalah wujud kebohongan yang mengatasnamakan kebajikan. Artinya, apa yang

disampaikan dan dilakukan oleh siapa pun (saat ini) sama sekali berdasar atas nafsu

pribadinya semata, bukan hati nurani dan bukan perintah Tuhan melalui kitab suci. Hal itu,

Page 87: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

ditandai dengan munculnya Abrahah, Abu Jahal, Fir’aun, dan Qorun yang baru dalam

kancah kekinian. Hal tersebut memunculkan perubahan serta pergeseran besar terhadap

nilai-nilai kemanusiaan. Mereka lakukan apapun, asal terpenuhi nafsunya, tanpa harus

berpijak pada nurani dan perintah Tuhan. Ironisnya, mereka tidak segan-segan mengaku

sebagai Tuhan. di tempat-tempat ibadah yang indah/tuhan tersalib dalam upacara sakral

yang meriah/dan mereka pun bebas leluasa/bertuhan-tuhan ria/seenaknya.

Dalam puisi “Input dan Output”, penyair mengungkapkan kritik terhadap gambaran

kehidupan yang serba carut-marut di berbagai wadah kehidupan. Hal tersebut diperlihatkan

adanya tatanan nilai dan hubungan kemanusiaan yang semakin mengalamai degradasi, baik

di masjid-masjid, di rumah-rumah, di kantor-kantor (birokrasi), di media cetak, di hotel-

hotel dan tempat hiburan, maupun di jalanan dan di kendaraan. Kesemuanya

memperlihatkan bungkus kebaikan bahkan ada yang mengatasnamakan Tuhan, tetapi isi

yang sebenarnya adalah keburukan dan keserakahan manusia.

Di mesjid-mesjid dan majlis-majlis taklim

Berton-ton huruf dan kata-kata mulia

Tanpa kemasan dituang-suapkan

Dari mulut-mulut mesin yang dingin

Ke kuping-kuping logam yang terbakar

Untuk ditumpahkan ketika keluar

Di kamar-kamar dan ruang-ruang rumah

Berhektar-hektar layar kehidupan mati

Dengan kemas luhur ditayang-sumpalkan

Melalui mata-mata yang letih

Ke benak-benak seng berkarat

Untuk dibawa-bawa sampai sekarat

Di kantor-knator dan markas-markas

Bertimbun-timbun arsip kebijaksaan aneh

Dengan map-map agung dikirim-salurkan

Melalui kepala-kepala plastik

Ke segala penjuru urat nadi

Untuk diserap sampai mati

Page 88: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Di majalah-majalah dan Koran-koran

berkilo-kilo berita dan opini Tuhan

dengan disain nafsu dimuntah-jejalkan

melalui kolom-kolom rapi

ke ruang-ruang kosong tengkorak

orang-orang tua dan anak-anak

Di hotel-hotel dan tempat-tempat hiburan

beronggok-onggok daging dan virus

dengan bungkus sutera disodor-suguhkan

melalui saluran-saluran resmi

ke berbagai pribadi dan isntansi

untuk dinikmati dengan gengsi

Di jalan-jalan dan di kendaraan-kendaraan

berbarel-barel bensin dan darah

dengan pipa-pipa kemajuan ditumpah-ruahkan

melalui pori-pori kejantanan

ke tangki-tangki penampung nyawa

untuk menghidupkan sesal dan kecewa.

(Pahlawan dan Tikus: 28-29)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan tentang gambaran keprihatinan dan kritik

terhadap tatanan nilai kehidupan dan hubungan kemanusiaan yang semakin mengalami

degadrasi di berbagai wilayah dan sendi kehidupan. Di masjid-masjid akan kita jumpai

berbagai macam nasihat dan petuah mulia, yang sama sekali tidak memiliki kekuatan

untuk dilaksanakan dalam kehidupan. Nasihat dan petuah mulia hanya merupakan kalimat-

kalimat bohong tanpa dapat diresapi dalam hati. Di rumah-rumah banyak kita jumpai,

bahwa manusia lebih percaya dan menjadikan pedoman pada benda mati bernama televisi

yang tidak lebih hanya menjanjikan mimpi daripada pesan moral. Di kantor-kantor terlihat

beberapa kebijakan para birokrat yang tampak aneh dan fiktif dengan tampilan yang

bagus, sehingga seolah-olah dapat menjadi pedoman yang harus diaati dan dilaksanakan.

Di media cetak maupun elektronik banyak dijumpai tulisan yang mengatasnamakan Tuhan,

tetapi sebenarnya berisi kebohongan. Di hotel-hotel dan tempat hiburan banyak dijumpai

Page 89: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

aneka maksiat yang berlabel legal, sehingga menjadi konsumsi publik tanpa harus

sembunyi-sembunyi dan terselubung. Serta di jalanan dan di kendaraan banyak dijumpai

berbagai keborosan penggunaan fasilitas yang membutuhkan anggaran dan biaya besar.

Sementara sisi kehidupan lain, masih banyak rakyat dalam keadaan sengsara, menderita

dan kecewa.

Dalam puisi “Ketika Tuhan”, penyair mengungkapkan gambaran diplomasi malaikat

dengan Tuhan, saat Tuhan memutuskan akan menciptakan manusia. Para malaikat meminta

kepada Tuhan untuk mempertimbangkan kembali keputusan tersebut. Akan tetapi, Tuhan

Maha Tahu dan berkehendak terhadap apa yang dikehendaki-Nya. Meskipun, yang

dikehendaki Tuhan akan membawa mudarat bagi manusia sendiri. Manusia dan semua

makhluk, hanya mampu menerima dan berintrospeksi atas semua yang dikehendaki Tuhan.

Ketika Tuhan menyampaikan

MaksudNya menciptakan manusia

Sebagai khalifahNya di dunia

Para malaikat pun berkata

Tuhan, mengapa Paduka

Hendak mencipta

,makhluk perusak di sana

Penumpah darah semena-mena

Sedangkan kita

Terus bertasbih dan memuja

Paduka?

Tuhan pun bersabda

Aku tahu apa

Yang kalian buta

Terhadapnya

Ketika sang khafilah benar-benar semena-mena

Merusak dan menumpahkan darah di mana-mana

Di dunia

Apakah kita akan membenarkan para malaikat dan berkata

kepadaNya seperti mereka lalu siapakah kita

yang tahu kehendak Sang Pencipta?

(Pahlawan dan Tikus: 33)

Page 90: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Larik-larik puisi di atas, menunjukkan penyadaran manusia sebagai makhluk yang

berakal atas kemahakuasanya Tuhan atas penciptaan manusia. Penciptaan manusia

bukanlah merupakan kesia-siaan, semuanya telah diperhitungkan atas dasar Kemabesaran

dan Kemahaadilan Tuhan sendiri. Walaupun pada kenyaataannya, pencipataan manusia

sebagai khalifah (pemimpin) makhluk di bumi, benar-benar membawa kerusakan

lingkungan dan pertumpahan darah antarsesama. Kita tidak akan pernah tahu, rahasia apa

di balik Kehendak dan Kuasa Tuhan. Manusia dan semua makhluk, hanya mampu

menerima dan berintrospeksi atas semua yang dikehendaki Tuhan.

Dalam puisi “Makin Canggih Saja”, penyair menunjukkan kritik pada manusia (saat

ini) tentang kepandaian manusia yang semakin bertambah dengan diciptakannya berbagai

macam virus dan senjata pemusnah. Meskipun pada akhirnya kegunaan hasil ciptaanya

tersebut untuk memusnahkan antarsesama dan dirinya sendiri.

Makin canggih saja manusia

Mencipta virus-virus berbisa

senjata-senjata serba-bisa

Agar sambil menangis atau tertawa

Bisa memusnahkan dirinya

(Pahlawan dan Tikus: 49)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan kritik bahwa manusia (saat ini) makin canggih

(pandai) dalam menciptakan berbagai macam virus berbahaya dan senjata pemusnah yang

serba bisa (otomatis). Akan tetapi kepandaian dalam penciptaan benda-benda tersebut,

bukan untuk kemaslahatan umat manusia dan lingkungan. Akan tetapi, tidak lain hanya

untuk memusnahkan sesamanya dan merusak lingkingan serta dirinya sendiri, dengan

tanpa pertimbangan nurani.

Dalam puisi “Saling”, penyair mengungkapkan kritik terhadap degradasi hubungan

kemanusiaan, yakni manusia (saat ini) lebih suka menyakiti satu dengan yang lain. Hal itu

Page 91: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

bisa terjadi di berbagai bidang kehidupan. Di gedung DPR, di kantor partai, di kampus, di

forum seminar, di sanggar seni, di koran, bahkan di tempat-tempat ibadah sekalipun, baik

di masjid, di gereja, di pura, maupun di wihara. Hal itu banyak terjadi pula di jalan, di

pasar, di warung, dan di rumah. Tidak pandang mereka ada hubungan keluarga, sahabat,

maupun orang lain, semua saling menyakiti.

Di gedung DPR

Fraksi-fraksi saling menghabisi

Di kantor partai

Golongan dan unsur saling gusur

Di kampus

Dosen dan Mahasiswa saling mencela

Di seminar

Pakar-pakar bertengkar

Di sanggar

Seniman-seniman berhantaman

Di koran

Orang-orang penting saling banting

Di mesjid

Orang-orang Islam bertikam

Di gereja

Orang-orang Nasrani berkelahi

Di pura

Orang-orang Hindu beradu

Di wihara

Orang-orang Budha berlaga

Di lapangan

Para olahragawan berterkaman

Di jalan

Sopir-sopir saling puntir

Di pasar

Bakul-bakul saling pukul

Di warung

Kawan-kawan saling lawan

Di rumah

Anak dan Bapak saling sepak

Page 92: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Di kamar

Kau dan aku terpaku

(Pahlawan dan Tikus: 50)

Dari larik-larik puisi di atas menunjukkan refleksi kritik penyair terhadap hubungan

kemanusiaan yang semakin renggang dan saling menyakiti satu dengan yang lain. Hal itu

terjadi di segala sendi kehidupan, di gedung DPR, di kantor partai, di kampus, di forum

seminar, di sanggar seni, di koran, bahkan di tempat-tempat ibadah sekalipun. Baik di

masjid, di gereja, di pura, maupun di wihara. Hal itu terjadi juga di jalan, di pasar, di

warung, dan di rumah. Tidak pandang mereka ada hubungan keluarga, sahabat, maupun

orang lain, semua saling menyakiti. Mereka yang sadar, hanya bisa melihat tanpa bisa

berbuat apapun.

Uraian analisis tema tentang ”kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan” yang

terefleksi pada beberapa puisi (dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus) di

atas, dapat disimpulkan bahwa hidup manusia (saat ini) dan entah kapan berakhirnya,

ternyata lebih menonjolkan egoistis, hedonistis, dan materialistis. Segala petuah atau

nasihat, hanyalah bualan yang tidak penting untuk dijadikan pedoman moral kemanusiaan.

Bahkan, nasihat atau petuah bijak pun seolah-olah hanya menjadi topeng untuk menutupi

segala kekurangan manusia (tidak peduli dia adalah seorang tokoh masyarakat maupun

tokoh agama sekalipun).

Mereka hidup dihinggapi saling membenci dan saling mendendam. Bahkan pula

saling ’membunuh’ dengan tanpa perasaan, baik dalam membunuh karakter,

menghilangkan dan merampas hak orang-orang kecil, maupun menghabisi nyawa dengan

tanpa perasaan bersalah dan dosa. Manusia (saat ini) banyak yang hanya mencari kekayaan

dan kedudukan untuk diri sendiri dan pembenaran terhadap diri sendiri. Sedangkan untuk

memikirkan nasib sesama (orang lain) yang miskin, yang masih jauh dari keberuntungan

hidup, sama sekali bukan urusannya.

Page 93: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Banyak ceramah maupun khutbah dari para birokrat, ekonom, politikus sampai

pemuka agama sekalipun, adalah obrolan basa-basi yang tak berisi dan tidak bermuatan

moral untuk merubah watak buruk perilaku mereka sendiri, apalagi untuk orang lain yang

mendengarkannya. Ceramah dan khutbah hanyalah topeng untuk menutupi kekurangan

mereka sendiri.

Meskipun demikian, di balik kritik tajam terhadap dekadensi moral kemanusiaan,

ada beberapa nilai dan hikmah yang disampaikan penyair dalam beberapa puisi di atas.

Bahwa kita harus tetap mengedepankan moral kemanusiaan sebagai pedoman dalam

pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Hal tersebut senada dengan yang dikatakan Abdul Munir Mulkhan (2009:163)

sebagai berikut.

Puisi-puisi Gus Mus bukan hanya indah dan sufistik, melainkan sekaligus humanis dan profetis meletakkan praktik Islam sebagai sebuah proses sosio-budaya dan seni dari kehidupan duniawi yang cair. Pilihan kata yang arif membuat pembaca yang menjadi sasaran kritiknya justru tersenyum manggut-manggut. Kritiknya tajam, tapi penuh hikmah dan terbarukan seperti menyebut syirik bukan semata menyembah batu, melainkan menempatkan diri sendiri paling benar dan mutlak benar.

2) Kritik terhadap Ketidakadilan dan Ketidakbenaran Hidup

Selain diungkap tema tentang kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan, tema

atau gagasan lain yang diungkap dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

adalah kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup.

Dalam antologi puisi Tadarus, puisi yang mengungkapkan kritik terhadap

ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup, antara lain berjudul: ”Anonim”, ”Ratsaa”,

”Khalifah Allah, Dimanakah Kau”, ”Selamat Idul Fitri”, dan ”Keadilan”. Dalam puisi

”Anonim” berikut ini, penyair mengkritik berbagai kesewenang-wenangan, keserakahan,

dan berbagai macam ketidakadilan di negeri ini. Sementara itu, nasib para petani, nelayan,

dan rakyat pada umumnya semakin susah dalam segala usaha dan kesempatan. Sedangkan

Page 94: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

kebahagian dan kenikmatan hanya milik sebagian orang saja, yakni orang-orang kaya dan

orang-orang yang memiliki kekuasaan. Sedangkan rakyat miskin berada di pihak yang

selalu dikalahkan dan terkalahkan.

Siapa yang menanam padi hingga negeri ini

Dari pengimpor beras menjadi

Negeri swasembada pangan yang mandiri

Yang mendahulukan memberi makan anak-anakmu

Sebelum anak-anak sendiri?

Siapa yang menjalankan perahu pukatmu

Dan melawan badai menjala ikan untukmu

Siapa yang merawat tebu-tebumu

Agar persediaan gula terjamin selalu?

Siapa yang menabung receh-recehnya

Di bank hinga kau dan siapa saja yang lebih kaya

Bisa mengkreditnya kapan saja?

Siapa yang mau saja kau tarik-tarik kesan kemari

Mencoblos gambar lima tahun sekali

Hingga kau dan siapa saja yang punya nyali

Mendapat kedudukan terhormat sekali?

Siapa yang menyediakan sawah-sawah murah

Dan tambak-tambak dengan harga rendah

Untuk kau tanami pabrik dan rumah-rumah mewah

Dan tempat-tempat plesiran yang megah?

Siapa yang rela meninggalkan tempat tinggal

Dan segala milik, pekarangan, dan tegal

Bagi proyek-proyek prestisemu yang jajal-jajal?

Siapa yang membayar pajak tak boleh nunggak

Agar bangunan dan periukmu tegak?

Siapa yang bersedia menyerahkan lubang telinga

Page 95: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Untuk kau jejali rongsokan huruf dan kata-kata?

Siapa?

Kenapa kau tak menoleh sekejap saja?

(Tadarus: 10)

Bait-bait puisi di atas menunjukkan refleksi kritik bahwa rakyat miskin selalu

menjadi sasaran pihak yang berduit dan memiliki jabatan. Mereka selalu dikalahkan dalam

segala hal, baik untuk kepentingan bisnis maupun politik. Rakyat miskin selalu tidak

berdaya mengalami ketidakadilan hidup. Sementara jika ditanya, mengapa para pemegang

uang dan jabatan selalu berbuat demikian? Tanpa mengindahkan rasa kemanusiaan dan

keadilan? Mereka pun tak mampu menjawabnya, karena di dalam pikiran mereka, harta

dan kedudukan adalah segalanya. Sehingga dengan mudahnya mereka menghalalkan

segala cara untuk menginjak-injak rakyat miskin. Bahkan, tidak sedikit di antara mereka

membungkus perilakunya dengan cara pembelaan atas nama rakyat.

Dalam puisi “Ratsaa” berikut menunjukkan kritik terhadap ketidakadilan dan

ketidaksempurnaan tatanan hidup. Semua urusan yang menjadi tanggung jawab masing-

masing individu dalam keluarga diserahkan pada orang yang lain yang tidak menjadi

tanggung jawabnya. Hingga pada urusan ibadah pada Tuhan sekalipun. Jika bisa dan dapat

dialihkan dan diwakilkan pada orang lain, maka mereka pun menyerahkan urusan tersebut.

anak-anakmu kau serahkan babumu

istrimu kau serahkan sopirmu

dirimu kau serahkan sekretarismu

tuhanmu kau serahkan siapa?

(Tadarus: 23)

Pada larik-larik puisi di atas, menunjukkan kritik penyair tentang karakter manusia

(saat ini) yang terlalu sibuk untuk mengurus apapun, baik urusan dunia maupun ibadah

kepada Tuhan sekalipun. Saking sibuknya, mereka lebih mudah meninggalkan tanggung

Page 96: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

jawab individu dan keluarga untuk diserahkan atau diwakilkan kepada orang lain yang

semestinya tidak berhak untuk melaksanakan tanggung jawab itu. Meskipun untuk urusan

tanggung jawab kepada Tuhan, jika bisa diserahkan atau diwakilkan pada orang lain yang

bukan menjadi tanggung jawabnya. Entah dengan cara bagaimana?

Dalam puisi “Khalifah Allah, Dimanakah Kau?” berikut ini, menunjukkan kritik

terhadap beragam karakter manusia. Di depan mereka selalu berlaku diktator, angkuh, dan

kasar. Di tengah mereka tidak mau mengalah dan selalu ingin maju tapi tidak memiliki

kemampuan. Sementara di posisi belakang, mereka tidak bisa berbuat apa-apa, semakin

terhimpit dan tersiksa dalam hidup. Dalam keadaan seperti ini, maka kita (rakyat) pada

umumnya, akan menemui kesusahan untuk mencari figur pimpinan yang benar-banar adil

dan dapat menempatkan diri dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Di depan yang maju terus sendiri maju bagai lokomotip yang

dingin bagai bulldozer yang garang dalam keangkuhan yang

kaku menginjak-injak mendesak-desak mendorong-dorong yang

lain ke samping menumpuk-numpuk barisan panjang

yang terpelanting panik di belakang

Di tengah yang menengah terpisah resah berputar-putar sekitar

dirinya dalam kecongkaan-degilnya yang lalai ingin maju tak

mampu lalu berlagak maju tak maju

oleh mental dan ilmu yang tak maju-maju

kere yang melata di depan yang maju

pamer macam-macam di depan yang terbelakang

Di belakang yang terbelakang kian ke belakang terus ke belakang

terhimpit sepi yang kian rapi tak sempat senyum sesekali

masih tetap hidup semata-mata karena liatnya nyawa

Khalifah Allah, dimanakah kau?

(Tadarus: 41)

Bait-bait puisi di atas menunjukkan kritik penyair tentang sulitnya mencari figur

Page 97: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

khalifah (pimpinan) yang menempatkan keadilan dan kebenaran dalam berbagai posisi

kehidupan. Sekarang ini yang dapat dijumpai hanyalah sosok atau figur pimpinan jika di

depan bertindak sewenang-wenang dan sok berkuasa, menginjak-injak mereka yang lemah.

Di tengah mereka ingin tampil di depan, tapi tak mampu dari segi ilmu dan kemampuan.

Akhirnya, dia hanya bisa pamer di depan rakyat kecil. Sementara di belakang, dia semakin

terhimpit dan tersiksa dalam kehidupannya, akibat ketidakberdayaannya. Meskipun mereka

dapat bertahan hidup, itu hanyalah sebuah usaha (manusiawi) dalam mempertahankan

hidup.

Dalam puisi “Selamat Idul Fitri” berikut ini, penyair menunjukkan kritik sekaligus

penyadaran terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Sekarang ini, jarang sekali kita

menjumpai sebuah tatanan hidup dengan dasar keadilan dan kebenaran, baik pada diri

sendiri, alam (tumbuhan dan hewan), maupun pada sesama. Melalui Idul Fitri, sudah

semestinya permohonan maaf harus disampaikan pada semuanya (baik kepada sesama

manusia maupun terhadap lingkungan) atas segala kezaliman yang telah diperbuat. Dengan

komitmen tidak akan mengulang kembali kesalahan yang sama. Artinya, kita mulai

tebarkan kasih sayang, baik kepada sesama maupun terhadap lingkungan yang memberi

kita kehidupan.

Selamat idul fitri, bumi

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak semena-mena

Kami memerkosamu

Selamat idul fitri, langit

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak henti-hentinya

Kami mengelabukanmu

Selamt idul fitri, mentari

Page 98: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Maafkanlah kami

Tidak bosan-bosan

Kami mengaburkanmu

Selamat idul fitri, laut

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak segan-segan

Kami mengeruhkanmu

Selamat idul fitri, burung-burung

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak putus-putus

Kami membrangusmu

Selamat idul fitri, tetumbuhan

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak puas-puas

Kami menebasmu

Selamat idul fiti, para pemimpin

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak habis-habis

Kami membiarkanmu

Selamat idul fitri, rakyat

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak sudah-sudah

Kami mempergunakanmu

(Tadarus: 52)

Pada bait-bait puisi di atas menunjukkan kritik sekaligus penyadaran akan arti

penting permohonan maaf. Sebab, barangkali saja sudah sekian lama kita melakukan

Page 99: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

banyak kezaliman (berbuat tidak adil dan tidak benar) pada siapa pun. Baik terhadap diri

sendiri, sesama (para pemimpin dan rakyat) maupun terhadap alam (bumi, mentari, laut,

burung-burung, dan tumbuh-tumbuhan). Melalui Idul Fitri, kita sudah sepantasnya

menyampaikan permohonan maaf dengan tulus pada siapa pun (baik kepada sesama

maupun terhadap alam dan seisinya) atas segala kezaliman yang kita perbuat. Dengan

berjanji untuk tidak akan mengulang kembali kesalahan yang sama. Artinya, kita mulai

tebarkan kasih sayang, baik kepada sesama maupun terhadap lingkungan atau alam yang

memberi kita kehidupan.

Dalam puisi “Keadilan” berikut ini, penyair mengkritik sekaligus menunjukkan

penyadaran tentang makna keadilan yang mungkin saat ini masih dirasa sebagai mimpi.

Sesuatu yang masih jauh dari kenyataan. Keadilan masih dalam wujud angan-angan dan

impian yang belum dapat diraih.

Hampir tertangkap mimpi.

(Tadarus: 67)

Satu larik puisi di atas menunjukkan kritik sekaligus penyadaran akan arti penting

sebuah keadilan, yang pada saat ini masih berwujud impian dan angan-angan yang belum

tergapai dalam kenyataan hidup. Atau barangkali keadilan memang hanya sebuah impian

saja, jauh dari kenyataan hidup? Hanya nurani yang bisa menjawabnya, sebab nurani lebih

dekat dengan keadilan dan kebenaran.

Sedangkan dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus, puisi yang mengungkap tema

atau gagasan tentang kritik terhadap keadilan dan kebenaran hidup antara lain berjudul

”Merdeka”, ”Tikus”, ”Tikus-Tikus di Atas Meja”, ”Perlawanan”, ”Kepada Penyair”,

”Surabaya”, ”Dua Surat dari Surabaya”, ”Di Taman Pahlawan”, ”Orang Kecil Orang

Besar”, ”Rekayasa I”, ”Rekayasa II”, ”PT Rekayasa Semesta”, dan ”Negeriku”. Dalam

puisi ”Merdeka” berikut ini, kita dihadapkan pada gambaran tentang arti kemerdekaan

yang masih menjadi tanda tanya sampai saat ini, baik kemerdekaan terhadap kesempatan

Page 100: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

kerja, kelayakan pendapatan maupun hanya sekedar kemerdekaan berpendapat.

Merdeka!

@#$&*{?}<[!}

?.!.?.!.?.!!!

Merdeka?

(Pahlawan dan Tikus: 8)

Larik puisi di atas menunjukkan kritik tentang makna kemerdekaan yang masih

ruwet dan belum jelas maknanya serta masih menjadi tanda tanya keberadaannya (di negeri

ini). Sudahkah kita benar-benar merdeka? Pertanyaan yang harus dijawab dengan bukti dan

kenyataan. Akan tetapi, dalam kenyataan di segala bidang kehidupan di negeri ini,

kemerdekaan nyata-nyata belum terbukti untuk dapat dinikmati seluruh rakyat dalam

segala lapisan. Utamanya rakyat yang masih dalam bayang-bayang kemiskinan dan

sengsara dalam hidup.

Dalam puisi “Tikus” berikut ini, penyair menunjukkan sebuah metafora terhadap

karakter pencuri uang rakyat (dalam konteks kekinian), yakni para koruptor . Dengan

leluasa mereka mengambil uang rakyat tanpa harus merampok. Mereka melakukan aksinya

dengan berbagai upaya licik dan terselubung. Pada akhirnya, mereka bisa melakukan

aksinya dengan tidak meninggalkan jejak, sehingga tidak tercium dan terjamah wilayah

hukum.

Memanen tanpa menanam

Merompak tanpa jejak

Kabur tanpa buntut

Bau tanpa kentut

(Pahlawan dan Tikus: 17)

Larik-larik puisi ‘tikus’ di atas, menunjukkan sebuah metafora tentang karakter para

pencuri uang rakyat, yakni para koruptor. Seribu macam cara dan kerja akan dibuat oleh

para koruptor untuk mengambil uang rakyat. Mereka dalam melakukan aksinya dengan

Page 101: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

licik, sehingga sebisa mungkin untuk tidak meninggalkan jejak dan tidak pula sampai

tercium oleh aparat penegak hukum.

Dalam puisi “Tikus-tikus di Atas Meja” berikut, kembali penyair menunjukkan kritik

terhadap ketidakberdayaan aparat penegak hukum yang dimetaforakan sebagai kucing

yang menghadapi tikus sebagai metafora para pencuri uang rakyat (para koruptor). Dengan

segala kelicikannya, para koruptor berhasil menyikat apapun yang bukan menjadi haknya.

Dengan berbagai tampilan dan aksinya, mereka lakukan pekerjaan haram itu dengan

terang-terangan maupun sembunyi-bunyi.

Tikus-tikus di atas meja

(Seram juga melihat taring-taingnya)

Dengan rakus menyikat apa saja

Beberapa tikus meluncur turun ke bawah

Berebut remah dengan kecoa-kecoa kecil

Sesekali terdengar kersik suara

Tikus-tikus pun sekejap menghilang

Bagai ditelan bumi

Tapi tak lama moncong dan taringnya

Muncul lagi

Mengawasi sekeliling dengan waspada

Lalu naik lagi berputar-putar di atas meja

Mencari-cari sisa-sisa dengan jelinya

Lalu turun lagi kalau-kalau ada yang terlewatkan

Lalu naik lagi dengan mata dan hidung memeriksa

Ketika tak ada lagi yang bisa dimakannya

Mereka pun beramai-ramai menggerogoti meja

seekor kucing gembong mendekam di sudut

Pura-pura tak tahu

Atau barangkali

takut.

(Pahlawan dan Tikus: 25)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan kritik penyair tentang perilaku ‘tikus’ sebagai

metafora dari para pencuri uang rakyat (koruptor) yang dengan leluasa bergerak tanpa

Page 102: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

malu dan ragu lagi dalam merampas hak rakyat kecil, baik secara sembunyi-sembunyi

maupun terang-terangan. Mereka sikat habis uang rakyat tanpa sisa. Taktik dan kerja

mereka, sangatlah licik. Begitu terdengar situasi tidak aman bagi keselamatan diri mereka,

mereka sejenak menghilangkan jejak dan kegiatannya. Setelah dirasa situasi dan posisima

mereka aman, muncul kembali dengan tampilan baru yang lebih garang. Mereka lakukan

aksinya dengan mengambil sikap waspada terhadap situasi. Mereka kembali habisi semua

uang yang ada, tanpa tersisa. Begitu melihat semua uang sudah habis, mereka pun pergi

dengan segala taktik liciknya, agar tidak meninggalkan jejak. Ada seekor ‘kucing

gombong’ (aparat penegak hukum) yang melihat aksi dari ‘tikus’ (para koruptor) tersebut.

Mereka duduk terpaku seolah-olah tidak berdaya atau bahkan takut dalam menegakkan

hukum untuk menindak para koruptor.

Dalam puisi “Perlawanan” berikut ini, penyair menunjukkan kritik terhadap

ketidakadilan sosial, yakni tentang sikap perlawanan rakyat dikarenakan kezaliman dan

kebebalan sikap penguasa (para pemimpin). Rakyat sudah sekian kali mengingatkan para

pemimpinnya, agar berlaku adil dan tidak terus-menerus menzalimi rakyat. Akan tetapi,

kebanyakan para pemimpin dengan mudahnya tak menghiraukan apa yang menjadi

keinginan dan peringatan dari rakyat. Akhirnya, tidak ada jalan lain bagi rakyat, selain

untuk melawan penguasa (para pemimpin) yang zalim dan bebal.

penyesalan dan pengulangan

pengulangan dan penyesalan

silih berganti bagai ribuan lebah hutan

mengikuti berjuta kata yang kami tikamkan

menyengat lalu tak kalian hiraukan

hingga akhirnya kalian kebal sengatan

tapi biarlah kepada kalian

untuk kesekian milyar kalinya kukatakan

kami bukanlah lebah

apalagi cacing tanah

kami adalah takdir kalian

Page 103: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

justru kelaliman dan kekebalan kalian

telah mengebalkan dan meliatkan

tekad kami melawan

kita lihat saja

nyawa siapa

yang lebih mampu bertahan

(Pahlawan dan Tikus: 27)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan tentang keberanian rakyat untuk melawan para

pemimpin yang zalim dan bebal. Keberanian rakyat tersebut bukan tidak beralasan. Rakyat

sudah terlalu sering untuk mengingatkan para pemimpinnya agar bertindak adil terhadap

rakyat. Akan tetapi, para pemimpin sering juga untuk tidak mengindahkan keinginan dari

rakyatnya. Oleh karena itu, rakyat melawan dengan segenap kemampuan. Akhirnya, tegak

tidaknya sebuah keadialan sosial hanya dua pilihan, nurani rakyat yang menang atau tetap

berkuasanya pemimpin yang zalim dan bebal?

Dalam puisi “Kepada Penyair” berikut ini, penyair menunjukkan kritik terhadap para

penyair bahwa kehadiran sajak atau puisi akan sangat bermanfaat bila diberi muatan

tentang pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Sajak atau puisi tidaklah

harus selalu indah dengan untaian kata. Puisi bukanlah rangkaian kata yang melulu sendu

tetapi bermakna nafsu dan menipu, bukan pula anyaman angan-angan yang penuh cinta

memburu nafsu tetapi bermakna lemah tanpa arah. Sajak dan puisi baru bermakna jika

dapat menyuarakan nurani yang tertindih dan tersiksa akibat kesewenang-wenangan yang

merajalela. Lebih jauh, sajak atau puisi yang bermakna adalah untaian kata yang

bermuatan dzikir dan doa yang membawa suara Tuhan, yang dengan mahacahaya-Nya

untuk menegakkan kebenaran dan menghancurkan segala kelaliman dan kesewenang-

wenangan.

Brentilah menyanyi sendu

tak menentu

Page 104: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

tentang gunung-gunung dan batu

mega-mega dan awan kelabu

tentang bulan yang gagu

dan wanita yang bernafsu

Brentilah bersembunyi

dalam simbol-simbol banci

Brentilah menganyam-anyam maya

mengindah-indahkan cinta

membesar-besarkan rindu

Brentilah menyia-nyiakan daya

memburu orgasme dengan tangan kelu

Brentilah menjelajah lembah-lembah

dengan angan-angan tanpa arah

Tengoklah kanan-kirimu

Lihatlah kelemahan dimana-mana

membuat lelap dan kalap siapa saja

Lihatlah kekalapan dan kelelapan merajalela

mebabat segalanya

Lihatlah segalanya semena-mena

mengroyok dan membiarkan nurani tak berdaya

Bangunlah

Asahlah huruf-hurufmu

Celupkan baris-baris sajakmu

dalam cahya dzkir dan doa

Lalu tembakkan kebenaran

Dan biarlah Maha Benar

yang menghajar kepongahan gelap

dengan mahacahyaNya

(Pahlawan dan Tikus: 47)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan kritik kepada para penyair agar berhenti

menyusun untaian kata sendu tetapi bermakna gagu dan bernafsu, berhenti menyusun kata-

Page 105: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

kata sunyi tapi tak berarti, dan berhenti merangkai kata indah penuh cinta tetapi bermakna

lemah tanpa arah. Sajak atau puisi yang bermakna adalah yang menyuarakan hati nurani

yang tertindas dan terampas akibat kesewenang-wenangan. Sajak dan puisi yang bermakna

adalah yang bermuatan dzikir dan doa yang membawa suara Tuhan untuk menegakkan

kebenaran, dan dengan mahacahaya-Nya untuk mengahancurkan kesewenang-wenangan.

Dalam puisi “Surabaya” kita diingatkan kembali semangat patriotisme dan

kepahlawanan arek-arek Suroboyo dalam melawan keserakahan dan kesewenang-

wenangan penguasa. Semangat mereka yang berkobar-kobar seakan tak mengindahkan

senjata atau apapun yang dimiliki musuh. Mereka pun tak melihat keadaan tubuh dan

senjata yang dibawanya. Walaupun begitu, mereka punya semangat yang membaja di

dada, merah putih yang berkibar dihati, dan pekik Allah Akbar dan Merdeka yang

menggelegar mengoyak langit Surabaya dan menggetarkan semua yang mendengar. Akan

tetapi, arek-arek Surabaya (saat ini) telah kehilangan semangat patriotisme dan keberanian

untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Mereka sudah kehilangan nyali, karena sudah

dipenuhi kepuasaan pribadi demi keselamatan diri. Arek-arek Surabaya sudah menelan

dan menyembunyikan semangat kepahlawanannya, entah ke mana.

Jangan anggap mereka kalap

Jika mereka terjang senjata Sekutu yang lengkap

Jangan kira mereka nekat

Karena mereka Cuma berbekal semangat

Melawan seteru yang hebat

Jangan sepelekan senjata di tangan mereka

Atau lengan yang mirip kerangka

Tengoklah baja di dada mereka

Jangan remehkan sesobek kain di kepala

Tengoklah merah-putih yang berkibar

Di hati mereka

Dan dengar pekik mereka

Allahu Akbar!

Page 106: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dengarlah pekik mereka

Allahu Akbar!

Gaungnya menggelegar

Mengoyak langit

Surabaya yang murka

Allahu Akbar!

Menggetarkan setiap yang mendengar

Semua pun jadi kecil

Semua pun tinggal seupil

Semua menggigil

Surabaya,

O, kota keberanian

O, kota kebanggaan

Mana sorak-sorai takbirmu

Yang membakar nyali kezaliman?

Mana pekik merdekamu

Yang menggetarkan ketidakadilan?

Mana arek-arekmu yang siap

Menjadi tumbal kemerdekaan

Dan harga diri

Menjaga ibu pertiwi

Dan anak-anak negeri.

Ataukah kini semuanya ikut terbuai

Lagu-lagu satu nada

Demi menjaga

Keselamatan dan kepuasan

Diri sendiri

Allahu Akbar!

Dulu arek-arek Surabaya

Tak ingin menyetrika Amerika

Melinggis Inggris

Menggada Belanda

Murka kepada Gurka

Mereka hanya tak suka

Kezaliman yang angkuh merajalela

Mengotori persada

Mereka harus melawan

Page 107: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Meski nyawa yang menjadi taruhan

Karena mereka memang pahlawan

Surabaya,

Dimanakah kau sembunyikan

Pahlawanku?

(Pahlawan dan Tikus: 54)

Larik-larik puisi “Surabaya” di atas menunjukkan pada kita betapa besar dan luar

biasanya semangat arek-arek Suroboyo dalam bertempur melawan ketidakadilan dan

ketidakbenaran (penjajahan). Mereka punya semangat membaja di dada, merah putih yang

berkibar di hati, dan pekik Allah Akbar dan Merdeka yang menggema di angkasa Surabaya

yang menggetarkan semua yang mendengar. Akan tetapi, arek-arek Surabaya kita kini

sudah kehilanagn nyali karena memburu kepuasan pribadi untuk keselamatan diri.

Bahkan, mereka sekarang sudah menelan dan menyembunyikan semangat

kepahlawanannya, entah ke mana.

Dalam puisi “Dua Surat dari Surabaya” berikut, penyair menunjukkan kritik dan

meingatkan kita terhadap dua peristiwa besar dalam kurun yang berbeda tetapi memiliki

kesamaan visi tentang karakter kepahlawanan. Pertama, adalah surat yang ditulis atas

nama pahlawan dengan latar belakang pertempuran November 1945 di Surabaya, bahwa

mereka (para pahlawan) berjuang dengan semangat yang membaja untuk kebenaran dan

keadilan yakni mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan.

Dengan tanpa pamrih sedikitpun, mereka rela mengorbankan jiwa, raga bahkan nyawa.

Mereka para pahlwan kusuma bangsa hanya punya satu tujuan utama yakni alam

kemerdekaan demi kebahagiaan anak cucu mereka sekarang ini.

Kedua, adalah surat yang ditulis atas nama pahlawan juga. Dia seorang buruh pabrik

bernama Marsinah yang meninggal dunia sekitar November 1993 demi membela

kebenaran dan keadilan atas hak-hak buruh yang diinjak-injak. Dengan tanpa pamrih pula,

Page 108: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Marsinah rela mengorbankan jiwa, raga bahkan nyawa demi menegakkan nilai-nilai

keadilan dan kebenaran. Kedua peristiwa dalam surat tersebut, penulisnya adalah pahlawan

sejati dengan visi perjuangan yang sama. Meskipun berbeda waktu dan ruang, karena

waktu dan ruang tidak akan membedakan semangat bagi mereka yang mendambakan

tegaknya kebenaran dan keadilan. Meraka kini telah tiada. Tapi nama meraka tetap harum

dikenang, sebab kematian mereka sama sekali tidak sia-sia.

Surabaya, November 1945

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan ini kami beritahukan bahwa

Sehubungan dengan kedatangan bala tentara sekutu

Yang dengan angkuh hendak menginjak-injak kedaulatan

Dan harga diri kita semua

Yang dengan membanggakan kelengkapan senjata lalim mereka

Hendak merenggut kemerdekaan yang menjadi milik asasi kita.

Maka dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab,

Kami sambut mereka dengan takbir dan pekik merdeka.

Kami lawan mereka mati-matian

Bukan karena kulit mereka lain dari kulit kita

Bukan karena hidung mereka lain dari hidung kita

Bukan karena lidah mereka lain dengan lidah kita

Bukan karena mereka Inggris, Belanda, atau Gurka

Bukan karena mereka asing bagi kita

Kami siap mengorbankan nyawa melawan mereka

Semata-mata karena kelaliman mereka

Jangan lihat sejengkal tanah yang kami pertahankan

Selembar nyawa mudah yang kami pertaruhkan

Tapi lihatlah kehidupan mulia yang kami perjuangkan.

Kami tak punya apa-apa kecuali pilihan

Tetap merdeka atau mati.

Hidup terhormat atau syahid di hadapan Tuhan.

Sia-siakah kematian kami?

Kalian yang masih hidup, bagaimana kini?

Semoga kalian senantiasa hidup merdeka. Amin.

Wassalam.

Sauara-saudaramu yang mati muda di Surabaya

Page 109: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Surabaya, November 1993

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan ini saya beritahukan bahwa saya

Sudah tidak di Nganjuk lagi. Surat ini saya tulis

di Kota Pahlawan menjelang Hari Pahlawan.

Saya bersyukur berkat perjuangan saya yang tak seberapa membela

Hak saudara-saudara saya yang sederhana,

Majikan-majikan saya telah berkenan mengantarkan saya,

Meski berliku-liku mengerikan jalannya,

Kepada pahlawan-pahlawan negeri ini

Yang telah mewariskan kepada saya sedikit semangat

Membela kebenaran dan keadilan.

