Upload
radityo-harseno
View
62
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Budaya Melanggar UU LLAJ di Masyarakat Kendal dengan Pendekatan Empiris
Citation preview
MAKALAH ANTROPOLOGI HUKUM
BUDAYA MASYARAKAT MELANGGAR UU LLAJ
Disusun oleh :
Radityo M. Harseno(11010113130759)
D
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
ABSTRAK
Cabang dari sebuah antropologi budaya yang hendak memahami bagaimana masyarakat mempertahankan nilai-nilai yang dijunjung tinggi melalui proses pengendalian sosial yang salah satunya berbentuk hukum.1 Dengan melakukan penelitian atau observasi yang menggunakan metode pendekatan empiris dapat diketahui terjadi fenomena menarik di dalam masyarakat berkaitan dengan budaya melanggar hukum dalam hal ini UU LLAJ, oleh sebab itu dalam kajian ini dapat diketahui bahwa pola perilaku masyarakat tersebut terjadi karena sifat apriori masyarakat terhadap perilaku menyimpang para aparat penegak hukum yang notabene sebagai simbol penegakkan hukum malah justru melanggar hukum. Maka dari itulah masyarakat menjadi berubah dan cenderung berperilaku melanggar hukum dalam hal ini UU LLAJ yang pada akhirnya membudaya dan sulit dihilangkan apabila tidak ada keteladanan yang dicontohkan oleh para aparat penegak hukum. Implikasi yang timbul adalah merebaknya kasus kecelakaan yang disebabkan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat dengan berpangkal pada para oknum penegak hukum yang melanggar itu sendiri.
Kata Kunci : Antropologi, Hukum, Observasi, Empiris, Fenomena, Budaya, Masyarakat, Melanggar, Oknum, Aparat, Penegak Hukum, Apriori, Keteladanan, Implikasi, Pelanggaran, Kecelakaan.
ABSTRACT
Branch of a cultural anthropology who want to understand how people defend the values upheld through a process of social control that one of them legally.2 By doing research or observation using empirical approach can be seen happening interesting phenomenon in society with regard to culture unlawful in terms of this act road transport traffic, therefore in this study can be seen that the pattern of public behavior occurs because of the nature of apriori public against deviant behavior the law enforcement officers who incidentally as a symbol of law enforcement instead it broke the law. That is why people become distorted and tend to behave in violation of the law in this case the Law Road transport traffic that ultimately entrenched and difficult to remove when no ideals exemplified by law enforcement officers. The implication that arises is the outbreak of accidents caused by the violations committed by the community with the stems on the law enforcement officers who violate itself.
Keywords : Anthropology, Law, Observation, Empirical, phenomena, Culture, Society, Breaking , Person, Law Enforcement Officer, Apriori, Modeling, Implications, Abuse, Accident.
1 Prof. Dr. T.O. Ihromi (1984:24)2 Prof. Dr. T.O. Ihromi (1984:24)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya makalah yang
berjudul “Budaya Masyarakat Melanggar UU LLAJ”. Atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Ibu Emy Handayani, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pengajar, yang memberikan
bimbingan, saran dan ide serta kesempatan yang membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
2. Orang Tua Tercinta, yang telah memberikan dukungan, do’a dan masukan kepada
penulis untuk lebih bersemangat dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman yang setia dalam memberikan semangat dan dorongan untuk
menyelesaikan makalah ini sesuai dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari dosen pengajar dan teman-teman sangat-lah dibutuhkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 11 Oktober 2015
Radityo M. Harseno
iii
DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B.1. Permasalahan........................................................................................................................3
C.1. Tujuan....................................................................................................................................3
D.1. Metodologi............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................4
A.II. Pembahasan..........................................................................................................................4
1. Penelitian Berbasis Empirik..................................................................................................4
2. Budaya Masyarakat Melanggar UU LLAJ..............................................................................5
3. Data & Fakta..........................................................................................................................6
4. Rekomendasi dan Solusi.......................................................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................9
A.III. Kesimpulan............................................................................................................................9
B.III. Saran....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................11
iv
BAB IPENDAHULUAN
A.1. Latar Belakang
Dewasa ini banyak terjadi fenomena hukum yang menarik untuk dijadikan objek
penelitian dengan menggunakan pelbagai metode. Penelitian itu sendiri merupakan
kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis
untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.0 Tak dapat dipungkiri pelaku pendidikan
dituntut untuk berkontribusi melakukan penelitian akibat perkembangan ilmu pengetahuan
yang semakin kompleks.
