Upload
hanna-chriztin
View
7
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DUKUNGAN SOSIAL
Citation preview
PENDAHULUAN
Kemajuan pelayanan di bidang
kesehatan, meningkatnya sosial
ekonomi masyarakat, perbaikan gizi,
sanitasi dan semakin meningkatnya
pengetahuan masyarakat berdampak
sangat positif pada peningkatan
kesejahteraan lansia. Hal yang lebih
perlu diperhatikan yaitu antisipasi
terhadap
ledakan penduduk lansia di masa
yang akan datang. Berbagai masalah
fisik, psikologis daan sosial akan
muncul akibat proses degeneratif.
Pengaruh proses menua dapat
menimbulkan berbagai masalah
kemunduran terutama di bidang
kemampuan fisik, yang juga
berpengaruh pada kondisi mental
1
ABSTRAK
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut ialah gangguan fungsi kognitif. Diketahui bahwa dukungan sosial yang positif akan berpengaruh terhadap fungsi kognitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial terhadap fungsi kognitif pada lansia di Kelurahan Cacaban Kota Magelang.
Penelitian merupakan studi deskripsi korelasi dengan metode potong lintang, dilaksanakan pada bulan Maret 2015 dengan sampel berjumlah 76 orang lansia. Instrumen yang digunakan adalah Social Support Questionare 6 Number (SSQ6) dan Mini Mental State Examination (MMSE).
Lansia sebagian besar mendapat dukungan sosial yang baik yaitu 72,4% dan memiliki fungsi kognitif yang normal 63,2%. Pengujian terhadap hasil penelitian ini menggunakan chi-square dan didapatkan bahwa nilai χ² hitung 11,298 dengan nilai p-value 0,004 (α0,05), maka disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan fungsi kognitif pada lansia di Kelurahan Cacaban Kota Magelang.
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP FUNGSI KOGNITIF
PADA LANSIA DI KELURAHAN CACABAN KOTA MAGELANG
Hanna Kristin Kurniastuti
lansia tersebut. Semakin lanjut usia
seseorang, kesibukan sosialnya akan
semakin berkurang sehingga
mengakibatkan berkurangnya
integrasi dengan lingkungannya
(Nugroho, 2008).
Distorsi kognitif atau
penurunan fungsi kognitif yang
terjadi meliputi fungsi psikomotor,
proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain.
Fungsi kognitif tersebut merupakan
hasil interaksi dengan lingkungan
yang di dapat secara formal dari
pendidikan maupun non formal dari
kehidupan sehari-hari. Gangguan
satu atau lebih fungsi tersebut dapat
menyebabkan gangguan fungsi
sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian
(Nugroho, 2008).
Penyebab penurunan fungsi
kognitif multifaktor seperti stidak
bergaul/menarik diri, dan mekanisme
koping serta sistem tata nilai yang
dianut oleh individu tersebut
(Lumbantobing, 2008).
Faktor lain diketahui bahwa
jaringan sosial, keterikatan sosial
usia lanjut dengan masyarakat
sekitarnya dan dukungan sosial yang
positif akan menurunkan resiko
penurunan fungsi kognitif. Hal ini
disebabkan karena dukungan kepada
lansia terhadap kegiatan sosial
memberikan tantangan komunikasi
dan partisipasi dalam pertukaran
informasi secara interpersonal yang
kompleks dan efektif (Zunzunegui et
al., 2003).
METODOLOGI
Jenis penelitian ini adalah
sebuah penelitian diskripsi korelasi
yang bersifat kuantitatif dengan
rancangan cross sectional (potong
lintang). Dilakukan di Kelurahan
Cacaban, Kota Magelang 1minggu
2
pada tanggal 5 sampai 12 Maret
2015. Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh lansia berumur 60-74
tahun denga sampel 26 orang lansia
laki-laki dan 50 lansia perempuan,
dengan tingkat pendidikan tidak
sekolah sebanyak 27 orang,
pendidikan dasar 49 orang. Instrumen
yang digunakan adalah Social Support
Questionare 6 Number (SSQ6) dan Mini
Mental State Examination (MMSE).
ANALISIS
Diagram Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Dukungan Sosial pada
Lansia di Kelurahan Cacaban Kota
Magelang, 2015
Buruk Baik
Dukungan Sosial
0
20
40
60
80
Per
cen
t
27.6
72.4
Dukungan Sosial
Berdasarkan diagram diatas,
dapat diketahui bahwa sebagian
besar lansia yang tinggal di
Kelurahan Cacaban Kota Magelang,
mendapat dukungan sosial yang baik,
yaitu sejumlah 55 lansia (72,4%) dan
sejumlah 21 orang lansia mendapat
dukungan sosial yang buruk.
