Upload
iramayaulfah
View
250
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mxkkncjacagsb xhsvyxjv
Citation preview
APENDISITIS AKUT
PENDAHULUAN
Apendiks adalah organ yang berbentuk seperti cacing yang
berpangkal pada sekum, karena alasan inilah maka apendiks sering
juga disebut dengan vermiform appendix (vermi berarti cacing, form
berarti berbentuk). (1)
Appendiks disebut juga umbai cacing.Istilah usus buntu yang
sering dipakai dimasyarakat awam adalah kurang tepat karena usus
buntu sebenarnya adalah sekum.Fungsi organ ini tidak diketahui
namun sering menimbulkan masalah kesehatan.Peradangan akut
apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya.(2)
Penyakit ini merupakan salah satu kasus emergensi bedah dan
penyebab nyeri abdomen yang paling bayak ditemukan. Apendiksitis
dapat disebabkan oleh berbagai sebab antara lain infeksi tetapi
mekanisme yang paling utama adalah obstruksi pada lumen apendiks.(1,2)
Orang yang pertama sekali melakukan apendektomi adalah
Amyan, seorang ahli bedah militer inggris. Amyan melakukan
apendektomi tanpa tindakan anestesi, apendektomi ini dilakukannya
pada suatu kasus apendiks perforasi. Reginal H. Fitz adalah orang yang
pertama kali menjelaskan mengenai anatomi patologi dari apendiksitis.
Pada abad ke-19 seorang ahli bedah inggris H. Hancock berhasil
melakukan tindakan apendektomi pada seorang pasien apendiksitis
akut. Beberapa tahun kemudian seorang warga Amerika Serikat, Mc
1
Burney menerbitkan suatu serial laporan mengenai dasar dan tindakan
terapi pada apendiksitis akut.(3,4)
Meskipun telah banyak dicapai kemajuan dalam hal diagnostik
dan penatalaksanaannya, apendiksitis masih menjadi suatu
permasalahan emergensi bedah. Penyakit ini masih merupakan suatu
penyebab paling banyak dari akut abdomen. Jika tidak ditanggulangi
dengan baik maka akan dapat menyebabkan berbagai komplikasi
antara lain perforasi atau sepsis. Diagnosa dari apendiksitis didasarkan
atas gejala klinis yang dikeluhkan penderita, riwayat penyakit dan
pemeriksaan klinis. Jika muncul dalam bentuk klasiknya, apendiksitis
akan mudah dan cepat didiagnosis dan diterapi. Namun jika muncul
dalam yang tidak khas akan menjadi suatu kasus yang membutuhkan
penanganan yang cermat dan mendalam. Dalam hal ini termasuk
didalamnya pemeriksaan laboratorium dan foto yang digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis apendiksitis.(3,4)
ANATOMI
Panjang rata-ratanya adalah 8-10cm (dengan kisaran panjang
2-20cm). Organ ini mulai muncul pada janin dengan masa kehamilan 5
bulan dan disertai dengan terbentuknya folikel-folikel limfoid pada
mukosanya. Folikel ini akan meningkat jumlahnya pada usia 8-20
tahun.(1,2,5)
Tonjolan apendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang
menonjol dari apeks sekum sepanjang 4,5 cm.Pada masa kananak-
kanak batas apendiks dari sekum semakin jelas dan bergeser ke arah
dorsal kiri. Pada orang dewasa panjang apendiks rata-rata 9-10 cm,
2
terletak posteromedial sekum kira-kira 3 cm inferior dari valvula
ileosekalis.Posisi apendiks bisa retrosekal,retroileal,subileal atau di
pelvis.memberikan gambaran klinis yang sama.(1,2,3,4,5)
Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal.Kedudukan
ini memungkinkan apendiks bergerak-gerak dan ruang geraknya
bergantung pada panjang mesoapendiks pegantungnya.(1,2,3,4,5)
Pada kasus selebihnya apendiks terletak retroperitonel,yaitu
dibelakang sekum,dibelakang kolon asendens,atau ditepi lateral kolon
asendens.Gejala apendiks ditentukan oleh letak apendiks.(1,2,3,4,5)
Persyarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang
mengikuti a.mesenterika superior dan a.apendikular ,sedangkan
persyarafan simpatis berasal dari n.torakalis X.Karena itu nyeri visceral
pada apendiksitis bermula di sekitar umbilicus.