Jangan lihat kenaikan upah yang cuma sekian ratus rupiah

Yang mungkin dianggap majikan-majikan kami tak lebih rendah

Disbanding selembar nyawa seekor buruh yang payah

Jangan lihat kebinatangan mereka yang menganiaya diri saya

Tapi lihatlah nasib keadilan yang parah

Dibawah kekuasaan dan keserakahan yang pongah

Seandainya mereka tidak merenggut nyawa saya,

Orang-orang seperti saya pun akan mati tersiksa juga

Bersama keadilan yang terkalahkan.

Hidup tanpa keadilan adalah kematian.

Sia-siakah kematian saya?

Kalian yang masih hidup, jawablah.

Wassalam. Marsinah

NB:

Kalau jasad saya masih dibutuhkan, silakan bongkar kubur saya.

Saya tak memerlukan lagi.

Apabila kalian ingin mengirim doa, alamat saya mudah. Sama dengan arek-arek yang empat puluh delapan tahun yang lalu mempertahankan merah-putih di sini. Kami kumpul di Taman Pahlawan sejati. (Sebenarnya kami ingin sekali bersemayam di hati kalian).

(Pahlawan dan Tikus: 56)

Larik-larik puisi berwujud surat di atas menunjukkan pada kita tentang nilai

Page 110: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

kepahlawanan sejati dalam kurun waktu dan ruang yang berbeda. Akan tetapi, memiliki

visi yang sama dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Pertama, kita ditunjukkan semangat yang luar biasa dari arek-arek Soroboyo dalam

mempertahankan kemerdekaan yang akan direbut paksa oleh para penjajah. Mereka rela

mengorbankan jiwa, raga, bahkan nyawa demi kebahagiaan anak cucu mereka, agar bisa

menghirup udara kemerdekaan hingga kini. Kedua, kita ditunjukkan semangat yang tak

kalah luar biasa dari seorang buruh yang bernama Marsinah dalam menegakkan keadilan

dan kebenaran atas nama hak-hak buruh yang diinjak-injak kezaliman. Marsinah rela

mengorbankan jiwa, raga, bahkan nyawa demi tegakknya keadilan dan kebenaran terhadap

hak-hak buruh hingga kini.

Kedua pahlawan dalam dua surat adalah pahlawan sejati yang namanya terus

terkenang di hati bangsanya hingga kini, dan kematian mereka adalah kematian yang mulia

di sisi Tuhan. Kita yang dibahagiakan lewat perjuangan mereka, wajib memberi hormat

dan mengirim doa buat mereka.

Dalam puisi “Di Taman Pahlawan” berikut, kita ditunjukkan sebuah dialog antara

kita dengan para pahlawan yang gugur mendahului kita. Bahwa di antara para pahlawan di

alam sana, ada yang benar-benar pahlawan dan ada pula yang salah jika disebut sebagai

‘pahlawan’ (karena tuntutan keadaan). Yang benar-benar pahlawan, menanyakan pada kita

tentang semangat patriotisme dan keberanian membela kebenaran dan keadilan di alam

kemerdekaan. Masih tegakkah kebenaran dan keadilan di alam kemerdaan ini atau hanya

tinggal dongeng dan slogan belaka? Bagi mereka yang bukan pahlawan atau salah disebut

‘pahlawan’, hanya tersipu malu mendengarkannya. Sebab perjuangan meraka dulu sama

sekali tidak mengindahkan nurani, tetapi atas nama kepentingan dan tuntutan pribadi,

keluarga, dan kolega.

Begitu muncul Marsinah melewati Taman Pahlawan, mereka berharap ada

penghormatan yang sama dengan mereka dulu saat dikebumikan. Akan tetapi, dugaan

Page 111: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

mereka salah. Jasad Marsinah tidak dikebumikan. Jasadnya masih dibutuhkan untuk

kepentingan penyelidikan bagi orang-orang berperilaku jahat, yang hanya mencari muka.

Dikubur atau tidak, bagi Marsinah sendiri tidaklah penting. Yang terpenting bagi dirinya

adalah merelakan dirinya menjadi ‘tumbal’ demi tegaknya keadilan di negeri ini. Atau

bahkan sebaliknya, sekedar sebagai bangkai tak berarti apa-apa di Republik ini.

Di taman pahlawan beberapa pahlawan sedang berbincang-bincang

tentang keberanian dan perjuangan.

Mereka bertanya-tanya apakah ada yang mewariskan semangat

perjuangan dan pembelaan kepada yang ditinggalkan ?

Ataukah patriotisme dan keberanian di zaman pembangunan ini sudah tinggal menjadi dongeng dan slogan ?

Banyak sekali tokoh di situ yang diam-diam ikut mendengarkan dengan perasaan malu dan sungkan.

Tokoh-tokoh ini menyesal pihak-pihak yang membawa mereka ke

mari karena menyangka mereka juga pejuang-pejuang pemberani. Lalu menyesali diri mereka sendiri yang dulu terlalu baik memerankan tokoh-tokoh gagah berani tanpa mengindahkan nurani.

(Bunga-bunga yang setiap kali ditaburkan justru membuat mereka lebih tertekan)

Apakah ini yang namanya siksa kubur?

tanya seseorang di antara mereka yang dulu terkenal takabur.

Tapi kalau kita tak disemayamkan di sini, makam pahlawan ini akan

sepi penghuni, kata yang lain menghibur.

Tiba-tiba mereka mendengar tentang Marsinah.

Tiba-tiba mereka semua yang di Taman Pahlawan,

yang betul-betul pahlawan atau yang keliru dianggap pahlawan, begitu girang menunggu salvo ditembakkan dan genderang penghormatan ditabuh lirih mengiringi kedatangan wanita muda yang gagah perkasa itu.

Di atas, Marsinah yang berkerudung awan putih

Berselendang pelangi tersenyum manis sekali:

Maaf kawan-kawan, jasadku masih dibutuhkan

Untuk menyingkapkan kebusukan dan membantu mereka

Yang mencari muka.

Kalausudah tak diperlukan lagi

Biarlah mereka menanamnya di mana saja di persada ini

Page 112: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Sebagai tumbal keadilan atau sekedar bangkai tak berarti.

(Pahlawan dan Tikus: 58)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan pada kita tentang ungkapan pertanyaan dari

para pahlawan (yang benar-benar pahlawan) kepada kita tentang patriotisme dan

keberanian untuk menegakkan keadilan dan kebenaran di alam kemerdekaan ini. Masih

tegakkah keadilan dan kebenaran di alam kemerdekaan ini atau hanya tinggal dongeng atau

slogan belaka? Sementara, mereka yang salah disebut sebagai ‘pahlawan’ merasa malu

mendengarkannya, sebab mereka dulu berjuang bukan demi tegaknya keadilan dan

kebenaran. Mereka berjuang untuk kepentingan pribadi bukan nurani. Tetapi begitu mereka

(pahlawan dan yang salah disebut ‘pahlawan’) terperangah melihat jasad Marsinah yang

berkrudung putih dan tersenyum manis. Mereka berharap Marsinah juga menerima

perlakuan yang sama seperti saat mereka dulu dikebumikan. Akan tetapi, dugaan mereka

salah. Bahwa jasad Marsinah belum dikebumikan, sebab masih digunakan untuk

penyelidikan bagi orang-orang berperilaku jahat, yang hanya mencari muka. Bagi

Marsinah, dikubur atau tidak, bukanlah hal yang penting. Yang terpenting bagi dirinya

adalah merelakan dirinya menjadi tumbal demi tegaknya keadilan di negeri ini. Atau

sebaliknya, hanya sebagai bangkai yang tak berarti apa-apa. Semua tergantung pada kita,

sanggupkah kita tetap menegakkan nilai-nilai keadilan dan kebenaran di Republik tercinta

ini dalam kondisi dan situasi apapun? Atau sebaliknya, membiarkan nilai-nilai kebenaran

dan keadilan tercampakkan di negeri ini.

Dalam puisi “Orang Kecil Orang Besar” di bawah ini, kita ditunjukkan dialog

sederhana sebuah penghuni rumah yang tampak sangat sederhana dan penat, sepenat

situasi yang menghimpit mereka seisi rumah. Dialog tersebut berupa nasihat dan wasiat

ayah dan ibu yang lugu terhadap anaknya yang lugu pula. Nasihat dan wasiat itu berisi,

bahwa si anak jangan sampai menjadi orang kecil yang selamanya akan selalu tidak

Page 113: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

berdaya dan dibuat permainan orang-orang besar. Oleh karena itu, keduanya berpesan

jadilah orang besar yang memiliki banyak kesempatan besar dan bisa mempermainkan

apapun semaunya. Termasuk mempermainkan orang-orang kecil. Si anak terdiam, dalam

hatinya bertanya-tanya. Mungkinkah orang kecil akan menjadi orang besar? Hal ini terus

terngiang dalam hatinya, tentang orang kecil yang tak akan mampu dan berdaya untuk

menegakkan nilai kebenaran dan keadilan hidup. Sedangkan orang besar yang selalu tegas

mengatakan ‘persetan’ akan nilai kebenaran dan keadilan hidup.

Suatu hari yang tak cerah

Di dalam rumah yang gerah

Seorang anak yang lugu

Sedang diwejang ayah-ibunya yang lugu

Ayahnya berkata:

“Anakku,

Kau sudah pernah menjadi anak kecil

Janganlah kau nanti menjadi orang kecil!”

“Orang kecil kecil peranannya

Kecil perolehannya” tambah si Ibu

“Ya,” lanjut ayahnya

“Orang kecil sangat kecil bagiannya

Anak kecil masih mendingan

Rengeknya didengarkan

Suaranya diperhitungkan

Orang kecil tak boleh memperdengarkan rengekan

Suaranya tak suara.”

Sang ibu ikut wanti-wanti:

“Betul, jangan sekali-kali jadi orang kecil

Orang kecil jika jujur ditipu

Jika menipu dijur

Jika bekerja digangguin

Jika mengganggu dikerjain.”

Page 114: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Ayah dan ibu berganti-ganti menasehati:

“Ingat, jangan sampai jadi orang kecil

Orang kecil jika ikhlas diperas

Jika diam ditikam

Jika protes dikentes

Jika usil dibedil

“Orang kecil jika hidup dipersoalkan

Jika mati tak dipersoalkan.”

“Lebih baik jadilah orang besar

Bagiannya selalu besar”

“Orang besar jujur tak jujur makmur

Benar-tak benar dibenarkan

Lalim-tak lalim dibiarkan.”

“Orang besar boleh bicara semaunya

Orang kecil paling jauh dibicarakan saja”

“Orang kecil jujur dibilang tolol

Orang besar tolol dibilang jujur

Orang kecil berani dikata kurang ajar

Orang besar kurang ajar dikata berani”

“Orang kecil mempertahankan hak

Disebut pembikin onar

Orang besar merampas hak

Disebut pendekar”

Si anak terus diam tak berkata-kata

Namun dalam dirinya bertanya-tanya”

“Anak kecil bisa menjadi besar

Tapi mungkinkah orang kecil

Menjadi orang besar?”

Besoknya entah sampai kapan

Si anak terus mencoret-coret

Page 115: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dinding kalbunya sendiri:

“ O r a n g k e c i l ? ? ?

O r a n g b e s a r ! ! ! !”

(Pahlawan dan Tikus: 63)

Larik-larik puisi “Orang Kecil Orang Besar” di atas, kita ditunjukkan dialog

sederhana sebuah penghuni rumah yang mungkin sangat sederhana dan penat, sepenat

situasi yang menghimpit mereka seisi rumah. Dialog tersebut berupa nasihat dan wasiat

ayah dan ibu yang lugu terhadap anaknya yang lugu pula. Nasihat kedua orang tua berisi,

bahwa kelak nanti anaknya jangan sampai menjadi orang kecil. Sebab orang itu, kecil

peranannya dan kecil perolehannya. Orang kecil itu tak boleh merengek dan meminta,

sebab percuma, suaranya tak akan terderngar. Orang kecil itu jika jujur ditipu, jika menipu

dihabisi, jika bekerja selalu diganggu, dan jika mengganggu akan dibuat main-main. Kedua

orang tua si anak juga berwasiat janganlah kelak si anak menjadi orang kecil. Sebab orang

kecil itu jika ikhlas akan diperas, jika diam akan ditikam (dibunuh), jika protes akan

dikentes (dipukul), jika usil akan dibedil (ditembak), dan orang kecil itu jika hidup

dipersoalkan, tapi jika mati tak dipersoalkan.

Selanjutnya kedua orang tua tersebut berpesan pada anaknya, untuk menjadi orang

besar. Sebab orang besar, bagiannya juga besar. Selain itu, orang besar itu jujur atau tidak

jujur selalu makmur, benar atau tak benar selalu dibenarkan, zalim atau tak zalim akan

dibiarkan. Orang besar boleh bicara semaunya, orang kecil paling hanya dibicarakan.

Orang besar tolol dibilang jujur, orang kecil jujur dibilang tolol. Orang besar kurang ajar

dikatakan berani, orang kecil berani dikatakan kurang ajar. Orang besar merampas hak

disebut pendekar, orang kecil mempertahankan hak disebut pembikin onar. Si anak

terdiam, dalam hatinya bertanya-tanya, mungkinkah orang kecil seperti dia akan menjadi

orang besar? Hal ini terus terngiang dalam hatinya. Inilah gambaran tentang orang kecil

yang selalu ragu dan bertanya tentang tegakknya nilai kebenaran dan keadilan hidup.

Sedangkan orang besar, yang dengan tegasnya mengatakan ‘persetan’ terhadap tegaknya

Page 116: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

nilai kebenaran dan keadilan hidup.

Uraian analisis tema tentang ”kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran

hidup” yang terefleksi pada beberapa puisi (dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan

dan Tikus) di atas, dapat disimpulkan bahwa keadilan dan kebenaran masih merupakan

cerita atau dongeng di alam kemerdekaan ini. Artinya, dalam kehidupan (saat ini) untuk

menegakkan nilai-nilai keadilan dan kebenaran adalah perjuangan yang amat berat.

Dibutuhkan keberanian, bahkan taruhannya adalah nyawa. Akan tetapi, seberat apapun

perjuangan menegakkan nilai-nilai keadilan dan kebenaran, kita harus punya komitmen

untuk menegakkannya.

Selanjutnya, kita laksanakan komitmen tersebut dalam kehidupan yang nyata. Yakni,

dengan tetap mengedepankan sikap adil dan benar dalam segala hal. Dengan tidak

memandang untuk kepentingan diri sendiri ataupun kelompok kita. Akan tetapi, pada

siapapun kita harus bersikap adil dan benar. Hal ini, sejalan dengan pendapat tentang sikap

penyair yang disampaikan oleh M. Imam Aziz (2009 : xiii) dalam kata pengantarnya pada

buku Gus Mus: Satu Rumah Seribu Pintu, sebagai berikut.

Gus Mus (A. Mustofa Bisri) adalah sebuah misteri, paling tidak bagi saya yang tidak terlalu akrab dalam pergaulan sehari-hari bersamanya. Tapi, justru dengan itu, saya menghormati beliau sepenuh-penuhnya. Pembawaannya yang entengan, penuh canda dan ledekan, namun bisa sangat “marah” dengan ketidakadilan, mencerminkan pandangan hidupnya yang tegak lurus dengan prinsip tasamuh-tawazun-i’tidal (toleran, seimbang, dan proporsional), seperti pada umumnya diyakini kalangan kiai pesantren.

3) Kritik terhadap Ketidakjujuran dalam Kehidupan

Kritik terhadap ketidakjujuran dalam kehidupan adalah tema yang juga ingin

disampaikan penyair dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus dalam

Page 117: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

penelitian ini. Dalam antologi puisi Tadarus yang mengungkapkan tema ketidakjujuran

dalam kehidupan, antara lain pada puisi yang berjudul ”Jangan Berpidato”, ”Rampok”,

”Menulis”, dan ”Allah Ampunilah Kami”. Dalam puisi berjudul ”Jangan Berpidato” di

berikut ini, kita ditunjukkan sikap penolakan penyair terhadap pidato yang akhir-akhir ini

sudah tidak lagi menunjukkan nuansa kejujuran nurani baik segi bentuk maupun isi.

Keberadaan pidato sekarang ini hanyalah ocehan murahan untuk menutupi segala

kekurangan. Kekurangan yang dianggap baik, akan membuat diri kita sendiri hancur

dimakan kebaikan dan kejujuran nurani.

Jangan berpidato!

kata-katamu yang paling bijak

hanyalah bedak murah yang tak sanggup lagi

menutupi koreng-borok-kurap-kudis-panu-mu

Peradaban koreng!

Has asasi borok !

Perdamaian kurap!

Demokrasi kudis!

Humanisasi panu!

Berlagaklah adi siapa perduli

Bangunanmu tinggal cantik di luar

Tinggal menunggu saat-saat ambyar

(Tadarus: 8)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan pada kita betapa tidak berdayanya sebuah

nasihat dalam pidato dengan kata-kata paling bijak sekalipun. Sebab kebijakan yang

dibawa hanyalah pelapis luarnya saja terhadap segala keburukan dan kebobrokan yang

melatarbelakangi keadaan yang sebenarnya. Segala hal yang baik, semisal: peradaban,

hak asasi, perdamaian, demokrasi, dan humanisasi adalah keburukan dari peradaban, hak

asasi, perdamaian, demokrasi, dan humanisasi itu sendiri. Sehingga yang tampak dan

dapat disaksikan hanyalah sebuah bangunan yang baik luarnya, tapi rapuh kerangka dan

penyangganya. Pada akhirnya, tinggal menunggu hancur dan robohnya bangunan itu.

Sikap yang ditunjukkan penyair pada kita, kejujuran seharusnya tidak hanya tampak di

Page 118: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

luar, tetapi juga harus tampak di dalamnya.

Dalam puisi “Rampok” di bawah ini, penyair menunjukkan kritik terhadap

ketidakjujuran seseorang dalam bersikap. Umumnya, jika disuruh memilih antara harta,

nyawa, dan nurani, maka jawaban yang diberikan kebanyakan adalah lebih senang harta

daripada nyawa atau sebaliknya. Akan tetapi, lebih ironis lagi ada sebagian manusia justru

lebih sayang pada nyawa atau harta daripada memihak pada nuraninya.

Nyawa atau harta?!

Harta !

Nyawa atau harta ?!

Nyawa !

Nurani atau nyawa ?!

Nyawa!

Nyawa atau nurani?!

Nya

wa

!

(Tadarus: 9)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan kritik penyair tentang betapa tidak pentingnya

harga sebuah nurani dibanding dengan harta maupun nyawa. Inilah yang sering kita jumpai

dalam kehidupan, kita kurang berani dalam menampilkan kejujuran nurani. Meskipun

kedudukan maupun jabatan dan keadaan ekonomi kita terhimpit sekalipun.

Dalam puisi “Menulis” berikut ini, menunjukkan kritik penyair terhadap nilai-nilai

kejujuran. Bahwa dalam kehidupan setiap orang memiliki kemampuan dan keahlian dalam

membuat keputusan atau kebijakan yang setara dengan kedudukan atau jabatan yang

disandanganya, tanpa harus didasari dengan kejujuran nurani. Semakin tinggi jabatan dan

kedudukannya semakin bebas dia memutuskan segala sesuatu. Semakin tidak berdaya

seseorang, maka semakin kecil dan sepele yang diputuskannya.

orang kuat menulis katabelece

helmezet helmezet

Page 119: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

!

orang besar menulis memo

helmezet helmezet

!

orang kaya menulis kwitansi

helmezet helmezet

!

orang rendah menulis pernyataan

helmezet helmezet

!

aku mencoba menulis puisi

helmezet helmezet

??

(Tadarus: 22)

Larik-larik puisi di atas, penyair menunjukkan kritik pada kita tentang kejujuran

hidup yang masih jauh dari impian nurani. Yang berlaku sekarang ini adalah bahwa siapa

pemilik kekuasaan dan jabatan besar atau tinggi, maka dapat memutuskan apapun yang

dikehendaki. Akan tetapi, sebaliknya jika tidak memiliki jabatan atau kedudukan, maka

sudah sepantasnya tidak bisa berbuat apapun selain hanya bisa membuat hal-hal yang

sepele dan remeh. Meskipun yang sepele dan remeh tersebut sangat berarti dan berdaya

dalam mengungkap kejujuran dalam kehidupan. Sebaliknya, yang diputuskan orang-orang

yang memiliki jabatan dan kedudukan hanyalah sebuah omong kosong dan tipuan-tipuan

belaka terhadap kehidupan.

Dalam puisi “Allah Ampunilah Kami” di bawah ini, kembali kita disadarkan akan

ketidakberdayaan kita terhadap kemahakuasa-Nya. Dari hari ke hari kita semakin terbebani

dengan segala ketidakpastian hidup. Hal itu terjadi, dikarenakan perilaku kita sendiri. Kita

tidak meyakini keberadaan nurani dan kejujuran dalam bertindak dan bersikap. Padahal

nurani dan kejujuran adalah suara Tuhan.

Dari hari ke hari kita terus terbelenggu dengan ketidakmampuan kita untuk

memisahkan antara kebenaran dan kemungkaran, perdamaian dan pertikaian, keserakahan

Page 120: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dan keberkahan, kemaksiatan dan ketaatan. Bahkan kebijakkan dapat terpasung oleh

hukum, keadilan dipenjarakan oleh kekuasaan, dan nurani selalu diteror dan diasingkan

oleh akal. Kalau sudah demikian ke mana kita akan mengadu, selain memohon ampunan

pada Tuhan. Sebelum Tuhan menghancurkan peradaban kita sendiri.

Allah, hendak Engkau hancurkan dengan cara apa kami maka

Engkau kirim-kuasakan virus-virus penyebar ketidakpastian

Yang dari hari ke hari menggerogoti keyakinan.

Kebenaran menjadi tak begitu benar

Bahkan sering terlalu benar

Kemungkinan menjadi tidak begitu mungkar

Bahkan sering terlalu mungkar

Ikrar dan ingkar kehilangan pagar

Damai dan bertikai kehilangan bingkai

Serakah dan barokah kehilangan pemisah

Maksiat dan dan taat kehilangan sekat

Kebijaksaan menghadang hukum dan menghakiminya sendiri

Kekuasaan mengamankan keadilan dan memenjarakannya tanpa

Mengadili

Akal menteror nurani dan mengasingkannya tanpa toleransi

Allah, hendak Engkau hancurkan dengan cara apa kami maka

Engkau kirm-kuasakan virus-virus penyebar ketidakpastian

Yang dari hari ke hari menggerogoti keyakinan

Allah, ampunilah kami.

(Tadarus: 57)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan pada kita bahwa tanpa petunjuk dan

pertolongan Tuhan, kita tak akan pernah mampu menegakkan suara Tuhan lewat nurani

dan kejujuran dalan setiap sendi kehidupan. Hari demi hari, banyak kita jumpai

ketidakmampuan kita untuk memisahkan antara kebenaran dan kemungkaran, perdamaian

dan pertikaian, keserakahan dan keberkahan, kemaksiatan dan ketaatan. Bahkan

kebijakkan dapat terpasung oleh hukum, keadilan dipenjarakan oleh kekuasaan, dan nurani

Page 121: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

selalu diteror dan diasingkan oleh akal. Kalau sudah demikian, tidak ada waktu dan tempat

yang tepat selain memohon ampunan pada Tuhan. Sebelum Tuhan mengahancurkan

peradaban kita sendiri.

Sedangkan dalam antologi puisi Pahlawn dan Tikus, puisi yang mengungkap tentang

ketidakjujuran dalam kehidupan, antara lain terdapat dalam beberapa puisi yang berjudul

”Pahlawan”, ”Seperti Sudah Kuduga”, ”Sujud”, dan ”Di Negeri Amplop”.

Dalam puisi ”Pahlawan” berikut ini, kita ditunjukkan terhadap sosok pahlawan. Dia

yang lahir kemudian hilang tanpa sebuah identitas dan itu memang yang tidak dia

diingankan. Lalu dia berjuang hingga gugur. Meskipun gugur, dia tetap hidup dalam hati

setiap orang yang mengedepankan nurani dan kejujuran. Sehingga tetap terus mengalir

sampai tegaknya nurani dan kejujuran dalam hati setiap insan yang berharap.

Lahir. Hilang. Gugur. Hidup. Mengalir. Sudah.

(Pahlawan dan Tikus: 4)

Larik puisi di atas kita ditunjukkan sosok pahlawan yang benar-benar pahlawan

adalah mereka yang membela nurani dan kejujuran. Dia yang tidak mementingkan untuk

siapa dia lahir, lalu hilang untuk terus berjuang tanpa perlu diketahui siapapun. Kemudian

dia gugur, tetapi tetap hidup dalam semangat nurani dan kejujuran pada diri setiap orang,

hingga nurani dan kejujuran tertanam dalam diri setiap insan yang menginginkannya.

Dalam puisi ”Seperti Sudah Kuduga” di bawah ini, kita ditunjukkan terhadap sebuah

penyesalan yang akan terus berulang, sampai pada kita tidak dapat menyesali kembali. Hal

ini terjadi, karena kita tidak menyadari bahwa setiap tindakan yang kita lakukan diperlukan

pertimbangan nurani dan kejujuran. Sebab bila tidak, penyesalan akan menyelimuti

kehidupan kita.

Seperti sudah kuduga

Kau akan menyesal

Dan akan kembali

Page 122: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Mengulangi apa

Yang kau sesali

Sampai kau tak bisa lagi

Menyesal dan kembali

(Pahlawan dan Tikus: 6)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan pada kita, bahwa setiap yang kita lakukan

hendaknya didasari dengan nurani dan kejujuran. Sebab bila tidak, penyesalan demi

penyesalan akan terus menyelimuti kehidupan kita hingga kita tidak akan kuasa

menyesalinya kembali.

Dalam puisi ”Sujud” berikut ini, kita ditunjukkan bagaimana seharusnya kita

bersujud dengan bentuk kepasrahaannya. Manakala kita bersujud, kita harus menanggalkan

segala macam atribut dan kebanggaan yang menyelimuti hati. Kita tanamkan sikap jujur

dan pasrah pada-Nya, atas segala ketidakberdayaan kita. Sebab yang kita jadikan media

sujud adalah hakikat keberadaan kita, yakni tanah. Dari tanah kita berasal dan ke tanah

pula kita akan kembali

bagaimana kau hendak bersujud

pasrah

sedang wajahmu yang bersih

sumringah

keningmu yang mulia dan indah

begitu pongah

minta sajadah

agar tak menyentuh

tanah

apakah kau melihatnya

seperti iblis saat menolak

menyembah bapamu

dengan congkak

tanah hanya patut diinjak

tempat kencing dan berak

membuang ludah dan dahak

Page 123: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

atau paling jauh hanya

lahan pemanjaan

nafsu serakah dan tamak

apakah kau lupa

bahwa tanah adalah bapa

dai mana ibumu dilahirkan

tanah adalah ibu

yang menyusuimu

dan memberi makan

tanah adalah kawan

yang memelukmu dalam kesendirian

dalam perjalanan panjang

menuju keabadian?

singkirkan saja sajadah mahalmu

ratakan keningmu

latakan heningmu

tanahkan wajahmu

pasrahkan jiwamu

biarlah rahmat agung

Allah membelaimu

dan terbanglah, kekasih

(Pahlawan dan Tikus: 38)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan kritik pada kita, agar kita selalu

mengedepankan kejujuran dan menanggalkan segala macam atribut dan kebanggaan yang

kita miliki apabila kita bersujud dan kepasrahan pada-Nya. Sebab keberadaan kita dengan

segala yang kita miliki adalah atas kehendak-Nya. Dengan media tanah, kita dingatkan

kembali asal usul kita dan ke mana kita akan kembali. Hanya sikap jujur dan pasrah pada-

Nya, kita dapat berharap sentuhan kasih sayang-Nya.

Dalam puisi ”Di Negeri Amplop” berikut ini, kita ditunjukkan oleh penyair terhadap

ketidakberdayaan sikap jujur manusia dalam menghadapi keadaan dan berbagai hal yang

berbau materialistis dan hedonistis yang terus membelenggu. Kalau sudah demikian, maka

akan muncul pada diri mereka seakan dibutakan, ditulikan, dibisukan, dan bahkan tertutup

Page 124: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

mata hati dan nuraninya terhadap nilai-nilai kejujuran. Sehingga hanya uang, jabatan, dan

kedudukan yang berbicara dan berkuasa atas diri mereka.

Di negeri amplop

Aladin menyembunyikan

Lampu wasiatnya. Malu.

Samson tersipu-sipu

Rambut keramatnya

Ditutupi topi. Rapi-rapi.

David Coperfield dan Houdini

Bersembunyi. Rendah diri.

(Entah andaikata Nabi Musa

Bersedia datang membawa tongkatnya)

Amplop-amplop di negeri amplop

Mengatur dengan teratur

Hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

Hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

Memutuskan putusan yang tak putus

Amplop-amlop menguasai panguasa

Dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

Mencairkan dan membekukan

Mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa nafsu

Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop

Amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja

(Pahlawan dan Tikus: 57)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan pada kita terhadap sikap materialistis dan

hedonistis yang terus membelenggu kehidupan manusia. Jika sudah demikian, maka

Page 125: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

segala macam tatanan kehidupan yang baik yang mengedepankan kejujuran akan berubah

seketika. Semua akan akan berkiblat pada keduanya (sikap materialistis dan hedonistis).

Mata menjadi buta (tidak bisa melihat yang baik), telinga menjadi tuli (tidak dapat dapat

mendengar petuah dan nasihat bijak), mulut menjadi bisu (tidak mampu menyuarakan

kebaikan dan kebijakan), dan hati menjadi mati (tak akan mampu mengungkap kejujuran

dan menuntun sikap rendah hati). Sebab materialistis dan hedonistis, tidak memandang

siapa dan di mana dia akan bersandar dan menyandangnya. Kecuali mereka yang selalu

mengedepankan sikap jujur dalam segala hal.

Uraian analisis tema tentang ”kritik terhadap ketidakjujuran dalam kehidupan” yang

terefleksi pada beberapa puisi (dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus) di

atas, dapat disimpulkan bahwa kita harus menempatkan kejujuran dalam kehidupan.

Meskipun dalam situasi dan kondisi hidup yang sangat sulit. Kejujuran tidak terbatas oleh

ruang dan waktu. Juga tidak dibatasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu, baik

kepentingan pribadi maupun kelompok dan golongan.

Kejujuran akan membawa hidup kita tenang dan tidak ’dihantui’ kesalahan-

kesalahan. Akan tetapi, jika kita sudah terbiasa tidak jujur dalam segala hal, maka tinggal

menunggu saat hancurnya kehidupan kita. Meskipun kita tidak menyadarinya. A. Mustofa

Bisri dalam karya-karyanya lebih mengedepankan kejujuran, meskipun terasa ’pedas’ dan

’panas’ untuk dibaca dan diresapi pembaca. Karena kejujuran adalah obat bagi kehidupan

kita. Terasa pahit untuk ditelan (diterima). Akan tetapi, jika sudah meresap dalam tubuh

(menjadi sikap hidup), maka tubuh kita menjadi sehat (hidup kita menjadi tenang). Senada

dengan hal itu, disampaikan oleh Hamdy Salad (2009:191) tentang karakter khas karya

sastra (puisi dan prosa) dari A. Mustofa Bsiri, sebagai berikut.

Hampir semua puisi dan prosanya dalam buku antologi Ohoi: Kumpulan Puisi-puisi Balsem (1991), Tadarus (1993), Pahlawan dan Tikue (1995), Rubaiyat Angin dan Rumput (1995), Wekwekwek: Sajak-sajak Bumulangit (1996), dan Lukisan Kaligrafi (2004) menyuratkan karakter khas yang bersifat terbuka dan lugas, penuh penghargaan pada suara hati nurani. Menyatakan sesuatu dengan apa adanya

Page 126: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

(menyuarakan kejujuran), sebagaimana yang dilihat dan dirasakan, namun tidak terjebak pada jargon dan pamflet semata. Kritiknya terhadap penguasa sangat pedas, namun tidak terasa panas di dada. Tidak cengeng, tetapi tidak pula absurd. Karya prosanya seolah hanya bercerita, tapi tidak terjatuh pada dongeng. Dan inilah bagian penting dari ekspresi sastranya; selalu berupaya untuk menghindar dari bentuk-bentuk wacana khutbah, apalagi mengusung fatwa dan menggurui soal agama para pembacanya. Sehingga, karya-karya sastra yang dilahirkan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat pendukungnya.

4) Koreksi dan Introspeksi Diri

Tema lain yang diungkapkan penyair dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan

dan Tikus pada penelitian ini adalah koreksi dan introspeksi diri. Beberapa puisi dalam

antologi puisi Tadarus yang mengungkapkan tentang hal koreksi dan introspeksi diri ada

dalam beberapa puisi yang berjudul ”Puisi Berkata Padaku”, ”Lalat-lalat”, ”Pesona”,

”Tidur”, ”Puisi Islam”, ”Nasihat-nasihat”, ”Nurani”, dan ”Kulihat Wali-wali Allah”.

Dalam puisi berjudul ”Puisi Berkata Padaku” di bawah ini, penyair menunjukkan

bahwa kata dan kalimat yang disusun dalam puisi-puisinya mengalir dengan sendirinya

tanpa ada yang mencegah. Puisi-puisinya mengalir sejalan dengan tuntutan dan tuntunan

hidup tanpa ada yang mencegah termasuk diri penyair sendiri. Memang inilah hakikat

puisi, biarlah dia menjaga keberadaban yang mulai tercabik-cabik oleh situasi dan keadaan

yang amburadul. Dia bukan hanya indah dengan kata-kata, tetapi harus tetap

mengindahkan segala sesuatu yang mulai mengeruhkan jiwa. Tidak peduli bagi karya

penyair (A. Mustofa Bisri) sendiri.

Sebelum lahir puisiku bertanya padaku haruskah aku lahir

Dari rahimmu yang kering aku berkata diamlah

Dia berkata kalau aku harus lahir lahirkah aku

Seperti yang lain cantik dan indah kataku diamlah

Dia terus nerocos kalau aku harus lahir untuk apa

Harus cantik dan indah bukanlah cantik dan indah bagi yang berselera

Atau bagi maniak-maniak keindahan yang hingga lupa segala

Diamlah kataku

Tidak aku akan lahir sendiri. Diamlah. Apa adanya

Page 127: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Diamlah. Lihatlah aku akan lahir kau mau atau tidak aku tidak akan

Tergiur mempersolek diri cantik dan indah untuk yang belum

Mati rasa. Diamlah.

Aku tak akan pedulikan ambisi-harga-dirimu tak pedulu nafsu pamermu

Yang dekil-degil. Diamlah diamlah diamlah bentakku.

Tidak tidak tidak. Lahirku pun kau tak mampu membendung

Aku tetap kau mau atau tidak lahir dan bicara apa adanya

Aku sudah asah sendiri huruf-hurufku jangan coba-coba

Menumpulkannya dengan melumurkan karat-gengsi dan tahi-nama

Pada matanya berkilauan

Akan kutusuk-tusukkan mata kilaunya pada mata batin bertahi

Siapa saja termasuk jeroan-busukmu sendiri seperti mereka

Menusuk-nusuk ozonku

Menusuk-nusuk peradaban dan kemanusiaan mereka sendiri

Aku akan ganggu mereka meski sekejab-sekejab seperti mereka

Selama ini dan tak henti-hentinya mengganggu kebingungan

Yang belum sempat mengatur nafas.

Belum sempat aku mengatur nafas.

Puisiku telah melesat lahir dengan sendirinya.

(Tadarus: 1)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan bahwa melalui kata-kata dalam puisi-puisinya,

penyair mengungkapkan kesungguhan dalam merangkainya. Kata-kata yang terangkai

adalah bentuk kejujuran yang menyuarakan hati nurani yang akan terus menyeruak dan

meluncur keluar untuk menghadang segala macam kemungkaran dan kebatilan. Kata-kata

yang disusun penyair (A. Mustofa Bisri) bukanlah kata-kata manis untuk meninabobokkan

segala pujian dan sanjungan. Dia terus akan melesat maju dan menusuk-nusuk mendung

hati yang penuh gengsi, ambisi dan harga diri yang berlebihan (bagi siapapun). Termasuk

diri penyair (A. Mustofa Bisri).

Dalam puisi berjudul “Lalat-Lalat” berikut ini, menunjukkan pentingnya kesadaran

sikap rendah hati pada diri kita (termasuk penyair). Bahwa, kita bukanlah orang suci yang

menyuarakan kebajikan. Tapi kita seperti manusia lain, yang masih banyak kekurangan.

Sehingga segala (kata-kata) yang keluar dari diri kita, tidak seutuhnya bermuatan

Page 128: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

kebajikan. Akan tetapi, bisa jadi keburukan itu sendiri yang dibalut dengan kata-kata bijak.

Di borokku yang belum kering benar

Lalat-lalat dengan dingin bermain

Menari-nari nanar

Mabuk darah dan nanah

Helm-helmnya berkilatan

Sayap-sayapnya menggelepar

Menciptakan lagu lapar

Terbius aku sendiri

Rasa risi menyengat nyeri

Kuusir datang lagi kuusir datang lagi

Kuusir

Datang

Lagi. Sialan !

(Tadarus: 5)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan bahwa diri kita (termasuk penyair) bukanlah

orang suci dari segala hal (pikiran, ucapan, dan perbuatan). Kebaikan yang terlihat (dalam

pikiran, ucapan, dan perbuatan) adalah kebaikan yang dibalut dengan keindahan. Sehingga

tampak secara lahiriah adalah kebaikan dan kesempurnaan. Padahal, kita seperti umumnya

manusia yang lain, yang masih banyak kekurangan dan kelemahan serta sifat dan karakter

buruk lainnya dalam segala hal. Inilah sikap rendah hati yang sudah sepantasnya lebih

ditunjukkan dalam kehidupan.

Dalam puisi berjudul “Pesona” di bawah ini, penyair menunjukkan gambaran sikap

ketidakberdayaan diri (manusia) terhadap keberadaan benda ajaib yang bernama televisi.

Melalui televisi kita bisa dapatkan apapun yang menjadi keinginan kita dan seluruh

keluarga kita. Kita dapat hiburan dan informasi apapun, baik yang manfaat maupun

mudlarat. Kita tidak akan mampu membendung arus derasnya informasi, yang akan

memalingkan kita dan membuat kita semakin jauh dari-Nya.

Istriku, anank-anakku, sering-sering anak-anak tetanggaku,

pembantu-pembantuku, sering-sering pembantu-pembantu

Page 129: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

tetanggaku, hari-hari bersimpuh terpaku menghadap ke satu

kiblat menyimak sepenuh jiwa-raga entah apa.

Meja makan apalagi meja belajar hari-hari terlantar.

Telpon yang berderng-dering, pintu yang diketuk-ketuk

tamu,bahkan pengeras suara yang melengkin-lengkingkan

adzan tak terdengar. Tak ada seorang pun sudi meminjamkan

sebelah telinga saja, sekejap saja

Semua tenggelam dalam kekhusyukan-asyik yang ajaib

bagai tersihir pesona gaib.

Bagai wali-wali Allah dalam keadaan fana

ketika mengeja isyarat-isyaratNya.

Mereka sedang belajar dengan metoda belajar yang ampuh luar biasa.

Pelan-pelan tapi pasti pelajaran-pelajaran terserap bahkan

terhayati sampai ke sungsum-sungsum mereka

Mereka diajari menyanyi lagu apa saja,

menari apa saja,

mengaji apa saja,

di ajari masak-memasak yang sesuai

atau bertentangan dengan selera

diajari bermain komedi yang menyedihkan

dan drama yang menggelikan.

Mereka dididik membinasakan selera dan raa keindahan.

Mereka diajari bermain cinta

muali gaya Siti Nurbaya hingga Casanova,

bahkan mereka diajari membunuh dan meyiksa

dengan berbagai cara yang mendirikan bulu roma.

Mereka dididik membunuh rasa malu dan iba.

Tuhan, aku yang mendatangkan guru privat ajaib itu

Tentu saja dengan maksud yang mulia

Aku yang membayar uang bulanannya

Ternyata ketika ia menyihir keluargaku seenaknya

Aku tak bisa menghentikannya.

