30
APLIKASI KONSEP ERGONOMI DI INDUSTRI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Djoko Kustono, M.Pd. Oleh: Kelompok 5 S1 PTM OFF A1-MA 1. Hariyanto 110511427012 2. Rizqa Purnama Putra 110511406749 3. Trio Adi Wibowo 110511427017

Aplikasi Konsep Ergonomi Di Industri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

free

Citation preview

APLIKASI KONSEP ERGONOMI DI INDUSTRI

MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Djoko Kustono, M.Pd.

Oleh:Kelompok 5

S1 PTM OFF A1-MA

1. Hariyanto 1105114270122. Rizqa Purnama Putra 1105114067493. Trio Adi Wibowo 110511427017

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN2011

BAGIAN IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah

menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan

teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas

untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu, disisi lain akan terjadi dampak

negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin

timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi dan tidak akan ada risiko yang

mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan

terjadinya penyakit akibat kerja. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan

kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi

ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses

kerja, dan lingkungan kerja.

Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang

tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni

peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas

kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa

kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan yang berujung pada

produktivitas dan kualitas kerja. Artinya, pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi

dalam bekerja (lebih produktif dan berkualitas) ketika aspek keselamatan, kesehatan,

dan kenyamanan mereka lebih diperhatikan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa

pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana faktor

ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja

masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus audit sistem

manajemen K3. Ada ungkapan bahwa “without ergonomics, safety management is not

enough”. Sangat disayangkan apabila ergonomi sering disalah-artikan dan hanya

dikaitkan dengan aspek kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh

manusia. Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di

perusahaan – perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan sistem kerja

yang tidak ergonomi. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian antara pekerja dengan cara

kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan tempat kerja, atau menyangkut

pengaturan beban kerja yang tidak optimal.

2

B. MASALAH

Di Indonesia, penerapan konsep ergonomi pada para pekerja sangatlah minim,

kebanyakan hanya memikirkan hasil yang mereka raih tanpa mempertimbangkan

kemampuan dirinya sendiri sehingga penerapan konsep ergonomi sering diabaikan.

Padahal konsep ergonomi sangatlah penting agar produktivitas dan kemampuan pekerja

tetap bagus, yang nantinya juga akan menguntungkan pekerja itu sendiri. Untuk itu,

masalah yang nantinya akan dibahas sebagai berikut:

1. Pengertian Ergonomi dan Ruang Lingkup Ergonomi

2. Cakupan dari Ergonomi di Industri

3. Aplikasi Dan Penerapan Ergonomi

4. Tanda – Tanda Sistem Kerja Yang Tidak Ergonomi

5. Kaitan Ergonomi Dan Industri

6. Evaluasi Ergonomi

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Makalah ini dimaksud untuk membahas

aplikasi ergonomi di industri yang nantinya diharapkan pekerja akan mempunyai

motivasi yang tinggi dalam bekerja ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan

kenyamanan mereka lebih terperhatikan dan diutamakan sehingga terciptanya kondisi

yang lebih baik antara pekerja dan lingkungan pekerjaannya. Dengan adanya ergonomi

yang diterapkan dalam industri diharapkan mampu meningkatkan produktivitas para

pekerja.

3

BAGIAN II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ERGONOMI DAN RUANG LINGKUPNNYA

Egonomi sering disebut Human Factor Engineering, suatu ilmu yang mengatur

bagaimana manusia bekerja. (http://www.angkasa-online.com/09/12/cakra/cakra1.htm).

Ergonomi atau Ergonomic (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani

yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi

mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa Ergonomi adalah ilmu

serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan

terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi

yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin (Nurmianto,

1996). Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan pekerjaan-

pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia, sistem orang dan mesin, peralatan yang

dipakai manusia agar dapat dijalankan dengan cara yang paling efektif termasuk alat –

alat peragaan untuk memberi informasi kepada manusia. (Sutalaksana :"Teknik Tata

Cara Kerja”).

Perhatian utama ergonomi adalah pada efisiensi yang diukur berdasarkan pada

kecepatan dan ketelitian performance manusia dalam penggunaan alat. Faktor

keamanan dan kenyamanan bagi pekerja telah tercakup di dalam pengertian efisiensi

tersebut. (Wesley E Woodson, 1991). Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang

sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat manusia, kemampuan

manusia dan keterbatasannya untuk merancang suatu sistem kerja yang baik agar tujuan

dapat dicapaidengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979).

