14
Analisis Senyawa Flavonol Ekstrak n-Butanol Biji Pinang (Areca catechu L.) Metode Spektrofotometri UV Visibel. Asnah Marzuki*, Ismail Ibrahim**, Muh.Dahli**, Hardamawati** *Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar **Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur Makassar ABSTRAK Telah dilakukan penelitian Analisis senyawa flavonoid biji Pinang ( Areca catechu L.)secara spektrofotometri UV-Visibel, untuk memperoleh data kimiawi mengenai kandungan flavonoid Biji Pinang. Penelitian dilakukan uji pendahuluan senyawa flavonoid dalam ekstrak metanol biji pinang dengan menggunakan uji kimia, selanjutnya dilakukan isolasi dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen n- butanol : asam asetat : air (4:1:5), dan identifikasi menggunakan spektrofotometri UV Visibel. Hasil penelitian menunjukkan pinang mengandung senyawa flavonol, dan Isolasi memakai kromatografi lapis tipis menghasilkan noda berwarna kuning dibawah lampu UV pada panjang gelombang 366 nm dengan memakai penampak noda uap ammonia. Hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis preparatif tampak 1 pita berwarna kuning. Hasil identifikasi menggunakan spektrofotometri UV- Visibel dengan penambahan pereaksi geser NaOH, AlCl 3 /HCl, Na aseta/tetraborat.. Kata Kunci : Areca catechu L, Spektrofotometri UV-Visibel, Flavonol

Artikel 20 Asnah Marzuki

Embed Size (px)

DESCRIPTION

marzuki

Citation preview

Page 1: Artikel 20 Asnah Marzuki

Analisis Senyawa Flavonol Ekstrak n-Butanol Biji Pinang (Areca catechu L.) Metode Spektrofotometri UV Visibel.

Asnah Marzuki*, Ismail Ibrahim**, Muh.Dahli**, Hardamawati***Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar

**Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur Makassar

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian Analisis senyawa flavonoid biji Pinang ( Areca

catechu L.)secara spektrofotometri UV-Visibel, untuk memperoleh data kimiawi mengenai kandungan flavonoid Biji Pinang. Penelitian dilakukan uji pendahuluan senyawa flavonoid dalam ekstrak metanol biji pinang dengan menggunakan uji kimia, selanjutnya dilakukan isolasi dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen n-butanol : asam asetat : air (4:1:5), dan identifikasi menggunakan spektrofotometri UV Visibel. Hasil penelitian menunjukkan pinang mengandung senyawa flavonol, dan Isolasi memakai kromatografi lapis tipis menghasilkan noda berwarna kuning dibawah lampu UV pada panjang gelombang 366 nm dengan memakai penampak noda uap ammonia. Hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis preparatif tampak 1 pita berwarna kuning. Hasil identifikasi menggunakan spektrofotometri UV- Visibel dengan penambahan pereaksi geser NaOH, AlCl3/HCl, Na aseta/tetraborat..

Kata Kunci : Areca catechu L, Spektrofotometri UV-Visibel, Flavonol

PENDAHULUAN

Pemanfaatan tanaman untuk kesehatan akhirnya menjadi bagian

dari budaya masyarakat yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Budaya penggunaan tanaman untuk kesehatan di Indonesia bermula dari

lingkungan keraton meskipun sebenarnya di masyarakat luas juga

terdapat kebiasaan pengobatan dengan menggunakan tanaman atau

ramuan. ( Gembong T, 2005). Agar penggunaan obat tradisional dalam

pelayanan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan dan dipertanggung

Page 2: Artikel 20 Asnah Marzuki

jawabkan perlu didukung dengan upaya penelitian dan pengembangan

setiap tanaman obat

Salah satu bahan alam yang digunakan sebagai obat tradisional

adalah Pinang ( Areca catechu L ). Pinang secara empiris berkhasiat

sebagai obat cacing,karminatif, peluruh kencing, peluruh dahak, obat

gangguan pencernaan, obat keputihan, dan obat malaria. Tetesan air

buah pinang muda untuk memperbaiki kondisi mata katarak (Duryatmo

Sardi, dkk., 1990). Biji Pinang mengandung alkaloid, seperi

arekolin,arekolidin,dan isoguvenesin, tannin terkondensasi,flavan,

senyawa fenolik, asam galat, lignin, minyak menguap.