(Benda mati persegi itu salah satu bukti kehebatan khalifahMu

Page 130: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dan seperti sesamanya diciptakan karena ilmu pengetahuan dan kebanggaanlalu diproduksi besar-besaran karena mencari

keuntungan dan yang memanfaatkannya ada yang demi ilmu dan

kemajuan ada yang emi informasi dan hiburan ada yang demi

kepuasan dan kekayaan ada pula yang menggunakannya ikut-ikutan

atau asal menggunakan)

Tuhan, kami tak mampu menhentikannya atau memanfaatkannya

Musuh kami dan musuhMu lagi-lagi telah lebih dahulu

dengan sangat sempurna memanfaatkannya untuk misinya.

Memalingkan kami dariMu.

Tuhan, lihatlah menghadapi benda mati ciptaan sendiri pun

kami tak berdaya dan mengaku kepadaMu.

(Tadarus: 6)

Laik-larik puisi di atas menunjukkan bahwa pada umumnya (manusia) mengakui

akan ketidakmampuan diri untuk membendung arus informasi yang begitu deras memalui

media televisi, benda kotak ajaib yang menjanjikan berbagai macam hiburan dan

informasi. Media televisi merupakan wujud karya ilmu pngetahuan yang hebat dari

manusia sekaligus wujud ketidakberdayaannya manusia menghadapi dampak yang

ditimbulkan media tersebut. Sehingga antara manfaat dan mudlarat yang ditimbulkan, kita

susah untuk memilih dan memilahnya. Pada akhirnya, membuat diri kita semakin jauh

dari-Nya. Hal inilah, yang diungkap penyair, betapa lemahnya kita (manusia) untuk

membendung dampak negatif dari benda ciptaan kita sendiri. Apalagi untuk menghadapi

dan membandingkan dengan Kemahasempurnaan Sang Maha Pencipta.

Dalam puisi berjudul “Tidur” berikut ini, menunjukkan bahwa betapa lemahnya kita

(manusia). Bahwa dalam situasi dan kondisi apa pun kita masih terlalu lemah jika berada

di hadapan-Nya. Sehingga lalat pun dapat menunjukkan, bahwa kita pada dasarnya mampu

menyembunyikan keburukan dan kelemahan kita.

Wajahku diinjak-injak lalat

(Tadarus: 16)

Page 131: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Larik-larik puisi di atas menunjukkan, bahwa kelemahan dan keburukan yang kita

miliki akan terus nampak dalam keadaan dan kondisi apa pun. Inilah bukti, betapa rendah

dan lemahnya kita. Jika kita berada di hadapan-Nya.

Dalam puisi bertajuk “Puisi Islam” berikut ini, menunjukkan bahwa Islam yang kita

sandang dengan segala konsekuensinya dalam kehidupan masih dalam bentuk bangunan

fisik belaka. Belum pada tataran dan tuntunan batin atau hati. Sehingga apa yang kita

sandang, baik pakaian dan aksesorinya, pekerjaan, maupun gaya berkomunikasi dan

sebagainya. Seluruhya hanyalah berlabel Islam dari bungkusnya. Belum sampai pada

isinya, sehingga patut kita sangsikan diri kita dengan pertanyaan “Sudah Islamkah kita

dengan semua itu?”.

Islam agamaku, nomor satu di dunia

Islam benderaku, berkibar dimana-mana

Islam tempat ibadahku, mewah bagai istana

Islam tempat sekolahku, tak kalah dengan lainnya

Islam sorbanku

Islam sajadahku

Islam kitabku

Islam podiumku, kelas eksklusif yang mengubah cara dunia memandangku

Tempat aku menusuk kanan-kiri

Islam media massaku, gaya komunikasi islami masa kini

Tempat aku menikam sana-sini

Islam organisasiku

Islam perusahaanku

Islam yayasanku

Islam instansiku, menara dengan seribu pengeras suara

Islam mukatamarku, forum hiruk pikuk tiada tara

Islam bursaku

Islam warungku, hanya menjual makanan sorgawi

Islam supermarketku, melayani segala keperluan manusiawi

Islam makananku

Islam teaterku, menampilkan karakter-karakter suci

Islam festivalku, memerintahkan hari-hari mati

Page 132: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Islam kausku

Islam pentasku

Islam seminarku, membahas semua

Islam upacaraku, menyambut segala

Islam puisiku, menyanyikan apa

Tuhan, Islamkah aku?

(Tadarus: 29)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan pada kita tentang agama Islam yang kita

sandang, masih berupa label fiisk belaka. Belum menunjuk pada tataran sikap dalam hati.

Sehingga pakaian dan aksesorinya, pekerjaan, cara komunikasi dan sebagainya hanyalah

berupa label Islam. Sehingga secara terus-menerus, kita sanksi akan keberadaan Islam kita,

“Apakah kita kita memang sudah benar-benar Islam?” Kita sendirilah yang berhak

menjawabnya dengan nurani dan hati kita.

Dalam puisi berjudul “Nasihat-Nasihat” di bawah ini, menunjukkan akan kelemahan

kita untuk menerima berbagai macam seruan bijak berupa nasihat-nasihat di mana dan

kapan pun serta lewat media apa pun. Semakin sering kita dengar nasihat, semakin sering

pula kita melupakan dan tidak mengindahkannya.

Dari hari ke hari siang-malam nasihat-nasihat luhur itu

Menterorku menghadangku hingga di spanduk-spanduk jalan

Menguntitku hingga di stiker-stiker kendaraan menguberku

Dengan pengeras-pengeras suara yang memekik-mekik memekakkan

Mencegatku di pamflet-pamflet pagar-pagar rumah dari kantor

Mengusikku dari layar-layar bioskop dan seri-seri drama teve

Mengepungku di kolom-kolom Koran dan majalah mengurungkanku di

Mesjid-mesjid surau-surau gereja-gereja dan lanpangan-lapangan upacara …..

Hingga tak sempat aku melaksanakannya

(Tadarus: 63)

Larik-larik puisi menunjukkan pada kita pada setiap gerak dan langkah dalam

kehidupan kita tidak dapat lepas dengan petuah maupun nasihat-nasihat luhur. Di mana dan

kapan pun kita akan dihadapkan pada petuah maupun nasihat bijak tersebut. Misalnya

Page 133: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

lewat pengeras suara, pamflet-pamflet, layar bioskop dan televisi, koran, dan majalah.

Bahkan di surau, masjid, dan gereja juga pada tempat-tempat upacara. Semakin sering kita

dengar nasihat, semakin sering pula kita melupakan dan tidak mengindahkannya. Inilah

kelemahan kita yang sebenarnya. Banyaknya nasihat tidak membuat diri kita semakin baik,

tetapi berlaku sebaliknya pada diri kita.

Dalam puisi berjudul “Nurani” berikut ini, kita ditunjukkan bahwa nurani tidak lagi

menjadi pedoman kita dalam bersikap dan bertindak. Karena kita telah dininabobokkan

dengan berbgai hal yang menjauhkan diri kita darinya (nurani), semisal sikap materialistis

dan hedonistis.

Semula dengkurnya menggangu tidurku. Kini tak lagi.

(Tadarus: 66)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan ketidakberdayaan kita untuk menempatkan

nurani pada tempatnya. Kita telah banyak terbuai dengan dengan urusan dan kepentingan

yang berbau kebendaan dan duniawi. Inilah kelemahan kita yang secara terus-menerus ada

dalam sikap dan tindakan kita. Akan tetapi, terkadamg kita tidak menyadarinya.

Dalam puisi bertajuk “Kulihat Wali-Wali Allah” di bawah ini, menunjukkan pada

kita betapa lemah dan ringkihnya kita dibanding dengan para wali Allah (manusia yang

lebih dekat dengan Allah). Dengan segala Kasih Sayang-Nya, hati sanubari mereka terus

bercahaya menembus ruang dan waktu dan menghadirkannya dalam kehidupan.

Keberadaan mereka dapat menembus media apapun (tidak terbatas oleh ruang dan waktu).

Perilaku mereka adalah jalan dzikir untuk menuju jalan-Nya. Sedangkan kita hanya mampu

menyesali diri dengan segala keterbatasan dan kelemahan, hingga tak mampu berbuat

apapun selain penyesalan demi penyesalan.

Kulihat wali-wali Allah berterbangan

Dengan sayap-sayap dzikir

Page 134: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

menembus cahya

menuju

Maha Cahya.

Aku pun tergesa-gesa

Berangkat

Dengan sayap-sayap ringkih

Bagai laron menuju cahya

Wali Allah, wali Allah,

Jangan tinggalkan aku di bawah!

Tak terdengar jawab.

Senyap.

Di atas

Wali-wali Allah terus mencahya dan menderas

Di bawah

Aku tetap jadi rayap tanah

Menggerogoti diri sendiri

Hingga punah.

(Tadarus: 73-74)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan pada kita tentang perbandingan diri kita

dengan wali-wali Allah. Sebab jalan yang kita tempuh berbeda dengan para wali Allah.

Mereka menempuh jalan dzikir untuk selalu menuju ke jalan-Nya. Sedangkan kita

menempuh jalan lainnya, yang semakin menjauhkan diri dari jalan-Nya. Sehingga yang

kita masuki adalah kegelapan hati. Oleh karena itu, setiap hari kita dihadapkan pada

pernyataan dan kenyataan “tiada hari tanpa penyesalan diri”.

Sedangkan dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus yang mengungkapkan tema

koreksi dan introspeksi diri adalah beberapa puisi yang berjudul ”Huruf-huruf Hidup”,

”Les”, ”Andaikata”, ”Nasihat-nasihat Ramadan buat Mustofa Bisri”, dan ”Ya Rasulullah”.

Dalam puisi bertajuk ”Huruf-Huruf Hidup” di bawah ini, kita dihadapkan pada

Page 135: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

pengharapan sang penyair (A. Mustofa Bisri) agar apa yang terurai dalam kata dan kalimat

puisi-puisinya bisa menjadi untaian kata dan kalimat yang dapat menjadi petuah bijak bagi

diri penyair maupun pembacanya.

Huruf-huruf hidup

Huruf-huruf mati

Kurangkai-rangkai

Kujadikan setangkai kata

Ingin kusematkan

Tersenyumlah!

Di rekah bibirmu

Lalu tiuplah pelan-pelan

Biar bertebaran

Kalimat-kalimat keramat

Bagai manik-manik sorga

Di telaga

Hatiku.

(Pahlawan dan Tikus: 5)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan pada kita terhadap pengharapan penyair

terhadap untaian kata dan kalimat dalam puisi-puisinya menjadi petuah bijak bagi diri

penyair mapun bagi pembacanya.

Dalam puisi berjudul “Les” berikut ini, menunjukkan gambaran pemikiran penyair

yang berkelana di alam bawah sadarnya, yakni alam binatang. Ternyata di alam binatang,

berlaku aturan “Dilarang Mengganggu Manusia”. Sebuah sindiran bagi kita makhluk yang

bernama manusia, bahwa binatang pun mampu mengendalikan diri untuk tidak

mengganggu manusia. Bagaimana dengan manusia? Sudahkan tidak mengusik kehidupan

binatang. Kesanggupan itu terjadi masih dalam impian. Entah kapan dapat terwujud?

Les!

Tiba-tiba mimpi membawaku melayang

Melanglang alam binatang

Ternyata di sini tak seperti alam kita

Tak ada kata-kata

Page 136: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Hanya makna

Kecuali di suatu ruang

Mirip kebun binatang

Kubaca di depannya tulisan gambalng:

Kebun Manusia ‘Panggalipang’

Ketika masuk kulihat di mana-mana

Di antara kandang-kandang

Papan peringatan terpampang:

Awas, dilarang mengganggu manusia

Di sini aku tersesat

Ketika mencoba lepas lari

Dari mimpi

Les!

Tiba-tiba aku sudah berada

Di salah satu kandang

Dan

Kulihat diriku

Berusaha

Terjaga

(Pahlawan dan Tikus: 9)

Larik-larik puisi di atas kita ditunjukkan pemutarbalikan fakta tentang kehidupan

manusia yang masuk dalam kehidupan binatang. Dalam alam bawah sadarnya, penyair

beranggapan bahwa binatang masih memiliki sifat perikebinatangan, sehingga mereka

sayang terhadap manusia. Hal ini menunjukkan otokritik, bahwa kita (manusia) masih

belum memiliki kesadaran atas sifat perikemanusiaan kita untuk selalu menjaga

keseimbangan alam, termasuk menaruh rasa sayang terhadap binatang.

Dalam puisi bertajuk “Andaikata” di bawah ini menunjukkan akan kelemahan diri

kita (termasuk penyair), yang hanya bisa berkata andaikata. Sebuah kata harapan yang

menunjukkan kelemahan kita dalam segala hal. Yang kita punya hanya sikap kalah, resah,

luka, pilu, penuh air mata, renta dan menderita. Andaikata kita tidak memiliki semua

kelemahan itu, maka kita akan mampu melaksanakan apa yang kita ingin wujudkan dalam

kehidupan kita. Sehingga tidak akan lagi muncul dalam diri kita, kata-kata harapan

Page 137: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

andaikata tanpa sebuah usaha konkret.

Andaikata ku punya

Tak hanya

Lengan lunglai

Tempat kita meletakkan kalah

Andaikata ku punya

Tak hanya

Pangkuan landai

Tempat kita merebahkan resah

Andaikata ku punya

Tak hanya

Dada luka

Tempat kita menyandarkan duka

Andaikata ku punya

Tak hanya

Tangan kelu

Tempat kita menggenggam pilu

Andaikata ku punya

Tak hanya

Kata-kata dusta

Penyekam airmata

Andaikata ku punya

Tak hanya

Telinga renta

Penampung derita

Andaikata

Ku punya

Tak hanya

Andaikata

(Pahlawan dan Tikus: 9)

Larik-larik di atas menunjukkan sikap keputusasaan yang selalu ada dalam diri kita.

Sehingga apa yang kita hadapi ke depan hanya sebuah harapan dan cita-cita yang belum

pasti terwujud. Hal ini terjadi karena ketidakyakinan terhadap kemampuan kita dalam

Page 138: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

segala. Kita kebanyakan mendahulukan sikap putus asa sebelum melakukan tindakan

nyata.

Dalam puisi berjudul “Nasihat Ramadlan Buat A. Mustofa Bisri” berikut ini, kita

ditunjukkan cerminan diri dan sikap kita melalui untaian kata dari penyair (A. Mustofa

Bisri) dalam memaknai ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Banyak hal yang

semestinya dapat kita petik dari Ramadhan sebagai media tadzkiyah an nafs (penyucian

jiwa) dari segala macam penyakit hati dan jiwa. Puasa tidak hanya menahan lapar, dahaga,

dan segala hal yang membatalkan puasa. Lebih dari itu, puasa adalah media mengasah

pribadi kita untuk tetap dapat menahan diri dan bersikap sabar dalam segala hal. Sebab

yang akan kita raih adalah derajat taqwa, yakni puncak sikap penghambaan diri untuk

selalu dengan tulus dan ikhlas melaksanakan perintah-Nya dan menghindari segala

larangan-Nya.

Mustofa,

Jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan

Ramadlan bulan ampunan apakah hanya menirukan Nabi

Atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang

Menggerakkan lidahmu begitu

Mustofa,

Ramadlan adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya

untukNya dan ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkanNya

kepadamu. Semua yang khusus untukNya khusus untukmu.

Mustofa,

Ramadlan adalah bulanNya yang ia serahkan padamu dan bulanmu

Serahkanlah semata-mata padaNya. Bersucilah untukNya. Bersalatlah

UntukNya. Berpuasalah untukNya. Berjuanglah melawan dirimu sendiri

untukNya.

…………………………………………………………………….

Berpuasalah

Page 139: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Suci.

Kan Dirimu

Musrofa,

Bukan perut yang lapar bukan tenggorokan yang kering yang

Mengingatkan kedlaifan dan melembutkan rasa.

Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu

Atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa.

Barangkali lebih sabar sedikit dari mata tangan kaki dan kelamin, lebih tahu

Sedikit berpuasa tapi hanya kau yang tahu

Hasrat dikekang untuk apa dan siapa

………………………………………..

Tidak.

Puasakan

Hasratmu

Hanya untuk

Hadlirat

Nya

!

Ramadlan bulan suci katamu, kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah

Merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu

Tapi bukankah kau masih selalu menunda-nunda menyingkirkan kedengkian

Keserakahan ujub riya takabur dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari

Comberan hatimu?

Mustofa,

Inilah bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan hati

Mustofa,

Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu

Yang secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi

Kau puja selama ini.

Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini

Seperti Ramadlan-ramadlan yang lalu

(Pahlawan dan Tikus: 83-85)

Page 140: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Larik-larik puisi di atas menunjukkan cerminan diri kita melalui untaian kata dari

penyair (A. Mustofa Bisri) dalam memahami ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.

Ramadhan adalah media penempaan seorang hamba untuk mencapai derajat taqwa

(melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya). Ramadhan juga merupakan media

tadzkiyatun an nafs (penyucian jiwa) dari segala macam penyakit hati dan jiwa. Selain itu,

puasa adalah proses penempaan dan pelatihan diri untuk selalu dengan tulus dan ikhlas

dalam menahan diri terhadap segala hal yang merusak hati dan jiwa serta selalu dengan

tulus dan ikhlas pula menanamkan sikap sabar untuk menjalankan segala ibadah menuju

keridlaan-Nya.

Dalam puisi bertajuk “Ya Rasulullah” di bawah ini menunjukkan pada kita tentang

kemuliaan sang penghulu para Nabi, Rasulullah saw. Dengan kemuliaan akhlaknya, kita

(manusia umumnya) tidak akan mampu membandingkan dengan akhlak beliau. Sehingga

yang kita harapkan hanyalah syafaat (pertolongan) beliau di alam akhirat, yakni di lembar

kedua kehidupan nanti. Segala yang ada pada diri ini, jasad, ruh, dan seluruh panca indera

yang kita miliki setiap saat dan sebisa mungkin untuk selalu berharap syafaatnya. Akan

tetapi, setiap saat pula kita dengan mudahnya melakukan perbuatan yang tidak diinginkan

dan disenangi Rasulullah saw. Meskipun kita peluk dan yakini Islam, kita tanamkan

iman dalam hidup serta semampu kita untuk berbuat ihsan dalam setiap ibadah, tapi

sudahkah kita lakukan demi mengharap ridla-Nya dan berharap syafaat beliau Rasulullah

saw.

Aku ingin seperti santri berbaju putih

Yang tiba-tiba datang menghadapmu

Duduk menyentuh kedua lututnya pada lutut agungmu

Dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha-paha muliamu

Lalu aku akan bertanya ya rasulallah

Tentang islamku

Ya rasulallah

Tentang imanku

Ya rasulallah

Page 141: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Tentang ihsanku

Ya rasulallah

Mulut dan hatiku bersaksi

Tiada tuhan selain Allah

Dan engkau ya rasul utusan Allah

Tapi kusembah juga diriku astaghfirullah

Dan risalahmu hanya kubaca bagai sejarah

Ya rasulallah

Setiap saat jasadku salat

Setiap kali tubuhku bersimpuh

Diriku jua yang kuingat

Setiap saat kubaca salawat

Setiap kali tak lupa kubaca salam

Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh

Salam kepadamu wahai nabi juga rahmat dan berkat Allah

Tapi tak pernah kusadari apakah di hadapanku

Kau menjawab salamku

Bahkan apakah aku menyalamimu

Ya rasulallah

Ragaku berpuasa

Dan jiwaku kulepas bagai kuda

Ya rasulallah

Sekali-kali kubayar zakat dengan niat

Dapat balasan kontan dan berlipat

Ya rasulallah

Aku pernah naik haji

Sambil menaikkan gengsi

Ya rasulallah, sudah islamkah aku?

Ya rasulallah

Aku percaya allah dan sifat-sifatnya

Aku percaya malaikat

Percaya kitab-kitab sucinya

Percaya nabi-nabi utusannya

Aku percaya akherat

Percaya qadla – kadarnya

Seperti yang kucatat

Page 142: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dan kuhafal dari ustad

Tapi aku tak tahu

Seberapa besar itu mempengaruhi lakuku

Ya rasulallah, sudah imankah aku?

Ya rasulallah

Setiap kudengar panggilan

Aku menghadap Allah

Tapi apakah ia menjumpaiku

Sedang wajah dan hatiku tak menentu

Ya rasulallah, dapatkah aku berihsan?

Ya rasulallah

Kuingin menatap meski sekejap

Wajahmu yang elok mengerlap

Setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap

Ya rasulallah

Kuingin mereguk senyummu yang segar

Setelah dahaga di panggung kehidupan hambar

Hampir membuatku terkapar

Ya rasulallah

Meski secercah, teteskan padaku

Cahyamu

Buat bekalku sekali lagi

Menghampirinya

(Pahlawan dan Tikus: 86-88)

Larik-larik puisi di atas adalah wujud penghambaan diri penyair pada sang Pencipta

sekaligus pengakuan terhadap kemuliaan terhadap Nabi junjungan, Rasulullah saw. Jika

dibanding dengan akhlak Rasulullah saw, akhlak kita amatlah berbeda jauh baik pikiran,

ucapan, maupun sikap atau perbuatan. Beliau adalah uswatun hasanah (contoh yang baik)

dalam segala hal.

Meskipun kita akui dan yakini Islam sebagai pedoman hidup, kita imani apa yang

Page 143: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

menjadi pedoman rukun iman, dan semaksimal mungkin kita berbuat ihsan untuk meraih

ridla-Nya, tapi sudahkah kita benar-benar tulus dan ikhlas dalam melakukannya. Inilah

cermin kelemahan kita. Bahwa kita hanya bisa mengucapkan, tetapi belum bisa

menerapkan dalam kehidupan yang nyata, baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Dalam keadaan yang demikian, tiada lain pedoman kita selain beribadah untuk dapat

meraih ridla-Nya dan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memperoleh syafaat

beliau, Rasulullah saw di lembar kedua kehidupan nanti. Dengan cara meneladani sikap

dan perilaku beliau dalam kehidupan sehari-hari di alam fana ini.

Uraian analisis tema tentang ”koreksi dan introspeksi diri” yang terefleksi pada

beberapa puisi (dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus) di atas, dapat

disimpulkan bahwa dalam disadari atau tidak diri kita baik pada pikiran, ucapan, maupun

perbuatan dalam kehidupan ini masih penuh dengan berbagai keburukan dan kelemahan.

Sehingga tidak lain yang kita hadirkan dalam diri adalah sikap rendah hati, yakni

pengakuan atas segala keburukan dan kelemahan yang ada pada diri kita.

Segala kesempurnaan dan kemuliaan hanya milik Tuhan Yang Maha Sempurna dan

Maha Mulia. Termasuk beberapa manusia pilihan Tuhan, di antaranya para Nabi dan Wali

Allah. Mereka menjadi manusia yang dipilih Tuhan disebabkan oleh jalan dzikir yang

ditempuhnya untuk menggapai Cahaya Tuhan yang penuh dengan kasih sayang.

Kita yang belum menempuh jalan Tuhan tetap berusaha dengan jalan tadzkiyah an-

nafs (penyucian diri) melalui ibadah yang telah diperintahkan Tuhan dan menjauhi segala

perbuatan yang dilarang-Nya, dengan tulus dan ikhlas. Dengan terus-menerus

menyadarkan diri terhadap berbagai kelemahan dan kekurangan atau sikap rendah hati di

hadapan Tuhan. Sejalan dengan hal tersebut dikatakan oleh Slamet Effendy Yusuf dalam

Labibah Zain dan Lathiful Khuluq (eds.) (2009:215) sebagai berikut.

Sebagai kiai dan ulama, A. Mustofa Bisri memiliki pengetahuan yang luas tentang Tuhan, pencipta, makhluk, hakikat kehidupan, serta introspeksi diri dan sebagainya yang bernilai filosofis tinggi. Akibatnya, unsur-unsur Ketuhanan sangat melekat pada

Page 144: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

karya-karyanya (syair, puisi, cerpen,dll). Rangkaian kata-kata beliau adalah wujud dari penghambaan dan kepatuhan beliau sebagai makhluk kepada Sang Penciptanya. Bait-bait puisi dan syairnya sangat kental dengan untaian rasa syukur atas karunia-Nya. Hal ini pula yang membuat karya-karya indahnya sangat diminati, karena tidak hanya memberikan keindahan seni dan budaya, tetapi juga sarat akan makna serta mampu menyentuh dimensi emosi para pembaca. Tepat kiranya jika banyak orang kemudian menyebutkan bahwa puisi dapat menjadi sarana yang tepat untuk berdakwah. KH. Mustofa Bisri adalah bukti nyata.

5) Kesadaran Spiritual

Tema terakhir yang ingin diungkapkan oleh penyair dalam antologi puisi Tadarus

dan Pahlawan dan Tikus dalam penelitian ini adalah kesadaran spiritual. Dalam antologi

puisi Tadarus yang mengungkapkan tentang tema kesadaran spiritual adalah beberapa puisi

yang berjudul ”Titik-Titik Hujan”, ”Tadarus”, ”Buah Mata”, ”Di Pelataran-Mu Nan

Lapang”, ”Wanita Cantik di Multazam”, ”Tanpa Jarak”, ”Berlapis-lapis Cahaya

Menghadang”, ”Matahari”, ”Bulan”, ”Laut”, ”Langit”, dan ”Doa”.

Tampak dalam puisi yang berjudul ”Titik-Titik Hujan” berikut ini, penyair

mengungkapkan permohonan perlindungan dan rahmat hanya kepada Tuhan dari berbagai

godaan, musibah, dan kerumitan hidup.

Titik-titik hujan terus

Mengetuk-ngetuk malam-dinginku

Mengabarkan kesedihan langit

Sekali-kali kulihat kilat

Matanya yang geram tajam

Menyeruak pekat

Seperti mencariku hendak menikam

Hatiku yang kecil kecut

Kupeluk diriKu kencang-kencang

Dalam gigil yang semakin dahsyat

Tuhan, selimutilah aku

Page 145: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dengan rahmatMu.

(Tadarus: 33)

Larik-larik dalam penggalan puisi di atas mengungkapkan gambaran tentang godaan,

musibah, dan masalah dalam hidup akan datang terus pada diri manusia (termasuk penyair)

seperti tak akan pernah berakhir. Penyair menggunakan metafora untuk melambangkannya

dan menggambarkan suasana hati, seperti titik-titik hujan malam dingin, kesedihan langit,

dan matanya yang geram tajam menyeruak pekat. Puncak kekalutan manusia digambarkan

dengan dalam gigil yang semakin dahsyat. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak

memiliki kekuatan untuk melawan kekalutannya. Sebagai makhluk yang lemah, manusia

selalu dihantui beragam masalah kehidupan hingga membuatnya sangat menderita. Dan,

hanya kepada Tuhan manusia memohon perlindungan dan rahmat serta kekuatan untuk

mengarungi pasang surut kehidupan.

Hal lain yang diangkat penyair dalam puisinya adalah sindiran kepada manusia yang

beribadah dengan niat memuaskan nafsu dunianya. Sebagaimana yang tergambar dalam

puisi berjudul ”Tadarus” di bawah ini.

...................................................................................

Ya Tuhan, kemana gerangan belalang malang ini ‘kan terlempar?

Gunung amal yang dibanggakan

Jadikah selembar bulu saja memberati timbangan

Atau gunung-gunung dosa akan memberati timbangan

Bagi persembahan lidah Hawiyah?

Ataukah, o, kalau saja maharahmatMu

Akan menerbangkannya ke lautan ampunan

Shadaqallahul’ Adhiem

Telah selesai ayat-ayat dibaca

Telah sirna gema-gema sari tilawahnya

Marilah kita ikuti acara selanjutnya

Masih banyak urusan dunia yang belum selesai

Masih banyak kepentingan yang belum tercapai

Masih banyak keinginan yang belum tergapai

Page 146: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Marilah kembali berlupa

Insya Allah Kiamat masih lama. Amien.

(Tadarus: 46)

Tampak sekali pada larik-larik puisi di atas bahwa belalang malang, yang tidak lain

adalah metafora untuk manusia yang merasa memiliki banyak amal ibadah tetapi tak

memiliki nilai dalam pandangan Tuhan. Karena ibadah mereka tersebut tidak didasari niat

ikhlas demi mengagungkan Tuhan, maka gunung amal yang dibanggakan tersebut bisa

saja berubah menjadi selembar bulu saja saat perhitungan amal di hari kiamat nanti.

Sindiran yang lebih keras lagi adalah begitu tidak bermaknanya bacaan ayat-ayat

Alquran bagi sebagian manusia. Mereka sama sekali tidak memahami makna ayat-ayat

Alquran yang baru dibacakan, apalagi mengamalkan kandungan ajarannya. Mereka lebih

sibuk memikirkan dan menenggelamkan diri dalam kesibukan-kesibukan duniawi.

Puncaknya, yakni sindiran yang paling keras terhadap keteledoran manusia yang

menganggap bahkan sangat yakin, bahwa kiamat masih lama. Mereka merasa hari

pembalasan itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, mereka leluasa

berbuat dosa dan bersenang-senang dengan melupakan lembar kedua kehidupan, yakni

akhirat.

Penyair juga mengangkat gambaran proses penciptaan manusia, sebagaimana dalam

puisi berjudul ”Buah Mata”. Gambaran tersebut seperti yang terkandung dalam kitab suci

(Alquran).

Sekali pancar cintamu melepas-luncurkan ratusan juta

Makhluk hidup yang tak kasatmata

Berlomba berenang di garba istrimu yang tercinta

Berebut mahkota

Yang membuahkan buah mata

Ikutlah sesekali meluncur berenang dalam sungai cintamu

Page 147: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Sampai ke garba kahidupan

Lihatlah proses agung penciptaan anakmu yang dahsyat

Wahai alangkah rumit

Wahai alangkah ajaib

Wahai alangkah wahai

Nutfah jadi darah

Darah jadi daging

Kaukah yang menjadikan

Kulit membalut daging

Daging membalut tulang

Tulang membalut sungsum

Kaukah yang membalut

Oto-otot

Urat-urat

Saraf-saraf

Resepto-resepto

Kelenjar-kelenjar

Sel-sel

Bulu-bulu

Rongga-rongga

Pori-pori

Usus-usus

Paru-paru

Mata

Hidung

Telinga

Mulut

Limpa

Ginjal

Kelamin

Dubur

Jantung

Otak

Hati

Ruh.

Lihatlah air cinta yang kau tumpahkan

Bagai hujan tumpah ke bumi

Page 148: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Bumi membelah diri

Bagi suatu kelahiran

Kau tak meniupkan ruh tak meniupkan cipta

Bagaimana anakmu mampu hidup dan mencipta

Kau tak memasang indera tak memasang anggota

Bagaimana anakmu mampu mengindera dan nyata

Kau tak menitipkan rasa tak menitipkan kaya

Bagaimana anakmu mampu merasa dan berkata

Kau tak menitipka benci tak menitipkan cinta

Kau tak emnitipkan senyum tak menitipkan airmata

Bagaimana anakmu mampu tersenyum dan mengucrukan airmata

Kau tak meniupkan apa-apa tak menitipkan apa-apa

Karena memang kau seperti anakmu juga

Sejak mula tak memiliki apa-apa

Bagaimana kau mengaku segala apa?

Kau tahu

Pemiliknya yang sejati

Menitip-amanatkan padamu

Dan tak pernah berhenti

mengawasimu

(Tadarus: 76)

Dalam puisi ini digambarkan bahwa Tuhan adalah Zat Yang Mahakuasa. Tuhan

menciptakan manusia dari sperma hingga menjadi janin melalui proses yang rumit dan

ajaib. Selain itu, larik-larik puisi tersebut juga memaparkan bahwa pada dasarnya manusia

tidak memiliki kekuatan, selain kekuatan dari Tuhan. Orang tua yang melahirkan anak

pada hakikatnya sama sekali tidak memiliki kekuasaan terhadap anaknya. Pemilik sejati

anak-anak mereka tsb adalah Tuhan.

Namun, penyair mengingatkan kita (manusia) bahwa Tuhan mengamanatkan anak-

anak itu kepada para orang tuanya agar merawat, mengasuh, dan mendidik sesuai ajaran

Tuhan. Pada hari kiamat nanti, para orang tua akan dimintai pertanggungjawaban dan tidak

sedikit pun mereka bisa mengelak, karena Tuhan tidak pernah berhenti mengawasinya.

Page 149: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dalam puisi berjudul ”Di Pelataran-Mu Nan Lapang” di bawah ini, kita ditunjukkan

pengalaman religi si penyair saat berada di masjidil haram (Makkah) suatu tempat yang

menjadi kiblat umat Islam sejagad. Di tempat itu yang ia jumpai hanya pemujaan dan

pemujian hamba kepada Tuhan, Sang Maha Pencipta. Mereka kumandangkan tahlil,

tahmid dan takbir secara terus-menerus seolah tanpa putus-putusnya. Satu tujuan mereka,

hanya berharap atas ampunan dosa dari-Nya.

Di pelataran agungMu nan lapang

Kawanan burung merpati

Sesekali sempat memunguti

Butir-butir bebijian

Yang Kau tebarkan

Lalu terbang lagi Menggores-gores biru langit

Melukis puja-puji

Nan hening

Di pelataran agungMu nan lapang

Aku setitik noda

Setahi burung merpati

Menempel pada pekat gumpalan

Yang menyeret warna

Bias kelabu

Berputaran

Mengabur melayu

Luruh dalam gemuruh Talbiah

Takbir dan tahmid

Di kejar dosa-dosa Dalam kerumunan dosa

Ada sebaris doa

Siap kuucapkan Lepas

Terhanyut airmata

Tersangkut di kiswah

Nan hitam

Page 150: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Di pelataran agungMu nan lapang

Aku titik-titik tahi merpati

Menggumpal dalam titik noda

Berputaran

Mengabur melaju

Luruh dalam gemuruh Talbiah

Takbir dan tahmid

Mengejar ampunan Dalam lautan ampunan

Terpelanting Dalam

Khauf dan raja

(Tadarus: 37-38)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan kepada kita sebuah bukti totalitas

penghambaan manusia kepada Sang Khaliq, Allah swt. Tiada lain yang diucapkan, selain

sanjungan dan pujian kepada-Nya semata, dengan tahlil, tahmid, dan takbir. Dengan

berharap ampunan atas segla dosa dan khilaf yang di sandangnya.

Sebagaimana puisi sebelumnya, dalam puisi berjudul “Wanita Cantik di Multazam”

berikut ini, kita ditunjukkan sebuah gambaran pengalaman spiritual penyair pada saat di

Multazam, sebuah tempat yang diyakini umat Islam berdsarkan sabda Nabi Muhammad

saw sebagai tempat yang mustajabah (terkabulnya segala doa dan pinta hamba). Di sinilah

penyair seolah menemukan sebuah wujud pertemuan yang indah dalam ibadah, saat

bersatunya kalbu dengan Tuhan. Pertemuan ini digambarkan seolah pertemuannya dengan

sosok wanita cantik.

Di tengah-tengah himpitan daging-daging doa di pelataran

rumahMu yang agung aku mengalirkan diri dan ratapku

hingga terantuk pada dinding-mustajabMu menumpahkan

luap-pintu di dadaku

kubaca segala yang bisa kubaca dalan berbagai bahasa runduk

Page 151: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

hamba dari tahlil dari tasbih ke tahmid dari

tahmid ke takbir

dari takbir ke istighfar dari istighfar ke syukur dari

syukur ke khauf dari khauf ke raja

dari raja ke khauf

raja khauf

khauf raja

khaufraja

sampai tawakkal

tiba-tiba sebelum benar-benar fana melela dari arah multazam

seorang wanita cantik sekali

masya Allah tabarakAllah!

Allah, apa amalku jika kurnia

Apa dosaku jika coba?

Allah, putih kulitnya dalam putih kerudungnya

Indah sekali alisnya

Indah sekali matanya

Indah sekali hidungnya

Indah bibirnya

Dalam indah wajahMu

Allahku, kunikmati keindahan dalam keindahan

di atas keindahan di bawah keindahan

di kanan-kiri keindahan

di tengah-tengah keindahan yang indah sekali

Allahku, inilah kerapuhanku! Tak kutanyakan kenapa

Engkau bertanya bukan ditanya kenapa

Tapi apa jawabku? - - ampunilah aku - - tanyalah jua yang

Kupunya kini:

Allahku, mukallafkah aku dalam keindahanMu?

(Tadarus: 39-40)

Larik-larik puisi di atas adalah wujud pengalaman spiritual, yakni pertemuan antara

Page 152: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

penyair dengan Tuhan dalam ikatan kalbu penghambaan dan pengharapan yang amat

dekat. Pertemuan itu terjadi di Multazam, sebuah tempat di mana terkabulnya doa dan

pinta hamba (umat manusia). Pertemuan itu diumpamakan dengan perjunpaan dengan

sosok wanita yang cantik.

Dalam puisi berjudul “Tanpa Jarak” berikut ini, kita ditunjukkan posisi

penghambaan penyair kepada Tuhan sekaligus pengalaman spiritualnya, begitu dekat

hatinya dengan Tuhan. Sehingga dalam bentuk komunikasi apapun seakan-akan dia dengan

Tuhan begitu dekat, tanpa jarak.

Tanpa jarak

Maka entah rapat entah berantara

Tanpa aksara

Maka entah diam entah bicara

Tanpa ketika

Maka entah sebentar entah lama

Tanpa masa

Maka entah kekal entah fana

Tanpa janji

Maka entah berpisah entah bersua

(Tadarus: 64)

Larik-larik puisi di atas adalah wujud pengalaman spiritual penyair dengan Tuhan,

bahwa dia dengan Tuhan begitu dekatnya, seakan tanpa sekat yang menghadang. Meskipun

dalam waktu dan tempat yang berbeda. Sebuah wujud komunikasi (bentuk ikatan batin),

penyair merasakan hatinya begitu dekat dengan Tuhan.

Dalm puisi berjudul “Berlapis-lapis Cahaya Menghadang” berikut ini, kita

ditunjukkan sebuah pencarian diri (penyair) agar keberadaan batinnya selalu dekat dengan

‘Cahaya’ Tuhan. Sebab tanpa adanya cahaya Tuhan, hakikat hidupnya tidak bermakna.

Berhamburan deras cahaya Tuhan di alam semesta seakan memberi rahmat pada semua

makhluk ciptaan-Nya. Sungguh besar kasih Tuhan pada semesta dan penyair ingin selalu

menjadi bagian dari ‘Cahaya’ Tuhan itu, agar dapat menjadi penerang bagi siapapun yang

Page 153: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

membutuhkan.

Berlapis-lapis cahya menghadang

Lepas satu bermilyar-milyar pijar

Menghambur menyilau pandang

Memancar mentari

Menerangi langit dan bumi

Makhluk-makhluk hidup

Makhluk-makhluk mati

Yang terbang dan mengangkasa

Yang merayap dan melata

Yang menyelam dan berenang

Menyilau pandang

Kututup mataku

Barangkali dengan gelap bisa

Kutembus pijar-pijar dan lapis-lapis cahya

Sia-sia

Boleh jadi aku mengandung pijar-pijar

Tapi aku ingin cahya

O, Maha Cahya

Yang dilindungi cahya-cahya,

Cahyakanlah aku

Agar aku bisa meyatu

Dengan cahya-cahyaMu

Atau kalau tidak jadikanlah aku

Sekilas pijar agar mampu

Merenangi cahya-cahyaMu

menujuMu

(Tadarus: 68)

Larik-larik puisi di atas menggambarkan sebuah keinginan yang luar biasa dari diri

penyair akan curahan ‘cahaya’ Tuhan. ‘Cahaya’ Tuhan adalah bagian dari kemahabesaran

dan Maha Kasih Tuhan pada alam semesta, Dia penerang tanpa batas, kecuali pada

saatnya nanti (kiamat) Dia sendiri yang mencabut cahaya itu dari semesta. Penyair ingin

selalu menjadi bagian dari ‘Cahaya’ Tuhan itu, sehingga dapat menjadi penerang bagi

siapapun yang membutuhkan.

Page 154: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dalam beberapa puisi berjudul “Matahari”, “Bulan”, “Laut”, dan “Langit” berikut

ini, kita ditunjukkan sebuah keberadaan kepasrahan total diri penyair terhadap

Kemahabesaran Tuhan. Dia kuasa atas penciptaan semua makhluk-Nya. Keberadaan

matahari, bulan, laut, dan langit dengan segala manfaatnya, adalah bukti kemahabesaran-

Nya. Termasuk bergerak dan bertindaknya keempat makhluk ciptaan-Nya tersebut dalam

rotasi masing-masing, berjalan atas izin dan sesuai dengan sunatullah (hukum Allah)

untuk kemanfaatan semesta. Matahari terbit dan terbenam, bulan dengan pantulan

sinarnya yang indah menerangi malam, laut yang amat luas, dan langit yang terhampar

bebas tanpa batas adalah ibarat ilmu Tuhan yang tak akan pernah habis. Semuanya itu

diakui oleh penyair, akan kemahabesaran dan kuasanya Tuhan, pencipta semesta.

