1
DERI DAHURI B ENTROK antara polisi antihuru-hara Mesir dan demonstran ber- henti untuk pertama kalinya, kemarin. Namun, para demonstran yang menduduki Lapangan Tahrir di Kairo ber- janji tetap bertahan sampai pemerintah militer melepaskan kekuasaan. “Kami ingin bentrokan ini berakhir, rakyat banyak yang meninggal.... Mereka hanyalah anak-anak muda yang melem- pari polisi dengan batu,” kata Osama Abu Seree, 30, seorang demonstran. Kekerasan yang berlangsung sejak Sabtu (19/11) berhenti secara tiba-tiba jelang tengah malam di Lapangan Tahrir. Di lokasi lain, para demonstran juga sepakat dengan polisi untuk te- tap bertahan di lapangan. Namun, ribuan demonstran yang tetap tinggal di Lapangan Tahrir terus melontarkan protes terkait kematian lebih dari 30 demonstran saat bentrok de- ngan aparat keamanan. Mereka juga menolak referendum yang diajukan pemerintah militer. “Dia harus pergi, kami tidak menginginkannya,” demikian tulisan sebuah spanduk yang ditujukan kepada Ketua De- wan Agung Militer Marsekal Mohamed Hussein Tantawi. Dewan Agung Militer yang dipimpin Tantawi menjalankan roda pemerintahan Mesir pas- catergulingnya Presiden Hosni Mubarak Februari lalu. Undur pemilu Di tengah maraknya unjuk rasa, Menteri Dalam Negeri Me- sir Mansour el-Essawy menyam- paikan laporan kepada Dewan Agung Militer yang mengusul- kan agar menunda pemilihan parlemen yang rencananya dige- lar pada 28 November. Jaringan televisi Al Jazeera melaporkan, kemarin, dengan mengutip sumber tanpa identi- tas bahwa laporan penundaan itu belum bisa diverikasi. Padahal pemilu parlemen yang digelar Senin (28/11) itu telah direncanakan sebagai pe- milu bebas pertama di ‘Negeri Piramida’ tersebut selama be- berapa dekade. Apalagi pihak militer maupun organisasi Ikhwanul Muslimin sangat berharap pemilu dilaksanakan sesuai rencana. Namun banyak demonstran menginginkan pemilu ditunda. Alasannya, mereka tidak me- mercayai militer akan meng- gelar pemilu secara bersih. Pihak militer dinilai bakal me- ngendalikan jalannya pemilu untuk kepentingan penguasa militer. Popularitas para jenderal telah memudar dalam kurun sembilan bulan terakhir sejak mereka turut menggulingkan Mubarak dari tampuk kekua- saan. Padahal, para jenderal itu berjanji untuk membawa Mesir menuju demokrasi sipil. Tantawi telah berjanji akan membawa pemerintah un- tuk menggelar pemilu presi- den. Dia juga menawarkan pembentukan pemerintahan sementara yang baru. Namun para demonstran tidak meya- kininya. Mereka curiga militer melakukan manuver untuk te- tap mengendalikan kekuasaan pascapemilu. “Dewan militer harus mun- dur dan menyerahkan kekua- saan mereka kepada warga sipil. Mereka tidak ingin meng- undurkan diri agar korupsi mereka tidak terungkap,” kata Ahmed Essam, 23, seorang mahasiswa yang bergabung dengan para demonstran. Essam mengaku menyaksi- kan polisi antihuru-hara me- mukuli para demonstran yang berunjuk rasa secara damai pada Sabtu (19/11). Polisi antihuru-hara juga menembakkan gas air mata ke arah kerumunan demonstran. “Semuanya seperti zaman Mubarak,” katanya. (Reuters/ AP/I-2) [email protected] Pendemo Bertahan di Tahrir Mendagri Mesir Mansour el-Essawy mengusulkan penundaan pemilihan parlemen yang rencananya digelar pada Senin (28/11). PRESIDEN Yaman Ali Abdul- lah Saleh, Rabu (23/11), me- nandatangani kesepakatan pe- nyerahan kekuasaan yang telah digenggamnya selama 33 tahun kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi. Saleh menjadi pemimpin keempat yang ter- jungkal dari kekuasaan selama berlangsungnya revolusi Arab dalam 10 bulan terakhir. Penandatanganan dilaku- kan di Istana Kerajaan Arab Saudi dengan disaksikan para pemimpin oposisi Yaman, De- wan Kerja Sama Teluk (GCC), dan utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bang- sa-Bangsa (PBB) untuk Arab, Jamal bin Umar. Menurut kesepakatan itu, Saleh akan menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi. Namun, dia tetap menjabat presiden sampai kepala negara yang baru terpilih. Hadi akan membentuk pemerintahan baru bersama kelompok oposisi dan ditugasi untuk menggelar pemilihan umum dalam waktu 3 bulan. “Ini hari yang sangat baik bagi Yaman. Kami harap ke- sepakatan ini bisa menjadi kerangka kerja sama untuk proses reformasi selama masa transisi yang akan membawa kita menuju pemilu yang be- bas dan adil,” ujar Jamal di sela penandatanganan. Dalam pidatonya singkatnya sebelum penandatanganan, Saleh, 69, meminta Arab Saudi dan anggota-anggota Dewan Keamanan PBB untuk memasti- kan kesepakatan yang disusun oleh negara-negara Teluk terse- but