21
MAKALAH ANTROPOLOGI HUKUM BUDAYA MASYARAKAT MELANGGAR UU LLAJ Disusun oleh : Radityo M. Harseno (11010113130759) D

ANTROPOLOGI HUKUM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Budaya Melanggar UU LLAJ di Masyarakat Kendal dengan Pendekatan Empiris

Citation preview

Page 1: ANTROPOLOGI HUKUM

MAKALAH ANTROPOLOGI HUKUM

BUDAYA MASYARAKAT MELANGGAR UU LLAJ

Disusun oleh :

Radityo M. Harseno(11010113130759)

D

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2015

Page 2: ANTROPOLOGI HUKUM

ABSTRAK

Cabang dari sebuah antropologi budaya yang hendak memahami bagaimana masyarakat mempertahankan nilai-nilai yang dijunjung tinggi melalui proses pengendalian sosial yang salah satunya berbentuk hukum.1 Dengan melakukan penelitian atau observasi yang menggunakan metode pendekatan empiris dapat diketahui terjadi fenomena menarik di dalam masyarakat berkaitan dengan budaya melanggar hukum dalam hal ini UU LLAJ, oleh sebab itu dalam kajian ini dapat diketahui bahwa pola perilaku masyarakat tersebut terjadi karena sifat apriori masyarakat terhadap perilaku menyimpang para aparat penegak hukum yang notabene sebagai simbol penegakkan hukum malah justru melanggar hukum. Maka dari itulah masyarakat menjadi berubah dan cenderung berperilaku melanggar hukum dalam hal ini UU LLAJ yang pada akhirnya membudaya dan sulit dihilangkan apabila tidak ada keteladanan yang dicontohkan oleh para aparat penegak hukum. Implikasi yang timbul adalah merebaknya kasus kecelakaan yang disebabkan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat dengan berpangkal pada para oknum penegak hukum yang melanggar itu sendiri.

Kata Kunci : Antropologi, Hukum, Observasi, Empiris, Fenomena, Budaya, Masyarakat, Melanggar, Oknum, Aparat, Penegak Hukum, Apriori, Keteladanan, Implikasi, Pelanggaran, Kecelakaan.

ABSTRACT

Branch of a cultural anthropology who want to understand how people defend the values upheld through a process of social control that one of them legally.2 By doing research or observation using empirical approach can be seen happening interesting phenomenon in society with regard to culture unlawful in terms of this act road transport traffic, therefore in this study can be seen that the pattern of public behavior occurs because of the nature of apriori public against deviant behavior the law enforcement officers who incidentally as a symbol of law enforcement instead it broke the law. That is why people become distorted and tend to behave in violation of the law in this case the Law Road transport traffic that ultimately entrenched and difficult to remove when no ideals exemplified by law enforcement officers. The implication that arises is the outbreak of accidents caused by the violations committed by the community with the stems on the law enforcement officers who violate itself.

Keywords : Anthropology, Law, Observation, Empirical, phenomena, Culture, Society, Breaking , Person, Law Enforcement Officer, Apriori, Modeling, Implications, Abuse, Accident.

1 Prof. Dr. T.O. Ihromi (1984:24)2 Prof. Dr. T.O. Ihromi (1984:24)

ii

Page 3: ANTROPOLOGI HUKUM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya makalah yang

berjudul “Budaya Masyarakat Melanggar UU LLAJ”. Atas dukungan moral dan materil yang

diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Ibu Emy Handayani, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pengajar, yang memberikan

bimbingan, saran dan ide serta kesempatan yang membantu dalam penyelesaian makalah

ini.

2. Orang Tua Tercinta, yang telah memberikan dukungan, do’a dan masukan kepada

penulis untuk lebih bersemangat dalam menyelesaikan makalah ini.

