21
Alat pelindung Diri (APD) Pendahuluan Pengguanaan APD (alat pelindung diri ) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar Penggunaan APD perlu pengawasan , krn dengan penggunaan APD yg tdk tepat akan menambah cost Pengertian APD Adl seperangkat alat yg digunakan oleh tenaga kerja utk melindungi seluruh / sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/ kecelakaan kerja Tujuan penggunaan APD Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah , semua jenis cairan tubuh , sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien JENIS ALAT PELINDUNG DIRI TOPI SARUNG TANGAN MASKER KACA MATA/ PELINDUNG WAJAH BAJU KERJA / CELEMEK / SKORT SEPATU KARET / BOT PENUTUP KEPALA| Tujuan : Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat –alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala / rambut petugas dari percikan bahan bahan dari pasien Manfaat penutup kepala Petugas terhindar dari paparan / percikan darah dan cairan tubuh Pasien Mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut dan kulit petugas kepada pasien Indikasi Pemakaian Tutup Kepala Tindakan operasi Tindakan invasif Tindakan intubasi Penghisapan lendir Sarung tangan Tujuan : Melindungi tangan dari kontak dengan darah , cairan tubuh, sekret, ekskreta, mukosa, kulit yang tidak utuh, dan benda yang terkontaminasi Jenis sarung tangan Sarung tangan bersih Sarung tangan steril Sarung tangan rumah tangga Indikasi Tindakan yang kontak atau yang diperkirakan akan terjadi kontak dengan 1

Apd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bedah

Citation preview

Alat pelindung Diri(APD)Pendahuluan Pengguanaan APD (alat pelindung diri ) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar Penggunaan APD perlu pengawasan , krn dengan penggunaan APD yg tdk tepat akan menambah costPengertian APDAdl seperangkat alat yg digunakan oleh tenaga kerja utk melindungi seluruh / sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/ kecelakaan kerjaTujuan penggunaan APDMelindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah , semua jenis cairan tubuh , sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasienJENIS ALAT PELINDUNG DIRI TOPI SARUNG TANGAN MASKER KACA MATA/ PELINDUNG WAJAH BAJU KERJA / CELEMEK / SKORT SEPATU KARET / BOTPENUTUP KEPALA|Tujuan :Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala / rambut petugas dari percikan bahan bahan dari pasienManfaat penutup kepala Petugas terhindar dari paparan / percikan darah dan cairan tubuh Pasien Mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut dan kulit petugas kepada pasienIndikasi Pemakaian Tutup Kepala Tindakan operasi Tindakan invasif Tindakan intubasi Penghisapan lendirSarung tanganTujuan: Melindungi tangan dari kontak dengan darah , cairan tubuh, sekret, ekskreta, mukosa, kulit yang tidak utuh, dan benda yang terkontaminasiJenis sarung tangan Sarung tangan bersih Sarung tangan steril Sarung tangan rumah tanggaIndikasiTindakan yang kontak atau yang diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah , cairan tubuh , sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh , selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasiMANFAAT PEMAKAIAN SARUNG TANGAN Petugas: Mencegah kontak tangan dengan darah , cairan tubuh, benda yang terkontaminasi Pasien: Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan petugas memakai sarung tangan sterilPersiapan alat Sarung tangan steril Bengkok berisi larutan desinfektanTahap kerja Mencuci tangan mengambil sarung tangan Memasukkan jari jari tangan sesuai dgn jari jari sarung tangan Lakukan juga dengan tangan yang lain Melepas sarung tangan , kmd masukkan kedalam bengkok berisi larutan desinfekatan Mencuci tanganSikap Menjaga kesterilan sarung tangan Tidak menyentuh benda benda lain ( yang tidak steril )Hal yang harus diperhatikan pd penggunaan sarung tangan Cuci tangan sebelum memakai dan sesudah melepaskan sarung tangan Gunakan sarung tangan berbeda utk setiap pasien Pahami tehnik memakai dan melepaskan sarung tanganskort/ jas/ celemekTujuan:Melindungi petugas dari kemungkinan genangan / percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang dpt mencemari baju petugasJenis Tidak kedap air Kedap air Steril Non sterilPersiapan Celemek Kantong cucian ( ember pakaian kotor )TAHAP KERJA1. Mencuci tangan2. Memakai celemek / skort menutupi semua pakaian luar3. Melepas skort dgn bagian dlm disebelah luar4. Masukkan ke dlm kantong cucian / ember5. Mencuci tanganSIKAP Skort yang akan dipakai bersih dan tali/kancingnya lengkap Sesuai dengan ukuran tdk memakai skort diluar kamar pasien Mengganti skort yang basah menghindari kontaminasi Skort dipakai hanya satu kaliMemakai MaskerMANFAAT MASKER Petugas : mencegah membran mukosa petugas terkena kontak dgn percikan darah dan cairan tubuh Pasien mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung mikroorganisme saat bicara , batuk ,bersinPERSIAPAN MASKER TEMPAT MASKER LARUTAN DESINFEKTANTahapkerjaMemasang masker Memasang masker menutupi hidung dan mulut mengikat tali talinya bagian atas lewat atas telinga ke blkg kpl bag bawah di belakang leherMenanggalkan masker Menanggalkan masker dg melepaskan tali talinya Masker dilipat dgn kedua permukaan dalamnya bertemu Madker dimasukkan ke tempat khusus / direndam dg larutan desinfektanSikap Masker dipakai satu kali Jika sdh lembab harus diganti tdk efektif lagi Jangan menggantung masker di leher dan kmd dipakai lagi Tidak memakai masker ke luar dari lingkungan pasienSepatu pelindung Tujuan : Melindungi kaki petugas dari tumpahan / percikan darah , cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tudukan benda tajam / kejatuhan alat kesehatan Sepatu karet / plastik yg menutupi seluruh ujung dan telapak kaki Sepatu pelindung hrs digunakan selama didlm ruang operasi dan tidak boleh dipakai ke luar Sandal , sepatu terbuka dan telanjang kaki tidak dianjurkan