Diagram Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Fungsi Kognitif pada
Lansia di Kelurahan Cacaban Kota
Magelang, 2015
Berdasarkan diagram diatas,
dapat diketahui bahwa sebagian
lansia yang tinggal di Kelurahan
Cacaban Kota Magelang, memiliki
3
Terganggu Mungkin Gangguan Normal
Fungsi Kognitif
0
10
20
30
40
50
60
70
Pe
rce
nt
11.8
25
63.2
Fungsi Kognitif
fungsi kognitif yang normal, yaitu
sejumlah 48 lansia (63,2%).
Tabel Hubungan Dukungan Sosial
dengan Fungsi Kognitif Lansia di
Kelurahan Cacaban Kota
Magelang, 2015
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa lansia dengan
dukungan sosial buruk yang memiliki
fungsi kognitif terganggu sejumlah
23,8%, sedangkan lansia dengan
dukungan sosial baik
yang memiliki fungsi kognitif terganggu
hanya sejumlah 7,3%.
Berdasarkan uji Chi Square
diperoleh nilai ² hitung 11,298 dengan
p-value 0,004 (α=0,05), maka
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara dukungan sosial
dengan fungsi kognitif pada lansia di
Kelurahan Cacaban Kota Magelang.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lansia dengan gangguan /
definite fungsi kognitif berasal dari
dukungan sosial buruk sejumlah
23,8% dan lansia yang mendapat
dukungan sosial baik hanya sejumlah
7,3%. Responden dominan berjenis
kelamin perempuan, pendidikan
rendah /tidak sekolah dan status
perkawinan janda.
Hal ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Zunzunegui, et. al, (2003) di Spanyol
4
Duk.
Sosial
Fungsi Kognitif
Terganggu
probable Normal
f % f % f %
Buruk
Baik
5
4
23,8
7,3
9
10
42,9
18,2
7
41
33.3
74.5
Total 9 52,7 19 25,0 48 63.2
² 11,29 p-value
0,004
dimana didapatkan hasil yaitu
hubungan sosial yang buruk,
partisipasi yang jarang dalam
kegiatan sosial, dan pelepasan diri
dari lingkungan dan kegiatan sosial
memprediksi risiko penurunan
kognitif pada orang lanjut usia.
Kemungkinan penurunan kognitif
lebih rendah bagi pria dan wanita
dengan frekuensi tinggi dari kontak
visual dengan kerabat dan integrasi
sosial masyarakat.
Hasi dari 7,3% responden
dengan dukungan sosial baik yang
fungsi kognitifnya terganggu
didominasi oleh usia lansia yang
berada di atas 70 tahun. Hasil ini
masih jauh lebih rendah apabila
dibandingkan dengan suatu
penelitian yang mengukur kognitif
pada lansia oleh Scanlan et al, (2007)
yang menunjukkan skor di bawah cut
off skrining adalah sebesar 21% pada
kelompok umur 70-74. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan
adanya hubungan positif antara usia
dan penurunan fungsi kognitif lansia.
Sarafino (2006), menyatakan
bahwa dukungan sosial mengacu
pada kenyamanan, perhatian,
penghargaan, atau bantuan yang
diberikan orang lain atau kelompok
kepada individu. Taylor (2003), juga
menambahkan dukungan sosial
sebagai informasi yang diterima dari
orang lain bahwa individu tersebut
dicintai, diperhatikan, dihargai dan
bernilai dan merupakan bagian dari
jaringan komunikasi dan saling
dibutuhkan yang didapat dari orang
tua, suami, atau orang yang dicintai,
sanak keluarga, teman, hubungan
sosial dan komunitas.
Hasil penelitian selanjutnya
adalah lansia dengan kemungkinan/
probable gangguan fungsi kognitif
5
yaitu sebanyak 42,9% berasal dari
lingkungan dengan dukungan sosial
buruk. Dengan dominan responden
berjenis kelamin perempuan,
pendidikan SD dan status
perkawinan janda. Hasil ini lebih
tnggi apabila dibandingkan dengan
penelitian Ramadian (2013) di
Manado, dimana pada penelitian
tersebut mengungkapkan lansia yang
berada di panti dengan dukungan
sosial yang buruk 24,6% lansianya
probable/kemungkinan gangguan
fungsi kognitif. Hal ini mungkin
disebabkan karena faktor nutrisi yang
sangat diperhatikan setiap lansia
menurut kebutuhan individunya.
Selain itu pengurus panti juga
memperhatikan dengan cermat
kesehatan lansia serta kebutuhan
olahraga semua lansia di panti
tersebut.