dilaksanakan. “Kami memberikan keper- cayaan kepada saudara kami di Arab Saudi untuk memantau, membantu, dan mengawasi implementasi kesepakatan dan mekanisme pelaksanaannya,” jelas presiden yang memimpin Yaman sejak 1978 itu. Pengumuman penyerahan kekuasaan tersebut disambut dengan sukacita di Ibu Kota Sana’a. Warga Yaman menari di jalan-jalan sambil menyalakan kembang api dan mengibarkan bendera. Bahkan Presiden AS Barack Obama memuji lang- kah Saleh. Selama demonstrasi menun- tut pengunduran diri Saleh sejak 10 bulan terakhir, ratusan orang tewas. Kebuntuan politik makin memperuncing konik antara kelompok separatis dan milisi. Hal tersebut juga menimbul- kan kekhawatiran karena sayap Al-Qaeda di Yaman akan sema- kin membesarkan pengaruh mereka di daerah perbatasan dengan Arab Saudi. “Ini merupakan pengun- duran diri yang sangat terhor- mat yang diterima dia (Saleh), mengingat kondisi saat ini,” ujar Ghanem Nusseibeh, se- orang analis yang berkantor pusat di London. Kendati Saleh telah meng- undurkan diri, bentrokan di Sana’a terus berlanjut. Sedikit- nya lima orang tewas ketika sejumlah pria bersenjata dan militer Yaman menembaki para demonstran, kemarin.Saksi mata mengatakan penyerang menembaki demonstran secara sporadis. (Reuters/Hde/I-3) D ARI acara jamuan Raja Bhutan Jigme Khesar Namgyel Wangchuck dan Ratu Jetsun Pema hingga upacara penyematan lencana penghargaan kepada enam tokoh yang dianggap berjasa bagi Kekaisaran Jepang, Pangeran Naruhito menjadi target kamera jurnalis ‘Negeri Matahari Terbit’ selama dua pekan terakhir. Kemunculan Naruhito dalam menjalani tugas-tugas kekaisaran bukan tanpa alasan. Ayahnya, Kaisar Akihito, menjalani perawatan di rumah sakit sejak awal bulan ini akibat mengidap penyakit bronkitis. Baru kemarin pria berusia 77 tahun itu keluar dari Rumah Sakit Universitas Tokyo dengan didampingi Permaisuri Michiko. Riwayat penyakit Kaisar Akihito cukup panjang. Sebelum dinyatakan mengidap bronkitis, pada 2003 dia menjalani operasi kanker prostat. Kemudian tiga tahun lalu putra mendiang Kaisar Hirohito tersebut mengalami kelainan detak jantung dan pendarahan lambung. Kondisi kesehatan sang kaisar praktis membuat Pangeran Naruhito, 51, menjadi sorotan mengingat dia adalah ahli waris takhta Dinasti Seruni. Menurut sejumlah pengamat kehidupan kekaisaran Jepang, Naruhito sejatinya telah siap dan cukup matang untuk mewarisi takhta. Apalagi ditambah fakta bahwa ayahnya nyaris seusia dengan dirinya saat menduduki singgasana pada 1989 silam. Latar belakang Naruhito juga diperkirakan bakal menambah warna kekaisaran Jepang. Pria penyuka olahraga tradisional Jepang, sumo, itu merupakan alumnus Universitas Oxford, Inggris, yang praktis menjadikannya calon kaisar Jepang pertama didikan Barat. Beberapa kali Naruhito mendobrak tradisi konservatif keluarga kerajaan dengan menyeru kepada kaum pria Jepang untuk menjadi suami yang turut melakoni pekerjaan rumah tangga. Dia juga memiliki wawasan luas dengan menyokong pelestarian lingkungan. “Dia sangat serius,” ujar Miiko Kodama, seorang profesor dari Universitas Musashi di Tokyo. “Dia banyak melakukan kajian, menulis laporan akademis, dan secara perlahan akan mencapai tipe kaisar yang dia inginkan. Masalahnya ialah istrinya,” papar Kodama. Putri Masako, 47, yang mengenyam pendidikan di Universitas Harvard, Amerika Serikat, merupakan diplomat karier sebelum dipinang Pangeran Naruhito. Berbagai tabloid di Jepang berspekulasi bahwa sang putri mengalami depresi lantaran tidak kerasan dengan kehidupan di istana. Tekanan juga menderanya lantaran melahirkan bocah perempuan, Aiko, 9. “Sebagian rakyat Jepang yang tidak menyukai Naruhito sebenarnya karena mereka tidak menyukai Masako,” kata Kenneth Ruoff, penulis buku The People’s Emperor: Democracy and the Japanese Monarchy, 1945-1995. Meski demikian, suka atau tidak suka, rakyat Jepang harus menghadapi kenyataan bahwa Naruhito bakal menjadi kaisar mereka. (Jer/ Reuters/I-2) Presiden Yaman Serahkan Kekuasaan Naruhito, Calon Penerus Dinasti Seruni TERLUKA: Seorang demonstran yang terluka tengah duduk di Lapangan Tahrir, Kairo, Mesir, kemarin. Para pengunjuk rasa akan bertahan di lokasi tersebut sampai Dewan Agung Militer (SCAF) melepaskan kekuasaan. BERTEPUK: Raja Arab Saudi Abdullah (kanan) bertepuk tangan setelah Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menandatangani persetujuan pengunduran diri pada Rabu (23/11) di Riyadh. AP/TARA TODRAS-WHITEHILL AP/SAUDI PRESS AGENCY AP/MARKUS SCHREIBER 22 JUMAT, 25 NOVEMBER 2011 I NTER NASIONAL Pangeran Naruhito