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)

Mungkin Anda masih ingat jika buletin akreditasi edisi 1 sudah mengenalkan 15 pokja yang harus dihafalkan dan dipahami. Nah, edisi ini dan selanjutnya mulai akan masuk dalam pembahasan yang lebih rinci dari masing-masing pokja, mulai dari pokja 1 (SKP) sampai dengan pokja 15 (MFK). Dengan harapan para staf dan pimpinan RSUD Dr. M. Ashari mampu melaksanakan pelayanan sesuai standar akreditasi.Keselamatan pasien adalah unsur yang paling penting dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu SKP merupakan salah satu babDASARdalam penilaian akreditasi selain HPK, PPK dan PMKP.Cara Melaksanakan dan Menerapkan SKP di RS :Harus diingat bahwa SKP ada 6 sasaran, antara lain :1. Ketepatan identifikasi pasien2. Peningkatan Komunikasi efektif3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)4. Kepastian tepat lokasi (sisi), tepat prosedur dan tepat pasien operasi5. Pengurangan risiko infeksi melalui 6 langkah cuci tangan6. Pengurangan risiko pasien jatuhAPA YANG HARUS KITA LAKUKAN UNTUK MENCAPAI 6 SASARAN SKP DI RS ?I. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN :Penting!, mengingat nama dan identitas pasien yg lain adalahwajib. Oleh karena itu :1.Untuk mengidentifikasi nama pasien dengan tepat, RSUD Dr. M. Ashari memasang gelang pasien yang mencakup minimal 4 (empat) warna a.l :Biru =pasien laki-lakiMerah Muda =pasien perempuanMerah =pasien dg alergiKuning =pasien dg risiko cidera2.Berikan penjelasan tentang manfaat pemasangan gelang.3.Pada gelang pasien tertera minimal dua identitas, yaitunamadannomor RM. Identitas tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.4.Lakukan identifikasi dan klarifikasi kecocokan identitas nama pasien antara yang diucapkan pasien dg yang tertera pada gelang pasien5.Identifikasi nama pasienwajibdilakukan pada saat:a. Sebelum memberikan obatb. Sebelum memberikan darah atau produk darahc. Sebelum mengambil specimen darahd. Sebelum melakukan tindakan/prosedur lainnyaINGAT !Pasien akan ditanya :1. Apakah petugas menjelaskan tentang manfaat pemasangan gelang2. Apakah petugas selalu mengidentifikasi nama pasien sebelum melakukan tindakanII. PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF :Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.Untuk itu setiap petugas wajib :1.Lakukan komunikasi, baik lisan maupun tertulis dengan sejelas-jelasnya.a. Jika pesan lisan meragukan, segera Klarifikasi denganphonetic alfabethkepada pemberi pesan, sbb :AAlfaNNovember

