8
1 SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010 Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan ARSITEKTUR INDONESIA DALAM ERA DIGITAL Soeranto Darsopuspito [email protected] Program studi Arsitektur FTSP ITN Malang ABSTRAK Tulisan ini diawali dengan adanya pemahaman yang telah terbangun didalam kehidupan para penelusur, penghadir dan pemerhati arsitektur bahwa sebetulnya “berbagai macam paradigma, teori dan metodologi dapat dilakukan arsitek didalam menghadirkan arsitektur” Dengan pemahaman yang sangat sederhana tersebut dapat dibayangkan seberapa besar kekayaan ragam arsitektur yang mestinya muncul dalam dunia kearsitekturan. Namun petaka terjadi justru karena dampak perkembangan dunia yang semakin maju, pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau yang dikenal dengan perkembangan informasi global era digital telah meporak-porandakan paradigma, teori dan metodologi yang telah terbangun. Winand Klassen didalam memahami arsitektur, dan Antoniades dengan teori disainnya semuanya telah dikalahkan oleh perintah aplikasi seperti copy paste, mirror atau yang lain yang ada didalam perangkat lunak (software) dalam TIK. Di Indonesia, perkembangan TIK maupun sistem informasi global telah mulai dapat dilihat sejak pertengahan 1980an meskipun sifat perkembangannya masih evolutif, namun menginjak awal 2000an pemanfaatan perkembangan TIK tersebut semakin jelas dapat dirasakan. TIK telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pola kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga secara otomatis Indonesia merupakan bagian dari system informasi global itu sendiri. Dalam informasi global inilah ancaman terhadap pergeseran budaya bangsa akan terjadi, dimana budaya bangsa sebagai orang timur semakin lama semakin menipis terkikis oleh budaya global dunia barat. Jatidiri arsitektur Indonesia yang telah terajut sekian lama dari keberagaman arsitektur Nusantara memiliki filosofis dan landasan konseptual yang sangat berbeda dibanding dengan dasar pemikiran penghadiran arsitektur barat yang rasional, fungsional, efisien dan ekonomis. Konsekuensi logis dari perkembangan TIK dan pergeseran budaya tersebut akan berdampak pada warna arsitektur Indonesia nantinya, yaitu perkembangan arsitektur di Indonesia yang kehilangan jatidirinya, atau berkembangnya ragam arsitektur Indonesia baru yang merupakan akulturasi perkembangan arsitektur mancanegara dengan jatidiri arsitektur Indonesia. Kata kunci: arsitektur Indonesia, global, jati diri, metode. A. PENDAHULUAN. Dengan penuh kesadaran penulis mengetahui bahwa berbicara tentang arsitektur Indonesia adalah kuno alias kedalu warso, karena sudah lebih dari tiga dasa warsa para pakar arsitektur di Indonesia telah membahas secara mendalam tentang hal tersebut, apalagi bahwa tulisan ini disampaikan dalam sebuah seminar yang bertema Teknologi Ramah Lingkunggan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Namun seperti yang dikatakan Eko Budihardjo bahwa polemik debat dan adu argumen tentang arsitektur Indonesia tampaknya akan selalu berulang dan muncul kembali dari waktu ke waktu. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu konsep pembangunan yang menekankan aspek lingkungan dalam pertimbangannya 1) , disini sangat jelas bahwa pembangun/arsitek mempunyai tugas dan tanggungjawab yang sangat besar didalam memelihara fungsi ekosistem agar keberlanjutan sumberdaya alam tetap terjaga. Keahlian dan kepekaan terhadap lingkungannya seperti yang diungkapkan John Simonds, serta kesadaran dan dedikasi terhadap tugasnya akan sangat menentukan apakah ruang- ruang dan lingkungan hidup kita akan menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan atau bahkan sebaliknya. Tulisan ini diawali dengan adanya pemahaman yang telah terbangun didalam kehidupan para arsitek bahwa sebetulnya “berbagai macam paradigma, teori dan 1 Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Seminar Nasional FTSP ITN Malang

Arsitektur Indonesia Dalam Era Digital

Embed Size (px)

DESCRIPTION

disajikan pada : SEMINAR NASIONAL Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan FTSP - ITN MALANG,15 JULI 2010

Citation preview

Page 1: Arsitektur Indonesia Dalam Era Digital

1

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010 Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

ARSITEKTUR INDONESIA DALAM ERA DIGITAL

Soeranto Darsopuspito [email protected]

Program studi Arsitektur FTSP ITN Malang

ABSTRAK

Tulisan ini diawali dengan adanya pemahaman yang telah terbangun didalam kehidupan para penelusur, penghadir dan pemerhati arsitektur bahwa sebetulnya “berbagai macam paradigma,

teori dan metodologi dapat dilakukan arsitek didalam menghadirkan arsitektur” Dengan pemahaman yang sangat sederhana tersebut dapat dibayangkan seberapa besar kekayaan ragam

arsitektur yang mestinya muncul dalam dunia kearsitekturan. Namun petaka terjadi justru karena dampak perkembangan dunia yang semakin maju, pesatnya perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi (TIK) atau yang dikenal dengan perkembangan informasi global era digital telah meporak-porandakan paradigma, teori dan metodologi yang telah terbangun.