AP/TARA TODRAS-WHITEHILL Pendemo Bertahan di Tahrir · jalan-jalan sambil menyalakan kembang api dan mengibarkan bendera. ... di Riyadh. AP/TARA TODRAS-WHITEHILL AP/SAUDI PRESS AGENCY

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AP/TARA TODRAS-WHITEHILL Pendemo Bertahan di Tahrir · jalan-jalan sambil menyalakan kembang api dan mengibarkan bendera. ... di Riyadh. AP/TARA TODRAS-WHITEHILL AP/SAUDI PRESS AGENCY

DERI DAHURI

BENTROK antara polisi antihuru-hara Mesir dan demonstran ber-henti untuk pertama

kalinya, kemarin. Namun, para demonstran yang menduduki Lapangan Tahrir di Kairo ber-janji tetap bertahan sampai pemerintah militer melepaskan kekuasaan.

“Kami ingin bentrokan ini berakhir, rakyat banyak yang meninggal.... Mereka hanyalah anak-anak muda yang melem-pari polisi dengan batu,” kata Osama Abu Seree, 30, seorang demonstran.

Kekerasan yang berlangsung sejak Sabtu (19/11) berhenti secara tiba-tiba jelang tengah malam di Lapangan Tahrir. Di lokasi lain, para demonstran juga

sepakat dengan polisi untuk te-tap bertahan di lapangan.

Namun, ribuan demonstran yang tetap tinggal di Lapangan Tahrir terus melontarkan protes terkait kematian lebih dari 30 demonstran saat bentrok de-ngan aparat keamanan. Mereka juga menolak referendum yang diajukan pemerintah militer. “Dia harus pergi, kami tidak menginginkannya,” demikian tulisan sebuah spanduk yang ditujukan kepada Ketua De-wan Agung Militer Marsekal Mohamed Hussein Tantawi.

Dewan Agung Militer yang dipimpin Tantawi menjalankan roda pemerintahan Mesir pas-catergulingnya Presiden Hosni Mubarak Februari lalu.

Undur pemiluDi tengah maraknya unjuk

rasa, Menteri Dalam Negeri Me-sir Mansour el-Essawy menyam-paikan laporan kepada Dewan Agung Militer yang mengusul-kan agar menunda pemilihan parlemen yang rencananya dige-lar pada 28 November.

Jaringan televisi Al Jazeera melaporkan, kemarin, dengan mengutip sumber tanpa identi-tas bahwa laporan penundaan itu belum bisa diverifi kasi.

