Upload
tia-hanifah
View
31
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
marzuki
Citation preview
Analisis Senyawa Flavonol Ekstrak n-Butanol Biji Pinang (Areca catechu L.) Metode Spektrofotometri UV Visibel.
Asnah Marzuki*, Ismail Ibrahim**, Muh.Dahli**, Hardamawati***Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar
**Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur Makassar
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian Analisis senyawa flavonoid biji Pinang ( Areca
catechu L.)secara spektrofotometri UV-Visibel, untuk memperoleh data kimiawi mengenai kandungan flavonoid Biji Pinang. Penelitian dilakukan uji pendahuluan senyawa flavonoid dalam ekstrak metanol biji pinang dengan menggunakan uji kimia, selanjutnya dilakukan isolasi dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen n-butanol : asam asetat : air (4:1:5), dan identifikasi menggunakan spektrofotometri UV Visibel. Hasil penelitian menunjukkan pinang mengandung senyawa flavonol, dan Isolasi memakai kromatografi lapis tipis menghasilkan noda berwarna kuning dibawah lampu UV pada panjang gelombang 366 nm dengan memakai penampak noda uap ammonia. Hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis preparatif tampak 1 pita berwarna kuning. Hasil identifikasi menggunakan spektrofotometri UV- Visibel dengan penambahan pereaksi geser NaOH, AlCl3/HCl, Na aseta/tetraborat..
Kata Kunci : Areca catechu L, Spektrofotometri UV-Visibel, Flavonol
PENDAHULUAN
Pemanfaatan tanaman untuk kesehatan akhirnya menjadi bagian
dari budaya masyarakat yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Budaya penggunaan tanaman untuk kesehatan di Indonesia bermula dari
lingkungan keraton meskipun sebenarnya di masyarakat luas juga
terdapat kebiasaan pengobatan dengan menggunakan tanaman atau
ramuan. ( Gembong T, 2005). Agar penggunaan obat tradisional dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan dan dipertanggung
jawabkan perlu didukung dengan upaya penelitian dan pengembangan
setiap tanaman obat
Salah satu bahan alam yang digunakan sebagai obat tradisional
adalah Pinang ( Areca catechu L ). Pinang secara empiris berkhasiat
sebagai obat cacing,karminatif, peluruh kencing, peluruh dahak, obat
gangguan pencernaan, obat keputihan, dan obat malaria. Tetesan air
buah pinang muda untuk memperbaiki kondisi mata katarak (Duryatmo
Sardi, dkk., 1990). Biji Pinang mengandung alkaloid, seperi
arekolin,arekolidin,dan isoguvenesin, tannin terkondensasi,flavan,
senyawa fenolik, asam galat, lignin, minyak menguap.
Senyawa-senyawa flavonoid merupakan senyawa alami. Lebih
dari 4.000 flavonoid telah diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan
struktur molekulnya. Salah satu sifat yang dapat menggambarkan
flavonoid adalah kemampuan flavonoid untuk beraksi sebagai antioksidan.
Flavonoid juga dapat mereduksi inflamasi dan penyakit jantung koroner
(Rohman A, 2007).
Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuhan ( kira-kira 1 x 109 ton/tahun ) diubah menjadi
flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith, 1972 ).
Sebagian besar tanin berasal dari flavonoid. Jadi, flavonoid merupakan
salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Sebenarnya flavonoid
terdapat pada semua tumbuhan hijau sehingga pastilah ditemukan pula
pada setiap telaah ekstrak tumbuhan. Senyawa-senyawa ini merupakan
zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. (Markham, 1988 ).
Rumusan masalah bagaimana profil senyawa flavonoid yang
terkandung dalam Biji Pinang yang diidentifikasi secara kromatografi lapis
tipis dan spektrofotometri UV-Visible.
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
Alumunium foil, Batang pengaduk, Bejana kromatografi, Corong
kaca, Corong pisah 500 ml, Erlenmeyer 250 ml, 500 ml, Gelas piala
100 ml, 250 ml, 500 ml, Gelas ukur 25 ml, 50 ml, 100 ml, Lampu ultravi-
olet 254 nm, Lempeng sintetik, Penangas air, Botol semprot, Penotol,
Rotavapor, Seperangkat alat Refluks, Spektrofotometer UV-Visible,
Timbangan.