Di sisi lain dalam penelitian dikenal dengan adanya metode-metode atau cara-cara
yang digunakan dalam usahanya melakukan penelitian, di antara pelbagai metode yang ada,
salah satunya adalah metode empirik yang memiliki makna bahwa penelitian tersebut
dilakukan dengan pendekatan berbasis fakta yang terjadi di dalam masyarakat. Sehingga
data-data yang terkumpul dalam penilitian tersebut tidak boleh sedikitpun dimanipulasi dan
bertentangan dengan fakta yang ada dan harus bersifat ilmiah.
Berkaitan dengan penelitian berbasis fakta atau lebih populer dikenal dengan
penelitian empiris penulis akan berkonsentrasi pada sebuah judul besar antropologi hukum
terkait dengan fenomena-fenomena hukum yang populer dewasa ini yaitu “Budaya
Masyarakat Melanggar UU Lalu Lintas Angkutan Jalan”. Dengan mengangkat judul tersebut
penulis diharapkan dapat mengangkat mampu memberikan fakta-fakta di lapangan yang
berkaitan dengan pola perilaku masyarakat yang melanggar hukum khususnya UU LLAJ.
Mengangkat judul tersebut penulis menilai bahwa budaya melanggar lalu lintas
merupakan salah satu objek kajian antropologi hukum yang menitik beratkan pada pola
perilaku yang terjadi di masyarakat, sehingga kiranya perlu adanya penelitian lebih
mendalam agar mengetahui secara empiris terhadap perilaku masyarakat tersebut.
Selanjutnya dalam penilitian ini juga diharapkan akan adanya problem solving atas
fenomena hukum yang terjadi sehingga pada akhirnya dengan adanya penilitian ini paling
0 http://kbbi.web.id/teliti
v
tidak dapat meningkatkan awareness (kesadaran) masyarakat terhadap budaya ta’at hukum
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut mengenai substansi penelitian
penulis akan dibahas dalam pembahasan di bawah ini secara jelas, rinci dan komperhensif.
B.1. Permasalahan
1. Apa sajakah bentuk-bentuk perilaku masyarakat melanggar UU LLAJ?;
vi
2. Bagaimanakah wujud konkrit pelanggaran tersebut?;
3. Mengapa masyarakat cenderung berperilaku melanggar aturan hukum yang
berlaku?;
4. Bagaimana dengan perilaku penegak hukum (dalam hal ini Kepolisian) terhadap
sikap masyarakat yang melanggar hukum?.
C.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku masyarakat melanggar UU LLAJ;
2. Untuk memahami wujud nyata sebuah pelanggaran;
3. Untuk menelaah kecenderungan perilaku masyarakat yang melanggar UU LLAJ;
4. Untuk memahami perilaku penegak hukum (dalam hal ini kepolisian) terhadap
masyarakat yang melanggar hukum.
D.1.Metodologi
Metode yang digunakan dalam melakukan observasi dan penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode pendekatan empiris yang berbasis pada fakta-fakta
yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri, selain itu penulis juga
mengkomparasikan fakta-fakta yang ada dengan data-data yang dihimpun melalui
media online yang mencantumkan informasi mengenai data pelanggaran dan
kecelakaan yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.
BAB IIPEMBAHASAN
vii
A.II. Pembahasan
1. Penelitian Berbasis Empirik
Banyak gejala atau fenomena-fenomena menarik yang timbul dewasa ini, dikatakan
menarik karena mungkin secara normatif dianggap tidak biasa. Namun tentunya fenomena
tersebut muncul bukan karena kebetulan semata. Bisa dikatakan segala sesuatu pasti ada
unsur kausanya, oleh sebab itulah observasi ini dilakukan secara empirik dan bersifat ilmiah
serta dapat dibuktikan kebenarannya.
