Upload
hoangkhanh
View
228
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR
TANGGAL
:
:
060.1-690 TAHUN 201550-
30 Juni 2015AHUN 2010 17 MEI 2010
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN TAHUN 2015 - 2019
BAB I
PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
A. LATAR BELAKANG
Memenuhi ketentuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disusun
Rencana Strategis Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Tahun 2015-2019, yang
selanjutnya dalam dokumen ini disebut Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan
2015-2019. Penyusunan Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Tahun 2015-2019
mengacu pada agenda Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015–2019, sebagai rencana pembangunan tahap ketiga dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005–2025 yaitu “Memantapkan
pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan
kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya
alam yang berkualitas, serta kemampuan IPTEK”, serta keberlanjutan program dan
kegiatan Kementerian Dalam Negeri dalam mendukung fungsi Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan lima tahun ke depan.
Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Tahun 2015-2019 merupakan
dokumen perencanaan strategis untuk memberikan gambaran arahan kebijakan dan
strategi pembangunan pada tahun 2015-2019 sebagai tolak ukur dan alat bantu dalam
melaksanakan tugas dan fungsi Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan dalam
menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan dibidang urusan dalam negeri. Dokumen
ini berfungsi untuk menuntun segenap penyelenggara kegiatan prioritas di lingkungan
Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan untuk secara konsisten sesuai dengan visi, misi,
tujuan, dan sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan
dalam periode lima tahun ke depan, yang disesuaikan dengan dinamika dan tuntutan
perubahan dalam masyarakat, serta sinkronisasi perencanaan pembangunan secara
menyeluruh dan terintegrasi dalam mendukung kebijakan Kementerian Dalam Negeri
khususnya dan kebijakan pembangunan nasional pada umumnya.
Secara substansial Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan 2015-2019 sebagai
unsur fundamental dalam organisasi harus mencerminkan beberapa aspek yang menjadi
muatan utamanya, yang di dalamnya menggambarkan beberapa aspek sebagai berikut:
1. Memuat keputusan atau merumuskan kebijakan untuk jangka waktu yang akan
datang.
2
Esensi dari perencanaan adalah untuk mengidentifikasi secara sistematis seluruh
peluang dan perlakuan yang ada pada masa depan melalui kombinasi data yang
dimiliki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah sebagai
perancangan keadaan yang diharapkan serta mengidentifikasi cara pencapaiannya
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
2. Merupakan proses
Sebagai suatu proses, perencanaan dimulai dari penetapan tujuan organisasi,
penetapan strategi, kebijakan pencapaian dan pengembangan detail rencana untuk
memastikan bahwa strategi dapat diimplementasikan sebagai cara untuk mencapai
tujuan akhir. Dengan demikian dapat diidentifikasi upaya-upaya yang akan
dilaksanakan, lokus pelaksanaan, bagaimana melaksanakan, siapa yang
melaksanakan, dan bagaimana hal itu menghasilkan kinerja yang baik.
3. Sebagai filosofi organisasi
Perencanaan merupakan cara pandang bagi seluruh komponen organisasi.
Kebermaknaan suatu perencanaan dapat dilihat bila dapat diaplikasikan oleh seluruh
bagian organisasi secara konsisten dan sistematik. Rencana Strategis bukan hanya
sekedar proses berpikir atau intellectual exerciser, tetapi merupakan seperangkat
kegiatan yang terdiri dari proses, prosedur, struktur atau teknik-teknik untuk
mencapai tujuan.
4. Terstruktur
Suatu perencanaan harus tertata sesuai struktur organisasi yang dapat menciptakan
sinergitas sebagai manajemen perencanaan Ditjen dengan lingkup perencanaan
Program Jangka Panjang, Program Jangka Menengah dan Program Jangka Pendek.
Berangkat dari hal tersebut di atas, yang disertai dengan keinginan tulus untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan peran dan posisi Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan,
maka disusunlah Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Tahun 2015-2019 sebagai
suatu dokumen perencanaan pembangunan yang tidak terpisahkan dengan dokumen
perencanaan pembangunan Nasional, disamping itu juga sebagai perwujudan pelaksanaan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP) Kementerian Dalam Negeri.
B. LANDASAN HUKUM
Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan 2015-2019 disusun atas dasar
landasan riil Pancasila dan landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dengan mengemban amanah pembangunan nasional yang
dituangkan dalam RPJM Nasional Tahun 2015-2019, serta memperhatikan peraturan
perundang-undangan, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025;
7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
9. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019;
11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara;
12. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kementerian Dalam Negeri;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Dalam Negeri;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Dalam Negeri 2015-2019.
CC.. KKOONNDDIISSII UUMMUUMM
Sebagaimana Perpres Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Kementerian Dalam Negeri
yang ditindaklanjuti dengan Permendagri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri pengganti Permendagri Nomor 41 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri, pada Pasal 282 disebutkan
bahwa Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan merupakan unsur pelaksana Kementerian
Dalam Negeri dibidang pembinaan administrasi kewilayahan dan bertanggung jawab
kepada Menteri Dalam Negeri.
Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan mempunyai tugas pokok dalam “perumusan
dan pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan administrasi kewilayahan”.
Sesuai dengan tugasnya, Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan juga menangani tugas-
tugas yang tidak ditangani oleh komponen lain di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
(Vriij Bestuur). Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut, Ditjen Bina
Administrasi Kewilayahan menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan dibidang pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah, penamaan rupa bumi, data wilayah, penetapan perbatasan
antar daerah dan perbatasan negara, kerjasama daerah, fasilitasi perselisihan
pemerintahan, ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat, fasilitasi
kecamatan, fasilitasi penyelesaian sengketa pertanahan, manajemen bencana dan
kebakaran dan pelaksanaan tampung tantra sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. Pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah, penamaan rupa bumi, data wilayah, penetapan perbatasan
antar daerah dan perbatasan negara, kerjasama daerah, fasilitasi perselisihan
pemerintahan, ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat, fasilitasi
kecamatan, fasilitasi penyelesaian sengketa pertanahan, manajemen bencana dan
4
kebakaran dan pelaksanaan tampung tantra sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3. Pelaksanaan kebijakan dibidang koordinasi penetapan kawasan khusus dan perkotaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang ketentraman dan
ketertiban umum dan perlindungan masyarakat;
5. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pembinaan umum pelaksanaan
tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah, penetapan perbatasan antar daerah,
penetapan kawasan perkotaan, kerja sama daerah, fasilitasi perselisihan pemerintahan,
ketentraman dan ketertiban umum dan perlindungan masyarakat, fasilitasi kecamatan;
6. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang pembinaan umum
pelaksanaan tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah, penamaan rupa bumi dan data
wilayah, penetapan perbatasan antar daerah dan perbatasan negara, kerja sama
daerah, fasilitasi perselisihan pemerintahan, ketenteraman, ketertiban umum dan
perlindungan masyarakat, fasilitasi kecamatan, fasilitasi penyelesaian sengketa
pertanahan, manajemen bencana dan kebakaran, dan pelaksanaan tugas tampung
tantra;
7. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan; dan
8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Dalam mendukung kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, Ditjen Bina
Administrasi Kewilayahan memiliki tugas yang bersamaan dengan komponen lain, namun
juga memiliki kekhususan lingkup kerja dalam menangani penyelenggaraan kebijakan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan, artinya melaksanakan tugas yang bersifat lintas
daerah dan lintas sektoral serta tugas umum pemerintahan lainnya yang tidak
dilaksanakan oleh komponen lain di lingkungan Kementerian Dalam Negeri.
Struktur organisasi Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan sebagaimana Permendagri
Nomor 43 Tahun 2015 dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan didukung seorang
Sekretaris Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan (Eselon II), 5 orang Direktur (Eselon II),
dan dibantu 29 orang Kepala Bagian dan Kepala Sub Direktorat (Eselon III), serta 12
orang Kepala Sub Bagian dan 55 orang Kepala Seksi (Eselon IV), dan JFU sebanyak 59
jabatan yang diisi oleh 169 orang. Susunan organisasi Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan adalah sebagai berikut:
1. Sekretariat Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan;
2. Direktorat Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Kerja Sama;
3. Direktorat Kawasan, Perkotaan dan Batas Negara;
4. Direktorat Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat;
5. Direktorat Toponimi dan Batas Daerah; dan
6. Direktorat Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran.
Tugas pokok dan fungsi satuan kerja di lingkungan Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan adalah sebagai berikut:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Ditjen yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Administrasi
Kewilayahan. Sekretariat Ditjen mempunyai tugas memberikan pelayanan
administratif dan teknis kepada semua unsur di lingkungan Ditjen. Sekretariat Ditjen
terdiri dari 4 (empat) Bagian, yaitu Bagian Perencanaan, Bagian Perundang-
5
undangan, Bagian Keuangan, dan Bagian Umum. Setiap Bagian terdiri dari 3 (tiga)
Sub Bagian.
Sekretariat Ditjen menyelenggarakan fungsi antara lain:
a. Koordinasi dan penyusunan program dan anggaran;
b. Penyiapan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan;
c. Penyiapan penyusunan dan fasilitasi penyelesaian masalah-masalah hukum,
sengketa dalam hubungan kedinasan serta pemberian litigasi, advokasi dan
perlindungan hukum;
d. Pelaksanaan pengelolaan keuangan; dan
e. Pengelolaan perlengkapan, urusan tata usaha, rumah tangga dan aset, serta
pengelolaan urusan aparatur sipil negara.
2. Direktorat Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Kerja Sama dipimpin oleh
Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal.
Direktorat Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Kerjasama mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan dibidang
dekonsentrasi, tugas pembantuan dan kerjasama. Direktorat Dekonsentrasi, Tugas
Pembantuan dan Kerjasama terdiri dari 5 (lima) Subdirektorat dan 1 (satu) Sub
Bagian, yaitu Sub Direktorat Fasilitasi Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Sub
Direktorat Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, Sub Direktorat Kerjasama Daerah
dan Penyelesaian Perselisihan Antar Daerah, Sub Direktorat Fasilitasi Pelayanan
Umum, dan Sub Direktorat Kecamatan, serta Sub Bagian Tata Usaha. Setiap Sub
Direktorat terdiri dari 2 (dua) Seksi.
Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama menyelenggarakan fungsi antara lain:
a. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi penyelenggaraan dekonsentrasi,
tugas pembantuan dan kerjasama; penyiapan perumusan kebijakan dan
fasilitasi pembinaan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah; penyiapan
perumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan kerjasama daerah; penyiapan
perumusan kebijakan dan fasilitasi kecamatan; perumusan kebijakan dan
fasilitasi pembinaan pelayanan umum; dan pelaksanaan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang koordinasi dan pembinaan umum pelaksanaan
tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat, fasilitasi dekonsentrasi dan
tugas pembantuan, fasilitasi pembinaan kerja sama daerah, fasilitasi
penyelesaian perselisihan antar daerah, fasilitasi pelayanan umum dan fasilitasi
kecamatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan umum
pelaksanaan tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah pusat, fasilitasi
dekonsentrasi dan tugas pembantuan, fasilitasi pembinaan kerja sama daerah,
fasilitasi penyelesaian perselisihan antar daerah, fasilitasi pelayanan umum dan
fasilitasi kecamatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang pembinaan umum
pelaksanaan tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat, fasilitasi
dekonsentrasi dan tugas pembantuan, fasilitasi pembinaan kerja sama daerah,
fasilitasi penyelesaian perselisihan antar daerah, fasilitasi pelayanan umum dan
fasilitasi kecamatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
6
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
3. Direktorat Kawasan, Perkotaan dan Batas Negara dipimpin oleh Direktur yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal. Direktorat
Kawasan, Perkotaan Dan Batas Negara mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan dibidang Kawasan, Perkotaan dan Batas
Negara. Direktorat Wilayah Administrasi dan Perbatasan terdiri dari 5 (lima) Sub
Direktorat dan 1 (satu) Sub Bagian, yaitu Sub Direktorat Kawasan Khusus Lingkup I,
Sub Direktorat Kawasan Khusus Lingkup II, Sub Direktorat Fasilitasi Permasalahan
Pertanahan, Sub Direktorat Administrasi Kawasan Perkotaan, dan Sub Direktorat
Batas Negara dan Pulau-Pulau Terluar, serta Sub Bagian Tata Usaha. Setiap Sub
Direktorat terdiri dari 2 (dua) Seksi.
Direktorat Wilayah Administrasi dan Perbatasan, menyelenggarakan fungsi antara
lain:
a. Penyiapan perumusan kebijakan dibidang pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan penetapan kawasan khusus, fasilitasi masalah pertanahan, kawasan
perkotaan serta perbatasan Negara dan pulau-pulau terluar;
b. Pelaksanaan kebijakan dibidang koordinasi dan pembinaan umum pelaksanaan
penetapan kawasan khusus, fasilitasi masalah pertanahan, kawasan perkotaan
serta perbatasan Negara dan pulau-pulau terluar;
c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pembinaan umum penetapan
kawasan khusus, fasilitasi masalah pertanahan, kawasan perkotaan serta
perbatasan Negara dan pulau-pulau terluar;
d. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pembinaan umum
penetapan kawasan khusus, fasilitasi masalah pertanahan, kawasan perkotaan
serta perbatasan Negara dan pulau-pulau terluar; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
4. Direktorat Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat dipimpin oleh
Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal.
Direktorat Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan dibidang polisi
pamong praja dan perlindungan masyarakat. Direktorat Polisi Pamong Praja dan
Perlindungan Masyarakat terdiri dari 5 (lima) Sub Direktorat dan 1 (satu) Sub Bagian,
yaitu Sub Direktorat Tata Operasional dan Standarisasi Polisi Pamong Praja, Sub
Direktorat Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Polisi Pamong Praja, Sub
Direktorat Perlindungan Masyarakat, Sub Direktorat Penyidik Pegawai Negeri Sipil,
dan Sub Direktorat Perlindungan Hak-Hak Sipil dan Hak Asasi Manusia, serta Sub
Bagian Tata Usaha. Setiap Sub Direktorat terdiri dari 2 (dua) Seksi.
Direktorat Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat, menyelenggarakan
fungsi antara lain:
a. Penyiapan perumusan kebijakan dibidang pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan ketenteraman masyarakat dan ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat, peningkatan kapasitas aparatur polisi pamong praja,
sarana dan prasarana polisi pamong praja, standarisasi satuan polisi pamong
praja, penyidik pegawai negeri sipil, perlindungan hak-hak sipil dan hak asasi
manusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7
b. Pelaksanaan kebijakan dibidang koordinasi dan pembinaan umum
penyelenggaraan ketenteraman masyarakat dan ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat, peningkatan kapasitas aparatur polisi pamong praja,
sarana dan prasarana polisi pamong praja, standarisasi satuan polisi pamong
praja, penyidik pegawai negeri sipil, perlindungan hak-hak sipil dan hak asasi
manusia;
c. Pelaksanaan koordinasi penyusunan pemetaan dibidang ketenteraman
masyarakat dan ketertiban umum dan perlindungan masyarakat;
d. Penyiapan perumusan penyusunan standar pelayanan minimal dibidang
ketentraman masyarakat dan ketertiban umum dan perlindungan masyarakat;
e. Penyiapan perumusan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang penyelenggaraan ketentraman masyarakat dan ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pembinaan umum
penyelenggaraan ketentraman masyarakat dan ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat, peningkatan kapasitas aparatur polisi pamong praja,
sarana dan prasarana polisi pamong praja, standarisasi satuan polisi pamong
praja, penyidik pegawai negeri sipil, perlindungan hak-hak sipil dan hak asasi
manusia;
g. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang pembinaan umum
penyelenggaraan ketentraman masyarakat dan ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat, peningkatan kapasitas aparatur polisi pamong praja,
sarana dan prasarana polisi pamong praja, standarisasi satuan polisi pamong
praja, penyidik pegawai negeri sipil, perlindungan hak-hak sipil dan hak asasi
manusia; dan
h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
5. Direktorat Toponimi dan Batas Daerah dipimpin oleh Direktur yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal. Direktorat Toponimi dan
Batas Daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Ditjen Bina
Administrasi Kewilayahan dibidang penyelenggaraan pemerintahan serta koordinasi
dan fasilitasi Toponimi dan Batas Daerah. Direktorat Toponimi dan Batas Daerah
terdiri dari 5 (lima) Sub Direktorat dan 1 (satu) Sub Bagian, yaitu Sub Direktorat
Batas Antar Daerah Wilayah I, Sub Direktorat Batas Antar Daerah Wilayah II, Sub
Direktorat Batas Antar Daerah Wilayah III, Sub Direktorat Toponimi, Data dan
Kodefikasi Wilayah I, dan Sub Direktorat Toponimi, Data dan Kodefikasi Wilayah II
serta Sub Bagian Tata Usaha. Setiap Sub Direktorat terdiri dari 2 (dua) Seksi.
Direktorat Toponimi dan Batas Daerah menyelenggarakan fungsi antara lain:
a. Penyiapan perumusan kebijakan dibidang pembinaan dan pengawasan
penamaan rupa bumi dan data wilayah, serta penetapan perbatasan antar
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang koordinasi dan pembinaan umum
penamaan rupa bumi dan data wilayah, serta penetapan perbatasan antar
daerah;
c. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pembinaan umum
penamaan rupa bumi dan data wilayah, serta penetapan perbatasan antar
daerah;
8
d. Penyiapan pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang pembinaan
umum penamaan rupa bumi dan data wilayah, serta penetapan perbatasan antar
daerah; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
6. Direktorat Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran dipimpin
oleh Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal. Direktorat Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan dibidang Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran.
Direktorat Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran terdiri dari 5 (lima)
Sub Direktorat dan 1 (satu) Sub Bagian, yaitu Sub Direktorat Pengurangan Resiko
Bencana, Sub Direktorat Sarana dan Prasarana dan Informasi Bencana, dan Sub
Direktorat Tanggap Darurat dan Pasca Bencana, Sub Direktorat Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya Pemadam Kebakaran serta Sub Bagian Tata Usaha. Setiap
Sub Direktorat terdiri dari 2 (dua) Seksi.
Direktorat Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran menyelenggarakan
fungsi antara lain:
a. Penyiapan perumusan kebijakan dibidang pembinaan dan pengawasan
pengurangan resiko bencana, sarana dan prasarana, tanggap darurat dan pasca
bencana, standarisasi pemadam kebakaran, peningkatan kapasitas sumber daya
manusia pemadam kebakaran;
b. Pelaksanaan kebijakan dibidang koordinasi dan pembinaan umum
penyelenggaraan pengurangan resiko bencana, sarana dan prasarana, tanggap
darurat dan pasca bencana, standarisasi pemadam kebakaran, peningkatan
kapasitas sumber daya manusia pemadam kebakaran;
c. Pelaksanaan koordinasi penyusunan pemetaan dibidang urusan ketenteraman
dan ketertiban umum dan perlindungan masyarakat sub urusan kebakaran;
d. Penyiapan perumusan penyusunan standar pelayanan minimal dibidang urusan
ketenteraman dan ketertiban umum dan perlindungan masyarakat sub urusan
kebakaran;
e. Penyiapan perumusan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang urusan ketentraman dan ketertiban umum dan perlindungan masyarakat
sub urusan kebakaran;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pembinaan umum
penyelenggaraan pengurangan resiko bencana, sarana dan prasarana, tanggap
darurat dan pasca bencana, standarisasi pemadam kebakaran, peningkatan
kapasitas sumber daya manusia pemadam kebakaran;
g. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang pembinaan umum
penyelenggaraan pengurangan resiko bencana, sarana dan prasarana, tanggap
darurat dan pasca bencana, standarisasi pemadam kebakaran, peningkatan
kapasitas sumber daya manusia pemadam kebakaran; dan
h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Dalam pencapaian visi “Terwujudnya Pembinaan Administrasi
Kewilayahan Dalam Memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia”,
Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan memiliki program kerja yang memuat arah dan
kebijakan umum, sebagai berikut:
9
1. Pembinaan dan fasilitasi fungsi pembinaan administrasi kewilayahan untuk
menjamin terciptanya keserasian hubungan pemerintah pusat dan daerah,
peningkatan peran Gubernur selaku Wakil Pemerintah, koordinasi antar
pemerintah pusat dan daerah serta antar daerah dan dibidang tugas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan (melibatkan kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah);
2. Pembinaan dan fasilitasi peningkatan peran kecamatan;
3. Pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan pelayanan publik;
4. Pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan kerja sama daerah;
5. Pembinaan dan penataan wilayah administrasi melalui penyelesaian sengketa
batas, penamaan rupa bumi/toponimi dan kodefikasi wilayah;
6. Pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
masyarakat di daerah melalui fasilitasi aparat dan kelembagaan Satuan Polisi
Pamong Praja dan Satuan Perlindungan Masyarakat serta PPNS;
7. Pembinaan manajemen penanggulangan bencana;
8. Pembinaan manajemen penanggulangan kebakaran;
9. Pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan fungsi pemerintahan di kawasan
khusus;
10. Pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan fungsi pemerintahan di kawasan
perkotaan;
11. Pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan fungsi pemerintahan di wilayah batas
antara negara;
12. Pembinaan dan fasilitasi penyelesaian masalah sengketa pertanahan; dan
13. Melaksanakan tugas-tugas tampung tantra (yang belum ditangani oleh suatu
kementerian/lembaga).
