10
83 A R T I K E L 5 BAB A. Ancaman Perlambatan dan Inflasi Amerika Serikat Oleh : Wahyu Pratomo Gejolak pasar keuangan internasional sebagai buntut dari krisis KPR subprime di Amerika agak mereda setelah Federal Reserve memangkas suku bunga kebijakan fedfund sebesar 50 bps pada 18 September menjadi 4,75% untuk menambah likuiditas ekonomi yang terancam mengering. Pelaku pasar keuangan menyambut antusias langkah pre- emptive dari Fedres ini. Pasar keuangan AS dan internasional cenderung lebih positif semenjak itu daripada periode-periode sebelumnya. Namun, gejolak keuangan akhir-akhir ini telah melahirkan ketidak-pastian dan risiko yang mungkin berpengaruh negatif terhadap prospek ekonomi AS dan dunia. Sebagai salah satu sektor yang selama ini menopang pertumbuhan konsumsi di AS, ancaman resesi sektor perumahan sebagai akibat krisis KPR subprime dikuatirkan akan merembet ke sektor-sektor ekonomi lain. Sebagai akibatnya, aktivitas konsumsi dan investasi domestik AS terancam melambat. Di tambah lagi, krisis di sektor subprime itu sendiri masih belum berakhir. Proses penilaian kembali risiko (repricing of risk) aset- aset keuangan masih akan berlangsung, yang pada gilirannya mendorong kenaikan biaya pinjaman (borrowing cost). Dampak Krisis Subprime Ekonomi China memanas Import price dari China naik Lonjakan harga minyak Ekspektasi inflasi AS naik Respon Fedres kedepan? Apresiasi mata uang dunia, Rp Depresiasi USD Ekonomi Indonesia Perlambatan ekonomi dunia Trade channel Tekanan inflasi AS moderat Fedfund 50 bps cut US subprime crisis Spill-over ke sektor lain Konsumsi & investasi turun Perlambatan/ ancaman resesi AS Lonjakan borrowing cost C D E B A

Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ancaman perlambatan dan inflasi amerika serikat

Citation preview

Page 1: Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Bab 5 - A r t i k e l

83

A R T I K E L

5B A B

A. Ancaman Perlambatan dan Inflasi Amerika Serikat

Oleh : Wahyu Pratomo

Gejolak pasar keuangan internasional

sebagai buntut dari krisis KPR subprime di

Amerika agak mereda setelah Federal Reserve

memangkas suku bunga kebijakan fedfund

sebesar 50 bps pada 18 September menjadi

4,75% untuk menambah likuiditas ekonomi

yang terancam mengering. Pelaku pasar

keuangan menyambut antusias langkah pre-

emptive dari Fedres ini. Pasar keuangan AS dan

internasional cenderung lebih positif semenjak

itu daripada periode-periode sebelumnya.

Namun, gejolak keuangan akhir-akhir ini telah

melahirkan ketidak-pastian dan risiko yang

mungkin berpengaruh negatif terhadap

prospek ekonomi AS dan dunia.

Sebagai salah satu sektor yang selama

ini menopang pertumbuhan konsumsi di AS,

ancaman resesi sektor perumahan sebagai

akibat krisis KPR subprime dikuatirkan akan

merembet ke sektor-sektor ekonomi lain.

Sebagai akibatnya, aktivitas konsumsi dan

investasi domestik AS terancam melambat.

Di tambah lagi, krisis di sektor subprime

itu sendiri masih belum berakhir. Proses

penilaian kembali risiko (repricing of risk) aset-

aset keuangan masih akan berlangsung, yang

pada gilirannya mendorong kenaikan biaya

pinjaman (borrowing cost).

Dampak Krisis SubprimeEkonomi China

memanas

Import pricedari China naik

Lonjakanharga minyak

Ekspektasiinflasi AS naik

Respon Fedreskedepan?

