31
INTERNASIONALISASI DAN EMPLOYABILITY DALAM RANGKA MENINGKATKAN DAYA SAING PERGURUAN TINGGI VOKASI DI INDONEIA Khusnul Khotimah, Nila Mutia Pendahuluan Sumber daya yang berdaya saing sangat diperlukan saat ini untuk menunjukkan derajat suatu negara. Indonesia dengan potensi alam yang luar biasa dan hamparan geografis yang luas tidak akan dapat dieksplor setiap saat karena memiliki limit. Manusia sebagai syarat utama berjalannya sumber daya merupakan aset negara yang tidak akan habis dan harus dikembangkan kompetensinya untuk memiliki daya saing di tingkat global. Internasionalisasi sebagai mesin globalisasi menuntut adanya kemampuan sumber daya manusia yang mampu melampuai lintas batas negara yang dapat bekerja di mana pun, dan kapan pun. Globalisasi juga menuntut dunia pendidikan di Indonesia untuk menyesuaikan kondisi pendidikan dengan arus globalisasi tersebut melalui kebijakan pendidikan. Indonesia dengan segenap potensinya masih harus berjuang untuk memiliki kemampuan yang sepadan dengan negara lain. Menakar kompetensi lulusan pendidikan tinggi yang baru menuju standar nasional dan beberapa

Artikel Employability

Embed Size (px)

DESCRIPTION

isu-isu kritis pendidikan task

Citation preview

INTERNASIONALISASI DAN EMPLOYABILITY DALAM RANGKA MENINGKATKAN DAYA SAING PERGURUAN TINGGI VOKASI DI INDONEIAKhusnul Khotimah, Nila Mutia

Pendahuluan Sumber daya yang berdaya saing sangat diperlukan saat ini untuk menunjukkan derajat suatu negara. Indonesia dengan potensi alam yang luar biasa dan hamparan geografis yang luas tidak akan dapat dieksplor setiap saat karena memiliki limit. Manusia sebagai syarat utama berjalannya sumber daya merupakan aset negara yang tidak akan habis dan harus dikembangkan kompetensinya untuk memiliki daya saing di tingkat global. Internasionalisasi sebagai mesin globalisasi menuntut adanya kemampuan sumber daya manusia yang mampu melampuai lintas batas negara yang dapat bekerja di mana pun, dan kapan pun. Globalisasi juga menuntut dunia pendidikan di Indonesia untuk menyesuaikan kondisi pendidikan dengan arus globalisasi tersebut melalui kebijakan pendidikan. Indonesia dengan segenap potensinya masih harus berjuang untuk memiliki kemampuan yang sepadan dengan negara lain. Menakar kompetensi lulusan pendidikan tinggi yang baru menuju standar nasional dan beberapa perguruan tinggi menuju world class university ternyata masih belum mampu menjawab tantangan globalisasi tersebut. Tuntutan internasionalisasi pada jenjang pendidikan tinggi dari aspek sumber daya manusia, diantaranya dosen dan mahasiswa serta tenaga kependidikan dituntut memiliki kemampuan untuk mencapai ke arah kompetensi global. Persaingan yang ketat dengan perguruan tinggi negara lain dan tuntutan akan pemenuhan kualitas pendidikan tinggi menjadi suatu yang niscaya untuk dihindari. Kualitas pendidikan tinggi Indonesia secara rata-rata masih jauh tertinggal oleh negara lain bahkan oleh negara tetangga terdekat menjadi sebuah keharusan untuk segera dilakukan perubahan secara masal baik dari otoritas kebijakan maupun implementasai kurikulum. Kurikulum merupakan pendekatan utama dalam merubah perilaku, mind set, pemberian pengajaran dan lain-lain. Masalah pendidikan tinggi hari ini adalah angka pengangguran terdidik yang cukup tinggi menembus kurang lebih tujuh juta orang hingga tahun 2012 berdasarkan hasil laporan Badan Pusat Statistik. Pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadi salah satu cara untuk memberi bekal kecakapan hidup juga memberi peluang terhadap lahirnya angka pengangguran. Asumsinya adalah belum terciptanya link and match antara lulusan pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja terhadap kompetensi lulusan. Maka, lulusan pendidikan tinggi juga belum mendapatkan jaminan penuh untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya karena konsep yang di dapat di bangku kuliah berbeda aplikasinya dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Kebutuhan akan kompetensi manusia Indonesia untuk bersaing di dunia kerja secara global juga dituntut untuk memenuhi kompetensi dunia kerja internasional. Hal ini yang lebih dikenal dengan employability. Menurut National Co-ordination Team for student Employability (Higher Education Acadeny /ESECT,n.d) bahwa employability adalah sekumpulan prestasi, pemahaman dan atribut pribadi yang membuat orang lebih mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan menjadi sukses pada jabatan yang dipilih.Dunia kerja pada masa mendatang akan menjaring secara selektif calon tenaga kerja yang benar-benar profesional pada bidangnya. Oleh karena itu salah satu tantangan utama bagi lulusan perguruan tinggi adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum memasuki dunia kerja. Hal yang penting adalah bagaimana mengintegrasikan konsep employability ini ke dalam kurikulum yang meliputi internasionalisasi kurikulum ke dalam dunia kerja sehingga diperoleh prospek karier yang berdaya saing. Sehingga tantangan negara-negara berkembang terhadap perdagangan bebas dapat segera di akselerasi penyelesaian masalahnya agar tidak begitu tertinggal dalam membentuk kualtias lulusan pendidikan tinggi.