Perdarahan apendiks berasal dari a.apendikular yang merupakan arteri
tanpa koleteral.Jika arteri ini tersumbat ,misalnya trombosis pada
infeksi ,apendiks akan mengalami ganggren.(1,2,5)
FISIOLOGI
Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml perhari.lendir ini secara
normal dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir kedalam
sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan
pada patogenesis apendiksitis.(1,2,5)
3
Immonoglobin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut
associated lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna
termasuk apendiks ,ialah Ig A.Immunoglobin itu sangat efektif sebgai
pelindung terhadap infeksi.Namun demikian pengankatan apendiks
tidak mempengaruhi sistim imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe
disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan
seluruh tubuh.(1,2,5)
DEFINISI
Apendiksitis didefenisikan sebagai inflamasi atau peradangan
sepanjang organ apendiks yang dapat menyebar kebagian lain
sedangkan apendiksitis perforasi merupakan salah satu dari komplikasi
dari suatu apendiksitis akut (komplikasi lainnya adalah peritonitis,
abses dan pylephlebitis), mekanisme terjadinya akan dijelaskan pada
bagian berikutnya.(1,2,3,4,5,6,7)
ETIOLOGI
Apendiksitis disebabkan oleh obstruksi pada lumen apendik.
Penyebab dari obstruksi ini adalah hiperplasi sekunder limfoid akibat
Irritable Bowel Disease (IBD) atau inflamasi saluran cerna, infeksi
(terutama sekali pada anak-anak usia muda), stasis fekal dan fecalit
(lebih sering terjadi pada usia lanjut), parasit (sering ditemukan
dinegara-negara timur), atau yang lebih jarang lagi disebabkan oleh
benda asing dan neoplasma. Hiperplasia limfoid berkaitan dengan
penyakit crohn, mononukleosis, amubiasis, campak dan infeksi saluran
nafas dan pencernaan. Fekalit merupakan benda padat didalam
apendiks yang terbentuk setelah presipitasi garam kalsium dan serat
4
tidak diserap didalam suatu matrik material feses yang telah
mengalami proses penyerapan air.(1,2,3,4,5,6,7)
Pada pasien apendiksitis perforasi dan abses 20% diantaranya
disebabkan oleh fekalit. Namun pada prinsipnya apendiksitis perforasi
merupakan komplikasi dari suatu apendiksitis yang mengalami
gangguan aliran darah akibat infeksi bakteri pada dinding apendiks
dan akibat distensi lumen oleh pus atau nanah, ganggren dan perforasi
akan dapat terjadi dalam 24 jam pertama.(1,2,5)
EPIDEMIOLOGI
Dari laporan statistik, 1 dari kasus apendiksitis salah
didiagnosis oleh dokter dan 15-40% dari pasien yang menjalani
apendektomi ternyata memiliki apendiks yang sehat. Meskipun telah
ditemukan berbagai jenis dan generasi antibiotika, apendiksitis akut
masih merupakan kasus bedah emergensi, terlebih lagi untuk
apendisitis perforasi.(1,2,3,5)
Tingkat kejadian apendiksitis akut adalah 7 % dari seluruh
populasi (US dan Eropa). Di negara-negara Asia dan Afrika tingkat
kejadian apendisitis akut lebih rendah karena pola makan dari orang-
orang di negara-negara tersebut. Setiap usia dapat mengalami
apendiksitis, dengan tingkat kejadian tertinggi dialami pada usia
dekade kedua dan ketiga. Jarang sekali kasus apendiksitis ditemukan
pada neonatus dan prenatal. Apendiksitis lebih sering ditemukan pada
laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio 1,7:1. Dari kasus
apendiksitis akut tersebut 12% diantaranya mengalami apendiksitis
perforasi. Dilaporkan tingkat kejadian apendisitis perforasi 60% pada
penderita usia diatas 60 tahun. Faktor yang mempengaruhinya selain
keterlambatan diagnosis dan penanganan adalah terdapatnya
perubahan anatomis apendiks berupa penyempitan lumen, dan
5
arteriosklerosis. Sedangkan tingkat kejadian yang tinggi pada anak-
anak disebabkan apendiks yang masih tipis dan anak kurang
komunikatif sehingga memperpanjang waktu diagnosis dan
keterlambatan terapi. Faktor lainnya yang mempercepat terjadinya
perforasi pada apendiksitis anak adalah omentum anak belum
berkembang dengan baik.(1,2,4,5)
Insiden apendiksitis akut di negara maju lebih tinggi dari pada
negara berkembang, namun dalam tiga dasarwasa terakhir menurun
secara bermakna.Kejadian ini di duga disebabkan oleh meningkatnya
penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari.(1,3,5)
Apendiksitis akut adalah kondisi yang sering terjadi pada
abdomen.penyakit ini biasanya terjadi pada segala umur tetapi sering
pada masa-masa kehidupan 2-3 dasarwasa.Jarang timbul pada masa
muda, kemungkinan disebabkan karena konfigurasi apendiks pada
umur ini membentuk obstruksi pada lumen.(1,2)
Perbandingan jenis kelamin laki-laki dengan wanita pada