BBravoOOscar

CCharliePPapa

DDeltaQQuebec

EEchoRRomeo

FFoxtrotSSierra

GGolfTTango

HHotelUUniform

IIndiaVVictor

JJulietWWhiskey

KKiloXX ray

LLimaYYankee

MMikeZZulu

b. Komunikasi tertulis wajib menggunakan tulisan yang mudah dibaca minimal oleh 3 orang.2.Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.3.Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.4.Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebutIII. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI :Indikator Peningkatan Keselamatan Penggunaan Obat-Obat yang perlu Kewaspadan Tinggi :1. Elektrolit pekat (KCl 7.46%, Meylon 8.4%, MgSO4 20%, NaCl 3%) tidak disimpan dalam unit pasien kecuali dibutuhkan secara klinis, dan tindakan dilakukan untuk mencegah penggunaan yang tidak seharusnya pada area yang diijinkan sesuai kebijakan.2. Elektrolit pekat yang disimpan dalam unit perawatan pasien memiliki label yang jelas dan disimpan di tempat dengan akses terbatas.3. Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi lainnya : Golongan opioid, anti koagulan, trombolitik, anti aritmia, insulin, golongan agonis adrenergic, anestetik umum, kemoterapi, zat kontras, pelemas otot dan larutan kardioplegia.Tips :1. Pemberian elektorlit pekat harus dengan pengenceran dan menggunakan label khusus.2. Setiap pemberian obat menerapkan Prinsip 7 Benar.3. Pastikan pengeceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang yang kompeten.4. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA(Look Alike Sound Alike).5. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi dimeja dekat pasien tanpa pengawasan.6. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA, saat memberi / menerima instruksi.IV. KEPASTIAN TEPAT LOKASI/SISI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT ORANG YANG OPERASIIndikator Keselamatan Operasi :1. Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.2. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi.3. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :1. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.2. Multiple structures (jari tangan, jari kaki)3. Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal)4. Multipel lesi yang pengerjaannya bertahapAnjuran Penandaan Lokasi Operasi1. Gunakan tanda yang telah disepakati2. Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda3. Tandai pada atau dekat daerah insisi4. Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda X merupakan tanda yang ambigu)5. Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat diperlukan6. Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet)V. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI MELALUI 6 LANGKAH CUCI TANGANBudayakan cuci tangan di RS pada saat :1. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien2. Sebelum dan sesudah tindakan / aseptik3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien4. Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasive5. Setelah menyentuh area sekitar pasien / lingkunganAdapun6 langkah cuci tangan standar WHO adalah :-Buka kran dan basahi kedua telapak tangan-Tuangkan 5 ml handscrub/sabun cair dan gosokkan pada tangan dengan urutanTEPUNG SELACI PUPUTsbb :1. Telapak tangan; gosok kedua telapak tangan2. Punggung tangan; gosok punggung dan sela-sela jari sisi luar tangan kiri dan sebaliknya.3. Sela-sela jari, gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi dalam4. KunCi;jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci5. Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya6. Putar; rapatkan ujungjari tangan kanan dan gosokkan pada telapak tangan kiri dengan cara memutar mutar terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari tangan sebaliknya.-Ambil kertas tissue atau kain lap disposable, keringkan kedua tangan-Tutup kran dengan sikut atau bekas kertas tissue yang masih di tangan.VI. PENGURANGAN RISIKO CIDERA KARENA PASIEN JATUH1. Amati dengan teliti di lingkungan kerja anda terhadap fasilitas, alat, sarana dan prasarana yang berpotensi menyebabkan pasien cidera karena jatuh2. Laporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat menyebabkan pasien cidera3. Lakukan asesmen risiko jatuh pada setiap pasien dg menggunakan skala (Skala Humpty Dumptyuntuk pasien anak,Skala Risiko Jatuh Morse (MSF)untuk pasien dewasa, danskala geriatricpada pasien geriatric.

