1
Arief Budiman dan UKSW Salatiga SOSOK Arief Budiman seba- gai seorang pendidik, agaknya kurang dikenal masyarakat. Tuli- san ini, bukan sekadar ingin me- lengkapi banyaknya tulisan lain tentang Arief. Ada alasan yang Ie- bih mendesak, mengapa tulisan tentang perannya sebagai dosen kini terasa maha penting.Dalam waktu dekat, peran yang di-em- ban-nya selama 15 tahun di te- ngah-tengah masyarakatJawa Te- ngah ini menjalani suatu ujian serius. Arief menjadi penduduk tetap Jateng sejak tahun 1981, sebagai tenaga pengajar dan peneliti di Universitas Kristen Satya Waeana (UKSW) Salatiga. Tempat ini su- dah menjadi pilihan utamanya, se- jak ia pulang dari perantauan sem- bilan tahun di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Di Amerika Serikat ia mendapat gelar kesarjanaan tertinggi, dari salah satu universi- tas paling terkemuka di dunia. I 'Anak ajaib' Jauh sebelum menjadi warga Salatiga dan UKSW, Arief Budi- man sudah menjadi anak muda Indonesia yang 'ajaib'. Seorang tokoh nasional, antara lain karena perannya ikut mendirikan Orde Baru (Orba). Banyak dari bekas rekan seperjuangannya di pinggir jalan dulu, yang kini menempati gedung-gedung paling terhormat di pusat pemerintahan negara. Baik di kalangan sipil maupun militer. Arief juga tenar sebagai pemikir ulung masalah-masalah kebudayaan, kesenian dan politik pada umumnya. Karya tulisannya tersebar di berbagai media mas- sa. Biar pun hanya seorang pela- jar SMA dari lingkungan yang ku- rang terpelajar, saya sudah men- gagumi tulisan-tulisan Arief ber- tahun-tahun sebelum bertemu de- ngannya. Kini bila berjumpa pen- gagum Arief Budiman di pelbagai daerah, sayaingatmasalampau saya sendiri. Kampung halarnan saya, hanya sekitar 300 kilometer dari Salati- gao Tapi Salatiga hanya pernah sa- ya dengar dari pelajaran ilmu bu- mi di sekolah dasar (SD). Nama UKSW tidak pernah saya dengar hingga lulus SMA dan meneari perguruan tinggi yang biayanya relatif murah biarpun kurang terkenal. Saya lulus tes masuk fa- kultas teknik sebuah universitas negeri bergengsi. Tetapi saya ti- dak mampu membayar uang sumbangan masuknya. Untung ada UKSW. Saya bisa berkuliah di UKSW dengan hanya membayar 15 persen dari uang sumbangan yang dituntut oleh universitas negeritadi. Itu lewat 20 tahun yang lalu. Ki- ni, UKSW menjadi salah satu uni- versitas paling tenar eli Indonesia, bahkan mungkin di kalangan il- muwan di seluruh dunia. J auh meninggalkan ketenaran univer- sitas negeri yang harnpir saya rna- suki. Yang kurang enak, kom- petisi masuk dan ongkos belajar juga mungkin di atas universitas negeri itu. Saya beruntung di- lahirkan dulu-dulu. Jika kini baru lulus SMA, mungkin saya tidak mampu menembus masuk UK- SW. Sayajuga beruntung karena ke- tika masuk UKSW, prestasi aka- demik universitas ini sedang menanjak tajam. Itu sebabnya, dari jauh seorang Arief Budiman memilihnya. Bukan tawaran- tawaran lain di Amerika maupun Jakarta yang jauh lebih meng- giurkan dari segi materi.,gengsi atau kekuasaan politik. Kai"ena pa- Oleh Ariel Heryanto da waktu itu, UKSW sendiri me- mang matang dari segi institu- sional dan intelektual, kehadiran Arief diterirna dengan dua tangan terbuka gembira. Dalarn tahun-tahun berikutnya, UKSW meneapai puncak zaman emasnya. Seeara internal UKSW sangat kokoh di bawah kepe- mimpinan Rektor Dr Sutarno. Warga kampus sangat giat beril- mu secara rukun. Seeara ekster- nal, nama UKSW mendadak menghiasi halarnan terdepan ko- ran-koran terbesar di Indonesia karena memuat wawaneara Arief Budiman sebagai staf dosennya. Berbondong-bondong tokoh- tokoh penting nasional dan man- canegara bertandang ke Kampus UKSW, untuk menemui Arief Budiman. Kemana pun saya pergi di