Sejalan dengan penyelenggaraan tugas pembinaan administrasi kewilayahan
tersebut, serta dengan mempertimbangkan tantangan, peluang dan pilihan-pilihan
strategis yang akan dihadapi dalam lima tahun ke depan, Renstra Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan 2015-2019 disusun dengan memperhatikan pencapaian program dan
kegiatan yang telah dilakukan dalam agenda pembangunan pada lima tahun terakhir
(2010-2014), kondisi internal lingkup Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan, serta
dinamika eksternal berdimensi lokal, regional, nasional dan internasional.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2010-2015), terdapat berbagai agenda dan
kebijakan, yang telah dapat diselesaikan. Namun sejalan dengan hal tersebut, masih
terdapat pula agenda dan kebijakan yang memerlukan penyelesaian lebih lanjut guna
menjawab kebutuhan penyelenggaraan pembinaan administrasi kewilayahan secara
berkelanjutan.
Pencapaian Program dan Kegiatan Strategis Tahun 2010-2014 dengan nomenklatur
Ditjen Pemerintahan Umum melalui program penguatan penyelenggaraan pemerintahan
umum sebagai gambaran kondisi awal dalam penyusunan Renstra Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pemerintahan umum lingkup mencakup agenda: (a)
Penyelenggaraan Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah; (b) Pengembangan dan
Penataan Wilayah Administrasi dan Perbatasan; (c) Pembinaan Ketenteraman,
Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat; (d) Pembinaan dan Pengembangan
10
Kawasan dan Pertanahan; (e) Kegiatan Fasilitasi Pencegahan dan Penanggulangan
Bencana. Berkenaan dengan pelaksanaan pemerintahan umum dimaksud, telah
beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain: terkait pembentukan Badan
Nasional Pengelola Perbatasan Nasional dan Daerah, meliputi: Perpres Nomor 12
Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan; Permendagri Nomor 2
Tahun 2011 tentang Pedoman Pembentukan Badan Pengelola Perbatasan di Daerah;
serta Permendagri Nomor 43 Tahun 2013 tentang perubahan atas Permendagri
Nomor 31 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Tetap Badan
Nasional Pengelola Perbatasan. Penyelesaian peraturan perundang-undangan
berkenaan dengan penataan administrasi daerah, meliputi: 9 PP berkenaan dengan
pemindahan Ibukota Kabupaten/Kota, dan 3 PP perubahan nama Kabupaten/Ibukota
Kabupaten; serta 5 Permendagri terkait dengan pemberian/perubahan nama daerah,
kode dan data wilayah administrasi pemerintahan, dan penegasan garis batas antar
negara; sebanyak 138 Permendagri tentang Batas Daerah; serta 3 Permendagri
tentang Wilayah Administrasi Pulau. Telah ditetapkan pula PP Nomor 43 Tahun 2010
tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Khusus. Tersusunnya peraturan perundang-
undangan berkenaan dengan penguatan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah,
meliputi: PP Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta
Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi, berikut
1 Permendagri sebagai pedoman pelaksanaannya, dan 3 Permendagri tentang
Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di
Wilayah Provinsi. Penyelesaian peraturan perundang-undangan berkenaan dengan
fasilitasi dan pembinaan berkenaan dengan ketenteraman, ketertiban dan
perlindungan masyarakat, meliputi: PP Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja, 6 Permendagri terkait kelembagaan dan penyelenggaraan Satuan Polisi
Pamong Praja; serta 2 Permendagri berkenaan dengan Trantib Linmas dalam rangka
penegakan HAM, dan pengaturan terkait senjata api.
2. Dalam rangka program dan kegiatan pemerintahan umum telah dicapai hasil antara
lain: terlaksananya fasilitasi penerapan Permendagri tentang Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) dengan target kumulatif Tahun 2010 s.d
2014 sebanyak 100 Kabupaten/Kota, dengan capaian 77 Kabupaten/Kota; fasilitasi
pembinaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di 31 Provinsi;
pada Tahun 2012 telah dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan pada 3 SKPD strategis di tingkat Provinsi (Dinas Pendidikan,
Dinas Kesehatan, dan Dinas Pekerjaan Umum); terselesaikannya 165 segmen batas
daerah yang ditetapkan melalui 138 Permendagri tentang Penegasan Batas Daerah,
dari target Tahun 2010 s/d 2014 sebanyak 75 segmen batas; tersusun daftar nama
pulau (gazetir) seluruh Indonesia dengan jumlah 13.466 Pulau diseluruh Indonesia;
Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi telah mendepositkan nama pulau-pulau
tersebut yang disampaikan pada sidang PBB (UNGEGN) pada bulan Agustus 2012 di
New York Amerika Serikat; terselenggaranya 6 Provinsi yang melaksanakan kerjasama
perbatasan antar negara (SOSEKMALINDO, JBC RI-RDTL, JBC RI-PNG), dimana untuk
pencapaian target tersebut, diupayakan melalui dukungan kegiatan fasilitasi
penegasan status hukum batas antar negara, peningkatan kapasitas aparatur, dan
peningkatan kegiatan sosekbud dengan negara tetangga; terselesaikannya 24
kesepakatan dalam rangka penyelesaian batas dan hubungan kerjasama antar negara
11
yang berbatasan melalui kerjasama SOSEKMALINDO, JBC RI-RDTL, JBC RI-PNG, dari
target Tahun 2010 s/d 2014 sebanyak 19 Kesepakatan; terselenggaranya 36
Pertemuan Internasional dalam rangka peningkatan kerjasama antar negara (RI-
Malaysia, RI- RDTL, RI-PNG), dari target Tahun 2010 s/d 2014 sebanyak 29
Pertemuan.
DD.. IISSUU SSTTRRAATTEEGGIISS DDIITTJJEENN BBIINNAA AADDMMIINNIISSTTRRAASSII KKEEWWIILLAAYYAAHHAANN
Dalam rangka penyelenggaraan bidang pembinaan administrasi kewilayahan,
terdapat beberapa hal yang masih perlu kejelasan dan penataan lebih lanjut, diantaranya:
1. Pelaksanaan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan
daerah dan tidak dilaksanakan oleh instansi vertikal;
2. Sejauhmana Gubernur sebagai Wakil Pemerintah memiliki kewenangan untuk
mengkoordinasikan urusan yang bersifat absolut, disamping itu perlu
kejelasan/kepastian dukungan perangkat kelembagaan dan personil baik dalam
pelaksanaan urusan concurent yang menjadi kewenangan daerah;
3. Perlu kejelasan kelembagaan yang menangani urusan kesbangpol menjadi urusan
pemerintahan umum (kelembagaan, personil, kewenangan, dan lain-lain);
4. Kejelasan pembiayaan (APBN dan APBD) terhadap urusan pemerintahan umum,
seperti pelaksanaan tugas FORKOPIMDA; dan
5. Kejelasan pembiayaan dan mekanisme APBN terhadap pelaksanan peran kecamatan
dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan umum.
EE.. PPOOTTEENNSSII DDAANN PPEERRMMAASSAALLAAHHAANN
Identifikasi potensi dan permasalahan dalam jangka menengah yang dihadapi
Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan adalah sebagai berikut:
1. Potensi dan Peluang
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri, Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan merupakan unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri dibidang
Pembinaan Administrasi dan bertanggung jawab kepada Menteri Dalam Negeri.
Sebagai Komponen yang mempunyai fungsi Penyiapan perumusan kebijakan di
bidang pembinaan administrasi kewilayahan; Pelaksanaan kebijakan dibidang
administrasi kewilayahan; Perumusan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang
administrasi kewilayahan Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang
administrasi kewilayahan; serta Pelaksanaan administrasi Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan, Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan telah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan dekonsentrasi, tugas pembantuan
dan kerjasama antar daerah, melakukan penataan wilayah administrasi melalui
toponimi dan penegasan batas daerah, penyelenggaraan satuan polisi pamong praja
dan perlindungan masyarakat, penataan kawasan, perkotaan dan batas antar negara
serta manajemen penanggulangan bencana dan kebakaran.
12
Sejalan dengan potensi tersebut, Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan juga
memiliki sejumlah peluang untuk dimanfaatkan secara maksimal dalam meningkatkan
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan bidang pembinaan administrasi
kewilayahan sesuai dengan visi dan misi Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan. Potensi
dan peluang tersebut ditempuh dengan didasari hal-hal sebagai berikut:
a. Penguatan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dalam menjalankan fungsi
koordinasi, pembinaan dan pengawasan semakin dirasakan. Hal ini perlu untuk
memudahkan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Kementerian Dalam Negeri dapat melakukan berbagai upaya untuk memperkuat
penyelenggaraan pemerintahan umum dalam rangka mendorong penyelenggaraan
pemerintahan yang desentralistik, meningkatkan efektivitas penyelenggaraan
dekonsentrasi dan kerjasama antar daerah, penataan wilayah administrasi dan
perbatasan, penguatan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di wilayahnya,
fasilitasi ketenteraman dan ketertiban umum, penanganan dan mitigasi bencana.
b. Dukungan berbagai pihak dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
serta keutuhan NKRI.
c. Kesadaran dan tanggung jawab aparatur Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan
untuk meningkatkan kemampuan, keahlian dan keterampilan baik secara sendiri
maupun secara bersama-sama.
d. Dukungan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan dinilai memadai.
e. Kebijakan Nasional dan Kebijakan Menteri Dalam Negeri dibidang pembinaan
administrasi kewilayahan dinilai memadai.
f. Tekad pemerintah untuk mewujudkan good governance dan memenuhi tuntutan
masyarakat terhadap pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih,
bebas dari KKN.
g. Penjabaran pelaksanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
akan menjadi titik tolak Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan untuk
menyelenggarakan fasilitasi kepada daerah secara jelas dan berkesinambungan
terhadap penyelenggaraan otonomi daerah.