Senyawa-senyawa flavonoid merupakan senyawa alami. Lebih

dari 4.000 flavonoid telah diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan

struktur molekulnya. Salah satu sifat yang dapat menggambarkan

flavonoid adalah kemampuan flavonoid untuk beraksi sebagai antioksidan.

Flavonoid juga dapat mereduksi inflamasi dan penyakit jantung koroner

(Rohman A, 2007).

Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang

difotosintesis oleh tumbuhan ( kira-kira 1 x 109 ton/tahun ) diubah menjadi

flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya (Smith, 1972 ).

Sebagian besar tanin berasal dari flavonoid. Jadi, flavonoid merupakan

salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Sebenarnya flavonoid

terdapat pada semua tumbuhan hijau sehingga pastilah ditemukan pula

pada setiap telaah ekstrak tumbuhan. Senyawa-senyawa ini merupakan

zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang

ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. (Markham, 1988 ).

Rumusan masalah bagaimana profil senyawa flavonoid yang

terkandung dalam Biji Pinang yang diidentifikasi secara kromatografi lapis

tipis dan spektrofotometri UV-Visible.

Page 3: Artikel 20 Asnah Marzuki

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

Alumunium foil, Batang pengaduk, Bejana kromatografi, Corong

kaca, Corong pisah 500 ml, Erlenmeyer 250 ml, 500 ml, Gelas piala

100 ml, 250 ml, 500 ml, Gelas ukur 25 ml, 50 ml, 100 ml, Lampu ultravi-

olet 254 nm, Lempeng sintetik, Penangas air, Botol semprot, Penotol,

Rotavapor, Seperangkat alat Refluks, Spektrofotometer UV-Visible,

Timbangan.

Aqua dest, Alumunium klorida, Asam Borat, Asam Sulfat, Asam

klorida, Asam asetat pa., Amonia, Buah Pinang ( Areca catechu L ), Etil

asetat, Etanol, Heksan, Metanol pa, Natrium asetat, Natrium hidroksida,

n-butanol pa, n-heksan.

B. Penyiapan Sampel

1. Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah Biji Pinang yang diperoleh dari

Kecamatan Jayaputa Utara,Kelurahan Gurabesi Provinsi Jayapura,

Papua.

2. Pengolahan Sampel

Sampel Biji Pinang dibersihkan dari kotoran yang melekat. Disortasi

basah dengan air yang mengalir hingga bersih kemudian disortasi

kering, atau diangin-anginkan pada tempat yang tidak terkena sinar

matahari langsung dan dipotong-potong kecil.

C. Pembuatan Bahan Penelitian

1. Pembuatan Ekstrak

Serbuk Biji Pinang, ditimbang sebanyak 500 g, kemudian

refluks dengan metanol, 3-4 kali. kemudian diuapkan dengan

menggunakan rotavapor hingga diperoleh ekstrak metanol kental.

2.. Isolasi dan Identifikasi

a. Kromatografi lapis tipis

Page 4: Artikel 20 Asnah Marzuki

50 mg sampel ekstrak metanol dilarutkan dalam 5 ml

metanol kemudian disentrifuge untuk memisahkan endapan, filtrat

ditotolkan pada lempeng ( 3 x 7.5 cm ), dikeringkan lalu dielusi

menggunakan campuran eluen n-butanol : asam asetat : air

( 4 : 1 : 5 ). Bercak dideteksi dengan sinar UV pada panjang

gelombang 254 nm dan dengan ammonia.

a. Kromatografi lapis tipis dua dimensi

50 mg ekstrak metanol kental dilarutkan dalam 5 ml

metanol kemudian disentrifuge untuk memisahkan endapan, filtrat

ditotolkan pada lempeng ( 10 x 10 cm ), dikeringkan lalu dielusi

menggunakan campuran eluen n-butanol : asam asetat : air ( 4 :