Pada bahasan ini, difokuskan pada prinsip-prinsip cuci tangan, cara yang penting tentang pengendalian infeksi. Dalam istilah promosi kesehatan yang positif, cuci tangan menjadi satu-satnya prosedur klinis paling utama : tangan adalah jalur terpenting terjadinya infeksi silang ( cross-infection ). Mencuci tangan dengan sabun dan air memindahkan hamper semua bakteri sementara (transient) tetapi tidak mengurangi banyaknya bakteri yang tinggal (resident) : Staphilococcus aureus, dengan beberapa jumlah yang signifikan.DefinisiCuci tangan adalah proses dengan semua permukaan tangan digosok bersama-sama dengan penuh tenaga (vigourously) menggunakan satu agen pembersih yang sesuai dan dibilas di bawah air mengalir dengan tujuan memindahkan sejumlah mikroorganisme yang mungkin. Ada dua prosedur yang dapat diikuti : medical scrub dan surgical scrub. Cuci tangan medis/biasa digunakan untuk teknik aseptic, dan cuci tangan bedah digunakan saat penyikatan pada prosedur operasi dan merupakan prosedur yang lama dengan menyertakan tangan dan lengan.Perawatan Tangan Umum1.Memeriksa tangan : terpotong, luka goresan, kutikula. Hal tersebut menngkatkan risiko dari infeksi bagi tenaga medis, dan harus ditutup dengan plester2.Memelihara kuku yang pendek dan terkikir. Kuku yang panjang atau kasar dapat menggaruk pasien wanita dan bayi, serta mengantarkan infeksi, kotoran dan pengeluaran (secret), yang mungkin ditemukan di bawah kuku sebagai tempat persembunyian mikroorganisme3.Menggunakan pelembab tangan secara teratur mencegah kering dan pecah.Indikasi untuk Cuci Tangan1.Sebelum dan setelah kontak dengan kulit pasien wanita atau bayi atau cairan tubuh2.Sebelum melakukan teknik aseptic3.Sebelum memegang makanan4.Saat terlihat menjadi kotor5.Setelah keluar dari kamar kecil6.Setelah kontak dengan alat-alat yang kotor dan berpotensi tercemar/terkontaminasi7.Setelah melepas sarung tanganPrinsip Cuci Tangan1.Mempertimbangkan semua peralatan sebagai hal yang tercemar: minimal tentang memegang kran, mengeluarkan sabun, sinks, mengeringkan alat-alat, terutama setelah mencuci, dengan menggunakan pedal bins, disarankan menyikut kran.2.Menghindari memakai perhiasan. Cincin meningkatkan banyaknya mikroorganisme yang ditemukan di tangan. Perhiasan mempersulit membersihkan tangan secara menyeluruh.3.Menggunakan air mengalir, dan mengatur aliran untuk kenyamanan. Menghindari percikan air, terutama di atas pakaian, mikroorganisme mungkin ditransfer dan berkembangbiak di dalam uap lembab.4.Menggunakan sabun yang sesuai dan berbusa. Sabun akan mengemulsi lemak dan minyak, serta menurunkan ketegangan permukaan, membuat lebih mudah dibersihkan.5.Menggunakan gerakan yang melingkar, menganjurkan menggosok dan menggesek. Hal