Upload
docong
View
235
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
1
ARTIKEL
TINGKAT KETERLAKSANAAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI DI
KABUPATEN DOMPU TAHUN AJARAN 2013/2014
OLEH :
YULIANTI
E1A 010 039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014
2
1
Tingkat Keterlaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Dompu Tahun Ajaran 2013/2014
The Enforceability Level of Curriculum 2013 Implementation in Biology Learning in Dompu District Senior High Schools Academic Year 2013/2014
Yulianti 1), Dadi Setiadi2), Khairuddin3)
1)Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram 2) 3)Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram
Universitas Mataram, Jalan Majapahit No.62, Mataram Email: [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat keterlaksanaan implementasi
Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Dompu Tahun Ajaran 2013/2014 dan (2) mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru terkait implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Dompu Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah semua guru Biologi pada SMA Negeri di Kabupaten Dompu yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013. Sampel penelitian adalah guru Biologi kelas X SMA di Kabupaten Dompu yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan angket, lembar observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan model Miles dan Huberman (1984). Prosedur analisis meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterlaksanaan implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Dompu termasuk dalam kategori cukup baik. Kendala yang dihadapi guru terkait implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi meliputi kurangnya pemahaman guru tentang kurikulum 2013 dan keterbatasan sarana yang mendukung implementasi kurikulum 2013.
Kata Kunci: Kurikulum 2013, pembelajaran Biologi, dan guru
2
ABSTRACT This study aimed to (1) determine the enforceability level of implementation
Curriculum 2013 in Biology learning of senior high schools in Dompu district Academic Year 2013/2014 and (2) determine the constraints faced by teachers relating to the Curriculum 2013 implementation of senior high schools in Dompu district Academic Year 2013/2014. This study is descriptive. The population was all Biology teachers in Dompu district senior high schools that have been implemented curriculum 2013. The sample was senior high school biology teachers in grade 10th, which have been implemented curriculum 2013. The sample is determined by purposive sampling technique. Data were collected by questionnaire, observation sheet, interview, and documentation. The data were analyzed by Miles and Huberman model (1984). The analysis procedure included data reduction, data display, and conclusion. The results show that the enforceability level of curriculum 2013 implementation in Biology learning in Dompu District Senior High Schools included into category quite well. The constraints faced by teachers relating to the implementation of the curriculum 2013 in Biology learning include teachers' lack of understanding of the curriculum 2013 and limited of support resources for the curriculum 2013 implementation. Keywords: Curriculum 2013, Biology learning, and teacher
PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan Nasional bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional tersebut, maka disusunlah
kurikulum (Arifin, 2011).
Kurikulum merupakan salah satu alat
untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, sekaligus berupa pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis
dan jenjang pendidikan. Kurikulum disusun
secara nasional di Indonesia, dengan tujuan
agar setiap warga negara, dimanapun ia
bersekolah, mempunyai kesempatan
memperoleh kompetensi yang sama. Sistem
Pendidikan Nasional (SPN) di Indonesia
telah mengalami sepuluh kali perubahan
kurikulum, dalam rangka menghadapi
berbagai tantangan yang timbul seiring
dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi, tingkat
kecerdasan peserta didik, kultur, sistem
nilai, dan kebutuhan masyarakat.
Menghadapi berbagai tantangan yang
timbul, baik yang bersifat internal maupun
eksternal, pemerintah menilai perlu
3
melakukan pengembangan terhadap
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP
2006) menjadi kurikulum baru yang berbasis
karakter dan berbasis kompetensi yang dapat
membekali peserta didik dengan sikap dan
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman dan teknologi
(Mulyasa, 2013). Tantangan internal yang
dimaksud adalah kondisi pendidikan yang
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang
mengacu pada 8 Standar Nasional
Pendidikan dan bonus demografi Indonesia.
Sedangkan, tantangan eksternal yang
dimaksud adalah global competitiveness
atau persaingan global dan berbagai isu yang
terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi,
kebangkitan industri kreatif dan budaya,
serta perkembangan pendidikan di tingkat
internasional (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2012).
Pemerintah melakukan pengembang-
an terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP 2006) menjadi kurikulum
2013, yang merupakan kurikulum yang
berbasis karakter dan berbasis kompetensi.