1 : 5 ). Bercak dideteksi dengan sinar UV pada panjang

gelombang 254 nm dan dengan uap ammonia. Dilakukan elusi

dua arah menggunakan eluen asam asetat 5%, 10% dan 15 %,

bercak dideteksi dengan dan tanpa uap ammonia.

c. Kromatografi kertas preparatif

50 mg ekstrak metanol kental dilarutkan dalam 5 ml metanol

kemudian disentrifuge untuk memisahkan endapan. Filtrat jernih

yang diperoleh ditotolkan hingga membentuk pita pada bagian

bawah lempeng (20 x 20 cm), lempeng dielusi menggunakan

eluen n-butanol : asam asetat : air ( 4 : 1 : 5 ). Bercak yang

diperoleh dideteksi dengan sinar UV pada panjang gelombang

254 nm, dan dengan uap ammonia, pita yang diperoleh dikeruk

dan dilarutkan dengan metanol

d.Pengukuran sampel dengan Spektrofotometer UV- Vis.

Sejumlah 2-3 ml fraksi metanol, dimasukkan dalam kuvet

dan diukur spektrumnya pada panjang gelombang 200-400 nm.

Blanko yang digunakan adalah metanol murni. Identifikasi

dilanjutkan dengan menggunakan pereaksi geser. Ke dalam 1-2

ml fraksi metanol di tambahkan 3 tetes Natrium hidroksida, diukur

spektrumnya pada panjang gelombang 200-400 nm.

Page 5: Artikel 20 Asnah Marzuki

1) Ke dalam 1-2 ml fraksi metanol di tambahkan 6 tetes pereaksi

AlCl3, lalu diukur spektrumnya pada panjang gelombang 200-

400 nm, selanjutnya ditambahkan 3 tetes HCl, diukur

spektrumnya pada panjang gelombang yang sama.

2) Ditambahkan serbuk natrium asetat kedalam fraksi metanol

sehingga terdapat kira-kira 2 mm lapisan natrium asetat pada

dasar kuvet, kocok kemudian ukur spektrumnya pada panjang

gelombang 200-400 nm, selanjutnya ditambahkan asam borat

kira-kira setengah dari natrium asetat lalu diukur spektrumnya

pada panjang gelombang yang sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil, pada

proses ekstraksi terhadap 500 gram sampel Biji Pinang dengan

memakai pelarut metanol diperoleh ekstrak metanol kental sebanyak 6

gram. Dari ekstrak yang diperoleh dilakukan uji pendahuluan yaitu

dengan menggunakan pereaksi warna, kemudian dilakukan

diidentifikasi dengan metode kromatografi lapis tipis, kromatografi lapis

tipis dua dimensi, spektrofotometri UV Visible dan dengan

penembahan pereaksi geser dan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil uji pendahuluan ekstrak metanol Biji Pinang

No. Sample Pereaksi Warna Ket.

1.Ekstrak Metanol

Serbuk Zn+HCl 2 NMerah jingga sampai merah

( + )

Page 6: Artikel 20 Asnah Marzuki

Tabel 2. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak metanol Biji Pinang

No

.