ini melepas dan memindahkan kotoran dan mikroorganisme sementara (transient).6.Menggunakan handuk kertas disposibel untuk mengeringkan tangan. Hal ini meminimalkan penyebaran mikroorganisme dibandingkan dengan pengering udara panas dan handuk.Peran dan Tanggung Jawab Bidan1.Mengenali kapan harus cuci tangan2.Mampu melakukan medical atau surgery scrub dengan tepat.Prosedur Cuci Tangan Biasa /Medical Scrub Untuk cuci tangan yang berlaku di masyarakat/rumah tangga, pada umumnya cukup menggunakan sabun, tangan dicuci minimal 30 detik. Untuk cuci tangan aseptic, cairan antiseptic yang digunakan : 4% clorhexidine solution, dengan mencuci sedikinya 1 menit.1.Siapkan peralatan yang dibutuhkan2.Lepas perhiasan yang menempel di jari dan tangan3.Basahi kedua tangan dengan menggunakan air mengalir, gunakan sabun secara merata pada kedua tangan4.Gosok kedua tangan dan jari5.Gosok punggung tangan secara bergantian6.Gosok sela jari dengan jari-jari tangan yang berlawanan, lakukan secara bergantian7.Gosok punggung jari secara bergantian8.Gosok ibu jari secara bergantian9.Gosok ujung jari pada telapak tangan secara bergantian10.Genggam pergelangan tangan dengan menggosok-gosok di sekitar pergelangan tangan secara bergantian11.Bilas kedua tangan dengan air bersih yang mengalir12.Matikan kran dengan menggunakan siku13.Keringkan tangan dengan handuk bersih atau tisyu.Prosedur Cuci Tangan Bedah /Surgical Scrub1.Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan2.Lepas perhiasan yang menempel di jari dan tangan3.Basahi kedua tangan dengan menggunakan air mengalir sampai siku, gunakan sabun kea rah lengan bawah, lakukan hal yang sama pada tangan yang lain4.Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atau sikat lembut kea rah luar, kemudian bersihkan jari hingga siku dengan gerakan sirkuler dengan spon. Mengulangi hal yang sama pada lengan yang lain. Lakukan minimal selama 2 menit.5.Membilas tangan dan lengan secara terpisah dengan air mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan mengarah ke atas sebatas siku, jangn biarkan air bilasan mengalir ke area bersih6.Menggosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan bawah dengan antiseptic minimal selama 2 menit7.Membilas setiap tangan dan lengan secara terpisah dengan air mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan mengarah ke atas sebatas siku, jangan biarkan air bilasan mengalir ke area bilasan8.Menegakkan kedua tangan ke arah atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh permukaan atau benda apapun9.Mengeringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangin-anginkan , seka tangan dimulai dari ujung jari hingga siku. Untuk tangan yang berbeda gunakan sisi handuk yang berbeda.