Sedangkan Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:

- Teknik

- Pengalaman psikis

- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan

persendian.

- Anthropometri

- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh dan aktivitas otot.

4

B. CAKUPAN DARI ERGONOMI DI INDUSTRI

Ruang lingkup ergonomi yang mencangkup antara pekerja dan lingkungan yang

ada di industry, salah satunya Penerapan ilmu pengetahuan yang berkaitan kinerja

manusia (fisiologi, psikologi, dan industri rekayasa) memperbaiki sistem kerja, yang

terdiri dari orang tersebut, pekerjaan, alat dan peralatan, tempat kerja dan ruang kerja,

dan lingkungan sekitarnya.

Desain, modifikasi, penggantian dan pemeliharaan peralatan untuk meningkatkan

produktivitas dan kualitas produk.

Desain dan modifikasi ruang kerja serta tata letak tempat kerja untuk kemudahan dan

kecepatan operasi, pelayanan dan pemeliharaan.

Desain dan modifikasi metode kerja, termasuk otomatisasi dan alokasi tugas antara

operator (manusia) dan mesin.

Perancangan kondisi lingkungan fisik kerja yang mampu memberikan kenyamanan,

keamanan/keselamatan dan kesehatan kerja bagi manusia untuk meningkatkan

motivasi kerja, kualitas lingkungan kerja dan produktivitas.

Faktor fisik dari lingkungan kerja:

1. Kebisingan: 85 dBA.

2. Iklim Kerja: suhu kering (24-26 oC), suhu basah (21-30 oC), Kelembaban (65-

95 %).

3. Getaran: 4-5 Hz untuk organ perut dan tulang belakang sedangkan 40-80 Hz

untuk ketajaman mata.

C. APLIKASI DAN PENERAPAN ERGONOMI

1. Posisi Kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki

tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan

posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara

seimbang pada dua kaki.

a. Posisi Kerja Duduk

Keuntungan:

1. Mengurangi kelelahan pada kaki.

2. Terhindarnya sikap yg tidak alamiah.

3. Berkurangnya pemakaian energi.

Gambar a: Gambar Disamping Posisi Kerja Duduk

5

Kerugian:

1. Melembeknya otot perut.

2. Melengkungnya punggung.

3. Efek buruk bagi organ bagian dalam.

b. Posisi Kerja Berdiri

Keuntungan: Otot perut tidak kendor,

sehingga vertebra (ruas tulang belakang)

tidak rusak bila mengalami pembebanan.

Kerugian: Otot kaki cepat lelah.

Gambar b: Posisi Kerja Berdiri

c. Posisi Kerja Duduk - Berdiri

Posisi Duduk - Berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis dimana

tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan

dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus.

6

Gambar: Posisi Kerja Duduk-

Berdiri

2. Proses Kerja. Para pekerja

dapat menjangkau peralatan

kerja sesuai dengan posisi

7

waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran

anthropometri barat dan timur.

Gambar: Jangkauan

3. Tata letak tempat kerja. Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas

kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional harus lebih banyak

digunakan daripada hanya kata-kata saja.

Gambar: Tata Letak Tempat Kerja antara yang Ergonomis dan yang Tidak Ergonomis

4. Mengangkat beban. Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan

kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat

8

menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan

yang berlebihan. Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO

sebagai berikut:

a) Organisasi kerja

Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:

- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun.

- Frekuensi pergerakan diminimalisir.

- Jarak mengangkat beban dikurangi.

- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat

tidak terlalu tinggi.

- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

b) Metode mengangkat beban

Semua pekerja harus diajarkan

bagaimana cara mengangkat

beban yang baik. Metode kinetik

dari pedoman penanganan harus

dipakai yang didasarkan pada dua

prinsip :

- Otot lengan lebih banyak

digunakan dari pada otot

punggung.

- Untuk memulai gerakan

horizontal maka digunakan

momentum berat badan. Gambar: Cara Mengangkat Beban

Prinsip kerja mengangkat beban:

- Posisi kaki yang benar.

9

DeskripsiTingkat Dewasa Tingkat Muda

Pria (Kg) Wanita (Kg) Pria (Kg) Wanita (Kg)

Sekali-sekali 40 15 15 10-12

Terus-menerus 15-18 10 10-15 6-9

- Punggung kuat dan kekar.

- Posisi lengan dekat dengan tubuh.

- Mengangkat dengan benar.

- Menggunakan berat badan.

c) Supervisi medis

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.

- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya

- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan

mendeteksi bila ada kelainan.

- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita

muda dan yang sudah berumur.

D. TANDA – TANDA SISTEM KERJA YANG TIDAK ERGONOMI

1. Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan.

2. Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan.

3. Pekerja sering melakukan kesalahan (human error).

4. Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau

pinggang.

5. Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja.

6. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang.

7. Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok.

8. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup.

9. Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan.

10. Komitmen kerja yang rendah.

11. Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap

kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan.

E.KAITAN ERGONOMI DAN INDUSTRI

ENASE yaitu Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, Efisien masing-masing orang.

Efektif : bekerja dengan efektif sehingga target terpenuhi

Nyaman : pekerja tidak gampang lelah

Aman : timbul rasa aman dan tidak was-was dalam bekerja

Sehat : kondisi dimana karyawan merasa tidak sakit

Efisien : bekerja dengan gerakan, usaha, waktu dan kelelahan yang sedikit

10

mungkin.

Konsep ENASE dalam kaitan dengan ergonomi menciptakan metode,

lingkungan dan peralatan kerja yang mampu menstimulasi ENASE sesuai dengan

pekerjaan. Jadi ENASE merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam implementasi

ergonomi. ENASE tidak hanya dirasakan oleh fisik pekerja tetapi juga dapat dirasakan

secara psikologis juga. Tubuh manusia apabila dibebani kerja secara terus menerus

(dalam keadaan statis) akan menimbulkan rasa lelah dan bisa jadi berkembang menjadi

rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu.

Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk menga-

lami beberapa keluhan antara lain :

1.Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya

membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa barang, pengantar

barang & penerjun payung.

2.Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja bangku,

bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul keranjang,

datarnya telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.

3.Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon

para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada pemoles kaca,

pemain piano dan tukang kayu.

4.Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang

kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan buku, pemotong kaca, dan

pengendara sepeda.

Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative Trauma

Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini muncul karena

terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan

cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit.

Trauma pada jaringan timbul karena:

Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.

Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.

Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.

Contoh-contoh dari CTD:

Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).

Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang).

11

Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).

Carpal Tunnel Syndrome

Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).

White finger (pembuluh darah di jari rusak).

Gambar: Contoh-Contoh dari CTD

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut diatas yaitu:

1. Lingkungan kerja

2. Penerangan/cahaya

3. Temperatur/suhu udara

4. Kelembaban

12

5. Sirkulasi udara

6. Musik

7.Kebisingan

8. Keamanan

9. Getaran mekanis

10. Bau tidak sedap

11. Tata warna

12. Dekorasi

Pencegahan terhadap kelelahan akibat kerja:

Menggunakan secara benar waktu istirahat kerja.

Melakukan koordinasi yang baik antara pimpinan dan karyawan.

Mengusahakan kondisi lingkungan kerja sehat, aman, nyaman dan selamat.

Mengusahakan sarana kerja yangg ergonomis.

Memberikan kesejahteraan dan perhatian yang memadai.

Merencanakan rekreasi bagi seluruh karyawan.

F. EVALUASI ERGONOMI

Berdasarkan Antropometri, Biomekanika, Fisiologi Kerja, Pencegahan dan Pengen-

dalian Bahaya.

Dengan diterapkannya ergonomi, sistem kerja dapat menjadi lebih produktif dan

efisien. Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelom-

pokkan dalam beberapa bidang penelitian, yaitu:

- Antropometri

- Biomekanika

- Fisiologi

- Pencegahan dan Pengendalian Bahaya

1. Antropometri

Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran dimensi

tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang relevan dengan

perancangan alat-alat/benda-benda yang digunakan manusia.Antropometri dibagi

atas dua bagian utama, yaitu:

a) Antropometri Statis (struktural). Pengukuran manusia pada posisi diam, dan

linier

permukaan tubuh.

b) Antropometri Dinamis (fungsional). Yang dimaksud dengan antropometri

dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan

bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat

13

pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.

Yang sering disebut sebagai antropometri rekayasa adalah aplikasi dari

kedua bagian utama di atas untuk merancang workspace dan

peralatan.Permasalahan variasi dimensi antropometri seringkali menjadi faktor

dalam menghasilkan rancangan sistem kerja yang “fit” untuk pengguna. Dimensi

tubuh manusia itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang harus menjadi

salah satu pertimbangan dalam menentukan sampel data yang akan diambil.

Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Umur. Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar

20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang

setelah 60 tahun.

2. Jenis kelamin. Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar

kecuali bagian dada dan pinggul.