Kerangka KonseptualSDM sebagai aset penting Kelangsungan kerjaDalam dunia industri, sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga. Manusia merupakan aset yang memiliki kompleksitas pengetahuan untuk mengelola keseluruhan sumber daya yang ada dalam industri. Sebagai aset, manusia dikenal dengan sebutan human capital. Menurut Edwinson dan malone (1997) human capital is the individual knowledge, experiance, capability, skills, creativity, inovativeness. Dengan teori human capital ini, manusia memiliki pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengelola sumber daya baik tangible maupun intangible. Manusia juga memiliki pengalaman yang membentuk pengetahuan baru yang terakumulasi dalam tacit knowledge yang dapat ditansfer menjadi explicit knowledge. Kemampuan, skill, kreativtias, dan inovasi merupakan satu kesatuan dalam individu sebagai modal utama menjadi sumber daya manusia yang berdaya saing.Teori human capital mengusulkan bahwa investasi dalam pendidikan dan pelatihan karyawan akan menyebabkan mobilitas internal yang lebih tinggi dan mengurangi mobilitas eksternal ataupun turn over karyawan yang berlebihan. Melalui program training and developement atau sering dikenal dengan on the job training, hal ini akan memebrikan skill yang meningkatkan kemampuan kinerja karyawan. Dengan demikian, pendidikan menjadi kunci sukses bagaimana human capital ini bisa bekerja dengan baik untuk menghasilkan kompetensi individu.