Indonesia atau di luarnya saya jumpai orang yang mengaitkan nama UKSW pertama-tama de- ngan Arief Budiman. Bukan Sa- latiga, rektomya, atau yang lain. Sebagai dosen & kolega Seorang dosen muda UKSW, pernah takjub menyaksikan ke- pribadian Arief. Ia lulusan Fakul- tas Ekonomi UKSW. Tetapi ke- mudian keluar negeri melanjut- kan studi atas prakarsa sendiri. Ketika kembali ke UKSW dan menjadi stat dosen, banyak sudah yang tak dikenalnya. Semua si- buk dengan kerja sendiri-seneliri. Ia agak kesepian. Waktu itu Arief sedang bertugas ke luar negeri. Sewaktu kembali, Arief meng- habiskan waktu hampir seharian mengantar dosen muda ini berke- liling karnpus. Berbagai pihak di kampus ini didatangi, dan dike- nalkan dengan dosen muda ini. Bukan euma puluhan dosen dan pegawai. "Dari staf rektorat sarn- pai tukang parkir!" kenang si dosen muda. Hebatnya, Arief me- lakukan semua jasa itu sama seka- Ii tanpa sadar, apalagi pamrih. Ke- tikasayakatakankepadanyabeta- pa berterima kasihnya si dosen itu kepadanya, Arief sempat bi- ngung. Ia sarna sekali tidak ingat. Ia tak berminat mengingat-ingat kebaikan yang diperbuatnya. Saya harnpir tidak pereaya, tika mendengar tokoh yang saya kagumi darijauh akan bekerja se- bagai kolega di Kampus UKSW. Ketika berita itu menjadi kenyata- an, saya masih sulit mempereayai ada orang seperti Arief yang se- lalu lebih sibuk memikirkan ba- gaimana memberikan kebajikan kepada orang lain. Bukan meneri- rna, apalagi meminta. Juga terha- dap merekayang pernah menyak- itinya. Beberapa dari yang seka- rang memusuhi Arief, adalah orang-orang yang pemah menik- mati jasa polosnya. Sarnpai hari ini sulit saya menjumpai orang di UKSW yang memberikan pengabdian sebesar dan sepolos Arief Budiman. Salah satu sum- bangan Arief bagi UKSW dan J a- teng yang arnat bersejarah adalah Program Pascasarjana: UKSW adalah perguruan ting- gi swasta pertama di Indonesia yang mempunyai Program Pas- easarjana (PPs). Hingga hari ini, UKSW masih menjadi satu-satu- nya penyelenggara PPs di bidang Studi Pembangunan. Mengapa Studi Pembangunan di saat ber- bagai pihak berlomba-ria mem- peragakan ilmu dalarn paket Studi Manajemen? Sekali lagi, ini ha- nyalah sebagian kedl dari gam- baran pengabdian dan komitmen UKSW /PPs-nya kepada keputus- an besar bangsa-negara Indone- sia dalam program pembangun- an. Apa hasil yang disumbangkan PPs-SP bagi pembangunan nasio- nal? Biarlah orang luar yang meni- lai. Yang jelas, selarna ini PPs UK- SW menenma sambutan dan du- kungan yang membesarkan hati dan dalarn dan luar negeri. Setiap tahun puluhan pejabat pemerin- tah, dosen swasta, pengusaha, pe- mimpin agarna mengikuti tes-ma- suk menjadi mahasiswanya. Pu- luhan yang lain telah diwisuda. Hampir setiap tahun ada warga negara asing dari Asia dan Pasifik ikut berkuliah di sini. Sejak PPs mulai diselengga- rakan delapan tahun lalu hingga hari ini, tidak ada orang yang le- bih banyak menguras tenaga se- perti Arief Budiman. Selaku Se- kretaris Program, ia orang perta- ma dan utama yang membanting tulang menyiapkan pembukaan PPs ini. Di sepanjang usia PPs-SP sampai hari ini, tidak ada orang lain yang berjam-kantor di PPs-SP sebanyak Arief. Tidak ada dosen PPs yang mengasuh mata kuliah dan membimbing penulisan skripsi mahasiswa sebanyakArief Budiman. Semua ini tetap diker- jakan, sesudah Arief tidak lagi me- nerima gaji dan tunjangan apa pun sejak di PHK (pemutusan hu- bungan kerja) secara sewenang- we nang November 1994 yang lalu! Semua pengorbanan ini diker- jakan Arief semata-mata karena ti- dak tega menelantarkan para ma- hasiswa. Biar pun untuk itu, ia berkali-kali menolak atau menun- da berbagai tawaran kerja yang bergengsi. Persoalannya