3. Teman-teman yang setia dalam memberikan semangat dan dorongan untuk

menyelesaikan makalah ini sesuai dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran

dan kritik yang membangun dari dosen pengajar dan teman-teman sangat-lah dibutuhkan

demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 11 Oktober 2015

Radityo M. Harseno

iii

Page 4: ANTROPOLOGI HUKUM

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1

B.1. Permasalahan........................................................................................................................3

C.1. Tujuan....................................................................................................................................3

D.1. Metodologi............................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................4

A.II. Pembahasan..........................................................................................................................4

1. Penelitian Berbasis Empirik..................................................................................................4

2. Budaya Masyarakat Melanggar UU LLAJ..............................................................................5

3. Data & Fakta..........................................................................................................................6

4. Rekomendasi dan Solusi.......................................................................................................8

BAB III PENUTUP...................................................................................................................................9

A.III. Kesimpulan............................................................................................................................9

B.III. Saran....................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................11

iv

Page 5: ANTROPOLOGI HUKUM

BAB IPENDAHULUAN

A.1. Latar Belakang

Dewasa ini banyak terjadi fenomena hukum yang menarik untuk dijadikan objek

penelitian dengan menggunakan pelbagai metode. Penelitian itu sendiri merupakan

kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis

untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.0 Tak dapat dipungkiri pelaku pendidikan

dituntut untuk berkontribusi melakukan penelitian akibat perkembangan ilmu pengetahuan

yang semakin kompleks.

Di sisi lain dalam penelitian dikenal dengan adanya metode-metode atau cara-cara

yang digunakan dalam usahanya melakukan penelitian, di antara pelbagai metode yang ada,

salah satunya adalah metode empirik yang memiliki makna bahwa penelitian tersebut

dilakukan dengan pendekatan berbasis fakta yang terjadi di dalam masyarakat. Sehingga

data-data yang terkumpul dalam penilitian tersebut tidak boleh sedikitpun dimanipulasi dan

bertentangan dengan fakta yang ada dan harus bersifat ilmiah.

Berkaitan dengan penelitian berbasis fakta atau lebih populer dikenal dengan

penelitian empiris penulis akan berkonsentrasi pada sebuah judul besar antropologi hukum

terkait dengan fenomena-fenomena hukum yang populer dewasa ini yaitu “Budaya

Masyarakat Melanggar UU Lalu Lintas Angkutan Jalan”. Dengan mengangkat judul tersebut

penulis diharapkan dapat mengangkat mampu memberikan fakta-fakta di lapangan yang

berkaitan dengan pola perilaku masyarakat yang melanggar hukum khususnya UU LLAJ.

Mengangkat judul tersebut penulis menilai bahwa budaya melanggar lalu lintas

merupakan salah satu objek kajian antropologi hukum yang menitik beratkan pada pola

perilaku yang terjadi di masyarakat, sehingga kiranya perlu adanya penelitian lebih

mendalam agar mengetahui secara empiris terhadap perilaku masyarakat tersebut.

Selanjutnya dalam penilitian ini juga diharapkan akan adanya problem solving atas

fenomena hukum yang terjadi sehingga pada akhirnya dengan adanya penilitian ini paling

0 http://kbbi.web.id/teliti

v

Page 6: ANTROPOLOGI HUKUM

tidak dapat meningkatkan awareness (kesadaran) masyarakat terhadap budaya ta’at hukum

yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut mengenai substansi penelitian

penulis akan dibahas dalam pembahasan di bawah ini secara jelas, rinci dan komperhensif.

B.1. Permasalahan

1. Apa sajakah bentuk-bentuk perilaku masyarakat melanggar UU LLAJ?;

vi

Page 7: ANTROPOLOGI HUKUM

2. Bagaimanakah wujud konkrit pelanggaran tersebut?;

3. Mengapa masyarakat cenderung berperilaku melanggar aturan hukum yang

berlaku?;

4. Bagaimana dengan perilaku penegak hukum (dalam hal ini Kepolisian) terhadap

sikap masyarakat yang melanggar hukum?.

C.1. Tujuan

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku masyarakat melanggar UU LLAJ;

2. Untuk memahami wujud nyata sebuah pelanggaran;

3. Untuk menelaah kecenderungan perilaku masyarakat yang melanggar UU LLAJ;

4. Untuk memahami perilaku penegak hukum (dalam hal ini kepolisian) terhadap

masyarakat yang melanggar hukum.