Apresiasi matauang dunia, Rp

DepresiasiUSD

EkonomiIndonesia

Perlambatanekonomi dunia Trade channel

Tekanan inflasiAS moderat

Fedfund 50bps cut

US subprimecrisis

Spill-over kesektor lain

Konsumsi &investasi turun

Perlambatan/ancaman resesi AS

Lonjakanborrowing cost

C

D

E

BA

Page 2: Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2007

84

Perkembangan di atas melahirkan

ancaman perlambatan dan bahkan mungkin

resesi ekonomi di Amerika Serikat. Kelesuan

ekonomi ASƒpenyumbang 25% PDB duniaƒ

diperkirakan akan berpengaruh negatif

terhadap ekonomi dunia, termasuk Indonesia.

Selain melalui jalur perdagangan,

perlambatan ekonomi dunia juga disumbang

oleh kenaikan biaya pinjaman, khususnya di

Eropa. Sejumlah bank dan lembaga keuangan

di kawasan tersebut memiliki exposure yang

cukup besar terhadap KPR subprime di AS.

Akibatnya, kondisi keuangan mereka

memburuk seiring dengan semakin parahnya

krisis di sektor tersebut.

Selain banyak dikritik bahwa langkah

penurunan suku bunga kebijakan Fedres

menyuburkan moral hazard, langkah yang

sama juga dikuatirkan mendorong kenaikan

ekspektasi inflasi di Amerika Serikat.

Terlebih harga minyak kembali melonjak

akhir-akhir ini. Harga komoditas pertanian juga

masih tinggi di pasar internasional. Ekonomi

China yang sedang memanas juga dikuatirkan

akan menambah tekanan inflasi melalui

kenaikan harga impor produk China di pasar

AS.

Kenaikan ekspektasi inflasi and

ancaman perlambatan ekonomi di AS pada

gilirannya berdampak pada tekanan depresiasi

dollar AS. Mata uang ini kini diperdagangkan

pada level terendah terhadap mata uang

utama dunia, khususnya Euro, dalam beberapa

tahun terakhir. Apresiasi Euro dan mata uang

dunia lainnya terhadap USD dapat

mengancam kinerja ekspor dan ekonomi

negara mitra dagang AS.

Dalam laporan World Economic

Outlook (WEO) edisi September 2007, IMF

menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi

AS di tahun 2007 menjadi 1,9%, terkoreksi

0,1% dari proyeksi pada bulan Juli 2007 lalu.

Pada tahun 2008, perlambatan semakin

dirasakan dengan ekonomi AS kini

diproyeksikan hanya tumbuh 1,9% dari 2,8%

proyeksi sebelumnya.

Menjadi pertanyaan bagi kita di

Indonesia, apa kira-kira dampak krisis subprime

di AS ini pada ekonomi dunia umumnya dan

Indonesia khususnya? Melalui jalur-jalur apa

saja dampak krisis subprime dan juga

perlambatan ekonomi AS akan dirasakan oleh

ekonomi Indonesia?

(i) Spill-over ke Sektor Lain

Perlambatan ekonomi AS sebenarnya

sudah terjadi sejak awal 2007. Krisis subprime

akhir-akhir ini diperkirakan semakin menekanGrafik 1 S&P/Case-Shiller Home-price IndexGrafik 1 S&P/Case-Shiller Home-price IndexGrafik 1 S&P/Case-Shiller Home-price IndexGrafik 1 S&P/Case-Shiller Home-price IndexGrafik 1 S&P/Case-Shiller Home-price Index

Sumber: Standard & Poor's

(% yoy)

-10

-5

0

5

10

15

20

25

1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2002 2005

Page 3: Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Bab 5 - A r t i k e l

85

kinerja ekonomi AS dalam triwulan-triwulan

mendatang.

Sektor perumahan AS yang demikian

marak dan harganya meroket hingga akhir

2006 kini telah terseret dalam kelesuan

terparah dalam tiga puluh tahun terakhir.

