Upload
ihsan-ariswanto
View
60
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tata ruang yang telah disusun harus dijadikan pedoman pelaksanaan pembangunan. Beberapa hal yang terkait dengan hal tersebut adalahpembentukan dan tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, Pokja-pokja Pemanfaatan Ruang dan pengendalian terhadap ruang.Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentukBadan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD, yang bersifat ad hoc. Tugas, susunan organisasi, dan tata kerjaBKPRD diatur dengan Peraturan Gubernur dan disesuikan dengan peraturan perundangan yang berlaku
Citation preview
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 1
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
6.1 Perumusan Kebijakan Strategis Operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Tata ruang yang telah disusun harus dijadikan pedoman pelaksanaan pembangunan. Beberapa hal yang terkait dengan hal tersebut adalah pembentukan dan tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, Pokja-pokja Pemanfaatan Ruang dan pengendalian terhadap ruang. Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD, yang bersifat ad hoc. Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja BKPRD diatur dengan Peraturan Gubernur dan disesuikan dengan peraturan perundangan yang berlaku. 6.1.1 Koordinasi penataan ruang Kegiatan penataan ruang di Provinsi Jawa Timur memerlukan koordinasi yang baik, sehingga diperlukan pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi Jawa Timur. Untuk itu maka susunan keanggotaan BKPRD adalah :
Penanggung Jawab : Gubernur Provinsi Jawa Timur Ketua : Wakil Gubernur Provinsi Jawa timur Ketua Harian : Sekretaris Gubernur Popinsi Jawa Timur Sekretaris : Kepala Badan Perencanaan Provinsi Jawa Timur Wakil Sekretaris : Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Anggota :
1. Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur; 2. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur; 3. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur; 4. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur;
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 2
5. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur; 6. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur; 7. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur; 8. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur; 9. Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi Jawa Timur; 10. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur; 11. Kepala Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur; 12. Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur; serta 13. Kepala Unit Kerja/Instansi yang terkait.
BKPRD setidaknya bersidang 3 (tiga) bulan sekali membahas tentang hal-hal prinsip dan pembentukan alternatif kebijaksanaan serta cara pemecahan masalah untuk diputuskan oleh Gubernur. Dalam rangka mendayagunakan cara kerja BKPRD maka dapat dibentuk Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dengan susunan sebagai berikut : Ketua : Kepala Bidang Pengembangan Regional pada Badan Perencanaan Provinsi Jawa Timur. Wakil Ketua : Kepala Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan pada Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur. Sekretaris : Kepala Sub Bidang Prasarana Perhubungan pada Badan Perencanaan Provinsi Jawa Timur. Anggota :
1. Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Ekonomi dan Pembangunan pada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur;
2. Kepala Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur; 3. Kepala Bidang Bina Manfaat pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur; 4. Kepala Bidang Bina Program pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur; 5. Kepala Bidang Pengembangan Program dan Sumber Daya Manusia pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Timur; 6. Kepala Bidang Perikanan pada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur; 7. Kepala Sub Bidang Lingkungan Hidup pada Badan Perencanaan Provinsi Jawa Timur; 8. Kepala Seksi Perencanaan dan Pemetaan Tata Ruang pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur; 9. Kepala Sub Bagian Administrasi Pembangunan pada Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur; serta 10. Kepala Unit Kerja/Instansi.
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 3
Adapun ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehubungan dengan dibentuknya Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang tersebut, meliputi : 1. Menyiapkan perumusan kebijaksanaan Gubernur Provinsi Jawa Timur dan penataan ruang wilayah Provinsi Jawa Timur serta strategi
pengembangannya; 2. Menginvestasikan dan meringkas permasalahan yang timbul dalam penataan ruang wilayah Provinsi Jawa Timur serta merumuskan
alternatif pemecahannya; 3. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan kemasyarakatan, peraturan perundang-undangan penataan ruang serta kebijaksanaan dan
strategi penataan ruang wilayah Provinsi Jawa Timur kepada seluruh instansi dan masyarakat secara terkoordinasi; serta 4. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Provinsi Jawa Timur dan mengusulkan pemecahan masalah untuk dibahas dalam sidang pleno
BKPRD.
Untuk mengendalikan kegiatan Perencanaan Tata Ruang yang dilakukan, maka dibentuk Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang dengan susunan sebagai berikut : Ketua : Kepala Bidang Tata Ruang pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. Wakil Ketua : Kepala Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur. Sekretaris : Kepala Seksi Perencanaan dan Pemetaan Tata Ruang pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi
Jawa Timur. Anggota :
1. Kepala Bidang Analisis Dampak Lingkungan pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur; 2. Kepala Bidang Pengembangan Wisata dan Kelestarian Budaya pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur; 3. Kepala Sub Bidang Sarana dan Prasarana pada Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Timur; 4. Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa
Timur; 5. Kepala Seksi Penyuluhan Pengairan Perdesaan dan Iuran Pengelolaan Air Irigasi (IPAIR) pada Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur; 6. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum pada Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Timur; 7. Kepala Sub Bagian Dokumentasi Hukum pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur; 8. Kepala Sub Bagian Tata Pemerintahan Umum pada Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur; serta 9. Kepala Unit Kerja/Instansi terkait.
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 4
6.1.2 Penataan Ruang Lebih lanjut guna mengatur penataan ruang di daerah, maka dalam Permendagri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah pasal 8 disebutkan bahwa :
1. Penyusunan rencana tata ruang dilakukan melalui serangkaian pekerjaan teknis yang meliputi : a. Penentuan arah dan visi pengembangan wilayah; b. Pengidentifikasian potensi dan masalah serta analisa pengembangan wilayah; c. Perumusan struktur dan pola ruang; dan d. Perumusan rencana tata ruang.
2. Penyusunan rencana tata ruang di daerah berpedoman pada Pedoman Teknis sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 3. Dalam proses penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan diskusi dan lokakarya atau sarasehan
dengan mengundang instansi terkait, pakar, tokoh masyarakat, organisasi profesi dan kemasyarakatan serta dunia usaha. 4. Kepala Daerah wajib mengumumkan rancangan final rencana tata ruang kepada masyarakat.
Hal-hal yang terkait dengan pemanfaatan ruang dalam pasal 11 Permendagri No. 8 Tahun 1998 disebutkan bahwa : 1. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang, Kepala Daerah mempersiapkan kebijaksanaan yang berisi pengaturan bagi wilayah atau
kawasan yang akan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi lindung dan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang; 2. Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa penetapan Keputusan Kepala Daerah tentang ketentuan persyaratan teknis
bagi pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya; 3. Ketentuan persyaratan teknis bagi pemanfaatan ruang dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya, sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku; dan 4. Penetapan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa kebijaksanaan
umum dengan mempertimbangkan rona dari kemampuan wilayah serta nilai budaya setempat.
Penentuan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa kebijaksanaan operasional dengan berpedoman pada kebijakan umum ditetapkan oleh Presiden.
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 5
Penataan ruang dilaksanakan secara menerus dan sinergis antara perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. (1) Perencanaan sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Penentuan arah dan visi pengembangan wilayah; b. Pengidentifikasian potensi dan masalah serta analisa pengembangan wilayah; c. Perumusan struktur dan pola ruang; dan d. Perumusan rencana tata ruang.
(2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud meliputi : a. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang, Kepala Daerah mempersiapkan kebijaksanaan yang berisi pengaturan bagi wilayah atau
kawasan yang akan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi lindung dan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang; b. Pengaturan berupa penetapan Keputusan Kepala Daerah tentang ketentuan persyaratan teknis bagi pemanfaatan ruang untuk
kawasan lindung dan kawasan budidaya; c. Ketentuan persyaratan teknis bagi pemanfaatan ruang dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya, sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku; dan d. Penetapan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh Gubernur berupa kebijaksanaan umum dengan mempertimbangkan rona
dari kemampuan wilayah serta nilai budaya setempat.
6.1.3 Kerjasama Antar Wilayah Pengembangan kerja sama antar pemerintah daerah dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kecukupan skala, yaitu kewenangan kelembagaan kerja sama antardaerah harus disesuaikan dengan lingkup geografis dari permasalahan yang akan diselesaikan atau tujuan kerjasama antar daerah.
2. Kompetensi, yaitu kelembagaan kerja sama antardaerah harus mampu menunjukkan tanggung jawab dan kompetensinya dalam menyelesaikan permasalahan untuk menuju ke tujuan dibentuknya kerja sama.
3. Keefektifan, yaitu kualitas output yang diperoleh dnegan cara mengukur seberapa jauh tujuan yang diinginkan tercapai. 4. Akuntabilitas, yaiut sikap tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang diinginkan, mencakup sejauh mana kinerja suatu organisasi dapat
dipantau dan dikontrol oleh pihak lainnya. 5. Transparansi, yaitu eksistensi prosedur yang memungkinkan adanya transparansi dalam tubuh lembaga kerja sama. 6. Integrasi, yaitu integrasi institusi berupa penyatuan antara dua atau beberapa institusi yang awalnya berlainan, serta integrasi spasial,
yaitu pengelolaan rencana spasial pada tingkat regional yang menjadi payung dalam seluruh kegiatan yang dikerjasamakan.
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 6
7. Ekuitas, yaitu adanya posisi, akses, dan peluang yang setara dan seimbang antar apihak yang melakukan kerja sama. Adapun model alternatif kerja sama yang dapat dikembangkan antara lain:
1. Interjurisdictional agreement, yaitu beberapa pemerintah kabupaten/kota yang berdekatan secara geografis membentuk perjanjian kerja sama untuk mengatasi masalah bersama, seperti masalah lingkungan dan infrastruktur.
2. Intermunicipal service contract, yaitu satu atau lebih pemerintah lokal memberikan ijin (permit) kepada pemerintah lokal lain untuk menjalankan kewenangan mewakili kepentingan pemerintah lokal tersebut berdasarkan suatu biaya atau fee.
3. Project based interjurisdiction co-operation, yaitu kerja sama antar pemerintah lokal yang bertetangga yang disusun untuk kepentingan aktivitas bersama menangani proyek lintas batas. Pada model ini jangka waktu kerja sama tergantung dari usia proyek yang dikelola. Berakhirnya proyek menandai berakhirnya kerja sama.
Kerja sama pengembangan antardaerah di Jawa Timur dilakukan antara pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan antarkabupaten/kota di Jawa Timur, terkait dengan pengembangan ekonomi secara umum, pariwisata, lingkungan, dan sinkronisasi secara spasial wilayah-wilayah perbatasan.