D.1.Metodologi

Metode yang digunakan dalam melakukan observasi dan penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode pendekatan empiris yang berbasis pada fakta-fakta

yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri, selain itu penulis juga

mengkomparasikan fakta-fakta yang ada dengan data-data yang dihimpun melalui

media online yang mencantumkan informasi mengenai data pelanggaran dan

kecelakaan yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

BAB IIPEMBAHASAN

vii

Page 8: ANTROPOLOGI HUKUM

A.II. Pembahasan

1. Penelitian Berbasis Empirik

Banyak gejala atau fenomena-fenomena menarik yang timbul dewasa ini, dikatakan

menarik karena mungkin secara normatif dianggap tidak biasa. Namun tentunya fenomena

tersebut muncul bukan karena kebetulan semata. Bisa dikatakan segala sesuatu pasti ada

unsur kausanya, oleh sebab itulah observasi ini dilakukan secara empirik dan bersifat ilmiah

serta dapat dibuktikan kebenarannya.

Berbicara mengenai observasi, pengamatan atau identifikasi terhadap sesuatu dapat

dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satunya pendekatan yang saya gunakan

dalam observasi kali ini adalah pendekatan empiris. Hal tersebut dipilih karena berkaitan

dengan anomali perilaku yang rutin terjadi sehingga sudah membudaya di kalangan

masyarakat luas. Karenanya perlu adanya pendekatan secara langsung untuk

mengetahuinya.

Berkaitan dengan topik bahasan kali ini, ialah budaya masyarakat melanggar UU Lalu

Lintas Angkutan Jalan atau lebih sering dikenal di lingkungan akademik fakultas hukum

dengan sebutan UU LLAJ (UU No. 22 Tahun 2009), budaya yang melanggar ini muncul

karena terdapat unsur kausalitasnya (seba-akibat), sehingga perlu diketahui apa yang

menjadi latar belakang munculnya budaya melanggar lalu lintas tersebut apalagi dilakukan

dengan jamak.

Masyarakat dewasa ini mulai berpikir apriori bahwa hukum dibuat hanya untuk

dilaggar, mereka berpikir demikian bukan semata-mata atas persepsi secara awam, namun

hal tersebut timbul karena adanya contoh dari para oknum penegak hukum yang senantiasa

melanggar dengan bebasnya tanpa sadar bahwasanya perilaku mereka itu diindentisir

bahkan ditiru oleh masyarakat. Sehingga secara tidak langsung ada bukti pembenar bahwa

hukum dibuat memang untuk dilanggar.

viii

Page 9: ANTROPOLOGI HUKUM

Padahal perlu dIketahui cara berpikir demikian adalah jelas sangat salah, karena

tidak ada konsekuensi logis yang menyertai pernyataan tersebut, sehingga hanya sifat

apriori semata dan karena keteladanan yang bobrok dari para oknum penegak hukum itu

sendiri-lah yang menjadi jawaban atas anggapan bahwa hukum dibuat hanya untuk

dilanggar. Implikasinya bila hal tersebut sudah membudaya dan menjadi persepsi umum

maka melanggar hukum bukan lagi perbuatan yang tidak biasa.

2. Budaya Masyarakat Melanggar UU LLAJ

Justru dengan melanggar hukum akan dianggap sebagai perbuatan biasa yang jamak

dilakukan masyarakat secara luas karena pada kenyataannya para oknum penegak hukum

itu sendiri juga melanggar hukum. Contoh konkret dari apa yang disampaikan di atas, di

antaranya; praktek membuat SIM (Surat Izin Mengemudi), banyak oknum Polisi yang

memanfaatkan prosedur pembuatan SIM tersebut sebagai komoditi untuk mendapatkan

untung dengan orientasi pikir mencari jalan yang instan.

Di sisi lain masyarakat-pun juga tergoda untuk melakukan perbuatan curang

tersebut, mereka berdalih hal tersebut ditempuh karena efisiensi waktu dan tenaga. Perlu

diketahui pula orang-orang yang membuat SIM hampir mayoritas adalah mereka yang tidak

memenuhi ketentuan syarat minimal usia seseorang dapat memperoleh SIM, hal tersebut

tidak diindahkan oleh oknum Polisi tersebut karena yang ada di otak mereka hanyalah Profit

Oriented, sehingga secara tak langsung dampak yang mungkin timbul adalah kecelakaan

yang terjadi akibat pengendara motor yang belum menguasai dan memahami betul

bagaimana berkendara yang baik dan benar, semua itu terjadi karena tidak diperhatikannya

kualifikasi-kualifikasi seseorang dapat memperoleh SIM.