sarnpai berapa lama hal yang tidak wajar ini bisa berlanjut ? Persoalannya, mungkinkah PPs-SP masih akan berlanjut jika Arief pada akhimya harns meninggalkannya? Seeara pribadi, Arief Budiman tidak berminat mengajukan gu- gatan atas kasus PHK yang elitim- pakan kepadanya seeara sewe- nang-wenang. Waktu dan kebaha- giaannya lebih tersalur dalam kegiatan ilmu yang ditekuninya. Tetapi ia didesak-desak oleh Kelompok Pro Demokrasi (KPD) yang mewaluli ribuan warga Kam- pus UKSW untuk mengajukan gugatan itu. lni upaya KPD mem- pertahankan UKSW dari aneam- an kekuatan yang dianggapnya Telah terbukti, para pejabatnegam yang de, wasa ini tidak guSar ter- Arid. t'ena.mereka· sadar akan lnitikArief disam- pa,itmn dengan· penuh kasih sa,yang. Bukan untuk tnem.sak apaJagi· tnengacau.KaJauArief itn. s¢kadar pengobral kritilG. siapa yang akan . mempe(}ulikannya ? Seandainya ·ia. tnengart- cam. .. apa susallnya tab untukmenghabisi kri1ik.Arjef ?vang justru.sebaliknya. Secara berkala, Arief justI"u mendapat jtmgan dan undattgan dati para pejabiU: tinggi. nillitef tnaUptiil sipij.. tak bertanggung jawab. Tukang kritik penguasa? Arief sering digambarkan seba- gai pengritik yang galak. Apalagi bila ada penguasa yang sewe- l1ang-wenang. Walau tidak se- penuhnya salah, gambaran umum itu bisa menyesatkan. Di antara mereka yang bergauJ de- ngannya, Arief dikenal seorang humanis yang amat lembut. Kadang l11alah terlalu lembut, sarnpai menjengkelkan teman-te- l11rumya. Pada dasamya, Arief adalah se- orang pendidik yang ideal. Kare- na tidak berjiwa pedagang, ia ti- dak suka mengobral kata manis, atau pujian menarik kepada siapa pun untuk dijilat atau dimanipu- lasinya. Sebagai pendidik, ia me- mahami kritik sebagai. bagian penting bagi proses pendidikan: Bukan hanya kritik terhadap pi- hak lain, tetapi juga terhadap diri sendiri. Karena itu, kritiknya di- dorong oleh semangat meneintai sesarna manusia dan memelihara kesehatan hidup bermasyarakat. Di media massa, Arief sering digarnbarkan berlebihan sebagai pengritik pemerintah. Cerita se- perti ini, masih ditambah lagi de- ngan gosip seram tentang kegu- saran beberapa pihak dalam pe- merintahan terhadap kritik Arief. Sal11pai-sampai ada pihak yang takut berdekatan dengan Arief, karena khawatir ikut dimusuhi pemerintah. Semua ini jelas tidak adil baik bagi Arief sendiri, bagi pi- hak pemerintah maupun kha- layakumum. Telah terbukti, para pejabat ne- . gru-a yang dewasa ini tidak gusar terhadap kritik Arief. Karena me- reka sadar akan kritik Arief di- sampaikan dengan penuh kasih sayang. Bukan untuk merusak apalagi mengaeau. Kalau Arief itu sekadar pengobral kritik, siapa yang akan mempedulikannya ? Seandail1ya ia l11enganeam pa- merintah, apa susahnya bagi pe- menntah untuk menghabisi kritik Arief? Yang terjadi, justru seba- liknya. Seeara berkala, Arief jus- tru l11endapat kunjungan dan un- dangan dari para pejabat tinggi militer maupun sipil. Mereka se- ring makan bersama dan bertukar pikiran. Baik bersifat di- nas maupun pribadi. Bagi beberapa pejabat peme- rintah, ia mungkin dianggap ter- lalu dekat para pembangkang po- litik. Di kalangan aktivis, Arief di- tuduh terlalu dekat dengan peme- rintah dan militer. Tapi sebagai seorang pendidik, Arief menga- sihi semuanya. Kawan dan lawan dianggap sebagai saudara seneliri. Anehkah jika banyak pihak pula yang balik menyayanginya ? (03) * Dr Ariel Haryanto, Dosen Pascasarjana UKSW Salatiga. ! I I L{) O"l O"l T""" Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Arief Budiman dan UKSW Salatiga - … · Arief Budiman dan UKSW Salatiga SOSOK Arief Budiman seba gai seorang pendidik, agaknya kurang dikenal masyarakat. Tuli san ini, bukan sekadar