6.1.4 Pengelolaan Aset 1. Mengembangkan sistem pendaftaran tanah yang efisien dan transparan, termasuk pembuatan peta dasar dalam rangka percepatan
pendaftaran tanah terutama dalam penertiban identifikasi aset-aset tanah milik pemerintah/sektor publik. 2. Mengembangkan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah publik secara berkeadilan dan berkelanjutan dengan
mengacu pada tata ruang untuk kepentingan publik. a. Penguasaan tanah dengan sistem bank lahan, yaitu pemerintah melalui lembaga bank tanah dapat memperoleh tanah melalui jual
beli tanah, pengadaan tanah/pencabutan hak atas tanah, dan cara-cara lainnya, misalnya tukar-menukar/tukar guling, atau perolehan melalui atau sebagai akibat penelantaran tanah. Pemerintah dapat menggunakan lahan/tanah untuk kepentingan publik yang dialokasikan penggunaannya dikemudian hari. Contoh pada pemanfaatan lahan untuk pembangunan perumahan murah/bersubsidi, di mana lahan yang sudah dibeli tidak dapat dipindahtangankan sehingga hunian yang dibangun di atasnya bukan hak milik tetapi hak guna usaha yang setiap waktu harus diperpanjang. Manfaat lain dari sistem bank lahan adalah untuk mengendalikan harga lahan.
b. Konsolidasi tanah di perkotaan yaitu peningkatan efisiensi penataan ruang melalui penataan ulang bidang-bidang lahan untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan penyediaan lahan untuk pembangunan bagi masyarakat termasuk berbagai
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 7
infrastrukturnya serta fasilitas untuk kepentingan publik yaitu sekolah, tempat ibadah, layanan kesehatan atau pasar. Konsolidasi lahan dilakukan melalui identifikasi dan penilaian status legalitas, hak milik dan hak jual atas suatu bidang persil; menyepakati proses konsolidasi sesuai dengan batas area lingkungan yang terkena proyek, serta menyusun layout bidang - bidang persil yang baru, lokasi jalan yang baru, serta fasilitas umum dan sosial lainnya, identifikasi jalan dan fasilitas umum dan fasilitas sosial eksisting yang lokasi akan dipindah. Kemudian pihak yang sebagian lahannya terambil diberi kompensasi sesuai dengan perubahan persil, pembaharuan pendataan lahan dan pemetaan final, serta pendaftaran dan penerbitan atas bidang persil dan pemilik bidang persil baru.
c. Konsolidasi tanah di pedesaan untuk mengatasi masalah pembangunan di pedesaan khususnya pembangunan sektor pertanian. Mekanisme yang ditempuh adalah corporate farming, yaitu dengan cara menghubungkan sekelompok petani yang memiliki lahan yang berdekatan dengan pengusaha pertanian yang memiliki citra agrobisnis yang diakui untuk bekerja sama melalui pola kemitraan yang bersifat saling menguntungkan. Corporate farming ini dilakukan dengan perjanjian atau MoU yang jelas antara pengusaha sebagai pengelola proyek dan petani sebagai rekanan mereka. Pemerintah berposisi sebagai wasit atau fasilitator agar dalam realisasi MoU tersebut tidak terjadi kerugian salah satu pihak akibat pelanggaran atau pengabaian perjanjian baik dari pengusaha ataupun petani. Dengan demikian petani yang memiliki lahan sempit mendapat keuntungan dari pihak pengusaha karena pihak pengusaha akan mengelola lahan yang tadinya sempit digabungkan menjadi besar yang dijadikan modal usaha dan keuntungannya dapat dirasakan sama-sama.
d. Pendekatan pembangunan dengan sistem compact untuk mengatasi kelangkaan lahan terutama di perkotaan. 3. Pengembangan sistem informasi pertanahan yang handal, dan mendukung terlaksananya prinsip-prinsip good governance dalam rangka
peningkatan koordinasi, pelayanan, dan pengelolaan pertanahan yang merupakan aset milik pemerintah. 4. Regulasi/pengaturan penataagunaan tanah.
6.2 Prioritas dan Tahapan Pembangunan Yang dimaksud prioritas dan tahapan pembangunan adalah penentuan prioritas pelaksanaan pembangunan rancangan rencana, serta mengingat beberapa hal sebagai berikut :
1. Adanya keterbatasan dana pembangunan yang tersedia pada setiap tahapan pembangunan lima tahun; 2. Adanya komponen kawasan yang mempunyai efek ganda cukup besar untuk mengarahkan perkembangan wilayah perencanaan sesuai
dengan struktur yang direncanakan, misalnya : jaringan jalan, utilitas dan sebagainya; 3. Jumlah batas ambang penduduk yang ada untuk mendukung keberadaan suatu komponen pengembangan, macam dan jenis fasilitas
pelayanan lingkungan; serta
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 8
4. Adanya pentahapan pembangunan di wilayah perencanaan yang telah ditetapkan dalam konsep pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur.
Tidak semua kebutuhan fasilitas dapat dibangun karena ada beberapa pertimbangan dalam penentuan program yang dilaksanakan pada wilayah perencanaan. Dasar-dasar pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Adanya keterbatasan dana yang tersedia; 2. Adanya sarana dan prasarana yang telah ada yang masih dimanfaatkan; 3. Adanya permasalahan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan; serta 4. Adanya komponen kawasan yang mempunyai multiplier effect yang besar untuk merangsang tercapainya struktur yang diinginkan,
misalnya jaringan jalan.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dapat ditentukan prioritas pelaksanaan pembangunan di Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu struktur ruang dan pola ruang wilayah. Pelaksanaan pembangunan dilakukan selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu
Penyusunan RTRW : 2008 Penetapan Perda RTRW : 2009 Tahap I : 2010 - 2014 Tahap II : 2015 - 2019 Tahap III : 2020 - 2024 Tahap IV : 2025 2029
Target setiap tahap dalam empat tahap pembangunan lima tahunan ditetapkan sebagai berikut : Tahap I 2010 2014
i. Peningkatan fungsi dan skala infrastruktur utama dan pendukung fungsi PKN dan PKW ii. Pengembangan transportasi untuk mendukung pengembangan 31 kecamatan sentra produksi agropolitan serta sentra
produksi sumber daya alam lainnya dalam kawasan strategis ekonomi dan kawasan andalan yang dikaitkan dengan simpul/pusat pengembangannya berupa pengembangan jalan bebas hambatan, jaringan jalan arteri, jaringan jalan kolektor,
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 9
jaringan jalan strategis nasional, jaringan kereta api, pelabuhan dan bandar udara untuk mendukung sentra produksi yang dikatikan dengan 38 simpul simpul/kota pengembangannya
iii. Pengembangan transportasi antarpulau untuk mendukung penanganan kawasan tertinggal Kepualauan Madura iv. Pembentukan cluster-cluster produk unggulan pertanian cikal bakal agropolitan v. Mengamankan lahan produktif pertanian untuk mencegah/mengendalikan konversi lahan pertanian produktif dan beririgasi
teknis. vi. Merehabilitasi kerusakan catchment area dan sumber air vii. Mempertahankan sumber air dan merehabilitasi daerah resapan untuk menjaga ketersediaan air sepanjang tahun viii. Penetapan dan pengembangan kawasan-kawasan strategis ix. Mengintegrasikan kegiatan industri ke dalam zona/kawasan industri yang telah ditetapkan.
Tahap 2 2015 2019 i. Peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur pendukung kegiatan PKN dan PKW ii. Pengembangan transportasi antarpulau dan eksport untuk mendukung pengembangan komoditi unggulan berorientasi
eksport dan perdagangan antar pulau iii. Meningkatkan aksesibilitas Jawa Timur untuk mendukung sistem agropolitan iv. Peningkatan penyediaan lahan pertanian produktif untuk mencapai target 20,03% sawah pertanian beririgasi v. Mengkoordinasikan penanganan kawasan berfungsi lindung yakni taman nasional, cagar alam, hutan lindung dan lainnya
lintas Provinsi dan kabupaten kota vi. Pengejawantahan konsep kawasan strategis pada masing-masing peruntukan budidaya dan lindung yang sesuai dan telah
dicanangkan.
Tahap 3 2020 2024
i. Terbentuknya sistem kota melalui PKN dan PKW dengan struktur kota yang efisien ii. Memantapkan interaksi antar wilayah utara selatan dan selatan selatan Jawa Timur dengan pengembangan sistem
transportasi darat, laut, dan udara iii. Pemantapan prasarana yang mendorong sistem intermoda terpadu transportasi pendukung sistem agropolitan
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 10
iv. Mengendalikan pertumbuhan pusat permukiman yang berpotensi mengancam keberadaan kawasan lindung dan kawasan produksi pangan
v. Mengendalikan kegiatan industri vi. Pengelolaan WS dan/atau DAS secara terpadu vii. Memantapkan pengelolaan kawasan strategis dengan meningkatkan koordinasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang,
lintas sektor dan lintas wilayah, serta antarpemangku kepentingan.
Tahap IV 2025 2029
i. Terwujudnya fungsi pusat kegiatan PKN dan PKW ii. Terwujudnya sistem prasarana nasional dan wilayah dalam wilayah provinsi iii. Terwujudnya ruang wilayah Provinsi Jawa Timur berbasis agribisnis iv. Terwujudnya Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional v. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung sebesar yang ditargetkan yaitu 17,18% dari seluruh luas Jawa Timur. vi. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan yang berfungsi hutan sebesar yang ditargetkan yaitu 37%dari seluruh luas
Jawa Timur vii. Terwujudnya pola ruang wilayah provinsi berupa kawasan lindung nasional dan provinsi serta kawasan budidaya provinsi viii. Terwujudnya kawasan strategis provinsi ix. Terwujudnya ruang wilayah Provinsi Jawa Timur berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam
pembangunan berkelanjutan.
