13
 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tert entu. antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyar akat yang sama. Membahas tentang manusia berarti membahas tentang kehidupan sosial dan bu da yany a, tentang ta tanan ni lai ni lai pe ra daba n, kebudayaan, lingkungan, sumber alam dan segala aspek yang me nyangk ut manusi a dan li ngku ngannya secara menyeluruh. Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk pada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, per tumbuhan, perk emba ngan, dan mati. Serta terk ait dan berin tera ksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun negatif . Kehidu pan manu sia tidak dapat dipis ahk an deng an lingk unga nnya . Lingk ungan manu sia bersi fat alami ah dan sosial budaya. Semua kelompok harus beradaptasi dengan lingkungannya baik lingkungan geogra maupun iklim. !leh karena itu manusia harus belajar mengeksploi tasi sumber yang tersedia un tuk kehidupan dan harus menye suaikan dir i dengan lingk ung an yan g dic ipt ak an sendiri dan di mana merek a hidup. "isebabkan dari adanya per bedaan geo gra s ini maka ak an men gha sil kan suatu perbedaan#perbedaan yang mencolok antar indi$idu satu de ng an yang lainny a sesuai de ngan daer ah di mana mer eka tinggal. "ar i sinilah ter dapat adanya perb edaan ras serta kebudayaan. %

antropologi kesehatan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar belakangAntropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang sama. Membahas tentang manusia berarti membahas tentang kehidupan sosial dan budayanya, tentang tatanan nilai nilai peradaban, kebudayaan, lingkungan, sumber alam dan segala aspek yang menyangkut manusia dan lingkungannya secara menyeluruh. Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk pada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati. Serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun negatif.Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan lingkungannya. Lingkungan manusia bersifat alamiah dan sosial budaya. Semua kelompok harus beradaptasi dengan lingkungannya baik lingkungan geografi maupun iklim. Oleh karena itu manusia harus belajar mengeksploitasi sumber yang tersedia untuk kehidupan dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diciptakan sendiri dan di mana mereka hidup. Disebabkan dari adanya perbedaan geografis ini maka akan menghasilkan suatu perbedaan-perbedaan yang mencolok antar individu satu dengan yang lainnya sesuai dengan daerah di mana mereka tinggal. Dari sinilah terdapat adanya perbedaan ras serta kebudayaan.Oleh karena itu diperlukan adanya pemahaman tentang ilmu yang mempelajari manusia, kebudayaan, dan lingkungan. Namun sebelum mempelajari hal ini diperlukan adanya pemahaman tentang manusia dan kebudayaan yang saling berkaitan dan berpengaruh dengan sumber dan lingkungan.1.2 Rumusan masalahApakah pengertian dan ruang lingkup antropologi kesehatan ?1.3 TujuanUntuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup antropologi kesehatan

