8
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan perwujudan objek geografis yang akan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan kota yang bersifat dinamis berperan penting sebagai pusat aktifitas ekonomi, sosial, maupun budaya. Daerah perkotaan merupakan daerah yang didominasi oleh kegiatan non pertanian. Hal ini dicerminkan dengan sebagai tempat untuk permukiman perkotaaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang). Daya tarik akan ketersedianan kebutuhan hidup seperti ketersedian fasilitas- fasilitas yang diimbangi akan kemajuan teknologi, industri, dan trasportasi berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal dan menetap di kota. Sehingga daerah perkotaan mengalami laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat di setiap tahunnya. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk juga diiringi dengan meningkatnya kebutuhan ruang kota. Kebutuhan ruang kota tak lepas dari pengaruh eksistensi perkembangan kota. Menurut Herberst (1973) dalam Yunus (2015) mengemukakan bahwa eksistensi perkembangan perkotaan dapat ditinjau dari berbagai mantra. Salah satu diantaranya adalah mantra morfologi perkotaan yang menekankan pada aspek fisik perkotaan seperti dicerminkan dalam sistem jaringan jalan dan blok-blok bangunan. Adanya eksistensi kota berkaitan langsung dengan perkembangan fisik kota, khususnya perubahan penggunaan lahan. Faktor lain adanya hubungan erat antara pergerakan masyarakat kota, infrastruktur, dan tren ekonomi kota terhadap perubahan struktur ruang kota terkait dengan aspek tata guna lahan maupun fisik perkotaan (Chapin, 1985). Pada dasarnya ruang yang memiliki letak yang stategis dan produktif yang didukung dengan adanya aspek kedekatan, ketersediaan, dan kemudahan merupakan tempat yang cocok dijadikan pilihan untuk menjalani aktivitas komersial. Hal menarik lainnya adalah adanya peningkatan peruntukan lahan industri dan komersial. Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan alih fungsi lahan dari yang non terbangun menjadi lahan terbangun, serta APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJI PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DAN ARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMUR DESI ARISKA PUTRI Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157358/potongan/S1-2018-331201...berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157358/potongan/S1-2018-331201...berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan perwujudan objek geografis yang akan selalu mengalami

perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan kota yang bersifat dinamis

berperan penting sebagai pusat aktifitas ekonomi, sosial, maupun budaya. Daerah

perkotaan merupakan daerah yang didominasi oleh kegiatan non pertanian. Hal ini

dicerminkan dengan sebagai tempat untuk permukiman perkotaaan, pemusatan

dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi (Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang).

Daya tarik akan ketersedianan kebutuhan hidup seperti ketersedian fasilitas-

fasilitas yang diimbangi akan kemajuan teknologi, industri, dan trasportasi

berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal dan menetap di kota. Sehingga

daerah perkotaan mengalami laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat di

setiap tahunnya. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk juga diiringi dengan

meningkatnya kebutuhan ruang kota.

Kebutuhan ruang kota tak lepas dari pengaruh eksistensi perkembangan

kota. Menurut Herberst (1973) dalam Yunus (2015) mengemukakan bahwa

eksistensi perkembangan perkotaan dapat ditinjau dari berbagai mantra. Salah satu

diantaranya adalah mantra morfologi perkotaan yang menekankan pada aspek

fisik perkotaan seperti dicerminkan dalam sistem jaringan jalan dan blok-blok

bangunan. Adanya eksistensi kota berkaitan langsung dengan perkembangan fisik

kota, khususnya perubahan penggunaan lahan. Faktor lain adanya hubungan erat

antara pergerakan masyarakat kota, infrastruktur, dan tren ekonomi kota terhadap

perubahan struktur ruang kota terkait dengan aspek tata guna lahan maupun fisik

perkotaan (Chapin, 1985). Pada dasarnya ruang yang memiliki letak yang stategis

dan produktif yang didukung dengan adanya aspek kedekatan, ketersediaan, dan

kemudahan merupakan tempat yang cocok dijadikan pilihan untuk menjalani

aktivitas komersial. Hal menarik lainnya adalah adanya peningkatan peruntukan

lahan industri dan komersial. Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan

alih fungsi lahan dari yang non terbangun menjadi lahan terbangun, serta

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157358/potongan/S1-2018-331201...berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal

2

pemekaran daerah perkotaan ke daerah sekitarnya. Ini memberikan tantangan

yang cukup signifikan bagi pengembangan daerah perkotaan.

Salah satu kota di Indonesia yang merupakan hasil pemekaran yaitu Kota

Batu. Kota Batu terkenal akan komoditas penghasil buah apel dan sentral wisata.