Implementasi kurikulum 2013 bertujuan
menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Elemen
perubahan kurikulum 2013 meliputi
perubahan standar kompetensi lulusan,
standar proses, standar isi, dan standar
penilaian. Perbedaan yang signifikan antara
KTSP 2006 dengan kurikulum 2013 terjadi
terutama dalam proses pembelajaran, yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian. Oleh karena itu, guru sebagai
unsur terpenting dalam pembelajaran harus
memahami dan melaksanakan perubahan
sebagai berikut.
Pertama, dalam perencanaan
pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013,
guru tidak diperkenankan menyusun silabus,
melainkan hanya menggunakan silabus yang
telah disusun oleh pemerintah. Fungsi guru
dalam perencanaan pembelajaran hanyalah
mengkaji silabus, kemudian
mengembangkannya ke dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang disesuaikan dengan karakterisitik
peserta didik. Dalam merumuskan indikator,
guru harus memperhatikan kompetensi dasar
(KD) yang terikat oleh kompetensi inti (KI).
Kompetensi Inti (KI) merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap tingkat
kelas atau program yang menjadi landasan
pengembangan kompetensi dasar.
Kompetensi Inti mencakup sikap spiritual
(KI-1), sikap sosial (KI-2), pengetahuan
(KI-3), dan keterampilan (KI-4).
Kedua, dalam pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013,
guru dituntut melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan saintifik
4
dan mengembangkan kegiatan belajar yang
meliputi mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasikan,
dan mengkomunikasikan hasil penalaran
untuk mencapai kompetensi pengetahuan
dan keterampilan. Sedangkan, untuk
mencapai kompetensi sikap, guru dituntut
melaksanakan pembelajaran yang
memberikan contoh dan teladan kepada
peserta didik.
Ketiga, dalam penilaian pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut
untuk melaksanakan penilaian autentik,
yaitu penilaian pembelajaran secara terpadu
yang dilihat proses dan hasil. Penilaian yang
dilakukan oleh guru, tidak hanya ditujukan
untuk mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja, melainkan mengukur
semua kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan berdasarkan proses dan hasil.
Implementasi kurikulum 2013 mulai
dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014
pada jenjang pendidikan menengah, dimulai
pada kelas X untuk SMA. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan kepala
sekolah dan guru di Kabupaten Dompu,
diperoleh informasi bahwa terdapat 4 SMA
Negeri yang telah mengimplementasikan
kurikulum 2013 di Kabupaten Dompu.
Namun, implementasi kurikulum 2013 pada
keempat sekolah tersebut belum maksimal.
Hal ini dikarenakan sebagian besar guru
masih belum dapat mengimplementasikan
kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan
baik, terutama dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dan penilaian autentik.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
dilakukan penelitian mengenai tingkat
keterlaksanaan implementasi Kurikulum
2013 dalam pembelajaran Biologi SMA
Negeri di Kabupaten Dompu, serta kendala
yang dihadapi guru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013
dalam pembelajaran Biologi SMA Negeri di
Kabupaten Dompu.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
Agustus 2014 di SMA Negeri di Kabupaten
Dompu yang telah mengimplementasikan
Kurikulum 2013, yaitu SMAN 1 Dompu,
SMAN 2 Dompu, SMAN 2 Woja, dan
SMAN 1 Hu’u. Populasi penelitian adalah
semua guru Biologi pada SMA Negeri di
Kabupaten Dompu yang telah
mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Sampel penelitian ditentukan dengan teknik
sampling purposive. Sampel penelitian
adalah guru Biologi kelas X SMA Negeri di
Kabupaten Dompu yang telah
mengimplentasikan Kurikulum 2013.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik triangulasi.
Pengumpulan data menggunakan angket,
lembar observasi, pedoman wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan
5
dengan menggunakan teknik analisis data
selama di lapangan yang dikembangkan oleh
Miles dan Huberman (1984). Prosedur
analisis data meliputi reduksi data, penyajian
data,dan penarikan kesimpulan. Pengujian
keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi uji kredibilitas, transferabilitas,
dependabilitas dan konfirmabilitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, tingkat
keterlaksanaan implementasi Kurikulum
2013 dalam pembelajaran Biologi meliputi 3
aspek, yaitu (a) perencanaan pembelajaran;
(b) pelaksanaan pembelajaran; dan (c)
penilaian pembelajaran. Sedangkan, kendala
yang dihadapi oleh guru dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013
dalam pembelajaran Biologi meliputi (a)
faktor guru; dan (b) faktor sarana.