h. Adanya hubungan yang harmonis dalam menjalin koordinasi antar
Kementerian/LPNK/Lembaga Masyarakat serta Pemerintah Daerah.
i. Terkait dengan percepatan penegasan batas daerah terdapat beberapa peluang
antara lain:
1) Ditetapkanya Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 tentang pedoman
penegasan batas yang lebih menyederhanakan proses penegasan batas
daerah dan mengatur batasan waktu penyelesaian;
2) Koordinasi dengan instansi terkait (Bakosurtanal, Dishidros TNI AL, Dittop TNI
AD, Biro Hukum, dan LAPAN) telah terimplementasi dengan baik;
3) Sebagian daerah otonom, telah menganggarkan kegiatan penegasan batas
melalui APBD;
4) Ada perintah dalam UU pembentukan daerah untuk menyelesaikan batas
wilayah administrasi.
j. Terkait dengan bidang polisi pamong praja dan perlindungan masyarakat terdapat
peluang antara lain:
13
1) Amanat Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam
Pasal 12 ayat (1) huruf e bahwa Urusan Pemerintahan Wajib yang Berkaitan
Dengan Pelayanan Dasar Meliputi Ketenteraman, Ketertiban Umum, Dan
Perlindungan Masyarakat, Pasal 65 ayat (1) huruf b bahwa Kepala Daerah
Mempunyai Tugas Memelihara Ketenteraman Dan Ketertiban Masyarakat dan
Pasal 255 ayat (1) bahwa Dibentuk Satpol PP Untuk Menegakkan Perda Dan
Perkada, Menyelenggarakan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman, Serta
Menyelenggarakan Perlindungan Masyarakat.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Satuan Polisi
Pamong Praja, Direktorat Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat
memandang perlu untuk berupaya meningkatkan pembinaan Satuan Polisi
Pamong Praja guna mewujudkan kondisi daerah yang aman tenteram dan tertib
serta menciptakan penyelenggaraan pemerintahan , pembangunan dan kegiatan
masyarakat yang kondusif, oleh karena itu Satuan Polisi Pamong Praja dalam
melaksanakan tugasnya dapat berdaya guna dan berhasil guna secara
optimal.
3) Sinkronisasi kegiatan yang sinergis dari Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan
kepada Satpol PP Provinsi dan Satpol PP Kab/Kota.
2. Permasalahan dan Tantangan
Selain memiliki potensi dan peluang, Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan juga
menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan dalam rangka penyelenggaraan
urusan pembinaan administrasi kewilayahan periode Tahun 2015-2019, baik dalam
bidang penyelenggaraan dekosentrasi, tugas pembantuan dan kerjasama antar
daerah; penataan wilayah administrasi melalui toponimi dan penegasan batas daerah,
pelaksanaan tugas Satpol PP dan Linmas; penataan kawasan, perkotaan dan batas
antar negara serta manajemen penanggulangan bencana dan kebakaran.
Identifikasi permasalahan dan tantangan selama lima tahun ke depan yang
dihadapi Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan juga merupakan pertimbangan penting
dalam perumusan Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan 2015-2019.
Permasalahan dan tantangan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Dukungan kelembagaan dan sarana prasarana dalam rangka pelaksanaan tugas
dan fungsi Gubernur selaku Wakil Pemerintah yang belum memadai dari apa yang
sudah diatur dalam Peraturan Perundang-undangan, bukan semakin memperkuat
namun justru berpotensi semakin melemahkan kedudukan Gubernur selaku Wakil
Pemerintah di daerah,
b. Penyelesaian penegasan segmen batas antar daerah masih belum optimal,
sehingga menimbulkan kurang tertibnya administrasi pemerintahan yang
disebabkan bertambahnya jumlah segmen batas akibat pembentukan Daerah
Otonom Baru, sulitnya mencapai kesepakatan antar daerah, kondisi geografis,
ketersediaan peta dasar dan tumpang tindih perizinan serta pengaruh sosial
budaya.
c. Potensi konflik terhadap pelaksanaan Pilkada Serentak memberikan ancaman
serius terhadap ketenteraman dan ketertiban umum.
14
d. Belum optimalnya pemahaman aparat Satuan Polisi Pamong Praja tentang HAM
dan teknis penanganan deteksi dini terhadap gangguan trantibum, sehingga pada
pelaksanaan tugas di lapangan sering mengakibatkan terjadinya konflik dengan
masyarakat (grassroot) dan rentan menimbulkan kekerasan yang berpotensi
terjadinya pelanggaran HAM.
e. Pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan, khususnya yang
dilaksanakan oleh Kementerian sektor belum sesuai dengan mekanisme
atau aturan sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
f. Belum optimalnya implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah, mengingat masih
terbatasnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pemerintah daerah yang
membidangi kerjasama antar Pemerintah Daerah.
g. Belum terselesaikannya permasalahan garis batas antar negara yang disebabkan
sulitnya mencapai kesepakatan antara negara akibat perbedaan pemahaman
terhadap dokumen kesepakatan terdahulu dan sulitnya koordinasi antar instansi
terkait.
h. Belum optimalnya pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan di wilayah
perbatasan sehinggga masih perlu ditingkatkan mengingat kondisi faktual sarana
dan prasarana pemerintahan di wilayah perbatasan masih jauh tertinggal dengan
negara tetangga.
i. Belum jelasnya pembagian kewenangan dan fungsi koordinasi antara Pemerintah
dan Pemerintah Daerah dalam pengendalian penetapan kawasan perkotaan.
j. Belum optimalnya penyelesaian pembakuan nama unsur rupabumi disebabkan
terbatasnya sarana dan prasarana dalam pendataan dan lemahnya kapasitas
daerah.
k. Terbatasnya dukungan fasilitasi kegiatan pembinaan, pengendalian, pengelolaan
dan pemanfaatan serta penetapan kawasan dalam rangka peningkatan dan
pengembangan Kawasan Khusus.
l. Belum adanya persamaan persepsi, pengertian dan langkah tindak yang
terencana, terkoordinasi dan terintegrasi antar institusi dalam rangka
penanggulangan bencana (struktur dan tatakerja, personil, pembiayaan, sarana
dan prasarana) mengakibatkan penyelenggaraan penanggulangan bencana belum
terlaksana secara komprehensif dan terintegrasi.
m. Belum semua daerah memperhatikan upaya Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
dan memasukkannya dalam mekanisme perencanaan pembangunan daerah.
E. SISTEMATIKA
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), bahwa dalam rangka Perwujudan
Kewajiban suatu instansi pemerintah dalam mempertanggungjawabkan
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan maka disusunlah dokumen
Renstra yang merupakan salah satu variabel penyelenggaraan SAKIP. Sebagai tindak
15
lanjut dari Peraturan Presiden tersebut, maka disusunlah Renstra Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan 2015-2019, dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN, yang berisi Latar Belakang, Landasan Hukum, Kondisi Umum,
Potensi dan Permasalahan serta Sistematika;
Bab II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS, yang berisi uraian Visi, Misi,
Tujuan, dan Sasaran;
Bab
III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN, yang berisi Penugasan
RPJMN, Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Dalam Negeri 2015-2019
serta Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan;
Bab IV PENUTUP, yang berisi Kaidah Pelaksanaan.
16
BAB II
VVIISSII,, MMIISSII,, TTUUJJUUAANN DDAANN SSAASSAARRAANN SSTTRRAATTEEGGIISS
A. Visi
Berdasarkan peran dan mandat Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan yang
dijabarkan pada tugas pokok dan fungsinya dalam menyelenggarakan sebagian
tugas Kementerian Dalam Negeri dibidang pembinaan administrasi kewilayahan,
dirumuskan visi Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan sebagai cerminan peran dan
kondisi yang ingin diwujudkan dalam 5 (lima) Tahun ke depan dan sekaligus untuk
merefleksikan pelaksanaan program kerja Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan
Kementerian Dalam Negeri sejalan dengan semangat nawa cita yang peletakan
dasar-dasarnya telah diinisiasi pada masa-masa sebelumnya.
Rumusan Visi yang diangkat dalam Renstra Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan 2015-2019 merupakan arah kebijakan dalam penyusunan program
dan kegiatan strategik sesuai kondisi obyektif dalam lima tahun ke depan, yaitu
“Terwujudnya pembinaan administrasi kewilayahan dalam memperkuat
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Pernyataan Visi tersebut, secara deskriptif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Frase “terwujudnya” menunjukkan peran organisasi Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan dalam mewujudkan manajemen penyelenggaraan negara dan
sistem birokrasi Negara berfungsi dengan baik. Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan harus dapat memahami dan mewujudkan dengan benar serta
bijak dalam sistem manajemen penyelenggaraan pemerintahan dan birokrasi di
negara Indonesia yang sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat.
2. Frase “penyelenggaraan pembinaan administrasi kewilayahan”,
menunjukkan bahwa Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan dalam
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi yang diemban dapat berjalan
optimal sesuai dengan kebijakan dan standardisasi teknis bidang administrasi
kewilayahan.
3. Frase “dalam memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia”
merupakan komitmen utama dan final Kementerian Dalam Negeri. Ini
memberikan sikap dan arah yang tegas akan perlunya kesatuan dan persatuan
serta keadilan dan proses penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang selalu
harus ditegakkan tanpa ada tawar menawar. Bersatu dan maju tidak cukup,
tetapi harus didorong oleh penguasaan terhadap ilmu dan teknologi sebagai
tools untuk mencapainya. Hal ini akan berhasil bila ada jejaring internal
maupun eksternal dalam kerangka global.
B. Misi
Untuk dapat mewujudkan Visi Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan dalam
mewujudkan pembinaan administrasi kewilayahan dalam memperkuat Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka ditetapkan “Misi” Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan sebagai berikut :
17
1. Memperkuat kerukunan nasional melalui persatuan dan kesatuan nasional
dalam kerangka NKRI;
2. Memfasilitasi terwujudnya penyelenggaraan hubungan pusat dan daerah
melalui pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Gubernur sebagai wakil
pemerintah, pelaksanaan azas dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
peningkatan kerjasama antar daerah, peningkatan peran kecamatan serta
mewujudkan terciptanya peningkatan kualitas pelayanan publik;
3. Memfasilitasi penyelenggaraan kewenangan daerah di kawasan khusus dan
kawasan perkotaan, penyelesaian sengketa pertanahan dan mewujudkan
kepastian hukum batas wilayah negara dan peningkatan kerjasama sosial,
ekonomi dan budaya antar negara yang berbatasan dengan NKRI ;
4. Memfasilitasi terciptanya ketenteraman, ketertiban umum, perlindungan
masyarakat dan penegakan hak-hak sipil;
5. Memfasilitasi penyelenggaraan toponimi dan penegasan batas wilayah
administrasi pemerintahan;
6. Memfasilitasi penyelenggaraan manajemen penanggulangan bencana dan
kebakaran; dan
7. Mendorong terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
C. Tujuan
Sebagai penjabaran dari pernyataan Visi dan Misi tersebut di atas, Ditjen Bina
Administrasi Kewilayahan menetapkan tujuan yaitu “Meningkatkan sinergitas
hubungan pusat-daerah dalam penyelenggaraan pembinaan administrasi
kewilayahan”.
