Upload
nikensulistyawati
View
663
Download
24
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENJELASAN OPERASI PLL SEDERHANA
Phase locked loop (PLL) adalah suatu rangkaian yang di dalamnya
terdapat suatu sinyal referensi eksternal untuk mengatur frekuensi dan phase
dari suatu oscillator dalam loopnya. Frekuensi dari oscillator loop bisa sama
atau kelipatan dari frekuensi referensi. Apabila sinyal referensi berasal dari
suatu oscillator, maka bisa diperoleh frekuensi-frekuensi lain yang mempunyai
stabilitas yang sama seperti frekuensi kristal. Ini merupakan dasar sintesa
frekuensi. Jika sinyal referensi mempunyai frekuensi yang berubah-ubah
(seperti dalam gelombang termodulasi-frekuensi); frekuensi oscilator loop akan
“mengikuti jejak” frrekuensi input tersebut; prinsip ini digunakan dalam
demodulator FM dan FSK, filter-filter “tracking”, dan instrumentasi RF.
Penerapan teknik “phase-locked” yang pertama kali adalah pada tahun
1932 untuk mendeteksi sinyal-sinyal radio secara sinkron, tetapi pemakaiannya
masih sedikit hingga akhir 1960. Di akhir tahun ini PLL atau bagian-bagiannya
telah tersedia dalam bentuk rangkaian terpadu (IC).
Gambar 1. Menunjukkan komponen-komponen dari suatu PLL. Dengan
anggapan bahwa loop tersebut dalam keadaan “terkunci”, frekuensi dari sinyal
input dan oscillator VCO adalah sama (fi = fc) dan perbedaan phase relatifnya
θi−θoDitentukan oleh karakteristik detector phase dan oleh defiasi fi dari “frec
tunning frekuency” fp VCO (ditetapkan dengan mengatur Vd = 0). Jika sinyal
input mempunyai frekuensi fi - ft maka tidak diperlukan tegangan pengatur
terhadap VCO, karenanya output detector phase yang diperlukan adalah nol.
Phase VCO θomengatur dirinya sendiri untuk menghasilkan perbedaan
phase θd=θi−θoyang akan menghasilkan output nol dari detector phase. Sudut
θdmungkin π /2 atau π tergantung pada jenis rangkaian detektor phasenya.
Apabila frekuensi input berubah sehingga fi = ft, maka perbedaan phase θdharus
berubah cukup besar agar menghasilkan tegangan pengatur Vd yang akan
menggeser frekuensi VCO ke fo=ft.
Suatu pembagi frekuensi yang bisa dipilih menurut selera perancang, bisa
disisipkan pada loop tersebut di antara titik a dan b pada gambar 1. Apabila ratio
pembagi adalah n, frekuensi VCO adalah fo= nfi, tetapi tegangan yang
diumpankan kembali ke detector phase mempunyai frekuensi fi. Hal ini berarti
VCO bisa membangkitkan suatu kelipatan dari frekuensi input dengan phase
yang tepat sama di antara kedua tegangannya.
Gambar 1. Komponen-komponen dasar dari sebuah PLL
B. ANALISA LINIER PLL
Gambar 2. Diagram PLL dan simbol-simbol yang digunakan dalam analisa
Pada prinsipnya Phase Lock Loop adalah suatu feedback control
system yang rangkaiannya terdiri atas bagianbagian pokok sebagai berikut :
1. Phase Detector
2. Loop Filter
3. Voltage Controlled Oscillator (VCO)
1. Detector Phase
Peran utama dalam PLL dipegang oleh phase detector yang
bertugas membandingkan phase input signal dari VCO dengan suatu signal refe-
rence dan sebagai outputnya adalah beda phase. Adanya beda phase akan
memberikan perbedaan voltage yang selanjutnya, perbedaan voltage
tersebut difilter oleh loop filter dan diapplied ke VCO.
Pada keadaan loop terkunci, output dari detector phase adalah suatu
tegangan dc yang merupakan fungsi dari perbedaan phase Vd = θi−θo. Jika
frekuensi input fi sama dengan frekuensi “free-running” VCO fi, maka tegangan
pengatur Vd ke VCO harus 0; karenanya Ve harus nol. Dalam detector-detektor
phase yang biasa digunakan, Ve adalah fungsi sinusoidal, triangular (segitiga)
atau sawtoothed (gigi gergaji) dari θd dengan Ve sama dengan nol apabila θd
sama dengan π /2 untuk jenis sinusoidal dan triangular dan π untuk jenis
sawtooth.