Namun, tak hanya terkenal sebagai kota apel Kota Batu juga terkenal dengan

penghasil berbagai jenis komoditas pertanian lainnya. Maka untuk menunjang

pemerintah menyiapkan program pelayanan publik yaitu smart city. Smart city

merupakan konsep kota cerdas yang memanfaatkan teknologi informasi guna

membantu masyarakat dan pemerintah untuk mengelola sumberdaya alam yang

ada dengan lebih efisien. Program smart city di Kota Batu mengedepankan bidang

pertanian sebagai bentuk upaya dalam membantu meningkatkan kesejahteraan

para petani. Program smart city sudah dilaksanakan di Kota Batu pada awal tahun

2017 dan masih dalam tahap uji coba (humas.batukota.go.id).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2001

tentang Pembentukan Kota Batu bahwasannya Kota Batu sendiri merupakan hasil

pemekaran dari Kabupaten Malang yang sebelumnya merupakan bagian dari Sub

Satuan Wilayah Pengembangan 1 (SSWP 1) Malang Utara. Berada dalam

kesatuan Wilayah Metropolitan Malang, sehingga Kota Batu berperan sebagai

wilayah sub-urban dari Kota Malang. Lantas berpengaruh terhadap laju

pertumbuhan penduduknya. Perolehan hasil survei berdasarkan Badan Pusat

Statistik (BPS) jumlah penduduk Kota Batu mencapai sebesar 200.485 jiwa pada

tahun 2015 dan sebesar 202.319 jiwa pada tahun 2016. Dalam rentang waktu 1

tahun mulai dari tahun 2015 hingga 2016 mengalami peningkatan mencapai

sebesar 1.834 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan

sebesar 0,91 persen. Hal ini dibuktikan dengan informasi mengenai peningkatan

jumlah penduduk yang dapat dilihat pada Gambar 1.1.

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157358/potongan/S1-2018-331201...berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal

3

Gambar 1. 1 Jumlah Penduduk di Kota Batu Tahun 2000 – 2016

Sumber: BPS Kota Batu Tahun 2017

Laju pertumbuhan penduduk Kota Batu yang terus meningkat dengan

didukungan oleh adanya sektor wisata sehingga dapat berpotensi sebagai kota

besar. Berkembangnya pada sektor wisata yang menawarkan berbagai macam

objek wisata dengan nilai edukasi yang berkualitas serta anugerah akan

pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk khas pegunungan menambah

kota ini semakin menarik untuk dikunjungi. Banyaknya objek wisata yang

ditawarkan untuk dikunjungi, maka meningkatkan banyak wisatawan yang datang

ke Kota Batu. Akibatnya banyak penyedian jasa akomonasi yang tersedia mulai

dari hotel berbintang hingga home stay menjadi kebutuhan mutlak guna

menunjang kegiatan wisata selama di Kota Batu. Jumlah hotel dan usaha

akomodasi lainnya yang ada di Kota Batu pada tahun 2016 sebanyak 552 buah.

Dari sejumlah hotel yang ada terdapat hotel bintang sebanyak 14 buah, sedangkan

hotel non bintang sebanyak 538 buah. Selama tahun 2012 hingga tahun 2015

mengalami peningkatan sebanyak 79 buah dengan rentang waktu 4 tahun. Berikut

ini informasi grafik data jumlah hotel di Kota Batu dapat dilihat pada Gambar 1.2.

0

50000

100000

150000

200000

250000

2000 2010 2013 2014 2015 2016

Jiw

a

Tahun

Jumlah Penduduk di Kota Batu

Jumlah Penduduk

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157358/potongan/S1-2018-331201...berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal

4

Gambar 1. 2 Jumlah Hotel di Kota Batu

Sumber: BPS Kota Batu Tahun 2017

Seiring laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, menyebabkan

kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Selain itu berkembangnya sektor

wisata akan penyedian jasa akomodasi yang tidak terkontrol berdampak terhadap

permasalahan lingkungan yang komplek terkait dengan aspek keruangan. Akibat

interaksi antara tekanan penduduk terhadap lahan, dapat menimbulkan terjadinya

konversi penutup/penggunaan lahan.