Pentahapan pembangunan dilakukan dengan mengimplementasikan indikasi program utama lima tahunan yang berdasarkan pada struktur keruangan dan pola pemanfaatan ruang. Tabel indikasi program utama adalah sebagai berikut :
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 11
Tabel 6.1 Indikasi Program Utama Lima Tahunan
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 A. Perwujudan Struktur Ruang 1. Perwujudan Sistem Pusat Pelayanan 1.1. Sistem Perkotaan 1. Perencanaan tata ruang dan zonasi kawasan
perkotaan PKN Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila dan Malang 2 unit
masterplan APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota
Dept. PU, Bapeda Provinsi, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi
2. Pengembangan perdagangan dan jasa Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila 3. Pengembangan industri, pariwisata, dan
pendidikan Kawasan Perkotaan Malang
4. Perencanaan tata ruang dan zonasi kawasan perkotaan PKW
Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan
10 unit masterplan
APBD Provinsi dan Kab/Kota
Dept. PU, Bapeda Provinsi, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi
5. Perencanaan tata ruang dan zonasi kawasan agropolitan dan agroindustri
1. Sistem Agropolitan Wilis2. Sistem Agropolitan Bromo Tengger Semeru
(BTS) 3. Sistem Agropolitan Ijen 4. Sistem Agropolitan Madura 5. Sistem Agroindustri Gelang (Gresik dan
Lamongan) Utara
5 unit masterplan
APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota
Dept. PU, Bapeda Provinsidan Kab/Kota, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Perkebunan Provinsi dan dan Kab/Kota, Dinas Pertanian Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Kehutanan Provinsi dan Kab/Kota, Dinas ESDM Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi dan Kab/Kota
1.2. Sistem Perdesaan 1. Pengembangan sentra produksi pertanian
Kep. Madura, Kab. Gresik, Kab. Lamongan, Kab. Magetan, Kab. Ngawi, Kab. Madiun, Kab. Ponorogo, Kab. Lumajang, Kab. Jember, Kab. Bondowoso, Kab. Banyuwangi, dan Kab. Situbondo
APBN, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Dept. PU, Bapeda Provinsi dan Kab/Kota, Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Bina Marga Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Pertanian Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Perkebunan Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi dan Kab/Kota, Bapepam, Koperasi dan UMKM
2. Pengembangan desa mandiri pangan
3. Pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur pertanian dan pedesaan, melalui perbaikan jaringan irigasi dan jalan usaha tani, pasar tani, serta infrastruktur pedesaan lainnya, seperti transportasi, listrik, air, komunikasi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 12
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 2. Perwujudan Sistem Prasarana Sistem Jaringan Transportasi 2.1.1. Sistem Jaringan Transportasi Darat A. Jaringan Jalan 1. Pemantapan jaringan jalan bebas
hambatan antar kota 1. Surabaya Gempol2. Surabaya Gresik 3. Jembatan Surabaya Madura (Jembatan
Suramadu)
1. 49,00 km 2. 20,70 km 3. 5,4 km
APBN, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Ditjen Bina Marga Dept. PU, Dinas Bina Marga Provinsi dan Kab/Kota, BPN Provinsi dan Kab/Kota, Jasa Marga
2. Penyelesaian pengembangan jaringan jalan bebas hambatan antar kota
1. Solo Mantingan2. Mantingan Ngawi 3. Ngawi Kertosono 4. Kertosono Mojokerto 5. Mojokerto Surabaya 6. Gempol Pandaan 7. Pandaan Malang 8. Gempol Pasuruan 9. Pasuruan Probolinggo 10. Probolinggo Banyuwangi 11. Gresik Tuban 12. Demak Tuban
1. 58,00 km 2. 27,00 km 3. 84,00 km 4. 38,00 km 5. 37,00 km 6. 14,00 km 7. 30,00 km 8. 32,00 km 9. 40,00 km 10. 156,00 km 11. 12.
3. Pemantapan jaringan jalan bebas hambatan dalam kota
Simpang Susun (SS) Waru Bandara Juanda 13,50 km
4. Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan dalam kota
1. Waru (Aloha) Wonokromo Tanjung Perak2. Bandara Juanda Tanjung Perak
1. 18,40 km 2. 23,00 km
5. Percepatan penyelesaian jaringan jalan bebas hambatan yang strategis
Porong Gempol (relokasi)
6. Pemantapan jalan nasional sebagai jaringan jalan arteri primer
1. Surabaya Malang2. Surabaya Mojokerto Jombang Kertosono
Nganjuk Caruban Ngawi Mantingan 3. Surabaya Lamongan Widang Tuban
Glondong Bulu (Batas Jateng) 4. Surabaya Sidoarjo Gempol Pasuruan
Probolinggo Situbondo Banyuwangi 5. Kamal Bangkalan Sampang Pamekasan
Sumenep Kalianget 6. Tanjung Bulupandan Tanjung Bumi
Ketapang Sumenep
APBN, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Ditjen Bina Marga Dept. PU, Dinas Bina Marga Provinsi dan Kab/Kota, BPN Provinsi dan Kab/Kota
7. Percepatan pengembangan jaringan jalan arteri primer untuk mendukung fungsinya sebagai pengganti ruas jalan arteri primer Surabaya Sidoarjo Gempol Pasuruan
ruas jalan pengganti raya Porong
8. Peningkatan kelas jalan alternatif yang menghubungkan Surabaya Pasuruan
Waru Taman Bypass Krian Tarik Mojokerto Ngoro Japanan
APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama
9. Pemantapan jalan nasional sebagai jaringan jalan kolektor primer
1. Gresik Sadang Tuban2. Babat Bojonegoro Padangan Ngawi 3. Ngawi Maospati Madiun Caruban 4. Mojokerto Mojosari Gempol 5. Glonggong Pacitan Panggul Durenan
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 13
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 Tulungagung Blitar Kepanjen Turen Lumajang Wonorejo Jember Jajag Rogojampi Banyuwangi
6. Tulungagung Kediri Kertosono 7. Malang Kepanjen 8. Wonorejo Probolinggo 9. Srono Muncar 10. Kamal Labang Kwanyar Modung Blega
(Lintas Selatan Madura)
Pendanaan
10. Pemantapan jalan provinsi sebagai jaringan jalan kolektor primer
1. Nganjuk Bojonegoro Ponco Jatirogo Batas Jawa Tengah
2. Ponco Pakah 3. Kandangan Pulorejo Jombang Ploso
Babat 4. Mojokerto Gedek Lamongan 5. Mojokerto Mlirip 6. Mojokerto Jampirogo 7. Wonokormo Legundi 8. Turen Malang Pendem Kandangan Pare
Kediri 9. Batu Pacet Mojosari Krian 10. Karanglo Pendem 11. Pare Pulorejo 12. Pandaan Tretes 13. Purwodadi Nongkojajar 14. Purwosari Kejayan Pasuruan 15. Kejayan Tosari 16. Pilang Sukapura 17. Lumajang Kencong Kasihan Balung
Ambulu Mangli 18. Kasihan Puger 19. Jember Bondowoso Garduatak 20. Gentengkulon Wonorekso Rogojampi 21. Jangkar Asembagus 22. Pantai Serang Blitar Srengat Kediri
Nganjuk 23. Arjosari Nawangan 24. Pacitan Arjosari Kembang Dengok 25. Maospati Magetan Cemorosewu 26. Tanjung Bumi Ketapang Sotobar
Sumenep Lumbang 27. Ponorogo Bitting
APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama
11. Pemantapan jaringan jalan strategis nasional
1. Bangkalan Tanjung Bumi2. Krian Legundi Pertigaan Bunder 3. Padangan Cepu 4. Madiun Ponorogo Dengok Trenggalek 5. Situbondo Garduatak Silapak Paltuding
Banyuwangi
APBN, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
12. Pengembangan jaringan jalan strategis 1. Durenan Prigi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 14
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 nasional 2. Panggul Prigi Ngrejo Batas Kab.
Tulungagung Pantai Serang Batas Kab. Blitar Wonogoro Sendang Biru Talok
3. Jarit Puger Sumberejo Glenmore 13. Pemantapan prasarana terminal
penumpang tipe A 1. Terminal Pacitan di Kabupaten Pacitan2. Terminal Seloaji di Kabupaten Ponorogo 3. Terminal Tulungagung di Kabupaten
Tulungagung 4. Terminal Tawangalun di Kabupaten Jember 5. Terminal Brawijaya di Kabupaten Banyuwangi 6. Terminal Ngawi di Kabupaten Ngawi 7. Terminal Kambang Putih di Kabupaten Tuban 8. Terminal Sumenep di Kabupaten Sumenep 9. Terminal Tamanan di Kota Kediri 10. Terminal Patria di Kota Blitar 11. Terminal Arjosari di Kota Malang 12. Terminal Bayuangga di Kota Probolinggo 13. Terminal Purbaya di Kota Madiun 14. Terminal Purabaya dan Terminal Tambak Oso
Wilangun di Kota Surabaya
14 lokasi APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama
Dinas Perhubungan Provinsi dan Kab/Kota
14. Pemantapan prasarana terminal penumpang tipe B
1. Terminal Lorok di Kabupaten Pacitan2. Terminal Trenggalek di Kabupaten Trenggalek 3. Terminal Pare dan Terminal Purwoasri di
Kabupaten Kediri 4. Terminal Kepanjen di Kabupaten Malang 5. Terminal Minak Koncar di Kabupaten Lumajang 6. Terminal Arjasa dan Terminal Ambulu di
Kabupaten Jember 7. Terminal Sri Tanjung di Kabupaten Banyuwangi 8. Terminal Bondowoso di Kabupaten Bondowoso 9. Terminal Besuki, dan Terminal Panarukan di
Kabupaten Situbondo 10. Terminal Pandaan di Kabupaten Pasuruan 11. Terminal Anjuk Ladang dan Terminal Kertosono
di Kabupaten Nganjuk 12. Terminal Caruban di Kabupaten Madiun 13. Terminal Magetan di Kabupaten Magetan 14. Terminal Padangan di Kabupaten Bojonegoro 15. Terminal Lamongan dan Terminal Babat di
Kabupaten Lamongan 16. Terminal Bunder di Kabupaten Gresik 17. Terminal Gadang dan Terminal Landungsari di
Kota Malang 18. Terminal Untung Suropati di Kota Pasuruan 19. Terminal Sampang di Kabupaten Sampang 20. Terminal Pamekasan di Kabupaten Pamekasan 21. Terminal Batu di Kota Batu
21 lokasi
15. Peningkatan kelas prasarana terminal penumpang menjadi tipe A
1. Terminal Situbondo di Kabupaten Situbondo2. Terminal Sidoarjo di Kabupaten Sidoarjo
7 lokasi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 15