Untuk pertama kali sejak depresi di tahun

1930-an, harga rumah tumbuh negatif secara

tahunan. Indeks harga rumah S&P/Case-Shiller

untuk 20 kota terbesar turun 4,5% (yoy) pada

bulan Juli (Grafik 1). Penjualan rumah-jadi

anjlog 4,3% di bulan Agustus.

Harga rumah diperkirakan akan terus

jatuh, setidaknya hingga dua tahun ke depan.

Sejumlah faktor menjadi penyebab tingginya

persediaan (inventory) rumah baru dan rumah-

jadi yang belum terjual, termasuk (a) pasokan

rumah berlebih di tengah-tengah jatuhnya

permintaan rumah baru, (b) semakin ketatnya

persyaratan kredit sektor perumahan menekan

permintaan rumah baru, serta (c) sekitar USD 1

triliun kredit dengan suku bunga adjustableƒ

dikenal dengan hybrid mortgageƒakan

berubah menjadi kredit dengan suku bunga

jauh meningkat dalam 12 bulan kedepan.

Resesi di sektor perumahan saja

sebenarnya tidak mampu mendorong

ekonomi AS ke dalam resesi karena sektor ini

hanya menyumbang 5% PDB. Namun,

kelesuan sektor perumahan berpotensi

merembet ke sektor-sektor lain. Sektor

kendaraan bermotor, misalnya, kini dilanda

kelesuan. Penjualan mobil dan truk jenis ringan

di tahun 2007 diperkirakan turun menjadi 16,0

juta unit, dari 16,9 juta dan 16,5 juta masing-

masing di tahun 2005 dan 20061 .

Konsumsi yang menyumbang 70% dari

agregat permintaan sekarang ini dikuatirkan

tertekan. Nilai rumah yang jatuh menimbulkan

efek kesejahteraan negatif. Pengetatan

persyaratan kredit di pasar perumahan dan

pasar utang konsumen mendorong kenaikan

biaya pinjaman (borrowing cost). Sementara

itu, harga BBM juga kian meningkat.

Grafik 2 US Confidence IndexGrafik 2 US Confidence IndexGrafik 2 US Confidence IndexGrafik 2 US Confidence IndexGrafik 2 US Confidence Index(Conference Board)(Conference Board)(Conference Board)(Conference Board)(Conference Board)

Index

Sumber: Bloomberg

40

60

80

100

120

140

160

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

expectation

confidence

80,1

95,6

Grafik 3 US Confidence IndexGrafik 3 US Confidence IndexGrafik 3 US Confidence IndexGrafik 3 US Confidence IndexGrafik 3 US Confidence Index(University of Michigan)(University of Michigan)(University of Michigan)(University of Michigan)(University of Michigan)

future situation(expectation)

current situation

Sumber: Bloomberg

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

70,1

97,6

1 Angka Concensus Forecast, September 2007.

Page 4: Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2007

86

Hingga kini, kesempatan kerja dan

pendapatan konsumen yang kuat baik yang

berasal dari upah maupun pendapatan dari

pasar modal masih mampu menopang

pengeluaran konsumsi dan mengkompensasi

penurunan pendapatan dari sektor perumahan.

Kondisi lapangan kerja sekarang ini

memberikan tanda-tanda yang masih mixed.

Laporan tenaga kerja di bulan September

menunjukkan kenaikan sekitar 110.000

pekerjaan (Grafik 4). Penciptaan lapangan

kerja di sektor jasa kembali mampu

mengkompensasi penurunan lapangan kerja

di sektor manufaktur. Namun, angka

pengangguran pada bulan yang sama

meningkat hingga 4,7%, tertinggi dalam

setahun terakhir (Grafik 7).

Angka terkini masih memberi

gambaran daya tahan konsumsi swasta yang

cukup kuat. Konsumsi personal tumbuh 0,4%

(mtm) di bulan Agustus. Angka pertumbuhan

di triwulan III-2007 nya diperkirakan mencapai

2,8% (yoy). Penjualan ritel tumbuh kuat 5%

(yoy) pada bulan September.

