21
ANALISIS MUTU PELAYANAN ASUHAN ANTENATAL DI PUSKESMAS MAKRAYU Nuralisa Safitri 1 , M Zulkarnain 2 , dan Mariatul Fadilah 3 1. Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya 2. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Jl. dr. Muh. Ali KomplekRSMH Palembang, Madang, Sekip,Palembang, 30126, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Latar Belakang: Indonesia memiliki program Millenium Development Goals tahun 2015 dan target 5A dari program tersebut adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2002-2003) Angka Kematian Ibu adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, (2007) Angka Kematian Ibu adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan melonjak data terakhir pada (2012) Angka Kematian Ibu adalah sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Di provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan laporan Indicator Database 2005 UNFPA 6th Country Programme angka kematian ibu adalah 467 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di kota Palembang sendiri adalah 317 per 100.000 kelahiran hidup (DinKes Sumsel, 2011). Dari data profil kesehatan provinsi Sumatera Selatan didapatkan cakupan indikator pelayanan KIA dari tahun 2009 sampai tahun 2012 mengalami kenaikan. Untuk cakupan K1 dari tahun 2009 sebesar 94,42%, tahun 2010 sebesar 95, tahun 2011 sebesar 95,4% dan tahun 2012 sebesar 95,7%, hal ini menggambarkan bakwa akses ibu sudah baik, artinya dari semua ibu hamil yang ada sekitar 95% sudah terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Untuk cakupan K4 dari tahun ke tahun juga meningkat, artinya dari semua ibu hamil yang ada 88% sudah lengkap dalam memeriksakan kehamilannya. Kuantitas yang sudah mencapai target tersebut harusnya sebanding lurus dengan mutu atau kualitas, dalam hal ini adalah mutu pelayanan asuhan antenatal yang diberikan. Puskesmas Makrayu merupakan salah satu dari enam puskesmas di kota Palembang yang mendapatkan sertifikasi ISO, sehingga diharapkan puskesmas Makrayu dapat menjadi panutan bagi puskesmas lain dalam memberikan pelayanan asuhan antenatal. Dengan demikian, mutu dalam pelaksanaan rutin asuhan antenatal yang diberikan di Puskesmas Makrayu seharusnya sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan yang ada. Untuk mengetahui apakah mutu asuhan antenatal yang diberikan sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan yang ada, maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Mutu Pelayanan Asuhan Antenatal di Puskesmas Makrayu”. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan selama penelitian ini adalah wawancara mendalam.

Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kualitas Pelayanan Antenatal Care

Citation preview

Page 1: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

ANALISIS MUTU PELAYANAN ASUHAN ANTENATAL DI PUSKESMAS MAKRAYU

Nuralisa Safitri1, M Zulkarnain2, dan Mariatul Fadilah3

1. Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya2. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

Jl. dr. Muh. Ali KomplekRSMH Palembang, Madang, Sekip,Palembang, 30126, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Latar Belakang: Indonesia memiliki program Millenium Development Goals tahun 2015 dan target 5A dari program tersebut adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2002-2003) Angka Kematian Ibu adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, (2007) Angka Kematian Ibu adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan melonjak data terakhir pada (2012) Angka Kematian Ibu adalah sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Di provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan laporan Indicator Database 2005 UNFPA 6th Country Programme angka kematian ibu adalah 467 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di kota Palembang sendiri adalah 317 per 100.000 kelahiran hidup (DinKes Sumsel, 2011). Dari data profil kesehatan provinsi Sumatera Selatan didapatkan cakupan indikator pelayanan KIA dari tahun 2009 sampai tahun 2012 mengalami kenaikan. Untuk cakupan K1 dari tahun 2009 sebesar 94,42%, tahun 2010 sebesar 95, tahun 2011 sebesar 95,4% dan tahun 2012 sebesar 95,7%, hal ini menggambarkan bakwa akses ibu sudah baik, artinya dari semua ibu hamil yang ada sekitar 95% sudah terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Untuk cakupan K4 dari tahun ke tahun juga meningkat, artinya dari semua ibu hamil yang ada 88% sudah lengkap dalam memeriksakan kehamilannya. Kuantitas yang sudah mencapai target tersebut harusnya sebanding lurus dengan mutu atau kualitas, dalam hal ini adalah mutu pelayanan asuhan antenatal yang diberikan. Puskesmas Makrayu merupakan salah satu dari enam puskesmas di kota Palembang yang mendapatkan sertifikasi ISO, sehingga diharapkan puskesmas Makrayu dapat menjadi panutan bagi puskesmas lain dalam memberikan pelayanan asuhan antenatal. Dengan demikian, mutu dalam pelaksanaan rutin asuhan antenatal yang diberikan di Puskesmas Makrayu seharusnya sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan yang ada. Untuk mengetahui apakah mutu asuhan antenatal yang diberikan sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan yang ada, maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Mutu Pelayanan Asuhan Antenatal di Puskesmas Makrayu”.Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan selama penelitian ini adalah wawancara mendalam.Hasil Penelitian: Deskripsi karakteristik informan dapat diketahui bahwa informan berusia antara 25 tahun sampai 55 tahun. Berdasarkan pendidikan diketahui bahwa informan dengan pendidikan Diploma III sebanyak 3 orang dan Strata II sebanyak 1 orang. Kompetensi teknis bidan dilihat dari pelatihan pelayanan antenatal dan pengetahuan bidan tentang standar pelayanan antenatal, didapatkan hanya 1 informan yang sudah mengikuti pelatihan dengan jangka waktu yang sudah berlangsung lama tetapi seluruh informan mengetahui tentang standar pelayanan antenatal dan manfaatnya. Hasil observasi sarana komponen peralatan kesehatan, didapatkan skor 100%, sarana penunjang manajemen 58,8%, prasarana 96%, hasil anamnesis 46,3%, pemeriksaan 100%. pemberian KIE 33,8%. Saran: Untuk Dinas Kesehatan Kota Palembang agar membuat suatu ukuran baku tentang penillaian mutu pelaksanaan pelayanan antenatal di Puskesmas, membuat tim monitoring dan evaluasi untuk memantau pelaksanaan pelayanan antenatal, memberikan pelatihan pelayanan antenatal rutin dan melengkapi sarana dan prasarana. Untuk Puskesmas Makrayu adalah mengevaluasi tentang manajemen waktu pelayanan dengan mempertimbangkan waktu pelayanan antenatal tidak difokuskan pada 1 (satu) hari.