Berbicara mengenai observasi, pengamatan atau identifikasi terhadap sesuatu dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satunya pendekatan yang saya gunakan
dalam observasi kali ini adalah pendekatan empiris. Hal tersebut dipilih karena berkaitan
dengan anomali perilaku yang rutin terjadi sehingga sudah membudaya di kalangan
masyarakat luas. Karenanya perlu adanya pendekatan secara langsung untuk
mengetahuinya.
Berkaitan dengan topik bahasan kali ini, ialah budaya masyarakat melanggar UU Lalu
Lintas Angkutan Jalan atau lebih sering dikenal di lingkungan akademik fakultas hukum
dengan sebutan UU LLAJ (UU No. 22 Tahun 2009), budaya yang melanggar ini muncul
karena terdapat unsur kausalitasnya (seba-akibat), sehingga perlu diketahui apa yang
menjadi latar belakang munculnya budaya melanggar lalu lintas tersebut apalagi dilakukan
dengan jamak.
Masyarakat dewasa ini mulai berpikir apriori bahwa hukum dibuat hanya untuk
dilaggar, mereka berpikir demikian bukan semata-mata atas persepsi secara awam, namun
hal tersebut timbul karena adanya contoh dari para oknum penegak hukum yang senantiasa
melanggar dengan bebasnya tanpa sadar bahwasanya perilaku mereka itu diindentisir
bahkan ditiru oleh masyarakat. Sehingga secara tidak langsung ada bukti pembenar bahwa
hukum dibuat memang untuk dilanggar.
viii
Padahal perlu dIketahui cara berpikir demikian adalah jelas sangat salah, karena
tidak ada konsekuensi logis yang menyertai pernyataan tersebut, sehingga hanya sifat
apriori semata dan karena keteladanan yang bobrok dari para oknum penegak hukum itu
sendiri-lah yang menjadi jawaban atas anggapan bahwa hukum dibuat hanya untuk
dilanggar. Implikasinya bila hal tersebut sudah membudaya dan menjadi persepsi umum
maka melanggar hukum bukan lagi perbuatan yang tidak biasa.
2. Budaya Masyarakat Melanggar UU LLAJ
Justru dengan melanggar hukum akan dianggap sebagai perbuatan biasa yang jamak
dilakukan masyarakat secara luas karena pada kenyataannya para oknum penegak hukum
itu sendiri juga melanggar hukum. Contoh konkret dari apa yang disampaikan di atas, di
antaranya; praktek membuat SIM (Surat Izin Mengemudi), banyak oknum Polisi yang
memanfaatkan prosedur pembuatan SIM tersebut sebagai komoditi untuk mendapatkan
untung dengan orientasi pikir mencari jalan yang instan.
Di sisi lain masyarakat-pun juga tergoda untuk melakukan perbuatan curang
tersebut, mereka berdalih hal tersebut ditempuh karena efisiensi waktu dan tenaga. Perlu
diketahui pula orang-orang yang membuat SIM hampir mayoritas adalah mereka yang tidak
memenuhi ketentuan syarat minimal usia seseorang dapat memperoleh SIM, hal tersebut
tidak diindahkan oleh oknum Polisi tersebut karena yang ada di otak mereka hanyalah Profit
Oriented, sehingga secara tak langsung dampak yang mungkin timbul adalah kecelakaan
yang terjadi akibat pengendara motor yang belum menguasai dan memahami betul
bagaimana berkendara yang baik dan benar, semua itu terjadi karena tidak diperhatikannya
kualifikasi-kualifikasi seseorang dapat memperoleh SIM.
Contoh lainnya, adalah budaya membayar tilang, ketika beberapa oknum Polisi
sedang melakukan operasi tilang di jalan raya, tak jarang sebenarnya mereka melakukan itu
dengan illegal atau tanpa surat tugas dari atasannya. Pernah suatu ketika saya
menginvestigasi apa yang melatar-belakangi mereka melakukan operasi tilang illegal
tersebut salah satunya adalah untuk mendapatkan tambahan uang makan pribadi. Di saat
terjadi operasi tilang masyarakat yang terjaring juga ternyata enggan memilih prosedur yang
baik dan benar untuk bersidang, mereka justru memilih alternatif yang tak seharusnya,
dengan membayar oknum Polisi tersebut guna memudahkan proses selanjutnya untuk
dibebaskan tanpa harus sidang.
ix
Lagi-lagi dalih yang mereka (masyarakat) gunakan adalah proses yang instan,
menghemat waktu dan biaya. Justru sesungguhnya di samping proses tersebut melanggar
hukum dan prosedural, biaya yang dikeluarkan-pun menjadi lebih banyak daripada untuk
sidang. Inilah yang kemudian menjadi bukti bahwa benar adanya oknum penegak hukum
ternyata juga melanggar hukum, sehingga tak salah cara pikir apriori dari masyarakat
muncul terhadap masalah pelanggaran hukum.
3. Data & Fakta
Implikasi dari adanya budaya masyarakat melanggar UU LLAJ adalah meningkatnya
potensi terjadinya kecelakaan. Hal tersebut tak dapat dinafikkan sedimikian rupa, karena
pada hakikatnya sebuah pelanggaran merupakan pangkal dari kecelakaan. Data yang
dihimpun oleh penulis melalui pelbagai sumber antara lain, “Angka pelanggaran cukup
tinggi. Dilihat dari segi pekerjaan, pelajar mendominasi pelanggaran lalu lintas,” kata
Wakapolres Kendal Kompol Guki Ginting seusai Gelar Pasukan Operasi Patuh Candi 2015
yang digelar di halaman mapolres, Rabu (27/5).0
Selanjutnya, angka pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Kendal masih cukup tinggi,
selama pelaksanaan Operasi Zebra Candi 2015 sedikitnya 239 kendaraan bermotor roda dua
diamankan Satuan Lalu Lintas Polres Kendal karena tidak memiliki surat yang sah.
Kendaraan-kendaraan ini patut dicurigai hasil curian, sehingga disita dan bisa diambil
setelah pemilik menyelesaikan sidang dan menunjukkan bukti kepemilikan motor kepada
kepolisian.
Kapolres Kendal AKBP Harryo Sugihhartono melalui Kasatlantas AKP Dedy Kasiyadi
mengatakan selain menyita 239 motor, petugas satlantas Polres Kendal juga menyita barang
bukti lainnya berupa 455 SIM dan 1.458 STNK. “Total barang bukti yang kami sita, baik SIM,
STNK maupun unit sepeda motor ada 2152,” ujarnya, Jumat (12/09).0
Di sisi lain dari angka kecelakaan yang timbul penulis menghimpun data berdasarkan
fakta berita yang dikutip, Jumlah kecelakaan di Kabupaten Kendal didominasi oleh sepeda
motor. Akibat dari kecelakaan ini, terdapat beberapa kejadian yang mengakibatkan korban
meninggal dunia. Kasat Lantas Polres Kendal, AKP Dedi Kasyadi menerangkan, Polres Kendal
menggelar operasi Zebra Candi 2014 pada 26 November hingga 9 September 2015.
0 http://berita.suaramerdeka.com/pelajar-dominasi-pelanggaran-lalu-lintas/0 http://www.beritakendal.com/2014/12/12/angka-pelanggaran-lalu-lintas-masih-tinggi/
x
Dari operasi ini, jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak 14 kejadian. Dari sejumlah
kejadian ini, terdapat 4 orang yang meninggal dunia. Dari jumlah kecelakaan lalu lintas ini,
pelaku didominasi sepeda motor. Tercatat, ada 6 pengendara sepeda motor yang
mempunyai SIM C dan, 7 orang tidak mempunyai SIM. Apabila dilihat dari usia, golongan
anak muda berusia 16-25 tahun mendominasi. Pelaku kecelakaan lalu lintas berusia 16-20
tahun sebanyak 5 orang dan berusia 21-25 tahun sebanyak 2 orang.
Dari korban kecelakaan lalu lintas, pelajar atau mahasiswa mendominasi. Tercatat,
jumlah korban pelajar atau mahasiswa sebanyak 15 orang. Jumlah ini pun meningkat dari
tahun sebelumnya yakni 8 orang. Jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan didominasi oleh
sepeda motor. Tercatat, dalam 14 hari, terdapat 22 sepeda motor yang terlibat kecelakaan.
Sedangkan jumlah mobil yang terlibat kecelakaan hanya 5 unit dan kendaraan tidak
bermotor sebanyak 2 unit.0
Hal di atas mengindikasikan pelbagai kesimpulan, antara lain :
a. Mayoritas Pelanggar adalah Pelajar yang notabene tidak memenuhi kualifikasi batas
minimum usia seorang pengendara sepeda motor, hal tersebut merupakan bukti
kuat bahwa memang budaya melanggar hukum UU LLAJ masih marak terjadi;
b. Hampir semua kecelakaan terjadi disebabkan atas pelanggaran para pengendara, ini
jelas mengindikasikan kuat bahwa memang pelanggaran-lah pangkal dari sebuah
kecelakaan. Masyarkat menganggap melanggar UU LLAJ merupakan hal sepele,
namun pada akhirnya hal sepele menimbulkan permasalahan yang begitu besar dan
serius yaitu kecelakaan yang juga merugikan mereka sendiri;
c. Data yang terhimpun menjelaskan angka kecelakaan yang terjadi akibat kelalaian
atau kealpaan masyarakat (pengendara) sangat-lah sedikit, namun apabila kealpaan
atau kelalaian masyarakat tersebut diintepretasikan sebagai sebuah pelanggaran
tentu akan menjadi satu kesimpulan yang bulat bahwa memang pelanggaran-lah
yang menjadi pangkal kecelakaan apapun bentuk dari pelanggaran UU LLAJ tersebut.
4. Rekomendasi dan Solusi
0 http://jateng.tribunnews.com/2015/09/10/dalam-dua-pekan-22-sepeda-motor-kecelakaan-di-kendal
xi
Atas semua hasil penelitian dan penyajian data di atas penulis dalam hal ini sebagai
peniliti juga ingin menyampaikan rekomendasi dan solusi terhadap fenomena di atas,
rekomendasi penulis di antaranya :
1. Merekomendasikan kepada Kepolisian Republik Indonesia khususnya Kepolisian Resor
Kendal untuk lebih mengawasi dan menindak oknum-oknum anggota nakal yang
melanggar kode etik dan protap yang ada di dalam tubuh kepolisian;
2. Memberikan sanksi tegas terhadap para pelanggar UU LLAJ agar senantiasa mengikuti
prosedur penindakan sesuai dengan peraturan yang ada;
3. Melakukan sosialisasi yang intens kepada masyarakat terhadap kesadaran tertib
berkendara sesuai dengan aturan dan etika yang berlaku, sosialisasi ini hendaknya
dilakukan oleh Kepolisian, Sekolah-sekolah dan kelompok masyarakat yang
berkompeten terhadap peraturan UU LLAJ yang berlaku di Indonesia.
Sementara itu solusi yang dinilai oleh penulis relatif lebih efektif untuk meminimalisir
budaya masyarakat melanggar UU LLAJ adalah membudayakan diri atau membiasakan diri
sendiri ta’at terhadap aturan hukum yang berlaku, merubah pola pikir bersama bahwa lebih
baik lama tetapi sesuai aturan daripada singkat tetapi instan, memberikan persuasi kepada
masyarakat akan pentingnya menta’ati peraturan lalu lintas (UU LLAJ) demi keselamatan diri
mereka sendiri dan orang lain. Namun ada pula solusi yang ditawarkan penulis kepada
Kepolisian Republik Indonesia khususnya Kepolisian Resor Kendal untuk melakukan
reformasi birokrasi di dalam tubuh Kepolisian yang diharapkan dapat menertibkan pola-pola
kecurangan untuk mendapatkan keuntungan dari prosedur instan.