Contoh lainnya, adalah budaya membayar tilang, ketika beberapa oknum Polisi

sedang melakukan operasi tilang di jalan raya, tak jarang sebenarnya mereka melakukan itu

dengan illegal atau tanpa surat tugas dari atasannya. Pernah suatu ketika saya

menginvestigasi apa yang melatar-belakangi mereka melakukan operasi tilang illegal

tersebut salah satunya adalah untuk mendapatkan tambahan uang makan pribadi. Di saat

terjadi operasi tilang masyarakat yang terjaring juga ternyata enggan memilih prosedur yang

baik dan benar untuk bersidang, mereka justru memilih alternatif yang tak seharusnya,

dengan membayar oknum Polisi tersebut guna memudahkan proses selanjutnya untuk

dibebaskan tanpa harus sidang.

ix

Page 10: ANTROPOLOGI HUKUM

Lagi-lagi dalih yang mereka (masyarakat) gunakan adalah proses yang instan,

menghemat waktu dan biaya. Justru sesungguhnya di samping proses tersebut melanggar

hukum dan prosedural, biaya yang dikeluarkan-pun menjadi lebih banyak daripada untuk

sidang. Inilah yang kemudian menjadi bukti bahwa benar adanya oknum penegak hukum

ternyata juga melanggar hukum, sehingga tak salah cara pikir apriori dari masyarakat

muncul terhadap masalah pelanggaran hukum.

3. Data & Fakta

Implikasi dari adanya budaya masyarakat melanggar UU LLAJ adalah meningkatnya

potensi terjadinya kecelakaan. Hal tersebut tak dapat dinafikkan sedimikian rupa, karena

pada hakikatnya sebuah pelanggaran merupakan pangkal dari kecelakaan. Data yang

dihimpun oleh penulis melalui pelbagai sumber antara lain, “Angka pelanggaran cukup

tinggi. Dilihat dari segi pekerjaan, pelajar mendominasi pelanggaran lalu lintas,” kata

Wakapolres Kendal Kompol Guki Ginting seusai Gelar Pasukan Operasi Patuh Candi 2015

yang digelar di halaman mapolres, Rabu (27/5).0

Selanjutnya, angka pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Kendal masih cukup tinggi,

selama pelaksanaan Operasi Zebra Candi 2015 sedikitnya 239 kendaraan bermotor roda dua

diamankan Satuan Lalu Lintas Polres Kendal karena tidak memiliki surat yang sah.

Kendaraan-kendaraan ini patut dicurigai hasil curian, sehingga disita dan bisa diambil

setelah pemilik menyelesaikan sidang dan menunjukkan bukti kepemilikan motor kepada

kepolisian.

Kapolres Kendal AKBP Harryo Sugihhartono melalui Kasatlantas AKP Dedy Kasiyadi

mengatakan selain menyita 239 motor, petugas satlantas Polres Kendal juga menyita barang

bukti lainnya berupa 455 SIM dan 1.458 STNK. “Total barang bukti yang kami sita, baik SIM,

STNK maupun unit sepeda motor ada 2152,” ujarnya, Jumat (12/09).0

Di sisi lain dari angka kecelakaan yang timbul penulis menghimpun data berdasarkan

fakta berita yang dikutip, Jumlah kecelakaan di Kabupaten Kendal didominasi oleh sepeda

motor. Akibat dari kecelakaan ini, terdapat beberapa kejadian yang mengakibatkan korban

meninggal dunia. Kasat Lantas Polres Kendal, AKP Dedi Kasyadi menerangkan, Polres Kendal

menggelar operasi Zebra Candi 2014 pada 26 November hingga 9 September 2015.

0 http://berita.suaramerdeka.com/pelajar-dominasi-pelanggaran-lalu-lintas/0 http://www.beritakendal.com/2014/12/12/angka-pelanggaran-lalu-lintas-masih-tinggi/

x

Page 11: ANTROPOLOGI HUKUM

Dari operasi ini, jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak 14 kejadian. Dari sejumlah

kejadian ini, terdapat 4 orang yang meninggal dunia. Dari jumlah kecelakaan lalu lintas ini,

pelaku didominasi sepeda motor. Tercatat, ada 6 pengendara sepeda motor yang

mempunyai SIM C dan, 7 orang tidak mempunyai SIM. Apabila dilihat dari usia, golongan

anak muda berusia 16-25 tahun mendominasi. Pelaku kecelakaan lalu lintas berusia 16-20

tahun sebanyak 5 orang dan berusia 21-25 tahun sebanyak 2 orang.