Sampel Eluen

Warna noda dengan sinar

UV Rf Penafsiran

Tanpa NH3

Dengan NH3

1. EkstrakMetanol

n-butanol:asam asetat:air

4 : 1 : 5

- Kuning 0. 763

Flavonol

Tabel 3. Hasil kromatografi lapis tipis dua dimensi ekstrak metanol Biji

Pinang

No. Sample

Eluen

asam asetat

dan air

Warna noda dengan sinar UV

Penafsiran Tanpa NH3 Dengan NH3

1. Ekstrak Metanol

5 %10 %15 %

---

Kuning KuningKuning

1 noda1 noda1 noda

Tabel 4. Hasil spektrofotometri UV-Visibel dengan penambahan pereaksi geser

No.Pereaksi

Geser

Puncak (nm) Pergeseran (nm)Hasil

Pita I Pita II Pita I Pita II

1. Fraksi methanol 334 267 - - - 2. NaOH 381 276 47 9 4’OH3. NaOAc 348 273 14 6 7-OH

4.NaOAc+H3BO3

356 287 22 20 o-diOH

5. AlCl3 367 274 33 7 3’-OH,5-OH

6.AlCl3+ HCl

377 278 43 11 5-OH

B. PEMBAHASAN

Penelitian terhadap jenis penentuan struktur flavonoid dalam

ekstrak metanol biji pinang diawali dengan uji pendahuluan untuk

Page 7: Artikel 20 Asnah Marzuki

memastikan adanya senyawa flavonoid dalam sampel (ekstrak). Pada

uji pendahuluan yang dilakukan menggunakan pereaksi serbuk seng

dalam suasana asam (HCl 2 N) yang menghasilkan warna merah

jingga, hal ini menunjukkan bahwa biji pinang mengandung senyawa

flavonoid. Selanjutnya adalah identifikasi dengan kromatografi lapis

tipis ( KLT ) menggunakan eluen n-butanol:asam asetat:air ( 4 : 1 : 5 ).

Eluen ini banyak digunakan sebagai eluen dalam pemisahan flavonoid

dengan kelebihan dalam hal kemampuan isolasi terhadap flavonoid

serta kecepatan pemisahan yang tinggi. Hasil elusi menunjukkan 1

noda berwarna kuning yang tampak λ 366 nm dan dengan uap

amonia. Noda yang tampak dengan sinar UV disebabkan oleh adanya

gugus kromofor dalam sampel. Flavonoid menurut literatur tampak

dibawah lampu UV dengan warna yang berfluoresensi biru, merah

jambu, keputihan, jingga, kuning hingga kecoklatan. Noda flavonol

yang khas tampak berwarna lembayung tua dengan sinar UV dan

menjadi kuning atau hijau kuning bila diuapi NH3, didalam penelitian

didapatkan noda berwarna kuning yang tampak pada kromatografi

lapis tipis sebagai senyawa flavonoid jenis flavonol. Letak noda

dengan Rf sebesar 0.76, membuktikan sebagai golongan flavonol.

Memperkuat lagi dari hasil identifikasi dengan

spektrofotometri dan KLT preparatif, KLT preparatif.

Penentuan subtituen pada inti flavonol dilakukan dengan

mengukur spektrum pada panjang gelombang 200-600 nm. Flavonoid

menunjukkan spektrum khas pada pada daerah ini, terdiri dari dua

puncak, yaitu pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita

I). Perbandingan data spektrum Sriningsih dkk, 2004, Penafsiran

perubahan ini didasarkan pada jenis flavonoid yang disertakan untuk

setiap pereaksi geser. Pereaksi geser yang digunakan adalah natrium

hidroksida, natrium asetat, natrium asetat dengan asam borat,

aluminium klorida, aluminium klorida dengan asam klorida.

Page 8: Artikel 20 Asnah Marzuki

Spektrum natrium hidroksida merupakan spektrum flavonoid

yang gugus hidroksil fenolnya sampai batas tertentu dapat tereksitasi.

Sehingga data spektrum ini merupakan petunjuk pola hidroksilasi yang

juga bermanfaat untuk mendeteksi gugus hidroksi yang lebih asam

dan tidak tersubtitusi. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektrum

setelah waktu tertentu merupakan petunjuk baik akan adanya gugus

yang peka terhadap basa. Dari hasil penilitian, pada penambahan

pereaksi geser NaOH terjadi pergeseran puncak pita I, dimana puncak

awal 334 nm bergeser sebesar 47 nm, hal ini menunjukkan terdapat

gugus OH pada kedudukan 4’ (Markham, 1988).