Tingkat Keterlaksanaan Implementasi
Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran
Biologi Ditinjau Dari Aspek Perencanaan
Pembelajaran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
guru sebagai pelaksana kurikulum 2013
telah menyusun perencanaan pembelajaran
(RPP) dengan cukup baik dengan rerata
persentase 47.06%. Sebagian besar guru
telah menyusun RPP yang berdasarkan
tuntutan kurikulum 2013. Akan tetapi, RPP
yang disusun tersebut masih belum sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013. Selain itu,
masih terdapat guru yang masih menyusun
RPP dengan menggunakan format RPP
berdasarkan KTSP 2006. Hal ini terjadi
karena beberapa faktor sebagai berikut.
Gambar 4.1
Diagram Tingkat Keterlaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau Dari Aspek Perencanaan Pembelajaran
Keterangan: Indikator 1 Perumusan indikator Indikator 2 Perumusan tujuan
pembelajaran Indikator 3 Pengembangan materi
pembelajaran Indikator 4 Pemiilihan media dan sumber
belajar Indikator 5 Pemilihan metode
pembelajaran Indikator 6 Perancangan kegiatan
pembelajaran Indikator 7 Perancangan penilaian
Guru belum memiliki pemahaman dan
pengalaman yang cukup memadai terkait
penyusunan perencanaan pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013. Sebab, sejauh
ini guru belum menerima pelatihan terkait
kurikulum 2013, sehingga penyusunan
perencanaan pembelajaran hanya berbekal
48.48
68.25 71.6
43.06
11.11
58.02
28.89
01020304050607080
I II III IV V VI VII
Pers
enta
se
Indikator
6
informasi yang diperoleh melalui kepala
sekolah, media online dan elektronik, serta
sosialisasi dalam lingkup MGMP. Informasi
yang diperoleh ini dianggap masih belum
memadai bagi guru untuk dapat menyusun
perencanaan pembelajaran berdasarkan
kurikulum 2013 dengan tepat. Taole (2013)
menyatakan bahwa pelatihan merupakan
pilihan yang paling tepat untuk memberikan
informasi terkait perkembangan kurikulum.
Melalui pelatihan, guru tidak hanya
memperoleh informasi yang lebih mendalam
mengenai kurikulum 2013, melainkan juga
memperoleh berbagai macam persiapan
terkait implementasi kurikulum 2013.
Kurangnya pemahaman guru terkait
implementasi kurikulum 2013 menyebabkan
guru masih belum mengetahui bagaimana
menyusun perencanaan pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013,
terutama dalam menjabarkan KD pada KI-3
dan KI-4 ke dalam indikator pembelajaran
secara tepat. Sehingga, mengakibatkan
perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan
metode pembelajaran, penjabaran rencana
kegiatan pembelajaran, pemilihan media dan
sumber belajar, serta perancangan penilaian
yang tidak tepat pula. Hal ini senada dengan
pendapat diungkapkan oleh Cherryholmes
(1988) dalam John (2006), bahwa “rencana
pembelajaran merupakan suatu sistem yang
disusun berdasarkan cara berpikir yang
sistematis”. Jadi, apabila salah satu unsur
dari rencana pembelajaran dijabarkan secara
tidak tepat, maka penjabaran unsur yang lain
pun menjadi tidak tepat pula.
Selain itu, masih terdapat guru yang
beranggapan bahwa menyusun perencanaan
pembelajaran adalah hal yang kurang
penting karena perencanaan pembelajaran
dianggap hanya sebagai pelengkap
administrasi (Cahayani, 2013). Hal ini
mengakibatkan guru menyusun perencanaan
pembelajaran hanya untuk beberapa
pertemuan, bahkan tidak menyusun
perencanaan pembelajaran sama sekali
selama satu semester.
Tingkat Keterlaksanaan Implementasi
Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran
Biologi Ditinjau Dari Aspek Pelaksanaan
Pembelajaran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
guru sebagai pelaksana kurikulum 2013
telah mengimplementasikan kurikulum 2013
dalam pelaksanaan pembelajaran Biologi
dengan cukup baik dengan rerata persentase
49.98%. Implementasi kurikulum 2013
dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Pembelajaran yang semula terfokus pada
kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi dilengkapi dengan kegiatan
mengamati, menanya, mengasosiasi,
mengkomunikasikan, dan mencipta (Usman
dan Nuryadin, 2013). Namun, hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar guru masih cenderung melaksanakan
7
pembelajaran yang bersifat konvensional.