Dari korban kecelakaan lalu lintas, pelajar atau mahasiswa mendominasi. Tercatat,

jumlah korban pelajar atau mahasiswa sebanyak 15 orang. Jumlah ini pun meningkat dari

tahun sebelumnya yakni 8 orang. Jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan didominasi oleh

sepeda motor. Tercatat, dalam 14 hari, terdapat 22 sepeda motor yang terlibat kecelakaan.

Sedangkan jumlah mobil yang terlibat kecelakaan hanya 5 unit dan kendaraan tidak

bermotor sebanyak 2 unit.0

Hal di atas mengindikasikan pelbagai kesimpulan, antara lain :

a. Mayoritas Pelanggar adalah Pelajar yang notabene tidak memenuhi kualifikasi batas

minimum usia seorang pengendara sepeda motor, hal tersebut merupakan bukti

kuat bahwa memang budaya melanggar hukum UU LLAJ masih marak terjadi;

b. Hampir semua kecelakaan terjadi disebabkan atas pelanggaran para pengendara, ini

jelas mengindikasikan kuat bahwa memang pelanggaran-lah pangkal dari sebuah

kecelakaan. Masyarkat menganggap melanggar UU LLAJ merupakan hal sepele,

namun pada akhirnya hal sepele menimbulkan permasalahan yang begitu besar dan

serius yaitu kecelakaan yang juga merugikan mereka sendiri;

c. Data yang terhimpun menjelaskan angka kecelakaan yang terjadi akibat kelalaian

atau kealpaan masyarakat (pengendara) sangat-lah sedikit, namun apabila kealpaan

atau kelalaian masyarakat tersebut diintepretasikan sebagai sebuah pelanggaran

tentu akan menjadi satu kesimpulan yang bulat bahwa memang pelanggaran-lah

yang menjadi pangkal kecelakaan apapun bentuk dari pelanggaran UU LLAJ tersebut.

4. Rekomendasi dan Solusi

0 http://jateng.tribunnews.com/2015/09/10/dalam-dua-pekan-22-sepeda-motor-kecelakaan-di-kendal

xi

Page 12: ANTROPOLOGI HUKUM

Atas semua hasil penelitian dan penyajian data di atas penulis dalam hal ini sebagai

peniliti juga ingin menyampaikan rekomendasi dan solusi terhadap fenomena di atas,

rekomendasi penulis di antaranya :

1. Merekomendasikan kepada Kepolisian Republik Indonesia khususnya Kepolisian Resor

Kendal untuk lebih mengawasi dan menindak oknum-oknum anggota nakal yang

melanggar kode etik dan protap yang ada di dalam tubuh kepolisian;

2. Memberikan sanksi tegas terhadap para pelanggar UU LLAJ agar senantiasa mengikuti

prosedur penindakan sesuai dengan peraturan yang ada;

3. Melakukan sosialisasi yang intens kepada masyarakat terhadap kesadaran tertib

berkendara sesuai dengan aturan dan etika yang berlaku, sosialisasi ini hendaknya

dilakukan oleh Kepolisian, Sekolah-sekolah dan kelompok masyarakat yang

berkompeten terhadap peraturan UU LLAJ yang berlaku di Indonesia.

Sementara itu solusi yang dinilai oleh penulis relatif lebih efektif untuk meminimalisir

budaya masyarakat melanggar UU LLAJ adalah membudayakan diri atau membiasakan diri

sendiri ta’at terhadap aturan hukum yang berlaku, merubah pola pikir bersama bahwa lebih

baik lama tetapi sesuai aturan daripada singkat tetapi instan, memberikan persuasi kepada

masyarakat akan pentingnya menta’ati peraturan lalu lintas (UU LLAJ) demi keselamatan diri

mereka sendiri dan orang lain. Namun ada pula solusi yang ditawarkan penulis kepada

Kepolisian Republik Indonesia khususnya Kepolisian Resor Kendal untuk melakukan

reformasi birokrasi di dalam tubuh Kepolisian yang diharapkan dapat menertibkan pola-pola

kecurangan untuk mendapatkan keuntungan dari prosedur instan.

