Upload
iim-hilmi-arif
View
6
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fsfsf
Citation preview
Alat pemadam api ringan atau sering disebut dengan APAR, adalah alat yang dibeli namun diharapkan tidak pernah digunakan sama sekali. Mengapa ? karena apabila APAR digunakan berarti telah terjadi kebakaran, dan telah terjadi kegagalan dalam program pencegahan kebakaran di tempat kerja.
Meskipun APAR tidak pernah diharapkan untuk digunakan, namun kondisi APAR harus selalu dalam kondisi “siap” digunakan kapan saja. Untuk itu perlu dilakukan pengecekan rutin (bisa 1, 3 atau 6 bulan sekali). lalu apakah yang harus kita cek ketika memeriksa APAR dan menentukan apakah APAR masih layak dan “siap” digunakan.
1. Cek label pengisian ulang APAR, kapankah APAR terakhir kali di isi ulang.
2. Cek tekanan (pressure gauge) dari APAR, apakah masih menunjukan posisi hijau.
3. Cek Safety Pin, apakah masih terpasang dengan benar.
4. Cek Handle apakah ada kerusakan sehingga tidak dapat digunakan.
5. Cek selang (nozzle) apakah terdapat kebocoran atau tekukan, sehingga tidak bisa digunakan.
6. Untuk APAR Dry chemical, angkat APAR kemudian balikan dan dengarkan apakah terdengar suara dry chemical terjatuh (seperti suara pasir jatuh) ketika APAR dibalikan.
6. Isi kartu periksa APAR dan gantungkan pada APAR tersebut.
Pengujian APAR juga dapat dilakukan minimal 1 tahun sekali secara random, biasanya pengujian dilakukan bersamaan dengan latihan pemadaman kebakaran (fire drill). Sebaiknya APAR di isi ulang 1-2 tahun sekali. Meskipun dari pengalaman lapangan diketahui bahwa APAR dry chemical dengan usia 5-7 tahun masih berfungsi dengan baik. tapi tak ada salahnya mempersiapkan yang terbaik untuk kondisi yang terburuk.
Sesuai dengan NFPA 10 Standard for Fire Portable Extinguisher 2002, pemasangan APAR disesuaikan dengan tingkat bahaya kebakaran lokasi dimana APAR akan ditempatkan dan jenis atau kelas kebakaran yang ada. Kelas kebakaran ada 5 yaitu ;1. Kelas kebakaran A yaitu kebakaran pada bahan seperti kertas, kayu, kain, plastik.2. Kelas kebakaran B yaitu kebakaran pada cairan mudah terbakar seperti alkohol, gasoline, cat, solvent dan gas mudah terbakar.3. Kelas kebakaran C yatu kebakaran pada peralatan listrik yang hidup/bertegangan.4. Kelas kebakaran D yaitu kebakaran pada logam seperti magnesium, titanium, litium, natrium dan potasium.5. Kelas kebakaran E yaitu kebakaran pada bahan yang digunakan untuk memasak seperti minyak dari nabati & hewani serta lemak.Sedangkan klasifikasi bahaya lokasi penempatan dibagi menjadi bahaya ringan, sedang dan tinggi.Bahaya RinganLokasi dengan bahaya ringan adalah lokasi dimana terdapat bahan mudah terbakar kelas A dalam jumlah yang sedikit. Contoh lokasi ini antara lain ruang kelas, ruang pertemuan, gereja, perkantoran, dan kamar hotel/motel.Bahaya SedangLokasi dimana disimpan bahan mudah terbakar kelas A dan B dalam jumlah yang lebih banyak dari lokasi bahaya ringan.Contoh lokasi ini antara lain ruang makan, toko, manufaktur ringan, ruang pamer kendaraan, ruang penelitian, dan bengkel/ruang pelayanan pada lokasi bahaya ringan.Bahaya TinggiLokasi dimana terdapat bahan mudah terbakar kelas A dan B baik disimpan, diproduksi, digunakan, berupa produk jadi atau kombinasi ketiganya yang jumlahnya melebihi dari keberadaan bahan tersebut pada lokasi bahaya sedang. Contoh lokasi ini antara lain ruang memasak, bengkel kayu, bengkel perbaikan kendaraan, pesawat terbang dan perahu, lokasi penyimpanan dan proses manufaktur seperti pengecatan, pencelupan dan pelapisan dengan bahan mudah terbakar.Penempatan APAR
APAR diletakkan pada lokasi dimana mudah diakses dan tersedia untuk digunakan jika terjadi api. Lebih disukai pada jalur jalan atau akses keluar.