Winand Klassen didalam memahami arsitektur, dan Antoniades dengan teori disainnya

semuanya telah dikalahkan oleh perintah aplikasi seperti copy paste, mirror atau yang lain yang ada didalam perangkat lunak (software) dalam TIK.

Di Indonesia, perkembangan TIK maupun sistem informasi global telah mulai dapat dilihat

sejak pertengahan 1980an meskipun sifat perkembangannya masih evolutif, namun menginjak awal 2000an pemanfaatan perkembangan TIK tersebut semakin jelas dapat dirasakan. TIK telah

menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pola kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga secara otomatis Indonesia merupakan bagian dari system informasi global itu sendiri. Dalam informasi

global inilah ancaman terhadap pergeseran budaya bangsa akan terjadi, dimana budaya bangsa sebagai orang timur semakin lama semakin menipis terkikis oleh budaya global dunia barat.

Jatidiri arsitektur Indonesia yang telah terajut sekian lama dari keberagaman arsitektur

Nusantara memiliki filosofis dan landasan konseptual yang sangat berbeda dibanding dengan dasar pemikiran penghadiran arsitektur barat yang rasional, fungsional, efisien dan ekonomis. Konsekuensi logis dari perkembangan TIK dan pergeseran budaya tersebut akan berdampak pada warna arsitektur Indonesia nantinya, yaitu perkembangan arsitektur di Indonesia yang kehilangan

jatidirinya, atau berkembangnya ragam arsitektur Indonesia baru yang merupakan akulturasi

perkembangan arsitektur mancanegara dengan jatidiri arsitektur Indonesia.

Kata kunci: arsitektur Indonesia, global, jati diri, metode.

A. PENDAHULUAN.

Dengan penuh kesadaran penulis mengetahui bahwa berbicara tentang arsitektur

Indonesia adalah kuno alias kedalu warso, karena sudah lebih dari tiga dasa warsa para pakar arsitektur di Indonesia telah membahas secara mendalam tentang hal tersebut, apalagi bahwa tulisan ini disampaikan dalam sebuah seminar yang bertema Teknologi

Ramah Lingkunggan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Namun seperti yang dikatakan Eko Budihardjo bahwa polemik debat dan adu argumen tentang arsitektur Indonesia tampaknya akan selalu berulang dan muncul kembali dari waktu ke waktu.

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu konsep pembangunan yang menekankan aspek lingkungan dalam pertimbangannya1), disini sangat jelas bahwa pembangun/arsitek mempunyai tugas dan tanggungjawab yang sangat besar didalam

memelihara fungsi ekosistem agar keberlanjutan sumberdaya alam tetap terjaga. Keahlian dan kepekaan terhadap lingkungannya seperti yang diungkapkan John Simonds,

serta kesadaran dan dedikasi terhadap tugasnya akan sangat menentukan apakah ruang-ruang dan lingkungan hidup kita akan menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan atau bahkan sebaliknya.

Tulisan ini diawali dengan adanya pemahaman yang telah terbangun didalam kehidupan para arsitek bahwa sebetulnya “berbagai macam paradigma, teori dan

1 Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Seminar Nasional FTSP ITN Malang

Page 2: Arsitektur Indonesia Dalam Era Digital

2

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010 Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

metodologi dapat dilakukan arsitek didalam menghadirkan arsitektur”, tentunya termasuk arsitektur yang menekankan aspek lingkungan dalam pertimbangannya. Dengan pemahaman yang sangat sederhana tersebut sebetulnya akan dapat dibayangkan seberapa besar kekayaan ragam arsitektur yang mestinya muncul dalam dunia arsitektur di Indonesia. Namun petaka terjadi justru karena dampak perkembangan dunia yang semakin maju, pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau yang dikenal dengan perkembangan informasi global era digital telah memporak-porandakan paradigma, teori dan metodologi yang telah terbangun.