Jika terbit disini

Aku tak perduli tenggelam dimana

(Tadarus: 69)

Bulan,

Ayo berpandang-pandangan

Siapa yang lebih dahulu berkedip

Menemukan atau kehilangan pesona wajahNya.

(Tadarus: 70)

Laut,

Aku ingin meminum habis airmu

Tapi untuk apa?

(Tadarus: 71)

Langit,

Adakah langit di atas birumu?

(Tadarus: 72)

Larik-larik dari empat puisi di atas adalah wujud kesadaran spiritual penyair akan

kebesaran dan kuasa Tuhan, dalam menciptakan semesta dan segala isinya. Tuhan

ciptakan matahari, bulan, laut, dan langit dan semua ciptaan-Nya bukanlah hal yang sia-sia

Page 155: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dan kesemuanya berjalan dan bergerak sesuai dengan sunnah-Nya (perintah dan mandat-

Nya).

Puisi lain yang sangat kental dengan nuansa spiritualnya adalah puisi yang berjudul

”Doa”. Puisi ini menunjukkan pada kita terhadap sebuah pengungkapan pengakuan penyair

kepada Tuhan dengan segala sifat kesempurnaannya. Sifat-sifat Tuhan yang dkenal adalah

yang terangkum dalam 99 nama baik bagi Tuhan (al asma al husna). Kita (manusia) hanya

berharap dan memohon pada-Nya, agar diberi perlindungan, pertolongan dan ampunan-

Nya atas segala yang menjadi kelemahan dan kesalahan kita. Selanjutnya, kita dituntun

pula oleh penyair untuk selalu mencari ridla-Nya. Sebab tanpa ridla-Nya semata, apa yang

kita dapatkan ini hanyalah sebuah kesia-siaan hidup belaka.

Ya Allah ya Rahmanu

Wahai Tuhan Yang Maha penyayang

Sayangilah kami

terutama ketika kami lalai dan mabuk kepayang

Ya Allah ya Rahiimu

Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih

Kasihilah kami

terutama ketika kami kalah dan tersisih

Ya Allah ya Maliku

Wahai Tuhan Yang Maharaja

Rajakanlah kami

atas nafsu-nafsu kami yang manja

...................................................................................

Ya Allah ya Jaliilu

Wahai Tuhan Yang Maha luhur

Luhurkanlah derajat kami

Kelak bersama para nabi, wali, dan ulama jumhur

Ya Allah ya Kariimu

Wahai Tuhan Yang Maha murah

Page 156: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Anugerahilah kami

Dari kemurahanMu yang tak pernah berkurang walau sezarah

Ya Allah ya Raqiibu

Wahai Tuhan Yang Maha mengamati

Tajamkanlah pengamtan kami

Terhadap tipuan-tipuan halus setan dan noda-noda hati

.........................................................................................

Ya Allah ya Waaritsu

Wahai Tuhan Yang Maha waris

Wariskanlah kepada kami

Pengetahuan dan keteguhan para nabi

Untuk meneruskan perjuangan sesuai garis

Ya Allah ya Rasyiidu

Wahai Tuhan Yang Maha penuntun

Tuntunlah kami ke jalan yang benar

Dan jadikanlah kami hamba yang santun

Ya Allah ya Shabuuru

Wahai Tuhan Yang Maha sabar

Jadikanlah kami

Hamba yang sabar dan terhadap hawa nafsu tidak mengumbar

Amin.

(Tadarus: 79-93)

Larik-larik dalam puisi di atas, penyair menuntun kita untuk selalu memanfaatkan Al

Asmaul Al Husna (nama-nama baik bagi Tuhan) dalam mengawali setiap berdoa. Nama-

nama Tuhan tersebut adalah petunjuk bagi kita terhadap segala Keagungan-Nya dan itulah

yang menjadi sumber inspirasi untuk menjadi hamba yang baik. Misalnya, setelah

menyebut Ya Allah ya Lathiifu (Mahalembut), dia kemudian memohon lembutilah kami

dan lebutkanlah hati kami sebelum kian berkabut.

Di beberapa larik lainnya, setelah menyebut Ya Allah ya Hadii (Maha Pemberi

Page 157: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Petunjuk), dalam berdoa tunjukkanlah kami jalan yang lurus yang harus kami lalui seperti

Engkau perintahkan. Satu bait lainnya, setelah menyebut Ya Allah ya Baqii, maka

bermohonlah kekalkanlah keyakinan kami terhadap pertolonganMu hingga kami tak

pernah berhenti tawakkal.

Selain esensi pentingnya berdoa, sebagai perjalanan spiritual menuju ‘Cahaya’

Tuhan. Puisi ini sarat akan sifat-sifat mulia Tuhan yang patut diteladani manusia sebagai

hamba-Nya. Dengan meneladani sifat-sifat tersebut, diharapkan manusia bisa memperbaiki

kualitas diri dan hidupnya.

Sedangkan dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus yang mengungkapkan tema

tentang kesadaran spiritual adalah beberapa puisi yang berjudul ”Ibu”, ”Kurban”, ”Nazar

Ibu di Karbala”, ”Hizib Nashar Wali Quthub Asy-Syadzili”, dan ”Doa Akasyah”.

Puisi ”Ibu” kita ditunjukkan sebuah penggambaran spiritual penyair akan

penghormatan dan pujian kepada seorang ibu, yang menurut hadist Nabi Muhammad saw,

bahwa sosok seorang ibu sangat dimuliakan oleh Tuhan. Ibu ibarat kesempurnaan ciptaan

Tuhan yang amat berharga dan bermanfaat. Ibu juga yang akan membawa perjalanan

bahagia maupun sengsara buah kasihnya, sehingga Tuhan berkenan memberi amanat

membawa surga di bawah telapak kakinya. Tiada lain yang diharap penyair, selain

bermohon pada-Nya agar ibunya diselalu diberi kemuliaan dan kasih sayang seperti

kemuliaan dan kasih sayang Tuhan kepada para kekasih-Nya.

Ibu

Kaulah gua teduh

tempatku bertapa bersamamu

sekian lama

Kaulah kawah

dari mana aku meluncur dengan perkasa

Kaulah bumi

yang tergelar lembut bagiku

melepas lelah dan nestapa

Page 158: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

gunung yang menjaga mimpiku

siang dan malam

mata air yang tak brenti mengalir

membasahi dahagaku

telaga tempatku bermain

berenang dan meyelam

Kaulah, ibu, laut dan langit

yang menjaga lurus horisonku

Kaulah, ibu, mentari dan rembulan

yang mengawal perjalananku

mencari jejak sorga

di telapak kakimu

(Tuhan,

aku bersaksi

ibuku telah melaksanakan amanatMu

menyampaikan kasih sayangMu

maka kasihilah ibuku

seperti Kau mengasihi

kekasih-kekasihMu

Amin).

(Pahlawan dan Tikus: 37)

Larik-larik puisi di atas adalah penggambaran kesadaran spiritual penyair tentang

sosok seorang ibu, yang disebut pula sebagai wakil Tuhan di bumi. Sejak dalam

kandungan, setiap manusia telah merasakan besarnya pengorbanan seorang ibu. Hal ini

digambarkan dengan kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu sekian lama. Selama

sembilan bulan mengandung, seorang ibu pasti mengalami berbagai hal yang berat.

Namun, dengan suka cita dia menjalaninya karena besarnya rasa cinta kepada janin yang

dikandungnya.

Setelah sang bayi lahir, rasa cinta ibu tidak berkurang, justru semakin berlimpah. Dia

mengasuh, memanjakan, mendidik, dan menjaga anaknya sepenuh hati. Dalambait-bait

puisi tersebut, tergambar sangat jelas betapa besar jasa ibu bagi anaknya.

Page 159: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Karena itu, setiap anak sudah seharusnya berbakti kepada ibunya. Meskipun tidak

sebanding dengan pengorbanan ibu, memanjatkan doa untuk ibu adalah hal yang mulia

untuk dilakukan. Bait terakhir puisi tersebut merupakan sebuah doa yang sangat dalam

maknanya.

Puisi lain yang juga bernuansa spiritual berjudul ”Kurban”. Puisi ini mengangkat

sebuah puncak perjalanan spiritual, yakni ibadah haji. Peristiwa dalam puisi ini adalah

pengalaman spiritual penyair pada saat melaksanakan ibadah haji. Salah satu peristiwa ini

adalah terkait dengan sejarah yang dialami Nabi Ibrahim as, istri (Siti Hajar), dan putra

beliau (Nabi Ismail as).

di sana

barangkali ibrahim, hajar, dan ismail pun mengawasi

lautan kafan kepasrahan berputar-putar

mengitari titik bumi

allahu akbar!

Meluap-luap di pelataran suci

mencoba menyapu sampah dalam diri selama ini

allahu akbar!

Menderas arus berkejar-kejaran

putar-balik antara bukit shafa dan marwah

meyakinkan diri akan penerimaan

sebelum tumpah menutup padang arafah yang ramah

allahu akbar!

Meluber ke muzdalifah membanjiri mina yang menyerah

allahu akbar!

Lalu balik melimpah menggenangi ka'bah

dan menyatu dengan mataair zamzam yang pemurah

allahu akbar!

Di sini pun

kerelaan ibrahim, kepatuhan hajar, dan kepasrahan ismail

menguji kesayangan

yang dikurbankan

bismillahi allahu akbar!

Relakah sepenuh hati relakah!

Page 160: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Relakan sepenuh hati relakan!

Bismillahi allahu akbar!

Kurelakan permataku semata wayang

bismillahi allahu akbar

adakah yang lebih tersayang melebihi putera tersayang

adakah yang lebi berharga melebihi nyawa

kecuali kasihnya

yang menanti di batas ketulusan?

Hari ini pun

agaknya hingga kapan pun

kurban tetap tak seberapa

takbir tak seberapa

tahmid tak seberapa

tapi terimalah, tuhan!

Bismillahi allahu akbar walillahil hamdu!

(Pahlawan dan Tikus: 72)

Larik-larik puisi di atas adalah gambaran perjalanan spiritual penyair saat

menjalankan ibadah haji, di antaranya pada saat melaksanakan ibadah thawaf

(mengelilingi Kakbah) dilambangkan dengan lautan kafan kepasrahan berputar-putar

mengitari titik bumi. Sedangkan para jamaah haji yang sedang melaksanakan ibadah sa’i

(berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah) dilambangkan dengan menderas arus

berkejar-kejaran putar-balik antara bukit shafa dan marwah. Sementara itu, jamaah haji

yang tengah wukuf di Arafah dilambangkan dengan tumpah menutup padang arafah yang

ramah.

Lebih dari itu, penyair mengingatkan esensi ritual-ritual haji tersebut. Thawaf,

misalnya, merupakan upaya menyapu sampah dalam diri selama ini atau melebur dosa-

dosa yang telah dilakukan. Sedangkan sa’i merupakan usaha meyakinkan diri akan

penerimaan atau memantapkan keimanan.

Ibadah haji memiliki kaitan yang sangat erat dengan sejarah Nabi Ibrahim as, istri

(Siti Hajar), dan putra beliau (Nabi Ismail as). Hikmah keteladan yang dapat dipetik adalah

Page 161: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

kerelaan Ibrahim as, kepatuhan Hajar, dan kepasrahan Ismail as saat Tuhan menguji iman

mereka dengan menyembelih Ismail. Karena itu, kurban binatang yang dilakukan saat Idul

Adha sama seklai tidak sebanding dengan pengorbanan Nabi Ibrahim as yang rela putra

beliau (Nabi Ismail as) untuk disembelih sebagai wujud penghambaan dan mematuhi

perintah Tuhan.

Puisi berikutnya berjudul ”Nazar Ibu di Karbala”. Puisi ini penyair menggambarkan

sebuah pengalaman spiritual seorang ibu yang berjiwa besar saat berdoa dan bernazar di

depan makam di sebuah wilayah di Iraq, yakni Karbala. Dalam pemikiran penyair, ibu ini

sangat luar biasa. Betapa tidak? Meskipun Tuhan mengujinya dengan cobaan yang amat

berat, suaminya meninggal, anaknya kehilangan satu kaki, dan rumahnya hancur akibat

perang, dia tetap berbesar hati. Sebab hal ini tidak sebanding dengan ujian dan cobaan

yang dialami cucu Rasulullah saw, Sayyidina Husain binta Sayyidatina Fatimah Az Zahra.

Inilah bukti kesadaran spiritual yang tinggi seorang hamba akan ’Cahaya’ dari Tuhannya.

pantulan mentari

senja dari kubah keemasan

mesjid dan makam sang cucu nabi

makin melembutkan pada genanga

airmata ibu tua

bergulir-gulir

berkilat-klat

seolah dijaga pelupuk

agar tak jatuh

indah warnanya

menghibur bocah berkaki satu

dalam gendongannya

tapi jatuh juga akhirnya

manik-manik bening berkilauan

menitik pecah

pada pipi manis kemerahan

puteranya

“ibu menangis ya, kenapa?

Page 162: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Meski kehilangan satu kaki

bukankah ananda selamat kini

seperti yang ibu pinta?”

“airmata bahagia, anakku

kerna permohonan kita dikabulkan

kita ziarah kemari hari ini

memenuhi nazar ibumu”

cahaya lembut masih memantul-mantul

dari kedua matanya

ketika sang ibu tiba-tiba brenti

berdiri tegak di pntu makam

menggumamkan salam:

“assalamu'alaika ya sibtha rasulillah

salam bagimu, wahai cucu rasul

salam bagimu, wahai permata zahra”

lalu dengan permatanya sendiri

dalam gendongannya

hati-hati maju selangkah selangkah

menyibak para peziarah

yang begitu meriah

disentuhnya dinding makam seperti tak sengaja

dan pelan-pelan dihadapkannya

wajahnya ke kiblat

membisikkan munajat:

“terimakasih, tuhanku

dalam galau perang yang tak menentu

engkau hanya mengujiku

sebatas ketahananku

engkau hanya mengambil suami

gubuk kami

dan sebelah kaki

anakku

tak seberapa

dibanding cobamu

terhadap cucu rasulmu ini

engkau masih menjaga

kejernihan pikiran

Page 163: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dan kebeningan hati

tuhan,

kalau aku boleh meminta ganti

gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku

dengan kepasrahan yang utuh

dan semangat yang penuh

untuk terus melangkah

pada jalan lurusmu

dan sadarkanlah manusia

agar tak terus menumpahkan darah

mereka sendiri sia-sia

tuhan,

inilah nazarku

terimalah.”

(Pahlawan dan Tikus: 34)

Larik-larik puisi di atas adalah wujud kesadaran sipiritul yang tinggi, yang dialami

seorang ibu di sebuah makam di daerah Iraq, yakni Karbala. Meskipun Tuhan mengujinya

dengan cobaan yang berat, dia tetap tabah. Sebab ujiannya tersebut tak sebanding dengan

ujian Tuhan terhadap cucu Rasulullah saw, yakni Sayyidina Husain putra dari Sayyidatina

Fatimah Az Zahra. Ibu itu terus memohon kepada Tuhan dan bernazar agar kiranya tidak

ada lagi pertumpahan darah di antara manusia, jadikan manusia hidup dalam ketentraman

dan kedamaian.

Puisi berjudul ”Hizib Nashar Wali Quthub Asy-Syadzili” berikut ini adalah wujud

kesadaran spiritual penyair akan perlindungan dan bantuan Tuhan terhadap dirinya. Hizib

Nashar adalah sebuah ritual doa yang biasa dilaksanakan di kalangan santri untuk tujuan

perlindungan dan benteng diri dari segala macam ancaman dan bencana baik yang datang

dari diri sendiri maupun orang lain.

Ya Allah,

Dengan lecut keperkasaanMu yang memaksa

Dengan kilat pertolonganMu yang membela

Denagn ghirahMu kerna diinjak-injaknya kehirmatanMU

Page 164: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dengan perlindunganMu terhadap mereka

yang berlindung pada ayat-ayatMu

Kami memohonMu, ya Allah

Wahai Yang Maha Mendengar

Wahai Yang Maha Dekat

Wahai Yang Maha Pengabul

Wahai Yang Maha Kilat

Wahai Yang Maha Menghukum

Wahai Yang Maha Dahsyat hantamanNya

Wahai Yang Maha Perkasa

Wahai Yang Maha Memaksa

Wahai Yang tak tertaklukakan

oleh pemaksaan mereka yang perkasa

Yang tak sukar membinasakan raja-raja angkara,

Hunjamkanlah tipudaya mereka yang memperdaya kami

ke leher mereka sendiri

Balikkan muslihat mereka yang menipu kami menimpa mereka sendiri

Jerumuskan mereka yang menggali lubang untuk kami ke dalamnya

Dan mereka yang memasang perangkap untuk kami

jerat dan jebloskan mereka, Ta Tuhan, ke dalamnya!

........................................................................................................

Jika telat dan menjauh bantuan handai tolan

Yang terdekat pada kami adalah bantuan Allah

O, bantuan Allah bergegaslah

Uraikan simpul kami, o, bantuan Allah

Orang-orang yang melampaui batas

sudah keterlaluan

Dan kami menharap Allahlah yang menyelamatkan

Cukup Allah sebagai pembela

Cukup Allah sebagai penolong

Allah mencukupi kami

Tempat bersandar paling handal

Laa haula walaa quwwata illa billahi'i'Aliyi'l'Adhiim

tiada daya tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah

Yang Maha Luhur Maha Agung

Salaamun'alaa Nuuhin fi 'l-'aalamiin

Kesejahteraan bagi Nuh di seluruh alam

Kabulkanlah kami

Page 165: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Amin, amin, amin!

Tertumpaslah habis kaum yang zalim

Alhamdulillahi Rabbi 'l' aalamiin

Washallahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin

Wa'alaa'aalihi wa shahbihi was sallam.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam

Shalawat dan salam bagi pemimpin kami Muhammad

Beserta keluarga dan para shahabatnya.

(Pahlawan dan Tikus: 95-99)

Larik-larik puisi di atas adalah wujud kesadaran spiritual penyair akan penghambaan

dirinya kepada Tuhan melalui doa Hizib Nashar. Di kalangan para santri doa ini sering

digunakan untuk benteng diri dari segala ancaman dari dalam diri manusia maupun orang

lain. Doa hizib adalah puncaknya doa, setelah doa-doa lain tak dapat atau belum dapat

menjawab persoalan hidup, yakni tentang totalitas perlindungan Tuhan atas diri kita.

Sejalan dengan puisi di atas, dalam puisi berjudul ”Doa Akasyah” berikut ini adalah

juga merupakan gambaran kesadaran spiritual penyair akan Maha Besar dan Maha

Kuasanya Tuhan dalam segala sesuatu dan dalam menentukan sesuatu. Oleh karena itu,

penyair selalu memohon dan meminta untuk selalu diberi petunjuk dan perlindungan baik

di dunia maupun di akhirat. Dalam kalangan santri, doa akasyah adalah salah satu

perwujudan doa untuk permohonan perlindungan total bagi diri sendiri, keluaraga, kerabat

atau sahabat, dan umat muslim secara umum dari gangguan dan mara bahaya, baik yang

datang dari diri sendiri maupun orang lain sekaligus ujian dari Tuhan.

Ya Allah, Wahai Pelimpah anugrah

Wahai Yang Senantiasa bermurah

Wahai Pemberi kurnia sempurna

Wahai Pembagi rezki kepada hamba-hambaNya

dalam keadaan bagaimana saja

Wahai Yang Maha Indah tiada tara

Wahai Yang Maha kekal tiada sirna

Selamatkanlah kami dari kekufuran dan kesesatan

demi Laa ilaaha illahallah Muhammadur Rasuulullah

Page 166: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

shallallahu 'alaihi wasallam

........................................................................................

Ya Allah, Wahai Tuhanku;

Wahai Yang Maha Hidup

Wahai Yang Maha Tegak Sendiri

Wahai Yang Tiada Tuhan selain Engkau

Maha Suci Engkau

aku telah termasuk mereka yang lalim

“Maka Aku mengabulkannya dan

menyelamatkannya dari kesusahan

demikianlah Aku menyelamatkan mereka yang beriman”

Tiada Tuhan selain Dia

KepadaNyalah aku berserah diri

Dialah Tuhan Penguasa 'Arasy yang agung

Cukup bagiku Allah Sebaik-baiknya pelndung

dan Sebaik-baik pembela

Tiada daya tiada kekuatan kecuali dengan Allah

Yang Maha Tinggi dan Maha Agung

Ya Tuhan kami, anugerahilah kami kebaikan di dunia

dan kebaikan di akherat dan lindungi kami

dari api neraka

Shalawat Allah terlimpahlah kiranya

kepada sebaik-baik ciptaanNya

cahaya'Arasynya

pemimpin dan nabi kita

pemberi syafaat kita, Muhammad

dan kepada keluarganya

seta sekalian para shahabatnya

dengan rahmatMu

Wahai Sebaik-baik perahmat

Amin Ya Rabbal 'alamin.

(Pahlawan dan Tikus: 100-108)

Larik-larik puisi di atas adalah gambaran kesadaran spiritual penyair dalam

perwujudan doa. Doa yang disampaikan kepada Tuhan adalah doa akasyah, yakni doa

dalam kalangan santri yang merupakan wujud doa untuk permohonan perlindungan diri

Page 167: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dari segala macam gangguan dan bahaya yang datang tiba-tiba, baik dari diri sendiri

maupun orang lain sekaligus ujian dari Tuhan. Sebagaimana wujud doa, isinya adalah

sanjung dan puji bagi Tuhan semata, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada

penghulu para nabi, Muhammad saw. Puncaknya, merupakan wujud permohonan kita

kepada Tuhan untuk selalu mendapat kasih sayang, petunjuk, dan perlindungan-Nya.

Uraian analisis tema tentang ”kesadaran spiritual” yang terefleksi pada beberapa

puisi (dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus) di atas, dapat disimpulkan

bahwa dalam meraih ‘Cahaya’ Tuhan perlu hadirnya kesadaran total membangun

hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesama.

Hubungan dengan Tuhan diwujudkan dalam beragam ibadah ritual, yang terangkum dalam

rukun Islam. Sedangakan hubungan dengan sesama diwujudkan dalam bentuk ibadah

sosial, termasuk selalu menebar cinta dan kasih saying pada sesama tanpa batas suku,

agama atau golongan.

Sejalan dengan motif tema ”kesadaran spititual” dalam penelitian ini, Hamdy Salad

(2009:194) mengungkapkan sebagai berikut.

Beragam aktivitas budaya yang telah disumbangkan Gus Mus kepada masyarakat, tak sedikit pun terbersit motif lain kecuali menggapai asa bersama. Mengharumkan marwah agama dan bangsa. Atau, menjaga martabat dan harga diri manusia dari segala tindakan sosial ataupun pribadi yang hanya bertumpu pada kemegahan duniawi. Oleh karena itu, tak lekang Gus Mus oleh waktu untuk diapresiasi melalui seribu pintu. Seperti juga hakikat makhluk di bumi dan langit yang selalu bertasbih kepada Sang Pencipta, karya-karya seni dan kesustraannya senantiasa bergema, mengajak para pembacanya untuk tetap sehati menjalin cinta terhadap sesama demi meraih cinta yang lebih abadi kepada Allah Subhanahuwata’ala.

Dari uraian analisis, deskripsi dan penjelasan terhadap tema atau gagasan dalam

larik-larik dan bait-bait puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus di atas,

maka tema atau gagasan yang dapat terungkap di dalamnya, antara lain tentang: (1) kritik

terhadap dekadensi moral kemanusiaan, (2) kritik terhadap ketidakadilan dan

ketidakbenaran hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran dalam kehidupan, (4) koreksi dan

Page 168: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

instrospeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual.

d. Sikap Penyair dalam Hubugannya dengan Tema dalam Antologi Puisi Tadarus dan

Pahlawan dan Tikus

Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi. Sedangkan perasaan atau yang disebut juga feeling dan tone. Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. Hal itu mungkin saja terkandung dalam lapis makna puisi sejalan dengan terdapatnya pokok pikiran dalam puisi karena setiap menghadirkan pokok pikiran teretntu, manusia pada umumnya juga dilatarbelakangi oleh sikap tertentu pula.

Adapun nada dan sikap yang ingin disampaikan penyair (A. Mustofa Bisri) dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus sejalan sifat puisi yang ditampilkan. Puisi

yang ditampilkan bersifat deskriptif dan metafisikal. Sebagaimana yang telah diuarikan di

depan bahwa puisi deskriptif adalah penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap

keadaan atau peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Jenis

puisi yang dapat diklasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya : puisi satir, kritik sosial,

dan puisi-puisi impresionistik. Satire juga merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan

tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau meyatakan

keadaan sebaliknya.

Sedangkan Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang

kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.

Kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan

atau terhadap diri seseorang dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan

keadaan atau seseorang tersebut. Kesan penyair juga dapat dihayati dalam puisi-puisi

impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhaap suatu hal.

Page 169: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Kemudian yang puisi yang bersifat metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan

mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius di satu

pihak dapat dinyatakan sebagai puisi platonik (menggambarkan ide atau gagasan panyair) di

lain pihak dapat disebut sebagai puisi metafisik (mengajak pembaca merenungkan hidup,

kehidupan, dan Tuhan).

Oleh karena itu, maka wujud tampilan tema dalam dua antalogi puisi tersebut

mengungkapkan sikap tidak puas penyair terhadap diri sendiri maupun suatu keadaan atau

peristiwa dengan cara menyindir atau meyatakan keadaan sebaliknya. Oleh karena itu, dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus tersebut banyak mengandung sindiran atau

kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan yang ada dalam diri penyair sendiri

maupun suatu keadaan atau peristiwa dalam masyarakat dengan cara membeberkan

kepincangan atau ketidakberesan diri sendiri maupun keadaan atau peristiwa dalam

masyarakat tersebut. Selain itu, dalam dua antologi puisi tesebut juga mengajak pembaca

merenungkan kehidupan dan menyanjung serta memuji Tuhan dengan segala sifat

kesempurnaan-Nya.

Sebagaimana yang tergambar dalam tema-tema dari antologi puisi Tadarus dan

Pahlawan dan Tikus, nada dan sikap penyair juga ingin menyuarakan dan merefleksikan

kritik terhadap keberadan hubungan sosial kemanusiaan termasuk kritik pada diri sendiri dan

nilai-nilai religius serta nilai-nilai pendidikan yang dia pahami dan refleksinya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nada dan perasaan itu diungkapkan

secara terbuka, kritis, dan bahkan sinis.

Meskipun latar belakang sosial penyair yang sangat religius, yakni sebagai pengasuh

dan pimpinan sebuah pondok pesantren. Selain itu, penyair juga menjadi orang yang memiliki

posisi penting dalam tubuh ormas sebesar NU (Nahdlatul Ulama) dan beliau duduk sebagai

wakil rais syuriah PBNU. Puisi-puisinya tidak semata-mata memiliki nada dan perasaan

religius atau spiritual. Tampak fisik puisi-puisinya bernapaskan religius dan spiritual. Akan

Page 170: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

tetapi, penampilan batin atau nada dan perasaan yang ingin disampaikan melalui puisi-

puisinya lebih mengarah pada protes dan kritik sosial.

Terkait dengan karakteristik atau ciri khas dari puisi-puisi A. Mustofa Bisri,

diungkapkan oleh Aning Ayu Kusumawati (2009:17) sebagai berikut.

Ciri khas dari puisi A. Mustofa Bisri (Gus Mus), antara lain terlihat pada pengungkapan masalah sosial dan spiritual dengan menggunakan bahasa sehari-hari, dan pengucapan yang lugas. Bahasa yang digunakan cukup wajar dan sederhana, tapi di balik kesederhanaan itu sebenarnya terdapat makna yang lebih, atau dapat disebut dengan deceptive simplicity (kesederhanaan yang menipu).

Hal tersebut, senada juga dengan pandangan Umar Kayam pada pengantarnya dalam

kumpulan puisi Tadarus bahwa A. Mustofa Bisri bukan hanya “penjaga dan pendamba

kearifan” dan “penjaga taman kata-kata“, melainkan ia sudah menggenggam kearifan dan

keindahan kata-kata. Ciri khas yang lain dari sajak-sajak A. Mustofa Bisri adalah penggunaan

diksi-diksi religi untuk mengekspresikan masalah-masalah sosial sehingga seolah-olah sajak

tersebut sepintas seperti sajak bertema religi, padahal sesungguhnya hendak menyuarakan

protes.

Untuk memperkuat argumentasi terhadap nada dan sikap penyair dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, maka dapat penulis menguraikan pemikiran penyair yang

diambil dari beberapa buku esai karya penyair yang merupakan dokumen pemikiran dan

sekaligus data hasil wawancara penulis dengan penyair. Terkait dengan keberadaan tema-tema

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, pemikiran-pemikiran penyair sebagai

dasar sikap penyair dalam antologi puisi tersebut, antara lain: (1) penegakan moral

kemanusian, (2) keadilan dan kebenaran hidup, (3) kejujuran dalam kehidupan, (4) koreksi

dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual. Adapun uraian pemikiran penyair adalah

sebagai berikut.

Page 171: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

1) Penegakan Moral Kemanusiaan

Akhir-akhir ini sering kita mendengar dari kalangan kaum muslimin, sementara

orang yang mempersoalkan secara dikotomis tentang kesalehan. Seolah-olah dalam Islam

memang ada dua macam kesalehan, yaitu “kesalehan ritual” dan “kesalehan sosial”.

Sejalan dengan pemikiran penyair, A. Mustofa Bisri (2008:54-56) dalam kumpulan artikel

Mencari Bening Mata Air dengan judul artikel “Kesalehan Total”, sebagai berikut.

… Dengan “kesalehan ritual” mereka menunjuk perilaku kelompok orang yang hanya mementingkan ibadat mahdlah, ibadat yang semata-mata berhubungan dengan Tuhan untuk kepentingan sendiri. Kelompok yang sangat tekun melakukan shalat, puasa, dan seterusnya; namun tidak, ibadat yang semata-mata berhubungan dengan Tuhan untuk kepentingan sendiri. Kelompok yang sangat tekun melakukan shalat, puasa, dan seterusnya; namun tidak perduli akan keadaan sekelilingnya. Dengan ungkapan lain, hanya mementingkan hablun minallah.

… Sedangkan yang mereka maksud dengan “kesalehan sosial” adalah perilaku orang-orang yang sangat perduli dengan nilai-nilai Islami, yang bersifat sosial. Suka memikirkan dan santun kepada orang lain, suka menolong, dan seterusnya; meskipun orang-orang ini tidak setekun kelompok pertama dalam melakukan ibadat seperti sembahyang dan sebagainya itu. Lebih mementingkan hablun minan naas.

Boleh jadi hal yang disampaikan penyair di atas adalah bermula dari fenomena

kehidupan beragama kaum muslim itu sendiri, di mana memang sering kita jumpai

sekelompok orang yang tekun beribadat, bahkan bekali-kali haji misalnya, namun

kelihatan sangat bebal terhadap kepentingan masyarakat umum, tak tergerak melihat

saudara-saudaranya yang lemah tertindas, misalnya. Seolah-olah Islam hanya mengajarkan

orang untuk melakukan hal-hal yang dianggapnya menjadi hak Allah belaka. Sebaliknya

juga, sering dijumpai orang-orang Islam yang sangat concern terhadap masalah-masalah

umat, sangat memperhatikan hak sesamanya, kelihatan begitu mengabaikan “ibadah

pribadinya”.

Pemikiran tersebut sebagaimana dapat ditunjukkan kutipan beberapa larik puisi yang

berjudul “Kubaca Berita” dan “Makin Canggih Saja” berikut.

………………………………………………………………………..

Aku ingin membaca berita tentang baru tentang manusia modern yang melaksanakan tugas

Page 172: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

kekhalifannya tetap dengan kerendahan hati seorang hamba.

………………………………………………………………………..

(Tadarus: 24-26)

Makin canggih saja manusia

Mencipta virus-virus berbisa

senjata-senjata serba-bisa

Agar sambil menangis atau tertawa

Bisa memusnahkan dirinya

(Pahlawan dan Tikus: 49)

Dua puisi di atas menunjukkan, bahwa wujud karakter kemanusiaan secara normatif

dalam konteks kekinian masih dalam impian saja. Sebab hakikat kemanusiaan masih

sangatlah jauh dari konteks keperadaban. Hakikat kemanusiaan yang sebenarnya adalah

mereka yang dapat menyeimbangkan antara hak dan kewajiban serta dapat menciptakan

suasana damai dan aman terhadap sesama dan lingkungannya.

2) Keadilan dan Kebenaran Hidup

Selain penghayatan dan pengalaman yang konsekuen terhadap Pancasila sebagai

falsafah hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, ada yang penting dan perlu

dibudayakan dalam kehidupan, yaitu sikap jujur dan adil. Kata adil, berasal dari bahasa

Arab, ‘adl, yang berarti lurus, atau jejeg dalam bahasa Jawa. Menurut istilah santri:

meletakkan sesuatu pada tempatnya. Kebalikan zalim (dhulm) yang berari “meletakkan

sesuatu tidak pada tempatnya”. Jadi, adil yang dimaksud mencakup segala pengertian, baik

sikap maupun cara berpikir. Senada dengan hal tersebut, A. Mustofa Bisri (2008:123-124)

mengungkapkan pemikiran dalam artikel berjudul “Keluarga Harmonis”, berikut ini.

Sikap dan cara berpikir adil lebih mudah difatwakan ketimbang diamalkan. Soalnya, meski dianugerahi akal dan nurani, kita dilengkapi ‘athifah’, kita menyukai dan membenci. Sedang adil berarti jejeg, tak condong ke sana ke mari. Memang sulit, apalagi bila nafsu ikut mendorong ‘athifah.

Namun, betapapun sulit, sikap dan cara berpikir adil penting “dibudayakan”. Terutama, di kalangan muslim. Dalam Al Qur’an, Allah berulang menandaskan pentingnya “adil” ini.

Page 173: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dalam Surat Al-Maidah: 9, Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penegak-penegak (kebenaran/keadilan) karena Allah; (dan bila menjadi saksi) jadilah saksi-saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum menjerumuskan kalian untuk bersikap tidak adil. Bersikap adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa ….” (Menurut banyak musafir, “kaum” berarti orang-orang kafir. Cermati makna ini).

Yang menarik, dalam Surat An-Nisa’: 135, Allah memulai firman-Nya dengan redaksi yang hamper sama, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penegak-penegak (kebenaran) yanga dil (Al Quran dan terjemahannya mengartikan, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan), jadilah saksi-saksi karena Allah sekalian terhadap diri kalian sendiri atau terhadap kedua orangtua dan kaum kerabat kalian. Jika yang bersangkutan kaya atau miskin, maka Allah lebih mengetahui keadaannya. Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu untuk menyeleweng (dari kebenaran). Dan jika kalian memutarbalikkan (ucapan) atau enggan (menjadi saksi), maka sungguh Allah terhadap apa yang kalian lakukan adalah Maha Mengetahui.” (dalam firman Allah tersebut dapat kita perhatikan, bahwa bersaksi terhadap orang lain galibnya lebih mudah).

Karena pentingnya sifat ini, Khalifah Umar bin Abdul Aziz mentradisikan dalams etiap khitbah Jumat agar dibacakan ayat, Innallahu yamuru bil ‘adli wa ihsaan …

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa untuk bersikap dan berpikir adil, diperlukan

latihan hidup sederhana. Juga kejujuran. Jujur kepada Allah, diri sendiri, dan orang lain.

Orang tak jujur, sulit dibayangkan berlaku adil. Sementara, jujur itu sendiri memerlukan

keberanian, terutama buat mengakui kesalahan. Ini semua memerlukan latihan.

Pemikiran tersebut sebagimana ditunjukkan dalam beberapa larik puisi yang berjudul

“Selamat Idul Fitri” dan “Tikus” berikut ini.

Selamat idul fitri, bumi

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak semena-mena

Kami memerkosamu

Selamat idul fitri, langit

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak henti-hentinya

Kami mengelabukanmu

Page 174: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Selamt idul fitri, mentari

Maafkanlah kami

Tidak bosan-bosan

Kami mengaburkanmu

Selamat idul fitri, laut

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak segan-segan

Kami mengeruhkanmu

Selamat idul fitri, burung-burung

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak putus-putus

Kami membrangusmu

Selamat idul fitri, tetumbuhan

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak puas-puas

Kami menebasmu

Selamat idul fiti, para pemimpin

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak habis-habis

Kami membiarkanmu

Selamat idul fitri, rakyat

Maafkanlah kami

Selama ini

(Tadarus: 52)

Memanen tanpa menanam

Merompak tanpa jejak

Kabur tanpa buntut

Bau tanpa kentut

Page 175: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

(Pahlawan dan Tikus: 17)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan bagaimana seharusnya kita bersikap dan

berperilaku pada siapapun, yakni dengan menempatkan kejujuran dan menanamkan nilai-

nilai kebenaran pada siapapun. Kita tidak sepantasnya meniru perilaku yang tidak baik dan

tidak benar, sebagimana yang ditunjukkan perilaku para pencuri uang rakyat (para

koruptor) yang disimbolkan dengan binatang yang bernama tikus.

3) Kejujuran dalam Kehidupan

Terlepas dari kriteria-kriteria pribadi manusia bijak yang dibuat orang-orang pintar,

ada hal yang penting dan merupakan sesuatu yang seharusnya mendapat perhatian dan

dimiliki oleh setiap pribadi bijak, yaitu takut kepada Tuhan, bersikap sederhana, pribadi

jujur dan belas kasihan kepada sesama.

Manusia yang zalim, otoriter, atau korup pastilah jenis makhluk yang tidak

mempunyai rasa takut kepada Tuhan dan tidak memiliki sikap sederhana, kepribadian

jujur, dan rasa belas kasihan kepada sesama. Kalau soal pintar dan menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi, misalnya, mungkin kita memiliki banyak contoh dan tokoh

pilihan. Namun, bagaimanapun pintar dan ahlinya seseorang, apabila tidak mempunyai

rasa takut kepada Tuhannya, tidak bersikap sederhana, tidak berkepribadian jujur, dan tidak

mempunyai rasa belas kasihan kepada sesamaa, pastilah merupakan malapetaka bagi hidup

dan kehidupan. Seirama dengan hal ini, A. Mustofa Bisri (2008: 75-78) mengungkapkan

pemikirannya dalam artikel berjudul “Takwa dan Sikap Sederhana”, sebagai berikut.

Kita hidup untuk beribadah, dan kita beribadah semata mengharap ridha Allah dan bukan mencari ridha dan kepuasan diri sendiri. Dalam ibadah mahdhah atau yang bersifat ritual, seperti sembahyang, berpuasa, dan sebagainya, ketulusan mencari ridha Allah ini mungkin relatif lebih mudah dibanding dengan ibadah yang bersifat sosial, seperti berbuat baik kepada sesama misalnya. Oleh karenanya, sudah sewajarnyalah apabila kita lebih berhati-hati dan terus mewaspadai ketulusan batin dan kejujuran kita dalam hal melakukan ibadah-ibadah yang bersifat sosial itu.

Misalnya dalam melaksanakan ibadah sosial ingin memperbaiki keadaan dan

Page 176: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara di Tanah air, untuk menciptakan Indonesia baru yang lebih baik, kita perlu pula terus mewaspadai niat batin kita. Kita perlu selalu bertanya kepada diri-diri kita sendiri, untuk apa sebenarnya kita berjuang. Kita berjuang untuk Tanah Air demi mendapatkan ridha Allah, ataukah sekadar untuk memuaskan nafsu dan kepentingan kita atau kelompok kita sendiri?

Getir rasanya dan sekaligus geli kita mendengar banyak orang yang meneriakkan slogan-slogan mulia, seperti akhlakul karimah; ukhuwwah islamiyah; membangun masyarakat yang beradab, dan lain sebagainya, namun dalam pada itu mereka sekaligus bersikap dan berperilaku yang tidak berakhlak, menebarkan permusuhan di antara sesama saudara.

