102
APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN LILIN ANAK PRA SEKOLAH TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN HOSPITALISASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. D DENGAN DHF DIRUANG MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DISUSUN OLEH : ARLITA YUNGKI MEIDA NIM: P12 008 PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN

LILIN ANAK PRA SEKOLAH TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN HOSPITALISASI PADA

ASUHAN KEPERAWATAN An. D DENGAN DHF

DIRUANG MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

ARLITA YUNGKI MEIDA

NIM: P12 008

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

i

APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN

LILIN ANAK PRA SEKOLAH TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN HOSPITALISASI PADA

ASUHAN KEPERAWATAN An. D DENGAN DHF

DIRUANG MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ARLITA YUNGKI MEIDA

NIM: P12 008

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 3: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Arlita Yungki Meida

Nim : P.12008

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis : Aplikasi Tindakan Pemberian Terapi Bermain Lilin Anak

Prasekolah Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan

Hospitalisasi Pada Asuhan Keperawatan An. D Dengan

Diagnosa Dhf Diruang Melati 2 Rsud Dr. Moewardi

Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilanalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 21 februari 2015

Yang membuat pernyataan

Arlita Yungki Meida

P.12008

Page 4: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Arlita Yungki Meida

NIM : P.12008

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul KTI : Aplikasi Tindakan Pemberian Terapi Bermain Lilin Anak

Prasekolah Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan

Hospitalisasi Pada Asuhan Keperawatan An. D Dengan

Diagnosa Dhf Diruang Melati 2 Rsud Dr. Moewardi Surakarta

Telah disetujui untuk dujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ tanggal : Sabtu, 23 Mei 2015

Pembimbing : Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns ( ...................... )

NIK : 201187805

Page 5: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Arlita Yungki Meida

NIM : P.12008

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : Aplikasi Tindakan Pemberian Terapi Bermain Lilin Anak Pra

Sekolah Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Hospitalisasi

Pada Asuhan Keperawatan An. D dengan Diagnosa DHF di

Ruang Melati RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ tanggal : Senin, 15 Juni 2015

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns ( ........................ )

NIK : 201187805

Penguji I : Meri Oktariani, S. Kep.,Ns.,M.Kep ( ........................ )

NIK : 200981037

Penguji II : Siti Mardiyah, S. Kep.,Ns ( .........................)

NIK : 201183063

Mengetahui,

Ketua Program Studi D III Keperawatan

Stikes Kusuma Husada Surakarta

Atiek Murharyati, S.Kep. Ns., M.Kep

NIK. 200680021

Page 6: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul : ”Pemberian Terapi Bermain Lilin Anak Pra Sekolah

Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Hospitalisasi Pada Asuhan

Keperawatan An. D Dengan Diagnosa DHF Diruang Melati 2 RSUD Dr.

Moewardi Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk

memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D

III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S. Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Sekretaris Program Studi DIII

keperawatan dan selaku penguji 1 yang telah memberikan kesempatan

untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta dan

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

karya tulis ilmiah ini.

Page 7: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

vi

3. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Siti Mardiyah, S. Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan

nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya karya

tulis ilmiah ini.

5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

7. Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes

Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan

spiritual.

Surakarta, Mei 2015

Arlita Yungki Meida

P.12008

Page 8: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................... 4

C. Manfaat Penulisan ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ....................................................................... 7

1. Dengue Haemorrhagic Fever ............................................ 7

2. Konsep Asuhan Keperawatan .......................................... 18

3. Kecemasan ........................................................................ 30

4. Terapi bermain .................................................................. 36

B. Kerangka Teori ....................................................................... 41

C. Kerangka Konsep ................................................................... 41

BAB III METODE APLIKASI RISET

A. Subyek Aplikasi Riset .................................................................... 42

B. Tempat dan Waktu ......................................................................... 42

C. Media dan Alat yang digunakan .................................................... 42

D. Prosedur Tindakan ........................................................................ 42

E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset ................................. 43

Page 9: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

viii

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Pengkajian .............................................................................. 47

B. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 53

C. Perumusan masalah Keperawatan ......................................... 54

D. Intervensi Keperawatan ......................................................... 54

E. Implementasi Keperawatan .................................................... 57

F. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 60

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian .............................................................................. 63

B. Perumusan Masalah Keperawatan .......................................... 68

C. Intervensi Keperawatan ......................................................... 72

D. Implementasi Keperawatan .................................................... 75

E. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 80

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 82

B. Saran ...................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Alat ukur kecemasan ................................................................... 44

Page 11: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 41

Gambar 2.2 Kerangka Konsep .................................................................. 41

Gambar 4.1 Genogram .............................................................................. 49

Page 12: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Surat Pernyataan

Lampiran 3. Usulan Judul Aplikasi

Lampiran 4. Lembar Konsultasi

Lampiran 5. Lembar Observasi

Lampiran 6. Jurnal

Lampiran 7. ASKEP

Lampiran 8. Loog Book

Lampiran 9. Surat Pendelegasian

Lampiran 10. SAP Terapi Bermain

Page 13: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang termauk golongan arbovirus melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan

sebutan Demam Berdarah Dengue (DBD) (Hidayat, 2012). Penyakit ini dapat

menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada

anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah

(Susilaningrum, dkk, 2013)

Menurut World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia

sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Umar, dkk,

2010: 1). Demam berdarah dengue (DBD) pertama kali muncul pada tahun

1970-an. Saat itu, penyakit ini muncul secara besar-besaran dan serempak di

wilayah Asia, Afrika, serta Amerika Utara. Kemudian, sekitar tahun 1975-

1995. DBD terdeteksi keberadaanya di 102 negara dari lima wilayah WHO,

yakni 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara,

4 negara di Mediterania Timur dan 29 negara di Pasifik Barat (Sentot,

2009:27). Kasus DBD dilaporkan terjadi pada tahun 1953 di Filipina

kemudian disusul negara Thailand dan Vietnam. Pada dekade enam puluhan,

penyakit ini mulai menyebar ke negara-negara Asia Tenggara antara lain

Singapura, Malaysia, Srilanka, dan Indonesia. Pada dekade tujuh puluhan,

Page 14: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

2

penyakit ini menyerang kawasan pasifik termasuk kepulauan Polinesia

(Amah, dkk, 2010: 32).

Demam berdarah dengue (DBD) Di Indonesia telah menjadi masalah

kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi

peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis

DBD dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%)

kabupaten/kota pada tahun 2009.Provinsi Maluku, dari tahun 2002 sampai

tahun 2009 tidak ada laporan kasus DBD. Selain itu terjadi juga peningkatan

jumlah kasus DBD pada tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus

pada tahun 2009 (Umar, dkk, 2010: 1). Jawa tengah dari tahun 2006 hingga

tahun 2008 masuk dalam daerah risiko tinggi kejadian DBD. Angka Insiden

di jawa tengah selama tahun 2006 hingga tahun 2008 selalu melebihi 55 per

100.000 penduduk (Umar dkk, 2010: 5). Berdasarkan data dari rekam medis

angka kejadian DHF di RSUD Dr. moewardi Surakarta tahun 2013 sampai

2014 mengalami penurunan angka kejadian pada pasien penderita DHF

sebanyak 501 orang menjadi 264 orang. Penyakit DHF jika tidak mendapat

perawatan yang memadai dapat mengalami perdarahan yang hebat, syok, dan

dapat mengakibatkan kematian. Penyakit DHF dapat menyerang mulai anak-

anak, dewasa, dan orang tua, tetapi anak-anak yang paling rentan terhadap

serangan DHF.

Aktifitas anak yang meningkat namun kondisi daya tahan tubuh lemah

menjadikan anak rentang terserang penyakit, sehingga anak perlu menjalani

hospitalisasi. Hospitalisasi ini merupakan salah satu penyebab kecemasan.

Page 15: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

3

Kecemasan pada anak merupakan hal yang harus segera diatasi karena sangat

menganggu pertumbuhan dan perkembangan, salah satu intervensi yang dapat

dilakukan adalah terapi bermain. Permainan akan membuat anak terlepas dari

ketegangan dan stres yang dialami. Selain itu dengan melakukan permainan

anak dapat mengalihkan rasa sakit melalui kesenangannya melakukan

permainan (Supartini, 2012).

Jenis permainan pada anak usia prasekolah adalah skill play yaitu

dengan menggunakan kemampuan motorik salah satunya pemberian terapi

bermain lilin. Terapi bermain dengan menggunakan lilin sangat tepat karena

lilin tidak membutuhkan energi yang besar untuk bermain, permainan ini juga

dapat dilakukan di atas tempat tidur anak, sehingga tidak mengganggu dalam

proses pemulihan kesehatan anak (Ngastiyah, 2005).

Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Fradianto, Parjo

& Dewi (2014) tentang pengaruh terapi bermain lilin terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi

dengan hasil tingkat kecemasan anak prasekolah sebelum dilakukan terapi

bermain lilin nilai tertinggi pada tingkat kecemasan sangat berat yaitu dengan

jumlah 18 responden dengan presentase 90%, tingkat kecemasan anak

prasekolah setelah diberikan terapi bermain lilin nilai tertinggi pada tingkat

kecemasan sedang yaitu dengan jumlah 7 responden dengan presentase 35%.

Hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada tanggal 16 Maret 2015 jam

08.00 WIB pada An.D dengan DHF di ruang melati II RSUD Dr. Moewardi

Surakarta ibu mengatakan anaknya demam hasil pengkajian An.D nadi 90

Page 16: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

4

kali permenit, suhu 38,40C, pernafasan 30 kali permenit dan akral teraba

panas. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengaplikasikan terapi

bermain lilin untuk menurunkan tingkat kecemasan hospitalisasi pada

pengelolaan asuhan keperawatan anak dengan diagnosa Dengue

Haemorrhagic Fever (DHF) Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mengaplikasikan tindakan pemberian terapi bermain lilin terhadap

penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada An.D dengan Dengue

haemoragic fever di RS Dr Moewardi Surakarta.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.D

dengan Dengue haemorrhagic fever.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.D

dengan Dengue haemorrhagic fever.

c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada An.D

dengan Dengue haemorrhagic fever

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada An.D

dengan Dengue haemorrhagic fever.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An.D dengan

Dengue haemorrhagic fever

Page 17: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

5

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi bermain lilin

terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada An.D

dengan Dengue haemorrhagic fever

.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk aplikasi riset ini diharapkan dapat

memberikan tambahan informasi bagi rumah sakit sebagai pemberi

layanan kesehatan masyarakat dalam menentukan kebijakan terkait

dengan pemberian terapi bermain lilin terhadap penurunan kecemasan

hospitalisasi pada anak prasekolah. Aplikasi implementasi keperawatan

diharapkan benar-benar bisa dilaksanakan.

2. Bagi Instansi Akademik

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang

asuhan keperawatan terapi bermain lilin pada Anak dengan Dengue

haemorrhagic fever, untuk mengurangi kecemasan hospitalisasi selama

menjalani perawatan dirumah sakit.

3. Bagi Perawat

Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada

pasien anak dengan Dengue haemorrhagic fever dan Melatih berfikir

dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan

Dengue haemorrhagic fever.

Page 18: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

6

4. Bagi Penulis

Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman

yang lebih khususnya dibidang keperawatan pada pasien anak dengan

terapi bermain pada pasien Dengue haemorrhagic fever.

5. Bagi Pembaca

Meningkatkan pengetahuan kepada pembaca tentang pengaruh terapi

bermain lilin terhadap tingkat kooperatifan anak.

Page 19: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

a. Pengertian

Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus

dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty (Nursalam, dkk. 2008). Dengue haemorhagic fever (DHF)

adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue

(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk

aedes aegypty (Suriadi dan yuliani 2010)

b. Etiologi

Dengue haemorrhagic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus

(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil

pada suhu 37o C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah

menurut (Nursalam,2008) adalah :

1) Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

2) Hidup didalam dan sekitar rumah

3) Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari

4) Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar

Page 20: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

8

5) Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar

rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

c. Manifestasi Klinis

Menurut Ridha (2014) tanda dan gejala DHF adalah :

1) Demam tinggi selama 5-7 hari

2) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit

3) Epitaksis, hematemesis, melena, hematuri

4) Mual, muntah, tindak nafsu makan

5) Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, ulu hati

6) Sakit kepala

7) Pembengkakan sekitar mata

8) Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening

9) Tanda-tanda renjatan ( sianosis, kulit lembab dan dingin, gelsah,

nadi cepat dan lemah)

d. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) klasifikasi DHF antara lain :

1) Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan

spontan, uji turmiket positif, trombositopenia dan

hemokonsentrasi

2) Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan

atau perdarahan lain

3) Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,

hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah

Page 21: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

9

4) Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah

tidak dapat diukur

e. Patofisiologi

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) patofisiologinya adalah

Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk

aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan

terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan

mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan

dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan

histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma

mealui endotel dinding itu. Terjadinya trombositopenia, menurunnya

fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi (protambin,

faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab

terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran

gastrointestinal pada DHF.

Penentu beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas

dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya

hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik.Renjatan terjadi

secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya

plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan

Page 22: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

10

hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak

diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian.

f. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemorrhagic Fever

menurut (Hidayat Alimul, 2008) diantaranya:.

1) Ensepalopati Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan

dengan perdarahan dan kemungkinan dapat disebabkan oleh

thrombosis pembuluh darah ke otak.

2) Syok (renjatan) Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

sehingga dapat terjadi syok hipovolemik.

3) Efusi Pleura Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang

berlebihan dengan tanda pasien akan mengalami distress

pernafasan.