Kondisi saat ini, teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pola kehidupan masyarakat di Indonesia. Di dunia pendidikan misalnya, pemanfaatan TIK dalam Pendidikan merupakan salah satu program pengembangan didalam Kebijakan Nasional Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya saing; dan contoh lain yang memanas saat ini adalah kegelisahan banyak orang tua akhir-akhir ini terhadap beredarnya video pono mirip artis yang telah menjadi konsumsi anak-anak. Kondisi tersebut merupakan bukti nyata bahwa perkembangan TIK, semakin jelas dapat

dirasakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia tanpa memandang latar belakang, status sosial dan bahkan usia.

Sehingga secara otomatis masyarakat Indonesia merupakan bagian dari sistem informasi global itu sendiri. Didalam dunia arsitektur, memang harus diakui bahwa dengan semakin berkembangnya TIK maka kita mimiliki jendela informasi yang dapat memberikan cakrawala yang lebih luas, akan tetapi perlu diakui pula bahwa pada dasarnya perkembangan system komunikasi dan informasi digital akan membawa masyarakat untuk berfikir secara rasional, praktis dan ekonomis, sehingga pola berpikir seperti inilah yang mendororong timbulnya bentuk-bentuk arsitektur yang rasional dan efisien dalam pelaksaanaan pembangunan.

Konsekuensi logis dari perkembangan TIK dan pergeseran budaya tersebut akan berdampak yang pertama pada perkembangan arsitektur di Indonesia yang kehilangan jatidirinya, atau yang kedua berkembangnya ragam arsitektur Indonesia baru yang merupakan akulturasi perkembangan arsitektur mancanegara dengan jatidiri arsitektur

Indonesia.

B. ARSITEKTUR INDONESIA. Jatidiri arsitektur Indonesia yang telah terajut sekian lama dari keberagaman

arsitektur Nusantara yang memiliki filosofis dan landasan konseptual2) yang sangat berbeda dibanding dengan dasar pemikiran penghadiran arsitektur barat yang rasional, fungsional, efisien dan ekonomis.

Sebutan Indonesia pertama kali muncul didalam artikel The Ethnology of the Indian Archipelago yang ditulis James Richardson Logan [1850], yang kemudian dipopulerkan oleh Adolf Bastian [1884] dalam Buku: “Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel”. Sebutan Indonesia ini selanjutnya mulai digunakan sebagai nama biro Pers yang didirikan Suwardi Suryaningrat [1913]; Mohamad Hatta menggunakan untuk nama

organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di negeri Belanda; dan dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemuda-pemudi 28 Oktober 1928 didalam Sumpah Pemuda.

Sebutan Nusantara sebagai cikalbakal Negara Kesatuan Republik Indonesia3) telah hadir pada prasasti suci amukti palapa Gajahmada (1336) yang bersumpah mempersatukan Nusantara, sedangkan penjelasan wilayah Nusantara terdapat didalam

2 Josef Prijotomo, Pasang Surut Arsitektur Indonesia: Sebuah bangunan yang penuh dengan makna dan perlambang serta sekaligus bagian yang menyatu

dengan hidup dan kehidupan, bangunan juga menjadi pernyataan bagi pemisahan sekaligus penyatuan diri dengan alam lingkungannya.

3 KRT Dr. B. Pradiptonagoro, “Sumpah Palapa cikal bakal Gagasan NKRI”, Seminar Naskah Kuno Nusantara dengan Tema Naskah Kuno sebagai perekat NKRI, Perpustakaan Nasional RI, Jakarta 2004.

Page 3: Arsitektur Indonesia Dalam Era Digital

3

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010 Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Pupuh XIII,XIV dan XV Kitab Negarakretagama (rincian wilayah Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit dapat dilihat didalam Slamet Mulyana, 1979 : 279 – 280). Meskipun dengan pemahaman yang berbeda sebutan Nusantara dipopulerkan Douwes Dekker (1920) untuk memberi sebutan tanah air yang tidak menggunakan kata ‘Hindia’ (Nederlandsch Indie).

Dari penelusuran sebutan tersebut, arsitektur Nusantara mempunyai cikal bakal yang tidak lepas dari arsitektur yang telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu arsitektur tradisional atau arsitektur asli daerah-daerah di Indonesia yang timbul dan berkembang dan merupakan karakteristik suku-suku bangsa di Indonesia. Dan arsitektur asli daerah yang berkembang di bumi Pertiwi ini, dari waktu ke waktu serta dari daerah satu ke daerah lain merupakan mata rantai yang tak terpisahkan yang merupakan kekayaan arsitektur yang mampu menjadi sumber kearsitekturan arsitektur di Indonesia.