Namun, tingkat kepercayaan konsumen

pada bulan September kembali menurun. Baik

survei kepercayaan konsumen yang dilakukan

oleh Conference Board dan University of

Michigan mengkonfirmasi hal tersebut (Grafik

2 dan Grafik 3).

Bila konsumsi benar-benar melemah ke

depan, perusahaan-perusahaan AS yang

selama ini banyak bergantung pada

pengeluaran konsumsi masyarakat sebagai

sumber keuntungan terancam harus

mengurangi produksi, tenaga kerja, dan

pembelian barang modal.

Selain ancaman konsumsi yang

melemah, aktivitas investasi yang sudah lemah

dalam beberapa triwulan terakhir dikuatirkan

semakin lesu sebagai dampak (a) kenaikan

biaya pinjaman, (b) ketidakpastian akibat

gejolak keuangan akhir-akhir ini, serta (c)

lonjakan harga minyak.

Melemahnya kegiatan investasi

ditunjukkan oleh indeks produksi manufaktur

yang terus menurun (Grafik 5). Survei

manufaktur ISM menunjukkan angka pesanan

Grafik 4 US Non-farm Job PayrollGrafik 4 US Non-farm Job PayrollGrafik 4 US Non-farm Job PayrollGrafik 4 US Non-farm Job PayrollGrafik 4 US Non-farm Job Payroll

127

services

-31

goods

thousand (mom)

Sumber: Bloomberg

-200

-100

0

100

200

300

400

500

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Grafik 5 Industrial ProductionGrafik 5 Industrial ProductionGrafik 5 Industrial ProductionGrafik 5 Industrial ProductionGrafik 5 Industrial Production

Sumber: Bloomberg

1.9

(% yoy)

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Page 5: Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Bab 5 - A r t i k e l

87

baru di bulan September yang kembali lebih

rendah dari bulan-bulan sebelumnya. Pesanan

barang modalƒproxi bagi pengeluaran

perusahaanƒjuga turun. Ini menunjukkan

naiknya ketidak-pastian seputar prospek

investasi.

(ii) Lonjakan Biaya Pinjaman

Dampak gejolak keuangan

kemungkinan masih akan dirasakan sektor riil

AS untuk sementara waktu. Proses penilaian

kembali risiko (repricing of risk) di pasar-pasar

kredit masih akan berlangsung.

Krisis yang bermula dari KPR subprime

kini merembet ke berbagai pasar kredit,

termasuk pasar uang antar bank, pasar

leveraged-buy-out (LBO), pasar collaterilized-

debt-obligations (CDO), dan structured-

investment-vehicles (SIV) yang dimiliki bank-

bank. Akibatnya, biaya pinjaman (borrowing

cost) di berbagai pasar kredit melonjak.

Proses penilaian kembali risiko di pasar

uang antar bank (PUAB), misalnya, mendorong

bank-bank tidak mau saling memberi

pinjaman. Suku bunga LIBOR USD dan mata

uang lainnya melonjak tajam pada 9 Agustus

lalu dan semenjak itu cenderung merangkak

naik hingga 18 September 2007 (Grafik 6).

Hanya setelah Federal Reserve dan ECB

melakukan operasi pasarƒdalam bentuk

lelang dengan jangka waktu tiga bulanƒ

untuk menenangkan pasar uang antar bank,

suku bunga London Interbank-Offered Rate

(LIBOR) jangka waktu tiga bulan turun 35 bps

menjadi 5,24% pada tanggal 19 September

2007. Suku bunga LIBOR Euro dan

poundsterling dengan jangka waktu yang

sama juga menurun.

Meski suku bunga cenderung turun,

masalah ketatnya likuiditas pasar belum

berakhir sepenuhnya. Level suku bunga LIBOR

USD jangka waktu overnight meningkat dari

4,88% pada tanggal 25 September menjadi

5,09% pada 26 September dan 5,30% pada

27 September 2007. Kurang lebih selama

September, saldo pinjaman melalui fasilitas

discount window Fedres selalu positif dengan

puncaknya sebesar USD 2,2 miliar pada

minggu III-September.