4) Perdarahan intravaskuler menyeluruh

g. Fase Perjalanan Penyakit Demam Berdarah

Terdapat tiga fase perjalanan penyakit demam berdarah yang

akan dijelaskan sebagai berikut :

1) Fase Demam

Fase demam berlangsung 2-7 hari suhu tubuh saat demam

berkisar 390

C sampai 400

C, kemudian pada fase akut biasanya

disertai dengan warna kemerahan pada wajah; eritema pada

kulit; rasa nyeri pada seluruh tubuh dan sakit kepala, adapun

beberapa pasien juga mengeluh kesulitan menelan, nyeri faring,

Page 23: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

11

dan nyeri konjungtiva, selain itu gejala yang dirasakan oleh

pasien yaitu, sering mengeluh tidak nafsu makan; mual; dan

muntah, untuk fase demam diperlukan pengobatan untuk

menghilangkan gejala yang timbul, karena selama fase awal

demam sulit dibedakan antara demam dengue dengan DHF

perbedaannya yaitu, pada pasien dengan demam dengue setelah

terbebas dari demam 24 jam tanpa penurun panas makanpasien

akan memasuki fase penyembuhan, sedangkan pada DHF

setelah fase demam selesai maka akan memasuki fase kritis

(WHO, 2009 dalam Setiawati, 2011).

Pada fase demam pasien masih memungkinkan untuk di

rawat di rumah dengan pengawasan khusus dengan cara

pengawasan tanda-tanda vital, keluhan mual dan muntah, nyeri

abdomen, terjadi akumulasi cairan pada rongga tubuh, adanya

peleburan > 2 cm, dan perdarahan yang timbul; kemudian

pemberian cairan yang sesuai dengan kebutuhan pasien sangat

diperlukan untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan, selain

itu pemeriksaan laboratorium darah terutama pemeriksaan

trombosit dan hematokrit diperlukan untuk mengontrol kondisi

kesehatan penderita (Anggraeni, 2010 dalam Setiawati, 2011).

2) Fase Kritis

Suhu tubuh pada fase kritis menurun sekitar 37,50

C

sampai 380

C atau justru berada dibawahnya, umunya terjadi

Page 24: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

12

pada hari ketiga samapai kelima demam, kemudian pada fase

kritis terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang

menyebabkan kebocoran plasma, karena fase kritis berlangsung

antara 24 jam sampai 48 jam, apabila tidak terjadi kebocoran

plasma, maka kondisi pasien akan membaik, namun jika terjadi

kebocoran plasma maka kondisi pasien memburuk, sedangkan

kondisi kebocoran plasma yang berkepanjangan dan

keterlambatan penanganan dapat menyebabkan pasien

mengalami syok (WHO, 2009 dalam Setiawati, 2011).

Pasien harus dirawat di rumah sakit pada saat fase kritis

karena memerlukan pengawasan khusus yang lebih intensif

yaitu, pengawasan khusus seperti : tingkat kesadaran, tanda-

tanda vital, intake dan output cairan, nyeri abdomen, terjadi

akumulasi cairan pada rongga tubuh, adanya peleburan hati > 2

cm, dan perderahan yang timbul, kemudian ada fase ini dapat

terjadi efusi pleura dan asites, selain itu pemeriksaan darah

dilakukan secara berkala meliputi hematokrit, trombosit,

hemoglobin, dan leukosit, adapun pemeriksaan rontgen dan

pemeriksaan Ultra Sonografi (USG) yang dapat dilakukan pada

fas kritis (WHO, 2009 dalam Setiawati, 2011).

3) Fase Penyembuhan

Pasien yang telah melewati fase kritis, terjadi proses

penyerapan kembali cairan yang berlebih pada rongga tubuh

Page 25: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

13

dalam waktu 2 samapi 3 hari dan secara bertahap kondisi pasien

secara keseluruhan akan membaik (WHO, 2009 dalam

Setiawati, 2011).

Fase penyembuhan berlangsung antara 2-7 hari, umunya

penderita demam berdarah yang telah berhasil melewati fase

kritis akan sembuh tanpa komplikasi dalam waktu kurang lebih

24 – 8 jam setelah syok, kemudian fase penyembuhan ditandai

dengan kondisi umum penderita yang mulai membaik, nafsu

makan yang mulai meningkat, dan tanda-tanda vital yang stabil,

selain itu pada fase ini pemberian cairan infuse biasanya mulai

dihentikan, kemudian diganti dengan pemberian nutrisi secara

oral (Anggraeni, 2010 dalam Setiawati, 2011).

h. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010), pemeriksaan diagnostik sebagai

berikut:

1) Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 %

atau lebih), trombositopenia (100.000/mm3atau kurang)

2) Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test)

3) Rontgen thoraks : effusi pleura

i. Penatalaksanaan

Menurut Ridha (2014) didapatkan penatalaksanaan Demam

Haemorrhagic Fever yaitu :

Page 26: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

14

1) DHF tanpa rejatan :

a) Tirah baring

b) Makanan lunak dan diberi minum 1,5-2liter dalam 24 jam

c) Untuk hiperpireksia dapat diberkan kompres

d) Berikan antibiotik bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi.

2) Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :

a) Pemasangan infus RL/Asering dan dipertahankan selama

12-48 jam setelah renjatan diatasi.

b) Observasi keadaan umum (Tanda-tanda Vital)

Menurut Sitorus (2008 : 127), penatalaksanaan pasien dengan

demam berdarah dibedakan menjadi tiga yaitu :

1) Penatalaksanaan Pasien Tersangka DBD

Pada pasien yang diduga menderita demam berdarah

(memenuhi kriteria diagnosis DBD, WHO 1986), ditentukan

adanya kedaruratan atau tidak, maksud dari kedaruratan adalah

tanda-tanda pre-shoch atau shoch (renjatan), muntah secara

terus-menerus, kejang, kesadaran menurun, muntah darah, dan

buang air besar berdarah, kemudian untuk suhu dijumpai

kedaruratan maka pasien harus segera dirujuk ke dokter untuk

diberikan perawatan yang intensif.

Jika tanda-tanda kedaruratan tidak ada maka harus

dilakukan tes Rumple Lencar (Tes Torniket) untuk menegetahui

kadar haemoglobin, hematokrit, dan hitung trobosit (termasuk

Page 27: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

15

hitung leukosit dan hitung jenis), kemudian tes torniket

menunjukkan positif atau negatif dan trombosit rendah (kurang

dari 150.000/iu), sebaiknya pasien dirawat di rumah sakit.

Pada pasien dengan trombosit normal dan hasil tes torniket

negatif, pasien boleh pulang, tetapi dianjurkan melakukan

kontrol setiap hari untuk pemeriksaan haemoglobin, hematokrit,

dan trombosit berkala sampai demamnya turun, tetapi jika

hematokrit cenderung meningkat dan sebaliknya trombosit

cenderung menurun segera rujuk pasien ke rumah sakit terdekat.

2) Penatalaksanaan Pasien DBD Tanpa Renjatan

Pasien DBD derajat-1 dan derajat-2 tergolong DBD tanpa

renjatan, tetapi perlu diingat bahwa perasaan haus dan keadaan

dehidrasi sebagai akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah

merupakan alasan pemberian cairan per oral sebanyak-

banyaknya dan semampu anak kurang lebih 1,5 liter sampai 2

liter per 24 jam dengan berbagai jenis cairan dapat diberikan,

tetapi lebih disukai cairan yang mengandung elektrolit (lautan

oralit) atau sari buah dari pada air putih.

Kejang badan demam dapat terjadi pada demam tinggi,

maka pemberian antipiretik (parasetamol). Jika terdapat tanda

kedaruratan seperti anak secara terus-menerus muntah sampai

keadaan tidak memungkinkan untuk diberikan makan dan

minum peroral, maka perlu dipertimbangkan untuk pemberian

Page 28: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

16

cairan intravena tetesan rumatan, kemudian jika kadar

hematokrit pada pemeriksaan berkala cenderung meningkat,

dianjurkan pemberian intravena dengan jumlah cairan yang

dibutuhkan sesuai dengan pemberian cairan untuk mengatasi

penderita gastroenteritis yang dehidrasinya sedang (kebutuhan

cairan rumatan +7,5%).

3) Penatalaksanaan DBD Disertai Renjatan

Renjatan merupakan keadaan gawat sehingga memerlukan

perawatan di rumah sakit, maka tatalaksana DBD yang disertai

renjatan terdiri atas hal-hal berikut :

a) Penggantian Volume Plasma (Volume Replacement)

Pada renjatan hipovelemik, pemberian cairan

merupakan kunci pengobatan, karena penggantian cairan

plasma secara intravena harus segera diberikan supaya

renjatan pada anak dapat berlangsung dalam kurun waktu

48 jam, dan pada saat itu dianjurkan monitor dengan ketat

selama 24 jam.

Jenis cairan yang dianjurkan adalah laktat ringer 20

ml/kg BB per jam, diberikan dengan tetesan cepat atau

disiramkan (klem infuse dibuka) sampai renjatan teratasi.

Bahkan dipasang dua jalur infus secara bersamaan. Pada

keadaan renjatan yang berlangsung lama, pembuluh darah

mengalami kolaps, maka cairan sebanyak 100-200 ml dapat

Page 29: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

17

diberikan dengan menggunakan semprit kemudian setelah

itu, dilanjutkan dengan tetesan.

b) Pilihan Terapi Cairan

Pemakaian cairan laktat ringer sangat dianjurkan

mengingatkan pada DBD pada umumnya disertai dengan

hiponatremi dan asidosis. Cairan laktat ringer mengandung

Natrium 130 mEq/l, chloride 109 mEq/l, kalium 4 mEq/l,

dan Korektor basa dalam bentuk Natrium laktat 28 mEq/l

WHO, 1986 menganjurkan di samping laktat ringer dapat

pula dipakai jenis cairan lain yaitu :

(1) Cairan glukosa 5 % dalam NaCl 0,9 %

(2) Cairan glukosa 5 % dalam NaCl 0,45 %

(3) Cairan glukosa 5% dalam ½ laktat ringer, atau cairan

glukosa 5 % dalam NaCl 0,3 %

c) Koreksi Asidosis dan Gangguan Elektrolit

Hiponatremi dan asidosis metabolik terjadi pada

DBD, oleh karena itu pada kasus DBD berat dilakukan

pemeriksaan analisa gas darah dan elektrolit secara peiodik.

d) Terapi Oksigen

Mengingat bahwa renjatan hipovolemik

mengakibatkan terjadinya kegagalan perfusi oksigen di

seluruh jaringan, maka oksigen harus selalu diberikan pada

semua pasien DBD disertai renjatan. Oksigen diberikan 2-6

Page 30: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

18

liter/menit dan intranasal diberikan sampai tanda vital

stabil.

e) Pemberian Tranfusi Darah

Indikasi tranfusi darah adalah perdarahan yang jelas

terlisat secara klinis, yaitu perdarahan intra-abdominal yang

ditandai dengan semakin tegang disertai penurunan kadar

haemoglobin.

2. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada DHF meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang

klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,

kebutuhan kesehatan, dan keperawatan klien baik fisik, mental,

sosial, dan lingkungan (Dermawan, 2012).

Menurut Utami (2013: 161) pengkajian pada DHF dapat dilihat dari:

1) Identitas pasien

Nama, umur ( pada DHF tersering menyerang anak-anak dengan

usia kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama

orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua.

Page 31: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

19

2) Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang

kerumah sakit adalah panas tinggi anak lemah.

3) Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil,

saat demam kesadaran komposmentis. Panas menurun terjadi

antara hari ke-3 dan ke-7, sementara anak semakin lemah.

Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,

muntah anoreksia, diare/ konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan

persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal,

serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III,

IV), melena atau hematemesis.

4) Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa

mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

5) Riwayat imunisasi

Bila anak mempunyai kekebalan yang baik, kemungkinan

timbul komplikasi dapat dihindarkan.

6) Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua

anak dengan status gizi baik, maupun buruk dapat beresiko

apabila terdapat faktor predisposisinya. Pada anak yang

menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan

Page 32: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

20

nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak

disertai dengan pemenuhan nutrisi yang adekuat anak dapat

mengalami penurunan berat badan, sehingga status gizinya

menjadi kurang.

7) Kondisi lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, lingkungan

yang kurang kebersihannya (air yang menggenang) dan

gantungan baju dikamar.

8) Pola kebiasaan

a) Nutrisi dan metabolisme, yaitu frekuensi, jenis, pantangan,

nafsu makan berkurang/menurun.

b) Eliminasi alvi (buang air besar) kadang-kadang anak

mengalami diare/konstipasi. DHF pada grade III-IV bisa

terjadi melena.

c) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering

kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV

sering terjadi hematuria.

d) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur

karena sakit/nyeri otot dan persendian, sehingga kuantitas

dan kualitas tidur, serta istirahat kurang.

e) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri

dan lingkungan cenderung kurang terutama tempat sarang

nyamuk aedes aegypti.

Page 33: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

21

9) Pemeriksaan fisik berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan

fisik anak sebagai berikut :

a) Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan lemah, tanda-

tanda vital nadi lemah

b) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,

adanya perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan

telinga, nadi lemah, kecil, tidak teratur.

c) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum

lemah, nadi lemah, kecil, tidak teratur, tensi menurun.

d) Grade IV : kesadaran koma, nadi tidak teraba, tensi tidak

terukur, pernapasan tidak teratur, ekstermitas dingin,

berkeringat dan kulit nampak biru.

10) Sistem integumen dapat disebutkan sebagai berikut :

a) Kulit adanya petekia, turgor kulit menurun, keringat dingin,

lembab.

b) Kuku cyanosis/tidak

c) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan pada muka

karena demam, mata anemis, hidung kadang mengalami

mimisan (grade II,III,IV). Pada mulut didapatkan mukosa

mulut kering, perdarahan gusi, kotor, dan nyeri telan.

Tenggorokan mengalami hiperemiafaring, terjadi

perdarahan telinga (grade II, III, IV).

Page 34: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

22

d) Dada

Bentuk simetris, kadang-kadang sesak, pada foto thoraks

terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah

kanan (efusi pleeura), rales, ronchi biasanya pada grade III,

IV.

e) Pada abdomen terdapat nyeri tekan, pembesaran hati

(hepatomegali), dan asites.

f) Ekstermitas, yaitu akral dingin, nyeri otot, dan sendi serta

tulang.

b. Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai

respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah

kesehatan / proses kehidupan yang aktual/ potensial yang merupakan

dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil

yang merupakan tanggung jawab perawat (Dermawan, 2012).

Menurut Utami (2013) masalah yang dapat ditemukan pada

anak dengan DHF antara lain :

1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia)

2) Nyeri

3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan.