3. Rumpun dan Suku Bangsa

4. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.

5. Kondisi waktu pengukuran.

Metode Perancangan dengan Antropometri (Antropometric Method)

terdapat dua pilihan dalam merancang sistem kerja berdasarkan data

antropometri, yaitu:

1. Sesuai dengan tubuh pekerja yang bersangkutan (perancangan individual) yang

terbaik secara ergonomi.

2. Sesuai dengan populasi pemakai/pekerja Perancangan untuk populasi sendiri

memiliki tiga pilihan yaitu:

a) Design for extreme individuals. c) Design for average.

b) Design for adjustable range.

14

Gambar: Antropometri Perempuan

15

Gambar: Antropometri Laki-Laki

2. Biomekanika

Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan

konsep-konsep mekanika untuk mendeskripsikan gerakan dan gaya pada berbagai

16

macam bagian tubuh ketika melakukan aktivitas. Faktor ini sangat berhubungan

dengan pekerjaan yang bersifat material handling, seperti pengangkatan dan

pemindahan secara manual, atau pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot

tubuh. Meskipun kemajuan teknologi telah banyak membantu aktivitas manusia,

namun tetap saja ada beberapa pekerjaan manual yang tidak dapat dihilangkan

dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan.

Pekerjaan ini membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar dalam durasi

waktu kerja tertentu, misalnya penanganan atau pemindahan material secara

manual. Usaha fisik ini banyak mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low

back pain, yang menjadi isu besar di negara-negara industri belakangan ini.

3. Fisiologi

Pengukuran Konsumsi Energi

Secara garis besar, kegiatan-kegiatan kerja manusia dapat digolongkan

menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Pemisahan ini tidak dapat

dilakukan secara sempurna, karena terdapat hubungan yang erat antara satu

dengan lainnya. Apabila dilihat dari energi yang dikeluarkan, kerja mental

murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi dibandingkan kerja fisik. Kerja

fisik akan mengakibatkan perubahan pada fungsi alat-alat tubuh, yang dapat

dideteksi melalui perubahan :

a) Konsumsi oksigen.

b) Denyut jantung.

c) Pengeluaran Energi.

d) Peredaran udara dalam

paru-paru.

e) Temperatur tubuh.

f) Konsentrasi asam laktat dalam darah.

g) Komposisi kimia dalam darah & air seni.

h) Tingkat penguapan, dan faktor lainnya.

Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat

dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu bekerja biasanya

ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran :

a) Kecepatan denyut jantung

b) Konsumsi oksigen

Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dan

pokok, baik dalam penelitian lapangan maupun dalam penelitian laboratorium.

17

Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks

kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan

antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan

denyut jantung pada saat istirahat. (Widyasmara, 2007).

Pengukuran Beban Psikologis

Aspek psikologi dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap saat.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan psikologi tersebut.

Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri pekerja (internal) atau dari

luar diri pekerja/lingkungan (eksternal). Baik factor internal maupun eksternal

sulit untuk dilihat secara kasat mata, sehingga dalam pengamatan hanya dilihat

dari hasil pekerjaan atau faktor yang dapat diukur secara objektif, atau pun dari

tingkah laku dan penuturan pekerja sendiri yang dapat diidentifikasikan.

Pengukuran beban psikologi dapat dilakukan dengan :

Pengukuran beban psikologi secara objektif

a. Pengukuran denyut jantung.

Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan

meningkatnya level pembebanan kerja.

b. Pengukuran waktu kedipan mata.

Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi

dengan kedipan mata yang lebih sedikit, dan durasi kedipan lebih

pendek.

c. Pengukuran dengan metoda lain.

Pengukuran dilakukan dengan alat flicker, berupa alat yang memiliki

sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat hingga pada suatu

saat sulit untuk diikuti oleh mata biasa.

4. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya

Menghilangkan, mengurangi, atau mengontrol adanya faktor resiko.

1. Pengendalian secara Teknik

2. Pengendalian secara Administrasi

3. Desain Kantor Kerja

4. Pelatihan

1. Pengendalian secara Teknik

18

Teknik kontrol adalah mekanisme yang lebih disukai untuk

mengendalikan bahaya ergonomis. Ini mungkin memerlukan merancang

ulang stasiun kerja, metode kerja, dan alat untuk mengurangi tuntutan

pekerjaan, seperti tenaga, pengulangan, dan posisi yang aneh. Seperti pada

gambar dibawah ini salah satu cara dalam bekerja secara ergonomis dengan

cara pengadaan suatu alat (yaitu berupa tempat duduk/kursi seperti yang

ditunjukkan gambar dibawah ini).

