33
CASE APENDISITIS PEMBIMBING Dr. Ramadhana Effendi, Sp.B DISUSUN OLEH OCTAFIANDRI 030.05.162 KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

Appendicitis - Octafiandri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Appendicitis - Octafiandri

CASE

APENDISITIS

PEMBIMBING

Dr. Ramadhana Effendi, Sp.B

DISUSUN OLEH

OCTAFIANDRI

030.05.162

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

FATMAWATI

PERIODE 11 JANUARI 2010 – 20 MARET 2010

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Page 2: Appendicitis - Octafiandri

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat

rahmat dan anugrah-Nya, pembahasan kasus Apendisitis ini dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Pembahasan kasus tentang Apendisitis ini disusun sebagai salah

satu tugas dalam pelaksanaan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Bedah

RSUP Fatmawati periode 11 Januari 2010 – 20 Maret 2010.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Dr. Ramadhana Effendi, Sp.B selaku pembimbing dalam

penyusunan tugas ini serta seluruh pihak yang telah membantu, sehingga

kasus mengenai apendisitis ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat

waktu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu

kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Jakarta,

Januari 2010

Penulis

i

Page 3: Appendicitis - Octafiandri

BAB I KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. David

Umur : 40 thn

Alamat : Jln. Margasatwa Gg. Melati, Pondok Labu

Pekerjaan : Pegawai swasta

Status : Menikah

Pendidikan : SLTA

Agama : Kristen

No. RM : 968486

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 14 Januari

2010, pukul 01.00 WIB.

Keluhan Utama:

Nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan Tambahan:

Demam, mual, muntah, buang air besar susah.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD rumah sakit Fatmawati dengan keluhan nyeri perut

kanan bawah sejak 1 hari SMRS dan nyeri dirasakan terus-menerus.

Empat hari sebelumnya pasien merasakan nyeri pada ulu hati yang

kemudian beralih ke perut kanan bawah dan tiba-tiba menjadi sangat sakit

sekali pada 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluh demam, mual dan

muntah. BAB susah dan BAK normal.

1

Page 4: Appendicitis - Octafiandri

2

Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya pasien tidak pernah merasakan nyeri perut kanan bawah

seperti yang dikeluhkan sekarang. Riwayat hipertensi, penyakit kencing

manis, alergi obat dan makanan di sangkal oleh pasien. Riwayat asma

juga disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang mengeluh sakit yang sama seperti

pasien.

Riwayat Kebiasaan

Pasien kurang mengkonsumsi makanan yang berserat. Pasien mengaku

merokok, minum minuman beralkohol disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 14 Januari 2010.

Kesadaran : Compos Mentis

Kesan sakit : Sakit sedang

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 58 kg

Keadaan gizi : Baik

Sikap Pasien : Kooperatif

Mobilisasi : Aktif

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 37 ˚C

Respiration rate : 20x/menit

Kepala : Bentuk normocephali

Rambut hitam, distribusi merata

Mata : Pupil bulat, isokor

Page 5: Appendicitis - Octafiandri

3

Conjungtiva Anemis -/-

Sklera ikterik -/-

Telinga : Bentuk normotia

Serumen +/+ minimal

Nyeri tekan mastoid -/-

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Leher : kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thorax : Jantung : S1-S2 reguler, Murmur (-),Gallop (-)

Paru: Suara nafas vesikuler,Ronchi -/- Wheezing -/-

Ekstremitas : Akral hangat

Deformitas (-)

Oedem (-)

Status lokalis

Abdomen :

Inspeksi : Bentuk simetris

Palpasi : Dinding perut simetris, datar, supel , Massa (-)defans

muskular (+) di kuadran kanan bawah,Nyeri tekan

(+) di kuadran kanan bawah (Mc.Burney sign),Nyeri

lepas (+)

Perkusi : Bunyi timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Psoas sign (+). Obturator sign (+), Rovsing sign (+),

Blumberg sign (+).

Rectal toucher

Tonus sphinter ani baik, ampula tidak prolaps, mukosa licin, nyeri tekan(-),

prostat dalam batas normal, massa(-). Pada handscoon feses(+), darah(-).