Sebagaimana kita ketahui, dampak negatif dari aspekkesehatan lingkungan, sebuah sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit juga dapat menjadi sumber masalah bagi lingkungan. Kondisi ini terutama jikalimbahyang dihasilkan sebagai akibat aktifitas pelayanan kesehatan tidak dikelola dengan baik. Sebagaimana diungkapkan Said (1999), rumah sakit dalam menjalankan fungsi operasionalnya menghasilkan limbah, baik itu limbah domestik, limbah padat,limbah cairdan limbah gas serta limbah radioaktif.Kondisi diatas disebabkan karena berbagai kegiatan di rumah sakit berpotensi menghasilkan berbagai karakteristik dan jenis limbah. dan berpotensi menghasilkan dampak yang digolongkan sebagai limbah yang mengandung Bahan Berbahaya Beracun (B3), yang berbahaya terhadap kehidupan manusia, seperti pembuangan bekas jarum suntik, bekas jarum infus, yang dapat merupakan vektor pembawa bibit penyakit (Selamet, 2000).Beberapa kegiatan lain yang menghasilkan limbah, adalah kegiatan radiologi, kedokteran nuklir, pengobatan cancer dan limbah laboratorium yang sebagian merupakan limbah dengan kandungan B3. Dengan kata lain limbah cair B3 dapat memberikan dampak pada kesehatan akibat kontak dengan B3 atau terpapar oleh pencemar melalui berbagai cara maka dampak kesehatan yang timbul bervariasi dari ringan, sedang sampai berat bahkan sampai menimbulkan kematian, tergantung daridosisdan waktu perjalanan. Jenis penyakit yang ditimbulkan, pada umumnya merupakan penyakit non infeksi antara lain : keracunan, kerusakan organ, kanker, hypertensi, asma brochioli, pengaruh pada janin yang dapat mengakibatkan lahir cacat (cacat bawaan), kemunduran mental, gangguan pertumbuhan baik fisik maupun psikis, gangguan kecerdasan dan lain-lain (Salvato, 1982).Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukanpengelolaan limbah cairadalah tindakan pencegahan. Tindakan tersebut dilakukan dalam bentuk pengurangan volume atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan. Tindakan itu dikenal dengan istilah minimasi limbah. Keuntungan yang diperoleh dari upaya minimisasi limbah adalah sebagai berikut: penggunaan sumberdaya alam lebih efisien, efisiensi produksi meningkat, mencegah atau mengurangi terbentuknya limbah dan bahan pencemar pada umumnya, mencegah pindahnya pencemar antar media, mengurangi terjadinya resiko kesehatan manusia dan lingkungan, mendorong dikembangkan dan dilaksanakannya teknologi bersih dan produk akrab lingkungan. Mengurangi biaya pentaatan hukum, terhindar dari biaya pembersihan lingkungan, meningkatakan daya saing di pasar internasional, pendekatan pengaturan bersifat fleksibel dan sukarela (Soemantojo, 1994).Pengelolaan limbahcair merupakan upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah keluar dari proses produksi (end of pipe) melalui proses fisik, kimia dan biologi. Pengelolaan limbah yang sesuai standarbaku mutu lingkunganperlu di informasikan kepada masyarakat agar tidak menimbulkan persepsi yang negatif yang pada akhirnya akan merugikan rumah sakit itu sendiri. Menurut Soemantojo (1994), tujuan utama dari pengelolaan limbah cair rumah sakit untuk mendegadrasikan pencemarannya, sehingga kualitas efluen yang dihasilkan memenuhi syarat-syarat tertentu.Limbah, limbah cair dan limbah B3Limbah merupakan sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Sedangkan, limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karenasifatdan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lain.Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun, dan radioaktivitas. Baku mutu limbah cair rumah sakit adalah batas maksimal limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari suatu kegiatan rumah sakit.Sebagaimana diperkirakan WHO (1999), bahwa sekitar 10%-25% limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit merupakan limbah yang telah terkontaminasi oleh infectious agent dan potensial mambahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Kejadianinfeksi nosokomial, juga sering terjadi di Rumah Sakit. Sebagai contoh, keberadaan alat suntik jika pengelolaan pembuangannya tidak benar, berpotensi besar dapat menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung rumah sakit dan puskesmas, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum.Hal tersebut juga diungkapkan Selamet (2000), bahwa dalam melakukan fungsinya, rumah sakit menghasilkan berbagai buangan dan sebagian daripadanya merupakan limbah berbahaya