Dalam arsitektur tradisional yang merupakan arsitektur asli daerah di Indonesia, Josef Prijotomo mangatakan bahwa rumah bukanlah sekedar sosok bangunan tapi benar-benar sebuah bangunan yang penuh dengan makna dan perlambang serta sekaligus bagian

yang menyatu dengan hidup dan kehidupan; rumah/bangunan menjadi pernyataan bagi pemisahan dan sekaligus penyatuan diri dengan alam lingkungannya.

Sedangkan didalam perwujudannya, ada pendapat yang menengarai adanya beberapa kemiripan antara satu dengan yang lain yang dapat dijadikan identitas bagi arsitektur Nusantara , yaitu : a. Arsitektur Nusantara sangat dipengaruhi oleh adanya kepercayaan (mithologi), hal ini

dapat dilihat dalam gubahan ruang dan tatanannya sereta bentukan-bentukan arsitekturnya.

b. Bentuk-bentuk pada arsitektur Nusantara bersumber pada alam dan sangat beradaptasi terhadap iklim dan lingkungannya.

c. Arsitektur Nusantara mempunyai kekayaan dalam bentuk, dan secara prinsip kekayaan bentuk tersebut memiliki kekhasan sendiri-sendiri.

d. Demikian pula halnya dengan ornamen dan dekorasi yang dapat didayagunakan dalam menghadirkan arsitektur yang Indonesiawi.

C. INDONESIA DALAM ERA DIGITAL.

Seperti telah disinggung dibagian depan bahwa semakin meningkatnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia, maka suatu hal yang tidak dapat dihindarkan yang akan terjadi di Indonesia adalah terjadinya perubahan dalam sistem informasi dan sistem komunikasi di Indonesia, dimana Indonesia akan merupakan bagian dari sistem informasi digital dan sekaligus menjadi bagian dari sistem informasi global. Dan telah disinggung pula bahwa dalam informasi global inilah terjadi pergeseran budaya Bangsa, dimana budaya bangsa sebagai orang timur semakin lama semakin menipis terkikis oleh budaya global mancanegara.

Dan perubahan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia, karena pada dasarnya pola berpikir dalam teknologi informasi dan komunikasi untuk berfikir secara rasional, praktis dan ekonomis, akan dapat mempengaruhi pola berpikir para arsitek untuk menghadirkan bentuk-bentuk arsitektur yang rasional, paktis, ekonomis dan efisien dalam pelaksaanaan pembangunan.

Dengan adanya kemungkinan perkembangan arsitektur di Indonesia seperti diatas, maka konsekuensi terhadap arsitektur derah di Indonesia yang diharapkan merupakan sumber kearsitekturan dalam perkembangan arsitektur Indonesia adalah : 1. Dalam keterkaitanya dengan alam dan lingkungan.

Dalam masyarakat tradisional, individu-individu tidak bisa dipisahkan dari lingkungan mereka; mereka makhluk sosial yang berhubungan dengan alam secara langsung. Alam, individu-individu dan masyarakat terikat secara akrab dengan alam semesta

dan kekuatan-kekuatannya. Orang berpartisipasi dalam suatu keseluruhan yang berarti hidup dan secara mental mereka tidak bisa lepas dari padanya (Niels Mulder,

Page 4: Arsitektur Indonesia Dalam Era Digital

4

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010 Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

1981:54), sehingga pada arsitektur klasik Indonesia, bangunan-bangunan didirikan diatas bangunan-bangunan didirikan diatas umpak dengan cara hanya ditaruh belaka, atau jenis rumah yang biasa disebut dengan nama rumah panggung atau rumah kolong. dengan mengangkat lantai rumah dari permukaan tanah, rumah panggung ini jelas sekali menunjukkan keterpisahan dirinya dari bumi tempatnya berpijak. kenyataan tersebut juga telah menunjukkan bahwa arsitektur tidak merusak keseimbangan ekologis bumi, sekaligus tetap membiarkan bumi ini tidak dirusak oleh penanaman batu yang disebut pondasi, dengan kata lain kebersatuan dengan bumi dalam konsep arsitektur kelasik di Indonesia tak perlu diartikan sebagai tertanam dibumi, dimana arsitektur ini dipijakkan (Josef Prijotomo, 1998: 11-20). Demikian pula halnya dalam hal tata letak, sebagian besar arsitektur tradisional sangat berorientasi kosmis menyatu dengan jagad raya, menunjukkan pola pikir yang menyatu dengan alam, dan tidak dipandang sebagai tantangan seperti pada konsep Barat. Timur dan barat lebih dipandang sebagai arah matahari terbit dan tenggelam,