Definisi EmployabilityUniversitas Newcastle (Allison et al . , 2002) mendefinisikan Employability sebagai kemampuan untuk memindahkan diri dengan kemapuan yang cukup ke dalam pasar tenaga kerja, untuk memenuhi potensi melalui kerja berkelanjutan. Beberapa definisi employability menurut para ahli;1. Menurut Stokish Eksekutif (2006), kombinasi faktor-faktor dan proses yang memungkinkan orang untuk maju, atau masuk ke pekerjaan, untuk tinggal dalam pekerjaan dan untuk melanjutkan di tempat kerja.2. Menurut CBI (1999), kepemilikan kualitas individu dan kompetensi yang diperlukan untuk memenuhi perubahan kebutuhan pengusaha dan pelanggan dan dengan demikian membantu untuk mewujudkan aspirasi dan potensi dalam pekerjaan.3. Menurut Learning to work SFC (2004), seperangkat pencapaian keterampilan, pemahaman dan atribut yang membuat individu lebih mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan berhasil dalam pekerjaan yang mereka pilih.Berdasarkan ketiga uraian tersebut nampak bahwa employability adalalah gabungan atribut, skill dan knowledge yang harus disiapkan oleh perguruan tinggi untuk menyiapkan lulusannya agar siap diterima di pasar kerja. Gabungan atribut, skill dan knowledge itu meliputi: communication; team work; problem solving; initiative dan enterprise; planning and organisation; self management; learning; technology. Self awareness; self promotion; exploring dan creating opportunities; action planning; networking; decision making; negotiation; political awareness; coping with uncertainty; development focused; self confidence. Imagination/creativity; adaptability/flexibility; willingness to learn; independence/autonomy; team working; management; ability to work under pressure; oral dan written communication; numeracy; perhatian pada hal-hal secara detail; time management, kemampuan untuk mengambil tanggung jawab, decision making; planning, co-ordinating dan kemampuan berorganisasi. Sedangkan dua atribut paling penting akan terlihat ketika para tenaga melakukan rekruit awal dengan antusias dan personality. Poin penting dari employability tidak terletak pada lulusan pendidikan tinggi mendapatkan pekerjaan atau tidak tetapi bagaimana lulusan pendidikan tinggi memiliki keterampilan yang kompleks bukan hanya dari segi pengetahuan saja tapi didukung pada kemampuan keterampilan, analisis, inovasi, kreatif, dan manajerial. Terlihat pergeseran makna pada hasil lulusan perguruan tinggi yang dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Seolah-olah perguruan tinggi berfokus pada mencetak lulusan yang harus masuk dalam ketatnya persaingan dunia kerja sehingga masing-masing lembaga pendidikan tinggi berlomba-lomba untuk membekali lulusannya dengan kompetensi dunia kerja. Asumsi selanjutnya adalah employability seolah-olah menjadi tujuan utama dari perguruan tinggi. Hal ini juga disebutkan dalam hasil riset yang dilakukan oleh CIHE (1996) yang menyatakan bahwa kebanyakan orang Inggris, sebagian besar pendidik dan sebagian besar siswa sekarang percaya bahwa employability adalah salah satu dari tujuan pendidikan tinggi untuk mempersiapkan siswa dengan baik untuk kerja dan hidup. Pandangan lainnya menyatakan bahwa tidak semua hasil lulusan pendidikan tinggi memiliki kemampuan yang benar-benar dibutuhkan oleh dunia industri atau untuk menunjang karir yang mereka jalani di masa yang akan datang. Hal ini dilihat dari hasil riset yang dilakukan oleh De la Harpe et al (2000) menyatakan bahwa ada kekhawatiran di seluruh dunia bahwa program sarjana yang ada tidak menghasilkan lulusan dengan tepat dalam hal belajar keterampilan yang diperlukan untuk karir mereka. Hubungan antara lulusan, lembaga dan pengusaha tidak sederhana. Hal ini tergantung pada cara di mana lulusan telah terlibat dengan peluang pengembangan kerja yang disediakan oleh lembaga, baik itu pusat layanan dukungan, pengalaman yang ada dalam kurikulum, pengalaman atau kesempatan kerja. Proses pedagogis dan refleksi serta artikulasi pembelajaran merupakan elemen penting yang dimediasi oleh disiplin subjek dan faktor eksternal, tidak sedikit pengalaman ekstra kurikuler lulusan dan pada akhirnya berguna dalam praktik perekrutan oleh pemilik perusahaan.Link and match ini yang sampai hari ini juga masih belum memiliki titik temu anatara pendidikan tinggi dan dunia kerja di Indonesia. Bukan hanya Indonesia yang memiliki masalah terhadap gap antara lulusan perguruan tinggi dengan dunia kerja. Cina juga menghadapi ketidaksesuaian antara lulusan dan pengetahuan keterampilan mahasiswa pascasarjana serta kebutuhan keterampilan pengusaha. Banyak organizatioan multinasional dengan cabang di Cina sekarang bertujuan untuk mempekerjakan bakat lokal daripada ekspatriat, tetapi mereka mengalami kekurangan manajer yang berpengalaman dan terampil. Terlepas dari tingkat penguasaan bahasa Inggris lanjutan dan keterampilan bahasa lainnya, persyaratan keterampilan lainnya termasuk inisiatif, kerja sama tim, negosiasi, sikap untuk mengambil risiko dan kreativitas, sekali lagi merupakan daftar atribut yang diinginkan oleh dunia industri. Maka saat ini Cina berhasil menerapkan laboratorium di perguruan tinggi yang sesuai dengan bentuk aslinya di dunia kerja untuk memberikan gambaran yang utuh terhadap mahasiswanya agar tidak terjadi gap yang besar antara pendidikan di pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri.Telah terjadi pergeseran dalam pendidikan tinggi dari mencari ke mengembangkan keterampilan tertentu melalui modul spesialis atau kegiatan ekstrakurikuler melalui pendekatan yang lebih holistik. Lembaga pendidikan tinggi sedang mencari cara untuk mengembangkan atribut kerja sebagai eksplisit dan tertanam ke dalam bagian pembelajaran akademik. Ada empat bidang yang luas dari kegiatan perguruan tinggi yang dilibatkan untuk membantu mengembangkan kerja siswa, yaitu :1. Peningkatan pusat dukungan layanan (biasanya melalui badan layanan karir) untuk mahasiswa dan lulusan dalam mencari kerja, hal ini dapat ditambahkan melalui ketentuan sumber daya di seluruh sektor .2. Pengembangan atribut yang tertanam dalam program studi sebagai akibat dari modifikasi kurikulum untuk membuat pengembangan atribut, mencari pekerjaan keterampilan dan kesadaran komersial eksplisit atau untuk mengakomodasi masukan pemilik usaha3. Penyediaan kesempatan inovatif dalam pengalaman kerja atau program eksternal 4. Refleksi yang aktif dan rekaman pengalaman, atribut pengembangan dan prestasi bersama kemampuan akademis, melalui pengembangan kemajuan dan program manajemen karir.Sekarang ada kecenderungan pendekatan yang lebih holistik untuk pengembangan kerja lembaga di seluruh dunia. Perubahan budaya dalam pendidikan tinggi telah melihat pergeseran ke arah dukungan pusat layanan bekerja dengan staf program untuk membantu mengembangkan atribut sebagai bagian dari kurikulum dan memaksimalkan refleksi atas berbagai pengalaman kerja yang berbeda. Self promotion dan manajemen karir adalah sebuah aktivitas terpisah tapi program semakin terpadu terkait perencanaan karir dan merekam prestasi.