Lansia dengan kemungkinan
gangguan fungsi kognitif berasal dari
lingkungan sosial yang baik
sejumlah 18,2%. Dengan dominan
responden berjenis kelamin
perempuan, pendidikan dasar dan
status perkawinan janda. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Yeh, Liu
et. al (2003) pada lansia yang tinggal
di masyarakat di negara Taiwan yang
menunjukkan hasil bahwa skor
penilaian fungsi kognitif lebih tinggi
di dapatkan pada lansia dengan
dukungan sosial yang kuat dan
menerima dengan positif dukungan
yang diberikan oleh teman dalam
satu kelompok. Jadi kemungkinan/
probable gangguan fungsi kognitif
bisa muncul pada responden dengan
dukungan sosial baik juga
bergantung dari penerimaan yang
positif terhadap dukungan itu sendiri.
6
Hasil penelitian lansia dengan
fungsi kognitif normal yaitu
memiliki dukungan sosial baik
sebanyak 74,5%. Dimana sebagian
besar karakteristik respondennya
adalah perempuan, dengan status
pendidikan dasar serta status
perkawinannya adalah menikah.
Selaras dengan penelitian Zhu,
Hu. J, dan Efird (2012) pada lansia di
central China yang menunjukkan
hasil bahwa dukungan sosial yang
baik mempunyai pengaruh sebesar
45,2% menurunkan risiko penurunan
fungsi kognitif pada lansia.
Dukungan keluarga terutama yang
memegang posisi sebagai faktor
yang kuat dalam mencegah
penurunan fungsi kognitif. Intervensi
yang meliputi dukungan keluarga
diperlukan untuk meningkatkan
fungsi kognitif selain dari tingkat
pendidikan lansia di level lebih
tinggi juga turut mempengaruhi.
Terakhir adalah hasil penelitian
dimana lansia dengan fungsi kognitif
baik memiliki dukungan sosial buruk
sebanyak 33,3%. Dengan sebagian
besar karakteristik respondennya
adalah perempuan, dengan status
pendidikan dasar serta status
perkawinannya adalah menikah.
Hasil ini dimungkinkan dari
dominasi reponden yang menikah
dan mempunyai keluarga dari
pernikahannya. Lansia yang tidak
menikah cenderung mengalami
penurunan kognitif dibandingkan
dengan lansia yang menikah, dan
lansia dengan dukungan sosial yang
rendah memiliki risiko yang lebih
besar untuk mengalami penurunan
kognitif.
7
KESIPULAN
Pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara dukungan
sosial dengan fungsi kognitif pada
lansia di Kelurahan Cacaban Kota
Magelang.
SARAN
1. Kepada pembaca untuk.
memberikan dukungan yang baik
dan adekuat berupa kedekatan secara
emsional, memberikan rasa aman
dan nyaman kepada lansia,
melibatkan lansia pada kelompok -
kelompok sosial masyarakat,
menghargai dan mengkui
kemampuan yang dimiliki lansia, ada
dan bisa diandalkan saat lansia
membutuhkan pertolongan serta
kesediaan mengasuh lansia.
2. Para praktisi kesehatan di
bidang geriatrik dan komunitas agar
lebih memfasilitasi kegiatan-kegiatan
kelompok lansia dengan kegiatan
yang dapat melatih dan terus
mengasah kemampuan kognitif
misalnya latihan senam otak/ brain
gym, mengisi puzzle/teka teki,
memonitor kesehatan lansia dan
melakukan olahraga ringan secara
teratur, terapi tertawa, yoga dan role
play.
3. Kepada peneliti selanjutnya
perlu dikembangkan desain
longitudinal dan pada populasi yang
lebih luas
DAFTAR PUSTAKA
Lumbantobing. (2006). Kecerdasan
pada usia lanjut dan demensia.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokeran Universitas Indonesia.
____________ (2008).
Neurogeriatri. Jakarta : Balai
8
Penerbit Fakultas Kedokeran
Universitas Indonesia.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan
Gerontik & Geriatrik. Edisi-3.
Jakarta : EGC.
Ramadian, D. A., et al. (2012).
"Gambaran Fungsi Kognitif Pada
Lansia Di Tiga Yayasan Manula
Di Kecamatan Kawangkoan." 1
Sarafino, E. P. (2006). Health
Psychology : Biopsychosocial
Interactions. Fifth Edition. USA :
John Wiley & Sons.
Scanlan, J. M. (2007). Cognitive
Impairment, Chronic Disease
Burden, and Fucntional
Disability: A Population Study of
Older Italians, The American
Journal of Geriatric Psychiatric.
Taylor, S. E. (2003). Health
Psychology. Upper `Saddle River,
New Jersey : Prentice Hall
International Inc.
Yeh, SC & Liu, YY. (2003).
Influence of social support on
cognitive function in the elderly.
BMC Health Services Research,
Elderly Journal. vol. 3 no. 1, pp.
9.
Zunzunegui, M. V. et al. (2003).
Development of simple cognitive
function measures in a community
dwelling population of elderly in
Spain. International Journal of
Geriatric Psychiatry, 15, 130–
140.
9