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 3. Terminal Kepuhsari di Kabupaten Jombang4. Terminal Rajegwesi di Kabupaten Bojonegoro 5. Terminal Burneh di Kabupaten Bangkalan 6. Terminal Kertajaya di Kota Mojokerto 7. Terminal Joyoboyo di Kota Surabaya
16. Pengembangan terminal agribisnis di setiap simpul koleksi dan distribusi untuk pengembangan agropolitan dan agroindustri
1. Sistem Agropolitan Wilis2. Sistem Agropolitan Bromo Tengger Semeru
(BTS) 3. Sistem Agropolitan Ijen 4. Sistem Agropolitan Madura
4 lokasi APBD Provinsi, dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Dept. Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi dan Kab/Kota
17. Pembangunan dan pengembangan secara bertahap angkutan massal berbasis jalan sebagai sistem ulang alik dan bagian dari kawasan perkotaan Gerbangkertosusila dan Malang dalam satu jaringan transportasi massal yang terintegrasi
1. Surabaya Lamongan Babat2. Surabaya Mojokerto Jombang 3. Surabaya Porong Bangil Pasuruan 4. Surabaya Gresik 5. Pasar Turi Stasiun Gubeng 6. Lawang Malang Kepanjen 7. Madiun Ponorogo Slahung 8. Surabaya Tarik (Sidoarjo)
8 rute APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Dept. Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi dan Kab/Kota
B. Jaringan Kereta Api 1. Pemantapan sistem jaringan kereta api 1. Surabaya (Pasar Turi) Lamongan Babat
Bojonegoro Cepu 2. Surabaya (Semut) Surabaya (Gubeng)
Wonokromo Jombang Kertosono Nganjuk Madiun Solo
3. Surabaya (Semut) Surabaya (Gubeng) Wonokromo Sidoarjo Bangil Pasuruan Probolinggo Jember Banyuwangi
4. Surabaya (Semut) Surabaya (Gubeng) Wonokromo Sidoarjo Bangil Lawang Malang Blitar Tulungagung Kediri Kertosono Surabaya
4 rute APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Dept. Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi dan Kab/Kota, PT. KAI
2. Pengembangan jalur kereta api cepat Jakarta Surabaya 1 rute 3. Pengembangan jalur perkeretaapian
ganda 1. Surabaya Lamongan Babat Bojonegoro
Cepu 2. Surabaya Mojokerto Jombang Kertosono
Nganjuk Madiun Sragen 3. Surabaya Bangil Lawang Singosari
Malang 4. Bangil Pasuruan Probolinggo Jember
Banyuwangi 5. Malang Kepanjen Blitar Tulungagung
Kertosono
4 rute
4. Revitalisasi jaringan kereta api di Pulau Madura, dari Bangkalan ke Sumenep, dalam satu jaringan transportasi
1. Bangkalan Kamal Sampang Pamekasan -Sumenep
2. Waru Tanjung Perak
2 rute
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 16
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 massal kereta api yang terintegrasi dengan jaringan perkeretaapian di Surabaya
5. Optimalisasi konservasi jalur perkeretaapian mati sebagai alternatif jalur kereta api bila jalur Porong ditutup
Sidoarjo Tulangan Tarik 1 rute
6. Percepatan pembangunan baru jaringan jalur KA Porong Gempol akibat luapan lumpur lapindo
Sidoarjo (Tulangan) Gunung Gangsir 1 rute
7. Konservasi jalur perkeretaapian mati 1. Bojonegoro Jatirogo2. Madiun Ponorogo Slahung 3. Mojokerto Mojosari Porong 4. Ploso Mojokerto Krian 5. Malang Turen Dampit 6. Malang Pakis Tumpang 7. Babat Jombang 8. Babat Tuban 9. Kamal Bangkalan Sampang Pamekasan 10. Jati Probolinggo Paiton 11. Klakah Lumajang Pasirian 12. Lumajang Gumukmas Balung Rambipuji 13. Panarukan Situbondo Bondowoso Kalisat, 14. Rogojampi Benculuk
14 rute
8. Pemantapan prasarana angkutan massal kereta api komuter yang dioperasionalkan saat ini
Surabaya Porong 1 rute
9. Pembangunan dan pengembangan secara bertahap angkutan massal berupa kereta api komuter sebagai sistem ulang alik dan bagian dari kawasan perkotaan Gerbangkertosusila dan Malang dalam satu jaringan transportasi massal yang terintegrasi
1. Surabaya Lamongan Babat2. Surabaya Mojokerto Jombang 3. Surabaya Porong Bangil Pasuruan 4. Surabaya Gresik 5. Pasar Turi Stasiun Gubeng Stasiun Waru 6. Lawang Malang Kepanjen 7. Malang Turen 8. Madiun Ponorogo Slahung
8 rute
10. Pemantapan prasarana dryport yang sudah ada
Rambipuji di Kabupaten Jember 1 lokasi
11. Pengembangan prasarana dryport 1. Kota Malang2. Kota Kediri 3. Kabupaten Jombang
3 lokasi
12. Pemantapan prasarana terminal barang yang sudah ada
1. Terminal barang Waru di Kabupaten Sidoarjo2. Terminal barang Babat di Kabupaten Lamongan 3. Terminal barang Pasar Turi di Kota Surabaya
3 lokasi
13. Pengembangan prasarana terminal barang
Terminal barang Kalimas di Kota Surabaya 1 lokasi
14. Pemantapan dan pengembangan prasarana stasiun kereta api yang sudah ada
1. Stasiun Nganjuk dan stasiun Kertosono di Kabupaten Ngajuk
2. Stasiun Jombang di Kabupaten Jombang 3. Stasiun Tulungagung di Kabupaten
17 lokasi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 17
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 Tulungagung
4. Stasiun Bojonegoro di Kabupaten Bojonegoro 5. Stasiun Lamongan di Kabupaten Lamongan 6. Stasiun Sidoarjo di Kabupaten Sidoarjo 7. Stasiun Bangil di Kabupaten Pasuruan 8. Stasiun Klakah di Kabupaten Lumajang 9. Stasiun Jember di Kabupaten Jember 10. Stasiun Banyuwangi Baru di Kabupaten
Banyuwangi 11. Stasiun Madiun di Kota Madiun 12. Stasiun Kediri di Kota Kediri 13. Stasiun Blitar di Kota Blitar 14. Stasiun Mojokerto di Kota Mojokerto 15. Stasiun Surabaya Pasar Turi, Stasiun Surabaya
Kota, Stasiun Sidotopo, Stasiun Kalimas, Stasiun Wonokromo, Stasiun Surabaya Gubeng di Kota Surabaya
16. Stasiun Probolinggo di Kota Probolinggo 17. Stasiun Pasuruan di Kota Pasuruan
15. Pembangunan stasiun kereta api di Pulau Madura
1. Stasiun Bangkalan di Kabupaten Bangkalan2. Stasiun Sampang di Kabupaten Sampang 3. Stasiun Pamekasan di Kabupaten Pamekasan 4. Stasiun Sumenep di Kabupaten Sumenep
4 lokasi
C. Jaringan Sungai, Danau, dan Penyeberangan
1. Pemantapan, pemeliharaan dan perbaikan pelabuhan penyeberangan yang sudah ada
1. Pelabuhan penyeberangan Ujung di Kota Surabaya
2. Pelabuhan penyeberangan Kamal di Kabupaten Bangkalan
3. Pelabuhan penyeberangan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi
4. Pelabuhan penyeberangan Jangkar di Kabupaten Situbondo
5. Pelabuhan penyeberangan Kalianget di Kabupaten Sumenep
6. Pelabuhan penyeberangan Kangean di Kabupaten Sumenep
7. Pelabuhan penyeberangan Sapudi di Kabupaten Sumenep
8. Pelabuhan penyeberangan Bawean di Kabupaten Gresik
8 lokasi APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Dept. Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi dan Kab/Kota, PT. Pellindo
2. Pembangunan dan pengembangan pelabuhan penyeberangan
1. Pelabuhan penyeberangan Bawean di Kabupaten Gresik
2. Pelabuhan penyeberangan Paciran di Kabupaten Lamongan;
3. Pelabuhan penyeberangan Kalianget, P.Raas, P.Sapeken di Kabupaten Sumenep;
4. Pelabuhan penyeberangan Ketapang di Kabupaten Bayuwangi;
7 lokasi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 18
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 5. Pelabuhan penyeberangan Jangkar di
Kabupaten Situbondo; 6. Pelabuhan penyeberangan P.Gili Ketapang di
Kabupaten Probolinggo; 7. Pelabuhan penyeberangan Probolinggo di Kota
Probolinggo 2.1.2. Transportasi Laut A. Pelabuhan Umum 1. Pengembangan pelabuhan
internasional hub Tanjung Perak di Kota Surabaya dalam satu sistem dengan rencana pengembangan pelabuhan di Teluk Lamong dan pelabuhan Tanjung Bulupandan
1. Wilayah di antara Teluk Lamong sampai Kabupaten Gresik
2. Tanjung Bulu Pandan di Kabupaten Bangkalan
2 lokasi APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Dept. Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi dan Kab/Kota, PT. Pellindo
2. Pengembangan pelabuhan internasional
1. Pelabuhan Brondong di Kabupaten Lamongan 2. Pelabuhan Sendangbiru di Kabupaten Malang
2 lokasi
3. Pemantapan pelabuhan nasional yang sudah ada
1. Pelabuhan Gresik di Kabupaten Gresik2. Pelabuhan Tanjung Wangi di Kabupaten
Banyuwangi 3. Pelabuhan Probolinggo di Kota Probolinggo 4. Pelabuhan Pasuruan di Kota Pasuruan 5. Pelabuhan Sapudi di Kabupaten Sumenep 6. Pelabuhan Kalbut di Kabupaten Situbondo 7. Pelabuhan Sapeken di Kabupaten Sumenep 8. Pelabuhan Bawean di Kabupaten Gresik 9. Pelabuhan Kangean di Kabupaten Sumenep
9 lokasi
4. Pemantapan pelabuhan regional yang sudah ada
1. Pelabuhan Banyuwangi di Kabupaten Banyuwangi
2. Pelabuhan Panarukan di Kabupaten Situbondo 3. Pelabuhan Branta di Kabupaten Pamekasan 4. Pelabuhan Telaga Biru di Kabupaten Bangkalan 5. Pelabuhan Kalianget di Kabupaten Sumenep
5 lokasi
5. Pemantapan pelabuhan lokal yang sudah ada
1. Pelabuhan Masalembu di Kabupaten Sumenep2. Pelabuhan Taddan Camplong di Kabupaten
Sampang 3. Pelabuhan Besuki di Kabupaten Situbondo 4. Pelabuhan Jangkar di Kabupaten Situbondo 5. Pelabuhan Gayam di Kabupaten Sumenep 6. Pelabuhan P. Raas di Kabupaten Sumenep 7. Pelabuhan Sepulu di Kabupaten Bangkalan
7 lokasi
2.1.3. Transportasi Udara A. Bandar Udara Umum 1. Peningkatan bandar udara pusat
penyebaran 1. bandar udara Juanda di Kabupaten Sidoarjo2. bandar udara Abdurrahman Saleh di Kabupaten
Malang
2 lokasi APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi
Dept. Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi dan Kab/Kota, Angkasa Pura
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 19
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 2. Alternatif pembangunan baru bandar
udara di Kabupaten Lamongan sebagai pengembangan bandar udara Juanda