Faktor yang Berhubungan dengan Employability1. Praktek Manajemen Karir Merupakan kegiatan yang banyak melibatkan training and developement terhadap karyawan melalui training of training, on the job training, coaching, mentoring, dan lain-lain. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dapat dilakukan untuk menunjang peningkatan kinerja karyawan dan juga meningkatkan komitmen terhadap perusahaan.2. Pengalaman KerjaNoe mencatat bahwa pengalaman kerja meliputi berbagai program seperti pengayaan pekerjaan, rotasi pekerjaan dan pengembangan kerja. Program ini memungkinkan karyawan untuk memiliki pengalaman baru . Tapi itu hanya bisa terjadi dengan dukungan penuh dari atasan yang bersedia untuk menetapkan karyawan dengan fungsi dan tanggung jawab baru. Beberapa ahli manajemen juga sependapat dengan hal tersebut terkait bagaimana pimpinan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melakukan hal-hal yang baru dalam pekerjaan baru dengan unit yang berbeda.3. Identifikasi Keterampilan KerjaModal manusia adalah salah satu senjata utama yang berfungsi sebagai driver bagi mereka untuk bertahan hidup dan berkembang. Masing-masing dan setiap karyawan dipekerjakan dianggap sebagai aset yang dapat digunakan untuk memproduksi kekayaan lebih. Di sisi lain, karyawan harus tetap berharga mengingat kondisi ekonomi yang tidak menentu. Mereka harus menemukan pengusaha dan tempat kerja yang menawarkan baik lapangan kerja dan pengembangan karir . Employability menjadi sangat penting saat ini karena memfasilitasi mereka untuk berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, di dalam dan di antara organisasi. Menurut Tome, pengusaha akan mempekerjakan seseorang yang berharga bagi perusahaan dan nilai diukur dari segi produktivitas dan kualitas kinerjanya. Employability terutama bermanfaat bagi karyawan yang dituntut dengan keterampilan maju atau tinggi. Groot dan Maasen van de Brink membedakan antara employability internal dan eksternal. Employability eksternal mengacu pada kemampuan dan kemauan untuk beralih ke hal yang sama atau pekerjaan lain di perusahaan lain, dan karena itu mencerminkan nilai modal manusia pekerja di tenaga kerja eksternal pasar. Employability internal mengacu pada kemampuan pekerja dan kemauan untuk tetap bekerja dengan pemilik saat ini, yang nilai modal manusia pekerja di pasar tenaga kerja internal.4. Atribut GraduateUniversity of Sydney telah mengembangkan daftar atribut kualitas lulusan dan kompetensi yang diharapkan siswa berkembang selama masa studi mereka. Daftar ini disusun dengan konsultasi bersama pengusaha dan kelompok profesional. Periksalan informasi pada fakultas Anda yang telah dikompilasi pada atribut lulusan yang diidentifikasi untuk melengkapi daftar keahlian Anda.5. Kemampuan Berkomunikasi6. Keterampilan Membangun Team Work7. Pemecahan Masalah Keterampilan8. Manajemen untuk Memecahkan Masalah9. Inisiatif dan Keterampilan Perusahaan10. Perencanaan dan Pengorganisasian Keterampilan11. Keterampilan Belajar12. Interpersonal dan Aspek Budaya Pekerjaan13. Keterampilan Teknologi14. Keterampilan Manajemen Diri

