19
Artikel Pertanian : BIOTEKNOLOGI MIKROBA UNTUK PERTANIAN ORGANIK Diposkan oleh wawi on Senin, 10 Maret 2008 Alasan kesehatan dan kelestarian alam/lingkungan menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari segala asupan yang berbau sintetik, baik berupa pupuk sintetik, herbisida, maupun pestisida sintetik. Namun, petani sering mengeluhkan hasil produksi pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama. Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan bioteknologi berbasis mikroba yang diambil dari sumber-sumber kekayaan hayati non sintetik. Tanah adalah habitat yang sangat kaya akan keragaman mikroorganisme seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah-tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba-mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian. Mikroba tanah antara lain berperan dalam mendegradasi limbah-limbah organik pertanian, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen dari udara, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan tanaman, biokontrol patogen tanaman, membantu penyerapan unsur hara tanaman, dan membentuk simbiosis menguntungan. Bioteknologi berbasis mikroba tanah dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran penting mikroba tanah tersebut. Teknologi Kompos Bioaktif Salah satu masalah mendasar yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan bahan organik tanah dan status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Pupuk hijau dan pupuk kandang sebenarnya adalah limbah-limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Limbah organik seperti sampah dedaunan, seresah,

Artikel Pertanian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Artikel Pertanian

Artikel Pertanian : BIOTEKNOLOGI MIKROBA UNTUK PERTANIAN ORGANIK

Diposkan oleh wawi on Senin, 10 Maret 2008

Alasan kesehatan dan kelestarian alam/lingkungan menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari segala asupan yang berbau sintetik, baik berupa pupuk sintetik, herbisida, maupun pestisida sintetik. Namun, petani sering mengeluhkan hasil produksi pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama. Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan bioteknologi berbasis mikroba yang diambil dari sumber-sumber kekayaan hayati non sintetik.

Tanah adalah habitat yang sangat kaya akan keragaman mikroorganisme seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah-tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba-mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian. Mikroba tanah antara lain berperan dalam mendegradasi limbah-limbah organik pertanian, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen dari udara, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan tanaman, biokontrol patogen tanaman, membantu penyerapan unsur hara tanaman, dan membentuk simbiosis menguntungan. Bioteknologi berbasis mikroba tanah dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran penting mikroba tanah tersebut.

Teknologi Kompos Bioaktif

Salah satu masalah mendasar yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan bahan organik tanah dan status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Pupuk hijau dan pupuk kandang sebenarnya adalah limbah-limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Limbah organik seperti sampah dedaunan, seresah, kotoran-kotoran binatang ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Secara alami proses pengkomposan ini memakan waktu yang sangat lama, berkisar antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman.Proses penghancuran limbah organik dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang memiliki kemampuan tinggi. Penggunaan mikroba penghancur ini dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.Dr. Didiek H Goenadi, Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, mendefinisikan kompos bioaktif sebagai kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. SuperDec dan OrgaDec, produk biodekomposer yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI), dikembangkan berdasarkan

Page 2: Artikel Pertanian

filosofi tersebut. Mikroba biodekomposer unggul yang digunakan adalah Trichoderman pseudokoningii, Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan mikroba-mikroba patogen penyebab penyakit tanaman.Keuntungan penggunaan kompos bioaktif untuk pertanian organik selain mempercepat waktu pengomposan dan menyediakan kompos yang berkualitas tinggi, juga berperan sebagai agensia hayati untuk mengendalikan penyakit tanaman, terutama penyakit yang menyerang dari dalam tanah. Kekawatiran para petani organik akan tanamannya yang mudah diserang penyakit dapat di atasi dengan menggunakan kompos bioaktif.

Biofertilizer

Petani organik sangat alergi dengan pupuk-pupuk kimia atau pupuk sintetik lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani organik umumnya mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos yang sudah matang kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain seratus kilogram kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya kg Urea/ha, kg SP 36/ha dan kg KCl/ha, maka kompos yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak dan berimplikasi pula pada biaya produksi.Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupaun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp. Rhizobium sp hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp, … ,………… Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza seringkali ditemukan pada tanaman-tanaman keras/berkayu, sedangkan endomikoriza ditemukan pada banyak tanaman, baik tanaman berkayu atau bukan.

Page 3: Artikel Pertanian

Mikoriza hidup bersimbiosis pada akar tanaman. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering ditemukan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp.Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian organik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang dikembangkan oleh BPBPI antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, dan Simbionriza.

Agen Biokontrol

Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia seperti jenis-jenis hibrida, umumnya sangat rentah terhadap serangan hama dan penyakit ketika dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba-mikroba dapat mengendalikan organisme patogen tersebut. Mikroba atau organisme patogen akan menyerang tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba pengendalinya. Di sini jumlah organisme patogen lebih banyak daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman dapat dihindari.Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae. Mikroba-mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga yang menjadi hama tanaman. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp. Trichoderma sp mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), atau Phytoptora sp.

Aplikasi pada Pertanian Organik

Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan alami. Produk-produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani organik. Kebutuhan akan bahan organik tanah dan hara tanaman dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator pengomposan. Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik dapat mensuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Serangan hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan memanfaatkan biokotrol.Selama ini petani Indonesia yang menerapkan sistem pertanian organik hanya mengandalkan kompos dan cenderung membiarkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan tersedianya bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak perlu kawatir dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara, dan serangan hama dan penyakit tanaman.

Page 4: Artikel Pertanian

PERTANIAN ORGANIK, TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN

Oleh: Kabelan Kunia

Pertanian organik yang semakin berkembang belakangan ini menunjukkan adanya kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Revolusi hijau dengan input bahan kimia memberi bukti bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan tidak lestari. Pertanian organik kemudian dipercaya menjadi salah satu solusi alternatifnya.

Pengembangan pertanian organik secara teknis harus disesuaikan dengan prinsip dasar lokalitas. Artinya pengembangan pertanian organik harus disesuaikan dengan daya adaptasi tumbuh tanaman/binatang terhadap kondisi lahan, pengetahuan lokal teknis perawatannya, sumber daya pendukung, manfaat sosial tanaman/ binatang bagi komunitas.

Pertanian organik memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling bergantung dan menghidupi, dan manusia adalah bagian di dalamnya. Prinsip ekologi dalam pertanian organik didasarkan pada hubungan antara organisme dengan alam sekitarnya dan antarorganisme itu sendiri secara seimbang. Pola hubungan antara organisme dan alamnya dipandang sebagai satu – kesatuan yang tidak terpisahkan, sekaligus sebagai pedoman atau hukum dasar dalam pengelolaan alam, termasuk pertanian.

Dalam pelaksanaannya, sistem pertanian organik sangat memperhatikan kondisi lingkungan dengan mengembangkan metode budi daya dan pengolahan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Sistem pertanian organik diterapkan berdasarkan atas interaksi tanah, tanaman, hewan, manusia, mikroorganisme, ekosistem, dan lingkungan dengan memperhatikan keseimbangan dan keanekaragaman hayati. Sistem ini secara langsung diarahkan pada usaha

Page 5: Artikel Pertanian

meningkatkan proses daur ulang alami daripada usaha merusak ekosistem pertanian (agroekosistem).

Pertanian organik banyak memberikan kontribusi pada perlindungan lingkungan dan masa depan kehidupan manusia. Pertanian organik juga menjamin keberlanjutan bagi agroekosistem dan kehidupan petani sebagai pelaku pertanian. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga unsur hara, bimassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran.

Bahan alami

Pemanfaatan bahan-bahan alami lokal di sekitar lokasi pertanian seperti limbah produk pertanian sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik seperti kompos sangat efektif mereduksi penggunaan pupuk kimia sintetis yang jelas-jelas tidak ramah lingkungan. Demikian juga dengan pemanfaatan bahan alami seperti tanaman obat yang ada untuk dibuat racun hama akan mengurangi penggunaan bahan pencemar bahaya yang diakibatkan pestisida, fungisida, dan insektisida kimia.

Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik, selain meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, juga akan mengurangi dampak pencemaran air tanah dan lingkungan yang timbul akibat pemakaian pupuk kimia berlebihan. Di samping itu, banyak mikroorganisme di alam yang memiliki kemampuan mereduksi dan mendegradasi bahan-bahan kimia berbahaya yang diakibatkan pencemaran dari bahan racun yang digunakan dalam aktivitas pertanian konvensional seperti racun serangga dan hama.

Dengan kemajuan teknologi, pertanian organik adalah pertanian ramah lingkungan yang murah dan berteknologi sederhana (tepat guna) dan dapat dijangkau semua petani di Indonesia.

Serangga hama dan musuh alami merupakan bagian keanekaragaman hayati. Serangga hama memiliki kemampuan berbiak yang tinggi untuk mengimbangi tingkat kematian yang tinggi di alam. Keseimbangan alami antara serangga hama dan musuh alami sering dikacaukan penggunaan insektisida kimia yang hanya satu macam.

Pertanian organik bukan hanya baik bagi kesehatan, tetapi juga bagi lingkungan bumi. Beberapa ahli pertanian Amerika Serikat yakin pertanian organik merupakan cara baru mengurangi gas-gas rumah kaca yang menyumbang pemanasan global. Laurie Drinkwater, ahli manajemen tanah dan ekologi Rodale Institute di Kutztown, Pennsylvania, AS bersama koleganya membandingkan pertanian organik dengan metode sebelumnya yang menggunakan pupuk kimia selama 15 tahun. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature (Desember 1998) jika pupuk organik digunakan dalam kawasan pertanian kedelai utama di AS, setiap tahun, karbon dioksida di atmosfer dapat berkurang 1-2%.

Drinkwater mengatakan, pengurangan ini merupakan kontribusi yang sangat berarti. Selain itu negara-negara industri sepakat dalam pertemuan Bumi di Kyoto Jepang untuk mengurangi emisi karbondioksida sampai 5,2% dari tahun 1990 hingga tahun 2008-2012. Dalam penelitian ini juga

Page 6: Artikel Pertanian

ditemukan, pertanian organik menggunakan energi 50% lebih kecil dibandingkan dengan metode pertanian konvensional.

Demikianlah, fakta mengungkapkan bahwa sistem pertanian organik adalah pertanian yang ramah lingkungan. Artinya, pelaku sistem pertanian organik telah berusaha tidak merusak dan menganggu keberlanjutan komponen-komponen lingkungan yang terdiri atas tanah, air, udara, tanaman, binatang, mikroorganisme, dan tentunya manusia. Bila kita sudah melakukan ini, termasuk mengonsumsi produk pertanian organik, sejatinya cerminan pribadi Anda yang ramah lingkungan.***

Penulis: Pegiat dan pemberdaya masyarakat tani padi organik “SRI” dan praktisi pertanian

organik.

sumber : web ahmad heryawan (Gubernur Jawa Barat).

Author: staf1 on June 18, 2010

Category: kesehatan, teknologi ramah lingkungan

Tags: agroekosistem, alami, artikel pertanian organik, budi daya, ekologi, ekosistem,

kesehatan, kondisi, lahan, lestari, lingkungan, lokalitas, Makalah pertanian, makalah

pertanian organik, organisme, PERTANIAN ORGANIK, petani, revolusi hijau, tanaman,

teknologi ramah lingkungan

http://semangatbelajar.com/pertanian-organik-teknologi-ramah-lingkungan/

http://blog.ub.ac.id/zybondblue/2010/05/26/artikel-pertanian-bioteknologi-mikroba-untuk-

pertanian-organik/

Page 7: Artikel Pertanian

Pertanian Organik di Jepang

Jepang dikenal sebagai negara paling maju di Asia. Namun tahukah anda, bahwa pertanian disana ternyata masih kuat nuansa 'tradisional'nya?  Bagaimana itu? Mari kita simak selengkapnya!

Begitu kita berada di luar Tokyo, terjadilah anomali. Ini terjadi karena ternyata Negeri matahari terbit ini juga merupakan negeri para petani lokal/kecil. Di Fukuoka, kota terbesar nomor tujuh di Jepang, ladang padi yang damai terselip diantara rumah dan candi, dalam bayang-bayang pencakar langit yang hanya berjarak 10 mil.

Di iklim yang sangat kondusif ini, pertanian keluarga menanam buat dan sayuran dalam siklus tahunan, untuk memproduksi bahan pangan bagi kota berpenduduk 1,3 juta ini. Di daerah suburban, dimana pertanian lokal jauh lebih banyak, konsumen sering mendapatkan sayuran yang baru dipetik tadi pagi untuk makan malam. Di supermarket pada jantung kota Fukuoka, adalah umum untuk mendapatkan sayuran yang dipanen sehari sebelumnya.

Hasil pertanian segar

Jika anda menggigit tomat atau stroberi disini, maka efek dari kesegarannya akan segera terasa. Mereka sangat penuh cita rasa, sehingga tidak perlu dipersiapkan lebih lanjut lagi. Bahkan anak-anak menyukai sayuran, termasuk juga yang dianggap tidak enak seperti bayam atau kacang-kacangan.

Jepang memiliki istilah untuk hasrat terhadap makanan lokal dan segar: chisan, chishou, yang berarti, 'produksi lokal, dan konsumsi lokal'.

Preservasi chisan-chisou pada salah satu negara yang paling terurbanisasi di dunia merupakan teladan yang baik, bahwa di negara lain yang terurbanisasi hal ini juga dapat diterapkan.

Dengan perkecualian Hokkaido, pulau Jepang yang paling utara dan paling rural, sebagian besar pertanian di Jepang adalah operasi skala kecil yang dijalankan oleh beberapa anggota keluarga. Hasilnya tidak hanya pada kesegaran makanan lokal, namun juga dedikasi untuk terhadap produk. Anggur dan peach, diantara buah lain, mereka lindungi dengan pelindung, sewaktu

Page 8: Artikel Pertanian

masih tumbuh, untuk melindungi mereka dari serangga dan gangguan lain. Tanah pun dipetakkan dengan baik, sehingga sayuran akan tumbuh dari dalam beberapa kaki. Dengan bantuan dari rumah kaca, hal ini membantu pasokan tanaman dari musim semi, panas, gugur, dan dingin. Sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh tangan. Petani Jepang memproduksi semangka kotak, dari trik bonsai dengan membentuk semangka menjadi kubus sewaktu ia tumbuh, sehingga ia dapat dimasukkan kedalam kulkas. Ini menunjukkan dedikasi mereka terhadap pertanian.

Bantuan Pemerintah

Dalam era modern ini, generasi muda sudah mulai tidak tertarik atau mengapresiasi pertanian chisan chishou. Namun, pemerintah Jepang tidak tinggal diam. Mereka memberikan insentif-insentif, untuk mengakselerasi pertanian lokal. Di 20 tahun terakhir ini, pemerintah telah memfasilitasi pertanian lokal untuk memasuki pasar. Menjual tanah pertanian kepada kepentingan komersial, akan dipajaki sangat tinggi oleh pemerintah, sementara memberikan tanah tersebut ke anak untuk pertanian hanya dipajaki sangat minim. Pusat pertanian juga mengundang anak-anak sekolah untuk menanam dan memanen, untuk meningkatkan minat mereka. Pertanian kadang menjadi bagian dari kurikulum sekolah.

Minoru Yoshino dari Pusat Penelitian Pertanian Fukuoka menjabarkan peran pemerintah pada chisan-chishou dalam tiga hal. Makanan lokal yang segar adalah lebih sehat, dan rasa yang nikmat akan meningkatkan konsumsi sayuran. Sementara, pertanian lokal adalah lebih baik bagi kelestarian lingkungan, karena hanya memerlukan air dan pestisida lebih sedikit.

Diterjemahkan secara bebas dari http://www.livescience.com/health/060905_bad_farming.html

Sumber foto: http://genkijacs.com/images/

http://netsains.com/2009/08/pertanian-organik-di-jepang/

PERTANIAN KERAKYATAN YANG BERKELANJUTAN BERWAWASAN

LINGKUNGAN

Pengertian

Page 9: Artikel Pertanian

Menurut Mubyarto (2001) sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang memihak pada kepentingan ekonomi rakyat, dan ekonomi rakyat adalah sektor ekonomi yang mencakup usaha-usaha kecil, menengah dan koperasi sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.

Dalam TAP MPR IV/1999 disebutkan pengertian ekonomi kerakyatan sbb:

Misi : Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional terutama pengusaha kecil, menengah, dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan.

Arah kebijakan ekonomi : Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan,kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja, perlindungan hak-hak konsumen, serta perlakuan yang adil bagi seluruh masyarakat.

Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa Pertanian Kerakyatan merupakan pertanian yang berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan petani yang merupakan kelompok terbesar rakyat Indonesia . Pertanian yang berasal dan berakar pada rakyat untuk rakyat, sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat serta daya dukung lingkungannya. Pertanian yang bertumpu pada kemampuan dan kemandirian rakyat dalam mengambil keputusan pengelolaan sistem usaha taninya yang sesuai dan dinamis. Pertanian Kerakyatan yang mengembangkan sistem ekonomi pertanian rakyat yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Pertanian kerakyatan merupakan pertanian yang berkelanjutan yang tidak membawa dampak samping bagi kesehatan dan kesejahteraan hidup rakyat dan lingkungan hidup di pedesaan. Pertanian kerakyatan merupakan kegiatan pertanian yang dilaksanakan sendiri oleh rakyat secara profesional, berdaya saing dengan memanfaatkan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pilar utama atau kekuatan utama pelaksana pertanian kerakyatan adalah usaha kecil, menengah dan koperasi.

Pertanian Berkelanjutan

Dari pengertian ekonomi kerakyatan menurut TAP VI/ 1999 dinyatakan antara lain bahwa: “sistem ekonomi kerakyatan…… yang berbasis pada sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan“. SDM yang berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan berarti bahwa SDM yang memahami dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Demikian juga pada sektor pertanian SDM yang akan menjadi pelaksana pertanian kerakyatan harus memahami prinsip, falsafah dan praktek pertanian berkelanjutan. Pada konsideran UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman butir (b) dinyatakan bahwa:“sistem pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan perlu ditumbuhkembangkan dalam pembangunan pertanian secara menyeluruh dan terpadu “

Page 10: Artikel Pertanian

Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan sumber daya alam dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilaksanakan sedemikian rupa dapat menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang (FAO, 1989). Pembangunan di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan harus mampu mengkonservasi tanah, air, tanaman dan sumber genetik binatang, tidak merusak lingkungan, secara teknis tepat guna, secara ekonomi layak dan secara sosial dapat diterima.

Visi Pertanian Berkelanjutan:

Pendekatan dan teknologi pertanian yang LAYAK EKONOMI, DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN SECARA EKOLOGI, SECARA SOSIAL DAPAT DITERIMA dan BERKEADILAN , SECARA BUDAYA SESUAI dan berdasarkan Pendekatan HOLISTIK .

Misi Pertanian Berkelanjutan:

1. Peningkatan produksi

2. Peningkatan penghasilan dan kesejahteraan rakyat

3. Pengentasan kemiskinan

4. Peningkatan pemerataan dan keadilan sosial

5. Penciptaan lapangan kerja bagi petani di pedesaan

6. Penggunaan sumber daya alam setempat secara efisien yang meliputi sumber daya hayati, sumber daya manusia, kearifan dan pengetahuan tradisional

7. Memberdayakan petani sebagai pengambil keputusan yang profesional di lahannya sendiri

8. Peningkatan peran petani sebagai pengelola dan pelaksana utama pembangunan pertanian

9. Pemberdayaan kelompok tani dalam unit-unit usaha tani berskala kecil, menengah dan koperasi

10. Pelestarian kualitas lingkungan hidup lokal, nasional, global

Dari pengertian-pengertian dasar tersebut dapat disimpulkan di sini bahwa pertanian kerakyatan merupakan implementasi dari pertanian berkelanjutan pada kondisi ekologi, ekonomi, sosial budaya dan politik di Indonesia.

Teknologi Pertanian Konvensional

Teknologi pertanian yang diterapkan dan dikembangkan oleh Pemerintah dan peneliti sekarang merupakan teknologi cetak biru (blue print) cenderung seragam, boros energi, boros sumber

Page 11: Artikel Pertanian

daya hayati, eksploitatif, orientasi peningkatan produksi, serta tidak mengikutsertakan petani/rakyat dalam pengembangan, perencanaan dan penerapannya. Aspek-aspek ekologi, keadilan dan pemerataan pendapatan, demokrasi dalam pengambilan keputusan serta kesesuaian dengan kondisi lokal kurang dipertimbangkan.

Dampak Negatif Teknologi Boros Energi:

· Petani selalu memerlukan saprodi (sarana produksi) yang semakin lama semakin meningkat sehingga semakin mahal

· Menurunkan daya dukung lingkungan karena peningkatan erosi, pemiskinan unsur hara tanah, kerusakan struktur tanah, peningkatan residu bahan kimia berbahaya, membunuh organisme penyubur tanah

· Penggunaan saprodi semakin tidak efisien, untuk peningkatan satu unit produksi yang sama diperlukan lebih banyak sapordi daripada sebelumnya

· Ketergantungan petani pada penggunaan saprodi dan pihak industri saprodi semakin meningkat

· Pemiskinan keanekaragaman hayati lingkungan pertanian

Keadaan di pedesaan dewasa ini

Pembangunan Pertanian yang dilaksanakan selama ini lebih didominansi oleh Pemerintah dengan para pejabat dan petugas baik di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa maupun di tingkat lapangan. Petani dan kelompok tani lebih dalam posisi sebagai pelaksana kebijaksanaan Pemerintah. Petani lebih diperankan sebagai obyek pembangunan dan bukan sebagai subyek pembangunan. Pembangunan pertanian konvensional yang didominansi oleh Pemerintah tidak menjamin keberlanjutan program pembangunan pertanian serta tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pertanian kerakyatan yang lebih bertumpu pada kemampuan dan kemandirian petani.

Setelah kita lebih dari 30 tahun menerapkan pembangunan pertanian nasional kita hadapi beberapa indikator keberhasilan pembangunan yang memprihatinkan:

· Tingkat produktivitas lahan menurun

· Tingkat kesuburan lahan merosot

· Konversi lahan pertanian semakin meningkat

· Luas dan kualitas lahan kritis semakin meluas

· Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian meningkat

Page 12: Artikel Pertanian

· Daya dukung lingkungan merosot

· Tingkat pengangguran di pedesaan semakin meningkat

· Daya tukar petani semakin berkurang

· Penghasilan dan kesejahteraan keluarga petani semakin menurun

· Kesenjangan sosial antar kelompok masyarakat meningkat

Pendekatan pembangunan pertanian perlu diubah dari pembangunan pertanian beror0ientasi produksi menjadi pembangunan pertanian kerakyatan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Peran Fakultas Pertanian UGM

Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi Fakultas Pertanian UGM pada khususnya dan UGM pada umumnya perlu menempatkan dan mewarnakan jati dirinya sebagai pendorong pelaksanaan pertanian kerakyatan dari tataran kebijakan nasional sampai ke pelaksanaan di lapangan. Hal ini berarti bahwa semua kegiatan Tri Dharma pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan sivitas akademika Fakultas Pertanian UGM harus diarahkan pada pengembangan dan penerapan pertanian kerakyatan dalam kerangka sistem ekonomi kerakyatan. Berbagai paradigma dan praktek pembangunan pertanian konvensional yang berorientasi pada produksi, pertumbuhan ekonomi perlu disesuaikan menjadi paradigma ekonomi kerakyatan. Dalam hal itu diusulkan agar Pertanian Berkelanjutan Berwawasan Kerakyatan atau Pertanian Kerakyatan yang Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan dijadikan visi pembangunan Fakultas Pertanian UGM.

Salah satu implikasi visi tersebut adalah dalam pengembangan dan penyediaan teknologi pertanian yang sesuai. Berikut disampaikan beberapa prinsip dan strategi teknologi pertanian berkelanjutan yang perlu kita kembangkan melalui kegiatan Tridharma Fakultas.

1. Teknologi yang dapat memanfaatkan semaksimal mungkin berbagai proses alami ke dalam proses produksi pertanian/budidaya pertanian seperti daur unsur dan daur ulang, fiksasi nitrogen, interaksi antar komponen ekosistem, hubungan predator dan mangsa, dan yang lain.

2. Teknologi yang dapat meminimalkan penggunaan masukan produksi yang memiliki potensi besar membahayakan lingkungan dan kesehatan bagi masyarakat, petani, dan konsumen. Penggunaan pestisida, pupuk buatan, dan kimia pertanian lainnya perlu dibatasi sampai pada tingkat ketetapan baku minimal yang diijinkan.

3. Teknologi yang memanfaatkan secara lebih produktif, efektif dan efisien potensi hayati dan genetik spesies tanaman dan binatang seperti ilmu pemuliaan tanaman dan bioteknologi. Perlu diingat kepentingan dan hak petani agar mereka secara bebas melakukan akses terhadap suber daya genetik yang mereka telah kuasai selama ini, serta mereka memperoleh pembagian yang

Page 13: Artikel Pertanian

adil terhadap keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan SDG yang telah dikembangkan oleh petani.

4. P enyesuaian yang lebih baik antara pola tanam, potensi produksi serta keterbatasan fisik lahan pertanian agar dapat dijamin keberlanjutan tingkat produksi untuk masa sekarang dan mendatang. Sistem budidaya pertanian seperti pergiliran tanaman, tanaman tumpang sari, tanaman lorong, penanaman pupuk hijau dan penutup tanah, dan yang lain merupakan teknik budidaya yang dianjurkan.

5. Peningkatan efisiensi produksi dengan cara memberikan penekanan pada perbaikan kualitas pengelolaan usaha tani, serta konservasi tanah, air, energi, dan sumber daya hayati.

6. Teknologi yang digunakan adalah khas ekosistem, tidak statis dan seragam, serta sesuai dengan keadaan dan kemandirian masyarakat setempat.

7. Untuk itu perlu dikembangkan suasana kemitraan kerja yang dialogis antara peneliti, petugas lapangan, dan petani yang dapat mendorong kreatifitas, aktifitas, dan kemandirian pada petani setempat.

8. Teknologi yang digunakan merupakan perpaduan yang optimal antara teknologi atas dasar pengetahuan modern dengan pengetahuan dan kearifan masyarakat tradisional. Pengetahuan tradisional mempunyai keunggulan karena kekhasannya dengan ekosistem dan budaya setempat sehingga dapat dijamin keberlanjutannya, namun untuk meningkatkan produktifitasnya perlu didukung dengan kegiatan-kegiatan penelitian yang relevan.

9. Teknologi pertanian tidak hanya berorientasi pada pencapaian sasaran produksi, tetapi juga pada pemasaran produk di pasar domestik dan global serta pelestarian fungsi lingkungan hidup. Apabila petani dapat bekerja bersama dalam kelompok usaha kecil atau menengah, mereka dapat mengelola usaha tani mereka secara profesional dalam bentuk usaha agroindustri yang berorientasi pada pasar nasional dan global.

Program Pemberdayaan Petani

Untuk membuat petani dan kelompok tani menjadi pelaku pertanian kerakyatan dan sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan diperlukan program pemberdayaan petani di tingkat lapangan yang terpadu, lintas disiplin dan berencana jangka panjang. Metode pelatihan dan pendidikan petani yang sesuai perlu dikembangkan dan diterapkan sesuai dengan kondisi khas petani di lokasi lahan dan ekosistem. Metode pendidikan orang dewasa seperti yang diterapkan di Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Tanaman Pangan (1989-1998) dan Perkebunan (1997-2005) merupakan pendekatan yang tepat untuk mendukung pertanian kerakyatan yang berkelanjutan.

Acuan:

Page 14: Artikel Pertanian

Food and Agricultural Organization of the United Nations. 1989. The State of Food and Agriculture 1989. FAO. Rome, Italy.

Mubyarto, 2001. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat & Peranan Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta . 83 hal.