Alangkah tertipunya mereka yang merasa diri dan bahkan mengaku-aku berjuang demi hal-hal yang mulia, seperti demi agama dan demi Negara, tetapi tindak-tanduknya justru menodai kemuliaan itu sendiri. Bahkan ada yang na’udzubillah meneriakkan asma Allah sambil memperlihatkan keganasannya kepada sesama hamba Allah.

Uraian di atas membuktikan, bahwa rasanya perlu membiasakan kembali sikap

takwa, hidup sederhana, dan jujur baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.

Sebagaimana yang diajarkan dan dicontohkan Nabi Muhammad saw. Jika kita lakukan

pembiasaan sikap tersebut dengan mencontoh perilaku Nabi Muhammad saw, maka kita

dapat lebih mudah untuk berlaku adil, jujur dan istiqamah serta dapat memandang sesuatu

tanpa kehilangan penalaran sehat.

Pemikiran tersebut sebagaiman dapat ditunjukkan dalam beberapa larik puisi yang

berjudul “Rampok” dan “Di Negeri Amplop”, sebagai berikut.

Nyawa atau harta?!

Harta !

Nyawa atau harta ?!

Nyawa !

Nurani atau nyawa ?!

Nyawa!

Nyawa atau nurani?!

Nya

wa

!

(Tadarus: 9)

……………………………………………………..

Page 177: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Amplop-amplop di negeri amplop

Mengatur dengan teratur

Hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

Hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

Akan Memutuskan putusan yang tak putus

Amplop-amlop menguasai panguasa

Dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

Mencairkan dan membekukan

Mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa nafsu

Orang sakti bisa mati

………………………………………………

(Pahlawan dan Tikus: 57)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan pada kita bahwa suatu ketika kita pernah

dihadapkan pada sebuah pilihan hidup (baik dn buruk). Akan tetapi, baik menurut pikiran

kita ternyata bisa berbalik nilai jika dihadapkan pada nurani kita. Sehingga yang terjadi,

kita sering menanggalkan nurani dalam bersikap dan bertindak dalam pergaulan hidup

antarsesama.

4) Koreksi dan Introspeksi Diri

Lawan dari fitrah ini adalah dosa. Apa itu dosa? Al Quran menyebut orang yang

berdosa itu sebagai zalim. Secara harafiah, zalim artinya orang yang menjadi gelap. Dosa

dalam bahasa Arab, zulmun, kegelapan, artinya membuat hati yang gelap (suara hati yang

tertutup). Sejalan dengan hal ini, kembali A. Mustofa Bisri (2008: 68-72) mengungkapkan

pemikirannya dalam artikel berjudul “Suara Hati, Sabda Insani” berikut ini.

Kalau seseorang banyak berdosa, maka hati (suara hati)-nya tidak lagi bersifat nurani (bersifat cahaya), tetapi sudah dzulmaniy. Kata dzulmani ini sebagai lawan dari nurani, supaya kita tahu bahwa tidak semua orang itu mempunyai hati nurani atau suara hati. Hanya orang baik saja yang mempunyai hati nurani, sedangkan orang jahat hatinya tidak lagi bernurani. Hati jahat sudah menjadi dzulmaniy, menjadi gelap, sehingga tidak lagi peka terhadap apa itu baik dan buruk, benar dan salah.

Page 178: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dalam keadaan gelap inilah ada kesengsaraan, muncullah malapetaka kerohanian, akibat ketidaktahuan diri. Orang yang berdosa adalah orang yang tidak mengenal dirinya, orang yang lupa akan dirinya. Orang yang membungkam suara hatinya, untuk menyenangkan hawa-nafsunya.

Ada Hadits ‘Barang siapa yang tahu dirinya, maka dia tahu Tuhannya”. Hadits ini mengungkapkan bahwa ada orang yang tahu diri, dan ada orang yang lupa diri. Memang, tidak berarti bahwa tahu diri, berarti tahu Tuhan, tetapi ini penting untuk suatu simbolisasi, tentang siapa diri kita ini, yang bias kita kenal melalui introspeksi atau mawas diri (ihtisab). Dengan itu, kita akan mengalami peningkatan kualitas kemanusiaan kita sedemikian rupa, sehingga kita seolah-olah tahu Tuhan (ihsan). Dalam diri orang yang ihsan inilah ada kecemerlangan suara hati.

Kecemerlangan suara hati dalam uraian di atas memiliki keterkaitan dengan konsep

fitrah dalam Islam. Pada dasarnya konsep fitrah menyangkut konsep tantang manusia yang

utuh secara keagamaan, seseorang yang suara hatinya berfungsi secara keagamaan,

seseorang yang suara hatinya berfungsi secara optimal. Jika manusia merindukan fitrahnya,

merindukan suara hati sejatinya, maka sebenarnya ini adalah kerinduan manusia kepada

“kesempurnaannya”. Dengan demikian, dia sudah menempuh jalan menuju kecemerlangan

suara hati.

Agama menyebut, manusia akan utuh, apabila dia mencerminkan sifat-sifat Ilahi

dalam dirinya, apabila dia memenuhi perintah Allah. Sebaliknya, bagi orang yang lupa

kepada Tuhan, maka dia tidak mungkin akan menjadi manusia yang utuh. Dia menjadi

manusia yang ‘terpecah’ dari akar primordialnya, kefitrahannya, yang menjadikan suara

hatinya pun tidak berfungsi.

Pemikiran penyair di atas, dapat kita lihat dalam beberapa larik puisi yang berjudul

“Nasihat-Nasihat” dan “Nasihat Ramadhan buat Mustofa Bisri”, sebagai berikut.

Dari hari ke hari siang-malam nasihat-nasihat luhur itu

Menterorku menghadangku hingga di spanduk-spanduk jalan

Menguntitku hingga di stiker-stiker kendaraan menguberku

Dengan pengeras-pengeras suara yang memekik-mekik memekakkan

Mencegatku di pamflet-pamflet pagar-pagar rumah dari kantor

Mengusikku dari layar-layar bioskop dan seri-seri drama teve

Mengepungku di kolom-kolom Koran dan majalah mengurungkanku di

Page 179: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Mesjid-mesjid surau-surau gereja-gereja dan lanpangan-lapangan upacara …..

Hingga tak sempat aku melaksanakannya

(Tadarus: 63)

……………………………………………Mustofa,

Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu

Yang secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi

Kau puja selama ini.

Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini

Seperti Ramadlan-ramadlan yang lalu

(Pahlawan dan Tikus: 83-85)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan pada kita, bahwa betapa tidak berdayanya kita

dalam berbagai hal. Seringnya kita mendengar atau mengemukakan nasihat dan kata-kata

bijak, akan tetapi tidak menambah kebaikan pada diri kita. Sebab untuk melaksanakannya

sendiri saja terhadap apa yang kita sampaikan, kita belum bahkan tidak mampu. Oleh

karena itu, berbahagialah kita, apabila kita terus berkaca pada diri sendiri dengan segala

kelemahan dan ketidakberdayaan daripada harus mengoreksi orang lain yang barangkali

justru lebih baik dari kita.

5) Kesadaran Spiritual

Nilai takwa seseorang tidak semudah yang dilakukan orang awam. Takwa sendiri

oleh para ulama dan pemikir Islam dirumuskan dalam banyak definisi. Ada yang

mengatakan bahwa takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala

larangannya. Ada pula yang mengatakan bahwa takwa adalah taat kepada Allah dan

berlindung dari hukuman-Nya. Senada dengan hal ini, A. Mustofa Bisri (2008: 115-120)

mengungkapkan pemikirannya dalam artikel yang berjudul “Dia, Saya, dan Takwa”,

sebagai berikut.

Takwa adalah menjaga diri dari apa saja yang mengundang hukuman Allah. Takwa ialah menghindari segala tata krama syariat. Takwa pada ketaatan berarti ikhlas, dan pada maksiat berarti tidak melakukannya. Dan masih banyak lagi

Page 180: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

definisi-definisi yang lain.

Allah sendiri di awal Al Quran menyifatkan orang-orang yang bertakwa (al-Muttaqien) sebagai: “Mereka yang beriman kepada yang ghaib (percaya kepada yang maujud yang tak dapat ditangkap pancaindera, karena adanya dalil yang menunjukkan kepada adanya), yang mendirikan salat (menunaikannya dengan teratur sesuai aturan-aturannya), yang menafkahkan sebagian rezeki yang ia anugerahkan kepada mereka, dan mereka beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Dan kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya serta menyakini adanya hari akhir.” (Q.S. Al-Baqarah: 2-4)

Sedangkan di surat Ali Imran: 135-5, Allah memberikan al-muttaqien sebagai’’ Mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu luang maupun sempit, mereka yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain, mereka yang apabila melakukan perbuatan keji atau melalimi diri sendiri segera ingat Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang mengampuni dosa-dosa kecuali Allah? Dan mereka tidak ngotot meneruskan apa yang mereka lakukan itu, sedang mereka mengetahui.”

Ternyata sepanjang yang saya ketahui tentang takwa yang menjadi patokan kemuliaan di sisi Tuhan itu, kesenimanan dan kekiaian tidak termasuk kriterium. Jadi sepanjang menyangkut soal ketakwaan, saya tidak bisa sekadar mengukurnya dari kesenimanannya dan kekiaian saya. Apalagi Rasulullah sendiri pernah berkata, sambil menunjuk dada, “at-Taqwa ha hunaa.” (takwa itu di sini).

Terkait dengan pemikiran penyair di atas, maka nilai takwa seseorang tidak mudah

untuk dirumuskan dan didefinisikan. Sebab takwa sangat dekat dengan pemahaman dan

pengalaman spiritual. Sedangkan spiritual lebih dekat dengan hati. Implementasi gerak hati

akan terwujud dalam keikhlasan beribadah, baik ibadah ritual maupun ibadah sosial.

Pemikiran tersebut sebagimana dapat diungkap dalam beberapa larik puisi yang

berjudul “Cahaya” dan “Doa Akasyah” berikut.

Berlapis-lapis cahya menghadang

Lepas satu bermilyar-milyar pijar

Menghambur menyilau pandang

Memancar mentari

Menerangi langit dan bumi

Makhluk-makhluk hidup

Makhluk-makhluk mati

Yang terbang dan mengangkasa

Yang merayap dan melata

Yang menyelam dan berenang

Page 181: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Menyilau pandang

Kututup mataku

Barangkali dengan gelap bisa

Kutembus pijar-pijar dan lapis-lapis cahya

Sia-sia

Boleh jadi aku mengandung pijar-pijar

Tapi aku ingin cahya

O, Maha Cahya

Yang dilindungi cahya-cahya,

Cahyakanlah aku

Agar aku bisa meyatu

Dengan cahya-cahyaMu

Atau kalau tidak jadikanlah aku

Sekilas pijar agar mampu

Merenangi cahya-cahyaMu

menujuMu

(Tadarus: 68)

…………………………………………….

Ya Tuhan kami, anugerahilah kami kebaikan di dunia

dan kebaikan di akherat dan lindungi kami

dari api neraka

Shalawat Allah terlimpahlah kiranya

kepada sebaik-baik ciptaanNya

cahaya'Arasynya

pemimpin dan nabi kita

pemberi syafaat kita, Muhammad

dan kepada keluarganya

seta sekalian para shahabatnya

dengan rahmatMu

Wahai Sebaik-baik perahmat

Amin Ya Rabbal 'alamin.

(Pahlawan dan Tikus: 100-108)

Larik-larik puisi di atas menunjukkan bahwa penyair sangat berharap atas anugerah

dan petunjuk serta pertolongan dan perlindungn Tuhan. Sebab tanpa anugerah, petunjuk,

pertolongan, dan perlindungan Tuhan, kita (manusia) tak akan mampu berbuat dan

Page 182: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

bertidak. Sikap seperti ini adalah wujud kesadaran spiritual yang mendalam akan

keberadaan Tuhan dengan segala sifat kesempurnaan-Nya.

Demikian uraian tentang pemikiran-pemikiran penyair (A. Mustofa Bisri) dalam

rangka memperoleh data penelitian yang lebih akurat guna mendukung kajian terhadap

sikap penyair dalam hubungannya dengan tema. Di samping itu, terkait dengan sikap

penyair dalam hubungannya dengan tema, maka dapat diungkap pula melalui hasil

wawancara penulis dengan penyair, sebagai berikut:

“Sebagaimana kumpulan atau antologi puisi saya yang lain, ada sembilan kumpulan puisi. Beberapa antologi puisi saya adalah merupakan kumpulan dari beberapa puisi saya yang terus mengalir tercipta. Pada akhirnya, yang pertama terkumpul dalam Ohoi (kumpulan puisi balsam). Selanjutnya terkumpul dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus dan seterusnya. Sikap atau pandangan saya terhadap keunculan dua antologi puisi tersebut (Tadarus dan Pahlawan dan Tikus) adalah sama dengan beberapa antologi puisi saya yang lain, yaitu aliran suara hati saya yang tidak mudah bisa dibendung jika melihat peristiwa atau keadaan sekitar. Hati dan pikiran saya selalu terusik untuk menulisnya. Meskipun ada juga beberapa puisi saya berasal dari hasil perenungan diri sendiri.”

”... Yang perlu digarisbawahi, bahwa puisi-puisi saya adalah cermin dari diri saya. Seperti halnya para penyair lain, taruhlah seperti: W.S. Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, dan Sapardi Djoko Damono. Puisi-puisi karya mereka itu adalah cermin dari diri mereka masing-masing. Sehingga dapat pula dikatakan, bahwa bahasa yang terungkap dalam puisi-puisi saya adalah cermin kepedulian, perhatian, dan juga sikap saya. Termasuk konsep-konsep pemikiran saya tentang manusia, lingkungan kehidupan dan kematian, diri sendiri, maupun tentang konsep tentang keagamaan. Semua itu akan muncul dan tampak, jika saya mendeskripsikannya dalam bentuk karya (puisi, prosa, dan esai).”

“Tadarus bersal dari bahasa Arab darasa dan yadrisu lalu menjadi tadris, yang berarti ‘belajar’ atau ‘mempelajari’. Dalam bahasa Jawa ada isitilah nderes atau darusan. Dalam bahasa Indonesia menjadi tadarus, yang artinya terus-menerus membaca dan mengkaji. Jadi, antologi puisi Tadarus isinya bagaimana seharusnya kita belajar dan mempelajari serta mengkaji ayat-ayat Allah dalam kehidupan dan lingkungan di mana kita hidup dan berpijak termasuk apa yang ada pada diri sendiri (lahir dan batin) secara terus-menerus. Intinya, tidak ada kata berhenti untuk terus belajar dan mempelajari apapun yang ada dalam diri dan lingkungan kita. Sedangkan antologi puisi Pahlawan dan Tikus, bahwa dalam kehidupan ini kita akan dipertemukan dengan dua watak atau karakter manusia, baik dan buruk. Saya kira Anda paham tentang hal ini. Itu semua, muaranya kembali lagi pada pembaca atau penikmat puisi.”

Dari uraian tentang pemikiran penyair dan petikan hasil wawancara penulis dengan

Page 183: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

penyair di atas, maka dapat disintesiskan sikap penyair dalam hubungannya dengan tema

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, antara lain tentang: (1) penegakan

moral kemanusiaan, (2) keadilan dan kebenaran hidup, (3) kejujuran dalam kehidupan, (4)

koreksi dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual.

Sedangkan beberapa tema atau gagasan yang terungkap dalam antologi puisi Tadarus

dan Pahlawan dan Tikus, meliputi: (1) kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan, (2)

kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran

dalam kehidupan, (4) koreksi dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual.

Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa antara nada atau sikap penyair dan tema

atau gagasan dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, keduanya ikut

mendukung keberadaan refleksi kritik sosial di dalamnya.

e. Struktur Bahasa dalam Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Sebagaimana keberadaan sifat puisi deskriptif dan metafisikal dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, maka struktur bahasa yang meliputi pilihan kata, kata

konkret, pengimajian, gaya bahasa dan versivikasi dalam antologi puisi tersebut dipilih

penyair untuk mewakili keberadaan sifat puisi tersebut dan sejalan jika dikaitkan dengan

tema-tema yang ditampilkan.

Dalam pemilihan kata penyair menunjukkan sifat dan karakater dalam puisinya untuk

mewakili nada dan sikap tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara

menyindir atau meyatakan keadaan sebaliknya dan mengandung sindiran atau kritik tentang

kepincangan atau ketidakberesan kehidupan baik diri sendiri, suatu kelompok maupun suatu

masyarakat. Selain itu, penyair juga mengajak kita merenungkan kehidupan dan merenungkan

Tuhan. Hal itu itu dapat kita pada lihat pilihan kata dalam beberapa larik puisi yang tercetak

tebal berikut.

Page 184: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

…………………………………………………………Kubaca berita tentang Negara kaya yang sedang bangga dan terlena oleh

kekayaannya tiba-tiba tetangganya sendiri tanpa ampun menghajar dan menjarahnya.

…………………………………………………………………………

(Tadarus: 24-26)

...........................................Tengoklah kanan-kirimu

Lihatlah kelemahan dimana-mana

membuat lelap dan kalap siapa saja

Lihatlah kekalapan dan kelelapan merajalela

mebabat segalanya

Lihatlah segalanya semena-mena

mengroyok dan membiarkan nurani tak berdaya

…………………………………………………….

(Pahlawan dan Tikus: 47)

…………………………………………………….

Kebenaran menjadi tak begitu benar

Bahkan sering terlalu benar

Kemungkinan menjadi tidak begitu mungkar

Bahkan sering terlalu mungkar

Ikrar dan ingkar kehilangan pagar

Damai dan bertikai kehilangan bingkai

Serakah dan barokah kehilangan pemisah

Maksiat dan dan taat kehilangan sekat

…………………………………………………………..

(Tadarus: 57)

.............................................................................................Musrofa,

Bukan perut yang lapar bukan tenggorokan yang kering yang

Mengingatkan kedlaifan dan melembutkan rasa.

Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu

Atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa.

Barangkali lebih sabar sedikit dari mata tangan kaki dan kelamin, lebih tahu

……………………………………………………………………………

Page 185: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

(Pahlawan dan Tikus: 47)

………………………………………………………..

Ya Tuhan, kemana gerangan belalang malang ini ‘kan terlempar?

Gunung amal yang dibanggakanJadikah selembar bulu saja memberati timbangan

Atau gunung-gunung dosa akan memberati timbangan

Bagi persembahan lidah Hawiyah?

Ataukah, o, kalau saja maharahmatMu

Akan menerbangkannya ke lautan ampunan

Shadaqallahul’ Adhiem

........................................................................................

(Tadarus: 46)

Larik-larik puisi yang tercetak tebal di atas menunjukkan bahwa penyair mengunakan

pilihan kata, kelompok kata, dan ungkapan, untuk mewakili nada dan perasaan yang sesuai

dengan sifat puisi deskriptif dan metafisikal. Bahasa yang ditampilkan bermakna lugas, kritis

dan satirik, sehingga tidak membutuhkan penafsiran yang mendalam untuk menangkap pesan

yang ingin disampaikan penyair.

Selanjutnya dalam penggunaan kata konkret dalam puisinya, penyair memperkuat

pengimajian bahasa puisi agar dapat pula mewakili nada dan sikapnya dalam melihat

kepincangan atau ketidakberesan kehidupan baik diri sendiri, suatu kelompok maupun suatu

masyarakat serta perenungan terhadap hidup dan keberadaan Tuhan. Hal tersebut dapat

ditunjukkan pada beberapa larik yang tercetak tebal berikut.

Mantan rakyat bertemu rakyat

Berbicara atas nama rakyat demi rakyat

Dan rakyat pun saling bertanya

Apakah dia pernah jadi rakyat?

(Tadarus: 21)

………………………………..

tapi biarlah kepada kalian

Page 186: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

untuk kesekian milyar kalinya kukatakan

kami bukanlah lebah

apalagi cacing tanah

kami adalah takdir kalian

justru kelaliman dan kekebalan kalian

telah mengebalkan dan meliatkan

tekad kami melawan

……………………………..

(Pahlawan dan Tikus: 27)

Tikus-tikus di atas meja

(Seram juga melihat taring-taingnya)

Dengan rakus menyikat apa saja

Beberapa tikus meluncur turun ke bawah

Berebut remah dengan kecoa-kecoa kecil

Sesekali terdengar kersik suara

Tikus-tikus pun sekejap menghilang

Bagai ditelan bumi

Tapi tak lama moncong dan taringnya

Muncul lagi

Mengawasi sekeliling dengan waspada

Lalu naik lagi berputar-putar di atas meja

Mencari-cari sisa-sisa dengan jelinya

Lalu turun lagi kalau-kalau ada yang terlewatkan

Lalu naik lagi dengan mata dan hidung memeriksa

Ketika tak ada lagi yang bisa dimakannya

Mereka pun beramai-ramai menggerogoti meja

seekor kucing gembong mendekam di sudut

Pura-pura tak tahu

Atau barangkali

takut.

(Pahlawan dan Tikus: 25)

Jangan berpidato!

kata-katamu yang paling bijak

hanyalah bedak murah yang tak sanggup lagi

menutupi koreng-borok-kurap-kudis-panu-mu

Peradaban koreng!

Page 187: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Has asasi borok !

Perdamaian kurap!

Demokrasi kudis!

Humanisasi panu!

Berlagaklah adi siapa perduli

Bangunanmu tinggal cantik di luar

Tinggal menunggu saat-saat ambyar

(Tadarus: 8)

Di borokku yang belum kering benar

Lalat-lalat dengan dingin bermain

Menari-nari nanar

Mabuk darah dan nanah

Helm-helmnya berkilatan

Sayap-sayapnya menggelepar

Menciptakan lagu lapar

Terbius aku sendiri

Rasa risi menyengat nyeri

Kuusir datang lagi kuusir datang lagi

Kuusir

Datang

Lagi. Sialan !

(Tadarus: 5)

Ramadlan bulan suci katamu, kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah

Merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu

Tapi bukankah kau masih selalu menunda-nunda menyingkirkan kedengkian

Keserakahan ujub riya takabur dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari

Comberan hatimu?

Mustofa,

Inilah bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan hati

Mustofa,

Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu

Yang secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi

Kau puja selama ini.

Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini

Seperti Ramadlan-ramadlan yang lalu

Page 188: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

(Pahlawan dan Tikus: 83-85)

Dalam beberapa larik puisi yang tercetak tebal di atas tampak beberapa kata konkret

guna memperkuat pengimajian bahasa puisi yang mengacu pada nada dan perasaan penyair

dalam melihat kepincangan atau ketidakberesan kehidupan baik diri sendiri, suatu kelompok

maupun suatu masyarakat serta perenungan terhadap hidup dan keberadaan Tuhan. Beberapa

kata konkret yang tampak di antaranya mantan rakyat / rakyat / tikus-tikus / kucing gombong

/ cacing tanah / lebah / bedak murah / koreng-borok-kurap-kudis-panu / borokku / Lalat-lalat

/ darah / nanah / ujub / riya / takabur/ berhala / sampah / comberan. Meskipun kata-kata

konotatif tersebut tampak sederhana tetapi menyebab puisi-puisi menjadi intens dan kaya

makna, sehingga mudah untuk menafsirkannya.

Gaya bahasa hiperbola, personifikasi, metafora, dan pleonasme banyak dijumpai dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus untuk mewakili nada dan perasaan penyair

yang satirik, kritis, impresinistik dan metafisikal dalam melihat kepincangan atau

ketidakberesan kehidupan baik pada diri sendiri, suatu kelompok maupun suatu masyarakat

serta perenungan terhadap hidup dan keberadaan Tuhan. Gaya bahasa tersebut dapat

ditunjukkan dalam beberapa larik puisi yang tercetak tebal berikut.

Di jalan-jalan dan di kendaraan-kendaraan

berbarel-barel bensin dan darah

dengan pipa-pipa kemajuan ditumpah-ruahkan

melalui pori-pori kejantanan

ke tangki-tangki penampung nyawa

untuk menghidupkan sesal dan kecewa.

(Pahlawan dan Tikus: 28-29)

……………………………………………………..Jangan lihat kenaikan upah yang cuma sekian ratus rupiah

Yang mungkin dianggap majikan-majikan kami tak lebih rendah

Dibanding selembar nyawa seekor buruh yang payah

Jangan lihat kebinatangan mereka yang menganiaya diri saya

Tapi lihatlah nasib keadilan yang parah

Page 189: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

…………………………………………………………………

(Pahlawan dan Tikus: 56)

Titik-titik hujan terus

Mengetuk-ngetuk malam-dinginku

Mengabarkan kesedihan langit

Sekali-kali kulihat kilat

Matanya yang geram tajam

Menyeruak pekat

Seperti mencariku hendak menikam

Hatiku yang kecil kecut

Kupeluk diriKu kencang-kencang

Dalam gigil yang semakin dahsyat

Tuhan, selimutilah aku

Dengan rahmatMu.

(Tadarus: 33)

Bulan,

Ayo berpandang-pandangan

Siapa yang lebih dahulu berkedip

Menemukan atau kehilangan pesona wajahNya.

(Tadarus: 70)

Laut,

Aku ingin meminum habis airmu

Tapi untuk apa?

(Tadarus: 71)

.......................................................

Ya Allah ya Badii’u

Wahai Tuhan Yang Maha pencipta

Ciptakanlah dalam hati kami

Kemampuan memandang keindahanMu

Yang mempesona semesta

………………………………………………

(Tadarus: 79-93)

…………………………………………………………….

Kami siap mengorbankan nyawa melawan mereka

Page 190: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Semata-mata karena kelaliman mereka

Jangan lihat sejengkal tanah yang kami pertahankan

Selembar nyawa mudah yang kami pertaruhkan

Tapi lihatlah kehidupan mulia yang kami perjuangkan.

Kami tak punya apa-apa kecuali pilihan

Tetap merdeka atau mati.

……………………………………………………………………

(Pahlawan dan Tikus: 56)

Larik-larik puisi yang tercdetak tebal di atas menunjukkan beberapa gaya bahasa untuk

mewakili serta nenegaskan nada dan perasaan penyair dalam melihat kepincangan atau

ketidakberesan kehidupan baik diri sendiri, suatu kelompok maupun suatu masyarakat serta

perenungan terhadap hidup dan keberadaan Tuhan.

Selanjutnya versifikasi, baik berupa rima, ritme, maupun metrum yang ditampilkan

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus selain untuk menghasilkan pengaruh

keindahan kata-kata yang ditampilkan, tetapi juga untuk memberikan gambaran kesungguhan

penyair dalam melihat kepincangan dan ketidakberesan kehidupan baik diri sendiri, suatu

kelompok maupun suatu masyarakat serta perenungan terhadap hidup dan keberadaan Tuhan.

Hal itu dapat ditunjukkan dalam beberapa larik puisi yang tercetak tebal berikut.

…………………………………………..Kami lawan mereka mati-matian

Bukan karena kulit mereka lain dari kulit kita

Bukan karena hidung mereka lain dari hidung kita

Bukan karena lidah mereka lain dengan lidah kita

Bukan karena mereka Inggris, Belanda, atau Gurka

Bukan karena mereka asing bagi kita

Kami siap mengorbankan nyawa melawan mereka

Semata-mata karena kelaliman mereka

……………………………………………………..

(Pahlawan dan Tikus: 56)

…………………………………………….

“Orang besar boleh bicara semaunya

Page 191: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Orang kecil paling jauh dibicarakan saja”

“Orang kecil jujur dibilang tolol

Orang besar tolol dibilang jujur

Orang kecil berani dikata kurang ajar

Orang besar kurang ajar dikata berani”

“Orang kecil mempertahankan hak

Disebut pembikin onar

Orang besar merampas hak

Disebut pendekar”

………………………………………………….

(Pahlawan dan Tikus: 63)

Islam agamaku, nomor satu di dunia

Islam benderaku, berkibar dimana-mana

Islam tempat ibadahku, mewah bagai istana

Islam tempat sekolahku, tak kalah dengan lainnya

………………………………………………………………..

Islam teaterku, emnampilkan karakter-karakter suci

Islam festivalku, pemerintahkan hari-hari mati

Islam kausku

Islam pentasku

Islam seminarku, membahas semua

Islam upacaraku, menyambut segala

Islam puisiku, menyanyikan apa

Tuhan, Islamkah aku?

(Tadarus: 29)

............................................Puasakan kelaminku

Untuk memuasi Ridla

Puasakan tanganmu

Untuk menerima Kurnia

Puasakan mulutmu

Untuk merasai Firman

Puasakan hidungmu

Untuk menghirup Wangi

Page 192: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Puasakan wajahmu

Untuk menghadap Keelokan

Puasakan matamu

Untuk menatap Cahya

Puasakan telingamu

Untuk menangkap Merdu

Puasakan rambutmu

Untuk menyerap Belai

Puasakan kepalamu

Untuk menekan Sujud

Puasakan kakimu

Untuk menapak Sirath

Puasakan tubuhmu

Untuk meresapi Rahmat

Puasakan hatimu

Untuk menikmati Hakikat

Puasakan pikiranmu

Untuk meyakini Kebenaran

Puasakan dirimu

Untuk menghayati Hidup.

Tidak.

Puasakan

Hasratmu

Hanya untuk

Hadlirat

Nya

!

…………………………………..

(Pahlawan dan Tikus: 83-85)

………………………………..

Kami memohonMu, ya Allah

Wahai Yang Maha Mendengar

Wahai Yang Maha Dekat

Wahai Yang Maha Pengabul

Wahai Yang Maha Kilat

Wahai Yang Maha Menghukum

Page 193: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Wahai Yang Maha Dahsyat hantamanNya

Wahai Yang Maha Perkasa

Wahai Yang Maha Memaksa

Wahai Yang tak tertaklukakan

oleh pemaksaan mereka yang perkasa

Yang tak sukar membinasakan raja-raja angkara,

Hunjamkanlah tipudaya mereka yang memperdaya kami

ke leher mereka sendiri

..........................................

(Pahlawan dan Tikus: 95-99)

Larik-larik puisi yang tercetak tebal di atas menunjukkan versifikasi, baik berupa rima,

ritme, maupun metrum yang padu untuk menghias keindahan larik-larik puisinya. Selain itu,

beberapa puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, keberadaan versivikasi

juga untuk mewakili serta menegaskan nada atau sikap penyair dalam melihat kepincangan

atau ketidakberesan kehidupan diri sendiri, kehidupan social serta perenungan terhadap hidup

dan keberadaan Tuhan.

Tampaknya, A. Mustofa Bisri selain mengungkapkan kata-kata yang lugas dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus selain untuk menyampaikan tema-tema yang

berhubungan dengan kritik terhadap kehidupan sosial dan religius, tampaknya penyair juga

ingin memadukan sifat-sifat yang ada dalam puisinya yang deskriptif dan metafisikal dengan

menggunakan kata konkret, pengimajian, gaya bahasa dan versivikasi yang senada. Hal ini

membuktikan, bahwa selain ingin menyampaikan nada dan sikap secara lugas, kritis, dan

satiris, penyair masih mempertimbangakan keindahan bahasanya. Bahkan tidak sedikit nada

humoris juga tampak dalam beberapa puisinya dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan

dan Tikus.

Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan Abdul Munir Mulkan (2009:159)

tentang puisi-puisi A. mustofa Bisri (Gus Mus) sebagai berikut.

Puisi-puisi Gus Mus bukan hanya indah dan sufistik, melainkan sekaligus humanis dan

Page 194: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

profetis meletakkan praktik Islam sebagai sebuah proses sosio-budaya dan seni dari kehidupan duniawi yang cair. Pilihan kata yang arif membuat pembaca yang menjadi sasaran kritiknya justru tersenyum manggut-manggut. Kritiknya tajam, tapi penuh hikmah dan terbarukan seperti menyebut syirik bukan semata menyembah batu, melainkan menempatkan diri sendiri paling benar dan mutlak benar.

f. Sintesis dan interpretasi.

Antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah wujud ciri khas dari puisi-puisi

A. Mustofa Bisri (Gus Mus), antara lain terlihat pada pengungkapan masalah kritik sosial dan

spiritual dengan menggunakan bahasa sehari-hari, dan pengucapan yang lugas. Bahasa yang

digunakan cukup wajar dan sederhana. Akan tetapi, di balik kesederhanaan itu sebenarnya

terdapat makna yang lebih dalam atau dapat disebut dengan deceptive simplicity

(kesederhanaan yang menipu). Ciri khas yang lain dari puisi-puisinya adalah penggunaan

diksi-diksi religi untuk mengekspresikan masalah-masalah sosial sehingga seolah-olah sajak

tersebut sepintas seperti sajak bertema religi, padahal sesungguhnya hendak menyuarakan

protes.

Beberapa tema atau gagasan yang diangkat diangkat dalam antologi puisi Tadarus dan

Pahlawan dan Tikus, antara lain: (1) kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan, (2) kritik

terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran dalam

kehidupan, (4) koreksi dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual, menunjukkan

korelasi yang senada dengan penyampaian sikap penyair. Sehingga strutktur bahasa yang

digunakan baik melalui pilihan kata, kata konkret, pengimajian, gaya bahasa, dan versifikasi

selaras dengan tema atau gagasan sekaligus nada atau sikap penyair yang diangkat dalam dua

antologi puisi tersebut.

Harmonisasi antara struktur bahasa dengan tema serta sikap penyair, tidak membuat

penulis sukar menafsirkan maknanya. Makna konotatif yang ditampilkan melalui struktur

Page 195: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

bahasa dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus masih dapat didekati, bahkan

makna konotatif itu menyebabkan puisi-puisi dalam antologi Tadarus dan Pahlawan dan

Tikus menjadi intens dan kaya akan makna.

Penyair berhasil memberikan sugesti kepada kita tentang betapa pentingnya kita untuk

saling mengingatkan akan nilai-nilai kemanusiaan, kebenaran, keadilan, kejujuran, introspeksi

diri, dan kesadaran spiritual. Penyair terus mengingatkan agar kita tetap berjalan dalam

koridor etika ilahiah, moral surgawi. Sehingga puisi-puisi dalam antologi puisi Tadarus dan

Pahlawan dan Tikus sangat kritis, satiris, bahkan nylekit dan sinis tetapi humoris. Hal ini

mengingatkan kita agar menyampaikan suara-suara Tuhan yang baik dan benar harus dengan

jalan hasanah (kebaikan) dan kebenaran pula.

Puisi-puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa

Bisri bukanlah puisi yang bergulat dengan perambahan estetika yang sering berujung pada

kegelapan makna, bukan puisi yang intens menggali kemurnian bunyi dan imaji kata seperti

halnya mantera, bukan pula puisi yang luluh dalam suasana sehingga menghadirkan impresi-

impresi ngungun dan samar. Sejalan dengan hal tersebut, disampaikan oleh Acep Zamzam

Noer (2009: 124), sebagai berikut.

Puisi-puisi A. Mustofa Bisri adalah puisi yang sadar akan fungsinya sebagai penyampai pesan, puisi yang memanfaatkan kekuatan retorika meski tidak jatuh sebagai pidato. Selalu tersedia sebuah ruang di mana pembaca bisa termenung, terhenyak, terhanyut, atau sekedar tersenyum. Bahasa yang digunakannya sejenis bahasa grafis yang plastis dan efektif, bahasa dengan karakter lisan yang kuat. Dalam perpuisian Indonesia mungkin bisa dibandingkan dengan puisi-puisi WS. Rendra atau Emha Ainun Nadjib, meski pada puisi-puisinya A. Mustofa Bisri lebih menonjol unsur humornya. Tentu saja humor khas pesantren.

Akhirnya, berdasarkan beberapa faktor yang dapat dijadikan kerangka berpikir meliputi:

(1) tentang A. Mustofa Bisri dan karya-karyanya, (2) gambaran umum tentang antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (3) tema-tema dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan

dan Tikus, (4) sikap penyair dalam hubungannya dengan tema dalam antologi puisi Tadarus

dan Pahlawan dan Tikus, dan (5) struktur bahasa dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan

Page 196: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dan Tikus, dan (6) sintesis dan interpretasi. Maka nada atau sikap penyair sangat relevan

dengan tema atau gagasan tentang kritik terhadap kehidupan sosial dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus.

Relevansi tersebut terdeskripsi dalam kerangka tema atau gagasan tentang: (1) kritik

terhadap dekadensi moral kemanusiaan, (2) ) kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran

hidup, (3) ) kritik terhadap ketidakjujuran dalam kehidupan, (4) koreksi dan introspeksi diri,

dan (5) kesadaran spiritual.

2. Nilai Religius dalam Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Puisi pada dasarnya merupakan bagian dari suatu tradisi tertentu yang secara turun

temurun diwariskan dari suatu generasi ke generasi lain, dengan atau tanpa reserve sehingga

memungkinkannya memodifikasi dirinya dari waktu ke waktu sesuai dengan konteks dan gairah

zaman yang menyertainya. Untuk hal terakhir tersebutlah selayaknya visi terlibat dalam

menentukan apa yang seharusnya bisa diemban dan dimainkan oleh sastra.

Terkait dengan hal tersebut, sejalan dengan yang disampaikan Aning Ayu Kusumawati

(2009:19) bahwa visi mengandung pengertian kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak

tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan, juga berarti apa yang tampak di

khayalan.

Visi dalam puisi-puisi A. Mustofa Bisri dapat diartikan sebagai kekuatan rohani atau akal

budi seorang A. Mustofa Bisri dalam potensi kreatifnya membaca tanda-tanda zaman. Sehingga

dapat dikatakan bahwa visi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang ada di dalamnya.

Kekuatan rohani dan akal budi dalam karya puisi sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai

yang ada di dalamnya. Utamanya nilai-nilai reigius. Selanjutnya Aning Ayu Kusumawati

(2009:21) memberi pengertian pada kata religius atau religiusitas sebagai berikut.

Page 197: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Religius atau religiositas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati” riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa, du Coeur dalam arti Pascal, yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawi) kedalaman isi pribadi manusia.

Nilai-nilai religius yang diemban antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri adalah nilai religius yang dibatasi pada religius sebagai pengalaman batin dan

kesadaran seseorang untuk selalu berhubungan dengan Sang Pencipta. Perwujudannya dengan

menciptakan hubungan yang harmoni dengan sang Maha Pencipta dalam pemikiran dan

perbuatan. Sealanjutnya akan terealisasi dalam keseimbangan ritual ibadah, baik ibadah personal

(pribadi) maupun ibadah sosial.

Adapun puisi yang kuat mengemban nilai religius berdasarkan pengertian di atas, dalam

antalogi puisi Tadarus tampak pada puisi-puisi yang berjudul ”Titik-Titik Hujan”, ”Tadarus”,

”Buah Mata”, ”Di Pelataran-Mu Nan Lapang”, ”Wanita Cantik di Multazam”, ”Tanpa Jarak”,

”Berlapis-lapis Cahaya Menghadang”, dan ”Doa”. Secara berurutan, puisi-puisi yang kuat

mengemban nilai religius tampak dalam larik-larik yang tercetak tebal berikut.

......................................Hatiku yang kecil kecut

Kupeluk diriKu kencang-kencang

Dalam gigil yang semakin dahsyat

Tuhan, selimutilah aku

Dengan rahmatMu.

(Tadarus: 33)

...................................................................................Ya Tuhan, kemana gerangan belalang malang ini ‘kan terlempar?

Gunung amal yang dibanggakan

Jadikah selembar bulu saja memberati timbangan

Atau gunung-gunung dosa akan memberati timbangan

Bagi persembahan lidah Hawiyah?

Ataukah, o, kalau saja maharahmatMu

Akan menerbangkannya ke lautan ampunan

Shadaqallahul’ Adhiem

Page 198: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

................................................................................

(Tadarus: 46)

...................................................................................

Kau tak meniupkan apa-apa tak menitipkan apa-apa

Karena memang kau seperti anakmu juga

Sejak mula tak memiliki apa-apa

Bagaimana kau mengaku segala apa?

Kau tahu

Pemiliknya yang sejati

Menitip-amanatkan padamu

Dan tak pernah berhenti

mengawasimu

(Tadarus: 76)

.................................................................Di pelataran agungMu nan lapang

Aku titik-titik tahi merpati

Menggumpal dalam titik noda

Berputaran

Mengabur melaju

Luruh dalam gemuruh Talbiah

Takbir dan tahmid

Mengejar ampunan Dalam lautan ampunan

Terpelanting Dalam

Khauf dan raja

(Tadarus: 37-38)

………………………………………………Allahku, kunikmati keindahan dalam keindahan

di atas keindahan di bawah keindahan

di kanan-kiri keindahan

di tengah-tengah keindahan yang indah sekali

Allahku, inilah kerapuhanku! Tak kutanyakan kenapa

Engkau bertanya bukan ditanya kenapa

Page 199: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Tapi apa jawabku? - - ampunilah aku - - tanyalah jua yang

Kupunya kini:

Allahku, mukallafkah aku dalam keindahanMu?