  • Upload
    vonhi

  • View
    239

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Arief Budiman dan UKSW Salatiga - … · Arief Budiman dan UKSW Salatiga SOSOK Arief Budiman seba gai seorang pendidik, agaknya kurang dikenal masyarakat. Tuli san ini, bukan sekadar

Arief Budiman dan UKSW Salatiga SOSOK Arief Budiman seba­

gai seorang pendidik, agaknya kurang dikenal masyarakat. Tuli­san ini, bukan sekadar ingin me­lengkapi banyaknya tulisan lain tentang Arief. Ada alasan yang Ie­bih mendesak, mengapa tulisan tentang perannya sebagai dosen kini terasa maha penting.Dalam waktu dekat, peran yang di-em­ban-nya selama 15 tahun di te­ngah-tengah masyarakatJ awa Te­ngah ini menjalani suatu ujian serius.

Arief menjadi penduduk tetap Jateng sejak tahun 1981, sebagai tenaga pengajar dan peneliti di Universitas Kristen Satya Waeana (UKSW) Salatiga. Tempat ini su­dah menjadi pilihan utamanya, se­jak ia pulang dari perantauan sem­bilan tahun di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Di Amerika Serikat ia mendapat gelar kesarjanaan tertinggi, dari salah satu universi­tas paling terkemuka di dunia.

I 'Anak ajaib' Jauh sebelum menjadi warga

Salatiga dan UKSW, Arief Budi­man sudah menjadi anak muda Indonesia yang 'ajaib'. Seorang tokoh nasional, antara lain karena perannya ikut mendirikan Orde Baru (Orba). Banyak dari bekas rekan seperjuangannya di pinggir jalan dulu, yang kini menempati gedung-gedung paling terhormat di pusat pemerintahan negara. Baik di kalangan sipil maupun militer. Arief juga tenar sebagai pemikir ulung masalah-masalah kebudayaan, kesenian dan politik pada umumnya. Karya tulisannya tersebar di berbagai media mas­sa. Biar pun hanya seorang pela­jar SMA dari lingkungan yang ku­rang terpelajar, saya sudah men­gagumi tulisan-tulisan Arief ber­tahun-tahun sebelum bertemu de­ngannya. Kini bila berjumpa pen­gagum Arief Budiman di pelbagai daerah, sayaingatmasalampau saya sendiri.