kelahiran dan kematian. Dari kenyataan-kenyataan inilah pada arsitektur Nusantara, alam dan lingkungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan arsitektur itu sendiri. Sedangkan pada arsitektur di Indonesia masa mendatang, dimana Indonesia akan merupakan bagian dari sistem informasi digital dan sekaligus menjadi bagian dari sistem informasi global yang menyebabkan terjadinya perubahan yang mendasar dalam pola kehidupan masyarakat di Indonesia. Disinilah terjadi pergeseran hubungan antara manusia dan lingkungannya yang secara prinsipial berbeda dari hubungan tradisional. Manusia mulai memisahkan diri secara mental dari alam, orang tidak hanya mahkluk sosial lagi , melainkan mereka akan mempunyai suatu identitas terhadap alam kebendaan juga. Disamping ukuran sosial , orang akan mendapat suatu ukuran obyektip pula yaitu kemampuan mereka terhadap alam. Sebagai hasilnya kesinambungan dan keutuhan lingkungan ragawi bukanlah bagian intergral dari proses berarsitektur, alam dan lingkungan merupakan permasalahan yang harus

diselesaikan, sehingga penyelesaiannya lebih ditekankan dengan penyelesaian teknis. 2. Ditinjau dari bentuk bangunan.

Josef Prijotomo juga berpandapat bahwa praktis tak ada arsitektur asli daerah di Indonesia yang tidak tampil dengan setangkup. Baik pada penataan ruangan didalam bangunan maupun pada penataan gugus bangunan dari suatu unit permukiman , kesetangkupan ini dengan nyata ditampilkan. Meski bila diamati lebih seksama kesetangkupan ini sebenarnya adalah “asymmetrical-symmetry” (yakni setangkup yang tak sepenuhnya) namun bukanlah ihwal setangkup itu yang ditonjolkan oleh arsitektur klasik Indonesia. Dalam kesetangkupan tadi, ruang yang dipotong oleh garis kesetangkupan itulah yang ditonjolkan, sebab pada ruangan itulah diletakkan bagian yang disucikan , diagungkan , dituakan dan dihormati. Dengan kenyataan

seperti ini maka dapat disimpulkan bahwa didalam proses berarsitektur pada arsitektur klasik Indonesia , selain alam dan lingkungan merupakan unsur-unsur luar yang bertransfusi kedalam nilai lokal , menyatu dan menyelesaikan tantangan 4 )

serta merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan arsitektur , maka faktor ritual ,

4 Gunawan Tjahjono (1995),

“Tradisi berarsitektur dibeberapa kawasan di Nusantara ini juga terbentuk dari suatu proses. Proses tersebut tidak terjadi dalam keadaan terisolasi, melainkan ada unsur-unsur luar yang bertransfusi kedalam nilai lokal , menyatu dan menyelesaikan tantangan yang dihadapi sehingga memiliki suatu otentisitas. Di Nusantara ini banyak tradisi arsitektur suatu suku bangsa yang berupa hasil proses perpaduan

pengalaman masyarakat terhadap alam , lahan pertanian , struktur masyarakat , ritual daur hidup dan panen , bahan dan alat dengan teknik pengolahannya , dan seni “.

Page 5: Arsitektur Indonesia Dalam Era Digital

5

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010 Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

religius juga merupakan unsur yang kuat perannya didalam proses berarsitektur pada arsitektur klasik Indonesia. Proses berarsitektur seperti ini , akan sangatlah berbeda apabila kita bandingkan dengan proses berarsitektur pada arsitektur di Indonesia untuk masa yang akan datang, dimana pola pemikiran yang rasional , ekonomis dan produktip merupakan unsur-unsur yang akan bertransfusi kedalam proses berarsitektur. Keadaan seperti ini akan sangat mirip dengan proses berarsitektur pada arsitektur Modern , dimana dalam berarsitektur tidak lagi menekankan pada arsitektur yang dijadikan obyek keilmiahan dalam membentuk arsitektur , namun arsitektur akan hadir dengan sendirinya mana kala pola pemikiran yang rasional , ekonomis dan produktip tersebut berjalan dengan benar.

3. Ditinjau dari kesamaan bentuk antara yang satu dengan yang lain Telah diuraikan pada bagian diatas bahwa didalam proses berarsitektur pada arsitektur tradisional di Indonesia, selain alam dan lingkungan merupakan unsur-unsur luar yang bertransfusi kedalam nilai lokal, menyatu dan menyelesaikan