(Tadarus: 39-40)

Tanpa jarak

Maka entah rapat entah berantara

Tanpa aksara

Maka entah diam entah bicara

Tanpa ketika

Maka entah sebentar entah lama

Tanpa masa

Maka entah kekal entah fana

Tanpa janji

Maka entah berpisah entah bersua

(Tadarus: 64)

……………………………..O, Maha Cahya

Yang dilindungi cahya-cahya,

Cahyakanlah aku

Agar aku bisa meyatu

Dengan cahya-cahyaMu

Atau kalau tidak jadikanlah aku

Sekilas pijar agar mampu

Merenangi cahya-cahyaMu

menujuMu

(Tadarus: 68)

…………………………………………………..Wahai Tuhan Yang Maha cahaya

Sinarilah hati kami

Dengan cahyaMu sehingga kami dapat membedakan

Yang nyata dan yang maya

Ya Allah ya Hadii

Page 200: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Wahai Tuhan Yang Maha menunjukkan

Tunjukkanlah kami

Jalan yang lurus yang harus kami lalui

Seperti Engkau perintahkan

Ya Allah ya Badii’u

Wahai Tuhan Yang Maha pencipta

Ciptakanlah dalam hati kami

Kemampuan memandang keindahanMu

Yang mempesona semesta

…………………………………………………………………

(Tadarus: 79-93)

Larik-larik puisi yang ditunjukkan secara berurutan dari beberapa puisi yang berjudul

”Titik-Titik Hujan”, ”Tadarus”, ”Buah Mata”, ”Di Pelataran-Mu Nan Lapang”, ”Wanita Cantik

di Multazam”, ”Tanpa Jarak”, ”Berlapis-lapis Cahaya Menghadang”, dan ”Doa” di atas,

menunjukkan bahwa manusia dengan segala ketidakberdayaan hanya mampu berharap dan

memohon kepada Tuhan dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Selanjutnya dengan segala

upaya dan usahanya untuk selalu mendekat kepada Tuhan melalui beribadah dan berdoa guna

mendapat curahan rahmat-Nya.

Konsekuensinya, setelah mendapat rahmat Tuhan, manusia akan lebih mudah untuk

menggerakkan hati, pikiran, dan perbuatan sejalan dengan tuntunan ’Cahaya’ Tuhan. Dalam

kehidupan sehari-harinya kita akan selalu diliputi dengan ’Cahaya’ Tuhan. Dengan ’Cahaya’

Tuhan inilah, maka kita akan meminimalkan bahkan menghindarkan diri dari perbuatan yang

dilarang oleh Tuhan. Karena pancaran ’Cahaya’ Tuhan telah melingkupi diri kita dalam segala

situasi dan kondisi.

Dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus, puisi-puisi yang sangat kuat mengemban nilai-

nilai religius akan tampak pada beberapa puisi yang berjudul ”Ibu”, ”Kurban”, ”Nazar Ibu di

Karbala”, ”Hizib Nashar Wali Quthub Asy-Syadzili”, dan ”Doa Akasyah”. Secara berurutan,

puisi-puisi yang kuat mengemban nilai-nilai religius tampak dalam larik-larik puisi berikut.

Page 201: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

........................................................(Tuhan,

aku bersaksi

ibuku telah melaksanakan amanatMu

menyampaikan kasih sayangMu

maka kasihilah ibuku

seperti Kau mengasihi

kekasih-kekasihMu

Amin).

(Pahlawan dan Tikus: 37)

.....................................................Kurelakan permataku semata wayang

bismillahi allahu akbar

adakah yang lebih tersayang melebihi putera tersayang

adakah yang lebi berharga melebihi nyawa

kecuali kasihnya

yang menanti di batas ketulusan?

Hari ini pun

agaknya hingga kapan pun

kurban tetap tak seberapa

takbir tak seberapa

tahmid tak seberapa

tapi terimalah, tuhan!

Bismillahi allahu akbar walillahil hamdu!

(Pahlawan dan Tikus: 72)

...................................tuhan,

kalau aku boleh meminta ganti

gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku

dengan kepasrahan yang utuh

dan semangat yang penuh

untuk terus melangkah

pada jalan lurusmu

dan sadarkanlah manusia

agar tak terus menumpahkan darah

mereka sendiri sia-sia

tuhan,

inilah nazarku

terimalah.”

Page 202: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

(Pahlawan dan Tikus: 34)

...............................................................Dan kami menharap Allahlah yang menyelamatkan

Cukup Allah sebagai pembela

Cukup Allah sebagai penolong

Allah mencukupi kami

Tempat bersandar paling handal

Laa haula walaa quwwata illa billahi'i'Aliyi'l'Adhiim

tiada daya tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah

Yang Maha Luhur Maha Agung

...................................................................

(Pahlawan dan Tikus: 93-95)

......................................................Tiada Tuhan selain Dia

KepadaNyalah aku berserah diri

Dialah Tuhan Penguasa 'Arasy yang agung

Cukup bagiku Allah Sebaik-baiknya pelndung

dan Sebaik-baik pembela

Tiada daya tiada kekuatan kecuali dengan Allah

Yang Maha Tinggi dan Maha Agung

...............................................................

(Pahlawan dan Tikus: 100-108)

Larik-larik yang secara berurutan pada puisi-puisi yang berjudul ”Ibu”, ”Kurban”, ”Nazar

Ibu di Karbala”, ”Hizib Nashar Wali Quthub Asy-Syadzili”, dan ”Doa Akasyah”di atas,

menunjukkan bahwa dengan segala kesadarannya manusia harus mengakui keberadaannya di

dunia ini tidak lepas dari peran kasih sayang seorang ibu (orang tua). Apapun posisi dan jabatan

kita, tanpa kasih sayang ibu kita tidak kan mampu meraihnya. Sebab suara hati Ibu (orang tua)

kita sangat dekat dengan suara Tuhan. Kerelaan dan murka ibu (orang tua) kita juga merupakan

kerelaan dan murka Tuhan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita berharap dan memohon

kepada Tuhan, agar Tuhan juga memberikan kasih sayang-Nya pada ibu (orang tua) kita.

Selanjutnya kita ditunjukkan pengorbanan seorang ibu untuk mengharapkan cinta-Nya,

meskipun segala musibah menerpanya. Dengan segala ketidakberdayaannya, hanya mampu

Page 203: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

berharap dan memohon kepada Tuhan dengan segala sifat kesempurnaan-Nya untuk selalu

mendekat pada Tuhan agar mendapat curahan rahmat-Nya. Selain itu, dari larik-larik puisi di

atas, kita ditunjukkan sebuah kesadaran, bahwa semua yang ada dan bergerak dalam tubuh kita

tiada lain adalah berkat kehendak-Nya semata, sehingga cukup hanya Tuhan yang menjadi

sandaran harapan kita. Karena hanya dengan rahmat dan pertolongan Tuhan, kita akan lebih

mudah untuk menggerakkan hati, pikiran, dan perbuatan sejalan dengan tuntunan ’Cahaya’

Tuhan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai religius dalam antologi puisi Tadarus

dan Pahlawan dan Tikus, adalah gambaran kehidupan kita sehari-hari yang selalu berharap

curahan ’Cahaya’ Tuhan. Dengan ’Cahaya Tuhan’ ini, kita akan selalu berusaha untuk

meminimalkan bahkan menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang Tuhan. Sebab hanya

dengan pancaran ’Cahaya’ Tuhan dalam hati atau jiwa, maka kita akan memiliki kemampuan

untuk menggerakkan hati, pikiran, dan perbuatan sejalan dengan tuntunan ’Cahaya’ Tuhan

dalam segala situasi dan kondisi.

3. Nilai Pendidikan dalam Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Puisi adalah keindahan dan kehikmatan. Puisi mampu memberikan kesenangan atau

hiburan kepada pembaca. Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka

membentuk pandangan hidupnya. Hal itu mungkin saja terjadi karena pada awal

pertumbuhannya, puisi sangat erat hubungannya dengan filsafat dan agama. Bahkan renungan

para pujangga Jawa, umumnya juga disusun dalam bentuk tembang.

Unsur kehikmatan yang kebermanfaatan dalam mengembangkan filsafat hidup pembaca

dapat meliputi berbagai masalah yang sangat kompleks. Sejalan dengan hal itu, diungkapkan

oleh Aminuddin (1987:197) sebagai berikut.

Kompleksitas itu terjadi karena, sebagai suatu kreasi seni, puisi dapat mengangkat bahan penciptaanya dari kompleksitas masalah dalam kehidupan itu sendiri, dari segala yang ada

Page 204: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dan mungkin ada. Oleh sebab itu, puisi pada dasarnya juga mampu menggambarkan problema manusia yang bersifat universal, yakni tentang masalah hakikat kehidupan, manusia, kematian, dan ketuhanan.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa keberadaan puisi adalah refleksi gambaran

manusia dengan segala masalah dan problematikanya yang berhubungan dengan kehidupan,

kemanusiaan, kematian, dan ketuhanan. Pemahaman pada keempat masalah itu akan

memperkaya wawasan hidup seseorang dengan kata lain, keempat masalah tersebut juga

merupakan butir-butir yang memiliki nilai pendidikan yang bermanfaat bagi pembacanya.

Nilai pendidikan adalah suatu gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang

terhadap kehidupan sosial. Gagasan, tanggapan, maupun sikap tersebut, dalam hal ini akan

mampu terwujud dalam suatu pandangan artistik, filosofis, maupun agamis sehingga akan

mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan ruhaniah pembaca.

Nilai pendidikan pada dasarnya juga merupakan suatu nilai yang telah beranjak jauh dari

pesan tersurat yang terdapat dalam suatu cipta sastra (Aminuddin, 1987: 47-49). Sebab itulah,

penerapan pendekatan didaktis dalam apresiasi sastra akan menuntut daya kemampuan

intelektual, kepekaan rasa maupun sikap yang mapan dari pembacanya.

Selanjutnya dikatakan oleh Aminuddin (1987: 47-49) terkait dengan pemahaman nilai

pendidikan dalam karya sastra, sebagai berikut.

Dalam pelaksanaannya, pemahaman terhadap nilai pendidikan ini diawali dengan upaya pemahaman gagasan atau tema yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Gagasan atau tema itu pada dasarnya disarikan dari paparan sikap pengarang, baik berupa tuturan ekspresif, komentar, dialog, lakuan, maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau penyairnya.

Upaya penggalian nilai-nilai pendidikan pada larik-larik puisi dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri akan berhubungan dengan berbagai

macam kemungkinan pengembangan yang sangat luas. Agar tidak terlalu luas, peneliti

menganalisis seperti halnya saat menentukan tema atau gagasan dalam puisi. Dari hasil analisis,

maka nilai-nilai pendidikan yang ada dalam larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan

Page 205: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Pahlawan dan Tikus adalah nilai-nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan: (1) manusia

dengan dirinya sendiri, (2) manusia dengan orang lain, (3) manusia dengan kehidupan, (4)

manusia dengan kematian, dan (5) manusia dengan ketuhanan.

Adapun deskripsi dan penjelasan tentang nilai-nilai pendidikan yang terangkum dalam

hubungan manusia dengan diri sendiri, orang lain, kehidupan, kematian, dan ketuhanan yang

tercermin pada larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus dapat

diuraikan dalam beberapa bagian berikut.

1) Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus yang kuat

mengemban nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan diri sendiri, di

antaranya tampak dalam beberapa puisi yang berjudul ”Pesona”, ”Nasihat-Nasihat”,

”Nurani”, ”Puisi Islam”, ”Naihat Ramadlan buat A. Mustofa Bisri”, dan ”Ya Rasulullah”.

Secara berurutan, puisi-puisi yang kuat mengemban nilai-nilai pendidikan yang

mendeskripsikan hubungan manusia dengan dirinya sendiri tampak dalam larik-larik puisi

berikut.

.....................................................................................Tuhan, kami tak mampu menhentikannya atau memanfaatkannya

Musuh kami dan musuhMu lagi-lagi telah lebih dahulu

dengan sangat sempurna memanfaatkannya untuk misinya.

Memalingkan kami dariMu.

Tuhan, lihatlah menghadapi benda mati ciptaan sendiri pun

kami tak berdaya dan mengaku kepadaMu.

(Tadarus: 6)

Dari hari ke hari siang-malam nasihat-nasihat luhur itu

Menterorku menghadangku hingga di spanduk-spanduk jalan

Menguntitku hingga di stiker-stiker kendaraan menguberku

Page 206: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dengan pengeras-pengeras suara yang memekik-mekik memekakkan

Mencegatku di pamflet-pamflet pagar-pagar rumah dari kantor

Mengusikku dari layar-layar bioskop dan seri-seri drama teve

Mengepungku di kolom-kolom Koran dan majalah Mengurungkanku di

Mesjid-mesjid surau-surau gereja-gereja dan lanpangan-lapangan upacara ….. hingga

tak sempat aku melaksanakannya

(Tadarus: 63)

Semula dengkurnya menggangu tidurku. Kini tak lagi.

(Tadarus: 66)

Islam agamaku, nomor satu di dunia

Islam benderaku, berkibar dimana-mana

Islam tempat ibadahku, mewah bagai istana

Islam tempat sekolahku, tak kalah dengan lainnya

Islam sorbanku

Islam sajadahku

Islam kitabku

……………………………………………………………Islam kausku

Islam pentasku

Islam seminarku, membahas semua

Islam upacaraku, menyambut segala

Islam puisiku, menyanyikan apa

Tuhan, Islamkah aku?

(Tadarus: 29)

Mustofa,

Jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan

Ramadlan bulan ampunan apakah hanya menirukan Nabi

Atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang

Menggerakkan lidahmu begitu

…………………………………………………

(Pahlawan dan Tikus: 83-85)

........................................Ya rasulallah

Mulut dan hatiku bersaksi

Page 207: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Tiada tuhan selain Allah

Dan engkau ya rasul utusan Allah

Tapi kusembah juga diriku astaghfirullah

Dan risalahmu hanya kubaca bagai sejarah

Ya rasulallah

Setiap saat jasadku salat

Setiap kali tubuhku bersimpuh

Diriku jua yang kuingat

.......................................

(Pahlawan dan Tikus: 86-88)

Secara berurutan larik-larik puisi di atas mengemban nilai pendidikan hubungan

manusia dengan diri sendiri, bahwa disadari atau tidak diri kita dengan benar-benar berada

dalam segala keterbatasan dan kekurangan. Baik dalam mengahadapi keinginan sendiri

maupun untuk kepentingan ibadah. Kita selalu lebih mementingkan diri sendiri daripada

kepentingan di luar kita. Misalnya hubungan dengan sesama, lebih-lebih hubungan dengan

Tuhan.

Contohnya, dalam urusan beragama, kita mengakui apapun yang ada dalam diri kita

sudah berlabel agama yang kita yakini. Tapi apa benar menurut Tuhan, bahwa kita sudah

benar-benar beragama atau sekedar simbol agama yang menempel pada fisik kita saja? Kita

beribadah kepada Tuhan. Tapi apa benar, ibadah kita benar-benar ingin mencari ridla-Nya?

Atau hanya sekedar rutinitas tak bermakna, sehingga dalam ibadah kita hanya ingat diri kita

saja dan menghitung-hitung ibadah yang telah kita lakukan.

Contoh lain, banyaknya nasihat tentang kebajikan dalam bentuk apapun yang kita

dengar, bukan jaminan bagi kita untuk menjadi manusia yang bijak. Justru sebaliknya, kita tak

pernah sekalipun melaksanakan nasihat tentang kebajikan itu atau bahkah sama sekali kita tak

akan bergeming dengan berbagai bentuk nasihat tersebut. Terlalu sering bagi kita lebih egois

dengan urusan diri sendiri. Sedangkan untuk urusan dengan sesama dan Tuhan adalah urusan

yang kesekian. Inilah nilai pendidikan paling berharga bagi kita, untuk selalu menempatkan

Page 208: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

keseimbangan kewajiban kita sebagai umat beragama sekaligus makhluk sosial.

2) Hubungan Manusia dengan Orang Lain

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus yang kuat

mengemban nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan orang lain, di

antaranya tampak dalam beberapa puisi yang berjudul ”Mantan Rakyat”, ”Kubaca Berita”,

”Bosnia”, ”Reinkarnasi”, ”Makin Canggih Saja”, dan ”Saling”. Secara berurutan, puisi-puisi

yang kuat mengemban nilai-nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia

dengan orang lain tampak dalam larik-larik puisi berikut.

Mantan rakyat bertemu rakyat

Berbicara atas nama rakyat demi rakyat

Dan rakyat pun saling bertanya

Apakah dia pernah jadi rakyat?

(Tadarus: 21)

……………………………………………………………….

Kubaca berita tentang kepala Negara yang diangkat seumur hidup oleh para wakil rakyatnya tiba-tiba anak-anaknya sendiri mencopot dan mencacimakinya.

Kubaca berita tentang seorang maharaja yang sedang asyik dan belum selesai memuasi

keperkasaan kekuasaannya tiba-tiba terguling oleh tangan besinya sendiri yang selama ini digunakan menggencet rakyatnya.

Kubaca berita tentang seorang presiden yang digadang-gadang dan merasa mampu

memimpin negaranya hingga akhir hayatnya tiba-tiba terbirit-birit diburu rakyatnya hingga tak sempat mati di tanah airnya sendiri.

Kubaca berita tentang ibu Negara yang dianggap orang kedua terkuat setelah suaminya

tiba-tiba harus angkat kaki dari negerinya tanpa sempat membawa ratusan pasang sepatunya yang dipersiapkan untuk menghadiri ratusan jamuan dan resepsi kenegaraan.

……………………………………………………………………….

(Tadarus: 24-26)

Bosnia adalah wajah kita yang kusut

Bosnia adalah keangkuhan dan ketidakberdayaan kita

Bosnia adalah kita yang terkoyak-koyak

Bosnia adalah kepanikan manusia menghadapi diri sendiri

Page 209: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

(Airmata dan darah tertumpah atau tidak

Raung atau erang yang terdengar

Atau justru hanya senyum yang sunyi

Tragedi manusia adalah saat

Kemanusiaannya lepas entah kemana?

Atau barangkali Bosnia

Adalah dunia kita yang mulai

sekarat.

(Tadarus: 28)

abrahah-abrahah tak lagi datang membawa gajah

dari jauh mereka mengirim burung-burung bagai ababil

mengobrak-abrik batok kepala dan perut bumi

menyikat ruh-ruh dan nurani

abujahal-abujahal cebol terseret-seret pedang-pedang mereka

sendiri ketika meneriakkan seruan jihad fisabilillah

di mimbar-mimbar

di seminar-seminar

di jalanan dan di pasar-pasar

firaun-firaun kecil

dan qarun-qarun kerdil

mengacung-acungkan duplikat-duplikat tongkat

musa yang keramat

mencari-cari mangsa

menakut-nakuti manusia

………………………………………………….

(Pahlawan dan Tikus: 24)

Makin canggih saja manusia

Mencipta virus-virus berbisa

senjata-senjata serba-bisa

Agar sambil menangis atau tertawa

Bisa memusnahkan dirinya

(Pahlawan dan Tikus: 49)

Page 210: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Di gedung DPR

Fraksi-fraksi saling menghabisi

Di kantor partai

Golongan dan unsur saling gusur

Di kampus

Dosen dan Mahasiswa saling mencela

Di seminar

Pakar-pakar bertengkar

Di sanggar

Seniman-seniman berhantaman

Di koran

Orang-orang penting saling banting

Di mesjid

Orang-orang Islam bertikam

Di gereja

Orang-orang Nasrani berkelahi

Di pura

Orang-orang Hindu beradu

Di wihara

Orang-orang Budha berlaga

Di lapangan

Para olahragawan berterkaman

Di jalan

Sopir-sopir saling puntir

Di pasar

Bakul-bakul saling pukul

Di warung

Kawan-kawan saling lawan

Di rumah

Anak dan Bapak saling sepak

Di kamar

Kau dan aku terpaku

(Pahlawan dan Tikus: 50)

Secara berurutan larik-larik puisi di atas menunjukkan nilai pendidikan pada kita,

bahwa nilai-nilai hubungan kemanusiaan kita sudah mulai luntur bahkan lambat laun akan

terkikis dalam kehidupan kita yang serba hedonis dan meterialis. Banyak di antara kita yang

Page 211: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

belum menyadari hakikat hubungan kemanusiaan. Apalagi kalau sudah diembel-embeli

jabatan atau pangkat yang melekat pada diri kita, seakan-akan jabatan atau pangkat itu

merupakan sekat moral kemanusiaan kita dengan sesama. Peperangan dan saling membunuh

demi sebuah kebanggaan ras atau suku serta demi gengsi menjadi tradisi daripada harus

membina kerukunan dan kasih sayang dengan sesama.

Kita lebih banyak menyibukkan diri untuk mempropagandakan label-label atau simbol-

simbol prestise yang kita sandang daripada harus bersusah payah menyuarakan kebaikan dan

kebenaran hidup antarsesama. Kita lakukan apapun demi keuntungan kita sendiri, meskipun

yang lain merasakan kesengsaraan atas perilaku kita.

Kita lebih senang menebar virus kebencian dan perpecahan dengan sesama di segala

bidang kehidupan daripada membina kerukunan dan kedamaian hidup di antara sesama.

Nilai-nilai pendidikan inilah yang diemban pada larik-larik puisi di atas, bahwa sudah

seharusnya kita bisa menempatkan nilai-nilai kemanusiaan dalam segala bidang kehidupan

tanpa harus memandang terhadap perbedaan ras, suku, golongan, maupun agama.

3) Hubungan Manusia dengan Kehidupan

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus yang kuat

mengemban nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan kehidupan,

di antaranya tampak dalam beberapa puisi yang berjudul ”Ratsaa”, ”Khalifah Allah, di

manakah Kau?”, ”Selamat Idul Fitri”, ”Kepada Penyair”, ”Surabaya”, dan ”Di Negeri

Amplop”. Secara berurutan, puisi-puisi yang kuat mengemban nilai-nilai pendidikan yang

mendeskripsikan hubungan manusia dengan kehidupan tampak dalam larik-larik puisi

berikut.

anak-anakmu kau serahkan babumu

istrimu kau serahkan sopirmu

dirimu kau serahkan sekretarismu

tuhanmu kau serahkan siapa?

(Tadarus: 23)

Page 212: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Di depan yang maju terus sendiri maju bagai lokomotip yang

dingin bagai bulldozer yang garang dalam keangkuhan yang

kaku menginjak-injak mendesak-desak mendorong-dorong yang

lain ke samping menumpuk-numpuk barisan panjang

yang terpelanting panik di belakang

Di tengah yang menengah terpisah resah berputar-putar sekitar

dirinya dalam kecongkaan-degilnya yang lalai ingin maju tak

mampu lalu berlagak maju tak maju

oleh mental dan ilmu yang tak maju-maju

kere yang melata di depan yang maju

pamer macam-macam di depan yang terbelakang

Di belakang yang terbelakang kian ke belakang terus ke belakang

terhimpit sepi yang kian rapi tak sempat senyum sesekali

masih tetap hidup semata-mata karena liatnya nyawa

Khalifah Allah, dimanakah kau?

(Tadarus: 41)

Selamat idul fitri, bumi

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak semena-mena

Kami memerkosamu

Selamat idul fitri, langit

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak henti-hentinya

Kami mengelabukanmu

Selamt idul fitri, mentari

Maafkanlah kami

Page 213: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Tidak bosan-bosan

Kami mengaburkanmu

Selamat idul fitri, laut

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak segan-segan

Kami mengeruhkanmu

Selamat idul fitri, burung-burung

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak putus-putus

Kami membrangusmu

Selamat idul fitri, tetumbuhan

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak puas-puas

Kami menebasmu

Selamat idul fitri, para pemimpin

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak habis-habis

Kami membiarkanmu

Selamat idul fitri, rakyat

Maafkanlah kami

Selama ini

Tidak sudah-sudah

Kami mempergunakanmu

(Tadarus: 52)

Brentilah menganyam-anyam maya

mengindah-indahkan cinta

membesar-besarkan rindu

Brentilah menyia-nyiakan daya

Page 214: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

memburu orgasme dengan tangan kelu

Brentilah menjelajah lembah-lembah

dengan angan-angan tanpa arah

Tengoklah kanan-kirimu

Lihatlah kelemahan dimana-mana

membuat lelap dan kalap siapa saja

Lihatlah kekalapan dan kelelapan merajalela

mebabat segalanya

Lihatlah segalanya semena-mena

mengroyok dan membiarkan nurani tak berdaya

…………………………………………………….

(Pahlawan dan Tikus: 50)

……………………………..

Surabaya,

O, kota keberanian

O, kota kebanggaan

Mana sorak-sorai takbirmu

Yang membakar nyali kezaliman?

Mana pekik merdekamu

Yang menggetarkan ketidakadilan?

Mana arek-arekmu yang siap

Menjadi tumbal kemerdekaan

Dan harga diri

Menjaga ibu pertiwi

Dan anak-anak negeri.

Ataukah kini semuanya ikut terbuai

Lagu-lagu satu nada

Demi menjaga

Keselamatan dan kepuasan

Diri sendiri

…………………………………………..

(Pahlawan dan Tikus: 54)

……………………………………….

Amplop-amplop di negeri amplop

Page 215: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Mengatur dengan teratur

Hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

Hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

Memutuskan putusan yang tak putus

Amplop-amlop menguasai panguasa

Dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

Mencairkan dan membekukan

Mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa nafsu

Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop

Amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja

(Pahlawan dan Tikus: 57)

Secara berurutan larik-larik puisi di atas menunjukkan nilai pendidikan pada kita,

bahwa dalam hidup dan kehidupan kita masih banyak yang belum bisa kita lakukan sesuai

dengan aturan dan norma kebaikan yang berlaku. Kita masih sibuk dengan urusan sendiri,

yang belum jelas kebaikannya. Dimana pun posisi dan jabatan kita, belum dapat

menempatkan diri sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang kita miliki. Kita masih terlalu

banyak menjadikan segala sesuatu di luar kita (baik manusia, hewan, maupun tumbuhan)

adalah pemuas keinginan kita, sehingga apapun langkah kita (benar atau salah) adalah benar

menurut kita. Asalkan semua keinginan kita terpenuhi.

Kita masih sering melihat kezaliman dan kemungkaran di sekitar kita yang memperdaya

nurani, karena memang kita tidak mampu untuk meninggalkan sifat buruk itu dalam diri kita.

Kita masih banyak mencari kepuasan diri dalam setiap waktu dan kesempatan, sehingga

dengan jalan apapun (benar atau salah) asalkan keinginan kita terpenuhi, tetap kita pandang

sebagai hal yang paling benar. Nilai-nilai pendidikan inilah yang diemban pada larik-larik

Page 216: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

puisi di atas, bahwa sudah seharusnya kita menghentikan segala bentuk praktik kezaliman dan

kemungkaran dalam setiap sudut kehidupan. Kita kembalikan semua praktik kehidupan pada

nurani kita. Hanya dengan menempatkan nurani, kita bisa hidup perdampingan dengan

siapapun, baik dengan sesama maupun terhadap lingkungan, sehingga nantinya akan tercipta

harmoni yang indah dalam kehidupan kita.

4) Hubungan Manusia dengan Kematian

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus yang kuat

mengemban nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan kematian, di

antaranya tampak dalam beberapa puisi yang berjudul ”Kubaca Berita”, ”Sujud”, ”Surabaya”,

dan ”Dua Surat dari Surabaya”. Secara berurutan, puisi-puisi yang kuat mengemban nilai-

nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan kematian tampak dalam

larik-larik puisi berikut.

Kubaca berita tentang seorang putera yang diidam-idamkan orangtuanya menjadi Sarjana dan kebanggaan bangsa tiba-tiba mati di jalan raya menjelang diwisuda.

Kubaca berita tentang seorang pejabat yang sedang main tennis dengan kolega-koleganya

tiba-tiba terkapar di lapangan sebelum menyelesaikan set yang pertama dan belum hilang kumandang derail-derai tawanya.

Kubaca berita tentang seorang tokoh yang menjadi harapan keluarha dan dihormati

masyarakatnya ketika asyik menikmati liburannya di sebuah hotel berbintang mendadak mati di atas tubuh gundiknya dalam keadaan telanjang

Kubaca berita tentang seorang pemikir yang diandalkan para pengikutnya kerna

kecemerlangan pikiran dan kekuatan pribadinya tiba-tiba ambruk tak berdaya ketika memberikan dan belum selesai memaparkan teori-teori pembaruannya.

Kubaca berita tentang seorang superstar yang dielu-elukan para penggemarnya tiba-tiba

terkulai digasak virus yang selama ini ia ikut memproduksi dan menyebarkannya

……………………………………………………………………………………..

(Tadarus: 24-26)

............................................apakah kau lupa

bahwa tanah adalah bapa

Page 217: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dai mana ibumu dilahirkan

tanah adalah ibu

yang menyusuimu

dan memberi makan

tanah adalah kawan

yang memelukmu dalam kesendirian

dalam perjalanan panjang

menuju keabadian?

singkirkan saja sajadah mahalmu

ratakan keningmu

latakan heningmu

tanahkan wajahmu

pasrahkan jiwamu

biarlah rahmat agung

Allah membelaimu

dan terbanglah, kekasih

(Pahlawan dan Tikus: 38)

Surabaya,

O, kota keberanian

O, kota kebanggaan

Mana sorak-sorai takbirmu

Yang membakar nyali kezaliman?

Mana pekik merdekamu

Yang menggetarkan ketidakadilan?

Mana arek-arekmu yang siap

Menjadi tumbal kemerdekaan

Dan harga diri

Menjaga ibu pertiwi

Dan anak-anak negeri.

Ataukah kini semuanya ikut terbuai

Lagu-lagu satu nada

Demi menjaga

Keselamatan dan kepuasan

Diri sendiri

Allahu Akbar!

Dulu arek-arek Surabaya

Tak ingin menyetrika Amerika

Page 218: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Melinggis Inggris

Menggada Belanda

Murka kepada Gurka

Mereka hanya tak suka

Kezaliman yang angkuh merajalela

Mengotori persada

Mereka harus melawan

Meski nyawa yang menjadi taruhan

Karena mereka memang pahlawan

Surabaya,

Dimanakah kau sembunyikan

Pahlawanku?

(Pahlawan dan Tikus: 54)

………………………………………………………Maka dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab,

Kami sambut mereka dengan takbir dan pekik merdeka.

Kami lawan mereka mati-matian

Bukan karena kulit mereka lain dari kulit kita

Bukan karena hidung mereka lain dari hidung kita

Bukan karena lidah mereka lain dengan lidah kita

Bukan karena mereka Inggris, Belanda, atau Gurka

Bukan karena mereka asing bagi kita

Kami siap mengorbankan nyawa melawan mereka

Semata-mata karena kelaliman mereka

Jangan lihat sejengkal tanah yang kami pertahankan

Selembar nyawa mudah yang kami pertaruhkan

Tapi lihatlah kehidupan mulia yang kami perjuangkan.

……………………………………………………………….

Jangan lihat kebinatangan mereka yang menganiaya diri saya

Tapi lihatlah nasib keadilan yang parah

Dibawah kekuasaan dan keserakahan yang pongah

Seandainya mereka tidak merenggut nyawa saya,

Orang-orang seperti saya pun akan mati tersiksa juga

Bersama keadilan yang terkalahkan.

Page 219: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Hidup tanpa keadilan adalah kematian.

Sia-siakah kematian saya?

Kalian yang masih hidup, jawablah.

Wassalam. Marsinah

Secara berurutan larik-larik puisi di atas menunjukkan nilai pendidikan pada kita,

bahwa kematian akan menjemput kita tanpa kita sadari kapan datangnya. Kematian adalah

misteri Tuhan, disamping kehidupan dan perjodohan. Kematian akan dihadapkan pada kita

oleh Tuhan dengan berbagai ragam peristiwa dan kejadian. Kebanyakan di antara kita belum

siap untuk menerima atau menghadapinya. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang sudah siap

menghadapinya. Semua tergantung kita, bagaimana kita menyikapinya.

Jika kematian merupakan sesuatu yang menakutkan, tentunya kita berharap agar

kematian jangan bersandar pada diri kita terlebih dahulu. Sebaliknya, jika kita menyadari

bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak perlu ditakuti. Apapun yang terjadi pada diri kita,

kita hadapi dengan sikap berani dan lapang dada. Semisal sikap para pahlawan perjuangan

yang membela kebenaran dan hati nurani. Mereka menganggap kematian adalah sesuatu yang

indah, sebab mereka yakin kematian mereka bukanlah hal yang sia-sia. Nilai-nilai pendidikan

inilah yang diemban pada larik-larik puisi di atas, bahwa kita semestinya tidak takut

menghadapi kematian. Sebab kematian pasti akan datang pada diri kita di mana dan kapan

pun kita berada.

Yang terpenting bagi kita, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi

kematian itu? Oleh karena itu, dalam setiap langkah kehidupan, kita harus bersandarkan pada

nilai-nilai kebenaran Tuhan dan hati nurani. Sehingga kapanpun kematian menghampiri, kita

berharap tidak ada alasan penyesalan untuk menghadapinya. Kita sudah benar-benar siap

menghadapinya.

Page 220: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

5) Hubungan Manusia dengan Ketuhanan

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus yang kuat

mengemban nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan ketuhanan, di

antaranya tampak dalam beberapa puisi dalam antologi puisi Tadarus yang berjudul ”Titik-

Titik Hujan”, ”Buah Mata”, ”Wanita Cantik di Multazam”, ”Berlapis-lapis Cahaya

Menghadang”, ”Doa”, dan ”Ibu”. Secara berurutan, puisi-puisi yang kuat mengemban nilai

pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan ketuhanan tampak dalam larik-

larik puisi berikut.

......................................Hatiku yang kecil kecut

Kupeluk diriKu kencang-kencang

Dalam gigil yang semakin dahsyat

Tuhan, selimutilah aku

Dengan rahmatMu.

(Tadarus: 33)

...................................................................................

Kau tak meniupkan apa-apa tak menitipkan apa-apa

Karena memang kau seperti anakmu juga

Sejak mula tak memiliki apa-apa

Bagaimana kau mengaku segala apa?

Kau tahu

Pemiliknya yang sejati

Menitip-amanatkan padamu

Dan tak pernah berhenti

mengawasimu

(Tadarus: 76)

………………………………………………Allahku, kunikmati keindahan dalam keindahan

di atas keindahan di bawah keindahan

di kanan-kiri keindahan

di tengah-tengah keindahan yang indah sekali

Page 221: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Allahku, inilah kerapuhanku! Tak kutanyakan kenapa

Engkau bertanya bukan ditanya kenapa

Tapi apa jawabku? - - ampunilah aku - - tanyalah jua yang

Kupunya kini:

Allahku, mukallafkah aku dalam keindahanMu?

(Tadarus: 39-40)

……………………………..O, Maha Cahya

Yang dilindungi cahya-cahya,

Cahyakanlah aku

Agar aku bisa meyatu

Dengan cahya-cahyaMu

Atau kalau tidak jadikanlah aku

Sekilas pijar agar mampu

Merenangi cahya-cahyaMu

menujuMu

(Tadarus: 68)

…………………………………………………..Wahai Tuhan Yang Maha cahaya

Sinarilah hati kami

Dengan cahyaMu sehingga kami dapat membedakan

Yang nyata dan yang maya

Ya Allah ya Hadii

Wahai Tuhan Yang Maha menunjukkan

Tunjukkanlah kami

Jalan yang lurus yang harus kami lalui

Seperti Engkau perintahkan

Ya Allah ya Badii’u

Wahai Tuhan Yang Maha pencipta

Ciptakanlah dalam hati kami

Kemampuan memandang keindahanMu

Yang mempesona semesta

…………………………………………………………………

(Tadarus: 79-93)

Page 222: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Secara berurutan larik-larik puisi di atas menunjukkan nilai pendidikan pada kita,

bahwa manusia dengan segala ketidakberdayaan hanya mampu berharap dan memohon

kepada Tuhan yang memiliki segala sifat kesempurnaan. Selanjutnya dengan segala upaya

dan usahanya untuk selalu mendekat pada Tuhan untuk selalu mendapat curahan rahmat-Nya.

Konsekuensinya, setelah mendapat rahmat Tuhan, manusia akan lebih mudah untuk

menggerakkan hati, pikiran, dan perbuatan sejalan dengan tuntunan ’Cahaya’ Tuhan. Dalam

kehidupan sehari-harinya akan selalu diliputi dengan ’Cahaya’ Tuhan, sehingga akan

meminimalkan bahkan menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang Tuhan. Karena

pancaran ’Cahaya’ Tuhan telah melingkupi dirinya dalam segala situasi dan kondisi.

Sedangkan dalam antalogi puisi Pahlawan dan Tikus yang kuat mengemban nilai-nilai

pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan ketuhanan ada dalam beberapa

puisi yang berjudul ”Kurban”, ”Nazar Ibu di Karbala”, ”Hizib Nashar Wali Quthub Asy-

Syadzili”, dan ”Doa Akasyah”. Secara berurutan, puisi-puisi yang kuat mengemban nilai

pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan ketuhanan tampak dalam larik-

larik puisi berikut.

........................................................(Tuhan,

aku bersaksi

ibuku telah melaksanakan amanatMu

menyampaikan kasih sayangMu

maka kasihilah ibuku

seperti Kau mengasihi

kekasih-kekasihMu

Amin).

(Pahlawan dan Tikus: 37)

.....................................................

Kurelakan permataku semata wayang

bismillahi allahu akbar

adakah yang lebih tersayang melebihi putera tersayang

adakah yang lebi berharga melebihi nyawa

Page 223: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

kecuali kasihnya

yang menanti di batas ketulusan?

Hari ini pun

agaknya hingga kapan pun

kurban tetap tak seberapa

takbir tak seberapa

tahmid tak seberapa

tapi terimalah, tuhan!

Bismillahi allahu akbar walillahil hamdu!

(Pahlawan dan Tikus: 72)

...................................tuhan,

kalau aku boleh meminta ganti

gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku

dengan kepasrahan yang utuh

dan semangat yang penuh

untuk terus melangkah

pada jalan lurusmu

dan sadarkanlah manusia

agar tak terus menumpahkan darah

mereka sendiri sia-sia

tuhan,

inilah nazarku

terimalah.”

(Pahlawan dan Tikus: 34)

.........................................................

Dan kami menharap Allahlah yang menyelamatkan

Cukup Allah sebagai pembela

Cukup Allah sebagai penolong

Allah mencukupi kami

Tempat bersandar paling handal

Laa haula walaa quwwata illa billahi'i'Aliyi'l'Adhiim

tiada daya tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah

Yang Maha Luhur Maha Agung

...................................................................

(Pahlawan dan Tikus: 93-95)

......................................................

Page 224: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Tiada Tuhan selain Dia

KepadaNyalah aku berserah diri

Dialah Tuhan Penguasa 'Arasy yang agung

Cukup bagiku Allah Sebaik-baiknya pelndung

dan Sebaik-baik pembela

Tiada daya tiada kekuatan kecuali dengan Allah

Yang Maha Tinggi dan Maha Agung

...............................................................

(Pahlawan dan Tikus: 100-108)

Secara berurutan larik-larik puisi di atas menunjukkan nilai pendidikan pada kita.

Manusia dengan segala kesadarannya harus mengakui bahwa keberadaannya di dunia tidak

lepas dari kasih sayang seorang ibu (orang tua). Apapun posisi dan jabatan kita, tanpa kasih

sayang seorang ibu, kita tidak akan mampu meraih semua yang kita sandang sekarang ini.

Sebab suara hati Ibu (orang tua) sangat dekat dengan suara Tuhan. Kerelaan dan murka ibu

(orang tua) kita adalah kerelaan dan murka Tuhan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita

berharap dan memohon kepada Tuhan untuk memberi kasih sayang-Nya pada ibu (orang tua)

kita.