Kampung halarnan saya, hanya sekitar 300 kilometer dari Salati­gao Tapi Salatiga hanya pernah sa­ya dengar dari pelajaran ilmu bu­mi di sekolah dasar (SD). Nama UKSW tidak pernah saya dengar

hingga lulus SMA dan meneari perguruan tinggi yang biayanya relatif murah biarpun kurang terkenal. Saya lulus tes masuk fa­kultas teknik sebuah universitas negeri bergengsi. Tetapi saya ti­dak mampu membayar uang sumbangan masuknya. Untung ada UKSW. Saya bisa berkuliah di UKSW dengan hanya membayar 15 persen dari uang sumbangan yang dituntut oleh universitas negeritadi.

Itu lewat 20 tahun yang lalu. Ki­ni, UKSW menjadi salah satu uni-

versitas paling tenar eli Indonesia, bahkan mungkin di kalangan il­muwan di seluruh dunia. J auh meninggalkan ketenaran univer­sitas negeri yang harnpir saya rna­suki. Yang kurang enak, kom­petisi masuk dan ongkos belajar juga mungkin di atas universitas negeri itu. Saya beruntung di­lahirkan dulu-dulu. Jika kini baru lulus SMA, mungkin saya tidak mampu menembus masuk UK­SW.

Sayajuga beruntung karena ke­tika masuk UKSW, prestasi aka­demik universitas ini sedang menanjak tajam. Itu sebabnya, dari jauh seorang Arief Budiman memilihnya. Bukan tawaran­tawaran lain di Amerika maupun Jakarta yang jauh lebih meng­giurkan dari segi materi.,gengsi atau kekuasaan politik. Kai"ena pa-

Oleh Ariel Heryanto

da waktu itu, UKSW sendiri me­mang matang dari segi institu­sional dan intelektual, kehadiran Arief diterirna dengan dua tangan terbuka gembira.

Dalarn tahun-tahun berikutnya, UKSW meneapai puncak zaman emasnya. Seeara internal UKSW sangat kokoh di bawah kepe­mimpinan Rektor Dr Sutarno. Warga kampus sangat giat beril­mu secara rukun. Seeara ekster-

nal, nama UKSW mendadak menghiasi halarnan terdepan ko­ran-koran terbesar di Indonesia karena memuat wawaneara Arief Budiman sebagai staf dosennya. Berbondong-bondong tokoh­tokoh penting nasional dan man­canegara bertandang ke Kampus UKSW, untuk menemui Arief Budiman. Kemana pun saya pergi di Indonesia atau di luarnya saya jumpai orang yang mengaitkan nama UKSW pertama-tama de­ngan Arief Budiman. Bukan Sa­latiga, rektomya, atau yang lain.

Sebagai dosen & kolega Seorang dosen muda UKSW,

pernah takjub menyaksikan ke­pribadian Arief. Ia lulusan Fakul­tas Ekonomi UKSW. Tetapi ke­mudian keluar negeri melanjut­kan studi atas prakarsa sendiri. Ketika kembali ke UKSW dan

menjadi stat dosen, banyak sudah yang tak dikenalnya. Semua si­buk dengan kerja sendiri-seneliri. Ia agak kesepian. Waktu itu Arief sedang bertugas ke luar negeri.

Sewaktu kembali, Arief meng­habiskan waktu hampir seharian mengantar dosen muda ini berke­liling karnpus. Berbagai pihak di kampus ini didatangi, dan dike­nalkan dengan dosen muda ini. Bukan euma puluhan dosen dan pegawai. "Dari staf rektorat sarn­pai tukang parkir!" kenang si dosen muda. Hebatnya, Arief me­lakukan semua jasa itu sama seka­Ii tanpa sadar, apalagi pamrih. Ke­tikasayakatakankepadanyabeta­pa berterima kasihnya si dosen itu kepadanya, Arief sempat bi­ngung. Ia sarna sekali tidak ingat. Ia tak berminat mengingat-ingat kebaikan yang diperbuatnya.