Kotak/lemari APAR tidak dikunci, kecuali ada kemungkinan APAR dicuri/digunakan tanpa ijin dan lemari dilengkapi alat/cara untuk mengaksesnya.
APAR tidak terhalang dari pandangan. Jika kondisinya memaksa terhalang maka dilengkapi dengan penandaan /cara lain untuk menginformasikan lokasinya.
APAR diletakkan digantung pada gantungan atau disediakan bracket yang khusus disediakan dari pihak pembuatnya. Hal ini tidak berlaku untuk pemadam yang menggunakan roda.
APAR yang memiliki berat kotor tidak lebih dari 18,14 kg dipasang pada ketinggian dimana bagian puncak APAR tidak lebih dari 5 kaki / 1,53 meter dari lantai. Sedangkan APAR dengan berat kotor lebih dari 18,14 (kecuali APAR yang beroda) dipasang pada ketinggian dimana bagian puncak APAR tidak lebih dari 1,07 meter dari lantai.
Tidak diijinkan peletakan APAR dimana jarak antara bagian terbawah APAR dengan lantai kurang dari 10,2 cm.
Distribusi APARPenempatan dan Ukuran APAR untuk Kelas Kebakaran A
Criteria Low Hazard Occupancy
Moderate Hazard Occupancy
High Hazard Occupancy
Minimum rated single extinguisher
2A 2A 4A
Maximum floor area per unit A
3000 ft2 1500 ft2 1000 ft2
Maximum area floor for extinguisher
11250 ft 11250 ft 11250 ft
Maximum traveldistance to extinguisher
75 ft 75 ft 75 ft
1 ft = 0,305 meterPenempatan dan Ukuran APAR untuk Kelas Kebakaran BType of Hazard
Basic Minimum Exxtinguisher Rating
Maximum Travel Distance to Extinguisher
Light/Low5B
10B10B
9,15 m15,25 m9,15 m
Moderate 20B40B
15,25 m9,15 m
High 80B 15,25 mPenempatan dan Ukuran APAR untuk Kelas Kebakaran CAPAR dengan rating C disediakan pada lokasi dimana ada potensi kebakaran pada instalasi listrik yang hidup/beraliran arus listrik.Penempatan dan Ukuran APAR untuk Kelas Kebakaran DAPAR dengan rating D disediakan pada lokasi dimana terdapat logam yang mudah terbakar. APAR diletakkan pada lokasi yang tidak melebihi 23 meter ddari sumber bahaya.Penempatan dan Ukuran APAR untuk Kelas Kebakaran KAPAR dengan rating K disediakan pada lokasi dimana terdapat bahan dengan kelas kebakaran K (minyak nabati/hewani dan lemak). Jarak pemasangan tidak lebih dari 9,15 meter dari sumber bahaya.
Menghitung Kebutuhan APAR: Sebuah bangunan dengan kantor dengan tingkat bahaya rendah perlu dilindungi APAR dengan luas lantai 11000 ft2, dengan bentuk bangunan seperti pada gambar berikut dimana pada area A terdapat Klas B. :
Estimasi jumlah APAR adalah sebagai berikut
Jumlah APAR yang dibutuhkan adalah : 11000 / 6000 = 2 buah APARSehingga penempatannya adalah pada titik 1 dan 2, tetapi tidak memenuhi persyaratan jarak tempuh, oleh karena itu perlu 4 buah APAR dengan penempatan pada titik 1,2,3 dan 4.
Untuk daerah A, perlu APAR Klas B dengan rating 10-B atau 20 B
Jumlah APAR yang dibutuhkan adalah :
Menyediakan 5 buah APAR, dengan distribusi 4 buah APAR Klas A dan 1 buah Klas B Atau 4 buah APAR dengan satu buah APAR yang memenuhi persyaratan Klas A dan B Jika terdapat klas C dalam ruangan tersebut, semua APAR harus mampu untuk
memadamkan peralatan listrik
Daniel mengatakan...
Saya baru saja menemukan nih.. kebijakan yang berkaitan dengan APAR...