D. Sasaran
Lebih lanjut Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan melalui program bina
administrasi kewilayahan menetapkan 2 (dua) sasaran program dengan 6 (enam)
target indikator kinerja program yang ingin dicapai dalam Renstra Ditjen Bina
Administrasi Kewilayahan Tahun 2015-2019 yang merupakan derivasi dari tujuan
sebagaimana di atas, yaitu:
1. Meningkatnya konsolidasi dan koordinasi kebijakan penguatan peran Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah, peningkatan pelayanan publik dan kerjasama
daerah, serta penataan wilayah administrasi dan kawasan (kawasan khusus dan
kawasan perkotaan), dan batas antar negara.
Sasaran program ini dicapai dengan 4 (empat) indikator kinerja program, yaitu:
a. Prosentase kinerja peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dalam
pelaksanaan koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
b. Penerapan kebijakan pelayanan publik di daerah;
c. Tertibnya penataan wilayah administrasi batas antar daerah;
d. Peningkatan efektivitas kerjasama perbatasan antar negara di 3 (tiga)
negara tetangga di kawasan perbatasan wilayah darat.
18
2. Meningkatnya standardisasi dan kualitas implementasi teknis kebijakan bidang
Pol PP dan Linmas serta pencegahan dan penanggulangan bencana dan bahaya
kebakaran.
Sasaran program ini dicapai dengan 2 (dua) indikator kinerja program, yaitu:
a. Penyediaan layanan dasar bidang ketenteraman dan ketertiban umum
sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal); dan
b. Penyediaan layanan dasar bidang penanggulangan bencana dan bahaya
kebakaran sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal).
Indikator dan target kinerja dari tujuan dan sasaran sebagaimana diuraikan
di atas, secara rinci dirumuskan dalam Matrik Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja
Jangka Menengah dan Tahunan Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Tahun
2015-2019.
19
MATRIK TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA
JANGKA MENENGAH DAN TAHUNAN DITJEN BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN TAHUN 2015-2019
TUJUAN SASARAN INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (9)
Meningkatkan sinergitas hubungan pusat-daerah dalam penyelenggaraan pembinaan administrasi kewilayahan
1. Meningkatnya konsolidasi dan koordinasi kebijakan penguatan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah, peningkatan pelayanan publik dan kerjasama daerah, serta penataan wilayah administrasi dan kawasan (kawasan khusus dan kawasan perkotaan), dan batas antar
negara
1. Prosentase kinerja peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dalam pelaksanaan koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah (KK.2.14)
50% (berkinerja
baik)
55% (berkinerja
baik)
60% (berkinerja
baik)
65% (berkinerja
baik)
70% (berkinerja
baik)
2. Penerapan kebijakan pelayanan publik di daerah
34%
41% 60% 79% 90%
3. Tertibnya penataan wilayah administrasi batas antar daerah
50 Segmen 50 Segmen 50 Segmen 50 Segmen 50 Segmen
4. Peningkatan efektivitas kerjasama perbatasan antar negara di 3 (tiga) negara tetangga di kawasan perbatasan wilayah darat
5 Kesepakatan
5 Kesepakatan
5 Kesepakatan
5 Kesepakatan
5 Kesepakatan
2. Meningkatnya standardisasi dan kualitas implementasi teknis kebijakan bidang pol pp dan linmas serta pencegahan dan penganggulangan bencana dan bahaya kebakaran
1. Penyediaan layanan dasar bidang ketentraman dan ketertiban umum sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal) (KK.2.12)
20% 30% 40% 50% 60%
2. Penyediaan layanan dasar bidang penanggulangan bencana dan bahaya kebakaran sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal) (KK.2.13)
10% 20% 30% 40% 50%
20
BAB III
AARRAAHH KKEEBBIIJJAAKKAANN DDAANN SSTTRRAATTEEGGII PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia Tahun
2005-2025, disusun dalam rangka mengantisipasi kondisi Bangsa Indonesia dan
tantangan yang dihadapi sampai dengan 10 tahunan mendatang dengan
memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, dan amanat
pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, maka Visi Pembangunan Nasional
2005-2025 adalah “Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur”.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 merupakan RPJMN ke-3 (ketiga) sebagai kelanjutan dari RPJMN
sebelumnya dari keseluruhan 4 (empat) tahap Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 17
Tahun 2007. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan
RPJMN ke-2, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk memantapkan “pembangunan
secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian
daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber
daya alam, dan sumber daya manusia berkualitas, serta kemampuan ilmu
dan teknologi yang terus meningkat”.
Dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah nasional
tahun 2015-2019 dimaksud, pemerintah dengan berpedoman pada Visi
Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025 dirumuskan Visi pada jangka menengah
kedua yaitu “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong”.
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan sebagaimana RPJPN
2005-2025, telah ditetapkan 9 (sembilan) bidang yang menjadi fokus pembangunan
jangka panjang hingga tahun 2025, yaitu: (1) Sosial Budaya dan Kehidupan
Beragama, (2) Ekonomi, (3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (4) Politik,
(5) Pertahanan dan Keamanan, (6) Hukum dan Aparatur, (7) Pembangunan
Wilayah dan Tata Ruang, (8) Penyediaan Sarana dan Prasarana, serta
(9) Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
Periode pembangunan 2015-2019 merupakan masa pembangunan yang
strategis dalam mempersiapkan landasan pembangunan yang kuat bagi pencapaian
sasaran pembangunan jangka panjang tahap ke-4 di Tahun 2020-2025. Untuk itu,
Pemerintah telah menyusun RPJMN 2015-2019 dengan mengangkat Visi
“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong”. Untuk mencapai Visi tersebut, Pemerintah telah menetapkan Misi,
yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
21
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan
Negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
Negara maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
6. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional; serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan;
Untuk mewujudkan Visi dan Misi di atas telah dirumuskan 9 (sembilan) Agenda
Prioritas atau Nawa Cita, yaitu:
1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara;
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan;
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional;
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik;
8. Melakukan revolusi karakter bangsa; serta
9. Memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Berdasarkan Visi, Misi dan Nawa Cita yang telah disebutkan di atas, maka
ditetapkan Peran Strategis Kementerian Dalam Negeri yaitu “Kementerian Dalam
Negeri harus mampu menjadi POROS Jalannya Pemerintahan dan Politik Dalam
Negeri, Meningkatkan Pelayanan Publik, Menegakkan Demokrasi dan Menjaga
Integritas Bangsa”, dengan Arah Kebijakan Strategis Kementerian Dalam Negeri
yaitu:
1. Menjaga persatuan dan kesatuan, serta melanjutkan pengembangan sistem
politik yang demokratis dan berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila,
melalui strategi:
a. Penyusunan dan penyempurnaan kebijakan bidang kesatuan bangsa dan
politik;
b. Penguatan dan internalisasi ideologi pancasila dan nilai-nilai kebangsaan;
c. Peningkatan peran partai politik dan organisasi kemasyarakatan serta
lembaga pendidikan melalui pendidikan politik dan kewarganegaraan;
d. Pembinaan dan pengembangan ketahanan ekonomi, sosial dan budaya;
e. Peningkatan kualitas dan fasilitasi penanganan konflik dan gangguan
keamanan dalam negeri.
22
2. Memperkuat koordinasi dan penataan administrasi kewilayahan, melalui
strategi:
a. Penyusunan dan penataan regulasi administrasi kewilayahan;
b. Peningkatan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dalam pelaksanaan
koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
daerah;
c. Penataan administrasi wilayah, penegasan batas daerah, dan toponimi;
d. Peningkatan pembinaan kawasan khusus, pertanahan, perkotaan dan batas
negara serta pulau-pulau kecil terluar;
e. Peningkatan efektivitas kerjasama perbatasan antar negara di 3 (tiga)
negara tetangga di kawasan perbatasan wilayah darat.
3. Meningkatkan kualitas pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, melalui
strategi:
a. Percepatan penerbitan regulasi dan kebijakan sebagai tindak lanjut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
b. Peningkatan kualitas tata kelola Pemerintah Daerah;
c. Penataan kelembagaan dan peningkatan kualitas Pimpinan dan aparatur
secara efektif dan proporsional dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
d. Peningkatan kemampuan dan prakarsa pemerintahan daerah terhadap
pencapaian kinerja dalam penyelenggaraan otonomi daerah;
e. Peningkatan kinerja pemerintahan daerah otonom baru;
f. Peningkatan keberhasilan penerapan kebijakan otonomi
khusus/keistimewaan daerah;
g. Harmonisasi dan penataan produk hukum daerah agar selaras dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan tidak bertentangan
dengan kepentingan umum.
4. Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang partisipatif,
transparan, efektif, efisien, akuntabel dan kompetitif, melalui strategi:
a. Mendorong penetapan Perda tentang APBD Provinsi/Kabupaten/Kota
secara tepat waktu;
b. Mendorong penetapan Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBD Provinsi/Kabupaten/Kota secara tepat waktu;
c. Mendorong Peningkatan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah
dalam APBD;
d. Mendorong penerapan akuntansi berbasis akrual di Daerah;
e. Peningkatan kualitas belanja pada APBD yang berorientasi pada pelayanan
masyarakat, terutama untuk pembangunan infrastruktur, pengelolaan
pendidikan, kesehatan dan perumahan;
f. Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan Barang Milik Daerah
(BMD);
23
g. Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan dana perimbangan dan
kemampuan fiskal daerah.
5. Meningkatkan kualitas pembangunan daerah sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional, melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah;
b. Mendorong harmonisasi, keselarasan, dan sinergitas pembangunan antar
Daerah serta antara Pusat dan Daerah;
c. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
daerah.