dan beracun, diantaranya adalah :1. Limbah infeksius, yang terdiri atas exkreta, spesimen laboratorium bekas balutan, jaringan busuk dan lain-lain. Limbah tajam, yang terdiri atas pecahan peralatan gelas seperti thermometer, jarum bekas dan alat suntik, limbah plastik, bekas kemasan obat dan barang, cairan infus, spuit sekali pakai/disposable perlak.2. Limbah jaringan tubuh, seperti sisa amputasi, plasenta yang tidak etis dibuang sembarang.3. Limbah sitotoxik, yakni sisa obat pembunuh sel yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker.4. Limbah kimia dari laboratorium, rumah obat. Limbah radioaktif, limbah cucian pakaian, limbah dapur dan limbah cair domestik.Karakteristik limbah cair rumah sakit sangat penting untuk diketahui, terutama dalam kaitannya dengan dampak yang ditimbulkan, serta upaya pengendaliannya. Limbah cair diuji berdasarkan zat-zat yang terkandung didalamnya dan dikelompokan atas tiga kategori kualitas karateristik fisik, kimia dan biologiMenurut Soemantojo (1992), tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengelolaan limbah cair adalah tindakan pencegahan. Tindakan tersebut dilakukan dalam bentuk pengurangan volume atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan. Tindakan itu dikenal dengan istilah minimasi limbah. Minimasi meliputi beberapa tindakan dengan urutan prioritas sebagai berikut; Reduksi pada sumbernya (reduce); Pemanfaatan limbah yang terdiri dari kegiatan penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycling) dan pemulihan kembali (recovery);Pengolahan limbah; Pembuangan limbah cair sisa pengolahan.Pendekatan konsep minimasi limbah dibandingkan dengan pendekatan konsep end-of-pipe akan lebih rendah biaya dan minimal resiko dibandingkan konsep end-of-pipe yang dapat menimbulkan permasalahan sebagai berikut : pengolahan limbah cair, padat, atau gas memiliki resiko pindahnya polutan dari suatu media ke media lingkungan lainnya, dimana dapat menimbulkan masalah lingkungan yang sama gawatnya, atau berakhir sebagai sumber pencemar secara tak langsung pada media yang sama. Walaupun tidak setinggi biaya pemulihan kerusakan lingkungan, pengolahan limbah memerlukan biaya tambahan pada proses produksi, sehingga biaya per satuan produk naik. Hal ini juga akan menyebabkan para pengusaha enggan mengoperasikan peralatan pengolahan limbah yang telah dimiliki.Pengembangan teknologi pengolahan limbah tidak mendorong upaya ke arah pengurangan limbah pada sumbernya serta kurang menjanjikan pemanfaatan limbah lebih jauh. Teknologi pengolahan limbah yang ada saat ini belum berhasil atau sangat berfluktuasi dalam efisiensi. Effluent yang diolah masih mengandung bahan pencemar.Pendekatan pengendalian pencemaran memerlukan berbagai perangkat peraturan, selain menuntut tersedianya biaya dan sumberdaya manusia yang handal dalam jumlah memadai untuk melaksanakan pemantauan,pengawasan, dan penegakan hukum, lemahnya kontrol sosial, terbatasnya sarana dan prasarana, serta kurangnya jumlah kemampuan tenaga pengawas menyebabkan hukum sulit untuk ditegakkan. Terkait dengan hal ini, antra lain kemudian ditetapkan baku mutu lingkungan, sebagai sebuah instrument pengelolaan lingkungan hidup.Fungsi Baku Mutu Lingkungan adalah untuk menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dan untuk mengetahui telah terjadi perusakan atau pencemaran lingkungan. Untuk keperluam ini juga digunakan nilai ambang batas (NAB), yang merupakan batas-batas daya dukung, daya tenggang dan daya toleransi atau kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi dan terendah dari kandungan zat-zat, mahluk hidup atau komponen-komponen lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan. Dapat dikatakan lingkungan tercemar apabila kondisi lingkungan telah melewati ambang batas (batas maksimum dan batas minimum) yang telah ditetapkan berdasarkan baku mutu lingkungan.Baku mutu lingkungan ini diatur sesuai peraturan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor KEP-03/MENKLH/I I/1991 tentang baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku mutu air laut. (Bapedal, 2001).Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 18/1999 Jo. PP No.85/1999, antara lain disebutkan bahwa Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), merupakan sisa atau suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau persentasinya dan/atau jumlah, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup kesehatan.