Aqua dest, Alumunium klorida, Asam Borat, Asam Sulfat, Asam
klorida, Asam asetat pa., Amonia, Buah Pinang ( Areca catechu L ), Etil
asetat, Etanol, Heksan, Metanol pa, Natrium asetat, Natrium hidroksida,
n-butanol pa, n-heksan.
B. Penyiapan Sampel
1. Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah Biji Pinang yang diperoleh dari
Kecamatan Jayaputa Utara,Kelurahan Gurabesi Provinsi Jayapura,
Papua.
2. Pengolahan Sampel
Sampel Biji Pinang dibersihkan dari kotoran yang melekat. Disortasi
basah dengan air yang mengalir hingga bersih kemudian disortasi
kering, atau diangin-anginkan pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung dan dipotong-potong kecil.
C. Pembuatan Bahan Penelitian
1. Pembuatan Ekstrak
Serbuk Biji Pinang, ditimbang sebanyak 500 g, kemudian
refluks dengan metanol, 3-4 kali. kemudian diuapkan dengan
menggunakan rotavapor hingga diperoleh ekstrak metanol kental.
2.. Isolasi dan Identifikasi
a. Kromatografi lapis tipis
50 mg sampel ekstrak metanol dilarutkan dalam 5 ml
metanol kemudian disentrifuge untuk memisahkan endapan, filtrat
ditotolkan pada lempeng ( 3 x 7.5 cm ), dikeringkan lalu dielusi
menggunakan campuran eluen n-butanol : asam asetat : air
( 4 : 1 : 5 ). Bercak dideteksi dengan sinar UV pada panjang
gelombang 254 nm dan dengan ammonia.
a. Kromatografi lapis tipis dua dimensi
50 mg ekstrak metanol kental dilarutkan dalam 5 ml
metanol kemudian disentrifuge untuk memisahkan endapan, filtrat
ditotolkan pada lempeng ( 10 x 10 cm ), dikeringkan lalu dielusi
menggunakan campuran eluen n-butanol : asam asetat : air ( 4 :
1 : 5 ). Bercak dideteksi dengan sinar UV pada panjang
gelombang 254 nm dan dengan uap ammonia. Dilakukan elusi
dua arah menggunakan eluen asam asetat 5%, 10% dan 15 %,
bercak dideteksi dengan dan tanpa uap ammonia.
c. Kromatografi kertas preparatif
50 mg ekstrak metanol kental dilarutkan dalam 5 ml metanol
kemudian disentrifuge untuk memisahkan endapan. Filtrat jernih
yang diperoleh ditotolkan hingga membentuk pita pada bagian
bawah lempeng (20 x 20 cm), lempeng dielusi menggunakan
eluen n-butanol : asam asetat : air ( 4 : 1 : 5 ). Bercak yang
diperoleh dideteksi dengan sinar UV pada panjang gelombang
254 nm, dan dengan uap ammonia, pita yang diperoleh dikeruk
dan dilarutkan dengan metanol
d.Pengukuran sampel dengan Spektrofotometer UV- Vis.
Sejumlah 2-3 ml fraksi metanol, dimasukkan dalam kuvet
dan diukur spektrumnya pada panjang gelombang 200-400 nm.
Blanko yang digunakan adalah metanol murni. Identifikasi
dilanjutkan dengan menggunakan pereaksi geser. Ke dalam 1-2
ml fraksi metanol di tambahkan 3 tetes Natrium hidroksida, diukur
spektrumnya pada panjang gelombang 200-400 nm.
1) Ke dalam 1-2 ml fraksi metanol di tambahkan 6 tetes pereaksi
AlCl3, lalu diukur spektrumnya pada panjang gelombang 200-
400 nm, selanjutnya ditambahkan 3 tetes HCl, diukur
spektrumnya pada panjang gelombang yang sama.
2) Ditambahkan serbuk natrium asetat kedalam fraksi metanol
sehingga terdapat kira-kira 2 mm lapisan natrium asetat pada
dasar kuvet, kocok kemudian ukur spektrumnya pada panjang
gelombang 200-400 nm, selanjutnya ditambahkan asam borat
kira-kira setengah dari natrium asetat lalu diukur spektrumnya
pada panjang gelombang yang sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil, pada
proses ekstraksi terhadap 500 gram sampel Biji Pinang dengan
memakai pelarut metanol diperoleh ekstrak metanol kental sebanyak 6
gram. Dari ekstrak yang diperoleh dilakukan uji pendahuluan yaitu
dengan menggunakan pereaksi warna, kemudian dilakukan
diidentifikasi dengan metode kromatografi lapis tipis, kromatografi lapis
tipis dua dimensi, spektrofotometri UV Visible dan dengan
penembahan pereaksi geser dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil uji pendahuluan ekstrak metanol Biji Pinang
No. Sample Pereaksi Warna Ket.