Ketatnya likuiditas pasar diperkirakan

masih akan berlangsung dalam beberapa

bulan ke depan. Survei yang dilakukan oleh

perusahaan Norton Rose terhadap responden

bank, perusahaan, dan perusahaan sekuritas

menunjukkan bahwa pasar keuangan LBO

belum akan pulih hingga musim semi

mendatang.

Grafik 6Grafik 6Grafik 6Grafik 6Grafik 6

Source: Thomson Datastream *London inter-bank offered rate

A crack in the ice?3-month LIBOR* rates, %

2007August September

S

1710327201361

7.0

6.5

6.0

5.5

5.0

4.5

4.0

Page 6: Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2007

88

Prediksi ini sejalan prediksi IMF dalam

Global Financial Stability Report (GFSR) mereka

yang terakhir. Mereka menyatakan bahwa

proses penyesuaian di pasar keuangan sebagai

dampak krisis di KPR subprime masih

berlangsung di depan. Normalisasi pasar kredit

memerlukan waktu cukup lama.

Semakin lama suku bunga PUAB berada

di level yang tinggi, semakin besar

kemungkinan gejolak pasar keuangan

berdampak buruk pada sektor ekonomi riil.

(iii) Ekonomi AS Akan Melambat

Ekonomi AS diperkirakan melambat

hingga awal tahun depan sebagai akibat krisis

perumahan yang masih berlanjut, pasar kredit

yang mengetat, dan harga minyak yang

melonjak. Namun, dua kali penurunan suku

bunga fedfund diyakini banyak kalangan,

termasuk Fedres, cukup untuk mencegah

ekonomi AS jatuh ke jurang resesi.

Data ekonomi terakhir menunjukkan

masih cukup kuatnya daya tahan ekonomi AS.

Selain itu, kontribusi positif dari ekspor dan

jasa diyakini membantu mengkompensasi

melesunya konsumsi swasta. Dengan nilai

tukar USD yang cenderung lemah, kinerja

ekspor yang terus membaik diperkirakan

mendorong penurunan defisit transaksi

berjalan menjadi USD 783 miliar pada tahun

2007, dari USD 811 miliar tahun

sebelumnya2 .

Namun, ekonomi AS juga memiliki

sejumlah risiko ke depan. Kekuatiran investor

akan memburuknya KPR bermasalah masih

tinggi dan kemungkinan meningkat. Bila hal

ini terus berlangsung, pasar kredit akan

semakin ketat dan biaya pinjaman tetap tinggi.

Lonjakan harga minyak dunia, selain

menambah tekanan ke atas bagi inflasi, juga

dikuatirkan dapat menahan laju ekonomi lebih

lanjut.

2 Angka Consensus Forecast September 2007

Grafik 7 US Unemployment RateGrafik 7 US Unemployment RateGrafik 7 US Unemployment RateGrafik 7 US Unemployment RateGrafik 7 US Unemployment Rate

Seperti telah disebutkan sebelumnya,

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan

ekonomi AS di tahun 2007 sebesar 0,1%

menjadi 1,9% (yoy). Proyeksi pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2008 bahkan dipangkas

menjadi 1,9% (yoy) dari 2,8% proyeksi

sebelumnya.

(iv) Ekonomi Dunia Terpengaruh

Dampak perlambatan ekonomi AS

terhadap ekonomi dunia terjadi melalui dua

jalur, yakni (a) perdagangan dan (b) keuangan

Sumber: Bloomberg

(%)

2

3

4

5

6

7

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Page 7: Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Bab 5 - A r t i k e l

89

khususnya dalam bentuk kenaikan biaya

pinjaman.