penderita apendiksitis kira-kira 1 : 1 bergantung pada
pubertas.Biasanya timbul pada laki-laki lebih besar pada wanita
dimana perbandingan 2 : 1 antara usia 15 – 25 tahun dan berkurang
isidensnya bila umur meningkat.(1,5)
PATOFISIOLOGI
Apendisitis akut merupakan infeksi bacterial.Berbagai hal
berperan sebagai faktor faktor pencetusnya.Obstruksi pada lumen
6
adalah faktor dominan penyebab apendiksitis akut.Fecalit biasanya
menyebabkan obstruksi appendicial.Jarang di jumpai hipertropi
jaringan limfoid, disebabkan oleh pengumpilan barium (kontras) pada
sinar X, sayur-sayuran,biji-bijian, cacing terutama Ascariasis.Penyebab
yang lain diduga dapat menimbulkan apendiksitis adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti Entamoeba histolytica.(1,2,5,6,7)
Obstruksi tersebut meyebabkan mucus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan.Makin lama mucus tersebut makin
banyak,sehinga elastisitas tekanan intralumen meningkat.Tekanan
yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema ,dipedesis bakteri, dan ulserasi mukosa.Pada
saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium.(1,2,3,5,7)
Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat.Hal ini akan meyebabkan obstruksi vena,edema bertambah,
dan bakteri akan menembus dinding peradangan yang timbul meluas
mengenai peritoneum setempat sehingga meninggalkan nyeri
didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut.(1,2,5,6)
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan ganggren .stadium tersebut ini
disebut dengan apendisitis gangrenosa.Bila dinding yang telah rapuh
itu pecah,akan terjadi apendisitis perforasi.(1,2,5)
7
Bila semula proses diatas berjalan lambat ,omentum dan usus
yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu
masa lokal yang isebut infiltrat apendikularis.Peradangan apendiks
tersebut dapat menjadi abses atau hilang.(1,2,5)
Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang
dengan menutup omentum, usus halus,atau adneksa sehingga
terbentuk masa periapendikular yang secara umum dikenal dengan
istilah infiltrate apendiks.Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan
berupa abses yang dapat mengalami perforasi.Jika tidak terbentuk
abses,apendiksitis akan sembuh dan masa periapendikular akan
menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
(1,2,3,5,7)
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna
tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan
perlengketan dengan jaringan sekitarnya.Perlengkatan ini dapat
menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah.Pada suatu
ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai
mengalami eksaserbasi akut.(1,2,4,6)
Pada anak- anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks
lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis, ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya
perforasi.Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah.(1,2,3,4,5)
8
Apendiksitis terjadi akibat obstruksi pada lumen apendiks
disebabkan oleh berbagai penyebab. Diluar dari fakor etiologinya,
obstruksi akan menyebabkan peningkatan tekanan pada lumen
apendiks. Peningkatan ini dihubungkan dengan sekresi cairan dan
mukus yang terus menerus oleh mukosa apendiks dan timbulnya
stagnasi dari bahan-bahan tersebut. Pada saat yang sama, bakteri
usus akan berkembang biak didalam apendiks dan bakteri ini akan
berusaha dimusnahkan oleh leukosit, akibatnya akan terbentuk pus
dan ini akan semakin meningkatkan tekanan didalam lumen.(1,2,5)
Jika obstruksi tersebut menetap, akan timbul peningkatan
tekanan yang semakin tinggi didalam lumen dan akibatnya akan
menimbulkan obstruksi pada aliran vena-vena apendik. Akibat
lanjutnya adalah timbulnya iskemia pada dinding apendik dan
menimbulkan gangguan pada integritas epitel dinding apendiks dan
bakteri akan dengan mudah menyerang dinding tersebut.(1,2)
Dalam beberapa jam, keadaan yang masih bersifat lokal ini
akan semakin memburuk dan menimbulkan trombosis pada arteri dan
vena yang akan menyebabkan terjadinya perforasi dan ganggren pada
apendiks. Jika proses ini terus berlangsung akan timbul periapendikular
abses dan peritonitis.(2,5)
Tahap peradangan apendiks adalah:
1. Apendiksitis akut (sederhana, tanpa perforasi)
2. Apendiksitis akut perforata (termasuk apendiksitis
ganggrenosa).(1,2,5)
9
GAMBARAN KLINIS(1,2,3,4,5,6,7,8)
Apendiksitis akut sering timbul dengan gejala khas yang
didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda
setempat,disertai maupun tidak disertai rasangan peritoneum
lokal.Nyeri pada perut adalah gejala utama rasangan peritoneum lokal.