Pada gambar 3, pada saat loop dalam keadaan “terkunci”, sudut θotetap
berada dalam batas-batas ±π /2 untuk kurva (a) dan (b) dan ±π untuk kurva (c).
Apabila sudut θe tersebut melampaui/lebih besar dari batas-batas di atas, maka
loop akan keluar dari siklus atau menjadi tidak terkunci. Maka loop harus
direncanakaan untuk beroperasi dengan penyimpangan phase yang lebih kecil
dibandingkan dengan harga-harga batasnya.
Gambar 3. Tiga jenis karakteristik detector phase : (a). sinusoidal, (b).
triangular, (c). sawtooth
2. Filter Loop
Filter loop digunakan untuk menghilangkan komponen ac dari detector
phase yang mana mengandung komponen ac dan dc. Filter loop adalah lowpass
filter, biasanya orde pertama, tetapi orde yang lebih tinggi digunakan jika
diinginkan penekanan terhadap komponen-komponen ac dari output detector
phase.
Filter low pass dalam loop biasanya mempunyai salah satu bentuk dari
yang ditunjukkan pada gambar 4. Pada filter-filter pasif gambar 4 (a) dan (b),
biasanya dibutuhkan suatu penguat dengan gain (penguatan) Ka. Filter aktif
gambar 4 (c) mengandung elemen penguat.
Gambar 4. Tiga jenis low-pass loop filter
Keberhasilan design suatu PLL sebagian besar ditentukan oleh design
loop filter yang baik. Hal ini disebabkan karena pada saat terjadi perbedaan
phase, phase detector akan mengeluarkan perbedaan voltage yang berubah-
ubah naik turun. Loop filter harus mampu menahan goyangan voltage
tersebut sehingga perubahan voltage yang masuk ke VCO menjadi halus.
3. Voltage-Controlled Oscilator (VCO)
Control voltage pada VCO mengubah frekuensi ke arah memperkecil
perbedaan antara signal reference dengan signal feedback dari VCO. Bila
loop menjadi locked, maka control voltage berada pada posisi dimana
frekuensi ratarata signal feedback tepat sama dengan frekuensi reference.
Rangkaian VCO akan terus berosilasi menghasilkan frekuensi f2 sampai
f2 = f1. Ketika f2 = f1, maka tegangan Vdc keluaran rangkaian phase detector = 0
dan ini menyebabkan rangkaian VCO berhenti berosilasi (locked). Karena
rangkaian loop ini akan mengunci (Locked) saat frekuensi dan fasa dari kedua
sinyal sama, maka rangkaian ini disebut dengan Phase-Locked Loop.
Ketika berdiri sendiri, frekuensi output VCO sangat tidak stabil. Hal ini
disebabkan karena kapasitansi varaktor dan kapasitansi intrinsik di dalam
transistor yang digunakan, sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Bila suhu
berubah maka frekuensi VCO akan berubah, sehingga dinyatakan bahwa
frekuensi VCO tidak stabil. Ketidak-stabilan frekuensi VCO ini kemudian diatasi
dengan sistem PLL.
Perubahan suhu lingkungan umumnya berlangsung sangat lambat.
Ordenya bisa detik, menit atau jam. Perubahan yang lambat ini cukup mudah
diikuti oleh Low Pass Filter (LPF) di dalam PLL. Sebab time response dari LPF ini
telah sengaja dibuat lambat. Nah ketika frekuensi VCO berubah sedemikian
cepat maka LPF tidak mampu lagi mengikuti.
C. CONTOH APLIKASI PLL
1. Aplikasi sebuah PLL Klasik yang bekerja pada FM-II 100-MHz
Gambar 5. Blok diagram aplikastif PLL Klasik yang bekerja pada FM-II 100 MHz
Bila dilihat dari fungsi masing-masing bagian diatas dapat digambarkan
bahwa frekuensi yang berada dalam “lingkar” tersebut sangatlah stabil
menyamai kestabilan frekuensi referensi dari osilator kristal. Yang paling
menentukan dari kualitas sebuah PLL adalah Respone Time dari LPF
dan Devider dan lebar bidang kerja dari VCO pada taraf tegangan yang
mengendalikannya.