Sebagaimana jenis infeksi penyakit lainnya, infeksi nosokomial biasanya terjadi jika penderita lemah atau jika barier alamiah terhadap invasi mikroba terganggu. Terdapat beberapa jenis barier alamiah terjadinya infeksi penyakit. Sebagaimana diketahui, kulit, membran mukosa, saluran gastrointestinal, saluran kencing, dan saluran nafas atas berfungsi sebagai barier alamiah terhadap infeksi.Menurut Setyawati (2002), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain : Kuman penyakit (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan virulensi) Sumber infeksi Perantara atau pembawa kuman, Tempat masuk kuman pada hospes baru, Daya tahan tubuh hospes baru, Keadaan rumah sakit meliputi; Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien dan konstruksi rumah sakit, Pemakaian antibiotik yang irasional, Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan sitostatika, 9) tindakan invasif dan instrumentasi, Berat penyakit yang dideritaTerdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Tindakan ini merupakan seperangkat tindakan yang didesain untuk membantu meminimalkan resiko terpapar material infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari pasien kepada tenaga kesehatan atau sebaliknya. Menurut Zarkasih (2003), pencegahan infeksi didasarkan pada asumsi bahwa seluruh komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi menimbulkan infeksi baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu:1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan

Protap Mencegah Infeksi Nosokomial

1. Menjagasanitasi lingkungansecara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.Beberapa literatur merekomendasikan beberapa bentuk prosedur tetap (protap) pencegahan infeksi nosokomial ini. Terdapat beberapa jenis kegiatan dalam pelaksanaan upaya pencegahan infeksi nosokomial. Beberapa kegiatan dan tindakan dimaksud, antara lain :Universal PrecautionsMenurut definisi Centers for Disease Control (CDC), kewaspadaan Universal (Universal Prcautions) merupakan suatu pedoman yang ditetapkan untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya. Konsep yang dianut adalah bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, HBV, dan berbagai penyakit lain yang ditularkan melalui darah.Bentuk kewaspadaan universal untuk meminimalisasi resiko infeksi nosokomial ini antara lain :1. Seluruh petugas kesehatan harus rutin menggunakan sarana yang dapat mencegah kontak kulit dan selaput lendir dengan darah atau cairan tubuh lainnya dari setiap pasien yang dilayani. Detail tindakan antara lain a). Menggunakan sarung tangan apabila menyentuh darah atau cairan tubuh, selaput lendir atau kulit yang tidak utuh; mengelola berbagai peralatan dan sarana kesehatan/kedokteran yang tercemar darah atau cairan tubuh; mengerjakan fungsi vena atau segala prosedur yang menyangkut pembuluh darah, b). Sarung tangan harus selalu diganti setiap selesai kontak dengan pasien.c). Menggunakan masker saat mengerjakan prosedur yang beresiko kontak darah atau cairan tubuh untuk mencegah terpaparnya selaput lendir pada mulut, hidung dan mata, d). Memakai jubah khusus selama melaksanakan tindakan yang mungkin akan menimbulkan cipratan darah atau cairan tubuh lainnya.2. Tangan dan bagian tubuh lainnya harus segera dicuci sebersih mungkin bila terkontaminasi darah dan cairan tubuh lainnya. Setiap usai melepas sarung tangan harus segera mencuci tangan.3. Seluruh petuga harus selalu waspada terhadap kemungkinan tertusuk jarum, pisau dan benda/alat tajam lainnya selama pelaksanaan tindakan, saat mencuci peralatan, membuang sampah, atau ketika membenahi peralatan setelah berlangsungnya prosedur/tindakan.4. Tindakan resusitasi dengan cara dari mulut ke mulut harus dihindari meskipun air liur belum terbukti menularkan HIV.5. Petugas yang sedang mengalami perlukaan atau ada lesi yang mengeluarkan cairan harus menghindari tugas-tugas yang bersifat kontak langsung dengan pasien ataupun kontak langsung dengan peralatan bekas pakai pasien.6. Petugas kesehatan yang sedang hamil harus lebih memperhatikan pelaksanaan segala prosedur yang dapat menghindari penularan HIV.Sterilisasi dan DesinfeksiSterilisasi dilakukan untuk membunuh atau memisahkan semua mikroorganisme. Sedangkan teknik sterilisasi antara lain sterilisasi dengan pemanasan, baik pemanasan basah dengan autoclave dan pemanasan kering dengan pemijaran dan udara panas. 2). Sterilisasi dengan penyaringan, 3). Sterilisasi dengan menggunakan zat kimia, serta 4). Sterilisasi dengan penyinaran.Berbeda dengan sterilisasi, desinfeksi merupakan suatu proses kimiawi atau fisika dimana bahan patogenik atau mikroba penyebab penyakit dihancurkan dengan suatu desinfektan dan antiseptik. Sedangkan desinfektan adalah zat yang bebas dari infeksi yang umumnya berupa zat kimia yang dapat membunuh kuman penyakit atau mikroorganisme berbahaya, menginaktifkan virus. Sementara pengertian antiseptik merupakan zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan hidup.Terkait dengan proses diatas, menurut Pedoman Penanggulangan SARS Nasional (2003), terdapat juga pengertian dekontaminasi, yaitu satu tahap perlakuan yang harus dilakukan sebelum instrumen dikirim ke bagian sterilsasi. Langkah dekontaminasi berupa prosesing alat dan sarung tangan yang kotor (telah kontak dengan darah atau cairan tubuh), untuk dilakukan proses perendaman dalam larutan klorin 0.5 % selama 10 menit. Tindakan ini akan mematikan berbagai virus sehingga aman untuk ditangani oleh petugas pencuci. Sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi dilakukan setelah dekontaminasi dan pencucian selesai dilakukan.

18