Isu-isu Kritis EmployabilityIsu kritis yang dihadapi saat ini terkait employability adalah kelangsungan pengembangan profesional lulusan untuk merespon kebutuhan tenaga kerja dunia industri dengan memperluas jangkauan keterampilan . Sampai sejauh mana siswa menyadari perkembangan atribut kerja mereka dan persyaratan keterampilan yang diinginkan pemilik usaha bahkan pada tahun terakhir dari gelar mereka, mahasiswa menganggap bahwa "berpikir kritis dan analisis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan percaya diri menjadi menjadi keterampilan yang berguna untuk dunia kerja. Bahkan keterampilan-keterampilan yang paling sering dipilih untuk kegunaannya untuk bekerja (manajemen waktu, organisasi dan perencanaan dan kesadaran diri) tidak dipilih oleh setidaknya seperempat dari siswa.Kurang dari satu tahun setelah lulus, hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan kesadaran peserta dan memasuki lingkungan kerja. Satu-satunya skill yang terdaftar yang tidak menunjukkan perbaikan adalah "languange -learning strategy, mungkin karena beberapa siswa tidak menggunakan keterampilan bahasa mereka dalam situasi pekerjaan mereka saat ini. Mereka tampaknya tidak menyadari bahwa kemampuan oral secara umum dan keterampilan komunikasi tertulis akan secara otomatis dikembangkan sebagai hasil dari belajar bahasa yang mereka lakukan, bahkan jika mereka tidak menggunakan keterampilan bahasa yang asing selama mereka bekerja. Jadi penting bahwa siswa perlu dibantu untuk membuat hubungan antara pembelajaran bahasa dan pengembangan keterampilan kerja generik komunikasi lisan dan tertulis.Isu kedua yaitu kapabilitas bahasa dan kapabilitias lintas budaya merupakan isu strategis yang harus dipecahkan oleh setiap perguruan tinggi yang berwawasan internasional.

Manfaat Internasionalisasi EmployabilityMenyiapkan mahasiswa yang tidak hanya berorientasi lokal tetapi global adalah dengan merubah paradigama berpikir yaitu bahwa Negara harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya terhadap progam progam pertukaran mahasiswa, progam mahasiswa dengan negara lain. Sehingga ketika mahasiswa menghabiskan periode waktu belajar atau bekerja di negara lain mereka memiliki persepsi dari perkembangan keterampilan mereka dan atribut dan persyaratannya.Manfaat yang diperoleh dari internasionalisasi employability adalah :1. Memperoleh pengembangan pribadi dan mendapatkan banyak keterampilan hidup yang berharga sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri untuk berkiprah di dunia kerja secara real2. Memiliki pengalaman internasional dan lebih terorganisir dengan pekerjaan dan mengelola waktu guna menyiapkan mereka dalam bekerja sehingga meningkatkan daya tarik mereka dengan pengusaha.3. Memperoleh waktu yang lebih efisien karena di beberapa Negara sangat disiplin terhadap waktu dan menempatkan ketrampilan metakognitif seperti manajemen waktu, perencanaan dan keterampilan organistional lebih unggul4. Menumbuhkan tanggung jawab untuk hidup mandiri, pembangunan aspek seperti kedewasaan, kemandirian, rasa responsiblity dan self-confidence.5. Meningkatkan pengetahuan tentang budaya yang berbeda dan merasakan efek dari budaya oleh beberapa siswa 6. Meningkatkan keterampilan bahasa, menyerap bahasa yang itu dan benar-benar mempelajarinya dalam menyadari beberapa keterampilan7. Menambah pengalaman kehidupan yang mengubah proses penemuan diri dan karakter diri yang tidak dapat diperloleh di tempat asal belajar.