Saya harnpir tidak pereaya, kc~ tika mendengar tokoh yang saya kagumi darijauh akan bekerja se­bagai kolega di Kampus UKSW. Ketika berita itu menjadi kenyata­an, saya masih sulit mempereayai ada orang seperti Arief yang se­lalu lebih sibuk memikirkan ba­gaimana memberikan kebajikan kepada orang lain. Bukan meneri­rna, apalagi meminta. Juga terha­dap merekayang pernah menyak­itinya. Beberapa dari yang seka­rang memusuhi Arief, adalah orang-orang yang pemah menik­mati jasa polosnya. Sarnpai hari ini sulit saya menjumpai orang di UKSW yang memberikan pengabdian sebesar dan sepolos Arief Budiman. Salah satu sum­bangan Arief bagi UKSW dan J a­teng yang arnat bersejarah adalah Program Pascasarjana:

UKSW adalah perguruan ting­gi swasta pertama di Indonesia yang mempunyai Program Pas­easarjana (PPs). Hingga hari ini, UKSW masih menjadi satu-satu­nya penyelenggara PPs di bidang Studi Pembangunan. Mengapa Studi Pembangunan di saat ber­bagai pihak berlomba-ria mem­peragakan ilmu dalarn paket Studi

Manajemen? Sekali lagi, ini ha­nyalah sebagian kedl dari gam­baran pengabdian dan komitmen UKSW /PPs-nya kepada keputus­an besar bangsa-negara Indone­sia dalam program pembangun­an.

Apa hasil yang disumbangkan PPs-SP bagi pembangunan nasio­nal? Biarlah orang luar yang meni­lai. Yang jelas, selarna ini PPs UK­SW menenma sambutan dan du­kungan yang membesarkan hati dan dalarn dan luar negeri. Setiap tahun puluhan pejabat pemerin­tah, dosen swasta, pengusaha, pe­mimpin agarna mengikuti tes-ma­suk menjadi mahasiswanya. Pu­luhan yang lain telah diwisuda. Hampir setiap tahun ada warga negara asing dari Asia dan Pasifik ikut berkuliah di sini.

Sejak PPs mulai diselengga­rakan delapan tahun lalu hingga hari ini, tidak ada orang yang le­bih banyak menguras tenaga se­perti Arief Budiman. Selaku Se­kretaris Program, ia orang perta­ma dan utama yang membanting tulang menyiapkan pembukaan PPs ini. Di sepanjang usia PPs-SP sampai hari ini, tidak ada orang lain yang berjam-kantor di PPs-SP sebanyak Arief. Tidak ada dosen PPs yang mengasuh mata kuliah dan membimbing penulisan skripsi mahasiswa sebanyakArief Budiman. Semua ini tetap diker­jakan, sesudah Arief tidak lagi me­nerima gaji dan tunjangan apa pun sejak di PHK (pemutusan hu­bungan kerja) secara sewenang­we nang November 1994 yang lalu!

Semua pengorbanan ini diker­jakan Arief semata-mata karena ti­dak tega menelantarkan para ma­hasiswa. Biar pun untuk itu, ia berkali-kali menolak atau menun­da berbagai tawaran kerja yang bergengsi. Persoalannya sarnpai berapa lama hal yang tidak wajar ini bisa berlanjut ? Persoalannya, mungkinkah PPs-SP masih akan berlanjut jika Arief pada akhimya harns meninggalkannya?