BAB II.PEMBAHASAN2.1 Dampak Lingkungan Terhadap Tingkah Laku2.1.1 Panas (Heat) dan Dingin (Cold)Manusia menginderakan suhu di alam dan sekitarnya. Suhu lingkungan (ambient temperature) adalah kondisi suhu di lingkungan sekitar manusia atau di atmosfer. Penginderaan suhu lingkungan itu sendiri bersumber pada dua komponen, yaitu komponen fisik dan komponen psikis. Komponen fisik adalah kadar suhu udara lingkungan yang diukur dengan skala Fahrenheit (F) atau Celcius (C), sedangkan komponen psikisnya agak lebih majemuk.Bagian dari komponen psikis yang pertama adalah suhu dalam tubuh sendiri yang dinamakan suhu internal, suhu inti (core temperature) atau suhu tubuh (body temperature). bagian lainnya adalah reseptor suhu di kulit (thermoreceptor) yang peka terhadap perubahan suhu lingkungan. Karena adanya komponen psikis ini, hasil penginderaan manusia tentang suhu lingkungan tidak identik dengan suhu lingkungan itu sendiri (yang di ukur dengan skala F atau C), melainkan perbedaan antara suhu sebelumnya dan suhu sekarang serta keseimbangan antara suhu lingkungan dan suhu tubuh. (Gardner, 1975). Pengamatan gejalah penginderaan panas yang subjektif juga pernah dilakukan oleh John Locke (1623 1704). Dalam eksperimennya subjek diminta untuk mencelupkan kedua tangannya ke dalam dua ember yang berbeda suhunya. Ember pertama dingin dan ember kedua panas. Selanjutnya subjek diminta untuk menyelupkan kedua tangannya sekaligus ke dalam ember ketiga dengan suhu sedang (tidak panas dan tidak dingin). Dan penginderaan subjek yang di dapatkan pada kedua tangannya akan berbeda, yaitu tangan pertama akan terasa hangat, sedangkan tangan kedua akan tersa sejuk. Hal ini menunjukkan adanya variasi terhadap suhu lingkungan yang dapat disebabkan adanya faktor faktor alamiah maupun faktor faktor buatan manusia.Sebuah penelitian di kota Houston, Amerika Serikat, telah mengungkapkan bahwa udara panas yang dilepaskan oleh mesin mesin penyejuk udara (AC) di seluruh kota selama 8 jam bisa mendidihkan 10 ketel air masing masing sebesar stadion utama. Panas ini mengendap di tengah kota sehingga penduduk kota mengalami suhu lingkungan yang lebih tinggi 10 - 20 F daripada di daerah perdesaan ( Fisher et al, 1984:121).Reaksi tubuh juga sangat di pengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu tubuh harus tetap sekitar 37. Jika suhu tubuh lebih rendah dari 25 C atau lebih tinggi dari 55, orang akan mati. Oleh karena itu didalam organ tubuh terdapat hypothalamus yang bertugas untuk mempertahankan suhu tubuh. Kalau suhu lingkungan meningkat, hypothalamus akan merangsang pembesaran pori pori kulit, percepatan peredaran darah, pengeluaran keringan, dan reaksi reaksi tubuh lain yang bertujuan untuk mengurangi panas tubuh yang berlebihan. Kalau upaya reaksi itu gagal mempertahankan suhu tubuh, kemungkinan akan terjadi hal hala sebagai berikut :a) Heat exhaustionDengan gejala berupa rasa lelah yang sangat kuat akibat panas disertai dengan rasa mual, ingin muntah, sakit kepala dan gelisahb) Heat stroke delirium (mengigau)Dengan gejala berupa koma (tidak sadar), dan akhirnya meninggal dunia akibat otak terserang panas berlebihanc) Heat aesthenia Dengan gejala berupa jenuh, sakit kepala, gelisa, mudah tersinggung, nafsu makan kurang, dan tidak bisa tidur (insomnia) dengan sebab tidak jelasd) Serangan jantungHal ini di akibatkan karena jantung bekerja terlalu kuat mengedarkan darah ke seluruh tubuh untuk menurunkan suhuReaksi penyesuaian diri dari satu lingkungan dengan suhu tertentu kelingkungan lain yang suhunya berbeda di sebut acclimatization (aklimatisasi). Penyesuaian ini tidak hanya terhadap suhu lingkungan itu sendiri (aclimation), melainkan juga terhadap faktor faktor lain yang juga mempengaruhi penginderaan