Kabupaten Lamongan 1 lokasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
3. Pengembangan bandar udara bukan pusat penyebaran
1. bandar udara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi
2. bandar udara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep 3. bandar udara Jember di Kabupaten Jember 4. bandar udara P. Bawean di Kabupaten Gresik
4 lokasi APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
B. Bandar Udara Khusus 1. Pemantapan bandar udara yang
sudah ada bandar udara Pagerungan Kabupaten Sumenep 1 lokasi
2. Pengembangan bandara khusus 1. Kabupaten Pacitan2. Kabupaten Blitar 3. Kabupaten Bojonegoro
3 lokasi
Sistem Jaringan Energi 2.2.1. Sumber Energi 1. Pengembangan energi panas bumi 1. Melati dan Rejosari (Kabupaten Pacitan)
2. Telaga Ngebel (Kabupaten Ponorogo) 3. G. Pandan (Kabupaten Madiun) 4. G. Arjuno Welirang (Kabupaten Mojokerto) 5. Cangar dan Songgoriti (Kota Batu) 6. Tirtosari (Kabupaten Sumenep) 7. Argopuro dan Tiris-G. Lamongan (Kabupaten
Probolinggo) 8. Belawan-Ijen (Kabupaten Bondowoso)
8 lokasi APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Dept. ESDM, Dinas ESDM Provinsi dan Kab/Kota, PLN
2. Pengembangan energi gelombang laut 1. Kabupaten Pacitan, 2. Kabupaten Trenggalek, 3. Kabupaten Tulungagung, 4. Kabupaten Blitar, 5. Kabupaten Malang, 6. Kabupaten Lumajang, 7. Kabupaten Jember, 8. Kabupaten Banyuwangi, 9. Kabupaten Tuban, 10. Kabupaten Bangkalan, 11. Kabupaten Sampang, 12. Kabupaten Pamekasan, 13. Kabupaten Sumenep
13 lokasi Dept. Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kab/Kota, PLN
2.2.2. Kelistrikan 1. Pengembangkan pembangkit untuk
peningkatan kapasitas tenaga listrik di Jawa Bali (termasuk Pulau Madura)
1. Grindulu PS (4x250MW)2. PLTU Paiton 3-4 (800 MW) 3. PLTU Tanjung Awar-Awar (2x300MW) 4. PLTU Jatim Selatan (2x315MW) 5. PLTU Paiton Baru (1x660MW) 6. Madura (2x100 MW)
6 lokasi
2. Penambahan trafo IBT 500 MVA 500/150 kv 1. Kediri 2. Paiton
2 lokasi 3. Pembangunan GITET baru berikut transmisi 1. Surabaya Selatan 4 lokasi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 20
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 terkait sistem Jawa Bali 2. Ngimbang
3. KebonAgung 4. Ngoro
5. Percepatan pengembangan SUTET terkait dengan pembangkit PLTU IPP Paiton Expansion (1x800 MW)
SUTET Paiton-Grati Sirkit 3 1 lokasi
6. Percepatan penyelesaian SUTET Grati-Surabaya Selatan 1 lokasi 7. Pembangunan transmisi 500 kV termasuk
overhead line 500 kv menyeberangi selat Bali (Jawa Bali Crossing) sebagai solusi jangka panjang pasokan listrik ke pulau Bali
Paiton-Kapal 1 lokasi
8. Pengembangan transmisi 70 kV baru Driyorejo-Miwon 1 lokasi 9. Perkuatan transmisi 150 kV eksisting
dilokasi tersebar di sistem Jawa Bali dalam rangka memenuhi kriteria keandalan
1. Babat-Tuban2. Bambe/Bringkang-Karangpilang 3. Buduran II/Sedati-Inc (Bngil- Waru) 4. Cerme-Inc(Sgmdu-Lmgan) 5. Grati-Gondangwetan 6. Jatim Selatan PLTU-Pacitan II 7. Jatim Selatan PLTU-Wonogiri 8. Jombang-Jayakertas 9. Kabel Jawa Madura-Suramadu 10. Kalisari-Surabaya Selatan 11. Ketapang-Gilimanuk 12. Kraksaan-Probolinggo 13. New Ngimbang-Babat 14. New Ngimbang-Mliwang 15. Paciran/BrondongLamongan 16. Pacitan II-Ponorogo 17. Padangsambian-Pesanggaran 18. Paiton New-Paiton Old 19. Perak-Ujung 20. Sambi Kerep/Tandes II-Inc. (Waru-Gresik) 21. Simogunung/Gsari-(Swhan-Waru) 22. Tanjung Awar-awar PLTU-Tuban 23. Tulungagung II-Kediri 24. Wlingi II-Kediri 25. Banyuwangi-Gilimanuk 26. Banyuwangi-Ketapang 27. Blimbing II-Inc. (Pier-Pakis) 28. Ponorogo II-Manisrejo 29. Purwosari/Sukorejo II-Inc. Pier-Pakis) 30. Waru-Darmo Granti 31. New Porong-NgoroSidoarjo/Porong I-Bangil 32. Ijen PLTP-Banyuwangi 33. New Banyuwangi-Genteng 34. Ponorogo II-New Tulungagung 35. Madura PLTU-Inc. (Spang-Pksan) 36. Kalikonto PLTA-Bumi Cokro 37. Wilis/Ngbel PLTP-Pacitan II
40 lokasi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 21
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 38. Arjuno PLTP-Mojokerto39. Iyang Argopuro PLTP-Probolinngo 40. Turen II-Inc. (Kbagn Pakis)
10. Pengembangan gardu induk 500/150 1. Kediri2. Paiton 3. Surabaya Selatan 4. Grati 5. Krian 6. Kebonagung 7. Ngoro
7 lokasi
11. Pengembangan gardu induk 150/70 1. Sekarputih, 2. Bangil (GIS)
2 lokasi 12. Pembangunan GI Baru dan program
penambahan trafo distribusi 150/20 kV dalam rangka memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik
Bondowoso, Buduran, Driyorejo, Segoromadu, Sekarputih, Sengkaling, Situbondo, Sumenep, Tulungagung II, Wlingi II, Blimbing II, Gondang Wetan, Ponorogo II, Purwosari/Sukorejo II, Sidoarjo, Ujung, Kebonagung, New Porong, Buduran I/Sedati, Petrokimia, Banyuwangi, Genteng, Kedinding, Kraksaan, Kupang, Lawang, Manyar, Surabaya Selatan, Tuban, Wlingi I, Cerme, Jombang, Paiton, Pier, PLTP Ijen, Sekarputih, Simpang, Undaan, Driyorejo, Banyuwangi, Rungkut, Wonokromo, Bangkalan, Bojonegoro, Bondowoso, Jember, Perak, PLTA Kesamben, PLTA Kalikonto, Sekarputih, Tanggul, Wlingi II, Babat, Lamongan, Mojoagung, Ngawi, Ponorogo II, Rungkut, Tulungagung II, Balongbendo, Bangil, Buduran, Gondangwetan, Kasih Jatim, Lumajang, Ngagel, Ngoro, Pamekasan, Pemaron, Perak, Sawahan, Sawahan, Sidoarjo, Surabaya Selatan, Banyuwangi, Gunungsari/Simogunung, Jombang, Karangkates, Karangpilang, Kedinding, Kediri Baru, Kertosono II, Krian, Lawang, Manyar, Ngimbang, Paciran/Brondong, Padang Sambian, Petrokimia, PLTP Iyang Argopuro, Probolinggo, Rungkut, Segoromadu, Simpang, Situbondo, Sukolilo, Ujung, Undaan, Waru, Babat, Balongbendo, Bangkalan, Banyuwangi, Bringkang/Bambe, Bulukandang, Gembong, Jayakertas, Jember, Kalisari, Kasih Jatim, Kraksaan, New Porong, Ngagel, Ponorogo II, Sampang, Sedati/Buduran II, Sengkaling, Sidoarjo, Sumenep, Tulungagung II, Turen II, Babadan, Babat, Banyuwangi, Baturiti, Bondowoso, Darmogrand, Kediri Baru, Kertosono II, Mojoagung, Mojoagung, Ngimbang, Pacitan II, Rungkut, Tuban, Wlingi
13. penambahan trafo distribusi 70/20 KV 1. Blimbing 2. Tarik 3. Trenggalek 4. Nganjuk
27 lokasi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 22
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 5. Turen 6. Dolopo 7. Selorejo PLTA 8. Pare 9. Trenggalek 10. Sengguruh PLTA 11. Magetan 12. Siman 13. Trenggalek 14. Blitar Baru 15. Ponorogo 16. Turen 17. Caruban 18. Mranggen 19. Polehan 20. Sengguruh PLTA 21. Tulungagung PLTA 22. Blitar Baru 23. Dolopo 24. Mranggen 25. Sukorejo 26. Sengguruh PLTA 27. Siman
2.2.3. Migas 1. Pengembangan jaringan pipa minyak dan
gas bumi 1. Jaringan pipa gas Beji Gunung Gangsir
Pandaan 2. Wunut R/S Porong 3. Wunut Taman 4. R/S Porong Kota Sidoarjo 5. Cerme Legundi 6. Manyar Panceng 7. Kota Pasuruan 8. Pandaan 9. Jetis 10. Mojokerto Jombang 11. Panceng Tuban 12. Jombang Nganjuk 13. Kertosono Kediri 14. Bunder Lamongan 15. Lamongan Babat 16. Pandaan Purwodadi 17. Babat Bojonegoro 18. Purwodadi Lawang 19. Nganjuk Madiun
1. 5,37 Km 2. 8,7 Km 3. 28,8 Km 4. 15,3 Km 5. 20,67 Km 6. 30,13 Km 7. 11,08 Km 8. 5,6 Km 9. 20,1 Km 10. 50,09 Km 11. 70,2 Km 12. 40,1 Km 13. 40,3 Km 14. 30,08 Km 15. 29,16 Km 16. 35,07 Km 17. 35,16 Km 18. 15,08 Km 19. 50,07 Km
Dept. ESDM, Dinas ESDM Provinsi dan Kab/Kota, Pertamina
2. Pengembangan sumber dan prasarana minyak dan gas bumi
Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pemekasan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Tuban, dan Kabupaten/kota lain berdasarkan hasil eksplorasi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 23
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 Sistem Jaringan Telekomunikasi 1. Optimalisasi, rehabilitasi dan pengembangan
jaringan telekomunikasi yang melintasi pusat pertumbuhan wilayah
Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila dan Malang APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Depkominfo, Dinas Informasi dan Komunikasi, PT. Telkom
2. Peningkatan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi hingga pelosok perdesaan melalui pelaksanaan konsep desa berdering (ringing village) dan desa pintar (smart village)
Kawasan perdesaan di seluruh kab
3. Pengembangan dan peningkatan jaringan telematika di daerah terpencil
wilayah kepulauan dan pulau-pulau kecil yang terpencil dan terisolir di seluruh kab
4. Pengembangan tower BTS (Base Transceiver Station) terpadu
Seluruh kab/kota di Jawa Timur
Sistem Jaringan Sumber Daya Air 1. Optimalisasi pengembangan daerah tangkapan air
(catchment area) dan sumber air permukaan 1. Bengawan Jero di Kabupaten Lamongan2. Saluran Pelayaran di Kabupaten Sidoarjo 3. Singolatri dan Kedawang di Kabupaten
Banyuwangi 4. Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 5. Waduk meliputi Waduk Kresek di Kabupaten
Madiun, Waduk Kedung Bendo di kabupaten Pacitan, Waduk Jipang di Kabupaten Bojonegoro, Waduk Beng di Kabupaten Jombang, Waduk Genting di Kabupaten Malang, Waduk Bajulmati di Kabupaten Banyuwangi, Waduk Nipah di Kabupaten Sampang, Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan, Waduk Kedung Brubus di Kabupaten Madiun, Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan, Waduk Bendo di Kabupaten Ponorogo, Waduk Banjaranyar di Kabupaten Gresik, Waduk Tawun di Kabupaten Bojonegoro, Waduk Pejok di Kabupaten Bojonegoro, Waduk Tugu di Kabupaten Trenggalek dan Waduk Antrogan di Kabupaten Jember.