Kata kunci: AKI, analisis mutu, pelayanan, asuhan antenatal

PendahuluanProgram kesehatan ibu dan anak merupakan

salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan Indonesia untuk menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu, bayi dan anak. Dewasa ini angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan

dengan negara ASEAN yang lain dan upaya penanggulangannya cukup rumit. Oleh karena itu, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan. Saat ini dalam setiap menit, setiap harinya, seorang ibu

Page 2: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas (WHO, 2010).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (1994-1997) Angka Kematian Ibu adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup, (1997-2002) Angka Kematian Ibu adalah 334 per 100.000 kelahiran hidup, (2002-2003) Angka Kematian Ibu adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan menurut survei 2007 adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini memang menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun, akan tetapi meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia (SDKI, 2007). Berdasarkan hasil survei terakhir tahun 2012, AKI melonjak sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan kemunduran yang sangat nyata. Untuk mengurangi angka kematian ibu, Indonesia memiliki program Millenium Development Goals tahun 2015 dan target 5A dari program tersebut adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempat antara 1990 dan 2015. Berdasarkan data-data yang tersedia, target yang harus dicapai adalah 97 per 100.000 kelahiran hidup. Melihat kecenderungan saat ini, Indonesia dipastikan tidak akan mencapai target.

Di propinsi Sumatera Selatan, berdasarkan laporan Indicator Database 2005 UNFPA 6th Country Programme angka kematian ibu adalah 467 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di kota Palembang sendiri adalah 317 per 100.000 kelahiran hidup (DinKes Sumsel, 2011). Salah satu upaya yang dilakukan Depkes RI dalam mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. (DEPKES RI, 2003).

Salah satu pelayanan kebidanan yang diberikan adalah asuhan antenatal yaitu suatu program  yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (Mufdilah, 2009). Asuhan antenatal yang diberikan harus memiliki mutu yang baik sehingga akan memberikan luaran yang baik.

Mutu pelayanan kesehatan dapat diidentifikasi dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap petugas Puskesmas yang sedang memberikan pelayanan kesehatan, melakukan wawancara kepada pasien dan petugas kesehatan, mendengar keluhan pasien dan keluarganya, masyarakat, petugas Puskesmas, membaca dan memeriksa laporan atau rekam medik. (Pohan, 2003).

Dari data profil kesehatan provinsi Sumatera Selatan didapatkan cakupan indikator pelayanan KIA dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Untuk cakupan K1 dari tahun 2009 sebesar 94,42%, tahun 2010 sebesar 95, tahun 2011 sebesar 95,4% dan tahun 2012 sebesar 95,7%, hal ini menggambarkan bakwa akses ibu sudah baik, artinya dari semua ibu hamil yang ada sekitar 95% sudah terjangkau oleh pelayanan

kesehatan. Untuk cakupan K4 dari tahun ke tahun juga meningkat, artinya dari semua ibu hamil yang ada 88% sudah lengkap dalam memeriksakan kehamilannya. Kuantitas yang sudah mencapai target tersebut harusnya sebanding lurus dengan mutu atau kualitas, dalam hal ini adalah mutu pelayanan antenatal yang diberikan. Jika mutu dan kuantitas pelayanan antenatal sudah berjalan dengan seimbang, maka seharusnya asuhan antenatal sudah merupakan langkah yang efektif guna menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI).

Puskesmas Makrayu merupakan salah satu dari enam puskesmas di kota Palembang yang mendapatkan sertifikasi ISO, sehingga diharapkan puskesmas Makrayu dapat menjadi panutan bagi puskesmas lain dalam memberikan pelayanan antenatal. Dengan demikian, mutu dalam pelaksanaan rutin pelayanan antenatal yang diberikan di Puskesmas Makrayu seharusnya sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan yang ada.

Untuk mengetahui apakah kualitas pelayanan antenatal yang diberikan sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan yang ada, maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Mutu Pelayanan Asuhan Antenatal di Puskesmas Makrayu”.

Metode PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan selama penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Makrayu pada bulan Maret 2015. Teknik pengambilan sampel yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu purposive sampling. Purposive sampling digunakan untuk mendapatkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti membutuhkan Key Informant yang sesuai dengan fokus penelitian

Informant penelitian ini antara lain :Key Informant 1: Bidan Koordinator di Poli KIA di Puskesmas Makrayu. Key Informant 2: Bidan Pelaksana di Poli KIA di Puskesmas Makrayu.Key Informant 3: Bidan Pelaksana di Poli KIA di Puskesmas Makrayu.Informan Triangulasi : Kepala Puskesmas Makrayu

Key Informant dipilih sebagai sampel karena mereka yang secara langsung merasakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan sehingga mereka dapat memberikan secara langsung informasi tentang situasi dan kondisi pelayanan kesehatan dengan cakupan pelayanan asuhan antenatal Puskesmas Makrayu. Jika selama pengumpulan data, tidak lagi ditemukan informasi baru, maka pengumpulan data sudah dianggap selesai. Tetapi, jika data dari pemberi informasi masih kurang maka Key Informant akan ditambah.Teknik penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan wawancara mendalam.

Page 3: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

Hasil Penelitian

1. Karakteristik Umum Informan

Tabel 1. Karakteristik Informan Wawanacara Mendalam penelitian Analisis Mutu Kualitas Pelayanan Asuhan Antenatal di Puskesmas Makrayu

No Nama Umur Pendidikan Jabatan Masa Kerja Ket

1. I.01 52 D3 Bidan koordinator 15 Tahun -

2. I.02 27 D3 Bidan pelaksana 3 Tahun -

3. I.03 25 D3 Bidan Pelaksana 3 Tahun -

4. IT.01 58 S2 Kepala Puskesmas 6 Tahun Informan

Triangulasi

Deskripsi karakteristik informan dapat diketahui bahwa informan berusia antara 25 tahun sampai 55 tahun. Berdasarkan pendidikan diketahui bahwa informan dengan pendidikan Diploma III sebanyak 3 orang dan Strata II sebanyak 1 orang.