Padahal pemilu parlemen yang digelar Senin (28/11) itu telah direncanakan sebagai pe-milu bebas pertama di ‘Negeri Piramida’ tersebut selama be-berapa dekade. Apalagi pihak militer maupun organisasi Ikhwanul Muslimin sangat berharap pemilu dilaksanakan sesuai rencana.

Namun banyak demonstran menginginkan pemilu ditunda.

Alasannya, mereka tidak me-mercayai militer akan meng-gelar pemilu secara bersih. Pihak militer dinilai bakal me-ngendalikan jalannya pemilu untuk kepentingan penguasa militer.

Popularitas para jenderal telah memudar dalam kurun sembilan bulan terakhir sejak mereka turut menggulingkan Mubarak dari tampuk kekua-saan. Padahal, para jenderal itu berjanji untuk membawa Mesir menuju demokrasi sipil.

Tantawi telah berjanji akan membawa pemerintah un-tuk menggelar pemilu presi-den. Dia juga menawarkan pembentukan pemerintahan sementara yang baru. Namun para demonstran tidak meya-kininya. Mereka curiga militer melakukan manuver untuk te-

tap mengendalikan kekuasaan pascapemilu.

“Dewan militer harus mun-dur dan menyerahkan kekua-saan mereka kepada warga sipil. Mereka tidak ingin meng-undurkan diri agar korupsi mereka tidak terungkap,” kata Ahmed Essam, 23, seorang mahasiswa yang bergabung dengan para demonstran.

Essam mengaku menyaksi-kan polisi antihuru-hara me-mukuli para demonstran yang berunjuk rasa secara damai pada Sabtu (19/11).

Polisi antihuru-hara juga menembakkan gas air mata ke arah kerumunan demonstran. “Semuanya seperti zaman Mubarak,” katanya. (Reuters/AP/I-2)

[email protected]

Pendemo Bertahan di Tahrir Mendagri Mesir Mansour el-Essawy mengusulkan penundaan pemilihan

parlemen yang rencananya digelar pada Senin (28/11).

PRESIDEN Yaman Ali Abdul-lah Saleh, Rabu (23/11), me-nandatangani kesepakatan pe-nyerahan kekuasaan yang telah digenggamnya selama 33 tahun kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi. Saleh menjadi pemimpin keempat yang ter-jungkal dari kekuasaan selama berlangsungnya revolusi Arab dalam 10 bulan terakhir.

Penandatanganan dilaku-kan di Istana Kerajaan Arab Saudi dengan disaksikan para pemimpin oposisi Yaman, De-wan Kerja Sama Teluk (GCC), dan utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bang-sa-Bangsa (PBB) untuk Arab, Jamal bin Umar.

Menurut kesepakatan itu, Saleh akan menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi. Namun, dia tetap menjabat presiden sampai kepala negara yang baru terpilih. Hadi akan membentuk pemerintahan baru bersama kelompok oposisi dan ditugasi untuk menggelar pemilihan umum dalam waktu 3 bulan.

“Ini hari yang sangat baik bagi Yaman. Kami harap ke-sepakatan ini bisa menjadi kerangka kerja sama untuk proses reformasi selama masa transisi yang akan membawa kita menuju pemilu yang be-bas dan adil,” ujar Jamal di sela penandatanganan.

Dalam pidatonya singkatnya sebelum penandatanganan, Saleh, 69, meminta Arab Saudi dan anggota-anggota Dewan Keamanan PBB untuk memasti-kan kesepakatan yang disusun oleh negara-negara Teluk terse-

but dilaksanakan. “Kami memberikan keper-

cayaan kepada saudara kami di Arab Saudi untuk memantau, membantu, dan mengawasi implementasi kesepakatan dan mekanisme pelaksanaannya,” jelas presiden yang memimpin Yaman sejak 1978 itu.

Pengumuman penyerahan kekuasaan tersebut disambut dengan sukacita di Ibu Kota Sana’a. Warga Yaman menari di jalan-jalan sambil menyalakan kembang api dan mengibarkan bendera. Bahkan Presiden AS Barack Obama memuji lang-kah Saleh.

Selama demonstrasi menun-tut pengunduran diri Saleh sejak 10 bulan terakhir, ratusan orang tewas. Kebuntuan politik makin memperuncing konfl ik antara kelompok separatis dan milisi.

Hal tersebut juga menimbul-kan kekhawatiran karena sayap Al-Qaeda di Yaman akan sema-kin membesarkan pengaruh mereka di daerah perbatasan dengan Arab Saudi.

“Ini merupakan pengun-duran diri yang sangat terhor-mat yang diterima dia (Saleh), mengingat kondisi saat ini,” ujar Ghanem Nusseibeh, se-orang analis yang berkantor pusat di London.