Pemeriksaan laboratorium darah (14 Januari 2010)

Hematologi

Page 6: Appendicitis - Octafiandri

4

Hemoglobin :12,0 gr/l (13,2-17,3 gr/l)

Hematokrit : 35 % (33-45)

Leukosit : 21,4ribu/ul (5-10ribu/ul)

Trombosit : 233ribu/ul (150-440ribu/ul)

Eritrosit : 4,83 juta/ul (4.40-5.90)

VER/HER/KHER/RDW

VER : 72,9 fl (80-100fl)

HER : 24,8 pg (26-34pg)

KHER : 34,1 g/dl (32-36g/dl)

RDW : 14,6 % (11,5-14,5%)

Hitung jenis

Netrofil : 91 % (50-70%)

Limfosit : 8 % (20-40%)

Monosit : 2 % (2-8%)

Fungsi hati

SGOT : 66 U/l (0-34U/l)

SGPT : 69 U/l (0-40U/l)

Fungsi ginjal

Ureum : 40 mg/dl (20-40 mg/dl)

Creatinin : 1,1 mg/dl (0,6-1,5 mg/dl)

Glukosa sewaktu

GDS : 130 mg/dl (70-140 mg/dl)

Elektrolit

Natrium : 136 mmol/l (135-147 mmol/l)

Kalium : 3,20 mmol/l (3,10-5,10 mmol/l)

Page 7: Appendicitis - Octafiandri

5

klorida : 98 mmol/l (95-108 mmol/l)

Pemeriksaan urinalisa

Urobilinogen : 0,2 UE/dl (<1 UE/dl)

Protein urine : +3 (negatif)

Berat jenis : 1,015 (1,003-1,030)

Bilirubin : positif (negatif)

Keton : trace (negatif)

Nitrit : negatif (negatif)

pH : 6,5 (4,8-7,4)

Lekosit : - (negatif)

Darah : +1 (negatif)

Glukosa : - (negatif)

Warna : kuning tua (kuning)

Kejernihan : jernih (jernih)

Hematologi

Masa perdarahan : 2 menit (1-3menit)

Masa pembekuan : 4 menit (2-6menit)

Resume

Pasien laki-laki usia 40 tahun datang ke IGD rumah sakit Fatmawati

dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS. Empat hari

sebelumnya pasien merasakan nyeri pada epigastrium kemudian beralih

ke perut kanan bawah dan tiba-tiba menjadi sangat sakit sekali pada 1

hari SMRS. Pasien juga mengeluh demam, mual dan muntah.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan abdomen dan

defans muskular di kuadran kanan bawah, Psoas, Obturator, Rovsing, dan

Blumberg sign positif. Dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan

leukositosis.

Page 8: Appendicitis - Octafiandri

6

Diagnosa kerja

Apendisitis akut

Diagnosa banding

Divertikulitis

Ileitis Akut

Penatalaksanaan

Apendiktomi cito.

Operasi dilakukan pada tanggal 14 Januari 2010

Laporan operasi:

1. Pasien terlentang dengan anestesi spinal.

2. A dan antisepsis pada daerah operasi dan sekitarnya.

3. Insisi melewati titik McBurney menembus kutis, subkutis, fascia, otot

dipisahkan secara tumpul.

4. Ketika peritoneum dibuka tidak keluar apa-apa.

5. Omentum dieksisi ke kanan bawah, dibebaskan keluar pus ± 100cc

dan dikultur.

6. Insisi diperlebar

7. Identifikasi caecum, appendiks letak retrocaecal, ukuran ± 6x2 cm,

gangrenous, perforasi di tengah, fekalit (+)

8. Dilakukan apendiktomi, punctum dijahit double ligasi

9. Rongga abdomen dibersihkan

10.Luka dijahit lapis demi lapis

11.Operasi selesai.

Diagnosis setelah operasi: Apendisitis perforasi

Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad sanasionam : dubia ad bonam

Page 9: Appendicitis - Octafiandri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PENDAHULUAN

Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang

dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu yang

sebenarnya adalah sekum. Organ yang diketahui fungsinya ini sering

menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks

memerlukan tindak bedah segera untuk mencegah komplikasi yang

umumnya berbahaya.

Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di

negara berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir

kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh

meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari.

Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak

kurang dari 1 tahun jarang dilaporkan. Insidens tertinggi pada kelompok

umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidens pada lelaki dan

perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun,

insidens lelaki lebih tinggi.

