7
Aplikasi dan potensi geologi daerah Kalimantan Pembentukkan basement dari Cekungan- cekungan di Pulau Kalimantan ini berupa bagian continental dari Lempeng Eurasia. Lempeng ini bersifat granitik, sehingga mampu berkembang menjadi cekungan yang potensial. Potensi hidrokarbon yang ada akan sangat membantu dalam melakukan kegiatan eksplorasi ke depannya dan menentukan sistem minyak dan gas bumi yang akan terbentuk. Batuan dasar cekungan ini terbentuk pada Pra Tersier, namun batuan pengisi tertuanya berumur Eosen tengah. Batuan sumber terbentuk pada saat fase pemekaran. Cekungan pada daerah Kalimantan Geologinya memiliki aspek potensi adanya akumulasi Hidrokarbon, potensi Batubara dan terdapat juga potensi mineral ekonomis. Kalimantan merupakan pulau yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah, salah satunya adalah kaya akan endapan mineral berat yang hampir tersebar di keseluruhan daerah Kalimantan. Salah satu daerah di Kalimantan yang berpotensi menghasilkan endapan mineral berat ekonomis adalah Propinsi Kalimantan Barat. Endapan letakan adalah suatu endapan mineral-mineral berat yang terkonsentrasi bersama-sama dengan material endapan sedimen (Roob, 2005). Mineral berat adalah mineral yang dikelompokkan berdasarkan dari berat jenisnya yang lebih dari 2,89 gr/cm3 (Carver, 1971

Aplikasi Dan Potensi Geologi Daerah Kalimantan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tukeran