4) Potensial terjadinya perdarahan intra abdominal,

5) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,

Page 35: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

23

6) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan

perawatan pasien DHF.

c. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan adalah suatu proses didalam pemecahan

masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu yang akan

dilakukan, bagaimana dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan (Dermawan, 2012)

Pedoman penulisan tujuan dan kriteria hasil berdasarkan

SMART. Spesific (tujuan tidak menimbulkan arti ganda).

Measureable (tujuan dapat diukur, dapat dilihat, dirasakan dan

dibau). Achieveble (tujuan harus dapat dicapai). Reasonable atau

realistic (tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah).

Time ( batasan waktu atau tujuan keperawatan).

Menurut Utami (2013) perencanaan keperawatan pada DHF

sebagai berikut :

1) Hipertermia (Suhu tubuh naik diatas rentang normal)

a) Kaji saat timbul demam

b) Observasi TTV setiap tiga jam

c) Berikan penjelasan tentang penyebab demam

d) Anjurkan pasien untuk banyak minum

e) Berikan kompres dingin pada aksilla

f) Anjurkan untuk tidak memakai pakaian tebal

Page 36: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

24

g) Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena dan obat-

obatan.

2) Gangguan rasa nyaman nyeri

a) Kaji skala nyeri

b) Beri posisi nyaman

c) Ajarkan relaksasi

d) Kolaborasi pemberian analgetik

3) Gangguan pemenuhunan nutrisi

a) Kaji keluhan mual, muntah, sulit menelan

b) Berikan makanan yang mudah ditelan

c) Anjurkan makan sedikit tapi sering

d) Catat jumlah porsi makanan yang dihabiskan

4) Potensial terjadinya perdarahan sehubungan dengan

trombositopenia

a) Monitor tanda penurunan trombosit

b) Monitor jumlah trombosit setiap hari

c) Berikan penjelasan tentang pengaruh trombosit

d) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.

3. Hospitalisasi

a. Pengertian

Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu alasan darurat

atau berencana mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit

Page 37: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

25

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke

rumah (Jovans, 2008).

b. Dampak Hospitalisasi Terhadap Anak

Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi oleh

tingkat perkembangan atau usia, pengalaman sebelumnya, support

sistem dalam keluarga, keterampilan koping, dan berat ringannya

penyakit.

Menurut Jovan (2007), menguraikan reaksi anak dan orang tua

terhadap hospitalisasi sebagai berikut :

1) Reaksi anak pada hospitalisasi

a) Masa bayi (0-1 th), dampak perpisahan berpengaruh pada

rasa percaya diri dan kasih sayang. Anak usia lebih dari 6

bln akan terjadi stanger anxiety atau cemas dengan respon

menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, ekspresi

wajah yang tak menyenangkan.

b) Masa todler (2-3 th), sumber stres yang utama adalah cemas

akibat perpisahan. Respon perilaku anak menurut

tahapannya adalah: a) tahap protes, responnya berupa

menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain, b) tahap

putus asa, respon anak adalah menangis berkurang, anak

tidak aktif, kurang menunjukkan minatbermain, sedih,

apatis, c) tahap pengingkaran (denial), anak mulai

Page 38: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

26

menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal,

anak mulai menyukai lingkungannya.

c) Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun). Reaksi yang sering

muncul antara lain: menolak makan, sering bertanya,

menangis pelan, tidak kooperatif terhadap petugas

kesehatan atau perawatan di rumah sakit kehilangan

kontrol, dan pembatasan aktivitas. Sering kali dipersepsikan

anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan

malu, takut dan menimbulkan reaksi agresif, marah,

berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat.

d) Masa sekolah (6 sampai 12 tahun). Perawatan di rumah

sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai,

keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan

kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan

peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial,

perasaan takut akan kematian, dan kelemahan fisik. Reaksi

nyeri bisa digambarkan secara verbal dan non verbal.

e) Masa remaja (12 sampai 18 tahun) anak remaja begitu

percaya dan terpengaruh oleh kelompok sebayanya. Saat

masuk rumah sakit anak akan timbul rasa cemas karena

perpisahan, sehingga terjadi pembatasan aktifitas.

Kehilangan kontrol akan muncul reaksi anak untuk menolak

perawatan atau tindakan yang dilakukan, tidak kooperatif

Page 39: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

27

dengan petugas, Perasaan sakit akibat

perlukaanmenimbulkan respon anak banyak bertanya,

menarik diri, menolak kehadiran orang lain.

c. Faktor yang Mempengaruhi Hospitalisasi

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress ketika anak

menjalani hospitalisasi sangat bervariasi mulai dari faktor

lingkungan rumah sakit dapat menjadi suatu tempat yang

menakutkan dilihat dari sudut pandang anak-anak. Suasana rumah

sakit yang tidak familiar, wajah-wajah yang asing, berbagai macam

bunyi dari mesin yang digunakan, dan bau yang khas, dapat

menimbulkan kecemasan dan ketakutan baik bagi anak atau orang

tua (Norton-Westwood, 2012 dalam Utami 2014).

Faktor berpisah dengan orang yang sangat berarti karena

berpisah dengan suasana rumah sendiri, benda-benda yang familiar

digunakan sehari-hari, juga Rutinitas yang biasa dilakukan dan juga

berpisah dengan anggota keluarga lainnya (Pelander dan Leini-Klipi,

2010 dalam Utami 2014).

Faktor kurangnya Informasi yang didapat anak dan orang

tuanya ketika akan menjalani hospitalisasi. Hal ini dimungkinkan

mengingat proses hospitalisasi merupakan hal yang tidak umum di

alami oleh semua orang. Proses ketika menjalani hospitalisasi juga

merupakan hal yang rumit dengan berbagai prosedur yang dilakukan

(Gordon dkk, 2010 dalam Utami 2014).

Page 40: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

28

Faktor kehilangan kebebasan dan kemandiriran aturan ataupun

Rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang dijalani seperti tirah

baring, pemasangan infuse dan lain sebagainya sangan mengganggu

kebebasan dan kemandirian anak yang sedang dalam taraf

perkembangan (Price dan Gwin, 2005 dalam Utami, 2014).

Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan

kesehatan semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah

sakit, maka semakin kecil bentuk kecemasan atau malah sebaliknya

(Pelander dan Leino-Kilpi, 2010 dalam Utami, 2014).

Faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit

khususnya perawat mengingat anak masih memiliki keterbatasan

dalam perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi, kemudian

perawat juga merasakan ketika berkomunikasi, berinteraksi dengan

pasien anak yang menjadi sebuah tantangan, dan dibutuhkan

sensitifitas yang tinggi serta lebih kompleks dibandingkan dengan

pasien dewasa. Selain berkomunikasi dengan dengan anak juga

sangan dipengaruhi oleh usia anak, kemampuan kognitif, tingkah

laku, kondisi fisik dan psikologis tahapan penyakit dan respon

pengobatan (Pena dan Juan, 2011 dalam Utami, 2014).

d. Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak

Fokus intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak

hospitalisasi diuraikan oleh Jovan (2007), Hockenberry dan Wilson

(2007), sebagai berikut:

Page 41: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

29

1) Meminimalkan stressor

Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan stressor

adalah dengan mencegah atau mengurangi dampak perpisahan

dengan cara melibatkan orang tua berperan aktif dalam

perawatan anak, melakukan modifikasi ruang perawatan,

mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, dan bertemu

teman sekolah. Untuk mencegah perasaan kehilangan kontrol

dapat dilakukan dengan cara menghindari pembatasan fisik jika

anak dapat kooperatif, bila anak diisolasi lakukan modifikasi

lingkungan, membuat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, dan

bermain, memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan

melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan.

Untuk mengurangi atau meminimalkan rasa takut terhadap

perlukaan tubuh dan rasa nyeri, hal ini dilakukan dengan cara

mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan

prosedur yang menimbulkan rasa nyeri, melakukan permainan

sebelum melakukan persiapan fisik anak, menghadirkan orang

tua bila memungkinkan, menunjukkan sikap empati. Pada

tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan

yang dilakukan melalui cerita, gambar dan perlu dilakukan

pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima

informasi ini dengan terbuka.

Page 42: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

30

2) Memaksimalkan manfaat hospitalisasi

Untuk memaksimalkan manfaat hospitalisasi diupayakan

dengan cara membantu perkembangan anak dengan memberi

kesempatan orang tua untuk belajar, memberi kesempatan pada

orang tua untuk belajar tentang penyakit anak, meningkatkan

kemampuan kontrol diri, memberi kesempatan untuk sosialisasi,

dan memberi support kepada anggota keluarga.

3) Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit

Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah

sakit dilakukan dengan cara mempersiapkan ruang rawat sesuai

dengan tahapan usia anak dan mengorientasikan situasi rumah

sakit. Pada hari pertama melakukan tindakan sebaiknya petugas

di ruangan memperkenalkan perawat dan dokter yang

merawatnya, memperkenalkan anak pada pasien yang lain,

memberikan label identitas pada anak, menjelaskan aturan

rumah sakit, melaksanakan pengkajian, dan melakukan

pemeriksaan fisik.

4. Kecemasan

a. Pengertian

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai

dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai kenyataan,

Page 43: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

31

kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan

kepribaadian normal (Hawari, 2008).

Kecemasan adalah keadaan dimana individu atau kelompok

mengalami perasaan gelisah dan aktivasi sistem saraf autonom

dalam merespon ancaman yang tidak jelas. Kecemasan akibat

terpejan pada peristiwa traumatik yang dialami individu yang

mengalami, menyaksikan atau menghadapi satu atau beberapa

peristiwa yang melibatkan kematian aktual atau ancaman kematian

atau cidera serius atau ancaman fisik diri sendiri (Doenges, 2006).

b. Penyebab kecemasan pada anak

Menurut Ramiah (2003) dalam Triana dan toganing (2009)

Beberapa penyebab dari gangguan kecemasan adalah :

1) Traumalitas

2) Stres yang berkepanjangan/depresi.

3) konflik-konflik

4) Ketidakseimbangan kimia dalam tubuh

5) Perubahan struktur otak

6) Stres/trauma/phobia lingkungan.

c. Tanda kecemasan pada anak

Menurut Ramiah (2003) dalam Triana dan Toganing, (2009),

gejala kecemasan paling sering adalah kejangkelan umum seperti:

rasa gugup, jengkel, tegang, dan rasa panik, kemudian sakit kepala

seperti: ketegangan otot khususnya kepala di daerah lengkuk dan

Page 44: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

32

tulang punggung menyebabkan sakit kepala, adapun gejala lain yang

di rasakan individu saat mengalami kecemasan, yaitu gemetaran

pada seluruh tubuh khususnya lengan dan tangan.

Menurut Hawari (2001) dalam Triana dan Toganing, (2009),

tanda dan gejala pada individu yang mengalami kecemasan sebagai

berikut :

1) Cemas

2) Khawatir

3) Bimbang

4) firasat buruk

5) takut akan pikirannya sendiri

6) mudah tersinggung seperti, merasa tegang, tidak tenang, gelisah,

gerakan sering serba salah

7) mudah terkejut seperti, takut sendirian, takaut keramaian dan

takut banyak orang

8) mengalami gangguan pola tidur

9) mimpi-mimpi yang menegangkan seperti: gangguan konsentrasi

dan daya ingat

10) keluhan somatic seperti : rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdengung (tinnitus), berdebar-debar, sesak nafas,

gangguan pencernaan, sakit kepala.

Page 45: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

33

d. Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2006) dalam jurnal muafifah, dkk (2013), Ada

empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik

yaitu:

1) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan

ringan dapat memotivasibelajar dan menghasilkan pertumbuhan

dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah

kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi,

mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku

sesuai situasi.

2) Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

masalah yangpenting dan mengesampingkan yang lain sehingga

seseorang mengalamiperhatian yang selektif, namun dapat

melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada

tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung

dan pernapasan meningkat, ketegangan ototmeningkat, bicara

cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit,mampu

untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi

menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang

Page 46: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

34

tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,

mudah lupa, marah dan menangis.

3) Kecemasan berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada

sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir

tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan

untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi

yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit

kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing,

diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar

secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk

menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya,

bingung, disorientasi.

4) Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan

teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang

panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini

adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,

diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon

terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,

mengalami halusinasi dan delus.

Page 47: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

35

e. Pengukuran Kecemasan pada Anak

Menurut Fahmy (2007) dalam Apriliawati (2011), alat ukur

untuk kecemasan adaah Hamilton Anxiety Scale (HAS) disebut juga

dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang teridiri dari 14

item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak

orsng dewasa, karena HARS telah distandarkan untuk mengevaluasi

tanda kecemasan pada individu yang sudah menjalani pengobatan

terapi, setelah mendapatkan obat antidepresan.

Menurut Fahmy (2007) dalam Apriliawati (2011), Hamilton

Anxiety Scale (HAS) pertama kali dikembangkan oleh Max

Hamilton pada tahun 1956, kemudian Hamilton Anxiety Rating Scale

(HARS) digunakan untuk mengukur semua tanda kecemasan baik

kecemasan psikis (agistasi dan distress psikologis) maupun

kecemasan somatic (keluhan fisik yang berhubungan dengan

kecemasan) dan telah dikembangkan lebih lanjut untuk mengukur

tingkat depresi dalam Hamilton Depression Scale (HDS).

HARS terdiri 14 pertanyaan dengan jawaban dalam 5 skala

dari nilai 0-4, kemudian nilai 0 berarati tidak terdapat kecemasan;

nilai 1 berarti kecemasan ringan; nilai 2 berarti kecemasan sedang;

nilai 3 berarti kecemasan berat; dan nilai 4 berarti kecemasan sangat

berat (Fahmy, 2007 dalam Apriliawati, 2011).

Total Score < dari 14 artinya tidak ada kecemasan, total score

< dari 20 artinya kecemasan ringan, total score < dari 27 artinya

Page 48: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

36

kecemasan sedang, total score < dari 41 artinya kecemasan berat,

total score < dari 56 artinya kecemasan berat sekali (Fahmy, 2007

dalam Apriliawati,2011).