Gejala klasik apendiksitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul
yang merupakan nyeri visceral didaerah epigastrium disekitar
umbilicus.keluhan ini sering disertai mual dan kadang-kadang ada
muntah. Umumnya nafsu makan menurun.Setelah beberapa jam ( 1 –
12 jam, tapi biasanya 4 – 6 jam ), nyeri akan kekuadran kanan bawah
ketitik Mc Burney, yang akan menetap disini nyeri dirasakan lebih
tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatic
setempat.Kadang-kadang tidak ada nyeri epigastrium tetapi terdapat
konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat
pencahar.Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa
mempermudah terjadinya perforasi. Bila terdapat peransangan
peritoneum biasanya pasien megeluh sakit perut bila berjalan atau
batuk.
Gejala apendiksitis akut pada anak tidak spesifik.Gejala awalnya sering
hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan
rasa nyerinya.Dalam beberapa jam kemudian akan timbul muntah-
muntah dan akan menjadi lemah dan letargi.Karena gejala yang tidak
10
khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah perforasi.Pada bayi 80 %
- 90 % apendisitis baru diketahui setelah perforasi.
Pada kehamilan keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual
dan muntah.Yang perlu diperhatikan ialah pada kehamilan trimester
pertama.Sering juga terjadi mual dan muntah.Pada kehamilan lanjut
sekum dengan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga keluhan
tidak dirasakan diperut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal
kanan.
Riwayat Penyakit:
Gambaran gejala penyakit yang paling sering dikeluhkan
penderita adalah nyeri abdomen.
Biasanya nyeri mula-mula dirasakan didaerah periumbilikal atau
epigastrium dan menyebar kekuadran kanan bawah abdomen,
pada bayi dan anak-anak sering tidak dapat menunjukkan letak
sakitnya, biasanya sakit dirasakan diseluruh tubuh.
Jika penyakit berlanjut gejala yang dirasakan adalah nyeri
bersamaan dengan mual, muntah dan anoreksia. Pada saat ini
demam biasanya belum muncul.
Untuk dapat menjelaskan diagnosis banding perlu ditanyakan riwayat
penyakit gastrointestinal, saluran kemih dan kelamin, dan berbagai
penyakit infeksi lainnya. Pada penderita wanita harus ditanyakan
mengenai riwayat ginekologisnya.
Gejala klinis lain adalah:
Keadaan umum penderita terlihat benar-benar sakit.
11
Suhu tubuh sedikit meningkat, dan akan semakin tinggi jika telah
terjadi perforasi.
Dehidrasi ringan sampai berat tergantung derajat sakitnya.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara hati-hati dan tidak
hanya terbatas pada daerah abdomen.
Pada penderita harus dilakukan pemeriksaan rektum (RT)
terlebih pada penderita dengan gambaran klinis yang tidak jelas.
Sedangkan pada penderita wanita harus dilakukan pemeriksaan
pelvik (VT).
Pada palpasi akan didapatkan nyeri pada titik McBurney di
kuadran kanan bawah abdomen (McBurney Sign).
Tanda lainnya adalah nyeri meningkat pada saat batuk (Dunphy
Sign).
Nyeri lepas didaptkan jika terdapat iritasi pada peritoneum
(Blumberg Sign), dan kadang-kadang ditemukan tanda-tanda
guarding (sikap penderita atau posisi yang diambil penderita
untuk melindungi bagian yang sakit).
Pada penderita apendisitis 35-45% diantaranya tidak
menunjukkan gejala-gejala yang klasik tersebut, terutama jika
apendik tersebut berlokasi ditempat yang tidak khas. Pada
penderita tersebut biasanya akan memiliki tanda-tanda khusus
yang dapat membantu menegakkan diagnosis, tanda-tanda
tersebut adalah:
Obturator sign, nyeri meningkat jika dilakukan
rotasi internal pada paha ( dijumpai pada apendicitis
pelvix )
Psoas sign, nyeri meningkat dengan melakukan
ekstensi pada paha kanan ( dijumpai pada apendicitis
retroperitoneal atau apendicitis retrosekal )
12
Pada perporasi apendik akan menyebabkan peritonitis purulenta
yang ditandai dengan:
Demam tinggi (rata-rata 38,3 0C).
Nyeri yang hebat serta meliputi seluruh perut.
Perut menjadi tegang dan kembung.
Nyeri tekan dan defans muskular di seluruh perut (mungkin
dengan pungtum maksimum diregio iliaka kanan).
Peristaltik usus menurun sampai hilang karena ileus paralitik,
kecuali abses diregio kanan, abses rongga peritoneum bisa
terjadi bila mana pus yang menyebar bisa dilokalisir disuatu
tempat.
Abses paling sering dirongga pelvik dan subdiafragma.
Peritonitis biasanya terjadi setelah 12 jam pertama penderita
mengalami apendiksitis akut.
PEMERIKSAAN FISIK(1,2,3,4,5,6,7,8)
Pemeriksaan fisik ditentukan oleh posisi anatomi apendiks yang
meradang.Tanda-tanda fisik tidak banyak berubah pada apendiksitis
yang tidak mengalami komplikasi.Peningkatan temperatur jarang lebih
dari 1 derajat.
Tekanan biasanya normal atau sedikit meningkat.Perubahan-
perubahan yang bermakna biasanya pada kasus yang mengalami
komplikasi atau diduga penyakit lain.
Penderita dengan apendiksitis lebih suka dengan posisi supine dan
tungkai kanan ditekuk untuk mengurangi rasa sakit.Jika pasien disuruh
13
bergerak maka pasien akan bergerak dengan hati-hati karena gerakan
lain bisa menimbulkan rasa nyeri.
Nyeri kanan bawah merupakan tanda yang sering dijumpai pada
peradangan apendiks.Nyeri tekan yang maksimal yaitu 1/3 lateral dari
garis yang ditarik dari Sias ke Umbilikus.
Rovsing Sign adalah nyeri perut kanan bawah apabila dilakukan
palpasi pada perut kiri bawah.Ini juga menandakan adanya ransangan
peritoneal.hiperestesia pada kulit, pada daerah dipersyarafi T10,T11,
dan T12 tidak selalu menyertai keadaan apendiksitis akut yang sering
terjadi.Untuk memeriksa hiperestesia tersebut dapat dilakukan dengan
merangsang dengan jarum.Defans muscular pada palpasi dari dinding
abdomen sesuai dengan derajat inflamasi.Iritasi ransangan peritoneal
yang berlanjut meningkatkan spasme otot dan tidak menimbulkan
gerakan involunter.
Psoas Sign menandakan adanya focus iritasi pada proximal dari otot
tersebut,dilakukan dengan mengekstensikan tungkai kanan sehingga
menimbulkan peregangan pada otot ileopsoas.Disebut positif jika
timbul nyeri.
Obturator Sign adalah nyeri pada hipogastrika yaitu pada peregangan
musculus obtirator internus juga mengindikasikan adanya iritasi pada
lokasi tersebut,testnya dilakukan secara pasif memfleksikan tungkai
kanan dan kemudian dilakukan internal rotasi.
14
LABORATORIUM(1,2,3,4,5,6,7,8)
1. Pemeriksaan Darah :
Leukositosis dijumpai 10.000- 12.000/mm3 dengan PMN yang
dominan.Ini adalah suatu indikasi daripada apendiksitis akut
yang tidak mengalami komplikasi .Jika leukosit lebih dari
18.000 /mm3 atau jika shift to the left (PMN) dijumpai berarti
mengalami perforasi.
2. Pemeriksaan Urine
Sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih
dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter
atau vesika urinaria.
3. Radiologi
- Foto polos abdomen dikerjakan apabila dari hasil
pemeriksaan riwayat sakit dan pemeriksaan fisik
meragukan.