Jika ekonomi AS melambat, negara

tersebut akan mengurangi impor dari negara-

negara lain. Meski fenomena decoupling tengah

berlangsung, perlambatan ekonomi ASƒ

penyumbang 25% PDB duniaƒdiperkirakan

masih akan berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi belahan dunia lain3.

Perlambatan ekonomi dikuatirkan juga

banyak dipengaruhi oleh kenaikan biaya

pinjaman. Di tengah globalisasi pasar

keuangan yang semakin intens, ketatnya pasar

kredit dan kenaikan biaya pinjaman juga

dirasakan di belahan dunia lain, terutama

Eropa. Krisis seputar Northern Rock

menunjukkan bahwa sejumlah bank di Eropa

mempunyai exposure yang cukup besar

terhadap kredit subprime AS.

Sejalan dengan perkembangan di pasar

uang AS, suku bunga LIBOR Euro dan

poundsterling jangka waktu tiga bulan terlihat

melonjak di pertengahan bulan Agustus 2007

sebagai dampak ketatnya likuiditas di pasar

tersebut (Grafik 6). Semenjak itu, kedua suku

bunga LIBOR tersebut merangkak naik. Hanya

setelah Fedres memangkas suku bunga

fedfund sebesar 50 bps dan bank-bank sentral

terkemuka di dunia melakukan operasi pasar,

suku bunga LIBOR Euro dan poundsterling

berangsur turun sejak 19 September 2007.

3 Baik Eropa dan Asia kini relatif kurang bergantung padaAS daripada dulu. Pasar AS kini menyumbang 22% daritotal ekspor China. Sumbangan pasar Eropa bagi eksporChina sekarang ini telah setara dengan pasar AS.

Meski suku bunga LIBOR telah

menurun, permintaan likuiditas di pasar masih

sangat tinggi. Per 26 September 2007, suku

bunga LIBOR poundsterling memang tercatat

menurun hingga level 6,34%. Namun, level

ini sebenarnya masih sekitar 50 bps di atas

suku bunga dasar.

Ketatnya l ikuiditas pasar juga

tercermin dari besarnya fasilitas refinancing

ECB yang dimanfaatkan oleh bank-bank.

Pada tanggal 27 September yang lalu, ECB

mencatat pemanfaatan fasilitas refinancing

sebesar Euro 3,9 miliar, terbesar sejak

Oktober 2004, dengan suku bunga penalti

sebesar 5,0%.

Selain itu, survei yang dilakukan Bank

of England menunjukkan bahwa bank-bank

Inggris akan mengurangi pasokan kredit

kepada perusahaan-perusahaan secara

signifikan di triwulan IV-2007 sehubungan

dengan pengetatan persyaratan kredit dan

kenaikan biaya pinjaman.

Terutama sebagai dampak krisis

subprime yang meluas, pertumbuhan ekonomi

negara maju untuk tahun 2007 dan 2008

dikoreksi IMF. Proyeksi pertumbuhan kawasan

Eropa dikurangi masing-masing 0,1% dan

0,4% menjadi 2,5% di tahun 2007 dan 2,1%

tahun 2008 sebagai dampak dari apresiasi nilai

tukar Euro terhadap kinerja ekspor serta

tingginya biaya pinjaman. Sementara, ekonomi

Jepang diperkirakan turun menjadi 2,0% pada

2007 dan 1,7% pada 2008 sebagai akibat

turunnya investasi dan konsumsi domestik

serta penguatan yen. Melemahnya

Page 8: Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2007

90

pertumbuhan negara maju berdampak pada

penurunan volume perdagangan dunia akibat

turunnya permintaan.

Pertumbuhan ekonomi negara

berkembang diproyeksi IMF tetap tinggi di

tahun 2007 dan hanya terkoreksi tipis di tahun

2008. Ekonomi China diprediksi tumbuh

11,5% pada tahun 2007, lebih tinggi dari

prediksi semula 11,2%, dengan aktivitas

ekonomi domestik sebagai motor

pertumbuhan. Proyeksi pertumbuhan China

pada tahun 2008 hanya turun tipis dari 10.5%

pada tahun sebelumnya menjadi 10,0%.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi India tetap di

atas 8% pada 2007 dan 2008.