5. Terapi Bermain

a. Pengertian

Terapi bermain adalah usaha mengubah tingkah laku

bermasalah, dengan menempatkan anak dalam situasi bermain

(Adriana, 2013). Terapi bermain adalah salah satu cara untuk

mengurangi kecemasan dan meningkatkan kooperatifan anak selama

menjalani perawatan dirumah sakit (Handayani, 2008)

b. Fungsi Bermain

Menurut Ridha (2014), fungsi bermain sebagai berikut :

1) Perkembangan sensoris-motorik : membantu perkembangan

gerak halus dan pergerakkan kasar anak dengan cara memainkan

suatu obyek yang sekitarnya anak merasa senang.

2) Perkembangan kognitif : membantu anak untuk mengenal benda

yang ada disekitarnya.

3) Kreatifitas : mengembangkan kreatifitas anak dalam bermain

sendiri atau secara bersama.

4) Perkembangan sosial : belajar berinteraksi dengan orang lain,

mempelajari peran dalam kelompok.

Page 49: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

37

5) Kesadaran diri (self awareness) : dengan bermain anak sadar

akan kemampuannya sendiri, kelemahannya dan tingkah laku

terhadap orang lain.

6) Perkembangan moral : dapat diperoleh dari orang tua, orang lain

yang ada disekitar anak.

7) Komunikasi : bermain merupakan alat komunikasi terutama

pada anak yang masih belum dapat menyatakan perasaannya

secara verbal.

c. Keuntungan Bermain

Menurut Adriana (2013) keuntungan dari bermain adalah :

1) Membuang energi extra

2) Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh

3) Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nasfsu makan

anak

4) Anak belajar mengontrol diri

5) Meningkatkan daya kreativitas

6) Cara untuk mengatasi kemarahan. Kekhawatiran, iri hati, dan

kedukaan

7) Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak

lainnya.

8) Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan

9) Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

Page 50: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

38

d. Jenis terapi bermain berdasarkan usia

Menurut Jovans (2008) Dalam bermain pada anak tidaklah

sama dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini

dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu

mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga

dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-masing

umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap

usia tumbuh kembang anak:

1) Usia 0-1 tahun

Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih

dengan adanya reflex, melatih kerja sama antara mata dan

tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari

objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal

suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan yang

berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat

memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.

Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia

ini antara lain: benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan

kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang dan

binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan

menimbulkan suara, alat permaian berupa selimut, boneka, dan

lain-lain.

Page 51: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

39

2) Usia 1-2 tahun

Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada

dasarya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan

mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih

anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan

beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan

ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan di

tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar,

kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.

3) Usia 3-6 tahun

Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu

mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat

diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan

menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa,

mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas,

mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan

mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan

pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan

suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis

permainan yang dapat dighunakamn pada anak usia ini seperti

benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak,

alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

Page 52: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

40

e. Prinsip Bermain di Rumah Sakit

Menurut Ridha (2014), prinsip bermain di rumah sakit adalah :

1) Tidak membutuhkan banyak energi

2) Waktunya singkat

3) Mudah dilakukan

4) Aman

5) Kelompok umur yang sama/sebaya

6) Tidak bertentangan dengan terapi

7) Melibatkan keluarga.

Page 53: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

41

B. Kerangka Teori

Virus

Nyamuk aedes agypty

Inkubasi Virus

Sistem sistem Sistem Sistem Sistem Sistem

Gastrointestinal eliminasi Integumen Kardiovaskuler Respirasi muskuluskeletal

Hepatomegali Perdarahan infeksi virus penurunan zat perpindahan viremia

lambung dengue anafilatoksin cairan dari intra

vaskuler ke extra nyeri otot dan

menekan Melena temoregulasi Peningkatan vaskuler sendi

diafragma permeabilitas

vaskuler gangguan rasa

Mual,muntah Hb Demam masuk pleura nyaman

menurun kebocoran nyeri

Anoreksia Hipertermi plasma timbunan cairan

Lemah pada pleura

Nafsu makan

Menurun Efusi Pleura

Intoleransi

aktivitas gangguan pola

nafas

(Ridha, 2014)

Gambar 2.1. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Aplikasi

Tindakan :

Terapi bermain

Akibat:

Penurunan tingkat

kecemasan

Nutrisi

kuranga dari

kebutuhan

Resiko perdarahan

Cemas Tindakan untuk

menurunkan

kecemasan

- Terapi musik

- Terapi bermain

Terjadi kecemasan

hospitalisasi

Page 54: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

42

BAB III

METODE PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET

A. Subyek Aplikasi Riset

Subyek dari aplikasi riset ini adalah anak pra sekolah usia 3 tahun An.D

dengan DHF yang mengalami kecemasan akibat hospitalisasi

B. Tempat dan Waktu

Aplikasi riset ini dilaksanakan di Ruang perawatan anak di Rsud Dr.

Moewardi Surakarta selama 3 hari dari tanggal 16-18 maret 2015 dalam

durasi waktu ±30 menit.

C. Media dan Alat yang digunakan

Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan selama bermain adalah

mainan lilin berwarna-warni, air cuci tangan, sabun pembersih tangan (Hand

wash), handuk pengering tangan, wadah bermain.

D. Prosedur tindakan

Langkah-langkah aktivitas terapi bermain lilin :

1. Mencari dan memilih calon responden sesuai dengan kriteria inklusi.

2. Penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan

tindakan.

Page 55: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

43

3. Menjelaskan langkah prosedur, manfaat serta resikonya bahwa yang

dilakukan tidak membahayakan anak.

4. Memberikan informed consent pada orang tua anak.

5. Mengisi data kuisioner dari keluarga calon responden.

6. Mempersiapkan alat : mainan lilin berwarna-warni, air cuci tangan, sabun

pembersih tangan (Hand wash), handuk pengering tangan, wadah

bermain. Sedangkan alat ukur dalam penelitian ini berupa lembar

observasi tingkat cemas akibat hospitalisasi yang diambil dari preschool

anxiety scale.

7. Menjelaskan prosedur pada responden.

8. Melakukan pengukuran awal terhadap tingkat kecemasan anak.

9. Memberikan contoh cara bermain mainan lilin.

10. Memberikan kesempatan pada kilen untuk mencoba cara yang telah

diajarkan.

11. Mengatur posisi yang nyaman.

12. Mendampingi dan memotivasi klien sambil selama terapi bermain.

13. Melakukan pengukuran kedua terhadap tingkat kecemasan anak setelah

dilakukan intervensi.

14. Memberikan pujian pada klien dan keluarga.

E. Alat ukur Evaluasi Tindakan

Menurut Hawari (2008), untuk mengetahui sejauh mana derajat

kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali

Page 56: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

44

digunakan alat ukur yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For

Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-

masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.

Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4,

yang artinya nilai 0 berarti tidak ada gejala, nilai 1 gejala ringan, nilai 2 gejala

sedang, nilai 3 gejala berat, dan nilai 4 gejala berat sekali. Masing-masing

nilai angka (score) dari ke-14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari

hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu

Total nilai (score) < 14 tidak ada kecemasan, nilai 14-20 kecemasan ringan,

nilai 21-27 kecemasan sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai 42-56

kecemasan berat.

Tabel 3.1

Alat ukur kecemasan

No Gejala Kecemasan Nilai Angka (Score)

1. Perasaan Cemas 0 1 2 3 4

a. Cemas

b. Firasat buruk

c. Takut akan pikiran sendiri

d. Mudah tersinggung

2. Ketegangan 0 1 2 3 4

a. Merasa tegang

b. Lesu

c. Tidak bisa istirahat tenamg

d. Mudah terkejut

e. Mudah menangis

f. Gemetar

g. Gelisah

3. Ketakutan 0 1 2 3 4

a. Pada gelap

b. Pada orang asing

c. Ditinggal sendiri

Page 57: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

45

No Gejala Kecemasan Nilai Angka (Score)

4. Gangguan Tidur 0 1 2 3 4

a. Sukar tidur

b. Terbangun malam hari

c. Tidur tidak nyenyak

d. Bangun dengan lesu

e. Banyak Mimpi-mimpi ( Mimpi

buruk)

5. Gangguan Kecerdasan 0 1 2 3 4

a. Sukar konsentrasi

b. Daya ingat menurun

c. Daya ingat buruk

6. Perasaan Depresi ( murung ) 0 1 2 3 4

a. Hilangnya minat

b. Sedih

c. Bangun dini hari

d. Perasaan berubah-rubah

7. Gejala Somatik/Fisik Otot 0 1 2 3 4

a. Sakit dan nyeri otot

b. Kaku

c. Kedutan otot

d. Gigi gemerutuk

e. Suara tidak stabil

8. Gejala Somatik/Fisik (sensori) 0 1 2 3 4

a. Titinus (telinga berdenging)

b. Penglihatan kabur

c. Muka merah atau pucat

d. Merasa lemas

9. Gejala Kardiovaskuler (jantung

dan pembuluh darah)

0 1 2 3 4

a. Takikardi (denyut jantung)

b. Berdebar-debar

c. Nyeri di dada

d. Denyut nadi mengeras

e. Rasa lesu/lemas seperti mau

pingsan

10. Gejala Respiratori (pernafasan) 0 1 2 3 4

a. Rasa tertekan atau sempit di

dada

b. Rasa tercekik

c. Sering menarik nafas

d. Nafas pendek/sesak

Page 58: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

46

No Gejala Kecemasan Nilai Angka (Score)

11. Gejala Gastrointestinal

(pencernaan)

0 1 2 3 4

a. Sulit menelan

b. Perut melilit

c. Gangguan pencernaan

d. Nyeri sebelu atau sesudah

makan

e. Rasa penuh dan kembang

f. Mual atau muntah

g. Buang air besar lembek atau

konstipasi

12. Gangguan Urogenital

(perkemihan)

0 1 2 3 4

a. Sering buang air kecil

b. Tidak dapat menahan air seni

13. Gejala Autonom 0 1 2 3 4

a. Mulut kering

b. Muka merah

c. Mudah berkeringat

d. Kepala terasa berat

14. Tingkah Laku 0 1 2 3 4

a. Gelisah

b. Tidak tenang

c. Jari gemetar

d. Kerut kening

e. Muka tegang

f. Otot tegang/mengeras

Keterangan :

Nilai 0 = Tidak ada gejala,

Nilai 1 = Gejala ringan,

Nilai 2 = Gejala sedang,

Nilai 3 = Gejala berat,

Nilai 4 = Gejala berat sekali.

Page 59: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

47

BAB IV

LAPORAN KASUS

Bab ini penulis menjelaskan tentang laporan Asuhan Keperawatan pada An.

D dengan DHF di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang

dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2015. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan

mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas, intervensi,

implementasi dan evaluasi. Kasus ini diperoleh dengan menggunakan metode

Autoanamnesa dan Alloanamnesa, pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan

fisik, serta menelaah catatan medis dan catatan perawat.

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Klien bernama An. D umur 3 tahun, tanggal lahir 17 februari 2012.

Penanggung jawab adalah Ny. P, usia 34 tahun, pekerjaan swasta,

pendidikan SMA, alamat Gemolong dan hubungan dengan klien adalah

ibu.

2. Riwayat Kesehatan Pasien

Keluhan utama yang dirasakan adalah ibu klien mengatakan An. D

demam. Riwayat penyakit sekarang ibu klien mengatakan klien demam

sejak 3 hari yang lalu dan nafsu makan menurun namun tidak muntah,

kemudian klien dibawa ke IGD Rs. Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal

12 maret 2015 diperiksa oleh dokter dilakukan pengkajian pemeriksaan

fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, nadi 100

Page 60: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

48

kali permenit, pernafasan 30 kali permenit, suhu 38,8 0C. Selanjutnya

oleh dokter disarankan untuk menjalani rawat inap dan setelah kedua

orang tua setuju An. D dipindah ke bangsal melati 2 untuk mendapatkan

perawatan.

Pengkajian riwayat penyakit dahulu ibu pasien mengatakan An. D

sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit. Sebelumnya An.D

pernah mengalami sakit demam biasa, batuk, pilek, pada saat usia 1,5

tahun. An. D juga tidak mempunyai riwayat alergi obat maupun

makanan, ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi

dasar lengkap.

Pengkajian riwayat keluarga ibu pasien megatakan An. D

merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Keluarga pasien tidak ada

yang mempunyai penyakit turunan seperti hipertensi, diabetes militus,

dan penyakit menular seperti TB paru, asma

Page 61: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

49

Genogram

An. D

Gambar 4.1. Genogram

Keterangan :

Pertumbuhan dan perkembangan pasien didapatkan data

antropometri sebagai berikut berat badan 13 kg, tinggi badan 91 cm,

lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 48 cm dan lingkar lengan 15 cm.

: Perempuan : Tinggal serumah

: Laki - laki

: Meninggal

: Pasien

Page 62: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

50

Proses hospitalisasi sebelum sakit ibu pasien mengatakan sebelum

dirawat anaknya mudah berinteraksi dengan orang lain, selama sakit ibu

pasien mengatakan selama dirawat anaknya rewel dan menangis minta

pulang karena takut disuntik dengan perawat.

Status nutrisi dan metabolik sebelum sakit ibu pasien mengatakan

frekuensi makan anaknya 3x sehari dengan jenis nasi, sayur, lauk makan

habis 1 porsi tidak ada keluhan dan minum susu, air putih satu hari 7-8

gelas belimbing jumlahnya kurang lebih 1600-1900 cc. Selama sakit ibu

pasien mengatakan selama dirawat anaknya makan 3x sehari dengan

nasi, sayur, lauk makan habis ½ porsi keluhan tidak nafsu makan dan

minum susu, air putih satu hari 7-8 gelas belimbing jumlahnya kurang

lebih 1600-1900 cc.