BAB III
xii
PENUTUP
A.III. Kesimpulan
Dari seluruh sajian penilitian di atas, penulis dalam hal ini juga peneliti
menyimpulkan beberapa poin-poin yang dianggap merepresentasikan esensi penilitian di
atas antara lain adalah :
a. Penelitian di atas dilakukan dengan metode pendekatan empiris, yaitu dengan melihat
antropologi hukum sebagai kajian secara faktual/relevan dengan masyarakat;
b. Penelitian atau observasi di atas dilakukan dengan mengangkat judul besar yakni
“Budaya Masyarakat Melanggar UU LLAJ”;
c. Budaya melanggar tersebut selanjutnya disebut sebagai pola perilaku yang menyimpang
dari kaidah yang seharusnya;
d. Disinyalir kecenderungan masyarakat melanggar UU LLAJ tersebut disebabkan karena
sikap apriori masyarakat terhadap perilaku oknum para penegak hukum dalam hal ini
oknum polisi yang juga melanggar hukum;
e. Sehingga terjadi sebuah stigma yang melekat pada hukum itu sendiri dengan
beranggapan bahwa hukum dibuat memang untuk dilanggar, namun perlu diketahui
tidak adanya hukum-pun masyarakat juga akan berperilaku melanggar, oleh sebab itu
hukum dibuat bukan untuk dilanggar melainkan untuk dita’ati dan dipatuhi demi
terwujudnya kehidupan bermasyarakat yang tertib dan teratur;
f. Implikasi yang timbul akibat budaya melanggar tersebut adalah merebaknya kecelakaan
di mana-mana yang salah satunya disebabkan karena diabaikannya kualifikasi atau
sayarat minimum wajib usia seorang pengendara bermotor, yang pada faktanya justru
kebanyakan dari mereka yang kecelakaan adalah pelajar di bawah umur yang tidak
memenuhi batas ketentuan minimal usia pengendara bermotor;
g. Masih banyak bentuk-bentuk pelanggaran LLAJ lainnya yang menjadi pangkal dari
terjadinya kecelakaan, di antaranya : Tidak menggunakan helm saat berkendara,
xiii
hilangnya standar keamanan motor karena dimodifikasi yang tidak sesuai dengan
pabrikan, etika pengendara yang ugal-ugalan, dsb., itulah bukti bahwa melanggar UU
LLAJ sudah menjamur dan membudaya di mana-mana.
B.III. Saran
Oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan saran atas penulisan makalah ini dan
sekaligus menyinggung dari substansi permasalahan di atas :
1. Pada penelitian berikutnya seyogyanya dapat memperoleh data secara
komperhensif tidak hanya melalui media online;
2. Sebaiknya dimulai dari sekarang membudayakan diri menta’ati dan mematuhi
aturan hukum yang berlaku di Indonesia;
3. Menghilangkan sikap apriori terhadap hukum di Indonesia;
4. Meningkatkan kesadaran diri untuk berkendara sesuai dengan aturan dan
standar yang berlaku demi keselamatan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
xiv
Ihromi, T.O. 1984. “Antropologi Hukum dan Hukum”. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Ihromi, T.O. 1987. “Kata Pengantar” dalam T.O. Ihromi (ed.), Pokok-Pokok Antropologi
Budaya. Jakarta: Gramedia.
Ihromi, T.O. 1993. “Pokok-Pokok Antropologi Budaya”; Gramedia. Jakarta.
Ihromi, T.O. 1993. “Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai”. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
M.J. Herskovits.2006. “Antropologi Suatu Pengantar”. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Ensiklopedi Indonesia, 16.45, 18 Februari 2009
Sumber Lainnya :
1. Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan;
2. PP No. 55/2012 tentang Kendaraan;
3. PP No. 80/2012 tentang Pemeriksaan dan Penindakan Pelanggaran bidang LLAJ;
4. http://berita.suaramerdeka.com/pelajar-dominasi-pelanggaran-lalu-lintas/
5. http://www.beritakendal.com/2014/12/12/angka-pelanggaran-lalu-lintas-masih-
tinggi/
6. http://jateng.tribunnews.com/2015/09/10/dalam-dua-pekan-22-sepeda-motor-
kecelakaan-di-kendal
xv