APBN, APBD Provinsi dan Kab/Kota, Investasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
Dinas PU Cipta karya dan Pengairan Provinsi dan Kab/Kota, PDAM, Jasa Tirta Tirta
2. Optimalisasi pengembangan sumber air tanah pada CAT (Cekungan Air Tanah) untuk meningkatkan cadangan air baku
1. CAT Brantas2. CAT Bulukawang 3. CAT Besuki 4. CAT Bondowoso Situbondo 5. CAT Banyuwangi 6. CAT Blambangan 7. CAT Bangkalan 8. CAT Jember Lumajang 9. CAT Ketapang 10. CAT Lasem 11. CAT Ngawi Ponorogo 12. CAT Panceng 13. CAT Pasuruan 14. CAT Probolinggo 15. CAT Randublatung
23 lokasi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 24
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 16. CAT Surabaya Lamongan17. CAT Sumberbening 18. CAT Sampang Pamekasan 19. CAT Sumenep 20. CAT Tuban 21. CAT Toranggo 22. CAT Wonosari 23. CAT Wonorejo
3. Optimalisasi pengembangan jaringan irigasi primer 1. Jaringan irigasi Bondoyudo2. Jaringan irigasi Rondoningo 3. Jaringan irigasi Mrican 4. Jaringan irigasi Lodoyo
4 lokasi
4. Optimalisasi pengembangan jaringan air baku untuk industri
1. Jaringan Telaga Sarangan - Magetan 2. Jaringan irigasi Delta Brantas 3. Sumber mata air Umbulan 4. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan
kawasan industri di PIER (Pasuruan), Ngoro (Mojokerto), dan Paiton (Probolinggo)
4 lokasi
5. Optimalisasi pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional
1. Sumber mata air Umbulan untuk Kabupaten dan Kota Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya dan Gresik
2. Wendit untuk Kota dan Kabupaten Malang, Sumber Brantas dan Banyuning untuk Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Kota Malang
3. Penjernihan air Jagir di Wonokromo
3 lokasi
6. Optimalisasi pengembangan jaringan pengendali banjir
1. Waduk Widas di Kabupaten Madiun2. Bozem di Surabaya dan Madiun 3. Waduk penampung banjir Jabung/Jabung
retarding basin di Kali Lamongan 4. Pemenuhan air baku floodway sedayu lawas
babat barrage jabung retarding basin, sembayat barrage, bojonegoro barrage, waduk tawun di Kabupaten Bojonegoro
4 lokasi
7. Optimalisasi pengembangan WS Lintas Provinsi WS Bengawan Solo 1 lokasi 8. Optimalisasi pengembangan WS Strategis Nasional WS Brantas 1 lokasi 9. Optimalisasi pengembangan WS Lintas
Kabupaten/Kota 1. WS Welang Rejoso 2. WS Pekalen Sampean 3. WS Baru Bajulmati 4. WS Bondoyudo Bedadung 5. WS Kepulauan Madura.
5 lokasi
10. Optimalisasi pengembangan daerah tangkapan air (catchment area) di wilayah DAS meliputi percepatan rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi tanah secara vegetatif maupun sipil teknis
1. DAS Brantas2. DAS Sampean 3. DAS Solo
3 lokasi
Sistem Prasarana Wilayah Lainnya 1. Perencanaan, persiapan, dan pembangunan
kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu Kabupaten Gresik 1 lokasi APBN, APBD
Provinsi dan Kab/Kota, Investasi
Bapeda Provinsi danKab/Kota, Dinas Persampahan dan pertamanan
2. Pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan
Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila dan Malang 2 lokasi
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 25
No Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana
Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 3. Perencanaan pengelolaan secara regional dan
terpadu di 8 wilayah 1. Greater Surabaya (Surabaya, Sidoarjo, dan
Gresik) 2. Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, dan Kab.
Malang) 3. Mojokerto (Kota Mojokerto dan Kabupaten
Mojokerto) 4. Madiun (Kota Madiun dan Kabupaten Madiun) 5. Kediri (Kota Kediri dan Kabupaten Kediri) 6. Blitar (Kota Blitar dan Kabupaten Blitar) 7. Pasuruan (Kota Pasuruan dan Kabupaten
Pasuruan) 8. Probolinggo (Kota Probolinggo dan Kabupaten
Probolinggo)
8 lokasi Swasta, dan/atau Kerjasama Pendanaan
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
B Perwujudan Pola Ruang
1 Perwujudan Kawasan Lindung
1.1 Hutan Lindung
Penetapan sistem deliniasi persebaran hutan lindung
Pada seluruh kawasan hutan lindung di wilayah Provinsi Jawa Timur yang berada pada batas administrasi kabupaten/kota: 1) Kota Batu; 2) Kota Kediri; 3) Bangkalan; 4) Banyuwangi; 5) Blitar; 6) Bojonegoro; 7) Bondowoso; 8) Jember; 9) Jombang; 10) Kediri; 11) Gresik; 12) Lamongan; 13) Lumajang; 14) Madiun; 15) Malang; 16) Magetan; 17) Mojokerto; 18) Nganjuk; 19) Ngawi; 20) Pacitan; 21) Pamekasan;
30 wilayah kabupaten/kota
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan dan Perhutani
Penetapan wilayah prioritas rehabilitasi hutan
Perencanaan wilayah prioritas rehabilitasi hutan
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 26
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Pengembangan kawasan hutan lindung untuk mendukung fungsi perlindungan lingkungan
22) Pasuruan; 23) Ponorogo; 24) Probolinggo; 25) Sampang; 26) Situbondo; 27) Sumenep; 28) Tuban; 29) Trenggalek; dan 30) Tulungagung.
1.2 Kawasan Perlindungan Setempat
1.2.1 Sempadan Pantai
Memantapkan kawasan lindung di daratan untuk menunjang kawasan lindung pantai
Kawasan pesisir sepanjang pantai di wilayah Jawa Timur baik yang berbatasan dengan Laut Jawa, Selat Bali maupun Samudera Hindia dan di kawasan kepulauan, meliputi wilayah kabupaten/kota: 1) Kabupaten Pacitan 2) Kabupaten Trenggalek 3) Kabupaten Tulungagung 4) Kabupaten Blitar 5) Kabupaten Malang 6) Kabupaten Lumajang 7) Kabupaten Jember 8) Kabupaten Banyuwangi 9) Kabupaten Situbondo 10) Kabupaten Probolinggo 11) Kabupaten Pasuruan 12) Kota Pasuruan 13) Kabupaten Sidoarjo 14) Kota Surabaya 15) Kabupaten Gresik 16) Kabupaten Lamongan 17) Kabupaten Tuban 18) Kabupaten Bangkalan 19) Kabupaten Sampang 20) Kabupaten Pamekasan 21)Kabupaten Sumenep
21 kabupaten/kota
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Dinas PU Pengairan
Pengendalian kegiatan budidaya di kawasan pantai
Perencanaan fungsi perlindungan pantai secara alami ataupun buatan
Pembangunan prasarana pengamanan pantai terutama pada daerah-daerah rawan abrasi air laut pada wilayah strategis, daerah tertinggal, serta pulau-pulau kecil
Pengembangan kawasan lindung sepanjang pantai
yang memiliki nilai ekologis sebagai daya tarik wisata dan penelitian
1.2.2 Sempadan Sungai
Penetapan delineasi kawasan sempadan sungai
Sepanjang aliran sungai di Jawa Timur
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur dan Dinas PU Pengairan
Penertiban kawasan bantaran sungai
Perencanaan kawasan sempadan sungai untuk kegiatan yang menunjang fungsi lingkungan hidup
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 27
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Pengembangan kawasan sempadan sungai untuk kegiatan non budidaya dan penelitian
1.2.3 Kawasan sekitar danau atau waduk
Penetapan delineasi kawasan perlindungan sekitar waduk/danau
Sekitar danau/waduk di Jawa Timur
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur dan Dinas PU Pengairan
Perencanaan pembatasan kegiatan yang tidak
berkaitan dengan perlindungan kawasan sekitar waduk/danau
Pengembangan kawasan sekitar danau atau waduk untuk peningkatan nilai ekonomis kawasan
1.2.4 Kawasan sekitar mata air
Penetapan delineasi kawasan perlindungan sekitar mata air
Sekitar mata air di Jawa Timur
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan, Perhutani dan Dinas PU Pengairan
Pembatasan kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan kawasan sekitar mata air
Pengembangan kawasan untuk peningkatan nilai ekonomis kawasan
1.2.5 Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal
Penetapan kawasan lindung spiritual dan kearifan
lokal sebagai aset budaya local heritage yang dipreservasi 1) Kawasan permukiman budaya Suku Samin di
Bojonegoro 2) Kawasan permukiman budaya Suku Tengger di
Probolinggo 3) Kawasan permukiman budaya suku Osing di
Banyuwangi 4) Kawasan permukiman budaya di Gunung Kawi
4 lokasi
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Perencanaan pembatasan perubahan keaslian kawasan dengan modernisasi ke bentuk lain.
Perlindungan terhadap kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal tersebut, ditetapkan dalam peraturan yang terdapat di rencana tata ruang kabupaten/kota
1.3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
1.3.1 Kawasan suaka margasatwa Merehabilitasi suaka marga satwa 1) Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang terletak
di Kecamatan Krucil, Sumber Malang, Panti dan Sukorambi, Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Probolinggo dan Jember.
2) Suaka Margasatwa Pulau Bawean terletak di Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik.
2 lokasi
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Konservasi sumberdaya hutan, flora-fauna serta ekosistemnya
Pengembangan pengelolaan kawasan suaka alam,
pelestarian alam dan cagar budaya lintas kabupaten/kota dan propinsi
1.3.2 Kawasan cagar alam
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 28
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Merehabilitasi cagar alam
1) Besowo Gadungan di Kabupaten Kediri;2) Cagar Alam Ceding di Kabupaten Bondowoso; 3) Cagar Alam Watangan Puger I di Kabupaten
Jember; 4) Cagar Alam Sungai Kolbu di Kabupaten
Probolinggo; 5) Curah Manis I VIII di Kabupaten Jember; 6) Gunung Abang di Kabupaten Pasuruan; 7) Guwo Lowo/Nglirip di Kabupaten Tuban; 8) Gunung Picis di Kabupaten Ponorogo; 9) Gunung Sigogor di Kabupaten Ponorogo; 10) Kawah Ijen Merapi Ungup - Ungup di Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi; 11) Manggis Gadungan di Kabupaten Kediri; 12) Nusa Barong di Kabupaten Jember; 13) Pulau Bawean di Kabupaten Gresik; 14) Pulau Noko dan Pulau Nusa di Kabupaten Gresik; 15) Pulau Saobi di Kepulauan Kangean Kabupaten
Sumenep; 16) Pulau Sempu di Kabupaten Malang; 17) Rogojampi II di Kabupaten Banyuwangi; dan 18)Pancuran Ijen I dan II di Kabupaten Bondowoso.