(v) Ancaman Inflasi & Respon Fedres

Fed menurunkan suku bunga fedfund

untuk pertama kalinya sejak tahun 2003 pada

18 September 2007. Suku bunga fedfund

sebesar 50 bps menjadi 4,75% (Grafik 8).

Penurunan tersebut di luar ekspektasi pasar

yang cenderung memprediksi hanya 25 bps.

Grafik 8 Fedfund Rate dan PCE CoreGrafik 8 Fedfund Rate dan PCE CoreGrafik 8 Fedfund Rate dan PCE CoreGrafik 8 Fedfund Rate dan PCE CoreGrafik 8 Fedfund Rate dan PCE Core

Penurunan suku bunga bertujuan untuk

mencegah dampak buruk gejolak di pasar

keuangan terhadap perekonomian. Kebijakan

ini diambil karena besarnya potensi koreksi

pada sektor perumahan dalam memperlambat

pertumbuhan ekonomi AS.

Sumber: Bloomberg

Fedfund rate

PCE Core

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

4,50

1,8

Grafik 9 Import Price of Chinese Products in USGrafik 9 Import Price of Chinese Products in USGrafik 9 Import Price of Chinese Products in USGrafik 9 Import Price of Chinese Products in USGrafik 9 Import Price of Chinese Products in US

Index

All commodity

Excluding Oil

Sumber: Bloomberg

85

90

95

100

105

110

115

120

125

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

122.3

106.9

Selain itu, inflasi relatif terkendali. Inflasi

inti pada bulan Agustus tercatat 2,1% (yoy),

turun dari 2,2% di Juli 2007. PCE core turun

dari 1,9% pada bulan Juni dan Juli 2007

menjadi 1,8% pada bulan Agustus (Grafik 8).

Level PCE core kini berada dalam batas target

yang diperhatikan oleh Fed, yakni di kisaran

1,0%-2,0%, setelah lebih dari 3 tahun berada

di atas 2%.

Namun, keputusan Fedres untuk

memangkas fedfund rate menimbulkan

kekuatiran terhadap kemungkinan peningkatan

laju inflasi kedepan. Penurunan suku bunga

diperkirakan akan mendorong kenaikan

aktivitas ekonomi dan akhirnya tekanan inflasi.

Tekanan inflasi juga berasal dari

peningkatan harga komoditi dunia, khususnya

harga minyak (Grafik 9). WTI sudah mencapai

Page 9: Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Bab 5 - A r t i k e l

91

USD 83,3/barrel pada minggu-minggu terakhir

September lalu.

Selain itu, dengan ekonomi China yang

memanas, harga impor produk China di

Amerika serikat juga mengalami kenaikan

(Grafik 9). Kenaikan harga impor kemungkinan

berimbas pada kenaikan harga konsumen dan

wholesale.

Kenaikan ekspektasi inflasi terlihat dari

yields T-bond yang meningkat. Yield US T-Bond

jangka waktu 10 tahun mencapai 4,6% pada

minggu terakhir September 2007 naik dari

4,5% pada minggu sebelumnya (Grafik 10).

Yield US T-Bond jangka waktu 30 tahun juga

mengalami kenaikan dari 4,7% menjadi 4,9%

pada minggu terakhir September.

Di tengah-tengah ekspektasi inflasi yang

meningkat, pertanyaan yang banyak muncul

sekarang ini adalah apakah keputusan yang

akan diambil Fedres dalam pertemuan FOMC

mereka pada akhir Oktober mendatang.