tantangan, serta merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan arsitektur, maka faktor ritual, religius juga merupakan unsur yang kuat perannya didalam proses berarsitektur pada arsitektur asli daerah di Indonesia, maka hal ini akan sangat mempengaruhi dalam perwujudan arsitektur dari arsitektur Indonesia itu sendiri, disamping banyak tradisi arsitektur yang berupa hasil proses perpaduan pengalaman masyarakat terhadap alam dan lingkungannya masing-masing. Sehingga dalam keaneka ragaman perwujudan arsitektur pada arsitektur asli derah di Indonesia masih ada unsur-unsur pemberagamnya, seperti pada perwujudan arsitektur yang selalu tampil dengan setangkup, baik pada penataan ruangan didalam bangunan maupun pada penataan gugus bangunan dari suatu unit permukiman. Dari kenyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam adanya perbedaan perwujudan pada arsitektur Nusantara , masih terdapat kesamaan bentuk yang memiliki kekhasan arsitektur asli daerah-daerah di Indonesia. Lain halnya dengan kesamaan dan kemiripan bentuk yang terjadi pada arsitektur

di Indonesia pada mendatang , dimana Indonesia merupakan bagian dari sistem informasi digital dan sekaligus menjadi bagian dari sistem informasi global. Dalam informasi global inilah terjadi pergeseran budaya Bangsa, dan saat inilah pulalah terjadi perubahan yang mendasar dalam pola kehidupan masyarakat di Indonesia, yang berarti terjadi pula pergeseran dalam pendekatan proses berarsitektur. Hilangnya regionalisme dan munculnya internasionalisme, pendekatan proses berarsitektur lebih bersifat universal sehingga arsitektur yang akan muncul pun akan mempunyai skala yang lebih luas yaitu skala internasional, bentukan-bentukan arsitektur dari suatu daerah akan sama dengan bentukan yang ada pada daerah lain, sehingga kekayaan ragam bentukan arsitektur asli daerah di Indonesia akan kehilangan jatidirinya.

4. Dalam keterkaitannya dengan ornamen dan ekorasi . Apa yang dapat kita jumpai pada arsitektur tradisional di Indonesia dalam hal ornamen adalah kenyataan bahwa kita memiliki khasanah yang sangat kaya dan

beraneka ragam. Masing-masing suku bangsa ataupun daerah memiliki kekhususan dalam ornamennya. Dan apabila kita simak ornamen-ornamen tadi diperlukan kehadirannya untuk menyempurnakan penampilan, memperkaya teknik penyelesaian, dan mempertinggi kesan estetik dari arsitektur itu sendiri (Josef Prijotomo 1988:20) , atau dengan kata lain bahwa pada arsitektur klasik Indonesia ornamen dan dekorasi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dengan arsitektur itu sendiri , selain itu ornamen dan dekorasi juga dapat menunjukkan jati diri arsitektur masing-masing arsitektur pada arsitektur Nusantara. Hal ini sangatlah bertentangan dengan

arsitektur di Indonesia dalam pengaruh informasi digital, dimana proses berarsitektur

Page 6: Arsitektur Indonesia Dalam Era Digital

6

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010 Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

yang bertitik tolak dari pandangan yang rasional, ekonomis , dan produktip dengan tegas akan menolak adanya ornamen dan dekorasi, seperti halnya pada arsitektur Modern yang salah satu ciri umumnya adalah penggunaan geometri bagi satu-satunya tampilan, geometri yang ditetapkan sebagai bentuk dasar akan sekaligus menjadi tampilan akhir, dan asitektur modern adalah arsitektur yang terbebas dari ornamentasi dan dekorasi.

Dari uraian-uraian diatas maka secara jelas kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan yang terjadi antara arsitektur Indonesia (dimana arsitektur Nusantara sebagai sumber kearsitekturan), dengan arsitektur di Indonesia masa mendatang dimana pengaruh globalisasi informasi akan mempengaruhi perkembangan arsitektur di Indonesia.

Sekali arsitek membuat kesalahan, seumur hudup kesalahan itu akan terlihat. Tidak semudah melenyapkan suatu bangunan dari muka bumi ini sebagai halnya kita memindahkan sebuah lukisan yang kita anggap jelek.

Bukankah Goethe didalam Wilhelm Meisters Wanderjahren mengatakan:

“...... maka pembangun/arsitek seharusnya tidak meraba-raba dan mencoba-coba apa yang seharusnya tetap berdiri harus tetap berdiri, dan jika tidak untuk abadi untuk waktu yang cukup panjang. Orang boleh membuat kesalahan tetapi tidak dalam membangun: (Sidharta, 1996) Pernyataan Sidharta tersebut secara tidak langsung mengingatkan kepada para

pembangun/arsitek di Indonesia saat ini, bahwa apabila pengaruh teknologi informasi dan komunikasi tidak disikapi secara hati-hati maka kesalahan yang harus dilihat seumur hidup adalah hilangnya jatidiri arsitektur Indonesia yang sedemikian akrab dengan lingkungan.