6. Mempercepat penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Daerah, melalui
strategi:
a. Percepatan penyelesaian dan fasilitasi penyusunan regulasi terkait SPM;
b. Penerapan indikator utama SPM di daerah;
c. Peningkatan kualitas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah,
mencakup 6 urusan wajib dasar, 18 urusan wajib non dasar, dan
8 urusan pilihan;
d. Penyelesaian perselisihan antar daerah terkait dengan urusan
pemerintahan.
7. Mendorong terwujudnya pelayanan publik yang baik di daerah, melalui strategi:
a. Penerapan kebijakan pelayanan publik di daerah;
b. Penguatan kelembagaan PTSP di Daerah;
c. Peningkatan kualitas dan cakupan daerah yang menerapkan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN);
d. Peningkatan kapasitas aparat dan kelembagaan Satuan Polisi Pamong Praja
dan Satuan Perlindungan Masyarakat, serta aparat dan kelembagaan
pencegahan penanggulangan bencana dan bahaya kebakaran, termasuk
penyediaan layanan dasarnya sesuai SPM.
8. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam memberikan
pelayanan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat, melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan desa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Peningkatan akuntabilitas, efektivitas, dan transparansi pengelolaan
keuangan dan aset desa;
c. Peningkatan kapasitas aparat desa dalam manajemen pemerintahan desa;
d. Peningkatan fungsi kelembagaan dan kerjasama desa;
e. Peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan dan aset pemerintahan desa.
9. Meningkatkan kualitas dan kemanfaatan database kependudukan nasional,
melalui strategi:
a. Penyediaan database kependudukan secara akurat dan terpadu dalam
pelayanan kepada masyarakat;
24
b. Pemanfaatan NIK, Database Kependudukan dan KTP elektronik secara
nyata dalam pelayanan publik, termasuk penyediaan DP4 untuk
mendukung penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada serentak;
c. Peningkatan kualitas pelayanan dokumen administrasi kependudukan;
d. Peningkatan kualitas aparatur di bidang kependudukan dan pencatatan
sipil.
10. Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan yang baik dan melanjutkan
reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, melalui strategi:
a. Peningkatan akuntabilitas kinerja dan keuangan;
b. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme SDM aparatur;
c. Penyediaan sistem informasi yang terintegrasi;
d. Peningkatan kualitas pelayanan publik;
e. Peningkatan kualitas kelitbangan dalam perumusan kebijakan;
f. Peningkatan kualitas pendidikan dan alumni IPDN.
Sejalan dengan peran dan arah kebijakan tersebut, telah ditetapkan tujuan
yang ingin dicapai Kementerian Dalam Negeri periode tahun 2015-2019, yaitu:
Tujuan Pertama (T1) : kokohnya persatuan dan kesatuan serta karakter bangsa
melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan kebhinekaan sebagai tatanan
dan perilaku hidup berbangsa dan bernegara;
Tujuan Kedua (T2) : peningkatan kualitas penyelenggaraan urusan dan tata kelola
pemerintahan dan pembangunan di daerah;
Tujuan Ketiga (T3) : peningkatan kualitas pengelolaan keuangan pemerintah
daerah;
Tujuan Keempat (T4) : optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan desa dalam
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan mendorong percepatan
pembangunan desa;
Tujuan Kelima (T5) : peningkatan kualitas pelayanan administrasi kependudukan
dan pencatatan sipil, dengan dukungan database yang akurat dan terpercaya;
Tujuan Keenam (T6) : peningkatan tata kelola dan kualitas aparatur dan
kelembagaan pemerintahan dalam negeri.
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL BINA
ADMINISTRASI KEWILAYAHAN
Mengacu pada Visi, Misi, Nawa Cita dan Renstra Kementerian Dalam Negeri
2015-2019, maka Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan tahun 2015-2019
secara konsisten diarahkan pada upaya-upaya mendukung lingkup tugas Ditjen Bina
Administrasi Kewilayahan dalam penyelenggaraan sebagian tugas Kementerian
Dalam Negeri di bidang pembinaan administrasi kewilayahan. Dari 9 (sembilan)
Agenda Nawa Cita Prioritas Pembangunan Nasional, terdapat 3 (tiga) Nawa Cita
yang merupakan bagian penugasan kepada Kementerian Dalam Negeri, yaitu Nawa
Cita 1, 2 dan 3. Dari Ketiga Nawa Cita yang menjadi prioritas Kementerian Dalam
Negeri tersebut, yang berkaitan dengan rencana program dan kegiatan Ditjen Bina
25
Administrasi Kewilayahan, yaitu: (1) Menghadirkan kembali Negara untuk
melindung segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
negara; (2) Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,
dan terpercaya, serta (3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan.
Keterkaitan tersebut sebagaimana dapat dilihat sebagaimana pada Matrik berikut:
Matrik Keterkaitan antara Prioritas Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan,
Prioritas Kementerian Dalam Negeri dan Nawa Cita
Agenda Prioritas/
Nawa Cita
Prioritas Kemendagri
Prioritas Ditjen Bina Adwil
1. Menghadirkan kembali Negara untuk
melindung segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada seluruh warga
negara
1. Menghadirkan kembali Negara untuk
melindung segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh
warga negara
1. Menghadirkan kembali Negara untuk
melindung segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada seluruh warga
negara
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan
terpercaya
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan
terpercaya
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan
terpercaya
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan
4. Memperkuat kehadiran
negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat
dan terpercaya
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional
7. Mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik
8. Melakukan revolusi
karakter bangsa
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi
sosial Indonesia
26
Sejalan dengan penugasan dimaksud, ditetapkan arah kebijakan dan
substansi yang diemban Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan, yaitu:
Nawa Cita Pertama:
Tema Nawa Cita: Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.
Substansi inti terkait dengan penugasan Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan yaitu :
Mewujudkan terciptanya ketentraman, ketertiban umum,
perlindungan masyarakat dan penegakan hak-hak sipil dan HAM
melalui penguatan kelembagaan dan personil Satuan Polisi
Pamong Praja, Satuan Perlindungan Masyarakat, khususnya
dalam pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM), bahaya
bencana dan kebakaran melalui pemenuhan standar pelayanan
minimum (SPM) serta tertibnya pemanfaatan kawasan dan
pertanahan.
Nawa Cita Kedua:
Tema Nawa Cita : Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya.
Substansi inti terkait dengan penugasan Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan adalah melalui penguatan peran Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah, penataan batas antar daerah, toponimi,
kodefikasi data wilayah, Pembinaan kawasan khusus dan
perkotaan, serta mendorong penerapan pelayanan publik yang
efektif, efisien dan akuntabel di daerah melalui Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN) dan kerjasama daerah serta mendorong
program reformasi birokrasi yang akan diimplementasikan Ditjen
Bina Administrasi Kewilayahan.
Nawa Cita Ketiga :
Tema Nawa Cita : Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan.
Substansi inti terkait dengan penugasan Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan dalam hal penataan dan pengembangan wilayah
batas antar negara, melalui fasilitasi peningkatan kerjasama
antar negara (JIM,SOSEKMALINDO, JBC RI-RDTL, JBC RI-PNG)
serta dukungan infrastruktur sarana prasarana pemerintahan di
wilayah perbatasan antar negara salah satunya dengan
memperkuat kecamatan di wilayah perbatasan antar negara.
Sejalan dengan itu, dalam kerangka pencapaian target pembangunan 2015-
2019 Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan mengemban 18 (delapan belas) target
indikator Prioritas, 5 (lima) target indikator Quick Wins dan 1 target indikator
prioritas lanjutan yang secara eksplisit telah termuat dalam RPJMN 2015-2019
27
maupun yang secara langsung menjadi bagian penugasan Menteri Dalam Negeri
kepada Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan. Untuk mewujudkan hal
tersebut, digunakan pendekatan berupa prinsip-prinsip :
1. Desentralisasi dan otonomi daerah, yaitu dengan memperkuat penyelenggaraan
pemerintahan daerah guna meningkatkan pelayanan dan hasil-hasil
pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat;
2. Pembangunan berkelanjutan, yaitu keseluruhan proses pembangunan yang
dilakukan saling berkaitan antara kegiatan sebelumnya dengan rencana
selanjutnya atau antara kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya dalam
suatu rangkaian tahapan yang saling terintegrasi;
3. Tata pemerintahan yang baik, yaitu menerapkan tata pengelolaan yang baik
(good governance) guna membentuk birokrasi yang lebih profesional dan
berkinerja tinggi yang didukung dengan langkah-langkah reformasi birokrasi di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional
serta Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan
Tahun 2015-2019, ditetapkan Program Strategik Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan, yaitu “Program Bina Administrasi Kewilayahan”. Program
strategik ini merupakan program ke-4 (empat) dari 12 (dua belas) program
strategik Kementerian Dalam Negeri Tahun 2015-2019, yang akan dicapai dengan
6 (enam) target indikator kinerja program berikut:
1. Prosentase kinerja peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dalam
pelaksanaan koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
2. Penerapan kebijakan pelayanan publik di daerah.
3. Tertibnya penataan wilayah administrasi batas antar daerah.
4. Peningkatan efektivitas kerjasama perbatasan antar negara di 3 (tiga) negara
tetangga di kawasan perbatasan wilayah darat.
5. Penyediaan layanan dasar bidang ketentraman dan ketertiban umum sesuai
SPM (Standar Pelayanan Minimal).
6. Penyediaan layanan dasar bidang penanggulangan bencana dan bahaya
kebakaran sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal).