Hal ini tejadi karena beberapa faktor sebagai
berikut.
Gambar 4.2
Diagram Tingkat Keterlaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau Dari Aspek Pelaksanaan Pembelajaran
Keterangan: Indikator 1 Pemberian apersepsi dan
motivasi Indikator 2 Penyampaian kompetensi dan
rencana kegiatan Indikator 3 Penguasaan materi pelajaran Indikator 4 Penerapan strategi
pembelajaran yang mendidik Indikator 5 Penerapan pendekatan saintifik Indikator 6 Pemanfaatan sumber belajar
atau media dalam pembelajaran Indikator 7 Penerapan pembelajaran
partisipatif Indikator 8 Penggunaan bahasa yang tepat
dan benar dalam pembelajaran Indikator 9 Kegiatan penutup
Guru belum mengubah mindsetnya
tentang perubahan kurikulum itu sendiri.
Devlin (2006) menyatakan bahwa “mindset
guru sangat penting karena akan
mempengaruhi keputusan yang dibuat dan
akan berdampak pada tindakannya di kelas”.
Perubahan kurikulum yang berulang kali
menyebabkan guru memandang perubahan
kurikulum bukanlah sesuatu yang berarti.
Sehingga, sebagian besar guru cenderung
kembali menggunakan metode dan
kebiasaan mengajar seperti sebelumnya
(pembelajaran yang bersifat konvensional)
yang dianggapnya lebih efektif
dibandingkan harus menggunakan metode
baru sesuai dengan tuntutan kurikulum
(Jansen dan Christie, 1999; Spreen dan
Vally, 2010; Taole, 2013).
Selain itu, belum adanya pelatihan terkait
implementasi kurikulum 2013 menyebabkan
guru belum memiliki pemahaman yang
cukup memadai tentang pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum 2013, sehingga guru cenderung
melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode lama yang biasa
digunakan. Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh Taole (2013), bahwa
ketika guru memahami apa yang harus
dilakukan, maka hal tersebut akan
memudahkan guru untuk beradaptasi
terhadap perubahan yang baru tersebut.
Guru akan memperoleh informasi dan
berbagai persiapan yang akan membantunya
untuk memahami mengenai perkembangan
kurikulum melalui pelatihan.
Di samping itu, hal ini terjadi karena
tidak tersedianya sarana yang mendukung,
motivasi belajar dan kemampuan peserta
43.7541.67
69.44
35.4223.2618.33
49.17
100
68.75
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV V VI VII VIII IX
Pers
enta
se
Indikator
8
didik yang tergolong rendah, sehingga guru
akan mengalami kesulitan dalam
menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Spreen
dan Vally (2010) menyatakan bahwa
kurangnya sarana pembelajaran menjadi
penghalang bagi guru untuk menerapkan
pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik. Hal serupa juga diungkapkan oleh Al-
Amarat (2011) yang menyatakan bahwa
tidak tersedianya fasilitas yang mendukung
implementasi kurikulum mengakibatkan
guru mengalami kesulitan. Kemudian,
Kusumawardhani (2008) menyatakan bahwa
hambatan yang dihadapi guru dalam
penerapan KSTP 2006 adalah sarana dan
prasarana untuk melakukan pembelajaran,
serta karakteristik siswa yang berbeda-beda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran masih dominan
dalam ruang kelas. Menurut Usman dan
Nuryadin, (2013), pembelajaran adalah
kegiatan untuk mentransformasikan,
melestarikan, dan mengkritisi iptek dan
kultur yang dilakukan di dalam dan di luar
kelas. Dalam pembelajaran berdasarkan
Kurikulum 2013, guru dituntut agar
mendayagunakan secara optimal sumber
belajar, sehingga pelaksanaan pembelajaran
tidak hanya terbatas di kelas, tetapi juga di
laboratorium, perpustakaan, masyarakat, dan
sumber belajar lainnya (Mulyasa, 2013).
Pembelajaran masih dominan dalam
ruang kelas karena sebagian besar guru
belum mengubah mindsetnya tentang
perubahan kurikulum itu sendiri, sehingga
guru cenderung masih menggunakan metode
dan kebiasaan mengajar yang lama, yaitu
pembelajaran yang bersifat konvensional
(Spreen dan Vally, 2010; Taole, 2013). Di
samping itu juga, Hal ini dikarenakan tidak
tersedianya sarana yang mendukung,
sehingga tidak memungkinkan bagi guru
untuk melaksanakan pembelajaran selain di
ruang kelas (Al-Amarat, 2011;
Kusumawardhani dkk, 2008).
Kurikulum 2013 juga menekankan
bahwa guru mata pelajaran harus
mengintegrasikan pelajaran TIK dalam
setiap pembelajaran. Guru harus memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan,
mengakses, dan menggunakan teknologi dan
informasi sebagai media belajar (Sanaky,
2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian guru belum memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dengan
baik dalam pembelajaran seperti
menggunakan laptop, LCD projector, dan
menggunakan fasilitas wifi. Hal ini
dikarenakan masih terdapat guru yang tidak
mampu memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi tersebut serta tidak semua
sekolah memiliki fasilitas tersebut (Al-
Amarat, 2011).
Tingkat Keterlaksanaan Implementasi
Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran
9
Biologi Ditinjau Dari Aspek Penilaian
Pembelajaran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat keterlaksanaan implementasi
kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi
SMA Negeri di Kabupaten Dompu ditinjau
dari aspek penilaian pembelajaran termasuk
dalam kategori cukup baik dengan rerata
persentase 42.71%.
Gambar 4.3 Diagram Tingkat Keterlaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau Dari Aspek Penilaian Pembelajaran
Keterangan: Indikator 1 Penilaian kompetensi sikap Indikator 2 Penilaian kompetensi
pengetahuan Indikator 3 Penilaian kompetensi
keterampilan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
guru sebagai pelaksana kurikulum 2013
belum melaksanakan penilaian autentik,
penilaian pembelajaran hanya dilakukan
hanya sebatas pada penilaian kognitif.
Sedangkan, penilaian sikap dilakukan hanya
terbatas pada pengamatan sikap selama
proses pembelajaran di kelas tanpa
menggunakan daftar checklist pengamatan
dan penilaian keterampilan pembelajaran
tidak dilakukan sama sekali oleh hampir
sebagian besar guru.
Hal ini karena sebagian besar guru
masih menggunakan pembelajaran yang
bersifat konvensional. O’Leary (2002)
menjelaskan bahwa pembelajaran
konvensional tidak menekankan pada
bagaimana peserta didik belajar, melainkan
lebih menekankan pada bagaimana guru
mengajar. Peserta didik dianggap hanya
sebagai wadah kosong yang tersedia untuk
diisi dengan pengetahuan dari guru. Peserta
didik tidak diberikan kesempatan untuk
memperoleh pengalaman belajar dan
membangun sendiri pengetahuannya.
Pembelajaran yang seperti ini menyebabkan
rendahnya tingkat partisipasi peserta didik
dalam pembelajaran, sehingga sikap dan
keterampilan peserta didik yang harus
dinilai tidak muncul (Attar, et al, 2010).
Guru juga mengungkapkan bahwa “guru
mengalami kesulitan dalam menilai
kompetensi sikap dan keterampilan peserta
didik dikarenakan guru yang hanya sendiri
harus menilai 30 peserta didik atau lebih,
sehingga guru merasa perlu adanya guru
pendamping saat pembelajaran
berlangsung”.
Selain itu, hal ini terjadi karena guru
belum memiliki pemahaman dan
pengalaman yang memadai terkait penilaian
29.63
66.67
20
01020304050607080
I II III
Pers
enta
se
Indikator
10
autentik, sebab sejauh ini guru masih belum
menerima pelatihan terkait implementasi
kurikulum 2013. Sehingga, guru mengalami
kesulitan dalam melaksanakan penilaian
autentik. Pelatihan sangat diperlukan karena
sebagai wahana untuk memperoleh
informasi dan persiapan dalam rangka
mengimplementasikan kurikulum baru
(Taole, 2013).
Kendala yang dihadapi guru terkait
implementasi Kurikulum 2013 dalam
pembelajaran Biologi
Faktor Guru
Informasi mengenai kurikulum 2013
diperoleh guru hanya melalui kepala
sekolah, media elektronik (TV dan internet),
serta sosialisasi dalam lingkup MGMP.
Informasi yang diperoleh tersebut dinilai
belum memadai bagi guru untuk dapat
memahami bagaimana implementasi
kurikulum 2013 dalam pembelajaran secara
tepat. Pemahaman guru yang terbatas
mengakibatkan guru cenderung mengajar
dengan metode dan cara mengajar yang
lama (Spreen dan Vally, 2010; Taole, 2013).
Guru belum menerima pelatihan
terkait implementasi kurikulum 2013.
Pelatihan guru terkait implementasi
kurikulum baru sangat penting. Melalui
pelatihan, guru memperoleh informasi yang
memadai dan berbagai rangkaian persiapan
untuk mengimplementasikan kurikulum
baru (Taole, 2013).
Pelatihan guru adalah jenis pelatihan
keprofesionalan guru yang bertujuan untuk
memelihara dan/atau meningkatkan
kemampuannya sebagai guru sesuai dengan
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan perubahan kurikulum
dan perkembangan masyarakat (PP RI No.
74 Tahun 2008). Pelatihan tidak hanya
berupa penyampaian informasi mengenai
kurikulum itu, tetapi juga harus memberikan
kesempatan bagi guru untuk
mengaplikasikan pengetahuan baru tentang
kurikulum yang diperoleh. Hal ini dapat
dilakukan melalui kegiatan follow up oleh
advisor saat guru mengajar di kelas,
sehingga dapat membantu guru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013.
Faktor Sarana
Sarana pendidikan merupakan salah
satu penunjang keberhasilan pendidikan,
yang mengacu pada standar sarana dan
prasarana yang dikembangkan oleh BSNP.
Ketersediaan sarana yang memadai akan
meningkatkan kinerja guru dalam upaya
mengimplementasikan kurikulum 2013
(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/6ac3369
32b3ec 1 a415c4767d5cc0684f.pdf). Sarana
yang terdapat di sekolah untuk mendukung
implementasi kurikulum 2013 masih
tergolong kurang. Keterbatasan sarana ini
dapat menimbulkan kesulitan bagi guru
11
untuk melaksanakan pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013 (Al-Amarat,
2011; Kusumawardhani dkk, 2008).
Keterbatasan sarana berupa alat dan
bahan di laboratorium yang menunjang
praktikum. Hal ini dapat menimbulkan
kesulitan bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang sesuai tuntutan
kurikulum 2013. Sebagai contoh, pada salah
satu KI-4 yang terdapat dalam struktur
kurikulum 2013, yaitu peserta didik
merencanakan dan melaksanan pengamatan
tentang ciri-ciri dan peran protista dalam
kehidupan dan menyajikan hasil pengamatan
dalam bentuk model/charta/gambar. Pada
KI-4 tersebut, salah satu alat yang
dibutuhkan untuk mencapai kompetensi
tersebut adalah mikroskop yang diperlukan
untuk pengamatan. Akan tetapi, jumlah
mikroskop sangat terbatas pada sebagian
besar sekolah, yaitu kurang dari lima yang
masih dalam kondisi baik. Sehingga, untuk
melakukan pengamatan menggunakan
mikroskop secara efektif sangat tidak
memungkinkan.
Pada sebagian besar sekolah, buku
pegangan peserta didik jumlahnya sangat
tidak sesuai dengan jumlah peserta didik.
Buku pegangan merupakan sumber belajar
yang sangat penting bagi peserta didik.
Dengan memiliki buku pegangan sendiri,
peserta didik dapat meningkatkan
kemampuan literasinya melalui membaca
dan memiliki pengetahuan awal mengenai
materi pembelajaran sebelum menghadiri
kelas. Pengetahuan awal yang dimiliki oleh
peserta didik ini sangat penting karena dapat
mempermudah proses pembelajaran dan
meningkatkan efisiensi penggunaan waktu
dalam pembelajaran (Santyasa, 2005).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa tingkat
keterlaksanaan implementasi Kurikulum
2013 dalam pembelajaran Biologi SMA
Negeri di Kabupaten Dompu termasuk
dalam kategori cukup baik dengan
persentase 46.58%.
Kendala yang dihadapi guru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013
dalam pembelajaran Biologi adalah
kurangnya pemahaman guru mengenai
kurikulum 2013 dan keterbatasan sarana
yang mendukung implementasi kurikulum
2013.
SARAN
Bagi Pemerintah
Dinas Pendidikan memberikan
pelatihan kepada guru terkait Kurikulum
2013 dan dilakukan segera mungkin agar
memperlancar implementasi Kurikulum
2013, terutama dalam penjabaran KD pada
KI-3 dan KI-4 menjadi indikator dan tujuan
pembelajaran, pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, dan penilaian autentik.
12
Pelatihan tidak hanya berupa penyampaian
materi berupa teori, melainkan juga
bagaimana aplikasi dari teori tersebut.
Dinas Pendidikan mendorong dan
mendukung guru untuk melaksanakan
pembelajaran berbasis Lesson Study dalam
rangka mengoptimalkan implementasi
kurikulum 2013 dalam pembelajaran.
Dinas Pendidikan melakukan
pengawasan terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
secara berkala.
Pemerintah memberikan bantuan
berupa sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran,
seperti pengadaan buku pegangan bagi
peserta didik serta pengadaan alat dan bahan
di laboratorium.
Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah mendorong dan
mendukung guru untuk mengimplemen-
tasikan kurikulum 2013 dengan cara
memfasilitasi guru untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman terkait
implementasi kurikulum 2013 melalui
MGMP, pelatihan, seminar, workshop, dan
kursus.
Kepala sekolah mengawasi
pengawasan terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
secara berkala.
Bagi Guru
Guru membentuk tim dan
melaksanakan pembelajaran berbasis Lesson
Study, sehingga memudahkan guru dalam
melaksanakan penilaian terhadap proses dan
hasil pembelajaran.
Guru hendaknya selalu
meningkatkan kompetensi dan sumber daya
yang dimiliki melalui kegiatan pelatihan,
workshop, serta kursus.
DA FTA R P US T AKA
Arifin, Z. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Al-Amarat, M. 2011. The Classroom Problems Faced Teachers at the Public Schools in Tafila Province, and Proposed Solutions. International Journal Education and Science, Volume 3(1): 37-48.
Attar, A., E.D. Ioio, K. Geven, dan R. Santa.
2010. Student Centered Learning An Insight Into Theory and Practice. Diakses dari: http://www.esu-online.org/ pageassets/projects/projectarchive/ 2010-T4SCL-Stakeholders-Forum-Leuven-An-Insight-Into-Theory-And-Practice.pdf, pada tanggal 8 November 2014 pukul 20.00 WITA.
Cahayani, P. 2013. Studi Evaluatif Tentang
Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran Di SMP Negeri 3 Denpasar. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan Volume 4.
Devlin, M. 2006. Challenging Accepted
Wisdom about the Place of Conceptions of Teaching in University
13
Teaching Improvement. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education Vol. 18 (2): 112-119.
Evanita, E. K. 2013. Analisis Kompetensi
Pedagogik dan Kesiapan Guru Sekolah Menengah Atas dalam Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
http://pasca.unhas.ac.id
/jurnal/files/6ac336932b3ec1a415c4767d5cc0684f.pdf, diakses pada tanggal 3 Oktober 2014 pukul 20.00 WITA.
Jansen, J. dan Christie, P. 1999. Changing
Curriculum: Studies on Outcomes-based Education in South Africa. Cape Town: Juta Press.
John, P. D. 2006. Lesson Planning and The
Student Teacher: Re-thinking The Dominant Model. Journal Curriculum Studies Vol. 38 (4): 483–498.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kusumawardhani, R., Wiyaka, S. Lestari, A.B. Prabowo. 2008. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Di Kota Semarang. Jurnal Media Penelitian Pendidikan Volume 2 (2).
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
O’Leary, R. 2002. Advice to new teachers:
Turn it inside out. PS: Political Science and Politics, 35(1): 91–92. Diakses dari: http://www.umbc.edu/ fdc/documents/AdviceNewTeachers.p
df, pada tanggal 8 November 2014 pukul 20.15 WITA.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
2008. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Sanaky, H. 2005. Sertifikasi dan
Profesionalisme Guru Di Era Reformasi Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam 2005 (1):1-13.
Santyasa, W. 2005. Model Pembelajaran
Inovatif dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disampaikan dalam Penataran Guru-Guru SMP, SMA, dan SMK se Kabupaten Jembrana, Jembrana, Juni – Juli 2005.
Spreen, C.A. and Vally S. 2010. Outcomes-
Based Education and Its (dis)Contents: Learner-Centered Pedagogy and The Education Crisis in South Africa. Southern African Review of Education (SARE) Vol. 16(1): 39–58.
Taole, M. J. 2011. Teachers’ Conceptions of
the Curriculum Review Process. International Journal Education and Science, Volume 5(1): 39-46.
Usman, H. dan N. E. Raharjo. 2013. Strategi
Kepemimpinan Pembelajaran Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Cakrawala Pendidikan Vol. 32 (1).