Spektrum natrium asetat menyababkan pengionan yang

berarti pada gugus hidroksil flavonoid yang paling asam. Jadi, natrium

asetat digunakan terutama untuk mendeteksi adanya gugus 7-hidroksi

bebas atau setara sedangkan spektrum natrium asetat dan asam borat

menjembatani kedua gugus hidroksil pada gugus o-dihidroksi dan

digunakan untuk mendeteksinya. Dari hasil penilitian pada

penambahan pereaksi geser natrium asetat terjadi pergeseran puncak

pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 14 nm, hal ini

menunjukkan terdapat gugus OH pada kedudukan 7 sedangkan pada

penambahan pereaksi geser natrium asetat + asam borat terjadi pula

pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser sebesar 22

nm, hal ini menunjukkan terdapat gugus hidroksi yang bertetangga

atau berkedudukan orto dihidroksi (Markham, 1988).

Spektrum AlCl3 dan AlCl3/HCl,karena membentuk kompleks

tahan asam antara gugus hidroksil dan keton yang bertetangga dan

membentuk kompleks tak tahan asam dengan gugus o-

dihidroksil,pereaksi ini dapat digunakan untuk mendeteksi kedua

gugus tersebut. Jadi spektrum AlCl3 merupakan penjumlahan

pengaruh semua kompleks terhadap spektrum sedangkan spektrum

AlCl3/HCl hanya merupakan pengaruh kompleks hidroksi keton. Dari

hasil penelitian, pada penambahan pereaksi geser aluminium klorida

Page 9: Artikel 20 Asnah Marzuki

terjadi pergeseran puncak pita I, puncak awal 334 nm bergeser

sebesar 33 nm, hal ini menunjukkan terdapat gugus OH pada

kedudukan 5 dan 3’, sedangkan pada penambahan pereaksi geser

aluminium klorida + asam klorida terjadi pergeseran puncak pita I,

puncak awal 334 nm bergeser sebesar 43 nm ini menunjukkan

terdapat gugusOH(hidroksil) pada kedudukan 5 (Markham, 1988).

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa Biji Pinang ( Areca catechu L ) setelah diperiksa

secara spektrofotometri UV mengandung senyawa flavonoid golongan

flavonol.

B. SARAN

Untuk melengkapi data terhadap struktur flavonol dalam Biji

Pinang diharapkan untuk selanjutnya perlu dilakukan identifikasi

dengan menggunakan Infra Red (IR), spektroskopi massa, 13C NMR

dan 1H NMR.

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S., 2009, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 6, Trubus Agriwidya, Jakarta, Hal 127.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenika, Jakarta.

Duryatmo Sardi,dkk, 1990, Herbal Indonesia Berkhasiat, Bukti Ilmiah & Cara Racik, PT Trubus Swadaya, Vol.8.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, diterjemahkan oleh Kokasih Padwaminata Edisi II, Penerbit ITB, Bandung.

Heyne,K.,1987, Tumbuhan Berguna Indonesia,Jilid I, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta, Hal 460-465.

Markham,K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB Bandung, Hal 1-53.

Mulia M dan Syahrani A., 1990, Aplikasi Analisis Spektrofotometer UV-VIS, Mecphiso Grafika, Surabaya, 1-103.

Page 10: Artikel 20 Asnah Marzuki

Rohman Abdul., Gholib Gandjar., 2007, Metode Kromatografi Untuk Analisis Makanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hal 190.

Sovia Lenny., 2006, Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoida dan Alkaloida, Universitas Sumatera Utara, Meda.

Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi Dan Mikroskopis, diterjemahkan oleh Kokasih Padwaminata dan Iwang Soediro, Edisi II, Penerbit ITB, Bandung.

Steenis Van.,dkk., 2006, Flora, Penerbit PT Pradiya Paramitha, JakartaSriningsih, dkk., 2004, Analisa Senyawa Golongan Flavonoid

HerbaTempuyung (Sonchus arvensis L.), Pusat P2 Teknologi Farmasi Dan Medika Deputi Bidang TAB BPPT, Jakarta.

Tjitrosoepomo.,G, 1988, Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wijayakusuma, H., 2000, Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia, Jilid I, Penerbit PT Prestasi Insan Indonesia, Jakarta