2. Hasil Wawancara Mendalam (Indepth Interview)2.1. Kompetensi Teknis Bidan dalam Pelaksanaan Pelayanan AntenatalKompetensi teknis menyangkut pengetahuan keterampilan, kemampuan, dan kinerja pemberi layanan kesehatan.

2.2. Pelatihan tentang Pelayanan AntenatalBerikut dibawah ini adalah hasil wawancara mendalam dengan informan terkait tentang pelatihan pelayanan antenatal.Key Informant 1:“Pernah ado, sekitar tahun 2012 men dak salah, yang ngasih pelatihan dari Dinkes Kota Palembang tulah”Key Informant 2:“Harusnya sih ado, tapi yang melok tu bidan koor bae, nah agek bidan koor itu yang ngenjuk tau ke kami apo apo hasilnyo, kalau aku dewek belom pernah melok”Key Informant 3:“Ado ye pelatihan pelatihan antenatal tu? Ado sih tapi caknyo aku dak pernah melok, bidan koor yang melok itu tu”Informan Triangulasi:“Pelatihan tu ada kok, 3 bulan sekali, dari Dinkes yang nentuin tempatnya dimana, bidan yang ikut ganti-gantian”

2.3. Pengetahuan Informan tentang Standar Pelayanan Antenatal.Berikut dibawah ini adalah hasil wawancara mendalam dengan informan terkait tentang Standar Pelayanan Antenatal.Key Informant 1:“Standar tu aturan-aturan samo batasan dalam kito ngelakuke pelayanan antenatal yang sudah ditetapke, dibuat biar pelayanannyo terarah dan lebih jelas”

Key Informant 2:“Standar tu yolah pedoman, aturan, batasan yang jelas biar ado patokan waktu ngasih pelayanan, jadi jelas apo yang nak digawei dan harus cakmanonyo”Key Informant 3:“Standar tu yang cak 10T itukan? Yo maksudnyo itu biar kito ado pegangan dalam kito ngasih pelayanan”Informan Triangulasi:“Standar tu yang cak 10T itukan? Yo maksudnyo itu biar kito ado pegangan dalam kito ngasih pelayanan”

2.4. Pengetahuan Informan tentang Komponen Pemeriksaan Sesuai Standar Pelayanan AntenatalBerikut dibawah ini adalah hasil wawancara mendalam dengan informan terkait tentang Komponen Pemeriksaan Sesuai Standar Pelayanan Antenatal:Key Informant 1:“10T. Itu kito memeriksa berat badannyo, TD, LILA, DJJ, tinggi fundus uteri, presentasi janin, imunisasi TT, tablet tambah darah, periksa labor, tatalaksana, samo ngasih edukasi”Key Informant 2:“Galo-galo. Mulai dari tekanan darah, LILA, berat badan, tinggi fundus uteri, presentasi janin, terus imunisasi TT, merikso HB samo gol darah kalo belom tau, atau protein kalo ado indikasi”Key Informant 3:“Tekanan darah, berat badan, LILA, tinggi fundus uteri, presentasi janin, DJJ, imunisasi TT, merikso labor, edukasi jugo”Informan Triangulasi:“Kalau pendidikan sekarang 14T, namun dari dinkes masih penerapannya 10T ditambah edukasi soalnya itu tidak ada di 10T, semua bidan pelaksana antenatal pasti sudah tahu”

2.5. Sarana dan Prasarana yang Menunjang Pelayanan AntenatalBerikut dibawah ini adalah hasil wawancara mendalam dengan informan terkait tentang sarana dan prasarana yang menunjang pelayanan antenatal:

Page 4: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

Key Informant 1:“Sarana prasarana sudah cukup galo, tapi tensi tu sikok rusak, jadi sikok be yang pacak, tapi kalo tempat nyaman dan alat laen katek masalah”Key Informant 2:“La lengkap galo sih, tapi caknyo pengukur hb tu harus dicek, ngapo hasilnyo cak anemia galo itu, tempat jugo lemak”Key Informant 3:“Sudah lengkap galo ini cumin men nak nambah paling cak tensi, timbangan bb, la ado sih sebenernyo cumin men nambah mungkin be jadi lebih cepet ngelayaninyo”Informan Triangulasi:“Disini kalo sarana insya Allah lengkap, selalu menerima masukan pada saat apel hari senin, apa-apa yang kurang atau perlu diganti langsung ditindak lanjuti”

2.6. Pelaksanaan Pelayanan Antenatal

1. Proses Pelaksanaan Pelayanan AntenatalBerikut hasil wawancara mendalam kepada informan tentang proses pelaksanaan pemeriksaan pelayanan antenatal di Puskesmas Makrayu:Key Informant 1:“Kalo ibukan lebih ke arah manajemen ye, jadi dak banyak gaweke, tapi melok bantu jugo. Galo galo la diperikso, yang tadi tu BB, TD, LILA, DJJ, tinggi fundusnyo, presentasinyo, tatalaksana jugo, samo edukasi”Key Informant 2:“Sudah galo lengkap, tapi ado yang masih harus lebih disempurnake lagi cak anamnesis samo edukasi, soalnyo men ayuk nyesuaike bae samo kondisi ibu hamilnyo, jadi kan lebih efektif jugo”Key Informant 3:“Merikso la lengkap galo tapi ado yang diperikso pas kunjungan pertamo be cak hb, golongan darah, samo protein. Pasien tu rame jadi kalo edukasi nyesuaike bae”Informan Triangulasi:“Mereka sudah menjalankan semua komponen pemeriksaan sesuai dengan standar pelayanan yang ada”

2. Kendala dalam Proses Pelaksanaan Pelayanan AntenatalBerikut hasil wawancara mendalam kepada informan tentang kendala dalam proses pelaksanaan pemeriksaan pelayanan antenatal di Puskesmas Makrayu:Key Informant 1:“Sejauh ini sih katek kendala yang cakmano cakmano, lancar lancar bae.”