suhu, sperti tekanan udara, kuatnya angin, kelembaban. Kelembaban yang tinggi misalnya mempersulit penguapan cairan tubuh sehingga menghambat penurunan suhu tubuh dan akan menyebabkan penginderaan suhu yang lebih tinggi juga. demikian pula angin yang berhembus bisa mempercepat penguapan di permukaan kulit sehingga menurunkan penginderaan suhu lingkungan. Menurut berbagai penelitian aklimatisasi dari lingkungan yang lebih dingin ke yang lebih panas lebih mudah untuk manusia daripada sebaliknya.1) Dampak SuhuKenaikan suhu sampai batas tertentu menimbulkan arousal yang merangsang prestasi, tetapi setelah melewati ambang tertentu, kenaikan suhu ini sudah mulai terganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya pula prestasi kerja. di tinjau dari teori overload, suhu lingkungan yang terlalu tinggi menyebabkan meningkatnya beban psikis (stress) sehingga akhirnya akan menurunkan attention. Menurut behavioral constraint, suhu lingkungan yang terlalu tinggi akan menyebabkan menurunnya presepsi kontrol terhadap lingkungan sehingga bisa menurunkan prestasi pula.efek suhu yang tinggi biasanya menimbulkan kejenuhan, kelelahan otot otot dan berkurangnya konsentrasi. efek dari suhu lingkungan yang tinggi terhadap tingkah laku sosial adalah peningkatan agresifitas. pada tahun 1968 misalnya US Riot Commission pernah melaporkan bahwa dalam musim musim panas, rangkaian kerusuhan dan agresivitas masa lebih banyak terjadi di Amerika Serikat daripada musim musim lain (Fisher et al, 1984 :128)2) Reaksi terhadap dinginJika temperatur tubuh terlalu rendah, reaksi tubuh adalah mengaktifkan mekanisme tubuh yang membangkitkan dan memperthankan panas yaitu dengan meningkatkan metabolisme, menggigil, menyempitkan pori pori dan sebagainya. Tujuannya menjaga panas tubuh sebanyak mungkin tinggal di dalam tubuh sendiri.3) Komplikasi Penginderaan Suhu LingkunganSuhu lingkungan diinderakan tidak hanya melalui resptor suhu (thermoreceptor), melainkan juga melalui reseptor lainnya seperti perabaan (gesekan udara atau angin) dan kelembaban. suhu lingkungan dengan kelembaban lebih tinggi akan diinderakan sebagai lebih panas dari suhu yang sama dilingkungan dengan kelembaban lebih rendah. Kombinasi antara suhu lingkungan dan kelembaban ini menghasilkan presepsi terhadap suhu yang dinamakan suhu efektif.2.1.2 Bising (Noise)Lingkungan disekitar manusia penuh dengan gelombang suara. Sebagian adalah suara alamiah seperti suara angin, gemericik air, atau kokok ayam. Suara buatan seperti bunyi mesin mobil, pabrik, alat musik. Selama gelombang suara itu tidak mengganggu manusia, namanya adalah bunyi atau voice. Jika gelombang suara itu, sebagai gangguan namanya adalah bising atau noise. Dengan demikian, bising dapat didefinisikan bunyi-bunyi yang tidak dikehendaki.1. Aspek fisiologikPertama bunyi itu datang dari lingkungan berupa gelombang-gelombang suara.Dalam ilmufisika, gelombang-gelombang suara ini dapat diukur Frekuensinya (siklus per detik) dengan satuan ukuran cps (cyclus per second) atau Hz (Hertz). Pada telinga manusia ,tinggi-rendahnya Hz ditangkap sebagai suara tinggi (sopran) atau suara rendah (bas) yang dinamakan pitch. Selain itu, frekuensi ilmu fisika juga dapat mengukur amplitudo suara,yaitu tinggi-rendahnya gelombang suara yang diukur dengan microbars. Tinggi-rendahnya microbars menentukan kesan keras dan lemahnya bunyi (volume).