Untuk menghindarkan kesalahan fatal yang mungkin terjadi seperti diatas, suatu dasar pertimbangan yang bisa kita gunakan untuk menjawab adalah “ bagaimana perkembangan arsitektur di Indonesia sampai dengan saat ini “, sehingga berdasarkan perjalanan arsitektur masa lalu dan masa kini, akan kita tetapkan konsep dasar perkembangan arsitektur dimasa mendatang.

D. PERKEMBANGAN ARSITEKTUR INDONESIA.

Selama ber abad-abad di berbagai daerah di wilayah Indonesia telah tumbuh dan berkembang arsitektur-arsitektur daerah yang masing-masing ciri kedaerahan. Arsitektur-asitektur daerah ini juga sering disebut sebagai arsitektur tradisional, karena diwariskan secara turun tumurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Perbedaan antara arsitektur satu dengan yang lain pada arsitektur daerah di Indonesia ini disebabkan adanya perbedaan adat, pandangan hidup dan agama, dan juga perbedaan lingkungan dan geografis. Diantara arsitektur-arsitektur tradisional tersebut pada saat ini ada yang masih hidup karena arsitektur yang merupakan refleksi budaya masyarakat tersebut berada daerah yang masih budayanya masih hidup; ada yang telah memudar karena masyarakatnya telah mengalami modernisasi karena pengaruh luar.

Disamping arsitektur daerah, perkembangan arsitektur Indonesia juga tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan adanya arsitektur lain yang yang dibawa bangsa Belanda. Sangat banyak arsitektur Kolonial Belanda mewarnai kota-kota besar di Indonesia yang sampai sekarang masih dapat kita temukan.

Berkaitan dengan perjalanan perkembangan arsitektur di Indonesia, Yulianto Sumalyo didalam “Pengaruh Arsitektur Modern Barat dalam Kecenderungan Perkembangan Arsitektur di Indonesia” membagi perkembangan arsitektur Indonesia didalam beberapa kelompok kurun waktu , yaitu : I. Masa Awal Penjajahan hingga abad XVI-akhir abad XIX. Pengaruh Barat atau kolonial Belanda dalam kecendderungan perkembangan

arsitektur di Indonesia secara garis besar , dapat dikategorikan dalam tiga bentuk :

Page 7: Arsitektur Indonesia Dalam Era Digital

7

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010 Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

a. Sepenuhnya dalam arsitektur Barat atau Eropa. b. Dalam arsitektur campuran cenderung ke bentuk Barat. d. Campuran dalam bentuk cenderung ke arsitektur Timur. II. Masa penjajahan modern ( awal abad XX - pertengan abad XX ). Perkembangan arsitektur bangunan pada masa ini , juga masih dalam tipologi yang

sama yaitu : a. Sepenuhnya dalam arsitektur Barat atau Eropa.

b. Dalam arsitektur campuran cenderung ke bentuk Barat. d. Campuran dalam bentuk cenderung ke arsitektur Timur. III. Modern awal kemerdekaan ( pertengahan abad XX ) Pada masa ini secara global terlihat kecenderungan menterapkan bentuk-bentuk

arsitektur modern Barat terutama fungsionalisme , kubisme , dan purisme dengan bentuk yang tidak cocok dengan iklim tropis dan bahkan tidak secara tepat menterapkan konsep tersebut. Banyak terlihat rumah-rumah dengan atap berkemiringan sangat datar , bahkan kadang-kadang dari beton.

Dengan sangat sedikitnya ruang antara plafond dengan atap bahkan bila datar tidak ada sama sekali , maka panas udara yang diterima dan disimpan akan dipancarkan kedalam ruang. Keadaan ini akan semakin parah , bila jarak ‘plafon dengan lantai’ sangat dekat (kadang-kadang kurang dari 2.75 m).

IV. Modern Masa Kini ( hingga akhir abad ke XX ) Perkembangan arsitektur bangunan pada saat ini, mulai nampak usaha untuk

menyesuaikan dengan iklim tropikal dan budaya Indonesia , dicontohkan ddalam hal ini antara lain , pada Wisma Darmala rancangan Paul Rudolf arsitek kondang dari Amerika Serikat , justru tidak menggunakan bentuk “selubung kaca” , tetapi dengan tritisan-tritisan yang sangat berciri tropis merupakan bentuk arsitektur yang sangat cocok dengan alam dan budaya Inddonesia. Bandara Sukarno-Hatta , merupakan salah satu bangunan modern kontemporer yang sangat berhasil dalam menyesuai- kan dan penterapan alam dan arsitektur tradisional Indonesia.