- Tanda – tanda peritonitis kuadran kanan bawah.Gambaran
terselubung mungkin terlihat “Ileal atau caecal Ileus”.
- Patognomik bila terlihat gambaran fecalit.
- Foto polos pada apendiksitis perforasi :
a. Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat
tidak terbatas di kuadaran kanan bawah.
b. Penebalan dinding usus disekitar letak apendiks,
seperti sekum dan ileum.
15
c. Garis lemak praperitoneal menghilang.
d. Scoliasis kekanan
e. Tanda- tanda obstruksi usus seperti garis –garis
permukaan cairan akibat paralysis usus-usus lokal
didaerah proses infeksi.
4. C-reaktif protein
C-reaktif protein akan dihasilkan oleh sel hepar saat terjadi
infeksi bakteri dan meningkat dengan cepat dalam 12 jam
pertama.
C-reaktif protein meningkat lebih dari 1mg/dL pada
penderita apendiksitis.
DIAGNOSA BANDING(1,2,3,4,5,6,7)
1. Gastroenteritis
2. Demam Dengue
3. Limfadenitis Mesentrika
4. Gangguan Alat Kelamin Wanita (misalnya folikel yang pecah)
5. Infeksi Panggul (salfingitis, PID)
6. Kehamilan Ektopik Terganggu
7. Kista Ovarium Terpuntir
8. Endometriosis Eksrerna
- Urolitiasis pielum / ureter kanan
- Penyakit lain (divertikulitis meckel, perforasi tukak
duodenum atau lambung, kolesistis akut, pankreatitis,
diverkulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon,
16
demam tipoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel
apendiks).
KOMPLIKASI(1,2,3,4,5,6,7,8)
Komplikasi apendiks akut adalah :
1. Perforasi
Perforasi sering diagnosa dengan adanya nyeri dan demam yang
tinggi yaitu diantara 38,3 derajat celcius.Inflamasi akut pada
apendiks sampai terjadinya perforasi terjadi dalam 12 jam
pertama.
2. Peritonitis
Secara makroskopik, peritonitis yang terlokalisir dijumpai dengan
adanya ganggren apendiks.Keadaan peritonitis biasanya
dinyatakan secara tidak lansung pada cavitas peritoneum yang
luas.bertambahnya nyeri tekan dan otot yang kaku,distensi
abdominal,dan gerakan ileus yang berkurang (peristaltic
menurun) didapati pada pasien peritonitis.
3. Massa Periapendikular
Masa apendiks terjadi bila apendiksitis gangrenosa atau
mikroperforasi ditutupi pendindingan oleh omentum daun atau
lekuk usus.Pada masa periapendikular yang pendindingannya
belum sempurna,dapat terjadi penyebaran pus keseluruh rongga
peritoneum jika perforasi diikuti peritonitis purulenta
17
generalisata.Oleh karena itu, di sarankan masa periapendikular
yang masih mobil dioperasi segera untuk mencegah penyulit
tersebut.
Bila terjadi perforasi akan terbentuk abses apendiks.Hal ini
ditandai dengan kenaikan suhu dan frekuensi
nadi ,bertambahnya nyeri ,dan pembengkakan massa,serta
bertambahnya kenaikan leukosit.
4. Pylephlebitis.
Pylephlebitis adalah tromboblebitis supurativa dari sistim vena
porta.Dijumpai dengan adanya menggigil,demam tinggi,joundice
dari yang ringan sampai yang berat.Abses hepar adalah tanda
khas dari keburukan pylephlebitis.Ct scan adalah cara yang
terbaik untuk mendeteksi trombosis dan gas didalam vena porta.
PENATALAKSANAAN(1,2,3,4,5,6,7,8)
1. Pasien dipuasakan
2. Bed rest dengan posisi semi fowler medium
3. Pemasangan NGT
4. Perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infus
(koreksi cairan dan elektrolit, transfusi bila diperlukan)
5. Penanganan syok septik bila ada
6. Antibiotika umum kuman gram negatif dan positif serta
kuman anaerob (sebelum dilakukan kultur kuman)
7. pasang NGT, dipasang sebelum melakukan tindakan
pembedahan, pembedahan dilakukan jika rehidrasi dan usaha
18
penurunan suhu tubuh telah tercapai, suhu tubuh tidak melebihi
380C, produksi urin 1-2 ml/kgBB/jam, nadi dibawah 120 x/1`
8. Pada saat pembedahan dilakukan teknik insisi yang
panjang, supaya dapat dilakukan pencucian rongga peritoneum
dari pus maupun pengeluaran fibrin secara adekuat (dilakukan
dengan larutan saline)
9. Dianjurkan pemasangan penyelir subfasia, kulit
dibiarkan terbuka untuk kemudian dijahit bila dipastikan tidak ada
infeksi. Pada anak tidak usah dipasang penyalir intraperitoneal
karena dapat menyebabkan komplikasi infeksi.