18 lokasi
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Pengembangan fungsi ekonomi dan pendidikan untuk kepariwisataan dan penelitian
1.3.3 Kawasan hutan bakau/mangrove
Rehabilitasi ekosistem dan habitat yang rusak di kawasan hutan, pesisir (terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan estuaria), perairan, bekas kawasan pertambangan Sepanjang pantai Utara, pantai Timur dan Pantai
Selatan Jawa Timur serta wilayah pesisir kepulauan
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Perencanaan pengembangan kawasan hutan
bakau/mangrove untuk kegiatan perlindungan ekosistem dan lingkungan
1.3.4 Taman Nasional
Pemantapan fungsi kawasan lindung termasuk pengembangan flora fauna khas 1) Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang
berada di wilayah Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang;
2) Taman Nasional Baluran yang terletak di Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo dan Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi;
3) Taman Nasional Meru Betiri yang terletak di perbatasan Jember dan Banyuwangi Selatan; dan
4) Taman Nasional Alas Purwo di Kecamatan Tegal Dlimo, Bayuwangi Selatan.
4 lokasi
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Perencanaan pengembangan kawasan taman nasional dengan partisipasi masyarakat sekitar
Pengembangan kawasan penelitian terbatas untuk
pengembangan fungsi pendidikan pada kawasan taman nasional
1.3.5 Taman Hutan Raya
Pemantapan dan rehabilitasi fungsi taman hutan raya Taman Hutan Raya R. Soeryo di Kabupaten Mojokerto, Pasuruan, Malang, Jombang dan Kota Batu Propinsi Jawa Timur
APBN, APBD Propinsi,
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan dan Dinas Kebudayaan
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 29
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Perencanaan kawasan untuk pengembangan fungsi
ekonomi dan pendidikan untuk kepariwisataan dan penelitian
investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
dan Pariwisata
1.3.6 Taman Wisata Alam
Pemantapan dan rehabilitasi fungsi taman wisata alam 1) Taman Wisata Tretes di Kabupaten Pasuruan; 2) Taman Wisata Gunung Baung di Kabupaten
Pasuruan; dan 3) Taman Wisata Kawah Ijen di Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi
3 lokasi
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Perencanaan taman wisata alam dengan partisipasi masyarakat
Pengembangan kegiatan pariwisata, meningkatkan
atraksi dengan mengembangkan fasilitas penelitian flora, dan pengembangan fasilitas perkemahan
1.3.7 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Pemeliharaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
1) Lingkungan non bangunan: a) Monumen keganasan PKI di Kabupaten
Madiun; b) Monumen Trisula di Kabupaten Blitar; c) Petilasan Sri Aji Joyoboyo di Kabupaten Kediri; d) Petilasan Gunung Kawi Kabupaten Malang; dan e) Situs Purbakala Trinil di Kabupaten Ngawi.
2) Lingkungan bangunan non gedung:
a) Arca Totok Kerot di Kabupaten Kediri; b) Candi Penataran dan Candi Simping di
Kabupaten Blitar; c) Candi Singosari, Candi Jago, Candi Kidal,
Candi Badut di Kabupaten Malang; d) Candi Jawi di Kabupaten Pasuruan; e) Candi Cungkup, Makam Gayatri di Kabupaten
Tulungagung; f) Candi Dadi di Kabupaten Tulungagung; g) Candi Jolotundo di Kabupaten Mojokerto; h) Makam Asta Tinggi di Kabupaten Sumenep
i) Makam Sunan Ampel di Kota Surabaya;
32 lokasi
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 30
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Pemantapan pengembangan sebagai daya tarik
wisata sejarah serta untuk pengembangan penelitian dan pendidikan bagi masyarakat
j) Kompleks Makam KH. Hasyim Asyari, KH. Wachid Hasyim dan Makam Sayyid Sulaiman di Kabupaten Jombang;
k) Makam Batu Ampar di Kabupaten Pameksan; l) Makam Syaikhul Khalil dan Pesarean Air mata
Ibu Kabupaten Bangkalan; m) Makam Maulana Malik Ibrahim, Makam Sunan
Giri (Giri Kedaton), Makam Fatimah Binti Maimun, Makam Kanjeng Sepuh dan Kawasan Gunung Surowiti di Kabupaten Gresik;
n) Makam Sunan Drajat di Kabupaten Lamongan;
o) Makam Batoro Katong di Kabupaten Ponorogo;
p) Makam Sunan Bonang di Kabupaten Tuban; q) Recolanang di Kabupaten Mojokerto; r) Situs Sarchopagus dan Megalith di Kabupaten
Bondowoso; dan s) Kawasan Trowulan di Kabupaten Mojokerto.
3) Lingkungan bangunan gedung dan halamannya:
a) Pelestarian bangunan bersejarah dan cagar budaya Kota Surabaya;
b) Benteng Pendem Van den Bosch di Kabupaten Ngawi;
c) Pelestarian bangunan Pabrik Gula di Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang;
d) Makam Proklamator, Museum Bung Karno dan Petilasan Aryo Blitar di Kota Blitar.
e) Monumen PETA (Suprijadi) di Kota Blitar.
1.4 Kawasan Rawan Bencana Alam
1.4.1 Kawasan rawan longsor
Penetapan zona-zona bahaya dan tingkatannya Kawasan rawan longsor di wilayah Provinsi Jawa Timur berada di kabupaten: 1) Kabupaten Ngawi; 2) Kabupaten Tuban; 3) Kabupaten Bojonegoro; 4) Kabupaten Magetan; 5) Kabupaten Madiun; 6) Kabupaten Nganjuk; 7) Kabupaten Ponorogo; 8) Kabupaten Pacitan;
20 kabupaten
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Penanggulangan Bencana, Dinas Kehutanan, Dinas PU Pengairan
Pemantapan dan penanggulangan bencana longsor
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 31
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Penanganan pasca bencana longsor
9) Kabupaten Trenggalek;10) Kabupaten Kediri; 11) Kabupaten Tulungagung; 12) Kabupaten Blitar; 13) Kabupaten Malang; 14) Kabupaten Lumajang; 15) Kabupaten Pasuruan; 16) Kabupaten Probolinggo; 17) Kabupaten Jember; 18) Kabupaten Situbondo; 19) Kabupaten Bondowoso; dan 20) Kabupaten Banyuwangi.
Peningkatan tanggap darurat
1.4.2 Kawasan Rawan Gelombang Pasang
Penetapan zona-zona bahaya dan tingkatannya
Kawasan pesisir sepanjang pantai di wilayah Jawa Timur baik yang berbatasan dengan Laut Jawa, Selat Bali maupun Samudera Hindia dan di kawasan kepulauan, meliputi wilayah kabupaten/kota: 1) Kabupaten Pacitan 2) Kabupaten Trenggalek 3) Kabupaten Tulungagung 4) Kabupaten Blitar 5) Kabupaten Malang 6) Kabupaten Lumajang 7) Kabupaten Jember 8) Kabupaten Banyuwangi 9) Kabupaten Situbondo 10) Kabupaten Probolinggo 11) Kabupaten Pasuruan 12) Kota Pasuruan 13) Kabupaten Sidoarjo 14) Kota Surabaya 15) Kabupaten Gresik 16) Kabupaten Lamongan 17) Kabupaten Tuban 18) Kabupaten Bangkalan 19) Kabupaten Sampang 20) Kabupaten Pamekasan 21)Kabupaten Sumenep
21 kabupaten/kota
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Penanggulangan Bencana, Dinas Kehutanan, Dinas PU Pengairan
Pemantapan strategi mitigasi bencana gelombang pasang
Penanganan pasca bencana gelombang pasang
Peningkatan tanggap darurat
1.4.3 Kawasan rawan banjir
Penetapan zona-zona bahaya dan tingkatannya
Kawasan rawan banjir di wilayah: 1) Kabupaten Gresik; 2) Kabupaten Bojonegoro; 3) Kabupaten Nganjuk; 4) Kabupaten Ngawi; 5) Kabupaten Magetan; 6) Kabupaten Madiun
30 kabupaten/kota
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Penanggulangan Bencana, Dinas Kehutanan, Dinas PU Pengairan
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 32
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Pemantapan strategi mitigasi bencana
7) Kabupaten Pacitan;8) Kabupaten Trenggalek; 9) Kabupaten Tulungagung; 10) Kabupaten Blitar; 11) Kabupaten Kediri; 12) Kabupaten Malang; 13) Kabupaten Mojokerto; 14) Kabupaten Jombang; 15) Kabupaten Sidoarjo; 16) Kabupaten Pasuruan; 17) Kabupaten Surabaya; 18) Kabupaten Probolinggo; 19) Kabupaten Lumajang; 20) Kabupaten Jember; 21) Kabupaten Bondowoso; 22) Kabupaten Situbondo; 23) Kabupaten Banyuwangi; 24) Kabupaten Bangkalan; 25) Kabupaten Sampang; 26) Kabupaten Tuban; 27) Kabupaten Pasuruan; 28) Kabupaten Lamongan; 29) Kabupaten Ponorogo; dan 30) Kota Surabaya.
pendanaan
Penanganan pasca bencana
Peningkatan tanggap darurat
1.5 Kawasan Lindung Geologi
1.5.1 Kawasan Cagar Alam Geologi
1.5.1.1 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi
Penetapan zona-zona bahaya dan tingkatannya
1) Kawasan rawan letusan gunung berapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a) Kawasan sekitar Gunung Ijen; b) Kawasan sekitar Gunung Semeru; c) Kawasan sekitar Gunung Bromo; d) Kawasan sekitar Gunung Lamongan; e) Kawasan sekitar Gunung Arjuno-Welirang; f) Kawasan sekitar Gunung Kelud; dan g) Kawasan sekitar Gunung Raung.
2) Kawasan rawan gempa bumi berada di wilayah: a) Kabupaten Ngawi; b) Kabupaten Magetan; c) Kabupaten Madiun; d) Kabupaten Ponorogo; e) Kabupaten Nganjuk; f) Kabupaten Kediri; g) Kabupaten Jombang; h) Kabupaten Mojokerto; i) Kabupaten Blitar; j) Kabupaten Malang;
7 lokasi dan 13 kabupaten/kota
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Penanggulangan Bencana, Dinas Kehutanan, Dinas PU Pengairan
Pemantapan strategi mitigasi bencana
Penanganan pasca bencana
Peningkatan tanggap darurat
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 33
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 k) Kabupaten Pasuruan
1.5.1.2 Kawasan Karst
Penetapan delineasi kawasan karst yang dilindungi 1) Blitar; 2) Bangkalan; 3) Tulungagung; 4) Trenggalek; 5) Malang; 6) Ngawi; 7) Ponorogo; 8) Pacitan; 9) Sampang; dan 10)Tuban.