1.Ekstrak Metanol
Serbuk Zn+HCl 2 NMerah jingga sampai merah
( + )
Tabel 2. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak metanol Biji Pinang
No
.
Sampel Eluen
Warna noda dengan sinar
UV Rf Penafsiran
Tanpa NH3
Dengan NH3
1. EkstrakMetanol
n-butanol:asam asetat:air
4 : 1 : 5
- Kuning 0. 763
Flavonol
Tabel 3. Hasil kromatografi lapis tipis dua dimensi ekstrak metanol Biji
Pinang
No. Sample
Eluen
asam asetat
dan air
Warna noda dengan sinar UV
Penafsiran Tanpa NH3 Dengan NH3
1. Ekstrak Metanol
5 %10 %15 %
---
Kuning KuningKuning
1 noda1 noda1 noda
Tabel 4. Hasil spektrofotometri UV-Visibel dengan penambahan pereaksi geser
No.Pereaksi
Geser
Puncak (nm) Pergeseran (nm)Hasil
Pita I Pita II Pita I Pita II
1. Fraksi methanol 334 267 - - - 2. NaOH 381 276 47 9 4’OH3. NaOAc 348 273 14 6 7-OH
4.NaOAc+H3BO3
356 287 22 20 o-diOH
5. AlCl3 367 274 33 7 3’-OH,5-OH
6.AlCl3+ HCl
377 278 43 11 5-OH
B. PEMBAHASAN
Penelitian terhadap jenis penentuan struktur flavonoid dalam
ekstrak metanol biji pinang diawali dengan uji pendahuluan untuk
memastikan adanya senyawa flavonoid dalam sampel (ekstrak). Pada
uji pendahuluan yang dilakukan menggunakan pereaksi serbuk seng
dalam suasana asam (HCl 2 N) yang menghasilkan warna merah
jingga, hal ini menunjukkan bahwa biji pinang mengandung senyawa
flavonoid. Selanjutnya adalah identifikasi dengan kromatografi lapis
tipis ( KLT ) menggunakan eluen n-butanol:asam asetat:air ( 4 : 1 : 5 ).
Eluen ini banyak digunakan sebagai eluen dalam pemisahan flavonoid
dengan kelebihan dalam hal kemampuan isolasi terhadap flavonoid
serta kecepatan pemisahan yang tinggi. Hasil elusi menunjukkan 1
noda berwarna kuning yang tampak λ 366 nm dan dengan uap
amonia. Noda yang tampak dengan sinar UV disebabkan oleh adanya
gugus kromofor dalam sampel. Flavonoid menurut literatur tampak
dibawah lampu UV dengan warna yang berfluoresensi biru, merah
jambu, keputihan, jingga, kuning hingga kecoklatan. Noda flavonol
yang khas tampak berwarna lembayung tua dengan sinar UV dan
menjadi kuning atau hijau kuning bila diuapi NH3, didalam penelitian
didapatkan noda berwarna kuning yang tampak pada kromatografi
lapis tipis sebagai senyawa flavonoid jenis flavonol. Letak noda
dengan Rf sebesar 0.76, membuktikan sebagai golongan flavonol.
Memperkuat lagi dari hasil identifikasi dengan
spektrofotometri dan KLT preparatif, KLT preparatif.
Penentuan subtituen pada inti flavonol dilakukan dengan
mengukur spektrum pada panjang gelombang 200-600 nm. Flavonoid
menunjukkan spektrum khas pada pada daerah ini, terdiri dari dua
puncak, yaitu pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita
I). Perbandingan data spektrum Sriningsih dkk, 2004, Penafsiran
perubahan ini didasarkan pada jenis flavonoid yang disertakan untuk
setiap pereaksi geser. Pereaksi geser yang digunakan adalah natrium
hidroksida, natrium asetat, natrium asetat dengan asam borat,
aluminium klorida, aluminium klorida dengan asam klorida.
Spektrum natrium hidroksida merupakan spektrum flavonoid
yang gugus hidroksil fenolnya sampai batas tertentu dapat tereksitasi.