PROGNOSIS(1,2,3,4,5)
Pada pasien tanpa perforasi prognosa baik, sedangkan pada apendiksitis perforasi tingkat kematian adalah 1%. Pada penderita dengan usia lanjut tingkat kematian mencapai 5% dan pada anak-anak tingkat mortalitas adalah 1-4% akibat keterlambatan dalam mendiagnosis dan kesulitan dalam mendiagnosis dengan penyakit lain.
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan,tingkat
mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil.Keterlambatan
diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi
komplikasi.Serangan berulang dapat terjadi bila apendiks tidak
diangkat.Terminologi apendiksitis sebenarnya tidak ada.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Pieter J.Usus Halus,Apendiks,Kolon dan Anarektum ; Buku Ajar
Ilmu Bedah.Editor Syamsuhidajat R.,Jong WB. Edisi Revisi,EGC,
Jakarta 1997:P.865 – 875.
2. Mansjol A,Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwek Setio
Wulan,Bedah Digestif: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga,Jilid Kedua,Penerbit Media Aesculapius FKUI, Jakarta
2000 ; P. 307 – 310.
3. Schwartz I Seymour,Apendix Principles of Surgery, Sixth Edition,
Internatinal Edition, Schwartz Shires Spencer , P.1307 –1316.
4. Way W. Lawrence MD, Appendix : Current Surgical Diagnosis and
Treatment, Ten Edition, A.Large Medical Book, P.610 – 614.
5. Kartono D, Apendiksitis Akut: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Editor Reksopradjo S, Penerbit FKUI, Jakarta, 1995: 109-126.
6. Adam, Appendicitis, Internet: http:// www.emedisine/surg/topic
Treament Case Reviewed,Desember 29,2002.
7. Adam, Appendectomy Internet: http:// www.emedisine/surg/topic
Treament Case Reviewed,Desember 29,2002.
20
8. Santacrase L. Gagiardi S,Appendicits internet:http://
www.emedisine/surg/topic 1531 html,April 2,2002, VOL 3.
APENDICITIS AKUT
Paper ini dibuat sebagai syarat untuk Memenuhi Syarat Ujian Mid-Test Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Bedah Di RSU Dr. Pirngadi Medan
Fakultas kedokteran Universitas Baiturrahmah
Oleh
Ovri Aprianza95 310057
Desi Sofiana97 310013
Pembimbing
Dr.Robert F Siregar,Sp B
SMF ILMU BEDAH RSU Dr. PIRNGADI FAKULTAS KEDOKTERAN
21
UNIVERSITAS BAITURRAHMAHMEDAN
2004
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, penulis telah selesai
menyusun paper ini guna memenuhi syarat untuk ujian nilai agar mid-
test Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul “appendicitis akut”.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Dr.Robert F Siregar,Sp B atas kesediaan beliau
membimbing dalam penulisan paper ini.
Bahwasanya hasil usaha penyusunan paper ini masih banyak
kekurangan tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan
yang ada pada penulis. Kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan guna perbaikan penyusunaan paper lain
dikemudian kesempatan.
Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dalam
menambah pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam
mengimplementasikan penatalaksanaan kasus bedah di masyarakat.
Medan, April 2004
22
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
……………………………………………………………………………………….
. i
Daftar Isi
………………………………………………………………………………………
……….. . ii
Pendahuluan
………………………………………………………………………………………………
1
Definisi.....................................................................................................
...... 1
Epidemiologi……………………………………………………………………………
…………………. 2
Etiologi……………………………………………………………………………………
………………….. 3
Patofisiologi……………………………………………………………………………
…………………. 4
Gambaran
Klinis………………………………………………………………………………
………... 5
Diagnosis…………………………………………………………………………………
…………………. 6
Terapi……………………………………………………………………………………
……………………. 7
Prognosis…………………………………………………………………………………
…………………. 8
23
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………
……………. 10
9.
24