Sebagian besar memperkirakan bahwa

Fedres akan memangkas suku bunga lagi

Grafik 10 US T-Bond YieldsGrafik 10 US T-Bond YieldsGrafik 10 US T-Bond YieldsGrafik 10 US T-Bond YieldsGrafik 10 US T-Bond Yields

setidaknya sebesar 25bps. Ini diperlukan untuk

≈memastikanΔ bahwa ekonomi AS tidak akan

terseret kedalam jurang resesi di tengah masih

berlangsungnya krisis di sektor perumahan dan

pasar kredit. Sebagian yang lain sebaliknya

berpandangan bahwa Fedres akan stay put

mengingat tekanan inflasi ke depan semakin

besar.

(vi) USD Melemah

Ekspektasi kenaikan inflasi di Amerika

Serikat dan penurunan suku bunga fedfund

sebesar 50 bps menekan nilai tukar USD (Grafik

11). USD terus melemah dan di bulan

September lalu berada di level terendah

terhadap Euro dalam beberapa tahun terakhir.

Meski sedikit rebound pada minggu

terakhir September, pelemahan USD

diperkirakan akan berlangsung sementara

waktu seiring dengan prospek ekonomi AS

yang relatif memburuk dan tingginya tekanan

inflasi AS dalam waktu-waktu mendatang.

Apresiasi mata uang dunia lainnya,

terutama Euro, mulai mengkuatirkan otoritas

Grafik 11 Yen/USD dan Euro/USDGrafik 11 Yen/USD dan Euro/USDGrafik 11 Yen/USD dan Euro/USDGrafik 11 Yen/USD dan Euro/USDGrafik 11 Yen/USD dan Euro/USD

Sumber: Bloomberg

Euro/USD

Yen/USD

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2,00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 20070

20

40

60

80

100

120

140

160

0,69

115,43

Sumber: Bloomberg

Tenor 10 tahun

Tenor 30 tahun

3,8

4

4,2

4,4

4,6

4,8

5

5,2

4.672

5.034

4,77

4.332

2007

9Ags

16Ags

13Ags

30Ags

6Sep

13Sep

20Sep

27Sep

4Okt

11Okt

18Okt

25Okt

1Nov

8Nov

Page 10: Artikel-Ancaman Perlambatan Dan Inflasi Amerika Serikat

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2007

92

di Uni Eropa. Ekonomi mereka yang selama

ini banyak bergantung pada kinerja ekspor

yang kuat dikuatirkan akan terpengaruh

negatif oleh penguatan mata uang Euro.

Banyak desakan ditujukan pada ECB

untuk segera mengikuti langkah Fedres

memangkas suku bunga kebijakan mereka.

Namun banyak pihak memperkirakan bahwa

ECB tidak akan gegabah menuruti desakan

tersebut mengingat masih besarnya tekanan

inflasi di depan. Hanya kenaikan suku bunga

kebijakan ECB yang rencananya dilakukan

pada akhir 2007 kemungkinan besar akan

ditunda untuk sementara waktu.

(vii) Dampak Ekonomi ke Indonesia

Dampak krisis subprime AS terhadap

ekonomi Indonesia dapat terjadi melalui lima

jalur (Lihat Bagan pada halaman 1). Kelima

jalur tersebut adalah: (A) jalur perdagangan

langsung antara Indonesia dan Amerika

Serikat, (B) jalur perdagangan Indonesia dan

Asia/Eropa yang kemungkinan akan terkena

dampak perlambatan ekonomi AS, (C) jalur

(kenaikan) biaya pinjaman, (D) jalur (apresiasi)

nilai tukar Rupiah, dan (E) jalur (suku bunga)

kebijakan moneter Fedres kedepan.

Apresiasi nilai tukar rupiah yang

berlebihan dikuatirkan dapat berpengaruh

negatif terhadap kinerja ekspor Indonesia,

terutama yang ditujukan ke pasar Amerika

Serikat. Sementara itu, ketidak-pastian

seputar keputusan Fedres pada pertemuan

FOMC akhir bulan Oktober ini akan

berpengaruh terhadap kebijakan dan kondisi

moneter khususnya dan ekonomi Indonesia

umumnya.