Seeara pribadi, Arief Budiman tidak berminat mengajukan gu­gatan atas kasus PHK yang elitim-

pakan kepadanya seeara sewe­nang-wenang. Waktu dan kebaha­giaannya lebih tersalur dalam kegiatan ilmu yang ditekuninya. Tetapi ia didesak-desak oleh Kelompok Pro Demokrasi (KPD) yang mewaluli ribuan warga Kam­pus UKSW untuk mengajukan gugatan itu. lni upaya KPD mem­pertahankan UKSW dari aneam­an kekuatan yang dianggapnya

Telah terbukti, para pejabatnegam yang de, wasa ini tidak guSar ter­ha(}ap~tik Arid. Ka~ t'ena.mereka· sadar akan lnitikArief disam­pa,itmn dengan· penuh kasih sa,yang. Bukan untuk tnem.sak apaJagi· tnengacau.KaJauArief itn. s¢kadar pengobral kritilG. siapa yang akan

. mempe(}ulikannya ? Seandainya ·ia. tnengart­cam. patnerintah~ .. apa susallnya bagipemetin~ tab untukmenghabisi kri1ik.Arjef ?vang terja.~ di~ justru.sebaliknya. Secara berkala, Arief justI"u mendapat kun~ jtmgan dan undattgan dati para pejabiU: tinggi. nillitef tnaUptiil sipij..

tak bertanggung jawab. Tukang kritik penguasa?

Arief sering digambarkan seba­gai pengritik yang galak. Apalagi bila ada penguasa yang sewe­l1ang-wenang. Walau tidak se­penuhnya salah, gambaran umum itu bisa menyesatkan. Di antara mereka yang bergauJ de­ngannya, Arief dikenal seorang humanis yang amat lembut. Kadang l11alah terlalu lembut, sarnpai menjengkelkan teman-te­l11rumya.

Pada dasamya, Arief adalah se-

orang pendidik yang ideal. Kare­na tidak berjiwa pedagang, ia ti­dak suka mengobral kata manis, atau pujian menarik kepada siapa pun untuk dijilat atau dimanipu­lasinya. Sebagai pendidik, ia me­mahami kritik sebagai. bagian penting bagi proses pendidikan: Bukan hanya kritik terhadap pi­hak lain, tetapi juga terhadap diri sendiri. Karena itu, kritiknya di­dorong oleh semangat meneintai sesarna manusia dan memelihara kesehatan hidup bermasyarakat.

Di media massa, Arief sering digarnbarkan berlebihan sebagai pengritik pemerintah. Cerita se­perti ini, masih ditambah lagi de­ngan gosip seram tentang kegu­saran beberapa pihak dalam pe­merintahan terhadap kritik Arief. Sal11pai-sampai ada pihak yang takut berdekatan dengan Arief, karena khawatir ikut dimusuhi pemerintah. Semua ini jelas tidak adil baik bagi Arief sendiri, bagi pi­hak pemerintah maupun kha­layakumum.

Telah terbukti, para pejabat ne-. gru-a yang dewasa ini tidak gusar terhadap kritik Arief. Karena me­reka sadar akan kritik Arief di­sampaikan dengan penuh kasih sayang. Bukan untuk merusak apalagi mengaeau. Kalau Arief itu sekadar pengobral kritik, siapa yang akan mempedulikannya ? Seandail1ya ia l11enganeam pa­merintah, apa susahnya bagi pe­menntah untuk menghabisi kritik Arief? Yang terjadi, justru seba­liknya. Seeara berkala, Arief jus­tru l11endapat kunjungan dan un­dangan dari para pejabat tinggi militer maupun sipil. Mereka se­ring makan bersama dan bertukar pikiran. Baik bersifat di­nas maupun pribadi.

Bagi beberapa pejabat peme­rintah, ia mungkin dianggap ter­lalu dekat para pembangkang po­litik. Di kalangan aktivis, Arief di­tuduh terlalu dekat dengan peme­rintah dan militer. Tapi sebagai seorang pendidik, Arief menga­sihi semuanya. Kawan dan lawan dianggap sebagai saudara seneliri. Anehkah jika banyak pihak pula yang balik menyayanginya ? (03)

* Dr Ariel Haryanto, Dosen Pascasarjana UKSW Salatiga.

! I I

L{) O"l O"l T"""

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>