Selanjutnya, dari larik-larik puisi di atas, kita ditunjukkan pengorbanan seorang ibu

untuk mengharapkan cinta-Nya, meskipun segala musibah menerpanya. Dengan segala

ketidakberdayaannya, ia hanya mampu berharap dan memohon kepada Tuhan pemilik segala

sifat kesempurnaan. Untuk selalu dekat dengan Tuhan guna mendapat curahan rahmat-Nya.

Berikutnya, pada larik-larik puisi di atas, kita ditunjukkan sebuah kesadaran, bahwa

semua yang ada dan bergerak dalam tubuh tiada lain adalah berkat kehendak-Nya semata,

sehingga cukup hanya Tuhan yang menjadi sandaran harapan kita. Karena hanya dengan

rahmat dan pertolongan Tuhan, kita akan lebih mudah untuk menggerakkan hati, pikiran, dan

perbuatan sejalan dengan tuntunan ’Cahaya’ Tuhan.

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri , bahwa dalam kehidupan kita menyadari terhadap kelemahan dan kekurangan

Page 225: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

diri. Oleh karena itu, kita selalu ingat siapa diri kita? Bagaimana kita hidup dalam

masyarakat? Apa arti kehidupan kita? Ke mana setelah kehidupan ini berakhir? Bagaimana

kita selalu berharap kebaikan dari Tuhan?

Kalau itu semua sudah tertanam sebagai sebuah nilai pendidikan dalam diri kita, maka

kita selalu berharap curahan ’Cahaya’ Tuhan, sehingga akan membentuk kesadaran untuk

meminimalkan bahkan menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang Tuhan. Sebab hanya

dengan pancaran ’Cahaya’ Tuhan dalam diri, maka kita akan memiliki kemampuan untuk

menggerakkan hati, pikiran, dan perbuatan sejalan dengan tuntunan ’Cahaya’ Tuhan dalam

segala situasi dan kondisi. Inilah nilai pendidikan berharga yang diemban larik-larik puisi

untuk menyuarakan kesadaran berketuhanan.

Dari hasil analisis tentang nilai-nilai pendidikan yang ada dalam dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan

tercermin di dalam dua antologi puisi tersebut merupakan nilai-nilai pendidikan yang

mendeskripsikan hubungan: (1) manusia dengan dirinya sendiri, (2) manusia dengan orang

lain, (3) manusia dengan kehidupan, (4) manusia dengan kematian, dan (5) manusia dengan

ketuhanan.

B. Pembahasan

1. Kritik Sosial dalam Hubungannya dengan Sikap Penyair dan Gagasan dalam Antologi

Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Berdasarkan hasil penelitian tentang deskripsi dan penjelasan kritik sosial dalam

hubungannya dengan sikap penyair dan gagasan dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan

dan Tikus karya A. Mustofa Bisri, ada beberapa hal yang dapat dijadikan kerangka berpikir untuk

mendapatkan hasil analisis berupa deskripsi hubungan tersebut, antara lain deskrpsi tentang (a)

A. Mustofa Bisri dan beberapa karyanya, (b) antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (c)

Page 226: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

tema-tema dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (d) nada atau sikap penyair

(A. Mustofa Bisri), (e) struktur bahasa dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

karya A. Mustofa Bisri, dan (f) simpulan berupa sintesis dan interpretasi. Secara terinci

diuraikan sebagai berikut.

a. Tentang A. Mustofa Bisri dan Karya-karyanya

Berdasrkan hasil analisis, A. Mustofa Bisri yang lebih dikenal dengan nama panggilan

Gus Mus adalah representasi dari seorang kiai yang mangku (memiliki) pesantren, juga

sebagai budayawan, sastrawan, perupa yang aktif menyuarakan kritik-kritik sosial lewat

karya-karyanya, tak terkecuali lewat puisi-puisinya. Puisi-puisi Gus Mus tergolong puisi

religius dan kental dengan kritik-kritik sosial.

Puisi-puisi Mustofa Bisri tidak hanya memberikan kritik terhadap pemerintah. Puisi-

puisinya adalah suara kritis yang ditujukan kepada berbagai lapisan sosial, dari lapisan paling

atas sampai lapisan paling bawah, dari lapisan paling dekat sampai lapisan paling jauh.

Demikianlah puisi-puisinya mengkritik pemimpin dan rakyat, juga mengkritik orang lain dan

diri sendiri. Sejalan dengan hal itu, Acep Zamzam Noer (2009: 124) menyatakan sebagai

berikut.

Puisi-puisi yang ditulis Gus Mus bukanlah puisi yang bergulat dengan perambahan estetika yang sering berujung pada kegelapan makna, bukan puisi yang intens menggali kemurnian bunyi dan magi kata seperti halnya mantera, bukan pula puisi yang luluh dalam suasana sehingga menghadirkan impresi-impresi ngungun dan samar. Namun, puisi yang sadar akan fungsinya sebagai penyampai pesan, puisi yang memanfaatkan kekuatan retorika meski tidak jatuh sebagai pidato. Selalu tersedia sebuah ruang di mana pembaca bisa termenung, terhenyak, terhanyut, atau sekedar tersenyum. Bahasa yang digunakannya sejenis bahasa grafis yang plastis dan efektif, bahasa dengan karakter lisan yang kuat. Dalam perpuisian Indonesia mungkin bisa dibandingkan dengan puisi-puisi Rendra atau Emha, meski pada Gus Mus lebih menonjol unsur humornya. Tentu saja humor khas pesantren.

A. Mustofa Bisri adalah seorang ulama dan seorang penyair. Maka dia memandang

dunia dengan mata batin seorang ulama sekaligus mata batin seorang penyair. Pandangan

dunianya adalah pandangan-dunia seorang ulama sekaligus seorang penyair. Senada dengan

Page 227: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

hal tersebut, Goenawan Muhamad (2009: 182) dalam esainya yang berjudul Gus Mus: Teks

dan Manusia, sebagai berikut.

Saya kira Gus Mus penyair yang didapuk oleh sejarah jadi seorang kiai. Atau juga: kiai yang menemukan nasib jadi penyair. Tak jelas, mana yang lebih dulu. Juga itu yang tak penting. Yang penting, bagi saya, dalam ketidakjelasan itu (juga ketidakjelasan kategori) Gus Mus menunjukkan bagaimana ia bisa peka pada kemungkinan dan ketidakmungkinan kata-kata: tiap teks pada akhirnya menyadari bahwa ia hanya teks, bukan kebenaran itu sendiri. Tiap teks adalah sesuatu yang terbelah; salah satu sisinya adalah ketidakmengertian.

Selanjutnya, dikatakan oleh Goenawam Muhamad (2009: 183) dalam kajian yang sama

terkait dengan teks-teks (esai dan sastra) karya A. Mustofa Bisri (Gus Mus), sebagai berikut.

Dewasa ini, ketika agama sedang hendak diarahkan jadi kepatuhan terhadap teks, Gus Mus mengingatkan kita akan kearifan yang saya sebut tadi. Ia menyesali sikap yang hanya membicarakan “soal ibadah mahdlah, ibadah murni, ibadah ritual.” Padahal, kata Gus Mus, “Islam adalah ibadah sosial.” Di sebuah masa ketika syari’at Islam hanya disebut-sebut berkaitan perilaku pribadi (cara berpakaian, cara bersalaman, dan hal-hal khilafiyah lainnya), Gus Mus bertanya: “Kenapa tidak bicara tentang keadilan, hak asasi manusia, kemanusiaan, kejujuran dalam pergaulan hidup? Bagaimana menyantuni orang dhaif dan seterusnya?”

Melalui kearifan dalam menulis tentang kesadaran hidup bermasyarakat , berbangsa,

dan bernegara, maka tidak mengherankan jika pada tanggal 30 Mei 2009, A. Mustofa Bisri

mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta. Sebagaimana

kata sambutan yang disampaikan oleh Syihabuddin Qalyubi (2009:ix) dalam buku Gus Mus:

Satu Rumah Seribu Pintu, sebagai berikut.

Gus Mus, panggilan akrab KH. A. Mustofa Bisri, memang layak dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa karena jasa-jasa beliau yang masih terus berjalan dalam mengemban dan mengembangkan kebudayaan Islam. Melalui pidato, pena, dan lukisan, Gus Mus tak henti-hentinya menggugah, mendorong, mencerahkan, dan menyejukkan semua orang. Muslim, non-Muslim, kaya, non-kaya, muda, non-muda, gegap gempita menyambut karya-karya gemilang Gus Mus yang sering menggelitik, menghibur, sekaligus mencubit untuk mengingatkan sesame akan tugas luhur menata bangsa dan Negara. Tanpa pamrih jabatan dan sapaan luhur, Gus Mus terus mengingatkan agar kita tetap berjalan dalam koridor etika ilahiah, moral surgawi. Puisi-puisi beliau yang nylekit tapi humoris mengingatkan kita agar berdakwah harus dengan jalan hasanah.

Adapun karya-karya A. Mustofa Bisri antara lain: Dasar-dasar Islam (terjemahan,

Page 228: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H), Ensiklopedi Ijma’ (terjemahan bersama KH. M.A.

Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987), Nyamuk-nyamuk Perkasa dan Awas,

Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979), Kimiya-us Sa’aadah

(terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya), Syair Asmaul Husna (bahaa Jasa, Penerbit Al

Huda Temanggung), Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991, 1994),

Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka, Yogyakarta, 1993), Mutiara-mutiara Benjol

(Lembaga Studi Filsafat Islam Yogyakarta, 1994), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah

Humordan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995), Pahlawan dan Tikus (kumpulan

puisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996), Wekwekwek: Sajak-Sajak Bumi Langit (1996),

Gandrung: Sajak-Sajak Cinta (Adiba, Surabaya, 2001), Negeri Daging (Bentang Budaya,

Yogyakarta, 2002), Mahakiai Hasyim Asy’ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya,

1996), Metode Tasawuf Al-Ghazali (terjemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996),

Saleh ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995), Pesan Islam

Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997), Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa,

Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997), Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-

Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997), Lukisan Kaligrafi,

Kumpulan Cerpen, (Kompas, 2003).

Untuk antologi puisi A. Mustofa Bisri yang sudah menelorkan delapan karya, antara

lain Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991, 1994), Tadarus, Antalogi

Puisi (Prima Pustaka, Yogyakarta, 1993), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humordan

PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995), Pahlawan dan Tikus (kumpulan puisi, Pustaka

Firdaus, Jakarta, 1996), Wekwekwek: Sajak-Sajak Bumi Langit (1996), Gandrung: Sajak-

Sajak Cinta (Adiba, Surabaya, 2001), Negeri Daging (Bentang Budaya, Yogyakarta, 2002).

Dalam penelitian ini, hanya dipilih dua dari sembilan antologi puisi karya A. Mustofa

Bisri, yakni antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus dengan pertimbangan adanya

kecenderungan kesamaan tema dari karya antologi puisi karya A. Mustofa Bisri dan intensitas

Page 229: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

analisis atau kajian oleh peneliti.

b. Gambaran Umum Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Berdasarkan hasil analisis, antologi puisi Tadarus banyak dijumpai sifat puisi deskriptif

dan metafisikal. Sifat puisi yang muncul tersebut dalam antologi puisi Tadarus, tidak lain

merupakan bentuk pengungkapan pikiran dan perasaan penyair berupa kritik sosial terhadap

kehidupan masyarakat dan diri sendiri (penyair) dengan berbagai permasalahannya, utamanya

menyuarakan dan merefleksikan tentang: (1) kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan,

(2) kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran

dalam kehidupan, (4) koreksi dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual.

Antologi puisi Tadarus di dalamnya ada lima puluh puisi yang terbagi dalam dua

bagian. Bagian pertama terdiri dari delapan belas puisi dan bagian kedua terdiri dari 32 puisi,

yang masing-masing akan ditelaah untuk mendapatkan deskripsi hubungan antara sikap

penyair dengan gagasan tentang corak kehidupan sosial masyarakat dalam puisi, nilai-nilai

religius, dan nilai-nilai pendidikan.

Tidak berbeda jauh dengan antologi puisi Tadarus, untuk antologi puisi Pahlawan dan

Tikus banyak dijumpai pula sifat puisi deskriptif dan metafisikal. Sifat puisi yang muncul

tersebut dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus, tidak lain juga untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaan penyair berupa kritik sosial terhadap kehidupan masyarakat dan diri

sendiri (penyair) dengan berbagai permasalahannya, utamanya menyuarakan dan

merefleksikan tentang: (1) kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan, (2) kritik terhadap

ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran dalam kehidupan,

(4) koreksi dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual.

Antologi puisi Pahlawan dan Tikus di dalamnya ada 56 puisi yang terbagi dalam enam

bagian. Pertama, ”puisi-puisi gelap” terdiri dari tujuh puisi. Kedua, ”puisi-puisi remang-

Page 230: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

remang” terdiri dari lima belas puisi. Ketiga, ”puisi-puisi agak terang” yang terdiri dari enam

puisi. Keempat, ”puisi-puisi terang” yang terdiri dari dua puluh puisi. Kelima, ”puisi-puisi

terang-terangan” yang terdiri dari lima puisi. Keenam, ”puisi-puisi penerang” yang terdiri dari

tiga puisi.

c. Tema-tema dalam Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Brdasarkan hasil analisis antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri, sebagaimana uraian di atas, mengungkapkan beberapa gagasan atau tema

penting yang sejalan dengan jenis puisi yang ditampilkan. Secara umum gagasan atau tema

yang ditampilkan dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, menyuarakan dan

merefleksikan kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan, ketidakadilan dan

ketidakbenaran hidup, ketidakjujuran dalam kehidupan, dan keangkuhan serta membanggakan

diri. Oleh karena itu, telaah terhadap dua antologi puisi tersebut dijabarkan dalam beberapa

gagasan atau tema berikut: (1) kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan, (2) kritik

terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran dalam

kehidupan, dan (4) kritik terhadap keangkuhan dan membanggakan diri.

Gagasan atau tema tersebut terkait hubungannya dengan nada puisi sebagai sikap yang

ingin disampaikan penyair sebagai kritik terhadap tatanan kehidupan masyarakat termasuk

kritik terhadap diri penyair sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, diungkapkan oleh Mohamad

Sobary (1997:viii), sebagai berikut.

Apa yang ditulis A. Mustofa Bisri, baik esai, cerpen, bahkan puisinya adalah sebuah penilaian, sikap skeptis, perasaan gundah, bahkan kegemasan dan rasa muak melihat kecenderungan-kecenderungan kehidupan sosial- politik dan kebudayaan yang berkembang di sekitar kita. Dalam beberapa bentuk tulisannya tersebut, kita merasa diwakili. A. Mustofa Bisri menjadi wakil nurani kita yang bungkam, takut, dan cemas, atau bahkan yang sekedar tak tahu bagaimana seharusnya bersikap.

Adapun telaah masing-masing tema dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan

Page 231: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Tikus karya A. Mustofa Bisri adalah sebagai berikut.

1) Kritik terhadap Dekadensi Moral Kemanusiaan

Dalam antologi puisi Tadarus yang mengungkapkan kritik sosial terhadap dekadensi

moral kemanusiaan, diantaranya adalah puisi yang berjudul ”Membangun Rumah”,

”Dzikir 2”, ”Mantan Rakyat”, ”Bosnia Adalah”, dan ”Kubaca Berita”.

Selanjutnya, tidak jauh berbeda dengan keberadaan antologi puisi Tadarus, antologi

puisi Pahlawan dan Tikus, juga mengangkat tema atau gagasan kritik sosial terhadap

dekadensi moral kemanusiaan dalam berbagai wujud refleksi kehidupan. Adapun tema atau

gagasan tersebut, dapat diketahui dalam puisi-puisi yang berjudul “Reinkarnasi”, “Input

dan Output”, “Ketika Tuhan”, “Putra-Putri Ibu Pertiwi”, “Maju Tak Gentar”, “Soal”, “Soal

Kemiskinan”, “Permainan Golf”, “Waktu Tiba-Tiba Berhenti Berdenyut”, “Makin Canggih

Saja”, dan “Saling”.

Tema kritik sosial terhadap dekadensi moral kemanusiaan yang diungkap antologi

puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus dalam beberapa larik puisinya dapat dideskripsikan

bahwa semakin menipisnya rasa kemanusiaan di antara sesama, manusia saling benci,

saling memaki, dan saling dendam. Bahkan bisa jadi saling ’membunuh’ dengan tanpa

perasaan, baik dalam membunuh karakter, menghilangkan dan merampas hak orang-orang

kecil, maupun menghabisi nyawa dengan tanpa perasaan bersalah dan dosa.

2) Kritik terhadap Ketidakadilan dan Ketidakbenaran Hidup

.Dalam antologi puisi Tadarus, judul puisi yang mengungkap kritik terhadap

ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup antara lain ” Anonim”, ”Ratsaa”, ”Khalifah

Allah, Dimanakah Kau”, ”Selamat Idul Fitri”, dan ”Keadilan”.

Sedangkan dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus, yang mengungkap tema

atau gagasan tentang kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup antara lain

terdapat pada puisi berjudul ”Merdeka”, ”Tikus”, ”Tikus-Tikus di Atas Meja”,

Page 232: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

”Perlawanan”, ”Kepada Penyair”, ”Surabaya”, ”Dua Surat dari Surabaya”, ”Di Taman

Pahlawan”, ”Orang Kecil Orang Besar”, ”Rekayasa I”, ”Rekayasa II”, ”PT Rekayasa

Semesta”, dan ”Negeriku”.

Tema keadilan dan kebenaran hidup yang diungkap antologi puisi Tadarus dan

Pahlawan dan Tikus dalam beberapa larik puisinya dapat dideskripsikan bahwa kita

dihadapkan berbagai pertanyaan tentang kesewenang-wenangan dan keserakahan serta

berbagai macam ketidakaadilan dan ketidakbenaran dalam berbagai sisi kehidupan

(hukum, ekonomi, politik, dan sosial) di negeri ini. Keberadaan dan posisi rakyat kecil

(para petani, nelayan, dan buruh) yang bersusah payah dalam segala usaha, tetapi yang

meraih kenikmatan hanya orang-orang kaya dan orang-orang besar yang memiliki

jabatan dan kekuasaan. Bagaimanapun rakyat kecil selalu berada di pihak yang selalu

kalah dan dikalahkan.

3) Kritik terhadap Ketidakjujuran dalam Kehidupan

Dalam antologi puisi Tadarus yang mengungkapkan tema ketidakjujuran dalam

kehidupan antara lain terdapat pada puisi berjudul ”Jangan Berpidato”, ”Rampok”,

”Menulis”, dan ”Allah Ampunilah Kami”.

Sedangkan dalam antologi puisi Pahlawn dan Tikus, judul puisi yang

mengungkap tentang kejujuran dalam pergaulan hidup adalah beberapa puisi yang

berjudul ”Pahlawan”, ”Seperti Sudah Kuduga”, ”Sujud”, dan ”Di Negeri Amplop”.

Tema kejujuran dalam pergaulan hidup yang diungkap antologi puisi Tadarus dan

Pahlawan dan Tikus dalam beberapa larik puisinya dapat dideskripsikan tentang

kejujuran dalam kehidupan yang masih jauh dari impian nurani. Yang berlaku sekarang

ini adalah bahwa siapa pemilik kekuasaan dan jabatan besar atau tinggi, dialah yang

dapat memutuskan apapun yang dia kehendaki.

Akan tetapi, sebaliknya jika dia tidak memiliki jabatan atau kedudukan atau jatuh

Page 233: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

miskin, maka sudah sepantasnya dia hanya bisa dibuat mainan mereka yang memiliki

jabatan dan kedudukan. Mereka orang-orang kecil hanya mampu membuat hal-hal yang

sepele dan remeh. Meskipun yang sepele dan remeh tersebut belum tentu tidak berarti

dan berguna dalam mengungkap kejujuran dalam hidup. Sebaliknya, yang diputuskan

orang-orang besar yang memiliki jabatan dan kedudukan hanyalah sebuah omong

kosong dan tipuan-tipuan belaka terhadap kehidupan.

4) Koreksi dan Introspeksi Diri

Beberapa puisi dalam antologi puisi Tadarus yang mengungkapkan tentang hal

koreksi dan introspeksi diri ada dalam puisi yang berjudul ”Puisi Berkata Padaku”,

”Lalat-lalat”, ”Pesona”, ”Tidur”, ”Puisi Islam”, ”Nasihat-nasihat”, ”Nurani”, dan

”Kulihat Wali-wali Allah”.

Sedangkan dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus yang mengungkapkan tema

koreksi dan introspeksi diri adalah beberapa puisi yang berjudul ”Huruf-huruf Hidup”,

”Les”, ”Andaikata”, ”Nasihat-nasihat Ramadan buat Mustofa Bisri”, dan ”Ya

Rasulullah”.

Tema koreksi dan introspeksi diri yang diungkap antologi puisi Tadarus dan

Pahlawan dan Tikus dalam beberapa larik puisinya dapat dideskripsikan tentang

kelemahan kita dalam melihat diri sendiri. Pada setiap gerak dan langkah dalam

kehidupan kita, tidak dapat lepas dengan petuah mapun nasihat-nasihat luhur. Di mana

dan kapan pun kita akan dihadapkan pada petuah maupun nasihat bijak tersebut.

Misalnya lewat pengeras suara, pamflet-pamflet, layar bioskop, televisi, koran,

dan majalah. Bahkan di surau, di masjid, dan di gereja juga pada tempat-tempat ibadah

dan upacara keagamaan lainnya. Semakin sering kita dengar nasihat, semakin sering

pula kita melupakan dan tidak mengindahkannya. Inilah kelemahan kita yang

sebenarnya, banyaknya nasihat tidak membuat kita semakin baik tetapi kita bertindak

Page 234: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

sebaliknya.

5) Kesadaran Spiritual

Dalam antologi puisi Tadarus yang mengungkapkan tentang tema kesadaran

spiritual adalah beberapa puisi yang berjudul ”Titik-Titik Hujan”, ”Tadarus”, ”Buah

Mata”, ”Di Pelataran-Mu Nan Lapang”, ”Wanita Cantik di Multazam”, ”Tanpa Jarak”,

”Berlapis-lapis Cahaya Menghadang”, ”Matahari”, ”Bulan”, ”Laut”, ”Langit”, dan

”Doa”.

Sedangkan dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus yang mengungkapkan tema

tentang kesadaran spiritual adalah beberapa puisi yang berjudul ”Ibu”, ”Kurban”,

”Nazar Ibu di Karbala”, ”Hizib Nashar Wali Quthub Asy-Syadzili”, dan ”Doa

Akasyah”.

Tema kesadaran spiritual yang diungkap antologi puisi Tadarus dan Pahlawan

dan Tikus dalam beberapa larik puisinya dapat dideskripsikan tentang gambaran

kesadaran spiritual dalam perwujudan permohonan dan doa. Permohonan dan doa yang

disampaikan kepada Tuhan adalah merupakan wujud penghambaan diri atas segala

ketidakmampuan dan kelemahan.

Permohonan dan doa juga untuk perlindungan diri dari segala macam gangguan

dan bahaya yang datang tiba-tiba, baik dari diri sendiri, orang lain bahkan ujian dari

Tuhan. Sebagaimana wujud doa, isinya adalah sanjung dan puji bagi Tuhan semata,

shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada penghulu para nabi, Muhammad saw.

Selain itu, permohonan dan doa merupakan wujud permohonan kita kepada Tuhan

untuk selalu mendapat kasih sayang, petunjuk, dan perlindungan-Nya di mana dan

kapan pun.

d. Sikap Penyair dalam Hubungannya dengan Tema dalam Antologi Puisi Tadarus dan

Page 235: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Pahlawan dan Tikus.

Berdasarkan hasil analisis nada dan sikap yang ingin disampaikan penyair (A. Mustofa

Bisri) dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus sejalan sifat puisi yang

ditampilkan. Sifat puisi yang ditampilkan adalah deskriptif dan metafisikal. Sebagaimana

yang telah diuraikan di depan, bahwa puisi deskriptif adalah penyair bertindak sebagai

pemberi kesan terhadap keadaan dan peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik

perhatian penyair.

Wujud tampilan tema dalam antalogi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus tersebut

mengungkapkan nada atau sikap ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan dengan cara

menyindir diri sendiri maupun keadaan dan peristiwa yang dilihat dan didengar, atau

meyatakan keadaan sebaliknya. Oleh karena itu, dua antologi puisi tersebut banyak

mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan diri

sendiri dn lingkungan sosial serta bentuk pengungkapan ketidaksenangan penyair dengan cara

membeberkan kepincangan atau ketidakberesan hidup diri sendiri dan lingkungan sosial

tersebut. Selain itu, dalam dua antologi puisi tersebut juga mengajak pembaca merenungkan

kehidupan dan pengakuan serta penghambaan diri kepada Tuhan, pemilik segala sifat Maha

Sempurna.

Terkait dengan karakteristik atau ciri khas dari puisi-puisi A. Mustofa Bisri

diungkapkan oleh Aning Ayu Kusumawati (2009:17) sebagai berikut.

Ciri khas dari puisi A. Mustofa Bisri (Gus Mus), antara lain terlihat pada pengungkapan masalah sosial dan spiritual dengan menggunakan bahasa sehari-hari, dan pengucapan yang lugas. Bahasa yang digunakan cukup wajar dan sederhana, tapi di balik kesederhanaan itu sebenarnya terdapat makna yang lebih, atau dapat disebut dengan deceptive simplicity (kesederhanaan yang menipu).

Hal tersebut, senada juga dengan pandangan Umar Kayam pada pengantarnya dalam

kumpulan puisi Tadarus bahwa A. Mustofa Bisri bukan hanya “penjaga dan pendamba

kearifan” dan “penjaga taman kata-kata “, melainkan ia sudah menggenggam kearifan dan

Page 236: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

keindahan kata-kata. Ciri khas yang lain dari sajak-sajak A. Mustofa Bisri adalah penggunaan

diksi-diksi religi untuk mengekspresikan masalah-masalah sosial sehingga seolah-olah sajak

tersebut sepintas seperti sajak bertema religi, padahal sesungguhnya hendak menyuarakan

protes.

Untuk memperkuat argumentasi terhadap nada dan sikap penyair dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, maka beberapa pemikiran beliau terkait dengan tema-tema

yang ditampilkan. Selain itu, dari hasil wawancara penulis dengan penyair, dikatakan oleh

penyair sebagai berikut.

“Sebagaimana kumpulan atau antologi puisi saya yang lain, ada sembilan kumpulan puisi. Beberapa antologi puisi saya adalah merupakan kumpulan dari beberapa puisi saya yang terus mengalir tercipta. Pada akhirnya, yang pertama terkumpul dalam Ohoi (kumpulan puisi balsam). Selanjutnya terkumpul dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus dan seterusnya. Sikap atau pandangan saya terhadap keunculan dua antologi puisi tersebut (Tadarus dan Pahlawan dan Tikus) adalah sama dengan beberapa antologi puisi saya yang lain, yaitu aliran suara hati saya yang tidak mudah bisa dibendung jika melihat peristiwa atau keadaan sekitar. Hati dan pikiran saya selalu terusik untuk menulisnya. Meskipun ada juga beberapa puisi saya berasal dari hasil perenungan diri sendiri.”

”... Yang perlu digarisbawahi, bahwa puisi-puisi saya adalah cermin dari diri saya. Seperti halnya para penyair lain, taruhlah seperti: W.S. Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, dan Sapardi Djoko Damono. Puisi-puisi karya mereka itu adalah cermin dari diri mereka masing-masing. Sehingga dapat pula dikatakan, bahwa bahasa yang terungkap dalam puisi-puisi saya adalah cermin kepedulian, perhatian, dan juga sikap saya. Termasuk konsep-konsep pemikiran saya tentang manusia, lingkungan kehidupan dan kematian, diri sendiri, maupun tentang konsep tentang keagamaan. Semua itu akan muncul dan tampak, jika saya mendeskripsikannya dalam bentuk karya (puisi, prosa, dan esai).”

“Tadarus bersal dari bahasa Arab darasa dan yadrisu lalu menjadi tadris, yang berarti ‘belajar’ atau ‘mempelajari’. Dalam bahasa Jawa ada isitilah nderes atau darusan. Dalam bahasa Indonesia menjadi tadarus, yang artinya terus-menerus membaca dan mengkaji. Jadi, antologi puisi Tadarus isinya bagaimana seharusnya kita belajar dan mempelajari serta mengkaji ayat-ayat Allah dalam kehidupan dan lingkungan di mana kita hidup dan berpijak termasuk apa yang ada pada diri sendiri (lahir dan batin) secara terus-menerus. Intinya, tidak ada kata berhenti untuk terus belajar dan mempelajari apapun yang ada dalam diri dan lingkungan kita. Sedangkan antologi puisi Pahlawan dan Tikus, bahwa dalam kehidupan ini kita akan dipertemukan dengan dua watak atau karakter manusia, baik dan buruk. Saya kira Anda paham tentang hal ini. Itu semua, muaranya kembali lagi pada pembaca atau penikmat puisi.”

Page 237: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Dengan demikian, dapat disimpulkan terkait sikap penyair dalam hubungannya dengan

tema, yakni tentang: (1) penegakan moral kemanusiaan, (2) keadilan dan kebenaran hidup, (3)

kejujuran dalam pergaulan hidup, (4) koreksi dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual.

Dengan demikian dapat pula dikatakan, bahwa pemikiran-pemikiran penyair juga

merupakan sikap penyair dalam mendukung keberadaan beberapa tema atau gagasan yang

terungkap dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, yang meliputi: (1) kritik

terhadap dekadensi moral kemanusiaan, (2) kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran

hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran dalam kehidupan, (4) koreksi dan introspeksi diri,

dan (5) kesadaran spiritual.

e. Struktur Bahasa dalam Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus.

Berdasarkan hasil analisis dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus,

struktur bahasa yang meliputi pilihan kata, kata konkret, pengimajian, gaya bahasa dan

versivikasi dalam antologi puisi tersebut dipilih penyair untuk mewakili keberadaan sifat puisi

tersebut dan sejalan jika dikaitkan dengan tema-tema yang ditampilkan.

Pertama, dalam pemilihan kata oleh penyair menunjukkan sifat dan karakater dalam

puisi untuk mewakili nada atau sikap ketidakpuasannya terhadap suatu keadaan, namun

dengan cara menyindir atau meyatakan keadaan sebaliknya dan mengandung sindiran atau

kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan baik diri sendiri, suatu kelompok

maupun suatu masyarakat. Selain itu, penyair juga mengajak kita merenungkan kehidupan

dan kehadiran Tuhan dalam jiwa.

Kedua, dalam penggunaan kata konkret dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan

dan Tikus, digunakan penyair untuk memperkuat pengimajian bahasa puisi agar dapat pula

mewakili nada atau sikapnya dalam melihat kepincangan atau ketidakberesan kehidupan diri

sendiri maupun suatu kelompok masyarakat serta perenungan terhadap hidup dan kehadiran

Page 238: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Tuhan dalam jiwa.

Ketiga, Gaya bahasa hiperbola, personifikasi, metafora, dan pleonasme banyak dijumpai

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus untuk mewakili nada atau sikap

penyair yang satirik, kritis, impresionistik dan metafisikal dalam melihat kepincangan atau

ketidakberesan kehidupan baik diri sendiri maupun suatu kelompok masyarakat serta

perenungan terhadap hidup dan kehadiran Tuhan dalam jiwa.

Keempat, tampilan versifikasi, baik berupa rima, ritme, dan metrum yang ditampilkan

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus selain untuk menghasilkan pengaruh

keindahan kata-kata yang ditampilkan, tetapi juga untuk memberikan gambaran kesungguhan

penyair dalam melihat kepincangan dan ketidakberesan kehidupan baik diri sendiri, suatu

kelompok maupun suatu masyarakat serta perenungan terhadap hidup dan kehadiran Tuhan

dalam jiwa.

Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa A. Mustofa Bisri selain mengungkapkan kata-

kata yang lugas dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus untuk menyampaikan

tema-tema yang berhubungan dengan kritik terhadap kehidupan sosial, diri sendiri, dan

kesadaran keagamaan. Selain itu, antara sikap penyair dan tema dalam puisi terkesan senada

dan mendukung keberadaan larik-larik dan bait-bait puisinya yang berjenis deskriptif dan

metafisikal dengan menggunakan kata konkret, pengimajian, gaya bahasa dan versifikasi.

Hal tersebut juga membuktikan, bahwa selain ingin menyampaikan sikap secara lugas,

kritis, dan satiris, penyair ternyata masih mempertimbangakan keindahan bahasanya.

Sehingga terdapatnya beberapa kata humoris dalam beberapa larik puisinya dalam antologi

puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus yang ikut memberi warna dan kesan, bahwa sikap

kritis penyair terhadap kehidupan sosial dan pribadi juga terhadap kesadaran keagamaan

sekalipun, penyair menyampaikannya dengan nada humor yang membuat pembaca

tersenyum, meskipun berupa senyuman pahit.

Page 239: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

f. Sintesis dan Interpretasi.

Berdasarkan analisis antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah wujud ciri

khas dari puisi-puisi A. Mustofa Bisri (Gus Mus), antara lain terlihat pada pengungkapan

masalah sosial dan spiritual dengan menggunakan bahasa sehari-hari, dan pengucapan yang

lugas. Bahasa yang digunakan cukup wajar dan sederhana, tapi di balik kesederhanaan itu

sebenarnya terdapat makna yang lebih, atau dapat disebut dengan deceptive simplicity

(kesederhanaan yang menipu).

Ciri khas yang lain dari puisi-puisinya adalah penggunaan diksi-diksi religi untuk

mengekspresikan masalah-masalah sosial sehingga seolah-olah sajak tersebut sepintas seperti

sajak bertema religi, padahal sesungguhnya hendak menyuarakan protes.

Puisi-puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa

Bisri bukanlah puisi yang bergulat dengan perambahan estetika yang sering berujung pada

kegelapan makna, bukan puisi yang intens menggali kemurnian bunyi dan imaji kata seperti

halnya mantera, bukan pula puisi yang luluh dalam suasana sehingga menghadirkan impresi-

impresi ngungun dan samar. Akan tetapi, penyair berhasil memberikan sugesti kepada kita

tentang betapa pentingnya kita untuk saling mengingatkan akan nilai-nilai kemanusiaan,

kebenaran, keadilan, kejujuran, introspeksi diri, dan kesadaran spiritual.

Penyair terus mengingatkan kita agar tetap istiqomah ‘ajeg dan terus-menerus’ berjalan

dalam koridor etika ilahiah, moral surgawi. Puisi-puisi dalam antologi puisi Tadarus dan

Pahlawan dan Tikus sangat kritis, satiris, bahkan nylekit dan sinis tetapi humoris. Hal ini

mengingatkan kita agar menyampaikan suara-suara Tuhan yang baik dan benar harus dengan

jalan hasanah (kebaikan) dan kebenaran pula.

Akhirnya, dapat disimpulkan berdasarkan deskripsi beberapa faktor yang dapat

dijadikan kerangka berpikir meliputi: (1) tentang A. Mustofa Bisri dan karya-karyanya, (2)

Page 240: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

gambaran umum tentang antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa

Bisri, (3) tema-tema dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa

Bisri, (4) nada dan sikap penyair dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya

A. Mustofa Bisri, dan (5) struktur bahasa dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan

Tikus karya A. Mustofa Bisri, dan (6) sintesis dan interpretasi, bahwa nada atau sikap penyair

sangat relevan dengan keberadaan tema atau gagasan tentang corak kehidupan masyarakat

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri. Hubungan

tersebut meliputi deskripsi tentang: (1) kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan, (2)

kritik terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran

dalam kehidupan, (4) koreksi dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual.

2. Nilai Religius dalam Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai religius yang tercermin dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri adalah nilai religius yang dibatasi pada

religius sebagai pengalaman batin dan kesadaran seseorang (penyair) untuk selalu berhubungan

dengan Sang Pencipta. Perwujudannya dengan menciptakan hubungan yang harmoni dengan

sang Maha Pencipta dalam pemikiran, ucapan, dan perbuatan. Sealanjutnya akan terealisasi

dalam keseimbangan ritual ibadah, baik ibadah personal (pribadi) maupun ibadah sosial.

Adapun puisi yang kuat mengemban nilai-nilai religius berdasarkan pengertian di atas,

dalam antalogi puisi Tadarus tampak pada puisi-puisi yang berjudul ”Titik-Titik Hujan”,

”Tadarus”, ”Buah Mata”, ”Di Pelataran-Mu Nan Lapang”, ”Wanita Cantik di Multazam”, ”Tanpa

Jarak”, ”Berlapis-lapis Cahaya Menghadang”, dan ”Doa”.

Sedangkan dalam antologi puisi Pahlawan dan Tikus, puisi-puisi yang sangat kuat

mengemban nilai-nilai religius akan tampak pada beberapa puisi yang berjudul ”Ibu”, ”Kurban”,

”Nazar Ibu di Karbala”, ”Hizib Nashar Wali Quthub Asy-Syadzili”, dan ”Doa Akasyah”.

Page 241: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Hasil analisis terhadap nilai religius di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai religius dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri merupakan gambaran

sikap penyair dalam kehidupan sehari-hari yang selalu berharap curahan ’Cahaya’ Tuhan,

sehingga akan meminimalkan bahkan menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang Tuhan.

Sebab hanya dengan pancaran Cahaya Tuhan dalam diri, maka penyair akan memiliki

kemampuan untuk menggerakkan hati, pikiran, dan perbuatan sejalan dengan tuntunan Cahaya

Tuhan dalam segala situasi dan kondisi.

3. Nilai-nilai Pendidikan dalam Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Berdasarkan hasil analisis dalam upaya penggalian nilai-nilai pendidikan pada larik-larik

puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri akan

berhubungan dengan berbagai macam kemungkinan pengembangan yang sangat luas. Agar tidak

terlalu luas, maka peneliti menganalisis seperti halnya saat menentukan gagasan atau tema puisi,

yakni dengan mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan yang ada dalam larik-larik puisi yang

mendeskripsikan hubungan: (1) manusia dengan dirinya sendiri, (2) manusia dengan orang lain,

(3) manusia dengan kehidupan, (4) manusia dengan kematian, dan (5) manusia dengan

ketuhanan. Adapun masing-masing hubungan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri yang kuat mengemban nilai-nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan

manusia dengan diri sendiri, di antaranya tampak dalam beberapa puisi yang berjudul

”Pesona”, ”Nasihat-Nasihat”, ”Nurani”, ”Puisi Islam”, ”Nasihat Ramadlan buat A. Mustofa

Bisri”, dan ”Ya Rasulullah”.

Secara garis besar, nilai-nilai pendidikan yang dikandung puisi-puisi di atas

memberikan kesadaran bahwa kita benar-benar berada dalam segala keterbatasan dan

Page 242: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

kekurangan. Baik dalam menghadapi keinginan sendiri maupun untuk kepentingan ibadah,

kita selalu lebih mementingkan diri sendiri daripada urusan atau kepentingan di luar kita.

Misalnya hubungan dengan sesama, lebih-lebih hubungan ibadah kepada Tuhan.

Dalam urusan beragama misalnya, kita mengakui bahwa apa pun yang ada dalam diri

kita sudah berlabel agama yang kita yakini. Tapi apa benar menurut Tuhan, bahwa kita sudah

benar-benar beragama atau sekedar simbol agama yang menempel pada fisik kita saja? Kita

mengakui dan beribadah kepada Tuhan. Tapi apa benar, ibadah kita benar-benar ingin mencari

ridla-Nya? Atau hanya sekedar rutinitas tak bermakna, sehingga dalam ibadah kita hanya

ingat diri kita saja dan hanya menghitung-hitung ibadah yang telah kita lakukan.

Banyaknya nasihat bijak dalam bentuk apapun yang kita dengar, bukan jaminan kita

menjadi manusia yang bijak. Justru sebaliknya, kita tak pernah sekalipun melaksanakan

nasihat bijak itu atau bahkah sama sekali kita tak akan bergeming dengan berbagai bentuk

nasihat bijak tersebut. Kita lebih egois dengan urusan diri sendiri. Sedangkan untuk hubungan

dengan sesama dan dengan Tuhan adalah urusan yang kesekian. Inilah nilai pendidikan paling

berharga bagi kita, untuk selalu menempatkan keseimbangan kewajiban kita sebagai umat

beragama sekaligus makhluk sosial.