Pola eliminasi sebelum sakit ibu An. D mengatakan anaknya BAB

1 kali sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning, bau khas, dan BAK

6-8 kali sehari dengan warna kuning jernih, bau khas jumlah 1200-1600

cc perhari. Selama sakit ibu An. D mengatakan anaknya BAB 1 kali

perhari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas,

dan BAK 6-8 kali sehari warna kuning pekat, berbau khas jumlah 1200-

1600 cc.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada An. D keadaan kesadaran composmentis

dengan skor Glasgow Coma Scale (GCS) E4 V5 M6. Pemeriksaan tanda-

tanda vital didapatkan hasil suhu 38,40C, nadi 90 kali permenit irama

Page 63: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

51

kuat teratur, pernafasan 30 kali permenit irama teratur. Kepala bentuk

mesocepal, simetris, tidak ada luka, rambut hitam dan kulit kepala bersih.

Mata kanan dan kiri simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak

anemis, pupil bereaksi terhadap rangsang cahaya, penglihatan normal

tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Telinga kanan dan kiri

simetris, tidak ada serumen, refleks pendengaran baik, tidak

menggunakan alat bantu pendengaran. Hidung kanan dan kiri simetris,

bersih tidak ada sekret, tidak ada cuping hidung. Mulut bersih tidak ada

stomatitis, mukosa kering. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

nadi karotis teraba kuat, reflek menelan baik.

Pada pemeriksan fisik paru, inspeksi bentuk dada kanan dan kiri

simetris, tidak ada luka. Palpasi vocal fremitus kanan dan kiri sama,

ekspansi paru kanan dan kiri sama, pengembangan dada kanan dan kiri

sama. Perkusi terdengar suara sonor pada seluruh lapang paru. Auskultasi

tidak ada suara tambahan, suara lapang paru vesikuler. Pada pemeriksaan

fisik jantung. Inspeksi ictus cordis tidak tampak. Palpasi ictus cordis

teraba di sela intracosta kelima. Perkusi suara pekak. Auskultasi bunyi

jantung I, II murni lub dan dib, tidak ada suara tambahan. Pada

pemeriksaan fisik abdomen, inspeksi tidak ada jejas, umbilicus bersih

tidak ada penonjolan. Auskultasi peristaltik usus 20 kali permenit.

Perkusi kuadaran I redup, kuadaran II III IV tympani. Palpasi tidak ada

nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar.

Page 64: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

52

Pada pemeriksaan genetalia bersih, tidak terpasang selang kateter.

Anus bersih dan tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan ektermitas atas

dan bawah kekuatan otot dengan skor lima penuh. Pemeriksaan

integumen bersih tidak ada jejas, kulit kemerahan, pemeriksaan uji

torniquet positif, akral panas, capilary refille kurang dari 2 detik.

4. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 maret 2015

didapatkan hasil Patologi: Hemoglobin 9,5 g/dl (11,5-12,5); Hematokrit

29% (34-40); Leukosit 10,5 ribu/ul (5,5-17,05); Trombosit 31 ribu/ul

(150-450); Eritrosit 4,16 juta/ul (3,90-5,30). Index : MCV 69,8 fl (80,0-

95,0); MCH 27,5 Pg (22-34); MCHC 35,2 g/dl (22-35); RDW 13,2 %

(18,1-521); HDW 10,3 g/dl MPV 11,4 fl. Hitung jenis : Eosinofil 1-40

% (1,20-2,00); Basofil 0-80% (0,00-1,00); Netrofil 7-40% (6,00-66,0);

Monosit 27-20% (29,00-72,00); LUC/AMC 4,20% (0,00-66,00).

5. Terapi

Terapi yang didapat pasien pada tanggal 16 maret 2015 antara lain

terapi intravena infus Ringer Laktat 20 tetes permenitberfungsi

mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidras. Obat yang

diberikan ondansentron 4mg/12jam berfungsi untuk pencegahan mual,

muntah, cefotaxim 500mg/8jam untuk infeksi saluran nafas, saluran

kemih, ginekologi kulit tulang dan rawan sendiri, saluran pencernaan,

Ranitidine 12,5mg/12jam untuk mencegah mual dan lambung tidak

kering.obat oral paracetamol 3x5mg berfungsi menurunkan demam.

Page 65: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

53

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 16 maret 2015 secara wawancara

dan observasi kepada pasien, penulis menemukan masalah antara lain :

Masalah utama yang dikeluhkan oleh pasien dan menjadi diagnosa

keperawatan paling utama yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses

penyakit (virus). Ditandai dengan data subyektif ibu An.D mengatakan

anaknya demam sejak 3 hari yang lalu sebelum dibawa kerumah sakit, data

obyektif didapatkan hasil remple leed positif, akral teraba panas, suhu 38,4oC,

nadi 90 kali permenit, pernafasan 30 kali permenit, trombosit 31 10^3/ul.

Masalah keperawatan yang kedua yakni Ansietas berhubungan dengan

perubahan lingkungan (hospitalisasi). Ditandai dengan data subyektif ibu

An.D mengatakan selama dirawat anaknya menjadi rewel karena lingkungan

rumah sakit, anaknya selalu minta pulang karena takut disuntik, data obyektif

didapatkan pasien tampak menghindar bila didekati, gelisah, menangis saat

akan diberi tindakan keperawatan, skor kecemasan 22 tingkat kecemasan

sedang.

Masalah keperawatan yang ketiga yaitu ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Ditandai dengan data subyektif ibu An.D mengatakan nafsu makan anaknya

menurun, sedangkan data obyektif didapatkan An. D tampak lemas

Antropometri : BB sebelum sakit 13 kg selama sakit 11 kg, biochemical :

hemoglobin 9,5 g/dl hematokrit 29%, clinical: mukosa bibir lembab, diit:

Page 66: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

54

pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk, buah minum air putih

dan susu makan habis ½ porsi saja.

Masalah keperawatan yang keempat yaitu Resiko tinggi perdarahan

berhubungan dengan trombositopenia. Ditandai dengan data subyektif ibu

An.D mengatakan ditubuh anaknya timbul bintik merah, sedangkan data

obyektif didapatkan An.D pemerikasaan remple leed positif, trombosit 31

ribu/ul, hemoglobin 9,5 g/dl.

C. Prioritas Diagnosa keperawatan

Berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan diatas dapat diprioritaskan

diagnosa keperawatan utama Hipertermi berhubungan dengan proses

penyakit. Diagnosa keperawatan kedua Ansietas berhubungan dengan

perubahan lingkungan (hospitalisasi). Diagnosa keperawatan ketiga

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan

intake yang tidak adekuat. Diagnosa keperawatan keempat resiko tinggi

terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

D. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang muncul untuk diagnosa keperawatan utama adalah

Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (virus). Tujuannya adalah

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan

Page 67: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

55

masalah keperawatan hipertermi teratasi dengan kriteria hasil suhu tubuh

normal (36,5-37,50C), tanda-tanda vital normal, mukosa bibir lembab.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada An.D

observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital untuk mengetahui suhu tubuh,

beri kompres hangat untuk membantu menurunkan suhu tubuh, anjurkan ibu

untuk memakaikan pakaian tipis atau tidak memakai selimut tebal untuk

mengurangi panas dalam tubuh, kolaborasi pemberian terapi antipiretik untuk

menurunkan suhu tubuh.

Perencanaan keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang muncul untuk diagnosa keperawatan kedua adalah

Ansietas berhubungan dengan perubahan lingkungan (hospitalisasi).

Tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24

jam diharapkan kecemasan berkurang dengan kriteria hasil skor kecemasan

menjadi tidak cemas, tidak gelisah, tidak takut, anak kooperatif.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada An. D

kaji tingkat kecemasan untuk mengetahui tingkat kecemasan, beri kesempatan

pasien mengungkapkan rasa cemas untuk membantu menenangkan perasaan

pasien, jaga hubungan saling percaya untuk menjalin hubungan saling

percaya, berikan terapi bermain lilin untuk menurunkan tingkat kecemasan.

Perencanaan keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang muncul untuk diagnosa keperawatan ketiga adalah

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat. Tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan

Page 68: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

56

keperawatan selama 2 kali 24 jam diharapkan intake pada anak adekuat

dengan kriteria hasil nafsu makan anak meningkat, berat badan naik 1 kg.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada An.D

pantau intake nutrisi pada anak untuk mengetahui intake nutrisi, beri

makanan yang disukai anak untuk menngkatkan nafsu makan, anjurkan ibu

pasien untuk memberikan anaknya makan sedikit-sedikit tapi sering untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi, kolaborasi pemberian diit untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi.

Perencanaan keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang muncul untuk diagnosa keperawatan keempat adalah

Resiko tinggi terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

Tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24

jam diharapkan tidak ada resiko perdarahan dengan kriteria hasil bebas dari

tanda dan gejala perdarahan seperti bintik merah atau mimisan, mampu

mencegah timbulnya resiko perdarahan, tanda-tanda vital dalam batas normal,

hasil laboratorium normal.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada An.D

observasi keadaan umum pasien, monitor tanda-tanda vital pasien, monitor

tanda-tanda perdarahan, anjurkan pasien untuk minum yang cukup, anjurkan

pasien untuk banyak istirahat, berikan informasi kepada keluarga pasien

segera melaporkan jika ada tanda-tanda perdarahan, kolaborasi dengan dokter

pemberian obat mencegah perdarahan.

Page 69: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

57

E. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 16 maret 2015 yaitu

diagnosa yang pertama pada jam 08.00 WIB mengobservasi keadaan umum

dan tanda-tanda vital dengan respon subyektif ibu pasien mengatakan

anaknya demam, selalu rewel ingin cepat pulang, takut jika didekati perawat,

nafsu makan anak menurun, respon obyektif yaitu akral teraba panas, makan

habis ½ porsi suhu 38,4oC, nadi 90 kali permenit, pernafasan 30 kali

permenit. Jam 08.30 WIB memberi kompres hangat dengan respon subyektif

ibu pasien mengatakan bersedia anaknya diberi kompres hangat, respon

obyektif pasien tampak tenang. Jam 08.45 WIB menganjurkan ibu untuk

memakaikan pakaian tipis dengan respon subyektif ibu paseien mengatakan

bersedia memakaikan pakaian tipis, respon obyektif ibu pasien tampak

kooperatif. Jam 09.00 WIB memberikan obat oral paracetamol 3mg dengan

respon subyektif pasien mengatakan mau diberi obat, respon obyektif obat

sudah diminum.

Pada diagnosa yang kedua pada jam 09.30 WIB memberikan

kesempatan anak untuk mengungkapkan dan membina hubungan saling

percaya dengan respon subyektif pasien mengatakan takut dengan perawat

karena suka menyuntik, respon obyektif pasien tampak menceritakan

kecemasaanya. Jam 11.00 WIB memberikan terapi bermain lilin dengan

respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia anaknya diberikan terapi

bermain lilin, respon obyektif pasien tampak bingung masih ragu-ragu

mengikuti permainan.

Page 70: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

58

Pada diagnosa ketiga pada jam 12.00 WIB menganjurkan ibu pasien

untuk memberikan makan sedikit tapi sering dengan respon subyektif ibu

pasien mengatakan bersedia, respon obyektif ibu pasien tampak kooperatif.

Pada diagnosa keempat pada Jam 12.30 WIB menganjurkan pasien untuk

istirahat yang cukup dengan respon subyektif ibu pasien mengatakan anaknya

mau tidur jika digendong dulu, respon obyektif pasien tampak digendong

ibunya. Jam 13.15 WIB menganjurkan pasien untuk minum yang banyak.

Tindakan keperawatan pada hari kedua tanggal 17 maret 2015 jam pada

diagnosa pertama jam 08.00 WIB mengobservasi keadaan umum dan tanda-

tanda vital dengan respon subyektif ibu pasien mengatakan nafsu makan

anaknya mulai meningkat, anak sudah mau berjalan, respon obyektif akral

teraba hangat, terkadang masih menangis jika didekati perawat , makan habis

1 porsi, suhu 37,8oC, nadi 92 kali permenit, pernafasan 24 kali permenit. Jam

08.30 WIB memberikan kompres hangat dengan respon subyektif pasien

mengatakan mau dikompres hangat respon subyektif pasien mengatakan mau

dikompres hangat, respon obyektif pasien tampak kooperatif. Jam 08.45

WIB mengajurkan pasien untuk memakai pakaian tipis respon subyektif

pasien mengatakan mau memakai pakaian tipis, respon obyektif pasien

tampak kooperatif.

Pada diagnosa kedua jam 10.15 WIB memberikan terapi bermain lilin

respon subyektifpasien mengatakan mau diberikan terapi bermain lilin,

respon obyektif pasien sudah menunjukan kooperatifnya namun masih ragu-

ragu. Pada diagnosa ketiga jam 11.30 WIB menganjurkan pasien untuk

Page 71: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

59

makan sedikit tapi sering respon subyektifnya ibu pasien mengatakan nafsu

makan anaknya mulai meningkat, respon obyektif pasien makan habis 1

porsi.

Pada diagnosa keempat Jam 09.15 WIB menganjurkan untuk minum air

puth yang banyak respon subyektif pasien mengatakan mau minum air putih

yang banyak, respon obyektif pasien tampak kooperatif. Jam 13.00 WIB

menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dengan respon subyektif

pasien mengatakan mau tidur, respon obyektif pasien tampak kooperatif.

Tindakan keperawatan pada hari ketiga tanggal 18 maret 2015 jam

08.30 WIB mengobservasi keadaan umum pasien, tanda-tanda vital dengan

respon subyektif pasien mengatakan sudah tidak takut lagi dengan perawat,

respon obyektif pasien tampak tenang dan kooperatif, akral teraba hangat

suhu 36,8oC, nadi 87 kali permenit, pernafasan 28 kali permenit.

Pada diagnosa kedua Jam 09.00 WIB memberi kesempatan anak untuk

mengungkapkan perasaannya respon subyektif pasien mengatakan sudah

tidak takut lagi dengan perawat, respon obyektif pasien tampak lebih rileks.

Jam 10.30 WIB memberikan terapi bermain lilin respon subyektif pasien

mengatakan mau diajak melakukan terapi bermain lilin, respon obyektif

pasien tampak mengikuti permainan. Pada diagnosa keempat Jam 12.00 WIB

menganjrkan pasien untuk minum yang cukup dengan respon subyektif

pasien mengatakan mau minum air putih, respon obyektif pasien tampak

kooperatif. Jam 13.00 WIB menganjurkan pasien untuk tidur yang cukup

Page 72: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

60

dengan respon subyektif pasien mengatakan mau tidur, respon obyektif

pasien tampak tertidur.

F. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka dapat dilakukan evaluasi

keperawatan dengan metode SOAP pada hari senin, 16 maret 2015 jam 14.00

WIB pada diagnosa pertama diperoleh hasil sebagai berikut subyektif ibu

pasien mengatakan anaknya masih demam, obyektif akral teraba panas, suhu

38,4oC , nadi 90 kali permenit, pernafasan 30 kali permenit. Analisa masalah

belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi kaji keadaan umum pasien,

observasi ttv pasien, beri obat penurun panas, beri kompres hangat.

Pada diagnosa keperawatan kedua jam 14.10 WIB dengan respon

subyektif ibu pasien mengatakan anak rewel dan minta pulang terus, takut

dengan perawat, obyektif skor kecemasan 22 sedang, tampak gelisah. Analisa

masalah belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan kaji tingkat

kecemasan dan ukur tingkat kecemasan, beri kesempatan klien

mengungkapkan perasaan, berikan terapi bermain lilin.

Pada diagnosa ketiga jam 14.20 WIB respon subyektif ibu pasien

mengatakan nafsu makan anaknya menurun, obyektif pasien makan habis ½

porsi. Analisa masalah belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan

anjurkan makan sedikit demi sedikit, anjurkan orang tua memberikan

makanan yang disukai. Pada diagnosa keempat respon subyektif ibu pasien

mengatakan selama dirawat anak tidak mimisan, obyektif tromobosit 31

Page 73: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

61

ribu/ul. Analisa masalah belum teratasi. Planning monitor tanda-tanda vital,

kolaborasi dengan dokter pemberian terapi.

Evaluasi pada hari selasa 17 maret 2015 jam 14.00 WIB respon

subyektif ibu pasien mengatakan demam anaknya mulai menurun, obyektif

akral teraba hangat, suhu 37,8oC, nadi 92 kali permenit, pernafasan 24 kali

permenit. Analisa masalah teratasi sebagian. Planning intervensi dilanjutkan

observasi ttv, beri kompres hangat.

Pada diagnosa kedua jam 14.10 WIB respon subyektif ibu pasien

mengatakan anaknya sudah mau berinteraksi tapi terkadang masih takut,

obyektif pasien tampak tenang. Analisa masalah teratasi sebagian. Planning

intervensi dilanjutkan observasi tingkat kecemasan, beri terapi bermain lilin.

Pada diagnosa ketiga jam 14.20 WIB respon subyektif ibu pasien

mengatakan nafsu makan anaknya meningkat, obyektif pasien makan habis 1

porsi. Analisa masalah sudah teratasi. Planning pertahankan intervensi. Pada

diagnosa keempat jam 14.30 WIB respon subyektif ibu pasien mengatakan

bintik-bintik merah pada badan anaknya sedikit menghilang, obyektif pasien

tampak lebih tenang. Analisa masalah belum teratasi. Planning intervensi

dilanjutkan anjurkan pasien untuk minum air putih yang cukup, anjurkan

pasien untuk istirahat yng cukup.

Evaluasi pada hari rabu 18 maret 2015 jam 14.00 WIB respon subyektif

ibu pasien mengatakan badan anaknya sudah tidak demam, obyektif akral

teraba hangat, suhu 36,8oC, nadi 87 kali permenit, pernafasan 28 kali

permenit. Analisa masalah teratasi. Planning intervensi dipertahankan.

Page 74: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

62

Pada diagnosa kedua jam 14.10 WIB respon subyektif ibu pasien

mengatakan anaknya sudah tidak rewel, obyektif pasien tampak tenang dan

rileks, sangat kooperatif mengikuti permainan dan sudah mau berinteraksi.

Analisa masalah teratasi. Planning pertahankan intervensi.

Pada diagnosa keempat jam 14.20 WIB respon subyektif pasien

mengatakan badannya sudah tidak sakit dan mau minum air putih yang

banyak, obyektif pasien tampak lebih kooperatif. Analisa masalah teratasi.

Planning intervensi dipertahankan.

Page 75: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

63

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang ” Aplikasi tindakan pemberian

terapi bermain lilin terhadap tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

keperawatan An. D dengan DHF di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi

Surakarta”. Asuhan keperawatan yang dilakukan melalui tahap : pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Penulis dalam bab

ini membahas tentang adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan

hasil aplikasi pada kasus.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan, dan

keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan (Deden, 2012).

metode pengkajian yang digunakan yaitu Autoanamnesa dan alloanamnesa.

Autoanamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan langsung kepada pasien,

karena pasien kuasa atau mampu melakukan tanya jawab. Sedangkan

Alloanamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan terhadap keluarga atau relasi

terdekat atau yang membawa pasien tersebut ke rumah sakit (Sugiyono,

2008).

Keluhan utama yang dirasakan adalah ibu klien mengatakan An. D

demam. Riwayat penyakit sekarang ibu klien mengatakan klien demam sejak

Page 76: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

64

3 hari yang lalu dan nafsu makan menurun namun tidak muntah. Berdasarkan

riwayat penyakit, klien memasuki fase demam. Fase demam tersebut akan

memasuki fase kritis yang umumnya terjadi pada hari ke 3-5 demam,

kemudian pada fase kritis terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang

menyebabkan kebocoran plasma, suhu tubuhpada fase kritis akan menurun

sekitar 37,5 0C atau justru dibawahnya (WHO, 2009 dalam Setiawati, 2011).

Pada An. D demam hari ke 4 saat dilakukan pengkajian dengan pemeriksaan

suhu tubuh 38,40C, artinya An. D memasuki fase kritis yang harus diwaspadai

apabila terjadi penurunan suhu tubuh. Terjadinya kenaikan suhu tubuh pada

anak dengan DHF ini disebabkan adanya viremia, viremia merupakan

masuknya virus dalam aliran darah (Hidayat, 2012). Dengue haemorhagic

fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue

(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty (Suriadi dan Rita yuliani 2010). Dari data pengkajian pemeriksaan

tanda-tanda vital diatas mengalami kenaikan suhu tubuh diatas normal 36,5-

37,5 0C senada dengan teori yang didapatkan.

Saat dilakukan pemeriksaan di IGD Rs. Dr. Moewardi surakarta pada

tanggal 12 maret 2015 diperiksa oleh dokter dilakukan pengkajian

pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

nadi 100 kali permenit, pernafasan 30 kali permenit, suhu 38,80C, uji

torniquet positif. Menurut penelitian Retno (2008) pengkajian data subyektif

yang biasa muncul adalah panas/demam, anoreksia, mual dan data obyektif

yang sering dijumpai suhu tubuh tinggi, tampak bintik merah pada kulit

Page 77: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

65

(petekie), uji torniquet positif. Dari data yang sudah didapatkan sesuai dengan

teori diatas terdapat bintik merah.

Penderita Dengue haemorhagic fever (DHF) biasanya menunjukan

gejala seperti demam tinggi selama 2-7 hari, perdarahan terutama perdarahan

bawah kulit, epitaksis, hematemesis, melena, hematuri, mual, muntah, tidak

nafsu makan, nyeri otot, tulang sendi, abdomen, ulu hati, sakit kepala,

pembengkakan sekitar mata, pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah

bening, tanda-tanda renjatan seperti sianosis, kulit lembab dan dingin, gelsah,

nadi cepat dan lemah (Ridha, 2014).

Pemeriksaan fisik pada An. D keadaan kesadaran composmentis dengan

skor Glasgow Coma Scale (GCS) E4 V5 M6. Pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan hasil suhu 38,40C, nadi 90 kali permenit irama teratur, pernafasan

30 kali permenit irama teratur. Pada data yang didapatkan nadi teratur tidak

terdapat tanda renjatan seperti nadi cepat dan lemah Ridha (2014). Karena

pada pasien tersebut belum mengalami kegagalan dalam sistem sirkulasi

seperti pada grade III.

Pada pemeriksaan fisik kepala didapatkan kepala berbentuk mesocepal,

simetris, tidak ada luka, rambut hitam dan kulit kepala bersih. Mata kanan

dan kiri simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil bereaksi

terhadap rangsang cahaya, penglihatan normal tidak menggunakan alat bantu

penglihatan. Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada serumen, refleks

pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Hidung kanan

dan kiri simetris, bersih tidak ada sekret, tidak ada cuping hidung tidak

Page 78: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

66

mimisan. Mulut bersih tidak ada stomatitis, mukosa kering. Leher tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, nadi karotis teraba kuat, reflek menelan baik.

Menurut teori Utami (2013) pemeriksaan kepala terasa nyeri, muka tampak

kemerahan pada muka karena demam, mata anemis, hidung kadang mimisan

pada grade III, IV. Pada mulut mukosa kering, perdarahan pada gusi, nyeri

telan. Pada tenggorokan mengalami hiperemiafiaring, terjadi perdarahan

telinga biasa terjadi digrade III, IV. Terjadi kesenjangan dari data yang

didapatkan dengan teori diatas karena masih termasuk dalam grade II.

Pada pemeriksan fisik paru, inspeksi bentuk dada kanan dan kiri

simetris, tidak ada luka. Palpasi vocal fremitus kanan dan kiri sama, ekspansi

paru kanan dan kiri sama, pengembangan dada kanan dan kiri sama. Perkusi

terdengar suara sonor pada seluruh lapang paru. Auskultasi tidak ada suara

tambahan, suara lapang paru vesikuler. Pada pemeriksaan dada menurut

Utami (2013) bentuk dada simetris, kadang-kadang sesak, pada foto thoraks

terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura),

rales, ronchi biasanya terjadi pada grade III, IV, terjadi kesenjangan pada

teori dengan hasil pengkajian karena pasien belum termasuk dalam grade III

dan IV.

Pada pemeriksaan fisik abdomen, pada saat dilakukan Palpasi tidak ada

nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar. Pada data tersebut terjadi

kesenjangan menurut utami (2013) pada pemeriksaan palpasi teraba adanya

pembesaran hati dan limpa, sedangkan data yang didapatkan tidak terjadi

pembesaran hati karena pada pasien belum mengalami syok atau renjatan.

Page 79: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

67

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 maret 2015 didapatkan

hasil Patologi: Hemoglobin 9,5 g/dl (11,5-12,5); Hematokrit 29% (34-40);

Leukosit 10,5 ribu/ul (5,5-17,05); Trombosit 31 ribu/ul (150-450). Dari data

diatas hasil trombosit menurun dari batas normal (150-450 ribu/ul),

trombositopeni hebat, gangguan fungsi trombosit, dan kelainan fungsi

koagulasi merupakan penyebab utama perdarahan (Susilaningrum, dkk,

2013). Terjadi kesenjangan pada pemeriksaan hematokrit menurut penelitian

Retno (2008) biasa terjadi peningkatan hematokrit >20%, sedangkan pada

penelitian terjadi penurunan hematokrit.

Terapi yang didapat pasien pada tanggal 16 maret 2015 antara lain

terapi intravena infus Ringer Laktat 20 tetes permenitberfungsi

mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi. Terjadi kebocoran

plasma sehingga perlu diberikan terapi cairan RL untuk mengganti plasma

yang hilang.Senada dengan teori menurut Tuchinda (2006) dalam Cahyani

(2008), bahwa pada kasus DHF pemberian cairan sangat penting, yaitu terkait

untuk penggantian cairan plasma yang disebabkan oleh kebocoran plasma ke

daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak, kemudian dapat

menurunkan volume plasma sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan

hematokrit. Obat yang diberikan ondansentron 4mg/12jam berfungsi untuk

pencegahan mual, muntah, cefotaxim 500mg/8jam untuk infeksi saluran

nafas, saluran kemih, ginekologi kulit tulang dan rawan sendiri, saluran

pencernaan. Obat oral paracetamol 3x5mg berfungsi menurunkan demam

diberikan pada pasien DHF mengalami peningkatan suhu (ISO, 2012-1013).

Page 80: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

68

B. Perumusan Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah sebuah label singkatan menggambarkan

kondisi pasien yang diobservasi di lapangan, kondisi ini dapat berupa

masalah-masalah yang aktual dan potensial (Wilkinson, 2007).

Penulis merumuskan diagnosa keperawatan pertama adalah hipertermi

berhubungan dengan proses penyakit, karena pada saat pengkajian didapatkan

data subyektif yaitu ibu klien mengatakan anaknya demam. Data obyektif

didapatkan hasil An. D tampak lemah, akral teraba hangat, suhu 38,4 0C, nadi

90 kali permenit. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang

normal (36,5-37,5 0C). Batasan karateristik untuk diagnosa ini adalah

peningkatan suhu tubuh diatas batas normal, kulit merah, kejang, takikardi,

kulit teraba hangat, takipnea (Wilkinson, 2011)

Diagnosa keperawatan kedua adalah ansietas berhubungan dengan

perubahan lingkungan (hospitalisasi). Ditandai dengan data subyektif ibu

An.D mengatakan selama dirawat anaknya menjadi rewel karena lingkungan

rumah sakit, anaknya selalu minta pulang karena takut disuntik, data obyektif

didapatkan pasien tampak menghindar bila didekati, gelisah, menangis saat

akan diberi tindakan keperawatan, skor kecemasan 22 tingkat kecemasan

sedang. Batasan karakteristik kecemasan yaitu dengan menilai perilaku yang

gelisah dan kontak mata yang buruk, fisiologis pada wajah yang tegang,

simpatik dengan menunjukan anoreksia, mulut kering serta lemah,

parasimpatik dengan merasakan mul dan serta kognitif klien dengan

menunjukan ketakutan (Herdman, 2009-2011)

Page 81: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

69

Kecemasan anak terhadap tindakan medis dan keperawatan dapat dikaji

dengan HARS-SCORE dengan jumlah score 22, termasuk dalam kecemaan

ringan, perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan

kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik/ fisik (otot), gejala

kardiovaskuler, gejala respiratori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital,

gejala autonom, tingkah laku.

Stres dan kecemasan anak saat menjalani hospitalisasi dipengaruhi oleh

karakteristik personal anak, yang meliputi umur, jenis kelamin, budaya,

pengalaman hospitalisasi dan pengalaman medis sebelumnya (Mahat &

Slocoveno dalam Tsai, 2007). Cemas merupakan perasaan tidak nyaman atau

kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak

spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan

oleh antisipasi terhadap bahaya (Herdman, 2009-2011 : 281).

Diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,

karena saat dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif ibu klien

mengatakan anaknya susah makan dan nafsu makan menurun, data obyektif

didapatkan An. D tampak lemas, A : 0,11 m dengan BB sebelum sakit : 13kg

dan selama sakit : 11kg. B : hemoglobin 11,3 g/dl dan hematokrit 46 %. C

:mukosa bibir lembab. D : klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk,

buah dan minum air putih serta susu, makan habis ½ porsi saja.

Kondisitersebut akan menyebabkan An. D mengalami ketidakseimbangan

Page 82: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

70

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh intake yang tidak

adekuat akibat mual, muntah atau anoreksia (Riyadi, 2010).

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan

nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan

karakteristiknya adalah kram abdomen, menghindari makan, kerapuhan

kapiler, diare, kehilangan rambut berlebih, kurang makanan, kurang

informasi, kurang minat pada makanan, penurunan berat badan dengan

asupan makanan adekuat, membran mukosa pucat, ketidakmampuan

memakan makanan, mengeluh asupan makanan kurang dari RDA

(recomended daily allowance), sariawan dirongga mulut, kelemahan otot

pengunyah, staetorea (Herdman, 2012).

Diagnosa keperawatan yang keempat yaitu Resiko tinggi perdarahan

berhubungan dengan trombositopenia. Ditandai dengan data subyektif ibu

An.D mengatakan ditubuh anaknya timbul bintik merah, sedangkan data

obyektif didapatkan An.D pemerikasaan trombosit 31 ribu/ul, hemoglobin 9,5

g/dl. Risiko perdarahan adalah risiko menurunya volume darah yang mungkin

mempengaruhi status kesehatan (Herdman 2009/2011 :159).

Etiologi dari problem (masalah keperawatan) risiko terjadinya

perdarahan adalah trombositopenia (Herdman, 2009/2011 : 159).

Trombositopenia merupakan pertanda penting untuk melakukan diagnosis

maupun untuk meramalkan perjalanan penyakit (Sitorus, 2008 : 122).

Menurut WHO (2009) dalam Setiawati (2011), virus berkembang biak dalam

retikuloendotel sel (sel-sel mesenkim dengan daya fagosit) sehingga tubuh

Page 83: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

71

mengalami viremia (darah mengandung virus) yang menyebabkan

terbentuknya komplek virus antibody dan menyebabkan agregasi trombosit

yang berdampak terjadinya trombositopenia.

Uji tourniquet positif, memar atau dapat juga berupa perdarahan

spontan mulai dari petechie (muncul pada hari-hari pertama demam dan

berlangsung selama 3-6 hari) pada ektermitas, tubuh, muka sampai epistaksis,

dan perdarahan gusi, sedangkan perdarahan gastrointestinal massive lebih

jarang terjadi dan biasanya dapat terjadi pada kasus dengan syok yang

berkepanjangan san setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain

seperti perdarahan subkonjungtiva terkadang ditemukan (Susilaningrum,

2013).

Perumusan prioritas diagnosa keperawatan sesuai dengan Hirarki

Maslow yaitu dengan membagi kebutuhan manusia dalam lima tahap yaitu :

pertama kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar seperti

oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal,

istirahat tidur, serta kebutuhan seksual; kedua kebutuhan rasa aman dan

perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis;

ketiga kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki; keempat

kebutuhan akan harga diri maupu perasaan dihargai oleh orang lain; kelima

kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan paling tinggi dalam Hirarki

Maslow (Hidayat, 2012 : 7-8). Untuk memprioritaskan diagnosa keperawatan

pada An.D, penulis menggunakan prioritas kebutuhan dasar maslow.

Diagnosa utama adalah kecemasan berhubungan dengan perubahan

Page 84: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

72

lingkungan. Diagnosa kedua yaitu hipertermi berhubungan dengan proses

penyakit. Diagnosa ketiga ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Diagnosa keempat

resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

Penulis hanya mengangkat dua diagnosa yang sesuai teori Utami (2013)

yaitu hipertermia dan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, karena yang muncul saat pengkajian hanya ada data yang

mendukung tentang diagnosa hipertermi dan gangguan pemenuhan nutrisi,

sedangkan penulis mengangkat diagnosa kecemasan dan resiko tinggi

perdarahan karena pada saat pengkajian ada data yang mendukung diagnosa

tersebut.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah pengembangan strategi

desain untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang

telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara

menyelesaikan perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah

dengan efektif dan efisien (Rohmah & Walid, 2012). Rencana keperawatan

ini disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana

tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan prinsip ONEC, observasi

(rencana tindakan untuk mengkaji atau melakukan observasi terhadap

kemajuan klien untuk memantau secara langsung yang dilakukan secara

Page 85: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

73

terus-menerus), nursing treatment (rencana tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi dan mencegah perluasan masalah), education (rencana tindakan

yang berbentuk pendidikan kesehatan), colaboratif (tindakan medis yang

dilimpahkan pada perawat) (Sholeh, 2012).

Dalam referensi intervensi dituliskan sesuai dengan kriteria intervensi

NIC (Nursing Intervension clasification) dan NOC (Nursing Outcome

Clasification) dan diselesaikan secara SMART yaitu Spesifik (jelas atau

khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat diterima), Rasional

dan Time (ada kriteria waktu) (Sholeh, 2012).

Berdasarkan diagnosa pertama penulis menyusun intervensi yaitu

lakukan pengkajian saat timbulnya demam untuk mengidentifikasi pola

demam pasien, observasi tanda-tanda vital untuk menggetahui suhu tubuh,

berikan kompres hangat untuk membantu menurunkan suhu tubuh, anjurkan

ibu untuk memakaikan pakaian yang tipis dan tidak memakai selimut tebal

untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh, kolaborasi pemberian terapi

antipiretik untuk menggurangi demam (Retno, 2008).

Intervensi yang dibuat penulis sudah sesuai NIC. Berdasarkan diagnosa

kedua penulis menyusun intervensi yaitu lakukan pengkajian karakteristik

kecemasan.kaji tingkat kecemasan untuk mengetahui sekor tingkat

kecemasan klien, beri kesempatan pasien menggungkapkan rasa cemasnya

untuk membantu menenangkan perasaan pasieen, jaga hubunggan saling

percaya untuk menjalin kepercayaan, berikan terapi bermain lilin untuk

menurunkan tingkat kecemasan (Herdman, 2013).

Page 86: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

74

Intervensi yang dibuat penulis sudah sesuai NIC. Berdasarkan diagnosa

ketiga penulis menyusun intervensi yaitu lakukan pengkajian karakteristik

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat. Pantau intake nutrisi pada anak rasional untuk

mengetahui masukan/intake nutrisi pada klien, berikan penjelasan pada

keluarga tentang pentingnya nutrisi pada anak rasional agar keluarga

mengetahui nutrisi apa saja yang dibutuhkan klien, anjurkan pada keluarga

untuk memberikan makan yang disukai anak sedikit dan sajikan selagi hangat

rasional tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun napsu makan

mungkin lambat untuk kembali, kolaborasi dengan ahli gizi untuk

memberikan diit yang tepat untuk klien rasional agar klien mendapatkan diit

yang tepat untuk memenuhi nutrisinya (Nurarif, 2013).

Intervensi yang dibuat penulis sudah sesuai NIC. Berdasarkan diagnosa

keempat penulis menyusun intervensi yaitu observasi keadaan umum pasien,

monitor tanda-tanda vital pasien, monitor tanda perdarahan, anjurkan pasien

untuk minum yang cukup, anjurkan pasien untuk banyak istirahat, berikan

informasi kepada keluarga jika ada tanda perdarahan untuk segera

melaporkan, kolaborasi dengan dokter pemberian obat mencegah perdarahan

(Retno, 2008)

Page 87: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

75

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi status kesehatanyang lebih baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Dermawan, 2012). Pada diagnosa yang pertama

penulis melakukan tindakan keperawatan pada masalah hipertermi,

memonitor suhu 38,4 0C. Memberikan kompres hangat suhu turun 37,8

menjadi 36,8 0C. Menganjurkan pemberian selimut atau pakaian yang tipis

suhu tubuh turun 36,8 0C. Memberikan terapi obat paracetamol untuk

membantu menurunkan suhu tubuh.

Hipertermi merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi

dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit. Menurunkan atau

tepatnya mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan

dengan berbagai cara, terdapat mekanisme tubuh terhadap kompres hangat

dalam upaya menurunkan suhu tubuh yaitu dengan pemberian kompres

hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui

sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas

dilakukan adalah tindakan kompres hangat merupakan tindakan yang cukup

efektif dalam menurunkan demam. Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan

antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap keadaan demam

dengan cara kompres hangat (Nurwahyuni dalam Mohamad, 2010)

Pengawasan perlu dilakukan karena pada fase kritis berlangsung

anatara 24 sampai 48 jam (WHO, 2009 dalam Setiawati 2011). Pengukuran

Page 88: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

76

suhu tubuh dapat dilakukan setiap 3 jam sekali atau lebih sering lagi

(Nursalam dkk, 2008 : 166). Pada hari kedua dengan suhu tubuh 36,80C dan

hari ketiga dengan suhu tubuh 370C pasien berada pada fase penyembuhan,

karena masuk pada demam hari keenam dan ketujuh. Selain itu pasien

menunujukkan kondisi bisa melewati fase kritis ditandai dalam waktu kurang

24 – 48 jam pasien tidak mengalami syok dan suhu tubuh stabil (Anggraeni,

2010 dalam Setiawati 2011).

Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan diagnosa yang

kedua kecemasan. Hasil dari implementasi yang dilakukan didapatkan hasil

dari respon melakukan pendekatan yang menenangkan, pasien tampak rileks

dan nyaman, memberikan terapi bermain lilin, melibatkan keluarga untuk

mendampingi pasien score kecemasan menjadi 18 (tidak cemas). Hal itu

sesuai dengan teori Glaser (2000) dalam Wibowo (2011), bahwa perawat

memberikan informed consent pada tindakan yang akan dilakukan, selain itu

seorang perawat juga harus membina hubungan saling percaya dengan anak

dan orang tua akan terapi yang akan diberikan. Senada dengan teori

Susilaningrum dkk (2013 : 23), bahwa peran perawat sangat penting dalam

meminimalkan kecemasan anak akibat hospitalisasi. Perawat perlu

memahami konsep stress hospitalisasi dan prinsip-prinsip asuhan

keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.

Penulis menggunakan teknik terapi bermain lilin. Terapi bermain

adalah salah satu cara untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan

kooperatifan anak selama menjalani perawatan dirumah sakit. Bermain dapat

Page 89: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

77

mengurangi tekanan atau stres dari lingkungan. Dengan bermain anak dapat

mengekspresikan emosi dan ketidakpuasan akan sesuatu atas situasi sosial

serta rasa takutnya yang tidak dapat diekspresikan di dunia nyata (Nursalam,

dkk , 2008).

Menurut Adriana (2011) manfaat terapi bermain adalah melatih

konsep-konsep dasar, mengenalkan warna dan bentuk, melatih kemampuan

motorik. Fungsi terapi bermain perkembangan sensorimotor, perkembangan

intelektual, kreativitas dan sosialisasi. Terapi bermain dengan menggunakan

lilin sangat tepat karena lilin tidak membutuhkan energi yang banyak untuk

bermain, permainan ini juga dapat dilakukan diatas tempat tidur anak,

sehingga tidak menganggu dalam proses pemulihan kesehatan anak

(Ngastiyah, 2005).

Tindakan keperawatan terapi bermain lilin diberikan pada An. D ini

sangat berpengaruh setelah dilakukan pengukuran tingkat kecemasan terjadi

penurunan tingkat kecemasan, yang semula skore 22 termasuk tingkat

kecemasan sedang turun menjadi 18 tingkat kecemasan ringan. Hal ini

sepadan oleh penelitian yang dilakukan Fradianto, Parjo & Dewi (2014)

bahwa tindakan pemberian terapi bermain lilin tersebut efektif untuk

penurunan tingkat kecemasan.

Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan diagnosa yang

ketiga ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat. Untuk mengatasi masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh penulis melakukan

Page 90: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

78

pemantauanintake nutrisi. Berguna dalam mendefinisikan keseimbangan

antara input dan output dan juga derajat/luasnya masalah dan pilihan

intervensi yang tepat (Potter & Perry, 2006).

Memberikan memberikan penjelasan pada keluarga tentang

pentingnya nutrisi pada anak agar keluaga mengerti tentang pentingnya

pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak dan dapat memberikan nutrisi yang

mengandung protein tinggi untuk meminimalkan kelemahan dan

mempercepat penyembuhan (Nurarif, 2013). Tindakan lain yang dilakukan

adalah menganjurkan pada keluarga untuk memberikan makan yang disukai

anak sedikit dan sajikan selagi hangat. Makan porsi kecil tapi frekuensi sering

dapat memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak

perlu/kebutuhan energi dari makan makanan banyak (Safitri, 2011). Tindakan

terakhir yaitu berkolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang

tepat untuk klien, agar tim gizi dapat memberikan diit yang sesuai untuk

memenuhi kebutuhan klien (Nurarif, 2013).

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa keempat Mengobservasi

keadaan umum pasien, memonitor tanda–tanda perdarahan, menganjurkan

pasien untuk minum yang cukup, menganjurkan pasien untuk banyak

istirahat, memberikan informasi kepada keluarga pasien segera melaporkan

jika ada tanda–tanda perdarahan, mengkolaborasi dengan dokter pemberian

obat untuk mencegah perdarahan. Data yang didapatkan selama dirawat

dirumah sakit An.D tidak pernah mengalami mimisan. Memonitor hasil

Trombosit perlu dilakukan karena pasien masuk pada fase kritis. Sesuai

Page 91: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

79

dengan teori menurut Nelson (1999) dalam Cahyani (2008), menyebutkan

bahwa kadar trombosit dalam darah kurang dari batas normal (<100.000/ul)

disebut trombositopenia yang terjadi pada fase kritis, yaitu nilai trombosit

akan menurun dan kembali meningkat pada fase penyembuhan.