Membangun Kurikulum Berbasis Employability SkillPendekatan kurikulum diperlukan guna menghasilkan lulusan yang dapat mengaplikasikan ilmunya dalam Negara yang berbeda budaya, sehingga memerlukan strategi untuk mengembangkan isinya. Agar lebih efektif melalui komitmen menyatukan konsep kerja dan Internasionalisasi keseluruh aspek institusi tidak hanya kurikulum. Menurut AGCAS dalam publikasinya Going Global (2005:16), bahwa persiapan kerja harus menjadi pusat desain kurukulum yang cocok dengan pembelajaran yang baik secara umumnya. Faktor utama dalam pengembangan kurikulum secara sukses bagi dunia kerja dan internasionalisasi adalah komitmen untuk menyatukan ke dalam kurikulum pokok. Audit kurikulum diperlukan sebagai pilihan pelatihan sehingga dapat dilihat gap dan cakupan area untuk perbaikan yang telah diidentifikasikan.Intervensi kurikulum dapat dilakukan dan memakan waktu lebih efektif , karena mereka mempertimbangkan karakteristik unik kursus ketimbang memberikan solusi yang tersembunyi. Internationalisasi kurikulum dapat melibatkan, misalnya, melakukan cross audit, kemampuan budaya semua program yang ditawarkan di universitas dan mendorong penggunaan contoh mata pelajaran internasional dan daftar bacaan apapun. Aspek kerja kurikulum sering dibiarkan sampai mahasiswa menginjak tingkat akhir studi, padahal ini harus tertanam dari tahun pertama mereka sebagai mahasiswa dan harus menyadari pentingnya mendapatkan pengalaman kerja yang relevan dan mencerminkan serta terbangun sepanjang progamme yang diambil. Audit sering muncul karena kurangnya pengembangan manajemen karir keterampilan siswa dalam kurikulum, melalui hal mana siswa didorong untuk terlibat dengan proses perekrutan kerja secara aktif dan kritis dan belajar untuk menjual keterampilan kerja mereka, termasuk kompetensi antar budaya mereka, agar efektif untuk para pengguna tenaga kerja. Keterampilan ini harus dikembangkan jangan di pikir saja sehingga tidak menonjol pada tahun terakhir.Aspek kunci dari internasionalisasi kurikulum yang penting untuk kerja di pasar tenaga kerja global selama abad dua puluh adalah kemahiran dalam setidaknya satu bahasa asing agar dipandang baik oleh pengguna tenaga kerja sebagai sebuah hal yang essenstial untuk kerja di banyak negara lain, karena belajar bahasa secara otomatis akan mengembakan keterampilan lain seperti kemampuan komunikasi dan kemandirian. Pengalaman kerja dapat diperoleh oleh seluruh siswa melalui program pertukaran internasional atau internasional volunteer melalui keterikatan dalam sebuah project kerja, disertasi. bahkan luar negeri dan lintas budaya.Pemahaman dapat diperoleh melalui riset yang berhubungan dengan pekerjaan topik dan / atau masalah di bagian lain dari dunia. Kemampuan lintas budaya, kerja dan pemahaman gaya hidup dan latihan kerja dalam budaya yang berbeda dapat ditingkatkan melalui relawan antar budaya, simulasi berdasarkan pengalaman di negara lain, atau mengundang pembicara berkunjung dari perusahaan-perusahaan internasional. Keduanya, kapabilitas bahasa dan kapabilitas lintas budaya dapat ditingkatkan melalui pendekatan content language integrated learning (CLIL) .

Stategy Mewujudkan Internationalisasi dan Employability1. Strategi Pendekatana) Menyiapkan pengembangan staf.b) Menciptakan pengalaman kerja yang disesuaikan atau skema pembelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan dalam maupun siswa internasional baik di dalam dan di luar negeri.c) Mengembangakan pendekatan coordination dan colaborasi untuk sharing informasi dan praktek terbaik ke dalam maupun luar intitusi. d) Mengidentifikasikan perkembangan karir melalui jasa penasehat dan kemampuan kerja dalam kurikulum siswa internasional dan mempererat hubungan dengan alumni.e) Menghidupkan budaya riset, menghidupkan budaya kerja unggul f) Peningkatan kemampuan bahasa Inggris.g) Mengadakan kerjasama Internasional dengan membangun jejaring publik (industri, pemerintah, asosiasi profesi dan masyarakat).2. Intervensi kurikulumKurikulum perguruan tinggi dapat ditingkatkan untuk lebih dekat dengan dunia kerja, transfer ketampilan dan internasionaliasi serta isu budaya. Melalui:a) Intervensi dalam hal menempatkan kerja dalam kurikulum meliputi employability dan ketrampilan manajemen karir dan pendekatan internasional untuk bekerja yang berhubungan dengan pembelajarannya.b) Internasionalisasi kurikulum mengacu pada praktek praktek budaya dan international daripada bentuk lokal sederhana.c) Peningkatan kesadaran yang lebih besar baik untuk siswa tempat asal dan siswa internasional bahwa keterampilan mereka berkembang dan studi mereka dialihkan untuk konteks kerja di dalam era global.d) Memastikan bahwa personel dan pengembangan keterampilan kerja bagian dari tingkat klasifikasi akhir atau tercantum dalam transkrip.e) Mengadopsi pendekatan content language integrated learning (CLIL) untuk meningkatkan internasionalisasi.