2) Hubungan Manusia dengan Orang Lain

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri yang kuat mengemban nilai-nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan

manusia dengan orang lain, di antaranya tampak dalam beberapa puisi yang berjudul ”Mantan

Rakyat”, ”Kubaca Berita”, ”Bosnia”, ”Reinkarnasi”, ”Makin Canggih Saja”, dan ”Saling”.

Secara garis besar puisi-puisi di atas menunjukkan nilai-nilai pendidikan pada kita,

bahwa nilai-nilai hubungan kemanusiaan kita sudah mulai luntur bahkan lambat laun mulai

terkikis dalam kehidupan. Banyak di antara kita yang belum menyadari hakikat hubungan

kemanusiaan. Apalagi kalau sudah diembel-embeli jabatan atau pangkat yang melekat pada

Page 243: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

diri kita, seakan-akan jabatan atau pangkat itu merupakan sekat terhadap rasa kemanusiaan

kita dengan sesama. Peperangan dan saling membunuh demi sebuah kebanggaan ras atau suku

demi gengsi menjadi tradisi daripada harus membina kerukunan dan kasih sayang dengan

sesama.

Kita lebih banyak menyibukkan diri untuk mempropagandakan label-label atau simbol-

simbol prestise yang kita sandang daripada harus bersusah payah menyuarakan kebaikan dan

kebenaran hidup antarsesama. Kita lakukan apapun demi keuntungan kita sendiri, meskipun

yang lain merasakan kesengsaraan dari perilaku kita.

Kita lebih senang menebar virus kebencian dan perpecahan dengan sesama di segala

bidang kehidupan dan pekerjaan daripada membina kerukunan dan kedamaian di antara

sesama. Nilai-nilai pendidikan inilah yang diemban pada larik-larik puisi di atas, bahwa sudah

seharusnya kita bisa menempatkan nilai-nilai kemanusiaan dalam segala bidang kehidupan

tanpa harus memandang terhadap perbedaan ras, suku, golongan, maupun agama.

3) Hubungan Manusia dengan Kehidupan

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri yang kuat mengemban nilai-nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan

manusia dengan kehidupan, di antaranya tampak dalam beberapa puisi yang berjudul

”Ratsaa”, ”Khalifah Allah, di manakah Kau?”, ”Selamat Idul Fitri”, ”Kepada Penyair”,

”Surabaya”, dan ”Di Negeri Amplop”.

Secara garis besar puisi-puisi di atas menunjukkan nilai-nilai pendidikan pada kita,

bahwa dalam hal hidup dan kehidupan kita masih banyak yang belum bisa kita lakukan sesuai

dengan aturan dan norma kebaikan yang berlaku. Kita masih sibuk dengan urusan sendiri,

yang belum jelas kebaikannya. Di mana pun posisi dan jabatan kita, belum dapat

menempatkan diri sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang kita miliki.

Kita masih terlalu banyak menjadikan segala sesuatu di luar kita (baik manusia, hewan,

Page 244: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

maupun tumbuhan) adalah pemuas keinginan kita, sehingga apapun langkah kita (benar atau

salah) adalah benar menurut kita. Asalkan semua keinginan kita terpenuhi. Kita masih belum

melihat kezaliman dan kemungkaran di sekitar kita yang memperdaya nurani, karena memang

kita tidak mampu untuk meninggalkan sifat buruk itu dalam diri kita.

Kita masih banyak mencari kepuasan diri dalam setiap waktu dan kesempatan, sehingga

dengan jalan apapun (benar atau salah) asalkan keinginan kita terpenuhi, tetap kita pandang

sebagai hal yang paling benar. Nilai-nilai pendidikan inilah yang diemban pada larik-larik

puisi di atas, bahwa sudah seharusnya kita menghentikan segala bentuk praktik kezaliman dan

kemungkaran dalam setiap sudut kehidupan. Kita kembalikan semua praktik kehidupan pada

nurani kita. Hanya dengan menempatkan nurani, kita bisa hidup perdampingan dengan

siapapun (baik dengan sesama maupun lingkungan), sehingga nantinya akan tercipta harmoni

yang indah dalam kehidupan kita.

4) Hubungan Manusia dengan Kematian

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri yang kuat mengemban nilai-nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan

manusia dengan kematian, di antaranya tampak dalam beberapa puisi yang berjudul ”Kubaca

Berita”, ”Sujud”, ”Surabaya”, dan ”Dua Surat dari Surabaya”.

Secara garis besar puisi-puisi di atas menunjukkan nilai-nilai pendidikan pada kita,

bahwa kematian akan menjemput kita tanpa kita sadari kapan datangnya. Kematian adalah

misteri Tuhan, disamping kehidupan dan perjodohan. Kematian akan dihadapkan pada kita

dengan berbagai ragam datangnya. Kebanyakan kita belum siap untuk menerima atau

menghadapi kematian. Akan tetapi, ada juga yang benar-benar sudah siap menghadapinya.

Semua tergantung kita, bagaimana kita menyikapinya.

Jika kematian itu adalah sesuatu yang menakutkan, tentunya kita berharap agar

kematian jangan bersandar pada diri kita terlebih dahulu. Sebaliknya, jika kita menyadari

Page 245: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak perlu ditakuti. Apapun yang terjadi pada diri kita,

kita hadapi dengan sikap berani dan lapang dada. Kematian dalam pandangan para pahlawan

perjuangan yang membela kebenaran dan hati nurani berbeda dengan pandangan kita

(generasi saat ini). Mereka menganggap kematian adalah sesuatu yang indah, sebab mereka

yakin kematian mereka bukanlah hal yang sia-sia.

Nilai-nilai pendidikan inilah yang diemban pada larik-larik puisi di atas, bahwa kita

semestinya tidak takut menghadapi kematian. Sebab kematian pasti akan datang pada diri kita

di mana dan kapan pun kita berada. Yang terpenting, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk

menghadapi kematian itu? Oleh karena itu, dalam setiap langkah kehidupan, kita harus

bersandarkan pada nilai-nilai kebenaran Tuhan dan hati nurani. Sehingga kapanpun kematian

menghampiri, kita berharap tidak ada alasan penyesalan untuk menghadapinya. Kita sudah

benar-benar siap menghadapinya.

5) Hubungan Manusia dengan Ketuhanan

Larik-larik puisi dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A.

Mustofa Bisri yang kuat mengemban nilai-nilai pendidikan yang mendeskripsikan hubungan

manusia dengan ketuhanan, di antaranya tampak dalam beberapa puisi dalam antologi puisi

Tadarus yang berjudul ”Titik-Titik Hujan”, ”Buah Mata”, ”Wanita Cantik di Multazam”,

”Berlapis-lapis Cahaya Menghadang”, ”Doa”, dan ”Ibu”.

Secara garis besar puisi-puisi di atas menunjukkan nilai-nilai pendidikan pada kita,

bahwa manusia dengan segala ketidakberdayaan hanya mampu berharap dan memohon

kepada Tuhan, pemilik segala sifat kesempurnaan.

Selanjutnya dengan segala upaya dan usahanya untuk selalu mendekat pada Tuhan

untuk selalu mendapat curahan rahmat-Nya. Konsekuensinya, setelah mendapat rahmat

Tuhan, manusia akan lebih mudah untuk menggerakkan hati, pikiran, dan perbuatan sejalan

dengan tuntunan ’Cahaya’ Tuhan. Dalam kehidupan sehari-harinya akan selalu diliputi dengan

Page 246: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

’Cahaya’ Tuhan, sehingga akan meminimalkan bahkan menghindarkan diri dari perbuatan

yang dilarang Tuhan. Karena pancaran ’Cahaya’ Tuhan telah melingkupi dirinya dalam segala

situasi dan kondisi.

Sedangkan dalam antalogi puisi Pahlawan dan Tikus yang kuat mengemban nilai-nilai

pendidikan yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan ketuhanan ada dalam beberapa

puisi yang berjudul ”Kurban”, ”Nazar Ibu di Karbala”, ”Hizib Nashar Wali Quthub Asy-

Syadzili”, dan ”Doa Akasyah”.

Secara garis besar puisi-puisi di atas menunjukkan nilai-nilai pendidikan, bahwa dengan

segala kesadarannya manusia harus mengakui keberadaannya di dunia tidak lepas dari peran

kasih sayang seorang ibu (orang tua). Apa pun posisi dan jabatan kita, tanpa kasih sayang ibu

kita tidak kan mampu meraihnya. Sebab suara hati seorang Ibu (orang tua) sangat dekat

dengan suara Tuhan. Kerelaan dan murka ibu (orang tua) kita adalah kerelaan dan murka

Tuhan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita berharap dan memohon kepada Tuhan untuk

memberi kasih sayang-Nya pada ibu (orang tua) kita.

Selanjutnya dalam puisi-puisi di atas, kita ditunjukkan pengorbanan seorang ibu untuk

mengharapkan curahan cinta-Nya, meskipun segala musibah menerpanya. Dengan segala

ketidakberdayaannya hanya mampu berharap dan memohon kepada Tuhan dengan segala

sifat kesempurnaan-Nya untuk selalu mendekat pada Tuhan untuk selalu mendapat curahan

rahmat-Nya.

Berikutnya, dalam puisi-puisi di atas, kita ditunjukkan sebuah kesadaran, bahwa semua

yang ada dan bergerak dalam tubuh tiada lain adalah berkat kehendak-Nya semata, sehingga

cukup hanya Tuhan yang menjadi sandaran harapan kita. Karena hanya dengan rahmat dan

pertolongan Tuhan, kita akan lebih mudah untuk menggerakkan hati, pikiran, dan perbuatan

sejalan dengan tuntunan Cahaya Tuhan.

Hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia lain, kehidupan, kematian,

Page 247: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

dan ketuhanan dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri,

menegaskan bahwa dalam kehidupan kita menyadari terhadap kelemahan dan kekurangan

diri. Oleh karena itu, kita selalu berharap bantuan orang lain, kita bersikap baik dalam

kehidupan, kita akan mempersiapkan diri menghadapi kematian, dan berharap selalu akan

curahan ’Cahaya’ Tuhan, sehingga akan membentuk kesadaran untuk meminimalkan bahkan

menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang Tuhan. Sebab hanya dengan pancaran

’Cahaya’ Tuhan dalam diri, maka kita akan memiliki kemampuan untuk menggerakkan hati,

pikiran, dan perbuatan sejalan dengan tuntunan ’Cahaya’ Tuhan dalam segala situasi dan

kondisi. Inilah nilai-nilai pendidikan berharga yang diemban larik-larik puisi untuk

menyuarakan kesadaran berketuhanan.

Akhirnya, dari uraian pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan yang ada dalam dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri di atas, dapat

disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan yang tercermin pada larik-larik puisi dalam dua

antologi puisi tersebut, merupakan nilai pendidikan yang merefleksikan hubungan: (1)

manusia dengan dirinya sendiri, (2) manusia dengan orang lain, (3) manusia dengan

kehidupan, (4) manusia dengan kematian, dan (5) manusia dengan ketuhanan.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Page 248: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

A. Simpulan

Simpulan yang dapat diuraikan dari hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Kritik Sosial dalam Hubungannya dengan Sikap Penyair dan Tema dalam Antologi Puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kritik sosial dalam hubungannya

dengan sikap penyair dan gagasan dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya

A. Mustofa Bisri, ada beberapa hal yang dapat dijadikan kerangka berpikir untuk mendapatkan

hasil analisis dan pembahasan berupa deskripsi hubungan tersebut, antara lain deskrpsi tentang:

(a) A. Mustofa Bisri dan beberapa karyanya, (b) antologi puisi Tadarus dan Pahlawan

dan Tikus, (c) tema-tema dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (d) sikap

penyair dalam hubungannya dengan tema dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus,

(e) struktur bahasa dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, dan (f) simpulan

berupa sintesis dan interpretasi.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka didapatkan hasil analisis dan pembahasan

berupa deskripsi tentang kritik sosial dalam hubungannya dengan sikap penyair dan gagasan

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri, sebagai berikut.

Pertama, A. Mustofa Bisri yang lebih dikenal dengan nama panggilan Gus Mus adalah

representasi dari seorang kiai yang mangku (memiliki) pesantren, juga sebagai budayawan,

sastrawan, perupa yang aktif menyuarakan kritik-kritik sosial lewat karya-karyanya baik karya

terjemahan, esai, prosa, maupun puisi-puisinya. Puisi-puisi Gus Mus tergolong puisi religius dan

kental dengan kritik-kritik sosial.

Kedua, gambaran umum dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus banyak

dijumpai puisi-puisi yang bersifat puisi deskriptif dan metafisikal. Sifat puisi yang muncul

tersebut dalam dua antologi puisi tersebut, tidak lain adalah untuk mengungkapkan pikiran dan

Page 249: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

perasaan penyair berupa kritk terhadap diri sendiri (penyair) dan kehidupan sosial masyarakat

serta kesadaran keagamaan penyair.

Ketiga, terkait dengan gambaran umum tentang antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan

Tikus, maka tema atau gagasan yang terdapat dalam dua antologi puisi tersebut, antara lain

tentang: (1) kritik terhadap dekadensi moral kemanusiaan, (2) kritik terhadap ketidakadilan dan

ketidakbenaran hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran dalam kehidupan, (4) koreksi dan

introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual.

Keempat, senada dengan wujud tampilan tema dalam antalogi puisi Tadarus dan Pahlawan

dan Tikus tersebut juga mengungkapkan nada atau sikap tidak puas penyair terhadap suatu

keadaan dengan cara menyindir atau meyatakan keadaan sebaliknya. Oleh karena itu, dua

antologi puisi tersebut banyak mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau

ketidakberesan diri sendiri dan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat dengan

cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan diri sendiri dan kehidupan suatu kelompok

maupun suatu masyarakat tersebut. Selain itu, dalam dua antologi puisi tesebut juga mengajak

pembaca merenungkan kehidupan dan menghadirkan Tuhan dengan segala sifat kesempurnaan-

Nya di dalam jiwa.

Kelima, A. Mustofa Bisri selain mengungkapkan kata-kata yang lugas dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus untuk menyampaikan tema-tema yang berhubungan dengan

corak kehidupan sosial dan religius, tampaknya penyair juga ingin memadukan sifat-sifat yang

ada dalam puisinya yang deskriptif dan metafisikal dengan menggunakan kata konkret,

pengimajian, gaya bahasa dan versifikasi yang senada. Hal ini membuktikan, bahwa selain ingin

menyampaikan nada atau sikap penyair secara lugas, kritis, dan satiris, tetapi masih

mempertimbangakan keindahan bahasanya. Bahkan tidak sedikit nada bahasa humoris juga

tampak dalam beberapa larik puisinya dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus.

Keenam, dapat disimpulkan berdasarkan deskripsi beberapa faktor yang dapat dijadikan

kerangka berpikir meliputi: (1) tentang A. Mustofa Bisri dan karya-karyanya, (2) gambaran

Page 250: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

umum tentang antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (3) tema-tema dalam antologi

puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (4) sikap penyair dalam hubungannya dengan tema

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, dan (5) struktur bahasa dalam antologi

puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, dan (6) sintesis dan interpretasi. Selanjutnya, dapat

dikatakan bahwa nada atau sikap penyair terdapat relevansi dengan tema atau gagasan tentang

kritik terhadap kehidupan sosial, diri sendiri, dan kesadaran keagamaan dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri. Relevansi tersebut tercermin dalam

beberapa tema antara lain: (1) kritik terhadap dekadensi moral kemanusian, (2) kritik terhadap

ketidakadilan dan ketidakbenaran hidup, (3) kritik terhadap ketidakjujuran dalam kehidupan, (4)

koreksi dan introspeksi diri, dan (5) kesadaran spiritual.

2. Nilai Religius dalam Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa nilai religius yang

diemban antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri adalah nilai

religius yang dibatasi pada religius sebagai pengalaman batin dan kesadaran seseorang (penyair)

untuk selalu berhubungan dengan Sang Maha Pencipta dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena

itu, penyair selalu berharap curahan ’Cahaya’ Tuhan, sehingga akan meminimalkan bahkan

menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang Tuhan. Sebab hanya dengan pancaran ’Cahaya’

Tuhan dalam diri, maka penyair akan memiliki kemampuan untuk menggerakkan hati, pikiran,

dan perbuatan sejalan dengan tuntunan ’Cahaya’ Tuhan dalam segala situasi dan kondisi.

Perwujudannya dengan menciptakan hubungan yang harmoni dengan Sang Maha Pencipta

dalam pemikiran, ucapan, dan perbuatan. Selanjutnya akan terealisasi dalam keseimbangan ritual

ibadah, baik ibadah personal (pribadi) maupun ibadah sosial dalam kehidupan sehari-hari.

3. Nilai Pendidikan dalam Antologi Puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus

Page 251: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam upaya penggalian nilai-nilai pendidikan

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri, maka didapatkan

simpulan bahwa nilai-nilai pendidikan yang ada dalam larik-larik puisi dalam dua antologi puisi

tersebut, yakni berupa nilai pendididikan yang berhubungan tentang: (1) manusia dengan dirinya

sendiri, (2) manusia dengan orang lain, (3) manusia dengan kehidupan, (4) manusia dengan

kematian, dan (5) manusia dengan ketuhanan. Simpulan paparan masing-masing sebagai berikut.

Pertama, nilai pendidikan yang menunjukkan hubungan manusia dengan dirinya sendiri

dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah memberikan kesadaran bahwa kita

benar-benar berada dalam segala keterbatasan dan kekurangan. Baik dalam mengahadapi

keinginan sendiri maupun untuk kepentingan ibadah ritual dan ibadah sosial, kita selalu lebih

mementingkan diri sendiri daripada kepentingan di luar kita. Misalnya hubungan dengan sesama,

apalagi untuk urusan hubungan dengan Tuhan.

Dalam urusan beragama misalnya, kita mengakui bahwa apapun yang ada dalam diri kita

sudah berlabel agama yang kita yakini. Tapi apa benar menurut Tuhan, bahwa kita sudah benar-

benar beragama atau sekedar simbol agama yang menempel pada fisik kita saja? Kita mengakui

dan beribadah kepad Tuhan. Tapi apa benar, ibadah kita benar-benar ingin mencari ridla-Nya?

Atau hanya sekedar rutinitas tak bermakna, sehingga dalam ibadah kita hanya ingat bahwa diri

kita saja dan menghitung-hitung ibadah yang telah kita lakukan. Banyaknya nasihat tentang

kebajikan dalam bentuk apapun yang kita dengar, bukan jaminan kita menjadi manusia yang

bijak.

Justru sebaliknya, kita tak pernah sekalipun melaksanakan nasihat bijak itu atau bahkah

sama sekali kita tak akan bergeming dengan berbagai bentuk nasihat bijak tersebut. Kita lebih

egois dengan urusan diri sendiri. Sedangkan untuk urusan dengan sesama dan Tuhan adalah

urusan yang dapat ditunda atau bahkan dikesampingkan. Inilah nilai pendidikan paling berharga

bagi kita, untuk selalu menempatkan keseimbangan kewajiban kita sebagai umat beragama

sekaligus makhluk sosial.

Page 252: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Kedua, nilai pendidikan yang menunjukkan hubungan manusia dengan orang lain dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah nilai-nilai hubungan kemanusiaan kita

sudah mulai luntur bahkan lambat laun mulai terkikis dalam kehidupan. Banyak di antara kita

yang belum menyadari hakikat hubungan kemanusiaan. Apalagi kalau sudah diembel-embeli

jabatan atau pangkat yang melekat pada diri kita, seakan-akan jabatan atau pangkat itu yang

membatasi kemanusiaan kita dengan sesama.

Peperangan dan saling membunuh demi sebuah kebanggaan ras atau suku demi gengsi

menjadi tradisi daripada harus membina kerukunan dan kasih sayang dengan sesama. Kita lebih

banyak menyibukkan diri untuk mempropagandakan label-label atau simbol-simbol prestise

yang kita sandang daripada harus bersusah payah menyuarakan kebaikan dan kebenaran hidup

antarsesama. Kita lakukan apa pun demi keuntungan kita sendiri, meskipun yang lain merasakan

kesengsaraan dari perilaku kita. Kita lebih senang menebar virus kebencian dan perpecahan

dengan sesama di segala bidang kehidupan dan pekerjaan daripada membina kerukunan dan

kedamaian di antara sesama.

Nilai-nilai pendidikan inilah yang diemban pada larik-larik puisi di atas, bahwa sudah

seharusnya kita bisa menempatkan nilai-nilai kemanusiaan dalam segala bidang kehidupan tanpa

harus memandang perbedaan ras, suku, golongan, maupun agama.

Ketiga, nilai pendidikan yang menunjukkan hubungan manusia dengan kehidupan dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah dalam hal hidup dan kehidupan kita

masih banyak yang belum bisa kita lakukan sesuai dengan aturan dan norma kebaikan yang

berlaku. Kita masih sibuk dengan urusan sendiri, yang belum jelas kebaikannya. Di mana pun

posisi dan jabatan kita, belum dapat menempatkan diri sesuai dengan kemampuan dan keahlian

yang kita miliki.

Kita masih terlalu banyak menjadikan segala sesuatu di luar kita (baik manusia, hewan,

maupun tumbuhan) adalah pemuas keinginan kita, sehingga apa pun langkah kita (benar atau

salah) adalah benar menurut kita. Asalkan semua keinginan kita terpenuhi. Kita masih belum

Page 253: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

melihat kezaliman dan kemungkaran di sekitar kita yang memperdaya nurani, karena memang

kita tidak mampu atau bahkan enggan untuk meninggalkan sifat buruk itu dalam diri kita.

Kita masih banyak mencari kepuasan diri dalam setiap waktu dan kesempatan, sehingga

dengan jalan apapun (benar atau salah) asalkan keinginan kita terpenuhi, tetap kita pandang

sebagai hal yang paling benar.

Nilai-nilai pendidikan inilah yang diemban pada larik-larik puisi di atas, bahwa sudah

seharusnya kita menghentikan segala bentuk praktik kezaliman dan kemungkaran dalam setiap

sudut kehidupan. Kita kembalikan semua praktik kehidupan pada nurani kita. Hanya dengan

menempatkan nurani, kita bisa hidup perdampingan dengan siapapun ( baik dengan sesama

maupun lingkungan), sehingga nantinya akan tercipta harmoni yang indah dalam kehidupan kita.

Keempat, nilai pendidikan yang menunjukkan hubungan manusia dengan kematian dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah kematian akan menjemput kita tanpa kita

sadari kapan datangnya. Kematian adalah misteri Tuhan, disamping kehidupan dan perjodohan.

Kematian akan dihadapkan pada kita dengan berbagai ragam peristiwa. Ada kalanya kita belum

siap untuk menerima atau menghadapinya. Akan tetapi, ada yang sudah siap menghadapinya.

Semua tergantung kita, bagaimana kita menyikapinya.

Jika kematian itu adalah sesuatu yang menakutkan, tentunya kita berharap agar kematian

ditunda pada diri kita terlebih dahulu. Sebaliknya, jika kita menyadari bahwa kematian adalah

sesuatu yang tidak perlu ditakuti. Apapun yang terjadi pada diri kita, kita hadapi dengan sikap

berani dan lapang dada. Seperti sikap para pahlawan perjuangan yang membela kebenaran dan

hati nurani dengan tanpa pamrih. Mereka menganggap kematian adalah sesuatu yang indah,

sebab mereka yakin kematian mereka bukanlah hal yang sia-sia.

Nilai-nilai pendidikan inilah yang diemban pada larik-larik puisi dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, bahwa kita semestinya tidak takut menghadapi kematian.

Sebab kematian pasti akan datang pada diri kita di mana dan kapan pun kita berada. Yang

Page 254: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

terpenting, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian itu? Oleh karena itu,

dalam setiap langkah kehidupan, kita harus bersandarkan pada nilai-nilai kebenaran Tuhan dan

hati nurani. Sehingga kapanpun kematian menghampiri, kita berharap tidak ada alasan

penyesalan untuk menghadapinya. Kita sudah benar-benar siap menghadapinya.

Kelima, nilai pendidikan yang menunujukkan hubungan manusia dengan ketuhanan dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus adalah manusia dengan segala ketidakberdayaan

hanya mampu berharap dan memohon kepada Tuhan dengan segala sifat kesempurnaan-Nya.

Selanjutnya dengan segala upaya dan usahanya untuk selalu mendekat pada Tuhan untuk selalu

mendapat curahan rahmat-Nya. Konsekuensinya, setelah mendapat rahmat Tuhan, manusia akan

lebih mudah untuk menggerakkan hati, pikiran, dan perbuatan sejalan dengan tuntunan ’Cahaya’

Tuhan. Dalam kehidupannya sehari-hari akan selalu diliputi dengan ’Cahaya’ Tuhan, sehingga

akan meminimalkan bahkan menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang Tuhan. Karena

pancaran ’Cahaya’ Tuhan telah melingkupi diri dalam segala situasi dan kondisi.

B. Implikasi

Berpijak pada simpulan terhadap hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan di atas,

maka implikasi yang layak dikemukakan dari penelitian ini untuk peningkatan dan pengembangan

pengajaran bahasa dan sastra Indonesia pada umumnya dan pengajaran apresiasi puisi pada

khususnya. Ada tiga hal yang dapat dijadikan tumpuan implikasi dari penelitian ini dalam

pengajaran apresiasi puisi, utamanya terhadap (1) tinjauan sosiologi sastra, (2) nilai religius, dan (3)

nilai pendidikan dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri.

Pertama, tinjauan sosiologi sastra terhadap karya antologi puisi akan berimplikasi terhadap

pengajaran apresiasi puisi di sekolah, baik implikasi secara kognitif dan afektif maupun implikasi

secara teoritis dan praktis dalam pengkajian terhadap hubungan antara nada atau sikap penyair

dengan gagasan atau tema dalam antologi puisi itu sendiri. Terkait dengan kajian sosiologi terhadap

Page 255: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri, maka implikasinya

terhadap pengajaran apresiasi puisi baik implikasi secara kognitif dan afektif maupun implikasi

secara teoritis dan praktis adalah pemerolehan deskripsi tentang hubungan antara nada atau sikap

penyair dengan gagasan atau tema tentang kritik terhadap kehidupan sosial dalam dua antologi

puisi tersebut yang mencakup beberapa hal, yakni: (1) tentang A. Mustofa Bisri dan karya-

karyanya, (2) gambaran umum tentang antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (3) tema-

tema dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, (4) nada dan sikap penyair dalam

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, dan (5) struktur bahasa dalam antologi puisi

Tadarus dan Pahlawan dan Tikus, dan (6) sintesis dan interpretasi terhadap antologi puisi Tadarus

dan Pahlawan dan Tikus.

Kedua, meskipun mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia bukan mata pelajaran agama,

sudah selayaknya dan sepantasnya dalam pengajarannya diintegrasikan dengan pemahaman

terhadap nilai-nilai religius. Salah satunya dalam pengajaran apresiasi sastra, khususnya pengajaran

apresiasi puisi. Dalam antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri,

keberadaan nilai religius sangat kuat sekali. Pemaparan nilai religiusnya tidak semata-mata

merupakan deskripsi ibadah ritual yang bersifat individu, tetapi lebih mengarah pada aplikasi nilai

religius dalam tataran kehidupan sosial. Oleh karena itu, implikasi terhadap hasil analisis dan

pembahasan dalam penelitian ini terkait erat dengan pengajaran apresiasi sastra, khusunya terhadap

penggalian nilai-nilai religius dalam puisi sangat layak mendapat perhatian utama guna menambah

pemahaman siswa terhadap nilai-nilai religius, untuk selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Ketiga, salah satu tujuan utama penyelenggaraan pembelajaran di lembaga-lembaga

pendidikan adalam penyampaiaan dan pemahaman terhadap nilai-nilai pendidikan itu sendiri.

Sebagai salah satu mata pelajaran, pengajaran bahasa dan sastra Indonesia juga memegang peranan

penting dalam penyampaian nilai pendidikan. Misalnya pada pengajaran apresiasi sastra, khususnya

pengajaran apresiasi puisi. Di dalamnya akan banyak kita temukan nilai pendidikan. Terkait dengan

Page 256: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

antologi puisi Tadarus dan Pahlawan dan Tikus karya A. Mustofa Bisri, nilai-nilai pendidikan yang

dipaparkan melalui larik-larik puisinya sangat kental, yakni adanya keterkaitan nilai pendidikan

yang berhubungan dengan (1) manusia dengan dirinya sendiri, (2) manusia dengan orang lain, (3)

manusia dengan kehidupan, (4) manusia dengan kematian, maupun (5) manusia dengan ketuhanan.

Implikasi terkait dengan penelitian ini, bahwa pengajaran apresiasi puisi juga merupakan hal yang

tidak bisa dianggap sepele. Sebab di dalamnya banyak terdeskripsi beragam nilai, salah satunya

nilai pendidikan. Dengan pemahaman terhadap nilai pendidikan ini, diharapkan pengajaran

apresiasi sastra khususnya puisi akan menjadi pembelajaran yang lebih bermakna dan bermanfaat

bagi siswa, sebagai pembelajaran tentang diri sendiri, orang lain, kehidupan, kematian, dan

ketuhanan.

C. Saran

Dari keseluruhan uraian penelitaian ini, maka dapat dipaparkan beberapa saran, khususnya

bagi peserta didik, tenaga pendidik, lembaga kependidikan, dan peneliti lain, sebagai berikut.

Pertama, bagi peserta didik hendaknya lebih banyak untuk meningkatkan kemampuan dan

pemahaman terhadap apresiasi puisi. Sebab ada banyak manfaat yang bisa didapatkan terkait

dengan dengan kegiatan apresiasi ini, antara lain (1) pemahaman terhadap berbagai bentuk kajian

sastra khususnya puisi, (2) pemahaman terhadap nilai religius, dan (3) pemahaman terhadap nilai

pendidikan. Semuanya itu untuk mendapatkan pemahaman unsur lahir dan unsur batin puisi secara

lebih mendalam dan proporsional.

Kedua, bagi pendidik selalu berusaha membuat pengajaran apresiasi sastra khususnya puisi

menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Hal ini disebabkan karena di balik

rumitnya kerja apresiasi puisi, maka para tenaga pendidik berusaha semaksimal mungkin untuk

terus berupaya menjadikan dan membuat inovasi baru terhadap pengajaran apresiasi sastra

khusunya puisi, sehingga nantinya pengajaran apresiasi puisi tidak menjadi pengajaran yang

Page 257: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

monoton dan membosankan. Melainkan menjadi pengajaran yang menarik dan memberikan nilai

dan manfaat secara langsung pada siswa yang berimplikasi terhadap kehidupannya.

Ketiga, bagi lembaga pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional) untuk tetap memberikan

porsi yang seimbang antara pengajaran bahasa (tata bentuk bahasa) dengan pengajaran apresiasi

sastra (puisi, prosa, dan drama) dalam rangka penyusunan silabus pembelaran bahasa dan sastra

Indonesia. Selain itu, juga tetap terus berupaya mengadakan forum pendidikan dan pelatihan bagi

tenaga pendidik khusunya guru pengampu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia baik berupa

workshop, seminar, maupun revitalisasi tentang kebahasaan dan kesastraan baik di tingkat

kabupaten, provinsi, maupun nasional dalam rangka pembinaan secara terus-menerus guna

peningkatan profesionalisme guru dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Keempat, bagi para peneliti dan peminat penelitian di bidang pengkajian karya sastra (puisi,

prosa, dan drama) dapat terus melakukan penelitian dan pengkajian terhadap karya sastra.

Mengingat begitu luasnya wilayah kajian terhadap karya sastra, maka memungkinkan akan muncul

beragam kajian. Khususnya terhadap hasil karya A. Mustofa Bisri, baik berupa antologi puisi

maupun cerpen yang tidak hanya dapat ditinjau dari sudut pandang sosiologi sastra, nilai religius,

dan nilai pendidikan. Melainkan beragam sudut pandang dan tinjauan guna penelitian lanjutan

terhadap karya-karya A. Mustofa Bisri, baik berupa antologi puisi maupun cerpen.

Page 258: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi W. M. 1987. Rumi, Sufi, dan Penyair. Bandung: Pustaka.

Abdul Munir Mulkan. 2009. Islam dalam Pesona Seni: Gus Mus yang Kukenal. Labibah Zain & Lathifah Khuluq (eds.). Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang.

Abrams, M. H. 1971. A Glossary of Literary Term. New York: Holt, Rinehart and Wiston.

___________. 1979. The Mirror and The Lamp. New York: Oxford University Press.

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta.

Acep Zamzam Noer. 2009. Gus Mus. Labibah Zain & Lathifah Khuluq (eds.). Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang.

A. Mustofa Bisri. 1991. Ohoi: Kumpulan Puisi Balsem. Jakarta: Pustaka Firdaus.

___________. 1993. Tadarus, Antologi Puisi. Yogyakarta: Prima Pustaka.

___________. Tanpa Tahun. Rubaiyat Angin & Rumput, Antologi Puisi. Jakarta: PT Marta Multi Media & Majalah Humor.

___________. 1995. Pahlawan dan Tikus. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Page 259: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

___________. 1996. Pesan Islam Sehari-hari; Ritus Dzikir dan Gempita Ummat. Surabaya : Risalah Gusti.

___________. 2008. Mencari Bening Mata Air. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Aminuddin. 1982. Pendekatan Analitis dalam Mengapresiasi Puisi. Imam Syafi’i dan Suparno (Ed.). PBJJ-BI IKIP Malang, Malang: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Pendidikan Diploma Kependidikan.

___________. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. C. V. Sinar Baru: Bandung.

Aning Ayu Kusumawati. 2009. Menangkap Visi Religiusitas dalam Puisi-puisi A. Mustofa Bisri. Labibah Zain & Lathifah Khuluq (eds.). Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang.

Altenbend, Lynn dan Leslie Lewis. 1969. Introduction to Literature: Poem. Toronto, Ontario: Maacmillan Company Ltd.

Atar Semi. 1982. Kritik Sastra. Penerbit Angkasa: Bandung.

Awang H. Saleh. 1980. Sastra dan Sosiologi dalam Penulisan Kreatif. (Kumpulan Esai Ceramah). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Barry, Gerald Sir. 1965. The Art, Man’s Creative Imagination. Doubleday & Company Inc. Garden City: NewYork.

Barsstone, Willis. 1993. The Poetics of Translation: History, Theory, Practice. New Haven and London. Yale University Press.

Bertens K. 1997. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Boulton, Marjorie. 1979. The Anatomy of the Poetry. London: Routledge & Kegan Paul.

Dick Hartoko dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu ke Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Eagleton, Terry. 1983. Literary Theory. Oxford: Basil Backwell.

Elizabeth, Torn Burn (ed.). 1973. Sosiologi of Literature & Drama. Harmondsworth: Penguin Books.

Page 260: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Escarpit, Robert. 2008. Sosiologi Sastra. Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ida Sundari Husen. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Goenawan Muhamad. 2009. Gus Mus, Teks, dan Manusia. Labibah Zain & Lathifah Khuluq (eds.). Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang.

Grace, William J. 1965. Response to Literature. New York: Mc. Graw Hill Inc.

H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya. Surakarta: UNS Press.

Hamdy Salad. 2009. Satu Rumah Seribu Pintu. Labibah Zain & Lathifah Khuluq (eds.). Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang.

Harrow, Susan. “The Modern Language Review: is the official quarterly journal of the Modern Humanities Research Association”. The Autobiographical and the Realin Appollinaire. October 2002, Vol. 97, Part 4, p. 821-824. Maney Publishing for the Modern Humanities Research Association.

Herman J. Waluyo. 1992. Apresiasi dan Pengkajian Sastra. Surakarta: UNS Press.

____________. 2008. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press.

Hook, J. N. 1965. The Teaching of High School English. New York: The Ronald Presss Company.

Hudson, W.H. 1985. An Introduction to The Study of Literature. London: Routledge & Kegan Paul.

Ida Nurul Chasanah. 2005. Ekspresi Sosial dalam Sajak-sajak KH. Mustofa Bisri. Yogyakarta: Pustaka Logung.

Ignas Kleden. 1981. Kesusastraan Indonesia Tidak Harus Menjadi Cermin Keadaan Masyarakat (dalam Tifa Budaya). Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional (Leprenas).

Ilmu Sastra. 2009. Sosiologi Sastra. http://www.sebuahcatatansastra.blogspot. com/2009/02/sosiologi-sastra.html, diunduh tanggal 16 April 2010.

Jamal D. Rahman. “Kakilangit, Sisipan Majalah Sastra Horison”. Puisi-puisi A. Mustofa Bisri: Kesadaran Sosial-Keagamaan Ulama-Penyair. November 2004, No. 95, hal. 11-12. Jakarta: Yayasan Indonesia.

Page 261: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

____________. 2009. A. Mustofa Bisri, Seorang Ulama-Penyair. Labibah Zain & Lathifah Khuluq (eds.). Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang.

James, William. 1958. The Varietis of Religious Experience. New York: The American Library of Worl Literature, Inc.

Johnson, John. “The Modern Language Review: is the official quarterly journal of the Modern Humanities Research Association”. The Problem of Theory in The Poetics of Andrea Zanzotto. Januari 2000, Vol. 95, Part 1, p. 92-106. Maney Publishing for the Modern Humanities Research Association.

Kaswardi. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: Gramedia Widya Sarana.

Kennedy, X. J. 1971. An Introduction to Poetry. Boston: Little Brown and Company.

Komunitas Mata Air. 2006. A. Mustofa Bisri, Kiai, Penyair, dan Pelukis. http:// gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=2&id=1162, diunduh tanggal 25 Mei 2010.

Krippendorff, Klaus. 1993. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi.Terjemahan Farid Wajidi. Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pers.

Labibah Zain & Lathifah Khuluq (eds.). 2009. Gus Mus: Satu Rumah Seribu Pintu. Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang.

Luxemburg, Jan Van, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.

Max Scheler. 2001. Filsafat Nilai. Jakarta: Angkasa.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Ros-

da Karya.

Nani Tuloli. 2000. Kajian Sastra. Gorontalo: BMT Nurul Janah

Nyoman Kutha Ratna. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://openlibrary.org/books/OL3773662M/Paradigma_Sosiologi_ sastra, diunduh tanggal 20 Mei 2009.

Olsen, Stein Haugom. 1978. The Structure of Literary Understanding. London: Cambridge University Press.

Page 262: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Rabindranath Tagore. 2002. Agama Manusia (Terjemahan dari judul asli The Religion of Man). Yogyakarta: Bentang Budaya.

Rachmat Djoko Pradopo. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

_____________. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Reeves, James. 1978. Understandig Poetry. London: Heyneman Educational Books.

Richards, I. A. 1976. Practical Criticism: A Study of Literary Judgement. London: Routledge & Keagan Paul.

Sansom, Clive. 1960. The Word of Poetry. London: Phoenic House.

Sapardi Djoko Damono. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud.

Sastra Santri. 2009. Sosiologi Sastra. http://www.sastrasantri.wordpress.com/ 2009/01/sosiologi-sastra.html, diunduh tanggal 20 April 2010.

S. Effendi. 1973. Bimbingan Apresiasi Puisi. Ende Flores: Nusa Indah.

S. Wisni Septiarti. “Jurnal Ilmiah Visi: Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal”. Aktualisasi Nilai dalam Konteks Pendidikan Luar Sekolah yang Berbasis pada Kearifan Lokal. No. 2 - 2000, Vol. 1, hal. 56-61. Depdiknas Dirjen PMPTK Dirdik PTK-PNF bekerjasama dengan FIP UNJ.

Soerjono Soemargono. 1986. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Soelaeman. 1988. Suatu Telaah Tentang Manusia Religi Pendidikan. Jakarta: Depsikbud.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Suminto A. Suyuti. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.

Sutardji Calzoum Bachri. 1981. O, Amuk, Kapak. Jakarta: Sinar Harapan.

Page 263: Antologi puisi tadarus dan pahlawan dan tikus/Antologi... · Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka ... sebagai awal mencintai diri sendiri atau ... Bahasa

Suwardi Endraswara. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Swingewood. 1977. The Myth of Mass Culture. London: Macmillan.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Umar Junus. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

_____________. 1986. Sosiologi Sastra: Persoalan Teori dan Metode. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia.

Wellek, Rene, and Austin Warren, 1990. Teori Kesusastraan. Diindonesiakan oleh Melani Budianta. Jakarta: PT Gramedia.

Y. B. Mangunwijaya. 1982. Sastra dan Riligiositas. Jakarta: Sinar Harapan

Zainuddin Fananie. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.