Key Informant 2:“Pelayanan kitokan difokusi ke hari senin bae kareno biar vaksinnyo sekalian, jadi pasien hari senin tu banyak, kadang kelabakan jugolah, meskipun masih pacak bae sih bejalan.”Key Informant 3:“Katek sih, cuman kadang pasiennyo be ado yang dak kontrol lagi padahal la diingeti, terus jugo galak lupo bawa buku KIA. Pasien kalo senin galak rame nian tapi dapapo sih kan besok-besoknyo jadi dak pulok rame.”Informan Triangulasi:“Tidak ada kendala berarti mengingat cakupan K1 dan K4 tercapai namun ada pasien yang tidak control kembali, jadi kalau diperlukan ada home visit, kalau dari sarana prasarana dan hal lain saya rasa sudah cukup, kalau waktu difokuskan ke satu hari itu karena memang untuk vaksin TTnya, tapi bidan pelaksana jauh lebih senang seharusnya.”

3. Hasil Observasi Pelayanan AntenatalSelain wawancara yang mendalam kepada bidan dan kepala puskesmas, peneliti juga melakukan pengamatan tentang sarana dan prasarana yang menunjang pelayanan kesehatan.3.1. Observasi Sarana dan Prasarana dalam Menunjang Pelayanan AntenatalBerdasarkan hasil pengamatan sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas, dapat dilihat pada Tabel 2. gambaran sarana dan prasarana di Puskesmas Makrayu dalam Menunjang Pelaksanaan Pelayanan Antenatal sudah lengkap, namun masih ada yang tidak berfungsi dengan baik seperti tensimeter dan alat pemeriksa hemoglobin yang perlu dievaluasi. Selain gambaran sarana untuk menunjang pelaksanaan pelayanan antenatal, peneliti juga mengobservasi gambaran sarana manajemen untuk menunjang pelaksanaan pelayanan antenatal. Tabel 3. Menunjukkan bahwa sarana yang mendukung manajemen pelayanan antenatal masih 58,8% yang terpenuhi, secara keseluruhan sudah baik, hanya masih ada beberapa yang perlu ditambahkan sehingga dapat dihasilkan pelayanan yang lebih bermutu. Ada beberapa prosedur tetap tertulis di pelayanan KIA banyak yang tidak ada, seperti tanda bahaya kehamilan dan prosedur pencegahan infeksi. Selain itu diharapkan di puskesmas juga tersedia buku-buku standar pelayanan antenatal yang mutakhir atau versi terbaru yang bisa dipakai bahan referensi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama pelayanan antenatal seperti buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dan buku pencegahan infeksi. Formulir yang terkait dengan pelayanan seperti surat kematian dan surat penolakan tindakan sebaiknya juga dilengkapi.

Page 5: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

Tabel 2. Gambaran Sarana di Puskesmas Makrayu dalam Menunjang Pelaksanaan Pelayanan Antenatal.Kriteria Cara Verifikasi Hasil Keterangan1. Peralatan Dasar

1. Spygnomanometer (tensi meter) √ Terdapat dua tensi meter di ruang pemeriksaan, namun satu tensimeter tidak berfungsi

2. Termometer √ -3. Stetoskop √ -4. Doppler √ -5. Reflek hammer √ -6. Timbangan dewasa √ -7. Pengukur tinggi badan √

2. Alat pemeriksaan laboraturium

1. Hb meter √ Perlu dievaluasi2. Alat periksa urine (protein + reduksi)

√ -

100%

Tabel 3. Gambaran Sarana Manajemen untuk Menunjang Pelaksanaan Pelayanan Antenatal.Kriteria Cara Verifikasi Ket

1. Tersedia prosedur tetap tertulis

untuk pelayanan KIA

1. Penanganan shock anafilatik di ruang KIA √

2. Tanda bahaya kehamilan -

3. Pencegahan infeksi -

4. SOP ANC √

2. Tersedia buku standar pelayanan

terbaru

1. Buku Standar Pelayanan Kebidanan -

2. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal & Neonatal

-

3. Buku Pencegahan Infeksi -

3. Tersedia catatan medik 1. Buku KIA √

4. Tersedia suatu sistem pengisian

rekam medik

Terdapat sistem pencatatan rekam medik

teratur, lengkap dan berurutan

5. Tersedia formulir yang berkaitan

dengan pelayanan

1. Surat keterangan sakit √

2. Surat keterangan cuti hamil √

3. Surat keterangan kematian -

4. Informed consent √

5. Surat rujukan √

6. Surat penolakan -

6. Tersedia buku administrasi 1. Register kohort ibu √

7. Pembuatan laporan bulanan 1. Arsip laporan bulanan √

Jumlah 58,8%

Page 6: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

3.1.1. Observasi Prasarana dalam Menunjang Pelayanan Antenatal

Tabel 4. Gambaran Prasarana di Puskesmas Makrayu dalam Menunjang Pelaksanaan Pelayanan Antenatal.

Kriteria Cara Verifikasi Hasil Keterangan1. Tempat praktek memadai

1. Gedung terbuat dari tembok √ -

2. Lantai dari ubin atau plester √ -2. Tersedianya area tempat pendaftaran

1. Ada tempat penerimaan dan pendaftaran pasien

√ -

2. Ada ventilasi udara yang cukup √ -3. Pencahayaan yang cukup √ -

3. Tersedianya area tempat tunggu

1. Tersedia tempat tunggu bagi pasien √ -

2. Pencahayaan yang cukup √ -3. Tempat tunggu terlindung dari panas dan hujan

√ -

4. Tersedia cukup tempat duduk √ -4. Tersedia kamar kecil yang berfungsi

1. Pintu kamar mandi dapat dikunci √ -2. Terdapat air yang mengalir √ -3. Tersedia handuk bersih atau tissue √ -

4. Tersedia jamban dengan air yang mengalir √ -5. Ada tempat sampah √ -

5. Tersedia tempat pelayanan yang memadai

1. Ada tempat untuk melakukan konseling yang dapat menjaga kerahasiaan/privasi pasien

- Tidak pernah digunakan

2. Ada meja pemeriksaan √ -3. Ada tempat duduk yang memadai √ -4. Ruang pemeriksaan yang dapat memberi privasi

√ -

5. Pencahayaan yang cukup √ -6. Tersedianya tempat sampah √ -7. Tersedianya fasilitas cuci tangan √ -

6. Tersedianya tempat penyimpanan obat dan alat medis

1. Kering √ -2. Bersih √ -3. Memiliki ventilasi udara √ -4. Dapat dikunci √ -

Jumlah 96%Dari tabel 4.9. di atas dapat dilihat bahwa

prasarana yang ada di puskesmas dalam menunjang pelayanan antenatal sudah baik, dan dari enam kriteria yang ada 96% sudah terpenuhi, satu yang tidak terpenuhi yaitu tempat untuk melakukan konseling yang dapat menjaga kerahasiaan atau privasi pasien. 3.2 Observasi Proses Pelayanan Antenatal