Sehingga data spektrum ini merupakan petunjuk pola hidroksilasi yang
juga bermanfaat untuk mendeteksi gugus hidroksi yang lebih asam
dan tidak tersubtitusi. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektrum
setelah waktu tertentu merupakan petunjuk baik akan adanya gugus
yang peka terhadap basa. Dari hasil penilitian, pada penambahan
pereaksi geser NaOH terjadi pergeseran puncak pita I, dimana puncak
awal 334 nm bergeser sebesar 47 nm, hal ini menunjukkan terdapat
gugus OH pada kedudukan 4’ (Markham, 1988).
Spektrum natrium asetat menyababkan pengionan yang
berarti pada gugus hidroksil flavonoid yang paling asam. Jadi, natrium
asetat digunakan terutama untuk mendeteksi adanya gugus 7-hidroksi
bebas atau setara sedangkan spektrum natrium asetat dan asam borat
menjembatani kedua gugus hidroksil pada gugus o-dihidroksi dan
digunakan untuk mendeteksinya. Dari hasil penilitian pada
penambahan pereaksi geser natrium asetat terjadi pergeseran puncak
pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 14 nm, hal ini
menunjukkan terdapat gugus OH pada kedudukan 7 sedangkan pada
penambahan pereaksi geser natrium asetat + asam borat terjadi pula
pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 22
nm, hal ini menunjukkan terdapat gugus hidroksi yang bertetangga
atau berkedudukan orto dihidroksi (Markham, 1988).
Spektrum AlCl3 dan AlCl3/HCl,karena membentuk kompleks
tahan asam antara gugus hidroksil dan keton yang bertetangga dan
membentuk kompleks tak tahan asam dengan gugus o-
dihidroksil,pereaksi ini dapat digunakan untuk mendeteksi kedua
gugus tersebut. Jadi spektrum AlCl3 merupakan penjumlahan
pengaruh semua kompleks terhadap spektrum sedangkan spektrum
AlCl3/HCl hanya merupakan pengaruh kompleks hidroksi keton. Dari
hasil penelitian, pada penambahan pereaksi geser aluminium klorida
terjadi pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser
sebesar 33 nm, hal ini menunjukkan terdapat gugus OH pada
kedudukan 5 dan 3’, sedangkan pada penambahan pereaksi geser
aluminium klorida + asam klorida terjadi pergeseran puncak pita I,
puncak awal 334 nm bergeser sebesar 43 nm ini menunjukkan
terdapat gugusOH(hidroksil) pada kedudukan 5 (Markham, 1988).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa Biji Pinang ( Areca catechu L ) setelah diperiksa
secara spektrofotometri UV mengandung senyawa flavonoid golongan
flavonol.
B. SARAN
Untuk melengkapi data terhadap struktur flavonol dalam Biji
Pinang diharapkan untuk selanjutnya perlu dilakukan identifikasi
dengan menggunakan Infra Red (IR), spektroskopi massa, 13C NMR
dan 1H NMR.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, S., 2009, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 6, Trubus Agriwidya, Jakarta, Hal 127.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenika, Jakarta.
Duryatmo Sardi,dkk, 1990, Herbal Indonesia Berkhasiat, Bukti Ilmiah & Cara Racik, PT Trubus Swadaya, Vol.8.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, diterjemahkan oleh Kokasih Padwaminata Edisi II, Penerbit ITB, Bandung.
Heyne,K.,1987, Tumbuhan Berguna Indonesia,Jilid I, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta, Hal 460-465.
Markham,K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB Bandung, Hal 1-53.
Mulia M dan Syahrani A., 1990, Aplikasi Analisis Spektrofotometer UV-VIS, Mecphiso Grafika, Surabaya, 1-103.
Rohman Abdul., Gholib Gandjar., 2007, Metode Kromatografi Untuk Analisis Makanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hal 190.
Sovia Lenny., 2006, Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoida dan Alkaloida, Universitas Sumatera Utara, Meda.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi Dan Mikroskopis, diterjemahkan oleh Kokasih Padwaminata dan Iwang Soediro, Edisi II, Penerbit ITB, Bandung.
Steenis Van.,dkk., 2006, Flora, Penerbit PT Pradiya Paramitha, JakartaSriningsih, dkk., 2004, Analisa Senyawa Golongan Flavonoid
HerbaTempuyung (Sonchus arvensis L.), Pusat P2 Teknologi Farmasi Dan Medika Deputi Bidang TAB BPPT, Jakarta.
Tjitrosoepomo.,G, 1988, Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wijayakusuma, H., 2000, Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia, Jilid I, Penerbit PT Prestasi Insan Indonesia, Jakarta