2. Aspek PsikologikAda 3 faktor yang menyebabkan sebuah suara secara psikologik dianggap sebagai bising, yaitu volumen (dB atau phone), perkiraan, dan pengendalian. Dari faktor volume, jelas bahwa suara yang makin keras akan dirasakan makin mengganggu. Suara-suara dalam ruang perpustakaan yang tenang (35 dB) tentunya sama sekali tidak dirasakan sebagai gangguan.3. Sumber-Sumber KebisinganSuara bising lebih banyak bersumber dari lingkungan buatan dari pada lingkungan alamiah. Ledakan gunung meletus, gempa bumi atau suara angin puyuh adalah beberapa contoh dari kebisingan alamiah. Kebisingan dari lingkungan buatan lebih banyak lagijenisnya.4. Dampak dari KebisinganDampak dari kebisingan pertama sekali tentunya akan mengganggu alat pendengaran. Gangguan ini bisa bersifat semantara maupun permanen. Akibat kebisingant erhadap kesehatan fisik secara umum dapat meningkatkan tekanan darah, gangguan pencernaa dan sebagainya, sedangkan terhadap kesehatan mental dapat menimbulkan sakit kepala, rasa mual,bahkan impontensia seksual.2.1.3 Polusi UdaraPada bulan desember 1952 dilaporkan bahwa 3.500 orang tewas di london akibat keracuan sul- Furdioxide. Pengaruh polusi udara terhadap kesehatan penduduk, secara umum dirasakan oleh hampir setiap penduduk kota-kota besar, di seluruh dunia, walaupun tidak dalam kadar seekstrem peristiwa London. Masalahnya, di kota-kota besar tersebut hampir selalu terdapat zat karbon monoksida (CO) sebagai akibat dari banyaknya kendaraan bermotor, industri-industri dan sebagainya yang menggunakan bahan bakar minyak dan meninggalkan sisa pembakaran dalam jumlah besar. Jumlah karbon monok sida (CO) yang terlalu banyak itu terhisab oleh manusia melalui pernapasannya sehingga akan manghambat fungsi jaringan-jaringan tubuh manusia (termasuk otak dan jantung) untuk menyerap oksigen.

2.1.4 Angin (wind)Pada umunya gejala angin ini terjadi secara alamiah, dimana pergerakan udara terjadi dengan sendirinya sesuai dengan perubahan tekanan udara yang terjadi dalam alam itu sendiri.Jika pergerakan udara itu lambat,akan terjadi angin topan sejenis tornado (160 km perjam) atau angin chinooks (lebih dari 200 km per jam). Tentu saja angin yang berhebus sangat kencang ini bisa menimbulkan kerusakan dan membahayakan jiwa manusia.1. Persepsi Tentang AnginPersepsi manusia tentang angin diperoleh melalui beberapa alat indera antara lain, yaitu:a)reseptor tekanan di kulitb)reseptor suhu di kulitc)reseptor kinestesisd)reseptor penglihatan2. Mengukur AnginPada tahun 1806, Admiral Sir Francis Beaufort, seorang perwira laut kerajaan inggris alat pengukur angin yang dinamakan Beaufort Wind Scale. Semula skala ini dibuat untukmembantu para pelaut, tetapi kemudian dimodifikasi sehingga dapat juga digunakan didarat. Dalam skala itu Beaufort menentukan 9 tingkatan kecepatan angin: Skala 0-1 keecepatan angin 0-3 mil (0-4,8 km) per jam:tenang dan tidak terasa. Skala 2 kecepatan angin 4-7 mil (6,4-11,2 km) per jam:terasa di wajahSkala 9 kecepatan angin 47-54 mil (75,2-86,4 km) per jam:manusia bisa diterbangkan oleh angin yang sangat kencang. Mulai dari skala 8 sudah terbukti bahwa angin bisa membunuh manusia. Berdasarkan teknikBeaufort di atas,para pakar ternyata mampu membuat teknik lain yang lebih canggih, yaitu yang mampu mengukur efek angin pada manusia. Teknik ini di ciptakan oleh penwarden(1973) dan untuk menentukan skalanya perlu diukur beberapa indeks yaitu:1. Indeks dorongan angin di badan untuk menunjukkan permukaan tubuh yang terdorong atauterkena angin.2. Derajat sudut kemiringan badan agar bisa bertahan untuk tetap tidak jatuh jika terdorongangin.3. Derajat peningkatan rasio metabolisme tubuh ketika berjalan melawan angin4. Penurunan suhu badan,berkaiatan dengan suhu dan kelembaban angin.3. Efek Angin pada Tingkah LakuSalah satu percobaan dilakukan