Hasil pengamatan pelaksanaan proses pelayanan antenatal dapat dilihat dari tabel 5 dibawah ini. Didapatkan dari tabel 5, bahwa anamnesis yang dilakukan oleh bidan di Puskesmas Makrayu rata-rata adalah 46,3%, artinya masih ada setengah komponen pertanyaan yang belum ditanyakan dan dapat

dilihat bahwa dari pasien pertama sampai dengan pasien terakhir, komponen pertanyaan yang ditanyakan semakin lama semakin berkurang. Hal ini dapat dipengaruhi masalah waktu pelayanan yang semakin siang dengan banyaknya jumlah ibu hamil yang datang. Dalam hal komponen pemeriksaan, dapat dilihat bahwa bidan 100% melakukan seluruh rangkaian pemeriksaan. Bagi skor nilai kosong pemeriksaan tersebut memang tidak diberlakukan pada kunjungan tersebut sehingga tidak dimasukkan ke dalam penilaian. Dalam komponen KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi), didapatkan rata-rata 33,8%, artinya

Page 7: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

masih banyak komponen pada KIE yang tidak disampaikan oleh bidan ke ibu hamil.

Tabel 5. Gambaran Proses Pelayanan Antenatal yang dilakukan oleh Bidan di Puskesmas Makrayu

Pelayanan ANC Bidan 1 Bidan 2

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

ANAMNESIS

1. Identitas Ibu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √2. Keluhan ibu datang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan kehamilan

√ √ - - - √ - - - -

4. Riwayat kehamilan sekarang

√ √ √ - - √ √ - - -

5. Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya

√ √ √ - - √ √ - - -

6. Riwayat penyakit yang diderita ibu

- - - - - - - - - -

7. Menanyakan status imunisasi TT

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

8. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi

- - - - - - - - - -

9. Menanyakan riwayat obat yang dikonsumsi

- - - - - - - - - -

10. Menanyakan pola makan ibu selama hamil

- - - - - - - - - -

11. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Jumlah 63,6 63,6 54,5 36,3 36,3 63,6 54,5 36,3 36,3 36,3

Rata-rata 46,3%

PEMERIKSAAAN

1. Tekanan darah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √2. Timbang berat badan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3. Tentukan lingkar lengan atas

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4. Tinggi fundus uteri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √5. Tentukan presentasi janin √ √ √ √ √ √ √ √ √ √6. Tentukan DJJ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √7. Pemeriksaan laboratorium:a. Hb

√ √ √ √ √

b. Golongan darah √ √ √ √ √8. Tablet tambah darah √ √ √ √ √9. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

√ √ √ √ √ √ √ √ √

10. Tatalaksana lain sesuai kebutuhan per pasien

√ √ √ √ √ √ √

Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100Rata-rata 100%

Page 8: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

KIE

1. Hasil pemeriksaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √2. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan

- - - - - - - - - -

3. PHBS - - - - - - - - - -4. Asupan gizi seimbang √ √ √ - - √ √ - √ -5. Persiapan persalinan oleh nakes

- - √ √ √ - - - √ -

6. Kapan kembali untuk periksa ulang

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

7. Anjuran untuk kesehatan ibu

√ √ √ - - √ √ √ - -

8. Pentingnya imunisasi - - - - - - - - - -9. Inisiasi Menyusui Dini dan pemberian ASI Esklusif

- - - - - - - - - -

10. KB paska persalinan - - √ √ √ - - - √ -11. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)

- - - - - - - - - -

12. Persiapaan persalinan dan kesiagaan dalam menghadapi komplikasi

- - √ √ √ - - - √ -

13. Gejala penyakit menular dan tidak menular

- - - - - - - - - -

Jumlah 30,7 30,7 53,8 38,5 38,5 30,7 30,7 23,1 46,2 15,4Rata-rata 33,8%

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Umum InformanDeskripsi karakteristik informan dapat

diketahui bahwa informan berusia antara 25 tahun sampai 58 tahun. Berdasarkan pendidikan diketahui bahwa informan dengan pendidikan Diploma III sebanyak 3 orang dan Strata II sebanyak 1 orang. Masa kerja 2 informan sebagai bidan pelaksana sudah 3 tahun, bidan koordinator sudah bekerja 15 tahun dan kepala puskesmas sebagai informan triangulasi sudah bekerja selama 6 tahun. Seluruh informan yang melakukan pelayanan antenatal memiliki pendidikan DIII kebidanan. Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan seseorang. Pendidikan dan pengalaman kerja merupakan langkah awal untuk melihat seseorang, pendidikan merupakan indicator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk memyelesaikan pekerjaan,dengan latar belakang pendidikan pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan tertentu (Hasibuan,2000). Selain itu pendidikan merupakan suatu pembinaan dalam proses perkembangan manusia untuk berfikir dan cenderung berkembangnya kemampuan dasar yang ada padanya. Menurut Nadler dalam Moekijat (1996)

pendidikan adalah proses pembelajaran yang mempersiapkan individu untuk pekerjaan yang berbeda pada masa yang akan datang. Menurut Siagian (2000) pendidikan dapat mempengaruhi kompetensi seseorang, karena makin tinggi pendidikan seseorang makin besar keinginannya untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam hal lama kerja dapat disimpulkan bahwa bahwa pengalaman yang dimiliki oleh informan dalam melaksanakan tugas sebagai bidan dalam memberikan pelayanan sudah cukup banyak. Menurut hasil penelitian Marfungah (2013) tentang Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Surakarta didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kinerja bidan di wilayah Surakarta dengan p= 0,000.2. Kompetensi Teknis Bidan dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal

Seorang bidan harus memiliki kompetensi teknis yang meliputi pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan penampilan yang baik dalam melaksanakan kesehatan (Zulvadi, 2010).1. Pelatihan tentang pelayanan antenatal

Page 9: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

Pelatihan adalah satu bentuk proses pendidikan, melalui pelatihan sasaran belajar akan memperoleh pengalaman yang akhirnya akan menimbulkan perilaku kepada mereka (Notoatmodjo, 1988). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mariana (2004) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelatihan yang diperoleh dengan kualitas pelayanan antenatal yang diberikan. Hasil penelitian Wariyah (2001) di Karawang juga menemukan adanya hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hanya 1 (satu) orang informan yang mengikuti pelatihan dalam jangka waktu yang sudah lama yaitu tiga tahun yang lalu. Kompetensi teknis menyangkut pengetahuan, keterampilan, kemampuan pemberi layanan kesehatan. Tidak terpenuhinya kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien. Pelatihan pelayanan antenatal bagi bidan diharapkan akan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam memberikan pelayanan antenatal sehingga kompetensi bidan semakin terus baik kedepannya. Hal ini didukung oleh Siagian (1998) dalam Elvira (2012) yang menyatakan bahwa pelatihan adalah proses belajar dengan menggunakan teknik dan metode tertentu yang secara konsepsional latihan yang dimaksud tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan seseorang atau sekelompok orang.

2. Pengetahuan Informan tentang Standar Pelayanan Antenatal

Melihat sejauh mana pengetahuan bidan tentang standar pelayanan antenatal, dapat disimpulkan bahwa semua informan mengetahui tentang standar pelayanan antentatal dan mereka juga memahami komponen - komponen pemeriksaan yang ada di dalam standar pelayanan tersebut. Standar merupakan sarana penunjang yang sangat penting sebagai salah satu alat yang efektif dan efisien guna menggerakan kegiatan pelayaan dalam meningkakan mutu pelayanan (Wijono, 1996). Menurut Al-assaf (2009), standar menyatakan apa yang kita harapkan terjadi dalam perjalanan kita untuk mencapai layanan kesehatan yang bermutu tinggi. Azwar (1996) juga sejalan, ia menyatakan bahwa suatu program dianggap baik, jika kualitas pelayanan

telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, hasil penelitian Mariana (2004) mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan bidan dan kualitas pelayanan antenatal yang diberikan. Hal ni juga dididukung dengan teori yang dikemukakan oleh Bloom (1908) dalam Mariana (2004) bahwa salah satu domain utama perilaku adalah pengetahuan sehingga dengan yang baik, besar kemungkinan dapat mempengaruhi seseorang dalam bertindak atau berperilaku. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Emanuel Hamoko (2008) mengatakan ada pengaruh pengetahuan terhadap kinerja klinis perawat dengan nilai ρ 0,004 (< 0,25).

3. Sarana dan Prasarana yang Menunjang Pelayanan Antenatal3.1. Ketersediaan SaranaKetersediaan sarana yang cukup sangat mendukung dalam pelaksanaan pelayanan antenatal. Lingkungan dan fasilitas serta alat merupakan faktor yang mendukung dalam melaksanakan kegiatan atau tindakan dan keberhaslan program yang aan dilaksankan.. Dari hasil wawancara kepada informan didapatkan bahwa sarana dan prasarana dalam menunjang pelayanan antenatal sudah lengkap dan baik, hanya perlu penambahan alat seperti tensimeter, timbangan berat badan, dan juga evaluasi alat untuk pemeriksaan hemogloin. Selain dari hasi wawancara, hasil observasi juga didapatkan bahwa sarana yang ada di Puskesmas dalam menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan sudah lengkap, namun masih ada yang tidak berfungsi dengan baik seperti tensimeter dan alat pemeriksa hemoglobin yang perlu dievaluasi. Hal ini sejalan dengan yang diutarakan oleh informan. Tidak tersedianya peralatan atau peralatan yang ada tidak digunakan dengan baik oleh Puskesmas akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan yang diberikan. Oleh karena itu, kondisi maupun fungsi dari sarana fisik alat kesehatan tersebut harus dalam keadaan baik dan dapat mendukung pelayanan kesehatan. (Depkes, 2009). Dalam hal ini, alat yang dibutuhkan tidak hanya tersedia namun juga harus dapat mendukung pelayanan kesehatan secara prima sehingga harus berfungsi dengan baik dan tersedia dalam kuantitas yang memadai.

Alat yang menunjang pelayanan antenatal meliputi :a. Tensimeter dan stetoskop adalah alat untuk mengukur tekanan darah pada ibu hamil setiap pelayanan antenatal, dan stetoskop digunakan untuk mendengarkan hasilnya.b. TermometerTermometer adalah alat untuk mengukur suhu badan ibu. c. Doppler

Page 10: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

Yaitu alat untuk mendengarkan denyut jantung janin. Alat ini selalu digunakan oleh bidan dalam melakukan pelayanan antenatal. d. Reflek hamer Yaitu alat untuk melakukan patela reflek pada ibu hamil, alat ini digunakan oleh bidan dalam melakukan pelayanan antenatal jika ada indikasi seperti preeclampsia.e. Timbangan dan pengukur tinggi badan dewasaAlat ini dipakai untuk menimbang berat badan ibu setiap kali datang untuk pelayanan antenatal.f. HB meter dan alat periksa urineHB Meter adalah alat untuk memeriksa kadar hemoglobin dalam darah ibu dan alat periksa urine untuk memeriksa kadar protein dan glukosa dalam urin. Alat dipakai bidan bila ada indikasi.3.2. Ketersediaan Prasarana