Kendati Saleh telah meng-undurkan diri, bentrokan di Sana’a terus berlanjut. Sedikit-nya lima orang tewas ketika sejumlah pria bersenjata dan militer Yaman menembaki para demonstran, kemarin.Saksi mata mengatakan penyerang menembaki demonstran secara sporadis. (Reuters/Hde/I-3)

DARI acara jamuan Raja Bhutan Jigme Khesar Namgyel Wangchuck

dan Ratu Jetsun Pema hingga upacara penyematan lencana penghargaan kepada enam tokoh yang dianggap berjasa bagi Kekaisaran Jepang, Pangeran Naruhito menjadi target kamera jurnalis ‘Negeri Matahari Terbit’ selama dua pekan terakhir.

Kemunculan Naruhito dalam menjalani tugas-tugas kekaisaran bukan tanpa alasan. Ayahnya, Kaisar Akihito, menjalani perawatan di rumah sakit sejak awal

bulan ini akibat mengidap penyakit bronkitis. Baru kemarin pria berusia 77 tahun itu keluar dari Rumah Sakit Universitas Tokyo dengan didampingi Permaisuri Michiko.

Riwayat penyakit Kaisar Akihito cukup panjang. Sebelum dinyatakan mengidap bronkitis, pada 2003 dia menjalani operasi kanker prostat. Kemudian tiga tahun lalu putra mendiang Kaisar Hirohito tersebut mengalami kelainan detak jantung dan pendarahan lambung.

Kondisi kesehatan sang kaisar praktis membuat Pangeran Naruhito, 51, menjadi sorotan mengingat dia adalah ahli waris takhta Dinasti Seruni. Menurut sejumlah pengamat kehidupan kekaisaran Jepang, Naruhito sejatinya telah siap dan cukup matang untuk mewarisi takhta. Apalagi ditambah fakta bahwa ayahnya nyaris seusia dengan dirinya saat menduduki singgasana pada 1989 silam.

Latar belakang Naruhito juga diperkirakan bakal menambah warna kekaisaran

Jepang. Pria penyuka olahraga tradisional Jepang, sumo, itu merupakan alumnus Universitas Oxford, Inggris, yang praktis menjadikannya calon kaisar Jepang pertama didikan Barat.

Beberapa kali Naruhito mendobrak tradisi konservatif keluarga kerajaan dengan menyeru kepada kaum pria Jepang untuk menjadi suami yang turut melakoni pekerjaan rumah tangga. Dia juga memiliki wawasan luas dengan menyokong pelestarian lingkungan.

“Dia sangat serius,” ujar

Miiko Kodama, seorang profesor dari Universitas Musashi di Tokyo. “Dia banyak melakukan kajian, menulis laporan akademis, dan secara perlahan akan mencapai tipe kaisar yang dia inginkan. Masalahnya ialah istrinya,” papar Kodama.

Putri Masako, 47, yang mengenyam pendidikan di Universitas Harvard, Amerika Serikat, merupakan diplomat karier sebelum dipinang Pangeran Naruhito. Berbagai tabloid di Jepang berspekulasi bahwa sang putri mengalami depresi lantaran tidak kerasan

dengan kehidupan di istana. Tekanan juga menderanya lantaran melahirkan bocah perempuan, Aiko, 9.

“Sebagian rakyat Jepang yang tidak menyukai Naruhito sebenarnya karena mereka tidak menyukai Masako,” kata Kenneth Ruoff, penulis buku The People’s Emperor: Democracy and the Japanese Monarchy, 1945-1995.

Meski demikian, suka atau tidak suka, rakyat Jepang harus menghadapi kenyataan bahwa Naruhito bakal menjadi kaisar mereka. (Jer/Reuters/I-2)

Presiden Yaman Serahkan

Kekuasaan

Naruhito, Calon Penerus Dinasti Seruni

TERLUKA: Seorang demonstran yang terluka tengah duduk di Lapangan Tahrir, Kairo, Mesir, kemarin. Para pengunjuk rasa akan bertahan di lokasi tersebut sampai Dewan Agung Militer (SCAF) melepaskan kekuasaan.

BERTEPUK: Raja Arab Saudi Abdullah (kanan) bertepuk tangan setelah Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menandatangani persetujuan pengunduran diri pada Rabu (23/11) di Riyadh.

AP/TARA TODRAS-WHITEHILL

AP/SAUDI PRESS AGENCY

AP/MARKUS SCHREIBER

22 JUMAT, 25 NOVEMBER 2011INTERNASIONAL

Pangeran Naruhito