oleh Poulton dkk. Pada tahun 1976 (fisher et al,1984:136) sebagai berikut :Sejumlah orang percobaan (wanita) dimasukkan ke dalam terowongan angin yang menghembuskan angin dengan kecepatan bervariasi antara 14,4 km sampai 32 km perjam. Suhu udara dibuat berkisar antara 18-21 C dan kelembaban udara antara 70-85%. Dari hasil penelitian itu didapatkan bahwa makin besar angin, makin besar pula penginderaan angin (perceived windiness) dan semakin besar perasaan ketidaknyamanan (discomfort) yang ditimbulkan . Penelitian lain yang tidak bersifat laboratoris melainkan lebih bersifat lapangan dilakukan oleh Sommer dan Moor pada tahun 1976 (Fisher et al, 1984 :136). Dalam penelitian itu ditemukan bahwa di Foehn (Eropa) dan di Colorado (Amerika Serikat) sering bertiup angin yang hangat dan kering dari pegunungan. Ketika angin kering itu bertiup dilaporkan bahwa sering terjadi depresi, ketegangan, dan kecelakaan lalu lintas yang oleh penduduk setempat dikatakan sebagai akibat angin itu.Penelitian lapangan lainnya oleh Owens (1978) menemukan adanya hubungan antara angka mortalitas (kematian), kriminalitas berat, dan kejahatan remaja dengan kecepatan angin (Fisher et al 1984 :136). Namun hasil hasil penelitian tersebut tidak konklusif dalam arti bahwa tidak membuktikan angin yang menyebabkan gejalah gejalah tersebut karena angin seringkalai disertai dengan perubahan suhu udara dan cuaca sehingga dari gabungan dari semua faktor ini yang dapat menimbulakan gejala tingkah laku. 4. AltitudeAltitude (ketinggian) dialami manusia jika ia berada pada ketinggian tertentu diatas permukaan laut. Misalnya, orang-orang Tibet yang menghuni pegunungan Himalaya atau orang-orang Andes di Amerika Selatan. Seperti diketahui, makin tinggi dari permukaan laut,makin besar perubahan pada tekanan udara.Sementara itu suhu udara menurun, radiasi matahari meningkat, dan kelembaban udara berkurang. Semua itu akhirnya bisa mempengaruhi manusia. Secara umum dikatakan bahwa manusia bisa hidup hanya sampai pada batas ketinggian 15.000 kaki (5.000 km) di atas permukaan laut lebih tinggi dari itu akan mulai terjadi gangguan-gangguan fungsi tubuh serius yang bisa menyebabkan kematian.5. Dampak Meningkatnya Tekanan UdaraPada kedalaman 11 m (33 kaki), tekanan udara adalah 2 atmosfer (29,4 psi), tetapi pada kedalaman 33 m (99 kaki) tekanannya berlipat dua kali menjadi 4 atmosfer (56,8 psi), dan seterusnya. Pengaruh dari perubahan tekanan ini akan dialami misalnya oleh para penyelam dan awak kapal selam. Gangguan-gangguan yang akan dialami adalah :a. Peningkatan gangguan pernapasan. Contohnya adalah saat kita menyelam pada kedalaman 33,3 m (100 kaki) kapasitas pernapasan berkurang 50% b. Keracunan oksigen karena menghirup oksigen terlalu banyak atau menghirup oksigen dibawah tekananc. Keracunan nitrogen yang memiliki dampaknya seperti efek narkotik, mabuk atau ketidakstabilan mentald. bends,yaitu terbentuknya gelembung nitrogen dalam jaringan tubuh sebagai akibat dekompresi akut (perubahan yang cepat dari keadaan tekanan/kompresi tinggi ke keadaan kompresi rendah), dapat menimbulkan kerusakan pada tulang dan kematian.Untuk mengatasi gangguan-gangguan ini, seorang penyelam harus muncul ke permukaan perlahan-lahan agar kadar nitrogen dalam jaringan tubuh bisa dikurangi sedikit demi sedikit. Dalam kehidupan sehari-hari, pengaruh dekompresi terhadap tingkah laku tidak begitujelas. Cuaca yang berubah-ubah memang selalu mengakibatkan manusia setiap saat dihadapkan pada perubahan-perubahan tekan udara. Akan tetapi, perubahan tekanan udara itu biasanya tidak ekstrem dan selain perubahan tekanan udara juga terjadi perubahan suhu, kelembaban,dan kecepatan serta arah angin sehingga jika terjadi perubahan tingkah laku, tidak jelas lagi apakah memang perubahan tingkah laku itu disebabkan oleh dekompresi.

11