Selain hasil Trombosit memonitor hasil hematokrit perlu terus

menerus dimonitor untuk mengetahui adanya perdarahan sehingga bisa

mengancam terjadinya syok (Hendrawan, 2007 : 7). Perdarahan perlu

dimonitor dengan ketat karena perdarahan dapat timbul pada beberapa

tempat, selain kulit juga dapat timbul pada mukosa eksternal maupun internal.

Perdarahan umumnya terjadi pada hari kelima sampai kedelapan (Garna,

2012 : 315). Menurut Sitorus, 2008 : 122, hematokirt diketahui mengalami

peningkatan sekitar > 20% atau lebih dari kadar hematokrit awal (sebelum

sakit atau sama dengan saat penyembuhan).

Memberikan edukasi kepada keluarga untuk segera melaporkan jika

ada tanda-tanda perdarahan pada pasien. Perdarahan yang ditandai dengan uji

tourniquet positif, petekie (bintik merah akibat perdarahan dalam kulit),

ekimosis (perubahan warna kulit menjadi merah lembayung karena

perdarahan), purpura (bercak-bercak perdarahan dalam kulit atau selaput

lender), perdarahan mukosa, epistaksis (mimisen/perdrahan dari hidung),

perdarahan gusi, hematemesis (muntah darah), dan melena (tinja berwarna

hitam karena perdarahan) (WHO, 2009 dalam Setiawati, 2011)

Page 92: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

80

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/perbuatan dengan standar

untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai

(Dermawan, 2012).

Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan pertama, setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam masalah keperawatan hipertermi

dapat teratasi suhu tubuh dalam batas normal 36,8 0C, maka intervensi

dihentikan. Pada diagnosa keperawatan kedua, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 kali 24 jam masalah keperawatan kecemasan dapat

teratasi dengan dilakukan tindakan keperawatan terapi bermain lilin score

kecemasan menjadi 18, anak sudah tidak cemas lagi mau berinteraksi dengan

yang lain. Pada diagnosa keperawatan ketiga, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 kali 24 jam masalah keperawatan ketidakseimbangan

nutrisi teratasi dengan kriteria hasil diantaranya nafsu makan anak meningkat,

makan habis 1 porsi (Wilkinson, 2007).

Pada diagnosa keperawatan keempat, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 kali 24 jam masalah keperawatan resiko perdarahan

dapat teratasi pasien sudah tampak lebih ceria tidak tampak tanda-tanda

perdarahan seperti mimisan. Evaluasi yang dilakukan penulis pada masalah

keperawatan risiko terjadinya perdarahan didapatkan hasil pada hari pertama

masalah teratasi sebagian, karena An. D selama di rumah sakit tidak

mengalami mimisan dan tidak ada tanda-tanda perdarahan, tetapi terapi tetap

dilanjutkan sampai hari ketiga untuk mencegah perdarahan dan memonitor

Page 93: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

81

hasil laboratorium. Karena Hematokrit perlu terus menerus dimonitor untuk

mengetahui adanya perdarahan sehingga bisa mengancam terjadinya syok

(Hendrawan, 2007 : 7). Selain Hematrokit yang perlu dimonitor adalah nilai

Trombosit karena nilai trombosit mulai menurun pada fase kritis dan kembali

naik pada fase penyembuhan (Nelson, 1999 dalam Cahyani 2008).

Page 94: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

82

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Setelah peulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa perencanaan,

implementasi dan evaluasi tentang pemberian terapi bermain terhadap

penurunan kecemasan selama menjalani perawatan pada asuhan keperawatan

An.D dengan DHF diruang Melati II RSUD dr. Moewardi Surakarta maka

dapat ditarik kesimpulan :

1. Pengkajian

Ibu An.D mengatakan badan anaknya panas didapatkan suhu 38,4

derajat celcius, nadi 90 kali permenit, penapasan 24 kali permenit,

trombosit 31 kali 103 ul.

Ibu pasien mengatakan selama dirawat anaknya menjadi rewel dan

selalu meminta pulang karena takut disuntik sedangkan data obyektif

didapatkan pasien tampak menghindar bila didekati, gelisah, menanggis

saat akan diberi tindakan keperawatan.

Ibu pasien mengatakan nafsu makan anak nya menurun sedangkan

data obyektif anak tampak lemas, beerat badan sebelum sakit 13kg, berat

badan selama sakit menjadi 11kg. Pemeriksaan hemoglobin 9,5 g/dl,

hematokrit 29%, mukosa bibir lembab, klien makan 3 kali sehari berupa

nasi, sayur, lauk, buah, minum dengan air putih dan susu, makan habis ½

porsi.

Page 95: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

83

Ibu pasien mengatakan ditubuh anaknya timbul bintik merah

didapatkan data obyektif pemeriksaan trombosit 31 ribu/ul, hemoglobin

9,5 g/dl, hematokrit 29%.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang muncul pada klien dan bedasarkan prioritas

pertama adalah Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.

Prioritas yang kedua adalah ansietas berhubungn dengan lingkungan

hospitalisasi. Prioritas yang ke tiga adalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebtuhan tubuh berhubungan dengan intage yang tidak

adkuat. Prioritas yang ke empat adalah resiko tinngi terjadi perdarahan

berhubungan dengan trombositopenia.

3. Intervensi keperawatan

Pada diagnosa pertama intervesi yang dilakukan adalah observasi

keaadaan umum dan tanda-tanda vital untuk menggetahui suhu tubuh,

berikan kompres hanggat untuk membantu menurunkan suhu tubuh,

anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian yang tipis dan tidak memakai

selimut tebal untuk menggurangi peniningkatan suhu tubuh, kolaborasi

pemberian terapi antipiretik untuk menggurangi demam.

Pada diagnosa kedua intervensi yang dilakukan adalah kaji

tingkat kecemasan untuk mengetahui sekor tingkat kecemasan klien, beri

kesempatan pasien menggungkapkan rasa cemasnya untuk membantu

menenangkan perasaan pasieen, jaga hubunggan saling percaya untuk

Page 96: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

84

menjalin kepercayaan, berikan terapi bermain lilin untuk menurunkan

tingkat kecemasan.

Pada diagnosa ketiga intervensi yang dilakukan adalah observasi

pola makan pada anak untuk menggetahui intek nutrisi, beri makanan

yang disukai pasien untuk meningkatkan nafsu makan, anjurkan ibu

pasien untuk memberikan makanan sedikit tapi sering untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi, kolaborasi pemberian diit untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi

Pada diagnosa keempat intervensi yang dilakukan adalah

observasi keadaan umum pasien, monitor tanda-tanda vital pasien,

monitor tanda-tanda perdarahan, anjurkan pasien untuk minum yang

cukup, anjurkan pasien untuk banyak istirahat, berikan informasi kepada

keluarga pasien segera melaporkan jika ada tanda-tanda perdarahan,

kolaborasi dengan dokter pemberian obat mencegah perdarahan

4. Implementasi Keperawatan

Pada diagnosa pertama implementasi yang dilakukan adalah

Mengobservarsi keadaan umum dan tanda-tanda vital untuk mengetahui

suhu tubuh, memberi kompres hangat untuk menurun kan suhu tubuh,

menganjurkan ibu untuk memakaikan pakaian atau tidak memakai

selimut tebal untuk mengurangi panas dalam tubuh mengkolaborasi

antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh.

Pada diagnosa kedua implementasi yang dilakukan adalah

Mengkaji tingkat kecemasan untuk mengetahui tingkat kecemasan,

Page 97: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

85

memberi kesempatan pasien mengungkapkan rasa cemasnya untuk

membantu menenangkan perasaan pasien, menjaga hubungan saling

percaya untuk menjalin hubungan saling percaya, memberikan terapi

bermain lilin untuk menurunkan tingkat kecemasan.

Pada diagnosa ketiga implementasi yang dilakukan adalah

Memantau intake nutrisi pada anak untuk mengetahui intake nutrisi,

memberi makanan yang disukai pasien untuk meningkatkan nafsu

makan, menganjurkan ibu pasien untuk memberikan anaknya makan

sedikit demi sedikit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, mengkolaborasi

pemberian diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Pada diagnosa keempat implementasi yang dilakukan adalah

Mengobservasi keadaan umum pasien, memonitor tanda-tanda

perdarahan, menganjurkan pasien untuk minum yang cukup,

menganjurkan pasien untuk banyak istirahat, memberikan informasi

kepada keluarga pasien segera melaporkan jika ada tanda-tanda

perdarahan, mengkolaborasi dengan dokter pemberian obat untuk

mencegah perdarahan.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan evaluasi diagnosa

keperawatan pertama masalah dapat teratasi, ibu pasien mengatakan

An.D sudah tidak demam suhu 36,80C. Diagnosa kedua masalah teratasi

Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak rewel pasien tampa krileks,

score kecemasan 18 (tidak cemas), maka intervesi dihentikan.

Page 98: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

86

Diagnosa yang ketiga masalah kebutuhan nutrisi teratasi, ibu

pasien mengatakan anaknya sudah mau makan, makan habis 1 porsi,

maka intervensi dihentikan.

Diagnosa keempat masalah sudah teratasi, ibu pasien mengatakan

badan anaknya sudah mendingan, pasien tampak lebih ceria, maka

intervensi dihentikan.

6. Analisa

Pemberian terapi bermain lilin pada anak dengan DHF sangat

efektif terhadap penurunan kecemasan dari tingkat kecemasan sedang

dengan score 22 ke ringan dengan score 18 pada anak saat mengalami

perawatan di rumah sakit.

B. SARAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dengan DHF, penulis

memberikan usulan dan masukan positif pada bidang kesehatan antara lain :

1. Bagi Penulis

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien Dengue

Haemorrhagic Fever (DHF) diharapkan penulis dapat lebih mengetahui

dan menambah wawasan tentang cara penanganan DHF.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi menyediakan perpustakaan yang lengkap demi

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.

Page 99: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

87

3. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan asuhan keperawatan pada anak saat dilakukan

perawatan di rumah sakit, tetap memperhatikan aspek psikosocial anak

dengan memberikan ruang khusus untuk bermain anak.

4. Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga diharap dapat melaksanakan terapi bermain

lilin dengan baik dan benar untuk mengurangi kecemasan.

Page 100: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

DAFTAR PUSTAKA

Adriana Dian. 2013. Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:

Salemba Medika

Anggraeini. 2014. Thesis Hubungan Antara Kecemasan dalam Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika dengan Prestasi Akademik Matematika pada

Remaja, NPM : 10505235. Program Pasca Sarjana. Fakultas Psikologi

Universitas Guna Darma.

Apriliawati, A. 2011. Pengaruh Bliblioterapi terhadap Tingkat Kecemasan Anak

Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi di Rumah Sakit Islam Jakarta.

Program Magister Ilmu Keperawatan Peminat Keperawatan Anak.

Falkutas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia NPM.

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan kerangka

Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Doenges dkk, 2006. Nursing Care Plans: Guidelines For Individualizing Client

Care Across The Life Span. Publisher: Davis Company, F. A. USA.

Hadinegoro, S.R.H dan Satari, H.I. 2002. Buku Naskah Lengkap Pelatih Dokter

Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Tatalaksanaan Kasus

DBD. Balai Penerbit. FKUI. Jakarta.

Handayani, Puspitasari. 2008. Jurnal kesehatan Surya Medika

Yogyakarta.http://www.Skripsistikes.wordpres.com.

Hawari, Dadang. 2008. Manajaemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Herdman, T. Heater. 2012. Diagnosa Keperawatan:Definisi dan klasifikasi 2012-

2014. EGC : Jakarta.

Hidayat, 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.

Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba

Medika. Jakarta.

Hockenberry, M. E., Wilson, D., Winkelstein, M. L. & Schwartz, P. (2009). Buku

ajar keperawatan pediatrik. (Edisi 6). Volume 1 & 2. Alih bahasa

Hartono,A., Kurnianingsih, S. & Setiawan. Jakarta : EGC.

Jovan. 2007. Hospitalisasi. http://jovandc.multiply.com.

Page 101: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

Katinawati. 2011. Pengaruh Terapi Bermain Dalam Menurunkan Kecemasan

Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di

Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo semarang.

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/a

rticle/view/92. diakses pada 23 oktober 2013.

Mardaningsih, Siska. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan

Kecemasan Pada Anak Usia Toddler yang Sedang di Rawat Inap di IRNA

RSD Dr. Soehadi Kabupaten jember. Skripsi. Jember: Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Jember.

Mubarak, W.I & Chayatin, N. (2007). Kebutuhan dasar manusia. Jakarta : EGC.

NANDA Internasional, 2009/2011. Buku Diagnosa Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi. Jakarta:EGC.

Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Nursalam, Susilaningrum M., Utami M., (2008). Proses Dan Dokumentasi

Keperawatan Konsep Dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif, A. M., dan Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, NIC, NOC. Jilid 1.

Yogyakarta: Media Action Publishing.

Pudiastuti, Ratna D. (2011). Waspada Penyakit pada Anak. Jakarta : Permata

Putri Media.

Potter P.A & Perry A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.

Ridha, H Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stuart, G.W & Sunden, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed. 3. Jakarta:

EGC

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :

ALTABETA

Supartini Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Page 102: APLIKASI TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN … · i aplikasi tindakan pemberian terapi bermain lilin anak pra sekolah terhadap penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada asuhan

Suriadi dan Yuliani Rita. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV.

Sagung Seto.

Suyono, soetjiningsih, IG. N.Gede Ranuh. 2012. Tumbuh kembang Anak . Edisi 2.

Buku kedokteran EGC, Jakarta.

Utama, Yuli. 2014. Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal

Ilmiah WIDYA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan. Vol : 2, No, 2.

WHO. 2009. Buku saku: Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta :

WHO 2008.

Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran.

Jakarta: EGC