Prasarana merupakan faktor pendukung dalam melaksanakan kegiatan pelayanan antenatal. Prasarana meliputi ruangan pemeriksaan ibu hamil yang memenuhi standar kesehatan yaitu tersedia air bersih yang mengalir, pencahayaan dan ventilasi yang cukup, serta mencukupi luasnya sehingga bidan yang memberikan pelayanan leluasa dalam bekerja. Menurut hasil wawancara dan observasi, prasarana yang tersedia di Puksesmas Makrayu dalam menunjang pelayanan antenatal sudah baik, informan merasa nyaman dan tidak ada masalah dengan prasarana, selain itu dari enam kriteria selama observasi, hampir seluruhnya sudah terpenuhi, satu yang tidak terpenuhi yaitu tempat untuk melakukan konseling yang dapat menjaga kerahasiaan atau privasi pasien. Mutu pelayanan kesehatan yang diberikan pasien walaupun merupakan nilai subyektif, tetapi tetap ada dasar obyektif yang dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis sewaktu pelayanan dan pengaruh lingkungan. Khususnya mengenai penilaian kinerja pemberi jasa pelayanan kesehatan terdapat dua elemen yang perlu diperhatikan yaitu teknis medis dan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal ini berhubungan dengan pemberian informasi, empati, kejujuran, ketulusan hati, kepekaan dan kepercayaan dengan memperhatikan privasi pasien (Foster, 2002). Selain itu, tempat konseling yang menjaga privasi pasien dapat memberikan kenyamanan bagi pasien. Menurut Leboeuf (2002) kenyamanan merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan.

4. Proses Pelaksanaan Pelayanan AntenatalPemeriksaan kehamilan menurut

DepKes RI (2005) yaitu pelayanan kesehatan

oleh tenaga professional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama kehamilannya. Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, bidan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kemenkes (2010) telah menetapkan bahwa komponen pemeriksaan untuk pelayanan antenatal adalah timbang berat badan, ukur tekanan darah, tentukan LILA, tentukan denyut jantung janin, tentukan presentasi janin, tentukan tinggi fundus uteri, tablet tambah darah, pemberian imunisasi TT, pemeriksaan laboraturium, tatalaksana, dan KIE. Dari hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa seluruh informan sudah melakukan rangkaian komponen pemeriksaan tersebut, namun masih ada yang perlu ditingkatkan yaitu anmnesis dan pemberian KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) kepada ibu hamil. Menurut hasil wawancara dengan informan, ketidak maksimalan anamnesis dan pemberian KIE selama pelayanan adalah karena jumlah ibu hamil yang datang terlalu ramai karena faktor pelayanan difokuskan pada satu hari sehubungan dengan pemberian vaksin sehingga waktu pemeriksaan mejadi lebih singkat. Kepuasan pasien merupakan salah satu unsur penilaian mutu pelayanan kesehatan. Menurut Taty Rosyanawaty (2011), salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah mutu informasi yang mereka peroleh sehingga dengan waktu pemeriksaan yang singkat akan mempengaruhi mutu informasi tersebut. Berdasarkan hasil observasi dalam komponen anamnesis didapatkan bahwa bidan di Puskesmas Makrayu mendapatkan skor rata-rata 46,3% dari seluruh total anamnesis, artinya masih ada setengah komponen pertanyaan yang belum ditanyakan dan dapat dilihat bahwa dari pasien pertama sampai pasien terakhir, komponen pertanyaan yang ditanyakan semakin lama semakin sedikit. Selain itu, berdasarkan hasil observasi dalam pemberian materi KIE didapatkan skor 33,8%, artinya masih banyak komponen pada KIE tidak disampaikan oleh bidan ke ibu hamil. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara pada informan, hal ini dipengaruhi oleh masalah manajemen waktu pelayanan. Waktu total pelayanan yang hanya satu hari dan dengan pasien yang banyak membuat pelayanan menjadi tidak maksimal sedangkan anamnesis dan pemberikan KIE adalah termasuk bagian dari komunikasi interpersonal antara pemberi pelayanan kesehatan dan pasien yang merupakan salah satu yang mempengaruhi

Page 11: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

kepuasan pasien, sedangkan keberhasilan yang diperoleh suatu layanan ksehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan sangat berhubungan erat dengan kepuasan pasien. Menurut hasil penelitian Mirnawati (2014) didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal dengan kepuasan pasien di RSUD AW Sjahrani Samarinda (p=0,000). Selain kepuasan pasien, luaran yang sangat diharapkan adalah penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Salah satu keberhasilan pencegahan kematian ibu menurut Kemenkes (2013) dalam buku Rencana Aksi Percepatan Penuruan Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah terletak pada ketepatan pengambilan keputusan pada saat terjadinya komplikasi. Hal ini bisa terjadi apabila keluarga mempunyai pengethuan dasar yang baik tentang kehamilan dan persalinan sehingga mereka bisa menyusun

perencanaan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi sedini mungkin. Di bawah ini adalah tabel 6 tentang Asesmen Kualitas Pelayanan Maternal tahun 2012 di Indonesia. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa sekitar 45% keluarga yang mengaku mendapat penjelasan tanda bahaya kehamilan saat ANC (Gambar 1). Hal ini diperkuat dengan hasil Asesmen Kualitas Pelayanan Maternal tahun 2012 yang menunjukkan bahwa hanya 24% RS dan 45% Puskesmas yang melakukan konseling dan edukasi sesuai standar pada saat pelayanan antenatal. Kedua hal ini menunjukkan bahwa peran tenaga kesehatan untuk memberikan informasi dan advokasi kepada ibu dan keluarga pada saat pelayanan masih lemah sehingga pengetahuan keluarga dan masyarakat untuk membuat perencaaan persalinan juga rendah (Tabel 7).

Tabel 7. Data Kualitas Asuhan Antenatal di Indonesia

Asuhan Antenatal RS Puskesmas

Melengkapi riwayat medis 33,86% 48,52%

Melengkapi pemeriksaan fisik umum dan obstetrik 50,0% 59,38%

Melakukan konseling dan edukasi 24,17% 45,00%

Melakukan pemeriksaan penunjang rutin 39,38% 19,69%

Melakukan pemeriksaan penunjang bila ada indikasi 49,00% 52,50%

Memberikan suplemen dan imunisasi 62,50% 73,13%

(Sumber: Asesmen kualitas pelayanan kesehatan maternal, Kemkes WHO-HOGSI, 2012)

Gambar 1. Proporsi Ibu Mendapat Penjelasan Tanda Bahaya Kehamilan 2010

(Sumber:Riskesdas 2010)

Page 12: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

KESIMPULAN

1. Deskripsi karakteristik informan dapat diketahui bahwa informan berusia antara 25 tahun sampai 55 tahun. Berdasarkan pendidikan diketahui bahwa informan dengan pendidikan Diploma III sebanyak 3 orang dan Strata II sebanyak 1 orang. Masa kerja terlama yaitu 15 tahun

2. Kompetensi teknis bidan dilihat dari pelatihan pelayanan antenatal dan pengetahuan bidan tentang standar pelayanan antenatal, didapatkan hanya 1 informan yang sudah mengikuti pelatihan dengan jangka waktu yang sudah berlangsung lama tetapi seluruh informan mengetahui tentang standar pelayanan antenatal dan manfaatnya.

3. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pelayananantenatal di Puskesmas Makrayu sudah baik, hanya perlu disempurnakan. Dari sarana komponen peralatan kesehatan, didapatkan skor hasil observasi adalah 100%, namun perlu penambahan tensi, timbangan berat badan, dan evaluasi alat hb sahli. Dari sarana penunjang manajemen pelayanan antenatal di Puskesmas Makrayu didapatkan skor hasil observasi sebesar 58,8%, diperlukan penambahan prosedur tetap tertulis seperti tanda bahaya kehamilan dan pencegahan infeksi, buku standar pelayanan terbaru seperti buku standar pelayanan kebidanan dan buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, serta penambahan formulir seperti surat kematian dan surat penolakan tindakan. Berdasarkan hasil observasi, untuk prasarana di Puskesmas Makrayu sudah terpenuhi 96%, 1 (satu) komponen yang tidak terpenuhi yaitu masih kurangnya pemanfaatan tempat untuk melakukan konseling yang menjaga kerahasiaan dan privasi pasien.

4. Hasil observasi yang dilakukan pada saat bidan melakukan pelayanan antenatal diperoleh hasil anamnesis mendapatkan skor rata-rata 46,3%, pemeriksaan dan intervensi sudah terpenuhi 100%, dan dari pemberian KIE (Komunikasi, Edukasi, dan Informasi) mendapatkan skor rata-rata 33,8%.

SARAN

1. Untuk Dinas Kesehatan Kota Palembanga. Membuat suatu ukuran baku tentang mutu

pelaksanaan pelayanan antenatal di Puskesmas sehingga mutu pelayanan antenatal dapat dinilai dengan parameter yang lebih konkrit sehingga diharapkan dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas ibu.

b. Dinas Kesehatan membentuk tim monitoring dan evaluasi untuk memantau pelaksanaan dan penerapan pelayanan antenatal di Puskesmas.

c. Memberikan pelatihan pelayanan antenatal dengan standar yang terbaru.

d. Melengkapi sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas untuk mendukung pelayanan.

2. Untuk Puskesmasa. Mengevaluasi tentang manajemen waktu

pelayanan antenatal dengan tidak memadatkan waktu pelayanan pada 1 hari. Dengan penambahan hari pelayanan, diharapkan waktu menjadi lebih efisien guna didapatkan pelayanan yang lebih maksimal.

b. Memantau penerapan SOP pelayanan antenatal.c. Melengkapi sarana dan prasana untuk

menunjang proses pelayanan antenatal.d. Sarana dan prasarana penunjang yang telah

tersedia dilakukan perawatan dan pemeliharaan dengan baik.

3. Untuk Bidan Puskesmasa. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan

melengkapi anamnesis dan materi KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi).

b. Melakukan evaluasi rutin tentang pelaksanaan pelayanan antenatal sehingga dapat mengoreksi pelaksanaan apabila ada yang tidak sesuai dengan standar.

c. Selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini baik dengan pelatihan maupun dari sumber-sumber yang mutakhir.

DAFTAR ACUAN

Al-Assaf, A. F, (2009). Mutu Pelayanan Kesehatan (Prespektif Internasional). Jakarta: EGC.

Amirudin, Ridwan. (2007). Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam pelayanan Kesehatan. Makassar: Unhas.

Azwar,A. (1990). Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta.

Crosby, Phillip B. 1980. Quality is Free : The Art of Making Quality Certain. New. York : Mac Graw Hill Book.

Dinkes Provinsi Sumatera Selatan. (2011) Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

Departemen Kesehatan R.I. (2005). Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia.

Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005 – 2009. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (2011). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Standar Pelayanan Kebidanan. Dirjen Binkesmas. Jakarta.

Elvira, K. (2012). Evaluasi Pelaksanaan 11T dalam Pelayanan Antenatal oleh Bidan di Puskesmas Singkawang Tengah Kota Singkawang Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesa.

Page 13: Artikel Penelitian Nuralisa Safitri

Hasmoko, Emanuel . (2008). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja klinis perawat berdasarkan penerapan system pengembangan manajemen kinerja klinis (SPMKK) di ruang rawat inap rumah sakit panti wilasa citarum semarang. Tesis. Universitas Dipenogoro.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta.

Kunwahyuningsih Asih. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal di kabupaten Magelang. Tesis Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.

Lily Yulaikhah. (2009). Seri Asuhan Kebidanan kehamilan. Jakarta: EGC.

Malayu, S.P. Hasibuan. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Jakarta : Bumi Aksara

Manuaba I B. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan. Jakarta : Penerbit EGC buku kedokteran.

Marfungah, S. (2013). Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Surakarta. Skripsi. Universitas Negeri Surakarta.

Siagian, Sondang, (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Ilmu kesehatan Masyarakat (Ilmu dan Seni). Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Parasuraman, A., Zeithalm, V., and Leonard L. Barry. (1990). Communication and Control Processes in the Delivery of Service Quality.

Pohan S Imbalo. (2006). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit EGC

SDKI. (2012). Survei Demografi Kesehatan Indonesia AKI 1994-2012.

Wijono, D. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan, volume 1. Surabaya: Airlangga University Press.

World Health Organization. (2010). Integrated Management of Pregnancy and Childbirth (IMPAC) : Essential Care Practice Guide for Pregnancy and Childbirth. Geneva.

Zulvadi, Dudi. (2010). Etika & Manajemen Kebidanan. Yogyakarta: Cahaya Ilmu