Gambar: Bekerja secara Ergonomis (kiri) dan Tidak Ergonomis (kanan)

2. Pengendalian secara Administrasi

- Penggantian personil untuk berbagai macam pekerjaan dengan persyaratan

fisik yang berbeda.

- Membuat jadwal kerja / jadwal istirahat istirahat.

- Pelatihan personil untuk menggunakan metode kerja yang sesuai / cocok.

3. Desain Kantor Kerja. Kantor kerja harus mudah disesuaikan untuk

mengakomodasi pekerja dalam melakukan tugas.

4. Pelatihan

-Pelatihan harus memungkinkan setiap orang untuk mengenali faktor risiko

dan memahami prosedur yang digunakan untuk meminimalkan resiko.

19

-Pelatihan penyegaran harus disediakan setiap tahun dan pelatihan ulang

harus dilakukan ketika personil ditugaskan ke pekerjaan baru dengan risiko

yang berbeda, atau risiko baru ditemukan.

BAGIAN III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam

keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai

tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua

pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang

bertanggung jawab jawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai

peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin kerjasama

lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

2. Resiko ergonomi yang menyebabkan kecelakaan kerja kebanyakan disebabkan oleh

faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak manajemen, karena pekerja tidak hati hati

atau mereka tidak mengindahkan peraturan kerja yang telah di buat oleh pihak

manajemen. Sedangkan faktor penyebab yang di timbulkan dari pihak manajemen,

biasanya tidak adanya alat alat keselamatan kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat

oleh pihak manajemen masih belum mempertimbangkan segi ergonominya.

B. SARAN

Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap perusahaan harus

melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai sejauh mana kecocokan rancangan

sistem kerja yang ada (termasuk pekerjaan itu sendiri) dengan para pekerjanya. Unsur-

unsur sistem kerja yang dinilai meliputi mesin dan alat, material, metode kerja,

lingkungan fisik (pencahayaan, termal, kebisingan), tata letak komponen dan ruang

kerja (workplace and workspace). Evaluasi ergonomi ini penting terlepas dari apa pun

20

bentuk perusahaan tersebut, mulai dari industri manufaktur, industri jasa, ataupun

industri proses.

DAFTAR RUJUKAN

Atkinson, A B, 1971. "Capital Taxes, the Redistribution of Wealth and Individual

Savings". Review of Economic Studies, Blackwell Publishing, vol. 38 (114), pages

209 227, April.

Bailey, Robert.W, 1982. Human Performance Engineering,.A Guide for System

Designers: Prentice Hall.

Fitrihana, Nor. 2009. ”Tentang Ergonomi”.(Online),(http://batikyogya.wordpress.com/-

2007/08/16/tentang-ergonomi/), diakses 10 September 2011

Fathan, 2008, “Kuliah Ergonomic Dan Produktivitas”. (Online),(

http://kesabaran.multiply.

com/reviews/item/3),diakses 10 September 2011

International Labour Office Geneva, (1989), Pencegahan Kecelakaan Kerja, Jakarta : PT.

Pustaka Binaman Pressindo.

Khalifa, 2004, “Ergonomi Pusat Kesehatan Kerja Depatemen Kesehatan RI. Pdf, 11

September 2011

Kusuma Wardani, Laksmi, 2006 “Evaluasi Ergonomic Dalam Perancangan Desain”,

Evaluasi. Pdf, diakses 11 September 2011

Manuaba, A,1998 “Penerapan ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia Dan Produktivitas”. Bunga Rampai ergonomi Vol.1

Ninyo, 2008, “Sekilas Tentang Ergonomic”. (Online), (

http://pinginpintar.com/?tag=ergono

mi), diakses 10 September 2011

Nurmianto, Eko.,1996,” Ergonomi, Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Edisi Pertama”,

21

Jakarta,

Guna Widya

Suardi, Bambang, 2008, “Perancangan system kerja dan ergonomic di indutri jilid 2”

Direktorat pembinaan sekolah menengah kejuruan.

Yassierli, 2007, “Peningkatan Kinerja K3 Dengan Ergonomi”,(Online),

(http://www.ergoinstitute.com/index.php?option=com.content&task=view&id=12&-

Itemid=27), diakses 10 September 2011

Zuhair , 2009,”Perhimpunan Ergonomic Indonesia”, Yogyakarta. Andi offset.

22