Melihat potensi Kota Batu terhadap perkembangan kepariwisataan,

sehingga memberikan peluang besar terhadap perkembangan pariwisata sebagai

sentra wisata di Provinsi Jawa Timur. Dampak Kota Batu sebagai sentral wisata

memberikan perubahan visi dan misi Kota Batu untuk menjadikan Kota Batu

sebagai tujuan wisata utama di Provinsi Jawa timur, sehingga semenjak tahun

2012 Kota Batu mengubah visi daerah dari "Kota Sentra Pariwisata" menjadi

"Kota Kepariwisataan Internasional". Perubahan visi Kota Batu tersebut

mengandung makna adanya upaya pengembangan potensi dan perubahan orientasi

pengembangan daerah Kota Batu sebagai sentra pariwisata Jawa Timur dari

bertaraf nasional menjadi bertaraf internasional

Terjadinya konversi penutup/penggunaan lahan dapat berdampak terhadap

pertumbuhan kepadatan bangunan yang ditandai salah satunya adanya proses

ekspansi lahan terbangun (Suharyadi, 2011). Ekspansi lahan terbangun merupakan

420

440

460

480

500

520

540

560

2012 2013 2014 2015 2016

Bu

ah

Tahun

Jumlah Hotel di Kota Batu

Jumlah Hotel

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157358/potongan/S1-2018-331201...berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal

5

proses perubahan lahan non terbangun menjadi lahan terbangun. Ekspansi lahan

terbangun dapat berpengaruh khususnya pada perkembangan fisik daerah

perkotaan, dimana dengan pertambahan kepadatan bangunan secara horizontal

atau yang sering disebut dengan proses densifikasi bangunan. Proses densifikasi

bangunan merupakan salah satu bentuk interaksi adanya pertambahan penduduk

yang cenderung berdampak negatif, sehingga apabila terjadi secara terus menerus

dan tidak terarah akan mengganggu kenyamanan di daerah tersebut. Oleh karena

itu, perlu kajian perkembangan lahan terbangun di daerah perkotaan yang dapat

sebagai acuan dalam melakukan perencanaan, sehingga proses densifikasi

bangunan yang akan terjadi bisa terarah dan tidak mengganggu kenyamanan.

Kepadatan bangunan yang setiap tahun bertambah dan berubah secara dimanik

tentu saja perlu penanganan data secara maksimal, berkelanjutan, murah, dan

cepat untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang pertumbuahan kepadatan

bangunan.

Penginderaan jauh dapat digunakan untuk ekstraksi informasi

perkembangan lahan terbangun melalui analisis citra pada kajian penutup lahan

dengan perekaman dan cakupan wilayah yang berbeda-beda tergantung pada

resolusi spasial. Ekstraksi informasi dapat melalui analisis citra multitemporal,

dimana dibutuhkan adanya citra satelit time series (dengan rentang waktu yang

relatif sama atau sesuai dengan tingkat dan objek analisis perubahan yang akan

dilakukan). Atas dasar tersebut data citra dari satelit berbeda tahun dapat

digunakan dalam analisis perubahan penutup lahan. Selain itu dengan dukungan

periode perekaman dan kualitas citra yang baik, maka analisis perubahan penutup

lahan menunjukkan hasil yang lebih akurat. Oleh karena itu, penelitian ini

menganalisis perubahan perkembangan lahan terbangun berdasarkan informasi

dari citra satelit multitemporal dengan menggunakan Landsat 7 ETM+ dan

Landsat 8 OLI.

Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh tidak terlepas dari pemanfaatan

Sistem Informasi Geografis (SIG). Adapun fungsi utama SIG menurut Star dan

Ester (1990) terdiri dari mapping, measurement, monitoring, dan modeling. SIG

mampu mengetahui perkembangan lahan terbangun, diperlukan kajian berupa

mapping dan monitoring mengenai perkembangan lahan terbangun. Salah satu

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157358/potongan/S1-2018-331201...berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal

6

cara dalam mengkajinya perkembangan lahan terbangun dengan melakukan

klasifikasi multispektral yang bertujuan untuk mengkelaskan penutup lahan.

Klasifikasi multispektral adalah pengkelasan tiap objek pada citra berdasarkan

nilai spektralnya, karena tiap objek pada citra memberikan pola respon terhadap

panjang gelombang yang berbeda-beda. Klasifikasi multispektral yang dilakukan

ini didasarkan pada pengambilan sampel piksel murni (region of interest) sesuai

dengan penutup lahan yang terklasifikasi dan sebelum dilakukan klasifikasi

multispektral, citra tersebut harus sudah dikoreksi radiometrik dan geometrik.

Klasifikasi multispektral yang diterapkan hard classification, yaitu klasifikasi

multispektral yang diterapkan pada sebaran piksel, dimana satu piksel diberikan

label satu macam penutup lahan. Metode klasifikasi terselia (supervised) yang

digunakan yaitu maximum likelihood. Maximum likelihood mampu meminimalkan

kesalahan klasifikasi dengan mempertimbangkan nilai rata-rata dan keragaman

antarkelas dan antar saluran (konvariansi) (Lillesand, et. al., 2004).