Lebih lanjut Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan menetapkan 6 (enam)
kegiatan yang akan diemban pada periode waktu 2015-2019 yang merupakan
derivasi dari indikator kinerja program di atas, yaitu:
1. Penyelenggaraan hubungan pusat dan daerah serta kerjasama daerah;
2. Pembinaan dan pengembangan kawasan, perkotaan dan batas negara;
3. Pembinaan ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat;
4. Fasilitasi pencegahan penanggulangan bencana dan kebakaran;
5. Penataan wilayah administrasi, penegasan batas daerah, dan toponimi;
6. Dukungan manajemen dan teknis lainnya Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan.
Keenam kegiatan tersebut, akan dijabarkan dalam indikator kinerja kegiatan
sebagai berikut:
28
Kegiatan 1 : Penyelenggaraan hubungan pusat dan daerah serta
kerjasama daerah
Sasaran kegiatan adalah dalam rangka peningkatan penyelenggaraan hubungan
pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan, kerjasama daerah, pelayanan publik, dan
pembinaan kecamatan, yang diukur dari:
1. Jumlah Kabupaten/kota yang menerapkan Permendagri tentang Pedoman
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) (P);
2. Jumlah rumusan kebijakan bidang peningkatan peran gubernur sebagai wakil
pemerintah, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, kerjasama daerah,
pelayanan publik, dan pembinaan kecamatan;
3. Persentase fasilitasi pusat dan daerah bidang peningkatan peran gubernur
sebagai wakil pemerintah, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, kerjasama
daerah, pelayanan publik, dan pembinaan kecamatan;
4. Jumlah Provinsi yang dibina dalam rangka peningkatan peran gubernur sebagai
wakil pemerintah di wilayah Provinsi (P);
5. Jumlah daerah yang terpelihara dan meningkat kualitas kerjasamanya terhadap
kerjasama yang telah dilaksanakan (P);
6. Jumlah Provinsi yang ditingkatkan kapasitasnya dalam pelaksanaan kerjasama
antar daerah yang bersifat wajib (P);
7. Jumlah jenis dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang dievaluasi berdasarkan
prinsip dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang benar;
8. Jumlah kumulatif Kecamatan yang menyelenggarakan tugas-tugas pembinaan
administrasi kewilayahan dan pemerintahan umum;
9. Jumlah daerah pilot project operasionalisasi pelayanan umum melalui PTSP
(QW);
10. Tersusun dan tersosialisasikannya Instruksi Presiden untuk penerapan sikap-
sikap pelayanan aparat dan sosialisasi nilai-nilai pelayanan sesuai UU Pelayanan
Publik (QW);
11. Jumlah daerah yang memiliki PTSP yang Prima (Jenis Perijinan yang
dilimpahkan ke PTSP, Penyederhanan Perijinan, Kecepatan Pelayanan, Kualitas
Pelayanan, Peningkatan Kapasitas SDM Perijinan);
12. Jumlah daerah yang difasilitasi dalam peningkatan kualitas tata kelola
kelembagaan, infrastruktur ekonomi, dan daya saing perekonomian daerah
(khususnya fasilitasi PTSP) (P).
Kegiatan 2 : Pembinaan dan pengembangan kawasan, perkotaan dan
batas Negara
Sasaran kegiatan adalah dalam rangka peningkatan pembinaan kawasan khusus,
pertanahan, perkotaan dan batas negara serta pulau-pulau kecil terluar yang
dikembangkan, yang diukur dari:
1. Jumlah rumusan kebijakan dan produk hukum bidang kawasan khusus,
pertanahan, perkotaan dan batas negara serta pulau-pulau kecil terluar (P);
2. Persentase fasilitasi pusat dan daerah bidang kawasan khusus, pertanahan,
perkotaan dan batas negara serta pulau-pulau kecil terluar;
29
3. Jumlah daerah yang difasilitasi penguatan kapasitas aparatur dan kelembagaan
daerah dalam pengelolaan bidang kawasan khusus, pertanahan dan batas
negara serta pulau-pulau Kecil terluar (P);
4. Jumlah kawasan khusus yang dikelola dan dikembangkan (P);
5. Persentase pendataan dan pemetaan perijinan pemanfaatan kawasan dan
pertanahan;
6. Jumlah provinsi yang melaksanakan kerjasama perbatasan antar negara (JIM,
SOSEKMALINDO, JBC RI-RDTL, JBC RI-PNG) (P);
7. Jumlah kesepakatan batas antar negara dalam rangka penyelesaian batas dan
hubungan antar negara yang berbatasan (P);
8. Jumlah sarpras yang dialokasikan bagi daerah perbatasan antar negara dan
pulau-pulau kecil terluar dalam rangka pelayanan pemerintahan (P);
9. Jumlah daerah yang terfasilitasi sesuai sistem pengendalian pengelolaan
pemenuhan SPP untuk perwujudan kota berkelanjutan (P);
10. Jumlah kawasan perkotaan metropolitan yang terfasilitasi dalam pembentukan
mekanisme dan lembaga kerja sama (P);
11. Jumlah kota otonom dan kota baru publik yang terfasilitasi dalam pembentukan
kelembagaan dan perencanaan infrastruktur dasar sesuai SPP (QW);
12. Jumlah kota yang terfasilitasi dalam penyediaan peta perkotaan dan kawasan
perkotaan yang terpadu skala 1:1000 (P);
13. Jumlah kota yang terfasilitasi melalui pemantapan teknis updating basis data
Informasi perkotaan (P);
14. Jumlah pelaksanaan evaluasi penataan perkotaan (P); dan
15. Jumlah daerah yang terfasilitasi dalam kerjasama pembangunan antar kota dan
antar kota/kabupaten baik dalam negeri dan luar negeri (sister city) (P).
Kegiatan 3 : Pembinaan ketentraman, ketertiban dan perlindungan
masyarakat
Sasaran kegiatan adalah dalam rangkap peningkatan pembinaan kapasitas aparat
dan kelembagaan Satuan Polisi Pamong Praja dan Satuan Perlindungan Masyarakat
dalam menciptakan ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat, yang
diukur dari:
1. Jumlah rumusan kebijakan bidang Polisi Pamong Praja dan Penyidik Pegawai
Negeri Sipil, Perlindungan Masyarakat, serta Hak Sipil dan HAM;
2. Persentase fasilitasi pusat dan daerah Polisi Pamong Praja, Perlindungan
Masyarakat, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, serta Hak Sipil dan HAM;
3. Jumlah daerah Kabupaten/Kota yang membentuk Kelembagaan Satpol PP sesuai
peraturan perundang-undangan;
4. Jumlah daerah Kabupaten/kota yang mempunyai aparatur Satpol PP/PPNS dan
Satlinmas yang sesuai standar;
5. Jumlah daerah yang melaksanakan sistem dan prosedur operasional
penyelenggaraan bidang ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat;
6. Persentase daerah yang telah memfasilitasi 5P (penghormatan, pemajuan,
pemenuhan, penegakan dan perlindungan) hak asasi manusia serta fasilitasi
konferensi internasional bagi aparat Satpol PP;
7. Inisiasi Gerakan Aparat Menuju Indonesia ramah (QW);
30
8. Gerakan bersama pemerintah, pengusaha dan LSM untuk membangun fasilitas
mengantri, kebersihan, kenyamanan dan keamanan di ruang publik (QW);
9. Persentase fasilitasi gerakan tertib dan disiplin nasional dalam rangka
mewujudkan karakter bangsa;
10. Persentase kesiapsiagaan satgas entry/ transit/ daerah asal.
Kegiatan 4 : Fasilitasi pencegahan penanggulangan bencana dan
kebakaran
Sasaran kegiatan adalah dalam rangka peningkatan kapasitas aparat dan
kelembagaan dalam upaya pencegahan penanggulangan bencana dan bahaya
kebakaran, yang diukur dari:
1. Jumlah rumusan kebijakan bidang pengurangan resiko bencana, sarana dan
prasarana, tanggap darurat dan pasca bencana, standardisasi pemadam
kebakaran dan SDM damkar;
2. Persentase fasilitasi pusat dan daerah bidang pengurangan resiko bencana,
sarana dan prasarana, tanggap darurat dan pasca bencana, standardisasi
pemadam kebakaran dan SDM damkar;
3. Jumlah aparatur daerah yang ditingkatkan kapasitasnya dalam penanggulangan
bencana dan bahaya kebakaran (P);
4. Jumlah sarpras yang dialokasikan bagi pusat dan daerah dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan bencana dan bahaya kebakaran;
5. Persentase implementasi penerapan SPM bidang pemadam kebakaran sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
6. Jumlah daerah yang melakukan kerjasama dalam penanggulangan bencana dan
kebakaran;
7. Persentase peningkatan partisipasi organisasi kemasyarakatan dan komunitas
sukarelawan yang bergerak dalam upaya pengurangan resiko bencana dan
kebakaran.
Kegiatan 5 : Penataan wilayah administrasi, penegasan batas daerah,
dan toponimi
Sasaran kegiatan adalah dalam rangka peningkatan penataan administrasi wilayah,
penegasan batas daerah, dan toponimi, yang diukur dari:
1. Jumlah rumusan kebijakan bidang penataan administrasi wilayah dan
penegasan batas daerah serta toponimi (P);
2. Persentase fasilitasi pusat dan daerah bidang bidang penataan administrasi
wilayah dan penegasan batas daerah serta toponimi;
3. Jumlah segmen batas antar daerah yang ditetapkan dengan peraturan
perundangan (P);
4. Jumlah daerah yang difasilitasi dalam penegasan batas daerah dan pembakuan
nama rupa bumi;
5. Persentase pembakuan rupabumi unsur buatan dan warisan budaya.
Kegiatan 6 : Dukungan manajemen dan teknis lainnya Ditjen Bina
Administrasi Kewilayahan
31
Sasaran kegiatan adalah dalam rangka peningkatan dukungan pelayanan teknis dan
administratif yang berkualitas di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Administrasi
Kewilayahan, yang diukur dari:
1. Persentase penyelesaian dokumen perencanaan dan anggaran (Renstra, Renja,
RKP, RKA, RKAKL dan Petunjuk Operasional);
2. Persentase penyelesaian dokumen hasil monitoring dan evaluasi, laporan
keuangan aset, laporan kinerja serta hasil-hasil pemeriksaan dan tindak lanjut
LHP;
3. Persentase penyusunan pedoman/juknis dan rancangan peraturan serta
dokumen ketatalaksanaan yang diselesaikan;
4. Persentase penyelesaian urusan ketatausahaan dan kepegawaian ;
5. Persentase pengadaan sarana dan prasarana;
6. Persentase pemeliharaan sarana dan prasarana;
7. Persentase pembinaan bidang administrasi kewilayahan di pusat dan daerah;
8. Persentase penyelesaian pelayanan dukungan operasional kerja (pembayaran
gaji, operasional dan pemeliharaan perkantoran, serta langganan daya dan jasa)
yang tepat waktu; dan
9. Persentase kesesuaian capaian kinerja dengan rencana kerja tahunan.
Keseluruhan program/kegiatan strategik Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan diuraikan secara rinci berikut dengan sasaran program (outcome),
sasaran kegiatan (output) dan indikator serta target capaian tiap tahunnya
sebagaimana disajikan dalam Lampiran II.
Keterkaitan antara tujuan, sasaran dan program Direktorat Jenderal Bina
Administrasi Kewilayahan terhadap program strategik Kementerian Dalam Negeri dan
Nawa Cita sebagaimana disajikan pada Matrik berikut ini:
MATRIK KETERKAITAN ANTARA TUJUAN, SASARAN DAN PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN
TERHADAP PROGRAM STRATEGIK KEMENDAGRI DAN NAWACITA
TAHUN 2015-2019
TUJUAN (T) SASARAN (S) PROGRAM (P) NAWA CITA (NC)
Merupakan tujuan
Ke-2 (dua) dari 6
(enam) tujuan
Renstra
Kemendagri
2015-2019
Sasaran yang ditetapkan
untuk mencapai Tujuan ke-
2 (dua) dari Renstra
Kemendagri 2015-2019
Merupakan
Program Strategik
Ke-4 (empat), dari
12 (dua belas)
Program Strategik
Kemendagri 2015-
2019, yaitu “Bina
Administrasi
Kewilayahan”
(P4)
T2S2 Meningkatnya
kualitas pelayanan publik
P4 NC-1 dan NC-3
32
TUJUAN (T) SASARAN (S) PROGRAM (P) NAWA CITA (NC)
dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah
T2S3 Menguatnya peran
Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah dalam
pelaksanaan koordinasi
pembinaan dan
pengawasan
penyelenggaraan
pemerintahan di daerah
P4 NC-2
Selanjutnya sesuai dengan Renstra Kementerian Dalam Negeri 2015-2019,
terdapat 33 target kinerja Menteri Dalam Negeri dalam kabinet kerja dengan
Presiden Republik Indonesia, yang akan di capai dengan 12 Program strategik
dengan 75 Kegiatan untuk 5 (lima) Tahun ke depan. Kaitan dengan target kinerja
tersebut, diantaranya terdapat 4 (empat) target kinerja yang menjadi penugasan
Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan yaitu:
Tujuan (T2) : Peningkatan kualitas penyelenggaraan urusan dan
tata kelola pemerintahan di Daerah
Sasaran (S2) : Meningkatnya kualitas pelayanan publik dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah
Program (P4) : Bina administrasi kewilayahan
Target Kinerja (TK-11) : Jumlah daerah yang memiliki PTSP yang Prima
Target Kinerja (TK-12) : Penyediaan layanan dasar bidang ketentraman dan
ketertiban umum sesuai SPM
Target Kinerja (TK-13) : Penyediaan layanan dasar bidang penanggulangan
bencana dan bahaya kebakaran sesuai SPM
Sasaran (S3) : Menguatnya peran Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah dalam pelaksanaan koordinasi pembinaan
dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan di
daerah
Program (P4) : Bina administrasi kewilayahan
Target Kinerja (TK-15) : Persentase kinerja peran Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah
Sedangkan dalam Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan 2015-2019,
terdapat 6 (enam) target kinerja antara Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan
dengan Menteri Dalam Negeri, yang akan dicapai melalui “Program Bina
Administrasi Kewilayahan” dengan di dukung 6 (enam) kegiatan untuk 5 (lima)
tahun ke depan, yaitu:
33
Tujuan (T1) : Meningkatnya Konsolidasi Kebijakan dan Standardisasi
Teknis Bidang Administrasi Kewilayahan
Sasaran (S1) : Meningkatnya konsolidasi dan koordinasi kebijakan
penguatan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah,
peningkatan pelayanan publik dan kerjasama daerah,
serta penataan wilayah administrasi dan kawasan
(kawasan khusus dan kawasan perkotaan), dan batas
antar negara
Target Kinerja (TK-1) : Prosentase kinerja peran Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah dalam pelaksanaan koordinasi pembinaan
dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
daerah
Target Kinerja (TK-2) : Penerapan kebijakan pelayanan publik di daerah
Target Kinerja (TK-3) : Tertibnya penataan wilayah administrasi batas antar
daerah
Target Kinerja (TK-4) : Peningkatan efektivitas kerjasama perbatasan antar
negara di 3 (tiga) negara tetangga di
kawasan perbatasan wilayah darat
Sasaran (S2) : Meningkatnya standardisasi dan kualitas implementasi
teknis kebijakan bidang pol pp dan linmas serta
pencegahan dan penganggulangan bencana dan
bahaya kebakaran
Target Kinerja (TK-5) : Penyediaan layanan dasar bidang ketentraman dan
ketertiban umum sesuai SPM (Standar Pelayanan
Minimal)
Target Kinerja (TK-5) : Penyediaan layanan dasar bidang penanggulangan
bencana dan bahaya kebakaran sesuai SPM (Standar
Pelayanan Minimal)
Berdasarkan indikator dan target kinerja tersebut, maka setiap entitas
akuntabilitas kinerja dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan
pelaksanaan program dan kegiatan akan diwujudkan dalam bentuk perjanjian
kinerja yang merupakan salah satu variabel penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Untuk itu, dalam rangka pelaksanaan SAKIP di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri, berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan dan
Rencana Kerja Anggaran (RKA), maka disusun perjanjian kinerja Ditjen Bina
Administrasi Kewilayahan.
Implementasi Indikator Kinerja Program (IKP) Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan Tahun 2015-2019 akan dituangkan dalam perjanjian kinerja Ditjen
Bina Administrasi Kewilayahan sebagai kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Bina
Administrasi Kewilayahan dengan Menteri Dalam Negeri. Sedangkan implementasi
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan tahun
2015-2019 akan dituangkan dalam perjanjian kinerja antara Direktur dan Sekretaris
dengan Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan. Perjanjian Kinerja tersebut
34
merupakan ikhtisar target kinerja yang akan dicapai Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan selama tahun 2015-2019.
Selanjutnya terkait dengan target pembangunan Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan Tahun 2015-2019 yang secara spesifik memuat tujuan, program,
sasaran, kegiatan, indikator serta indikator sasarannya sebagaimana terlihat dalam
Lampiran II.
Sebagai amanat dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah maka
selama lima tahun dalam Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan 2015-2019
telah dialokasikan kebutuhan pendanaan pembangunan yang akan menjadi acuan
dalam merencanakan pelaksanaan kegiatan sebagai wujud konsistensi Ditjen
Bina Administrasi Kewilayahan dalam mewujudkan tujuan dan sasaran dari Visi dan
Misi yang telah dicanangkan sehingga menjadi tolak ukur keberhasilan pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi. Proyeksi kebutuhan pendanaan yang telah
dialokasikan selama 2015-2019 sebagaimana terlihat dalam Lampiran III.
35
BAB IV
PP EE NN UU TT UU PP
Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan 2015-2019 ini dilaksanakan dengan
memperhatikan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut:
A. Pola Penyelenggaraan
Penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Administrasi
Kewilayahan Tahun 2015-2019, disusun sebagai dasar sekaligus sebagai kendali dan
sarana koordinasi dalam melaksanakan tugas-tugas pembinaan administrasi
kewilayahan di lingkungan Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan, pada dasarnya
memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Penyusunan Rencana Strategis Ditjen Pemerintahan Umum (Ditjen Bina
Administrasi Kewilayahan) Tahun 2015-2019 dilatarbelakangi oleh keinginan
untuk melaksanakan dan mengemban amanah RPJM Nasional 2015-2019 dalam
mencapai tujuan pembangunan nasional khususnya bidang penyelenggaraan
bina administrasi kewilayahan 5 (lima) Tahun ke depan.
2. Penyusunan Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Tahun 2015-2019,
dilakukan melalui upaya perbaikan terhadap mekanisme SAKIP di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan dan perangkat instrumen
pendukungnya mulai dari perencanaan, penyusunan penetapan kinerja,
penyusunan rencana kinerja tahunan sampai dengan pelaksanaan dan
monitoring serta evaluasi pencapaian kinerja.
3. Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Tahun 2015-2019 merupakan
penjabaran visi, misi, tujuan dan sasaran Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan
yang akan dilaksanakan pada tahun 2015-2019, dan berisi strategi pokok sebagai
pedoman kerja Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan sebagai salah satu
komponen Kementerian Dalam Negeri.
4. Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Tahun 2015-2019 merupakan
komitmen perencanaan dan berfungsi sebagai alat bantu dan tolak ukur dalam
menjalankan Misi dan mencapai Visi Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan.
5. Pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip kepemerintahan yang baik.
6. Untuk melaksanakan kebijakan strategis Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan
Tahun 2015-2019, diselenggarakan dengan organisasi pelaksanaannya adalah
sebagai berikut:
36
Matrik Organisasi Pelaksana
Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan
Tahun 2015-2019
No Subyek Peran
1 Direktur Jenderal Bina Administrasi
Kewilayahan
Penanggung jawab umum
2 Sekretaris Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan
Koordinator perencanaan dan
evaluasi strategis
3 Para Direktur di lingkungan
Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan
Penanggung jawab kegiatan strategis
4 Para Kasubdit/Kepala Bagian Penanggung jawab harian
5 Para Kasi/Kasubbag Pelaksana
B. Pengukuran Hasil
Pengukuran kinerja Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan dilakukan dengan
membandingkan antara data realisasi dengan data target kinerja yang telah
direncanakan sebelumnya. Sedangkan penilaian kinerja dilakukan melalui interpretasi
atas seluruh nilai capaian kinerja Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan hasil
pengukuran kedalam informasi kinerja guna dilakukan dianalisis lebih lanjut. Proses
ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan
gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran.
Selanjutnya dilakukan pula analisis akuntabilitas kinerja yang menggambarkan
keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam
rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi sebagaimana ditetapkan dalam
rencana strategis
C. Kontingensi
Renstra Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan 2015-2019 disusun berdasarkan
sejumlah asumsi pada situasi yang sangat dinamis dan direkam sesuai
perkembangan kondisi terkini serta perspektif dalam kurun waktu lima Tahun ke
depan. Untuk mengantisipasi perubahan yang sangat cepat dan membutuhkan
penanganan mendesak, perlu diperhitungkan berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam aspek operasional termasuk hal-hal yang bersifat force majeur
dalam kebijakan strategis yang dilaksanakan setiap tahunnya.
D. Evaluasi Akuntabilitas
Evaluasi kinerja merupakan salah satu variabel dari Sistem Akuntabilitas
Kinerja (SAKIP) yang akan dalam memberikan penilaian secara kredibel dan
transparan atas pelaksanaan program dan kegiatan. Evaluasi kinerja dilakukan
dengan mengidentifikasi berbagai indikator dan target kinerja sebagaimana
ditetapkan dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan yang akan memberikan umpan
balik bagi fungsi peningkatan akuntabilitas dan kualitas pelaksanaan anggaran. Untuk
mewujudkan fungsi tersebut, maka disusun suatu dokumen dalam bentuk Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).