Dari gambaran terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia baik arsitektur asli

maupun arsitektur lain dari bangsa Belanda seperti terurai diatas , maka dapat kita simak bahwa secara bertahap telah terjadi proses sinkretisme atau memadukan pengaruh dari luar untuk diluluhkan menjadi satu dengan kepribadian dan jatidiri yang asli 5), dalam hal ini adalah jatidiri arsitektur Indonesia yang memiliki arsitektur asli saerah sebagai sumber kearsitekturannya.

Secara diagramatis Prof. Ir. Sidharta, dan Ir. Eko Budihardjo, Msc menggambakan proses sinkretisme tersebut sebagai berikut :

Diagram : Periode Perkembangan Sejarah dan Arsitekturnya. 5 Prof.Ir. Sidharta , Ir. Eko Budihardjo , Msc , Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di

Surakarta , Gaddjah Mada University Press , 1989.

Page 8: Arsitektur Indonesia Dalam Era Digital

8

SEMINAR NASIONAL FTSP-ITN MALANG, 15 JULI 2010 Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Berkaitan dengan proses perkembangan arsitektur di Indonesia seperti yang terungkap diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses sinkretisme atau memadukan pengaruh dari luar untuk diluluhkan menjadi satu dengan kepribadian dan jatidiri yang asli 6), adalah arsitektur Indonesia dimasa mendatang adalah arsitektur modern indonesia yang selalu menyesuaikan dengan alam dan lingkungan tropis budaya Indonesia

E. PENUTUP.

Arsitektur di Indonesia pada masa mendatang, dimana Indonesia sebagai bagian dari informasi global dan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Indonesia, akan terjadi pergeseran dalam pendekatan arsitektur

yaitu “pendekatan dari kehidupan yang dilandasi oleh perasaan” bergeser ke “kehidupan yang diatur dengan pola berpikir yang algoretmis”, dan dari “dunia kehidupan yang statis bergeser ke dunia kehidupan yang dinamis”. Pergeseran ini akan mengakibatkan suatu alur perkembangan yang tidak jelas pada perkembangan arsitektur di Indonesia , yaitu ketidak jelasan rangkaian yang menghubungkan antara arsitektur Nusantara dengan arsitektur di Indonesia, lebih tegas lagi pada saat itulah arsitektur Nusantara betul-betul tergilas oleh perkembangan arsitektur di Indonesia yang lebih mengarah arsitektur global. Keadaan yang tidak menguntungkan terhadap jatidiri arsitektur Indonesia seperti ini akan menyadarkan segenap masyarakat untuk kembali kepada budaya dan kepribadian yang telah dimiliki, sehingga timbul proses untuk mengembangkan identitas nasional dalam perkembangan arsitektur Indonesia, disinilah akhirnya timbul suatu corak arsitektur

modern Indonesia berdasarkan kemajuan “sistem informasi digital” dengan “arsitektur Nusantara” yang kaya akan keragaman, ramah terhadap alam dan lingkungan sebagai sumber kearsitekturannya.

F. DAFTAR BACAAN Josef Prijotomo , ( 1988 )

Pasang-surut Arsitektur Indonesia,Cetakan I: CV Ardjun , Surabaya , 1988.

Pasang-surut Arsitektur Indonesia,Cetakan II: Wastu Laras Grafika, Surabaya 2008

Niels Mulder , (1981)

Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional , Gadjah Mada University Press,

Penerbit Sinar Harapan , Yogyakarta , 1981.

Prof. Ir. Eko Budihardjo Msc , ( 1996 )

Menuju Arsitektur Indonesia, Penerbit ALUMNI, Bandung 1996.

Prof. Ir. Sidharta dan Ir. Eko Budihardjo Msc , ( 1989 )

Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta, Gadjah Mada University

Press , Yogyakarta 1989.

6 Gunawan Tjahjono (1995), Keajegan dan Perubahan Berarsitektur di Indonesia menghadapi Abad Pasifik “ Banyak orang lupa bahwa pembentukan tradisi itu melalui proses. Bahwa dalam proses tersebut telah

mengandung coba dan perbaiki , dan seleksi pilihan sangatlah mungkin. Jelas bahwa sesuatu yang ampuh menyelesaikan masalah atas sengketa akan bertahan untuk penyelesaian masalah sejenis. Bila itu berlanjut , maka nilai yang diakui masyarakat tersebut akan dilanjutkan sehingga menjadi suatu tradisi. Tradisi tidak selalu muncul karena keadaan kritis yang menuntut penyelesaian , ia terkadang hadir dan

bertahan karena suatu ciptaan dan temuan , yang manfaatnya segera dapat dinikmati dan dianggap bermakna bagi masyarakat bersangkutan ”.