Gambar Contoh Employability Skill Audit

Impelementasi Employability dan Internationalization Di IndonesiaPenerapan konsep Internasionaliasi dan employability di Indonesia, sudah dimulai dengan di awali terbentuknya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh negara lain. Pasal 50 UU Dikti menyatakan bahwa kerja sama internasional pendidikan tinggi adalah proses interaksi dalam pengintegrasian dimensi internasional dalam kegiatan akademik untuk berperan dalam pergaulan internasional tanpa kehilangan nilai-nilai ke-Indonesiaan. Pemerintah melalui DIKTI telah melakukan program beasiswa S2/S3 dalam dan luar negeri bagi mahasiswa mapupun dosen, pelatihan dalam dan luar negeri , Program magang dosen dan berbagai hibah penelitian kerjasama dalam dan luar negeri serta beberapa progam lainnya yang mendukung tujuan internasionalisasi pendidikan tinggi. Sedangkan keterkaitan keterampilan kelayakan kerja (employability skill) yang bersinergis dengan kebutuhan kerja sudah diatur dalam UU sisdikna 20 tahun 2012 tentang pendidikan vokasi.Isu-isu pendidikan tinggi terkait mutu lulusan yang masih rendah, sarana prasarana yang terbatas, citra pendidikan vokasi sebagai pilihan alternatif ke dua, belum adanya lembaga pendidikan vokasi yang mengarah ke internasionalisasi pendidikan vokasi, dan lain-lain. Menjawab permasalahan ini, pemerintah membuat kebijakan yang mencoba menjawab permasalah pendidikan vokasi dengan beberapa kebijakan yaitu:a. Internal1. Arah dan kebijakan terkait pembukaan progam / sekolah sekolah Vokasi Sekolah yang mengajarkan peserta didik tentang keahlian dan keterampilan untuk bekerja di suatu bidang pekerjaan tertentu khusus pendidikan tinggi. Berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Akademi menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu, keahlian dan keterampilan Untuk bekerja di suatu bidang pekerjaan tertentu. Pendidikan vokasi ini bisa diselenggarakan oleh politeknik, sekolah tinggi, dan institut yang menyelenggarakan pendidikan vokasi.Sedangkan karakterisik pendidikan vokasi adalah :a. Mengarahkan mahasiswa untuk mengembangkan keahlian terapan, beradaptasi pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat menciptakan peluang kerja. b. Menganut sistem terbuka dan multi makna yang berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan kerjac. Berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. 2. Mewujudukan Link and match antara Pendidikan tinggi dengan industriKonsep keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang dicetuskan mantan MenDikNas Prof. Dr. Wardiman perlu dihidupkan lagi. Konsep itu bisa menekan jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi yang dari ke hari makin bertambah. Selanjutnya Soemarso, Ketua Dewan Pembina Politeknik dan juga dosen UI mengatakan bahwa konsep Link and Match antara lembaga pendidikan dan dunia kerja dianggap ideal. Jadi, ada keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan penggunanya. Menurut Soemarso, dengan adanya hubungan timbal balik membuat perguruan tinggi dapat menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan kerja. Menjalankan Link and Match bukanlah hal yang sederhana. Karena itu, idealnya, ada tiga komponen yang harus bergerak simultan untuk mensukseskan program Link and Match yaitu perguruan tinggi, dunia kerja (perusahaan) dan pemerintah. Dari ketiga komponen tersebut, peran perguruan tinggi merupakan keharusan dan syarat terpenting. Kreativitas dan kecerdasan pengelola perguruan tinggi menjadi faktor penentu bagi sukses tidaknya program tersebut.b. Eksternal