II.2 ANATOMI

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung seperti pita cacing,

panjangnya ± 6-10 cm, dan apeksnya menempel pada sekum. Lumennya

sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal dengan diameter

lumen 0,5-1,5 mm. Letak basis apendiks merupakan pertemuan 3 taenia

koli. Variasi letak apendiks adalah retrosekal, retroperineum, dan

esktraperitoneum.

Pendarahan apendiks berasal dari arteri apendikularis yang

merupakan arteri tanpa kolateral ( end artery). Jika arteri ini tersumbat,

misalnya karena thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami

gangren. Persarafan simpatis berasal dari n. Torakalis X. Oleh karena itu,

7

Page 10: Appendicitis - Octafiandri

8

nyeri visceral apendisitis bermula di sekitar epigastrium. Sedangkan

perdarafan parasimpatis berasal dari cabang n. Vagus yang mengikuti a.

mesenterika superior dan a. apendikularis.

II.3 DEFINISI

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang dapat terjadi

karena beberapa alasan seperti infeksi pada apendiks tetapi alasan yang

terpenting adalah adanya obstruksi pada lumen apendiks.

II. 4 ETIOLOGI

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Hal yang berperan

sebagai faktor pencetusnya adalah adanya sumbatan pada lumen

apendiks. Sumbatan ini dapat terjadi terutama karena adanya fekalit,

selain itu disebabkan karena hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks,

dan cacing ascaris. Penyebab lain yang dapat diduga dapat menimbulkan

apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti

E.histolytica.

II. 5 PATOFISIOLOGI

Page 11: Appendicitis - Octafiandri

9

Sumbatan (obstruksi) dari lumen apendiks yang dapat terjadi

karena fekolit, hipertrofi jaringan limfoid, biji-bijian, dan cacing yang

mengakibatkan pembentukan mukus yang terus-menerus, menumpuk

dalam lumen, dan menyebabkan meningkatnya tekanan dalam lumen.

Bakteri yang virulen akan menyebabkan mukus tersebut menjadi pus

(jaringan nekrotik).

Adanya sekresi mukus terus menerus dan sifat inelastisitas dari

jaringan serosa menyebabkan tekanan intralumen makin meninggi.

Tekanan yang tinggi ini menyebabkan gangguan drainase saluran limfe

sehingga menimbulkan edema pada apendiks. Adanya kuman dan edema

apendiks menyebabkan terjadinya ulserasi mukosa apendiks. Fase ini

disebut ”focal apendicitis acuta”. Keluhan yang timbul adalah rasa nyeri

viseral akibat regangan mukosa. Hal ini dirasakan sebagai rasa nyeri di

ulu hati (epigastrium), karena inervasinya terpusat di epigastrium. Fase ini

umumnya disertai dengan mual dan muntah.

Tingkat selanjutnya akibat sekresi yang terus menerus serta

meningkatnya tekanan lumen, maka selain terganggunya drainase sistem

limfe, juga terjadi sumbatan vena yang menyebabkan terjadinya trombosis

Page 12: Appendicitis - Octafiandri

10

dan iskemi. Akibatnya seluruh apendiks akan terinvasi oleh kuman. Fase

ini disebut ”apendicitis acuta supurativa”. Setelah mukosa terkena

akhirnya serosa juga terinvasi kuman, sehingga akan merangsang

peritoneum parietal. Maka timbulah rasa nyeri somatis yang khas untuk

apendisitis yaitu rasa nyeri di perut kanan bawah (titik Mc.Burney). Titik

Mc.Burney terletak di 1/3 lateral garis yang menghubungkan antara SIAS

dan umbilikus.

Jika tidak dilakukan pengobatan maka arteri juga akan tersumbat

hingga terjadilah nekrosis (terutama di daerah mesenterial), yang

kemudian diikuti terjadinya gangren. Fase ini disebut ”apendicitis

gangrenosa”. Pada fase ini dapat timbul komplikasi. Pada akhirnya akan

terjadi perforasi (isi apendiks menyebar), terjadi fase ”apendicitis

perforata”.

Badan mempunyai mekanisme pertahanan terhadap penyakit. Bila

proses terjadi tidak terlalu cepat maka pada saat peradangan omentum

dan usus akan bergerak ke daerah tersebut sehingga melokalisasi daerah

peradangan, yaitu dengan mengelompokan dan membentuk suatu infiltrat

apendiks (apendiks diliputi omentum dan usus). Fase ini disebut dengan

”apendicitis infiltrat”. Tanpa terapi yang baik infiltrasi ini dapat menjadi

abses dan disebut ”apendicular abses”.

II. 6 GEJALA KLINIS DAN TANDA KLINIS

Gejala klinis :

a. Nyeri / Sakit perut

Gejala utama apendisitis akut adalah nyeri abdomen.

Pada mulanya terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang

timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah umbilikus dengan sifat

nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks

dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri

visceral itu akan dirasakan mula-mula di daerah epigastrium dan

periumbilikal Secara klasik, nyeri di daerah epigastrium akan terjadi

Page 13: Appendicitis - Octafiandri

11

beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan menetap di kuadran kanan

bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang

berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale dengan

sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat

bila batuk ataupun berjalan kaki.

b. Muntah (rangsangan viseral) , akibat aktivasi n.vagus

Hampir 75% penderita disertai dengan vomitus, namun jarang

berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali atau

dua kali. Gejala disuria juga timbul apabila peradangan apendiks

dekat dengan vesika urinaria

c. Obstipasi , karena penderita takut mengejan

Penderita apendisitis akut juga mengeluh obstipasi sebelum

datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal

tersebut timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang

merangsang daerah rektum

d. Demam (infeksi akut)  ,  bila timbul komplikasi

Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara

37,50 – 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi

perforasi.

Tanda klinis :

a. Inspeksi

Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang

sakit, kembung (+) bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan

bawah terlihat pada appendikuler abses.

b. Palpasi

Page 14: Appendicitis - Octafiandri

12

Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah :

b.1 Nyeri tekan (+) Mc.Burney

Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah

atau titik Mc Burney.

b.2 Nyeri lepas (+)  karena rangsangan peritoneum

Rebound tenderness (nyeri lepas tekan ) adalah rasa nyeri

yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen

kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah

sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di

titik Mc Burney.

b.3 Defans musculer (+) karena rangsangan m.Rektus abdominis

Defance muscular adalah nyeri tekan kuadran kanan bawah

abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum

parietal.

b.4 Rovsing sign (+)

Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah,

apabila kita melakukan penekanan pada abdomen bagian kiri

bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang

dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan.

b.5 Psoas sign (+)

Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas

oleh peradangan yang terjadi pada apendiks.

Ada 2 cara memeriksa :

1. Aktif :  Pasien telentang, tungkai kanan lurus ditahan

pemeriksa, pasien memfleksikan articulatio coxae

kanan, nyeri perut kanan bawah.

2. Pasif   : Pasien miring kekiri, paha kanan dihiperekstensikan

pemeriksa, nyeri perut kanan bawah

b.6 Obturator Sign (+)

Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan

lutut difleksikan kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar

Page 15: Appendicitis - Octafiandri

13

secara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks

terletak pada daerah hipogastrium

c. Perkusi, Nyeri ketok (+)

d. Auskultasi

Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis

apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar

bunyi peristaltik usus

e. Rectal Toucher / Colok dubur , nyeri tekan pada jam 9-12

II. 7 DIAGNOSIS

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik masih merupakan dasar

diagnosis apendisitis akut. Pemeriksaan tambahan hanya dikerjakan bila

ada keragu-raguan atau untuk menyingkirkan diagnosis. Diagnosis klinis

apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus.

Kesalahan diagnosis lebih sering pada perempuan dibanding lelaki. Hal ini

dapat disadari mengingat pada perempuan terutama yang masih muda

sering timbul gangguan yang mirip apendisitis akut. Keluhan itu berasal

dari genitalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau

penyakit ginekologik lain.

Gejala klinis pada apendisitis akut yang dimulai dengan

ketidaknyamanan perut di bagian atas, diikuti mual dan penurunan nafsu

makan. Nyeri menetap dan terus-menerus, tapi tidak begitu berat dan

kadang diikuti pula dengan muntah, kemudian beberapa saat nyeri

berpindah ke kuadran kanan bawah. Nyeri menjadi terlokalisir dan

penderita kadang mengalami konstipasi. Penderita apendisitis biasa

ditemukan terbaring di tempat tidur serta memberikan penampilan

kesakitan. Mudah tidaknya penderita untuk menelentangkan diri

merupakan tanda ada atau tidaknya rangsang peritoneum.

Page 16: Appendicitis - Octafiandri

14

Pemeriksaan pada abdomen kanan bawah, pada pemeriksaan

palpasi didapatkan nyeri tekan, nyeri lepas, serta defans muskular di Mc

Burney.Selain itu juga didapatkan psoas sign, rovsing sign, dan obturator

sign. Pada pemeriksaan perkusi didapatkan nyeri ketok pada kuadran

kanan bawah.Pada pemeriksaan auskultasi, peristaltik usus masih dalam

batas normal, atau kadang sedikit menurun. Untuk appendix yang terletak

retrocaecal tersebut, kadang lokasi nyeri sulit ditentukan bahkan tak ada

nyeri di abdomen kanan bawah. Dan pada pemeriksaan rectal toucher

dapat ditemukan nyeri tekan di jam 9-12 jika apendiks berada di

retrosekal.

Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis

moderat (10.000-20.000/ µL). Jika leukosit lebih tinggi biasanya

dicurigai telah terjadi perforasi. Selain itu dapat pula ditemukan

neutrofilia. Pada pemeriksaan urinalisa dapat ditemukan hematuria

dan piuria pada 25 % pasien.

b. Ultrasonografi (USG)

Dapat digunakan untuk mendiagnosis apendisitis sekaligus

menyingkirkan penyakit lain dengan gejala yang sama, seperti

penyakit adneksa pada perempuan muda. Dengan pemeriksaan

ultrasonografi (USG), apendisitis akut akan menunjukkan

gambaran fekalit, udara intralumen, diameter apendiks lebih dari 6

mm, penebalan dinding apendiks lebih dari 2 mm dan

pengumpulan cairan perisekal. Ini memberikan gambaran yang

dinamakan “target-sign” atau “doughnut-sign”. Keadaan apendiks

supurasi atau gangrene ditandai dengan distensi lumen oleh cairan,

penebalan dinding apendiks dengan atau tanpa apendikolit.

Keadaan apendiks perforasi ditandai dengan tebal dinding

Page 17: Appendicitis - Octafiandri

15

apendiks yang asimetris, cairan bebas intraperitonial, dan abses

tunggal atau multipel (Gustavo GR, 1995).

c. Apendikogram, dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4

serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara

peroral dan dminum sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam

untuk anak-anak dan 10-12 jam untuk dewasa. Bila ada sumbatan

maka zat kontras tidak bisa mengisi di apendiks sehingga tidak

tampak gambaran apendiks (non visual).

Gambaran apendiks pada apendikogram

Page 18: Appendicitis - Octafiandri

16

II.8 DIAGNOSIS BANDING

a. Adneksitis

Peradangan pada tuba falopii biasanya ditandai dengan nyeri di bagian

perut bawah kanan dan kiri disertai demam tinggi, menorrhagia dan

infertilitas.Endometriosis

b. KET

Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak

menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim

dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah

pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan vaginal

didapatkan nyeri dan penonjolan rongga Douglas dan pada

kuldosintesis didapatkan darah.

c. Kista ovarium terganggu

Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba

massa dalam rongga pelvis dalam pemeriksaan perut, colok vaginal,

atau colok rektal. Tidak terdapat demam. Pemeriksaan ultrasonografi

dapat menentukan diagnosis.

d. Salpingitis

Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu

biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah

lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan

infeksi urin. Pada colok vagina akan timbul nyeri hebat di panggul jika

uterus diayunkan. Pada gadis dapat dilakukan colok dubur jika perlu

untuk diagnosis banding.

e. Divertikulitis

Menunjukkan gejala yang hampir sama dengan apendisitis tetapi lokasi

nyeri lebih ke medial. Karena kedua kelainan ini membutuhkan tindakan

operasi, maka perbedaannya bukanlah hal penting.

f. Ileitis akut

Peradangan pada ileum. Gejala ileitis meliputi sakit di bagian kanan

bawah perut. Gejala lain termasuk pembengkakan pada perut, demam,

Page 19: Appendicitis - Octafiandri

17

kehilangan nafsu makan, sembelit (kesulitan buang kotoran), dan / atau

diare.

g. Kolitis

Radang pada colon ditandai dengan feses bercampur darah, nyeri

tajam pada perut bagian bawah, demam dan tenesmus.

h. Adenitis mesentrika

Menunjukkan tanda dan gejala yang identik dengan apendisitis.