BAB III

xii

Page 13: ANTROPOLOGI HUKUM

PENUTUP

A.III. Kesimpulan

Dari seluruh sajian penilitian di atas, penulis dalam hal ini juga peneliti

menyimpulkan beberapa poin-poin yang dianggap merepresentasikan esensi penilitian di

atas antara lain adalah :

a. Penelitian di atas dilakukan dengan metode pendekatan empiris, yaitu dengan melihat

antropologi hukum sebagai kajian secara faktual/relevan dengan masyarakat;

b. Penelitian atau observasi di atas dilakukan dengan mengangkat judul besar yakni

“Budaya Masyarakat Melanggar UU LLAJ”;

c. Budaya melanggar tersebut selanjutnya disebut sebagai pola perilaku yang menyimpang

dari kaidah yang seharusnya;

d. Disinyalir kecenderungan masyarakat melanggar UU LLAJ tersebut disebabkan karena

sikap apriori masyarakat terhadap perilaku oknum para penegak hukum dalam hal ini

oknum polisi yang juga melanggar hukum;

e. Sehingga terjadi sebuah stigma yang melekat pada hukum itu sendiri dengan

beranggapan bahwa hukum dibuat memang untuk dilanggar, namun perlu diketahui

tidak adanya hukum-pun masyarakat juga akan berperilaku melanggar, oleh sebab itu

hukum dibuat bukan untuk dilanggar melainkan untuk dita’ati dan dipatuhi demi

terwujudnya kehidupan bermasyarakat yang tertib dan teratur;

f. Implikasi yang timbul akibat budaya melanggar tersebut adalah merebaknya kecelakaan

di mana-mana yang salah satunya disebabkan karena diabaikannya kualifikasi atau

sayarat minimum wajib usia seorang pengendara bermotor, yang pada faktanya justru

kebanyakan dari mereka yang kecelakaan adalah pelajar di bawah umur yang tidak

memenuhi batas ketentuan minimal usia pengendara bermotor;

g. Masih banyak bentuk-bentuk pelanggaran LLAJ lainnya yang menjadi pangkal dari

terjadinya kecelakaan, di antaranya : Tidak menggunakan helm saat berkendara,

xiii

Page 14: ANTROPOLOGI HUKUM

hilangnya standar keamanan motor karena dimodifikasi yang tidak sesuai dengan

pabrikan, etika pengendara yang ugal-ugalan, dsb., itulah bukti bahwa melanggar UU

LLAJ sudah menjamur dan membudaya di mana-mana.

B.III. Saran

Oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan saran atas penulisan makalah ini dan

sekaligus menyinggung dari substansi permasalahan di atas :

1. Pada penelitian berikutnya seyogyanya dapat memperoleh data secara

komperhensif tidak hanya melalui media online;

2. Sebaiknya dimulai dari sekarang membudayakan diri menta’ati dan mematuhi

aturan hukum yang berlaku di Indonesia;

3. Menghilangkan sikap apriori terhadap hukum di Indonesia;

4. Meningkatkan kesadaran diri untuk berkendara sesuai dengan aturan dan

standar yang berlaku demi keselamatan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

xiv

Page 15: ANTROPOLOGI HUKUM

Ihromi, T.O. 1984. “Antropologi Hukum dan Hukum”. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Ihromi, T.O. 1987. “Kata Pengantar” dalam T.O. Ihromi (ed.), Pokok-Pokok Antropologi

Budaya. Jakarta: Gramedia.

Ihromi, T.O. 1993. “Pokok-Pokok Antropologi Budaya”; Gramedia. Jakarta.

Ihromi, T.O. 1993. “Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai”. Yayasan Obor Indonesia.

Jakarta.

M.J. Herskovits.2006. “Antropologi Suatu Pengantar”. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Ensiklopedi Indonesia, 16.45, 18 Februari 2009

Sumber Lainnya :

1. Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan;

2. PP No. 55/2012 tentang Kendaraan;

3. PP No. 80/2012 tentang Pemeriksaan dan Penindakan Pelanggaran bidang LLAJ;

4. http://berita.suaramerdeka.com/pelajar-dominasi-pelanggaran-lalu-lintas/

5. http://www.beritakendal.com/2014/12/12/angka-pelanggaran-lalu-lintas-masih-

tinggi/

6. http://jateng.tribunnews.com/2015/09/10/dalam-dua-pekan-22-sepeda-motor-

kecelakaan-di-kendal

xv