1.2 Rumusan Masalah

Informasi penutup lahan merupakan salah satu informasi penting dalam

kegiatan perencanaan dan pembangunan suatu kota. Perkembangan zaman dari

waktu ke waktu mengakibatkan informasi kondisi penutup lahan mengalami

perubahan seiring dengan adanya aktifitas manusia. Berbagai upaya dalam

memperoleh informasi kondisi penutup lahan dapat dilakukan, salah satunya

dengan melakukan pemetaan penutup lahan. Proses pemetaan kondisi penutup

lahan perlu dimutakhirkan seiring adanya perubahan dari waktu ke waktu, dimana

dapat mewakili kondisi yang ada dilapangan pada waktu tersebut. Alternatif lain

yang dapat dimanfaatkan dengan memanfaatkan penginderaan jauh untuk

pemetaan penutup lahan dengan menggunkan citra satelit Landsat. Citra Landsat

memiliki potensi dalam ekstraksi penutup lahan sesuai kondisi permukaan bumi,

ketersediaan data citra satelit dalam periode perekaman yang relatif tersedia,

relatif mudah untuk didapatkan dengan mengunduh di situs resmi penyedian data

citra satelit Landsat (USGS) dan tidak dipungut biaya. Sensor yang digunakan

pada citra satelit Landsat dengan resolusi spasial 30 meter memiliki keunggulan

dalam interpretasi penutup lahan dengan skala menengah.

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157358/potongan/S1-2018-331201...berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal

7

Perubahan visi daerah Kota Batu tahun 2012 dari "Kota Sentra Pariwisata"

menjadi "Kota Kepariwisataan Internasional” mengakibatkan semakin

meningkatkan perkembangan lahan terbangun. Perubahan penutup lahan perlu

diketahui luas area perubahan penutup lahan supaya dapat terkontrol dalam

perencanaan perkembangan kota. Perkembangan kota yang semakin pesat dapat

berpengaruh terhadap lingkungan maupun manusia yang menempatinya.

Perembetan perkembangan khususnya fisik kota berdampak terhadap konversi

penutup lahan. Konversi penutup lahan ini maka berdampak terhadap kepadatan

bangunan sehingga menyebabkan terjadinya ekspansi lahan terbangun. Hal ini

mendorong untuk mengetahui luas area perubahan penutup lahan akibat terjadinya

ekspansi lahan terbangun.

Secara keruangan, karakteristik perkembangan lahan terbangun di Kota

Batu dapat diukur distribusi dengan berbagai cara seperti bentuk perkembangan

lahan terbangun, pola perkembangan lahan terbangun, kecepatan perkembangan

lahan terbangun, dan arah perkembangan lahan terbangun. Data karakteristik

perkembangan lahan terbangun sejauh ini direpresentasikan secara deskriptif

seperti dalam bentuk diagram dan tabel. Namu, dalam penelitian ini karakteristik

perkembangan lahan terbangun direpresentasikan dalam bentuk arah. Berdasarkan

hasil analisis karakteristik perkembangan lahan terbangun akhirnya dapat

diketahui persebaran distribusi perkembangan lahan terbangun yang dapat

merunjuk pada arah mana.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut maka dapat disusun pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1) Bagaimana akurasi citra satelit penginderaan jauh resolusi spasial

menengah dalam mengekstraksi perubahan penutup lahan yang terjadi di

Kota Batu?

2) Bagaimana luas perubahan penutup lahan di Kota Batu?

3) Bagaimana arah perkembangan lahan terbangun di Kota Batu?

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157358/potongan/S1-2018-331201...berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal

8

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1) Mengkaji akurasi citra satelit penginderaan jauh resolusi spasial menengah

untuk ekstraksi informasi penutup lahan mulai dari tahun 2001 hingga

tahun 2016 di Kota Batu.

2) Mengkaji luas perubahan penutup lahan di Kota Batu mulai dari tahun

2001 hingga tahun 2016.

3) Mengkaji arah perkembangan lahan terbangun di Kota Batu tahun 2016

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Memberikan informasi terkait perkembangan lahan terbangun di Kota

Batu.

2) Penerapan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam

mengetahui perkembangan lahan terbangun untuk meningkatkan

pemahaman tentang masa lalu dan tren sekarang.

3) Bahan pertimbangan pemerintah dalam perencanaan perkembangan daerah

dan sebagai masukan dalam mengontrol perkembangan lahan terbangun,

4) Bahan pertimbangan pemerintah dalam membuat keputusan jangka

panjang dan mengembangkan strategi untuk mengurangi masalah

perkotaan.

1.6 Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut :

1) Peta perubahan penutup lahan di Kota Batu tahun 2001 sampai dengan

tahun 2016 skala 1:100.000.

2) Tabel luasan perubahan penutup lahan di Kota Batu tahun 2001 sampai

dengan tahun 2016.

3) Peta arah perkembangan lahan terbangun di Kota Batu tahun 2016 skala

1:100.000.

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/