Penyakit ini lebih sering pada anak-anak, biasanya didahului infeksi

saluran napas. Lokasi nyeri di perut kanan bawah tidak konstan dan

menetap.

i. Obstruksi usus

Biasanya nyeri timbul perlahan-lahan di daerah epigastrium. Pada

pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani,

terdengar metalic sound pada auskultasi.

j. Batu ureter

Batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari pinggang

ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas.

Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos perut atau urografi intravena

dapat memastikan penyakit tersebut. Pielonefritis sering disertai

dengan demam tinggi, mengigil, nyeri kostovertebral di sebelah kanan,

dan piuria.

II.9 KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :

a. Perforasi

Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya

perforasi. Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta

yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh

perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans

muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang

karena ileus paralitik.

Page 20: Appendicitis - Octafiandri

18

b. Peritonitis generalisata

Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat

terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi

akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi

tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya

peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang

sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan

meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus

menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin

syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen

tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang.

c. Massa Periapendikuler

Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi

pendindingan oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada

hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis

generalisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif

ditandai dengan keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi,

terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri.

Massa apendix dengan proses meradang telah mereda ditandai

dengan keadaan umum telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada

tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan nyeri tekan

ringan, lekosit dan netrofil normal.

II.10 PENATALAKSANAAN

Pada apendisitis akut, abses, dan perforasi diperlukan tindakan

operasi apendiktomi cito. Tindakan ini dapat dilakukan melalui laparotomi

atau laparoskopi. Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, pasien

dianjurkan untuk tirah baring dan diberikan antibiotik sistemik spektrum

luas untuk mengurangi insidens infeksi pada luka post operasi.

Page 21: Appendicitis - Octafiandri

19

II.11 PROGNOSIS

Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik.

Kematian dapat terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih

dapat terjadi infeksi pada 30% kasus apendisitis perforasi atau apendisitis

gangrenosa.

Page 22: Appendicitis - Octafiandri

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien adalah seorang laki-laki

berumur 40 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari

SMRS. Empat hari sebelumnya pasien merasakan nyeri pada epigastrium

kemudian beralih ke perut kanan bawah yang hilang timbul dan tiba-tiba

menjadi sangat sakit sekali pada 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluh

demam, mual, dan muntah. Nyeri yang berpindah dari epigastrium ke

kuadran kanan bawah sesuai dengan gambaran nyeri pada apensisitis

akut. Adanya demam, mual, dan muntah juga mendukung kea rah

apendisitis akut.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan abdomen yang

terbatas pada regio iliaka kanan dan dapat disertai nyeri lepas. Defans

muskular di kuadran kanan bawah, Psoas, Obturator, dan Rovsing sign

positif juga sesuai dengan apendisitis akut. Defans muskular lokalis

menunjukkan adanya rangsangan peritonuem parietale. Pemeriksaan

colok dubur tidak didapatkan kelainan. Nyeri pada penekanan di arah jam

9-12 dapat mendukung apendisitis akut, tetapi hal ini tidak selalu

ditemukan.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis.

Peningkatan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis

akut. Pada kebanyakan kasus apendisitis akut terdapat leukositosis

dengan nilai leukosit antara 10.000-18.000, sedangkan pada kasus

dengan komplikasi seperti perforasi jumlah leukosit bisa melebihi 18.000.

20

Page 23: Appendicitis - Octafiandri

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadsyah dan Kartono. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2. Lawrence. 2006. Appendix. Dalam: Current Surgical Diagnosis and

Treatment. Ed : 12. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc.

3. Pierce dan Neil. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Ed : 3. Jakarta :

Penerbit Erlangga.

4. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.

5. Sabiston. Textbook of Surgery. Ed : 17. 2004. Philadelpia: Elsevier.

6. Schwartz. Manual of Surgery. Ed : 8. 2006. New York: McGRAW-

HILL.

7. Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. Buku-Ajar Ilmu Bedah.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.