Citation preview

Aplikasi dan potensi geologi daerah KalimantanPembentukkan basement dari Cekungan- cekungan di Pulau Kalimantan ini berupa bagian continental dari Lempeng Eurasia. Lempeng ini bersifat granitik, sehingga mampu berkembang menjadi cekungan yang potensial. Potensi hidrokarbon yang ada akan sangat membantu dalam melakukan kegiatan eksplorasi ke depannya dan menentukan sistem minyak dan gas bumi yang akan terbentuk. Batuan dasar cekungan ini terbentuk pada Pra Tersier, namun batuan pengisi tertuanya berumur Eosen tengah. Batuan sumber terbentuk pada saat fase pemekaran. Cekungan pada daerah Kalimantan Geologinya memiliki aspek potensi adanya akumulasi Hidrokarbon, potensi Batubara dan terdapat juga potensi mineral ekonomis. Kalimantan merupakan pulau yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah, salah satunya adalah kaya akan endapan mineral berat yang hampir tersebar di keseluruhan daerah Kalimantan. Salah satu daerah di Kalimantan yang berpotensi menghasilkan endapan mineral berat ekonomis adalah Propinsi Kalimantan Barat. Endapan letakan adalah suatu endapan mineral-mineral berat yang terkonsentrasi bersama-sama dengan material endapan sedimen (Roob, 2005). Mineral berat adalah mineral yang dikelompokkan berdasarkan dari berat jenisnya yang lebih dari 2,89 gr/cm3 (Carver, 1971 dalam Panggabean., 2011). Endapan mineral berat sering juga disebut endapan mineral ekonomis karena memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Mineral berat pada umumnya merupakan mineral silikat dan oksida yang resisten terhadap pelapukan. Endapan mineral ekonomis dapat dihasilkan melalui berbagai macam tipe endapan, salah satu tipe endapan yang dapat menghasilkan endapan mineral ekonomis adalah endapan tipe letakan. Endapan letakan secara fisik umumnya terakumulasi oleh proses sungai dan laut (Setiadi dan Aryanto, 2009). Menurut Suwarna dkk. (1993) daerah Singkawang merupakan daerah yang memiliki endapan mineral ekonomis seperti emas, tembaga, timbal, seng, molibdenit, mangan, sinabar, bauksit, kaolin dan kasiterit. Pada potensi selain emas potensi uranium yang diperkirakan berasosiasi bersama bijih emas yang terdapat pada batuan beku asam seperti granit pada daerah Pegunungan Schwanner. Selain itu Bauksit, Mangan, Nikel juga terdapat pada Provinsi Kalimantan Barat yang juga merupakan bagian dari pegunungan Schwanner. Kromit pada Provinsi Kalimantan Selatan, dan Perak yang telah diekspolarasi pada daerah Kutai Timur, Kalimantan Timur . Sumber data (http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id/).Selain emas dan logam dasar, zirkon merupakan salah satu jenis mineral berat yang keberadaannya sangat penting dalam berbagai industri, khususnya industri di bidang energi nuklir. Mineral zirkon ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dalam pembuatan selongsong nuklir dikarenakan mineral ini memiliki titik lebur yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 2000 C. Kalimantan Barat terdapat indikasi keberadaan mineral zirkon yang berasosisasi dengan emas atau intan yang terkandung dalam endapan letakan di Kalimantan. Endapan letakan merupakan endapan letakan hasil proses fluviatil. Mineral-mineral zirkon yang terkandung pada endapan letakan dimungkinkan berasal dari pelapukan batuan beku dari seri kalk-alkali hingga alkali (granit, granodiorit, tonalit dan monzonit. Pembentukan mineral-mineral ekonomis tersebut dikontrol oleh Struktur geologi contohnya berupa gawir sesar terdapat di hulu Sungai Jenaham dengan kedudukan N 250E/80 pada batuan granodiorit , Kekar-kekar berarah N 350E-N 20E kemiringan 70 80 , umumnya berkembang pada batuan granodiorit yang tersingkap di Sungai Jenaham dan Sungai Bulu. Selain itu di daerah Sungai Riam berkembang kekar-kekar berarah N 140 E, N 260 E, N 215 E, N 220 E, kemiringan 70 85 . Dan juga proses alterasi yaitu ubahan yang dijumpai adalah: argilitisasi, filik-argilik dan limonitik-argilik. Ubahan argilitisasi terjadi pada batuan granodiorit yang dijumpai pada saprolit paritan di hulu S. Jenaham. Selain itu juga dijumpai ubahan sekunder yang dipengaruhi oleh proses pelapukan, oksidasi membentuk zona limonitik-oksidasi (kaolinitisasi-argilik) dari batuan granodiorit. Batuan granodiorit dan diorit diindetifikasikan sebagaiheat sourceatau sumber panas yang mengakibatkan terjadinya proses hidrotermal, dimana magma menerobos batuan melalui celah-celah patahan pada kondisi temperatur dan tekanan tertentu mengakibatkan terbentuknya zona ubahan yang luas pada batuan samping. Sedangkan rekahan-rekahan dan patahan geserdextraldansinistral berperan sebagaichannel waydari sistem pembentukan mineralisasiubahan hidrotermal. Berdasarkan deskripsi bukaan paritan di hulu Sungai Jenaham, pada paritan I zona limonitik granodiorit, saprolit terdapat pada kedalaman 3,3 m. Pada paritan II, lapisan saprolit teroksidasi/limonitik (kedalaman 1,2 1,7m), zona saprolit-argilik dari granodiorit sangat lapuk (kedalaman 1,72,7 m), dapat dilihat pada Gambar.8. Hasil analisis kimia unsur dari conto batuan di daerah paritan S. Jenaham dan S. Pitunuan adalah: Au 5 38 ppb, Cu = 34 838 ppm, Mo = 4 32 ppm.Endapan Pb-Zn-Cu-Ag skarn ditemukan juga di Ruwai, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, kondisi fisika-kimia fluida yang berperan pada pembentukan endapan tersebut serta aspek geologi dominan yang mengontrol pembentukan endapan skarn di Ruwai adalah litologi berupa batugamping dan batulanau (dari napal?), serta struktur geologi berupa sesar geser timur laut-barat daya dan sesar naik arah N 70 E. Sesar naik tersebut juga menjadi kontak litologi antara batuan sedimen dan batuan vulkanik. Secara mineralogis, skarn pada Ruwai dibagi ke dalam dua kategori, yaitu mineral prograde yang dicirikan oleh garnet (andradit) dan klino-piroksen (wollastonit), serta mineral retrograde dicirikan oleh epidot, klorit, kalsit, dan serisit. Mineralisasi bijih dicirikan oleh sfalerit, galena, dan kalkopirit yang terbentuk pada tahap awal retrograde. Galena terkayakan oleh perak sampai 0,45 % berat dan bismuth sekitar 1% berat. Sulfida perak tidak teridentifikasi dalam tubuh bijih. Sumber daya terukur endapan ini sekitar 2.297.185 ton pada kadar rata-rata 14,98 % Zn 6,44% Pb, 2,49 % Cu, dan 370,87 g/t Ag. Tubuh bijih skarn terbentuk pada temperatur sedang, yaitu sekitar 250 - 266 C dengan salinitas relatif rendah 0,3 - 0,5 wt.% NaCl ekuiv., yang terbentuk pada tahap awal retrograde. Pada tahap akhir retrograde, endapan skarn berada pada temperatur rendah (190 - 220 C) dengan salinitas rendah (0,35 % berat NaCl ekuiv.). Temperatur dan salinitas rendah ini akibat adanya infiltrasi air meteorik pada tahap akhir pembentukan endapan skarn tersebut (Idrus dkk, 2011)Keberadaan laterit bauksit di Kalimantan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu berupa faktor geomorfologi, litologi dan struktur geologi. Berdasarkan faktor geomorfologinya, endapan bauksit terbentuk pada daerah yang berlereng sangat landai-sedang. Dilihat dari litologinya, bedrock yang dijumpai yaitu berupa granodiorit, gabro, dan gneiss. Struktur geologi sudah tidak dijumpai karena lokasi penelitian sudah mengalami pelapukan yang intensif. Berdasarkan analisis geokimianya, penampang laterit yang terdapat di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi zona clay/kong dan zona bauksit.

Sumber tambahan.Idrus, A, L.D. Setiadji. F.Thamba.2011. Geology and Characteristics of Pb-Zn-Cu-Ag-Skaren Deposit at Ruwai, Lamandau Regency, Central Kalimantan.http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=41http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id/geosain/neraca-mineral-strategis.php?mode=administrasihttp://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=248:inventarisasi-dan-evaluasi-bahan-galian-mineral-non-logam-di-daerah-kutai&catid=52:content-menu-utama&Itemid=285