6
Artikel Netralitas Pegawai Negeri Sipil Dalam Kampanye Sejak Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia terhitung telah mengalami sepuluh kali Pemilihan Umum. Mekanisme maupun pelaksanaan Pemilihan Umum di Indonesia dari masa Orde Lama hingga Era Reformasi berkembang sejalan dengan tuntutan demokrasi. Pengalaman sepuluh kali pemilu tersebut juga menandai perjalanan praktik demokrasi perwakilan di Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945 tidak menentukan sistem pemilihan apa yang harus diterapkan, namun berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat yang telah ditafsirkan melalui putusan MK, sistem yang harus dipilih adalah sistem yang memberikan penghargaan dan penilaian tertinggi terhadap suara pemilih yang tidak boleh didistorsi oleh peran partai politik. Oleh karena itu, sistem yang sesuai dengan politik hukum konstitusi adalah sistem pemilihan daftar terbuka yaitu adanya suatu penghargaan terhadap suara pemilih, karena suara pemilihlah yang menentukan siapa yang terpilih menjadi anggota DPR, bukan berdasarkan pada nomor urut yang

Artikel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pegawai Negeri Sipil

Citation preview

ArtikelNetralitas Pegawai Negeri Sipil Dalam Kampanye

Sejak Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia terhitung telah mengalami sepuluh kali Pemilihan Umum. Mekanisme maupun pelaksanaan Pemilihan Umum di Indonesia dari masa Orde Lama hingga Era Reformasi berkembang sejalan dengan tuntutan demokrasi. Pengalaman sepuluh kali pemilu tersebut juga menandai perjalanan praktik demokrasi perwakilan di Indonesia.Undang-Undang Dasar 1945 tidak menentukan sistem pemilihan apa yang harus diterapkan, namun berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat yang telah ditafsirkan melalui putusan MK, sistem yang harus dipilih adalah sistem yang memberikan penghargaan dan penilaian tertinggi terhadap suara pemilih yang tidak boleh didistorsi oleh peran partai politik. Oleh karena itu, sistem yang sesuai dengan politik hukum konstitusi adalah sistem pemilihan daftar terbuka yaitu adanya suatu penghargaan terhadap suara pemilih, karena suara pemilihlah yang menentukan siapa yang terpilih menjadi anggota DPR, bukan berdasarkan pada nomor urut yang dibuat oleh partai politik. Sistem ini tidak sama sekali meniadakan peran penting partai, karena partai tetap memiliki peran penting dalam menentukan calon-calon yang hendak dipilih rakyat.Dalam membicarakan masalah pemilihan umum dan partai politik, berarti kita berbicara mengenai partisipasi rakyat. Dalam negara demokrasi perwujudan partisipasi rakyat salah satunya adalah mengikuti pemilihan umum. Aspirasi rakyat ini biasanya ditampung dalam suatu partai politik. Di negara-negara yang menganut faham demokrasi, gagasan-gagasan mengenai partisipasi masyarakat adalah bahwa rakyat berhak turut menentukan siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin yang nantinya menentukan kebijaksanaan umum (public policy).Dalam Pasal 8 dan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan kedudukan Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut :Pasal 8Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara.Pasal 91. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah.2. Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.

Dari Pasal 9 ayat (2) dapat diambil kesimpulan bahwa seorang Pegawai Negeri Sipil dalam menjalankan tugas harus bertindak secara netral, pengertian netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya tidak mementingkan suku, agama, golongan, atau partai politik. Seorang Pegawai Negeri Sipil harus mampu menghindari pengaruh intervensi, sehingga dia dapat menjalankan tugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal. Untuk menghindari pengaruh partai politik Pegawai Negeri Sipil tidak boleh menjadi anggota aktif dan/atau pengurus partai politik. Bila seorang Pegawai Negeri Sipil ingin menjadi anggota dari suatu partai politik, maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri.

Pegawai Negeri Sipil menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang terlibat mengikuti kampanye Pemilihan Umum Legislatif dijatuhi sanksi disiplin sedang, yang hukumannya berupa :a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; danc. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil sudah jelas melarang Pegawai Negeri Sipil tidak boleh mengikuti kampanye Pemilu Legislatif, apabila Pegawai Negeri Sipil sudah berkampanye, maka Pegawai Negeri tersebut sudah tidak netral lagi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri sipil Pasal 4 angka 12 huruf b disebutkan bahwa :12. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara :a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/ataud. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.

Maksud dari Pasal 4 angka 12 huruf b tersebut memperbolehkan seorang Pegawai Negeri Sipil hadir menjadi peserta kampanye untuk mendengar, menyimak visi, misi dan program yang ditawarkan, tanpa menggunakan atribut Partai atau atribut PNS, karena yang dimaksud dengan menggunakan atribut PNS adalah seperti menggunakan seragam Korpri, seragam dinas, kendaraan dinas, dan lain-lain.Menurut Miftah Thoha, netralitas pada hakikatnya adalah suatu sistem bahwa birokrasi tidak akan berubah dalam memberikan pelayanan kepada masternya (dari parpol yang memerintah). Posisi Pegawai Negeri Sipil sangat dilematis, artinya di satu sisi mereka harus bersikap netral, sementara di sisi lain mereka tetap memiliki hak pilih. Untuk tercapainya suatu reformasi birokrasi dalam konteks netralitas Pegawai Negeri Sipil diperlukan suatu pengawasan yang diartikan sebagai proses pengamatan pelaksanaan seluruhnya kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Pengawasan dalam perspektif Hukum Administrai Negara terletak pada materi Hukum Administrasi Negara itu sendiri, sebagai landasan kerja atau pedoman bagi administrasi negara dalam melakukan tugas dan menyelenggarakan pemerintahan.