Perancangan dari nilai komponen pembangun LPF sangat menentukan
terhadap keluaran PLL (VCO) secara langsung. Ketidaktepatan akan
menyebabkan Locking Time berlangsung cukup lama dan ini merupakan indikasi
unjuk kerja PLL yang kurang baik. Disamping juga bisa menyebabkan
terjadinya side-tone yang cukup mengganggu karena akan ikut terbawa bersama
gelombang pemodulasi pada penerapan FM.
Devider biasanya diawali dengan sebuah pre-scaller karena
kebanyakan n-devider tidak mampu bekerja pada pita FM-II. Dengan demikian
akan ada beberapa tahap devider sebelum sampai pada Phase Detector dan ini
dapat diatasi dengan pemakaian IC TTL karena kecepatan kerjanya tidak
diragukan lagi.
Pada jenis PLL tertentu penentuan frekuensi keluaran yang dikehendaki
digunakan dua cara yaitu melalui n-devider dan perubahan pada frekuensi
referensi. Perubahan pada frekuensi referensi tidak bisa sebebas n-
devider mengingat Q-factory yang sangat tinggi dari kristal kuarsa yang hanya
memungkinkan pergeseran selebar 2% dari frekuensi fundamental-nya. Cara ini
biasa dan umum diterapkan pada AM-SSB Transceiver dengan
memasang Variable Capasitor secara serial dengan kristal untuk
melakukan Fine-Tuning.
2. Aplikasi PLL dengan IC MC145151
Dalam IC ini sudah built-in Phase Detector, Oscillator Reference, dan N
Programmable Divider, sehingga dengan menambahkan sebuah kristal, lowpass
filter, dan VCO maka kita sudah dapat membangun frequency synthesizer
dengan PLL.
Kelebihan IC ini adalah kita dapat mengeset bilangan pembagi untuk
frekuensi kristal pada Oscillator Reference, dengan kemungkinan 8 angka
pembagian. Mari kita lihat susunan pin IC ini: Fin : Frekuensi Input ( Pin 1 ).
Frekuensi Output dari VCO diumpankan ke pin No. 1 ini. RA0 – RA2 ( pin 5, 6, 7 ).
Dari tiga pin ini kita bisa mengeset berapa nilai pembagi ( 8 pilihan ) yang
membagi frekuensi kristal Osilator referensi. Detailnya bisa anda lihat pada
gambar.
N0 – N11 ( pin 11 – 20 dan pin 22 – 25 )
N Programmable Divider, dari ini kita mengeset berapa nilai N. Perlu dipasang
resistor pull-up agar tercapai kondisi yang pasti pada logika 1. OSCin – OSCout
(pin 27 dan 26 ). Pada pin ini kita pasang kristal yang akan menetukan berapa
besar frekuensi Osilator Referensi setelah dibagi oleh kombinasi tegangan pada
RA0 – RA2.
PDout ( pin 4 )
Phase Detector out, dari pin ini keluar tegangan error yang digunakan
mengontrol frekuensi VCO setelah melalui Low Pass Filter. LD ( pin 28 )
Lock detector, akan bernilai High jika terjadi ”Lock ” dan Low jika PLL tidak
terkunci. VDD ( pin 3 ). Tegangan Positip power supply 3 – 9 Volt. VSS ( pin 2 )
Dihubungkan dengan Ground.
Cara kerjanya sebagai berikut: Frekuensi Kristal 2,048 MHz dibagi
bilangan 2048 ( lihat setting tegangan RA0 –RA2 ), menghasilkan frekuensi
referensi 1 KHz. C trimmer pada kristal untuk memastikan frekuensi osilator
referensi tepat I KHz. Sirkuit R dan C pada keluaran PDout adalah merupakan
Low Pass Filter. Untuk mendapatkan frekuensi output VCO lock pada frekuensi 5
MHz ( 5000 KHz ), kita harus mengeset kombinasi saklar N Programmable
Divider pada bilangan 5000. Angka N = 5000 ini didapat dari 5000KHz dibagi
1KHz.
Kesimpulannya:
Frekuensi Output VCO = frekuensi Osilator referensi dikali dengan nilai N.
Pada contoh gambar untuk mendapatkan frekuensi out sebesar 5 MHz kita harus
mengeset saklar programmable divider dengan posisi: 01110001000, darimana
mendapatkan ? . posisi saklar pada gambar di atas ( perhatikan betul-betul
gambar... ) adalah merupakan representasi bilangan Biner dari bilangan desimal
5000 ( nilai N ).
Untuk mengubah frekuensi out VCO kita tinggal mengubah besarnya nilai
N pada Programmable divider.