PERATURAN TENTANG PROTEKSI KEBAKARAN GEDUNG
Standar Nasional Indonesia (SNI) Tentang Proteksi Kebakaran
SNI 03-1735-2000—Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.SNI 03-1736-2000—Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.SNI 03-1745-2000—Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.SNI 03-1746-2000—Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sarana Jalan Ke Luar Untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.SNI 03-3985-2000—Tata Cara Perencanaan, Pemasangan Dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.SNI 03-3989-2000—Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Springkler Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.SNI 03-6570-2001—Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran.SNI 03-6571-2001—Sistem Pengendalian Asap Kebakaran Pada Bangunan Gedung.SNI 03-6574-2001—Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Dan Sistem Peringatan Bahaya Pada Bangunan Gedung.SNI 09-7053-2004—Kendaraan Dan Peralatan Pemadam Kebakaran – PompaUndang-Undang
UU RI No 28 Tahun 2002—Bangunan GedungKeputusan Menteri PU Tentang Proteksi Kebakaran
Kepmen PU No.: 441/KPTS/1998—Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.Kepmen PU No.: 11/KPTS/2000—Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Perkotaan.Kepmen PU No.: 10/KPTS/2000—Ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Proteksi Kebakaran
Permenaker No.: Per.04/Men/1980—Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api RinganPermenaker No.: Per.02/MEN/1983—Instalasi Alarm Kebakaran AutomatikInst. Menaker No.: Ins.11/M/BW/1997—Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran. APAR harus diperiksa secara berkala, terutama APAR jenis serbuk kimia kering. Hal tersebut bertujuan agar keandalan APAR tersebut tetap terjaga dan saat akan dipakai untuk memadamkan api tidak mengalami hambatan saat untuk memadamkan api. Apalagi pada saat APAR serbuk kimia kering sudah kedaluarsa, pasti akan meninggalkan limbah kimia. Hal tersebut telah terjadi di Eropa, limbah dari APAR serbuk kimia kering telah menumpuk banyak. Untuk menghidari hal tersebut, pada artikel ini akan membahas tentang proses daur ulang dari limbah APAR serbuk kimia kering sebagai filler pada campuran aspal. Penulisan artikel bertujuan untuk mengetahui cara penanganan dari limbah yang dihasilkan APAR jenis serbuk kimia kering. Untuk mempelajari sifat dari serbuk kimia kering pada APAR. Untuk menganalisis potensi APAR bubuk (disebut REP) sebagai pengisi dalam campuran aspal. Untuk mengetahui sifat aspal saat dicampur dengan REP.
APAR selalu dilakukan pengecekan setahun 2 kali dalam kurun waktu 6 bulan. Hal tersebut dilakukan agar menjaga keandalan dari fungsi APAR yang semestinya dapat memadamkan api. APAR yang telah habis massa berlakunya atau yang disebut kedaluwarsa harus dipisahkan dari APAR yang lain agar tidak salah pakai saat melakukan pemadaman kebakaran. Kemudian dibawa ke tempat penampungan sementara. Kemudian serbuk kimia kering APAR dikeluarkan dari tabung APAR dan kemudian dibawa ke tempat daur ulang serbuk kimia APAR. Setelah itu melakukan pengamatan terhadap bubuk kimia yang terdapat pada APAR tersebut. Pengamatan tersebut dilakukan dengan cara bubuk REP dipanaskan. Tetapi sebelum dipanaskan, kita melakukan penilaian dan menganalisa terlebih dahulu kondisi saat sebelum dipanaskan. Setelah dipanaskan, kita analisa kondisi REP tersebut. Terdapat perbedaan saat sebelum dan setelah pemanasan REP. Warna REP sebelum pemanasan yaitu antara biru dan langit biru.
Setelah melakukan pengujian laboratorium terhadap REP. Kemudian melakukan pengujian kelayakan REP saat dicampurkan ke aspal, serta melakukan penilaian bahaya REP saat ditambahkan ke aspal. Serta tidak lupa menganalisa kondisi fisik dan kimia aspal saat belum dan sesudah dicampur dengan REP.
Dari semua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
Beberapa sifat mekanik secara substansial independen isi REP, menunjukkan peningkatan stabilitas / kekakuan Marshall pengukuran (pada berat jenis tertentu) dan cukup penurunan aliran Marshall saat diamati.
Pengujian mengungkapkan bahwa bubuk REP dapat menyebabkan penurunan jumlah kecil pada siklus kegagalan. Pada masa depan akan bertujuan untuk mengoptimalkan konten REP, mengeksplorasi masalah air / suhu / pemadatan, dan akan menghasilkan desain cara pendauran ulang yang baru.
Bahwa serbuk kimia kering pada APAR dapat digunakan sebagai campuran pada aspal untuk mengurangi volume limbah yang dihasilkan oleh kimia tersebut.
REFERENSI
Praticò, G.F., Moro A., Ammendola R., 2010. Potential of fire extinguisher powder as a filler in bituminous mixes. Journal of Hazardous Materials 173: 605–613.