1. Arah dan kebijakan tentang kerjasama internasionalSalah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi dalam negeri adalah melalui internasionalisasi pendidikan tinggi. Langkah tersebut telah dipilih oleh beberapa negara untuk mencapai daya saing tingkat dunia. Mereka telah menjalin kerja sama dengan universitas-universitas terbaik dunia untuk kerja sama dalam hal kurikulum, dosen. UU Dikti mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh negara lain. Pasal 50 UU Dikti menyatakan bahwa kerja sama internasional pendidikan tinggi adalah proses interaksi dalam pengintegrasian dimensi internasional dalam kegiatan akademik untuk berperan dalam pergaulan internasional tanpa kehilangan nilai-nilai ke-Indonesiaan. Kerja sama internasional harus didasarkan pada prinsip kesetaraan dan saling menghormati dengan mempromosikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai kemanusiaan yang memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Institusi luar dapat bekerjasama dengan institusi lokal pada tiga bidang yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Ada tiga bentuk kerja sama yang diatur oleh UU: (1) Hubungan antara lembaga pendidikan tinggi di Indonesia dan lembaga pendidikan tinggi negara lain dalam kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; (2) Pengembangan pusat kajian Indonesia dan budaya lokal pada perguruan tinggi di dalam dan di luar negeri; dan (3) Pembentukan komunitas ilmiah yang mandiri.2. Arah dan kebijakan tentang kerangka kualifikasi pendidikan indonesiaKita tidak dapat menghindar dari arus globalisasi. Terlebih lagi Indonesia sudah meratifikasi GATS (General Agreement on Trade in Sevices) dan AFTA (ASEAN Free Trade Area) maka globalisasi dan perdagangan bebas antar negara tidak bisa dielakkan lagi. Arus globalisasi akan membawa dampak bahwa mulai tahun 2015 setiap negara tidak akan boleh lagi mencegah masuknya (1) arus barang dan jasa; (2) arus investasi; dan (3) arus sumber daya manusia yang kompeten. Jika bangsa Indonesia tidak menyiapkan secara sungguh-sungguh dalam meningkatkan sumber daya manusia yang kompeten, maka bisa jadi akan masuk tenaga kerja asing yang memiliki daya saing lebih tinggi dan dipekerjakan di berbagai sektor industri dan jasa.Mengantisipasi hal itu, pemerintah mencoba menerapkan kurikulum berbasis KKNI. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia atau selanjutnya disebut KKNIadalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.KKNI dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 08 Tahun 2012 serta merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas).KKNI terdiri dari 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang 1 (satu) sebagai jenjang terendah sampai dengan jenjang 9 (sembilan) sebagai jenjang tertinggi. Jenjang kualifikasi KKNI tersebutterdiri atas:a) jenjang 1 sampai dengan jenjang 3 dikelompokkan dalam jabatan operator;b) jenjang 4 sampai dengan jenjang 6 dikelompokkan dalam jabatan teknisi atau analis;c) jenjang 7 sampai dengan jenjang 9 dikelompokkan dalam jabatan ahli.Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Strategi untuk Mewujudkan Pendidikan Vokasi1. Mewujudkan perguruan tinggi vokasi yang otonom, mewujudkan quality assurance dan accreditation system.2. Merealisasikan kurikulum link and match melalui integrasi hard skill dan softkill.3. Mengoptimalkan fungsi lembaga lemlit dan lpkm.4. Membentuk student centre career.5. Perguruan tinggi harus menjalin relasi dan menciptakan link dengan banyak perusahaan agar bersedia menjadi arena belajar kerja (magang) bagi mahasiswa yang akan lulus.6. Meningkatkan jumlah lembaga pendidikan tinggi vokasi berskala internasional.7. Merealisasikan kerangka kualifikasi nasional pendidikan Indonesia baik untuk pendidikan formal, non formal maupun vokasi.

Kesimpulan1. Pada abad dua puluh satu pasar kerja internasional berkembang dalam keterampilan kerja dan atribut melalui adopsi prespeketif intrernasional khusus untuk meningkatkan prospek tenaga kerja dari siwa-siswa di beberapa negara. Tenaga kerja di banyak negara dunia membagi hal yang sama terhadap keterampilan kerja lulusan yang dibutuhkan dan atributnya. Menghabiskan waktu selama beberapa waktu untuk belajar dan bekerja di negara lain akan membuat pelajar mengembangkan keterampilannya dan membuat mereka sadar bahwa pengembangan keterampilan dan perspektifnya merupakan bagian dari persiapan awal dan refleksi perjalanan akhir, sedemikian sehingga mereka lebih baik mampu memperoleh dan dilakukan sebagai langkah lebih lanjut pemerintah dalam memperluas jangkauan kerja sama yang selama ini sudah berlangsung.2. Pendidikan vokasi (program diploma) bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tenaga ahli profesional dalam menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan teknologi dan/atau kesenian. Beban pengajaran pada program pendidikan vokasi telah disusun lebih mengutamakan beban mata kuliah keterampilan dan keahlian dibandingkan dengan beban mata kuliah teori.3. Internasionalisasi dan employablitiy skill di Indonesia diwujudkan melalui strategi kebijakan tentang pendidikan tinggi vokasi yang berwawasan global yang mampu memberikan spesifikasi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia.

Daftar Pustaka1. Bregazzi, Liz, June 2014 Employability Strategy 2014-20162. Leggot Dawn and Jane Stapleford, 2007, Internationalising in Higher Education, New York: Routledge3. Marie Jane, Graduate Employability Skills Prepared for the Business, Industry and Higher Education Collaboration Council, Melbourne: Precision Consultancy4. NIACE Briefing Sheet, 2009, Employability, http://www.niace.org.uk/services/information-services/briefing-sheets5. Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional