Upload
doanquynh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Berkeadilan
Disampaikan dalam Kongres Koperasi III
Kamis, 13 Juli 2017
16.6
15.4
14.2
13.3
12.512.0
11.4 11.311.2
10.7
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
0.360
0.350
0.370
0.380
0.410
0.410
0.413
0.406
0.408
0.394
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
9.11
8.39
7.87
7.14
7.48
6.13
6.17
5.94
6.18
5.61
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Kemiskinan (%) Ketimpangan (Rasio Gini) Pengangguran (%)
Kinerja Pembangunan Ekonomi: Kualitas Pertumbuhan Membaik
Source: Statistics Indonesia (BPS) 2
5,2 5,01 4,88
5,02 5,2
5,6
2014 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan Ekonomi (%) - 2017: RAPBNP - 2018: RAPBN (5,2% - 5,6%)*
2,5
8,36
3,35 3,02 4 4,5
2014 2015 2016 2017 2018
Inflasi (%)
*Kesepakatan Pemerintah dan DPR-RI per 13 Juni 2017
Ketidakadilan dalam
pasar tenaga
kerja/kesempatan
usaha
Lemahnya rantai
nilai diantara
sektor usaha
Kebijakan
tidak tepat
sasaran
3
Ketimpangan
penguasaan
lahan dan tanah
4
2 1
4 Faktor Ketimpangan
*Asumsi 1 keluarga mendapatkan antara 1 – 2 Ha
**Termasuk land bank
1
3
57
2
4
6
8
10
9
Reforma Agraria
Perkebunan
10 PILARKEBIJAKAN EKONOMI BARU
Pertanian
(Landless Farmer)
Nelayan & Budidaya
Rumput LautManufaktur
& ICT
Urban Poor &
Perumahan
Terjangkau
Sistem Pajak
Berkeadilan
Retail & Pasar
Pembiayaan &
Anggaran
Pemerintah
Vokasi,
Entrepreneurship,
Pasar Tenaga
Kerja
BERKEADILAN KEBIJAKAN PEMERATAAN
EKONOMI
PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS TIDAK AKAN BERKELANJUTAN KARENA
ADANYA EMPAT FAKTOR KETIMPANGAN
3
KPE MEMBERIKAN KEADILAN (FAIRNESS) KEPADA SEMUA PENDUDUK UNTUK MENDAPATKAN APA YANG
DIBUTUHKAN BAGI PERBAIKAN KUALITAS HIDUPNYA
Yang Kecil/Lemah:
• Individu (petani, nelayan, pedagang, miskin perkotaan, dsb.)
• Kelompok usaha (mikro/kecil)
• Daerah/Kawasan (tertinggal, terluar, terpencil, kumuh, dsb)
Hal ini terjadi karena: Situasi kepemilikan aset terbatas atau nol,
keterbatasan kemampuan, keterbatasan akses (teknologi, pembiayaan,
pasar, sarana/prasarana), serta diskriminasi
Diatasi dengan Kebijakan Pemihakan antara lain melalui redistribusi,
hibah, subsidi dan fasilitasi serta mengurangi hambatan untuk berpartisipasi.
Equality: Kesamaan perlakuan.
Equity : Keadilan (fairness) untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan agar memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
kualitas hidup.
4
Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE) diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional yang berazaskan
demokrasi dan berbasis ekonomi pasar yang adil.
Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya pada sila ke (3) Persatuan
Indonesia dan sila ke (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menjadi salah satu landasan
hukum dari KPE.
Selanjutnya UUD 45 Bab 14 tentang Perekonomian dan Kesejahteraan Nasional pada pasal 33 dimana
Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN KPE
Kerangka Kebijakan Ekonomi untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Sesuai UUD 1945
• Reformasi pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
menjadi pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis
pekerjaan. Dimulai dari sektor industri, diikuti sektor
jasa dan pertanian, melalui kerjasama Pemerintah,
BUMN dan Swasta.
• Kewirausahaan untuk mendorong terciptanya
pengusaha-pengusaha baru yang mempunyai daya
saing. Mendorong pelaku usaha mikro dan kecil
berkembang menjadi pelaku usaha menengah dan
besar.
Reformulasi dan penajaman kebijakan
pengembangan industri manufaktur,
pariwisata, perdagangan dan perikanan
Mentransformasi
skema subsidi
secara bertahap
menjadi bantuan
tepat sasaran, tepat
waktu, dan tepat
jumlah, serta
menyatukannya
dengan semua bentuk
Bantuan Sosial.
Akses terhadap
lahan
Kesempatan
Bekerja/
Berusaha
Bantuan
Sosial
Kualitas Sumber
Daya Manusia
Kebijakan Ekonomi 4
• Melaksanakan reforma agraria dan hutan sosial melalui
pendekatan klaster, berbasis komoditi unggulan di KBI maupun KTI
• Redistribusi lahan sebagai modal masyarakat menengah ke bawah
• Sertifikasi dalam rangka legalisasi aset
• Implementasi kebijakan LP2B
• Menyediakan hunian penduduk miskin perkotaan.
5
Petani dan Nelayan Miskin Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan UMKM Ritel
Perkotaan Pencari Kerja dan Pengusaha UMKM
MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI ATAS 6%
• Pertumbuhan ekonomi di atas 6% diperlukan dalam rangka menyerap tenaga kerja yang lebih besar.
• Pertumbuhan ekonomi yang tinggi perlu diikuti dengan perbaikan kualitas pertumbuhan dengan menerapkan kebijakan
pemerataan ekonomi untuk mempercepat penurunan tingkat kemiskinan, pengangguran dan rasio gini.
Mendorong Aktivitas
Ekonomi dan Perluasan
Kesempatan Kerja
Memperluas Akses Pasar
bagi UMKM
Meningkatkan kapasitas
SDM dan Pelaku Usaha
Mengurangi Beban
Pengeluaran Penduduk
Kurang Mampu
Meningkatkan Efektivitas
Pelayanan Dasar
Meningkatkan Peran
Daerah dalam Mendorong
Aktivitas Ekonomi
Perdesaan
Mempercepat Implementasi Kebijakan Pemerataan Ekonomi
Mempercepat Implementasi Kebijakan Pemerataan Ekonomi
Lahan Kesempatan Berusaha Kapasitas SDM
TARGET :
• Pembangunan
infrastruktur
• Pembangunan
kawasan industri
• Pengembangan
Destinasi pariwisata
• Kawasan Ekonomi
Khusus
• Perbaikan iklim
investasi
• Penguatan usaha mikro-
kecil
• Peningkatan akses kredit
• Permodalan dan layanan
kredit investasi
• Kemudahan, kepastian,
dan perlindungan usaha
• Pendidikan dan
pelatihan
• Kemitraan dengan
perusahaan
• Penguatan lembaga
Pendidikan
• Penerapan standarisasi
mutu UMKM
• Penataan bantuan
kepada keluarga
miskin bersyarat
• Reformasi subsidi
energi
• Perluasan Jaminan
Sosial pekerja informal
• Pemenuhan dokumen
kependudukan
• Pembangunan/perbaika
n infrastruktur
perdesaan
• Perbaikan lingkungan,
sanitasi, sarana air
bersih
• Efektivitas kebijakan
fiskal
• Meningkatkan fungsi
pelayanan
• Pemanfaatan Dana
Desa, DAK, dan
Transfer ke daerah
6
Peranan
Rendah
Peranan
Seimbang
Peranan
Tinggi
KETIMPANGAN PADA SEKTOR PERKEBUNAN
23 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan, 2016
Komoditas
Kelapa
Sawit
Tebu
Teh
Karet
Kelapa
Kakao
Kopi
Cengkeh
Kebutuhan masuknya pihak swasta
0% 100% 53%
24% 0% 100%
0% 100% 24%
0% 100% 9%
0% 100% 1%
0% 100% 1,6%
0% 100% 2,1%
0% 100% 1,3%
Penyerapan Tenaga Kerja Peranan Swasta dalam
Perkebunan 2011 2012 2013 2014 2015 CAGR
3.651.636 3.701,321 5.184.747 5.218.322 5.503.418 10,8% Cukup dominan
1.042.173 996.648 1.068.022 1.066.434 1.068.569 0,6% Membutuhkan dorongan
peranan pihak swasta
untuk penelitian dan
pengembangan 198.037 201.260 99.591 101.198 101.744 -15,3%
2.310.169 2.303.360 2.398.117 2.434.375 2.442.598 1,4%
Perlu insentif untuk
mendorong pihak swasta
dalam penelitian, offtaker &
pengolahan
6.956.998 7.091.801 6.984.347 6.645.040 6.576.045 -1,4%
1.701.958 1.638.535 1.739.289 1.766.281 1.762.277 0,9%
1.929.459 2.047.273 1.935.956 1.827.371 1.852.245 -1,0%
4.760 4.760 4.762 4.762 4.766 0,03%
Peranan swasta dalam kelapa sawit jauh lebih dominan dibandingkan dengan komoditas lain, penyerapan TK pun setiap tahun terus meningkat.
Di sisi lain komoditas seperti tebu, teh, karet, kelapa, kakao, kopi dan cengkeh memerlukan peranan swasta dan koperasi yang lebih banyak demi
mendorong rantai nilai produksi yang lebih baik, terutama dalam peningkatan rantai nilai, peningkatan kualitas, dan sebagai offtaker / avalis.
7
Pemberdayaan sistem klaster dilakukan dengan membagi pemanfaatan tanah menjadi beberapa kegunaan. Fokus
diberikan pada penanaman tanaman pangan dan pengembangan nilai tambah (agroindustri). Berdasarkan
exercise ± 89% lahan akan digunakan untuk tanaman pangan
5.2% digunakan
untuk Fasum
5% digunakan
untuk ruang umum
0.35% digunakan untuk area
pemukiman sebanyak 1000 KK, per
KK menempati rumah dengan luas
lahan 70 m2
0.095% digunakan
gudang dan dryer
Sebesar 64.7% dari
luas lahan digunakan
untuk area usaha
pertanian berupa padi
4.9% digunakan
untuk area
agroindustri
Sebesar 24.6% digunakan untuk
produksi tanaman holtikultur
8
Pemberdayaan Dengan Sistem klaster
Pemberdayaan kluster akan dilakukan secara bersama dengan konsep mengkorporasikan koperasi oleh BUMN atau
badan usaha lainnya melalui bantuan modal dan manajemen profesional
Hal yang dapat dilakukan
Melakukan konsolidasi lahan yang tersebar
di perkebunan dan pertanian
Mengelola lahan milik masyarakat yang
tidak terkelola dengan baik/tidak produktif
BUMN akan membeli lahan pertanian yang
dimiliki oleh aktor non-pertanian
Memudahkan akses ke teknologi pertanian
dan aspek finansial.
1
2
3
4 Badan usaha milik
pemerintah atau lainnya
• Produktivitas lahan dapat semakin baik.
• Lahan yang dikelola tetap milik rakyat,
dimana rakyat mendapatkan semacam
dividen/return atas lahan yang dikelola
(passive income)
2 Skema Mengkorporasikan Koperasi Skema
Penguatan
Koperasi
Skema
Pengelolaan
Lahan Koperasi
Para petani maupun pemilik lahan yang tidak
mampu mengelola lahan
Petani Petani Petani Petani
Koperasi
• Memberikan bantuan ke
koperasi untuk memperkuat
agricultural practise
• BUMN bertindak sebagai off
taker dan membagi hasil
dengan koperasi
Para petani maupun pemilik lahan yang tidak
mampu mengelola lahan
Petani Petani Petani Petani
Koperasi
• Tetap membagi hasil keuntungan
dengan koperasi
• Petani ataupun aktor non-pertanian yang tidak mampu mengelola lahannya dapat langsung mendaftarkan diri kepada BUMN ini untuk nantinya akan digabungkan ke dalam
koperasi oleh BUMN tersebut
• Petani berpendapatan rendah yang membutuhkan dana meskipun sawah mereka masuk dalam LP2B bisa terbantukan dengan adanya BUMN ini
OUTPUT
Implementasi Klaster dengan Skema Mengkorporasikan Koperasi
9
Kepemilikan kolektif (strata title) melalui skema koperasi. Peran koperasi adalah untuk konsolidasi lahan
dengan pengorganisasian petani yang mengarah pada konsep korporat. Diharapkan program ini dapat
memberikan akses lahan bagi 4,5-9 juta penduduk miskin di 3 propinsi dengan penduduk miskin terbanyak
dalam waktu 3 tahun.
Mengkorporasikan koperasi sehingga terbentuk supply chain pertanian. Bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan bagi 3,4 juta rumah tangga petani tanpa lahan (landless farmer) melalui clustering lahan.
Koperasi sebagai sarana untuk mempermudah kerjasama dengan pihak swasta di sektor penyediaan
bibit, offtaker dan hilirisasi. Koperasi yang dikelola secara profesional akan menjadi pilar yang dapat
meningkatkan rantai nilai pada perkebunan rakyat dengan mendorong sinergi dengna pihak swasta. Proses ini
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani perkebunan di luar kelapa sawit.
Sebagai sarana untuk mempermudah mendapatkan pinjaman KUR. Melalui skema ini petani perkebunan
rakyat akan memiliki ruang untuk menerima bantuan kredit dengan memberlakukan tanggung renteng di
antara anggota koperasi.
Peran Koperasi dalam Reforma Agraria di Kebijakan Pemerataan Ekonomi
10
Skema I : Pemberdayaan Masyarakat Dengan Sistem Koperasi-Kepemilikan Bersama
Koperasi
Pendamping
Tenaga ahli untuk:
• Organisasi & SDM
• Ekonomi & Keuangan
• Pertanian
• Infra Struktur
Petani
Offtaker Avalis/Mitra/
Pemerintah 1
2
3 4
5
Badan usaha
Aset Milik Bersama
Rumah Peralatan
Pertanian Lahan Gudang Fasum
Keterangan:
1
2
3
4
Pendampingan dan pembinaan
Memberikan modal untuk usaha
pertanian
Input pertanian (bibit, sarana dan
prasarana, pupuk, dll.)
hasil pertanian dijual melalui koperasi
Hasil pertanian dijual ke offtaker
melalui koperasi dan dapat
ditingkatkan harga jualnya melalui
badan usaha tertentu
5
Kepemilikan semua aset dikuasai
oleh koperasi. Masyarakat hanya
boleh menggunakan akses untuk
mengelola lahan dan
memanfaatkan fasilitas
Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan koperasi sebagai pengelola dan koperasi sebagai pemilik aset sehingga
masyarakat hanya diberikan akses untuk memanfaatkannya.
11
Skema II : Pemberdayaan Masyarakat Dengan Sistem Koperasi-Kepemilikan Masing-Masing
Koperasi
Pendamping
Tenaga ahli untuk:
• Organisasi & SDM
• Ekonomi & Keuangan
• Pertanian
• Infra Struktur
Petani
Offtaker Avalis/Mitra/
Pemerintah 1
2
3 4
5
Badan usaha
Aset Milik Bersama
Rumah Peralatan
Pertanian Lahan
Gudang
Aset Milik Masing-
masing
Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan koperasi sebagai pengelola, sedangkan kepemilikan rumah & lahan
diberikan kepada masing-masing KK penerima program RA. Sehingga terdapat insentif bagi masing-masing KK untuk
mengusahakan lahan dengan optimal. Keterangan:
1
2
3
4
Pendampingan dan pembinaan
Memberikan modal untuk usaha
pertanian
Input pertanian (bibit, sarana dan
prasarana, pupuk, dll.)
hasil pertanian dijual melalui koperasi
Hasil pertanian dijual ke offtaker
melalui koperasi dan dapat
ditingkatkan harga jualnya melalui
badan usaha tertentu
5
Kepemilikan aset fasilitas
pertanian dimiliki oleh
koperasi untuk digunakan
bersama-sama, namun ada
hak kepemilikan rumah dan
lahan yang dimiliki.
12
13
PIHAK YANG TERLIBAT & TANGGUNG JAWAB
MASING-MASING PIHAK
PERUSAHAAN Membantu proses pemetaan
KEMENTERIAN ATR Identifikasi sertifikasi eksisting &
kawasan non hutan
KEMENTERIAN LHK Identifikasi kawasan hutan & izin
izin terkait
KEMENTERIAN ATR • Review Proses pemberian HGU baru
yang melibatkan seluruh stakeholder
• Registrasi ulang HGU existing agar
tidak tumpang tindih
• Percepatan administrasi sertifikat
ISPO bagi petani kecil yang sudah
memiliki HGU dan penyediaan
auditor perkebunan rakyat
• Identifikasi Calon Petani & Calon
Lahan (CP & CL)
KEMENTERIAN PERTANIAN
Bertindak sebagai avalis dan off-
taker
PERBANKAN
Memberi pembiayaan bagi
petani kecil
Sebagai langkah awal untuk mendukung pilot project peremajaan perkebunan kelapa sawit rakyat,
maka pemerintah akan melakukan proses Sertifikasi 30,000 Hektar lahan kelapa sawit milik petani kecil
dengan dibantu oleh pihak-pihak terkait lainnya
Proses Pemetaan 30 Ha x 1.000 Persil Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat
PERUSAHAAN
Sertifikat ISPO Legalitas lahan
Proses sertifikasi lahan untuk 30
Ha x 1000 Lahan
BANK Koperasi Petani
Kelapa Sawit
Pemberian pembiayaan kredit komoditas
untuk Koperasi
Sebanyak 30 Ha x 1000 lahan milik
petani kecil akan dipetakan
30 Ha
FRAMEWORK PILOT PROJECT
Durasi : 4 Bulan
Pionir Avalis :
Triputra Agro
Persada First
Resources Sinarmas
Perusahaan
dalam
PisAgro
13
PIHAK YANG TERLIBAT PIHAK YANG TERLIBAT
14
PIHAK YANG TERLIBAT PIHAK YANG TERLIBAT
KEMENTERIAN PERTANIAN Identifikasi lahan potensial untuk
peremajaan
DINAS PERKEBUNAN DAERAH Verifikasi wilayah yang menjadi
lokasi peremajaan
Penerbitan izin usaha dan sertifikasi
kebun bibit bagi kebun penangkaran
yang belum memliki sertifikat
KEMENTERIAN PERTANIAN Bertindak sebagai
avalis dan off-taker
PERBANKAN
Memberi pembiayaan bagi
petani kecil
Dalam perumusan paket kebijakan peremajaan karet, dibutuhkan tidak hanya skema pembiayaan bantuan
peremajaan, tapi juga perlu mencakup bagaimana mekanisme sertifikasi bibit dan penyaluran bantun dari
bibit yang sudah tersertifikasi melalui voucher.
PERUSAHAAN
Sertifikasi Bibit Pembentukan
Koperasi Petani
Karet
BANK KOPERASI
Pemberian pembiayaan kredit
komoditas untuk petani karet
Lokasi prioritas pilot project:
• Jambi
• Sum-Sel
• Kal-Bar
30 Ha
FRAMEWORK PILOT PROJECT
Kemitraan
dengan Swasta
Paket Kebijakan Peremajaan Perkebunan Karet
A. Pemilihan Wilayah B. Sertifikasi
Legalisasi
Lahan
Penerbitan izin usaha dan sertifikasi
kebun bibit bagi kebun penangkaran
yang belum memliki sertifikat
KEMENTERIAN ATR/BPN
C. Kemitraan D. Penyaluran Dana
Pembinaan dalam pembentukan
koperasi petani karet
PEMERINTAH DAERAH
Menjadi mitra koperasi untuk
berperan sebagai avalis dan
offtaker
PERUSAHAAN
14
Pengembangan Warung Rombong untuk Masyarakat Menengah ke Bawah
Standardisasi
Perlu diberlakukan standardisasi untuk menjamin implementasi kemitraan warung rombong berhasil
Terdapat potensi kerjasama dengan
perusahaan rokok swasta seperti Grup Djarum
dan Sampoerna
Bank CIMB Niaga juga sudah bersedia untuk
menyediakan layanan rekening ponsel untuk
membantu bisnis warung rombong
Dalam bidang ritel, perkembangannya sudah disiapkan konsep warung rombong yang menjual barang-barang cepat
saji. Konsep yang dikembangkan akan melibatkan swasta dalam melakukan pendampingan
Kemitraan dengan dukungan Swasta
Standardisasi periode
pendampingan dan capacity
building kepada pemilik warung
rombong
Standardisasi ukuran warung
sesuai prinsip uniformity
sehingga tercipta persaingan
yang sehat antar warung
rombong (level playing field)
Standardisasi barang-barang yang
dapat dijual di warung rombong untuk
membuat warung kompetitif, seperti
15
i. Rokok (dapat dijual per batang)
ii. Minuman Kemasan
iii. Gas 3 kilo (subsidi)
iv. Pulsa telefon, listrik, dan PAM
v. Pengiriman uang dari luar negeri
(TKI)
Pendampingan Kesamaan Bentuk Spesifikasi Barang yang Dijual
TERIMA KASIH Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2017