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Penanggulangan Bencana, Dinas Kehutanan, Dinas PU Pengairan
Perencanaan dan pengembangan reboisasi lahan
yang rusak agar sifat peresapannya masih tetap berfungsi
1.6 Kawasan Lindung Lainnya
Penetapan delineasi kawasan lindung lainnya untuk perlindungan terumbu karang Kawasan terumbu karang yang tersebar di kabupaten: 1) Kabupaten Probolinggo 2) Kabupaten Situbondo 3) Kabupaten Banyuwangi 4) Kabupaten Jember 5) Kabupaten Malang 6) Kabupaten Pacitan
6 kabupaten
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Disbudpar
Perencanaan kawasan hulu supaya jernih dan
mengurangi sedimentasi akibat pencemaran dan perusakan lingkungan
Pengembangan manfaat kawasan untuk kegiatan penelitian dan pariwisata 2 Perwujudan Kawasan Budidaya 2.1 Kawasan Hutan Produksi
Penetapan delineasi kawasan hutan produksi
Kawasan hutan produksi di wilayah Provinsi Jawa Timur berada di kabupaten/kota: 1) Kota Batu; 2) Kabupaten Bangkalan; 3) Kabupaten Banyuwangi; 4) Kabupaten Blitar; 5) Kabupaten Bojonegoro; 6) Kabupaten Bondowoso; 7) Kabupaten Jember; 8) Kabupaten Jombang; 9) Kabupaten Kediri; 10) Kota Kediri; 11) Kabupaten Gresik; 12) Kabupaten Lamongan; 13) Kabupaten Lumajang; 14) Kabupaten Madiun; 15) Kabupaten Malang; 16) Kabupaten Magetan; 17) Kabupaten Mojokerto; 18) Kabupaten Nganjuk; 19) Kabupaten Ngawi; 20) Kabupaten Pacitan;
30 kabupaten/kota
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Dinas Kehutanan, Perhutani
Pengembangan hutan tanaman industri, terutama pada kawasan hutan non-produktif, termasuk kemudahan perijinan usaha dan permodalan/pinjaman
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 34
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Pengembangan hasil hutan non-kayu dan jasa lingkungan
21) Kabupaten Pamekasan; 22) Kabupaten Pasuruan; 23) Kabupaten Ponorogo; 24) Kabupaten Probolinggo; 25) Kabupaten Sampang; 26) Kabupaten Situbondo; 27) Kabupaten Sumenep; 28) Kabupaten Tuban; 29) Kabupaten Trenggalek; dan 30) Kabupaten Tulungagung.
2.2 Kawasan hutan rakyat
Identifikasi, deliniasi dan penetapan kawasan hutan rakyat
Rencana kawasan hutan rakyat di wilayah Provinsi Jawa Timur berada di kabupaten/kota: 1) Kabupaten Bangkalan; 2) Kabupaten Banyuwangi; 3) Kabupaten Blitar; 4) Kabupaten Bojonegoro; 5) Kabupaten Bondowoso; 6) Kabupaten Gresik; 7) Kabupaten Jember; 8) Kabupaten Jombang; 9) Kabupaten Kediri; 10) Kota Batu; 11) Kota Pasuruan; 12) Kabupaten Lamongan; 13) Kabupaten Lumajang; 14) Kabupaten Madiun; 15) Kabupaten Magetan; 16) Kabupaten Malang; 17) Kabupaten Mojokerto; 18) Kabupaten Nganjuk; 19) Kabupaten Ngawi; 20) Kabupaten Pacitan; 21) Kabupaten Pamekasan; 22) Kabupaten Pasuruan; 23) Kabupaten Ponorogo; 24) Kabupaten Probolinggo; 25) Kabupaten Sampang; 26) Kabupaten Sidoarjo; 27) Kabupaten Situbondo; 28) Kabupaten Sumenep; 29) Kabupaten Trenggalek; 30) Kabupaten Tuban; dan 31) Kabupaten Tulungagung.
31 kabupaten/kota
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Dinas Kehutanan
Perencanaan pemanfaatan hutan rakyat dan penetapan peraturan pemanfaatan hutan rakyat
Pengembangan peningkatan nilai ekonomi secara
terkendali dengan kemitraan masyarakat sector privat
2.3 Kawasan peruntukkan pertanian
2.3.1 Kawasan pertanian lahan basah
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 35
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Delineasi dan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan
Kawasan pertanian di wilayah Provinsi Jawa Timur direncanakan di untuk dikembangkan di kabupaten: 1) Kabupaten Tuban; 2) Kabupaten Bojonegoro; 3) Kabupaten Lamongan; 4) Kabupaten Gresik; 5) Kabupaten Ngawi; 6) Kabupaten Magetan; 7) Kabupaten Madiun; 8) Kabupaten Nganjuk; 9) Kabupaten Jombang; 10) Kabupaten Mojokerto; 11) Kabupaten Sidoarjo; 12) Kabupaten Bangkalan; 13) Kabupaten Pasuruan; 14) Kabupaten Pacitan; 15) Kabupaten Ponorogo; 16) Kabupaten Trenggalek; 17) Kabupaten Tulungagung; 18) Kabupaten Blitar; 19) Kabupaten Kediri; 20) Kabupaten Malang; 21) Kabupaten Lumajang; 22) Kabupaten Probolinggo; 23) Kabupaten Situbondo; 24) Kabupaten Bondowoso; 25) Kabupaten Jember; 26) Kabupaten Banyuwangi; 27) Kabupaten Sampang; 28) Kabupaten Pamekasan; dan 29) Kabupaten Sumenep.
29 kabupaten
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur dan Dinas Pertanian
Pengembangan kawasan pertanian di perdesaan
2.3.2 Kawasan pertanian lahan kering dan hortikultura
Pengembangan kawasan pertanian lahan kering Di seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Timur 38 kabupaten/kota
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan
2.4 Kawasan Peruntukkan Perkebunan
Pengembangan kawasan perkebunan pendukung kawasan strategis agropolitan
Pengembangan kawasan perkebunan di wilayah Provinsi Jawa Timur berada di kabupaten: 1) Kabupaten Pacitan; 2) Kabupaten Trenggalek; 3) Kabupaten Tulungagung; 4) Kabupaten Ponorogo; 5) Kabupaten Magetan;
24 kabupaten
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama
Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 36
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 6) Kabupaten Ngawi;7) Kabupaten Madiun; 8) Kabupaten Nganjuk; 9) Kabupaten Jombang; 10) Kabupaten Gresik; 11) Kabupaten Bojonegoro; 12) Kabupaten Tuban; 13) Kabupaten Lamongan; 14) Kabupaten Kediri; 15) Kabupaten Blitar; 16) Kabupaten Malang; 17) Kabupaten Pasuruan; 18) Kabupaten Probolinggo; 19) Kabupaten Lumajang; 20) Kabupaten Jember; 21) Kabupaten Bondowoso; 22) Kabupaten Situbondo; 23) Kabupaten Banyuwangi; dan 24) Kabupaten Bangkalan.
pendanaan
2.5 Kawasan Peruntukkan Peternakan
Pengembangan sentra peternakan pendukung agropolitan.
Pengembangan kawasan peternakan di wilayah Provinsi Jawa Timur berada di kabupaten: 1) Sentra peternakan ternak besar berada di
wilayah: Kabupaten Blitar, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember, Kabupaten Kediri, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Magetan, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Tuban; dan
2) Sentra peternakan ternak kecil terletak di seluruh Kabupaten di Jawa Timur.
3) Sentra peternakan unggas terletak di Kabupaten Blitar, Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Tulungagung.
3 sentra peternakan di 38 kabupaten/kota
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda Provinsi Jawa Timur dan Dinas Peternakan
2.6 Kawasan peruntukkan perikanan
Pengembangan sentra perikanan dan minapolitan
Pengembangan kawasan perikanan di wilayah Provinsi Jawa Timur berada di kabupaten: 1) Pengembangan minapolitan di Muncar
Kabupaten Banyuwangi, Mayangan Kota Probolinggo, Sendang Biru Kabupaten Malang dan Tamperan Kabupaten Pacitan;
11 kabupaten
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau
Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan
N A S K A H K A J I A N A K A D E M I S
RENCANA TATA RUANG WILAYAH P R O V I N S I J A W A T I M U R VI - 37
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber Dana Instansi Pelaksana Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
Pengembangan sarana dan prasarana untuk
pengembangan perikanan dan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan
2) Pengembangan Komoditi Utama Perikanan di Pantai Selatan meliputi Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Sendangbiru Kabupaten Malang dan Puger Kabupaten Jember dan kawasan potensial lainnya meliputi Ujungpangkah Kabupaten Gresik, Brondong Kabupaten Lamongan, Pondokmimbo Kabupaten Situbondo, Bulu Kabupaten Tuban dan Pasongsongan Kabupaten Sumenep
3) Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) meliputi Prigi di Kabupaten Trenggalek, dan Brondong di Kabupaten Lamongan;
4) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) di Muncar
kerjasama pendanaan
2.7 Kawasan peruntukkan pertambangan
2.7.1 Kawasan pertambangan mineral
Pengembangan kawasan pertambangan mineral dan batubara berdasarkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dengan prinsip kelestarian lingkungan
Pertambangan mineral logam terdapat di: 1) Kabupaten Blitar; 2) Kabupaten Banyuwangi; 3) Kabupaten Jember; 4) Kabupaten Lumajang; 5) Kabupaten Malang; 6) Kabupaten Pacitan; 7) Kabupaten Ponorogo; 8) Kabupaten Trenggalek; dan 9) Kabupaten Tulungagung. Pertambangan mineral non logam terdapat di: 1) Kabupaten Blitar; 2) Kabupaten Banyuwangi; 3) Kabupaten Jember; 4) Kabupaten Lumajang; 5) Kabupaten Malang; 6) Kabupaten Pacitan; 7) Kabupaten Ponorogo; 8) Kabupaten Trenggalek; 9) Kabupaten Tulungagung; 10) Kabupaten Bojonegoro; 11) Kabupaten Bondowoso; 12) Kabupaten Gresik; 13) Kabupaten Lamongan; 14) Kabupaten Tuban; 15) Kabupaten Jombang; 16) Kabupaten Kediri; 17) Kabupaten Mojokerto; 18) Kabupaten Madiun; 19) Kabupaten Magetan; 20) Kabupaten Nganjuk; 21) Kabupaten Ngawi;
29 kabupaten
APBN, APBD Propinsi, investasi swasta, dan/atau kerjasama pendanaan
Bappeda, Dinas ESDM
Penetapan wilayah priorita