15
ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI DI KABUPATEN DOMPU TAHUN AJARAN 2013/2014 OLEH : YULIANTI E1A 010 039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2014

ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

  • Upload
    docong

  • View
    235

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

1

ARTIKEL

TINGKAT KETERLAKSANAAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI DI

KABUPATEN DOMPU TAHUN AJARAN 2013/2014

OLEH :

YULIANTI

E1A 010 039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2014

Page 2: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

2

Page 3: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

1

Tingkat Keterlaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Dompu Tahun Ajaran 2013/2014

The Enforceability Level of Curriculum 2013 Implementation in Biology Learning in Dompu District Senior High Schools Academic Year 2013/2014

Yulianti 1), Dadi Setiadi2), Khairuddin3)

1)Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram 2) 3)Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram

Universitas Mataram, Jalan Majapahit No.62, Mataram Email: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat keterlaksanaan implementasi

Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Dompu Tahun Ajaran 2013/2014 dan (2) mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru terkait implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Dompu Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah semua guru Biologi pada SMA Negeri di Kabupaten Dompu yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013. Sampel penelitian adalah guru Biologi kelas X SMA di Kabupaten Dompu yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan angket, lembar observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan model Miles dan Huberman (1984). Prosedur analisis meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterlaksanaan implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Dompu termasuk dalam kategori cukup baik. Kendala yang dihadapi guru terkait implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi meliputi kurangnya pemahaman guru tentang kurikulum 2013 dan keterbatasan sarana yang mendukung implementasi kurikulum 2013.

Kata Kunci: Kurikulum 2013, pembelajaran Biologi, dan guru

Page 4: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

2

ABSTRACT This study aimed to (1) determine the enforceability level of implementation

Curriculum 2013 in Biology learning of senior high schools in Dompu district Academic Year 2013/2014 and (2) determine the constraints faced by teachers relating to the Curriculum 2013 implementation of senior high schools in Dompu district Academic Year 2013/2014. This study is descriptive. The population was all Biology teachers in Dompu district senior high schools that have been implemented curriculum 2013. The sample was senior high school biology teachers in grade 10th, which have been implemented curriculum 2013. The sample is determined by purposive sampling technique. Data were collected by questionnaire, observation sheet, interview, and documentation. The data were analyzed by Miles and Huberman model (1984). The analysis procedure included data reduction, data display, and conclusion. The results show that the enforceability level of curriculum 2013 implementation in Biology learning in Dompu District Senior High Schools included into category quite well. The constraints faced by teachers relating to the implementation of the curriculum 2013 in Biology learning include teachers' lack of understanding of the curriculum 2013 and limited of support resources for the curriculum 2013 implementation. Keywords: Curriculum 2013, Biology learning, and teacher

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Pendidikan Nasional bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional tersebut, maka disusunlah

kurikulum (Arifin, 2011).

Kurikulum merupakan salah satu alat

untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional, sekaligus berupa pedoman dalam

pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis

dan jenjang pendidikan. Kurikulum disusun

secara nasional di Indonesia, dengan tujuan

agar setiap warga negara, dimanapun ia

bersekolah, mempunyai kesempatan

memperoleh kompetensi yang sama. Sistem

Pendidikan Nasional (SPN) di Indonesia

telah mengalami sepuluh kali perubahan

kurikulum, dalam rangka menghadapi

berbagai tantangan yang timbul seiring

dengan perkembangan zaman, ilmu

pengetahuan dan teknologi, tingkat

kecerdasan peserta didik, kultur, sistem

nilai, dan kebutuhan masyarakat.

Menghadapi berbagai tantangan yang

timbul, baik yang bersifat internal maupun

eksternal, pemerintah menilai perlu

Page 5: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

3

melakukan pengembangan terhadap

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP

2006) menjadi kurikulum baru yang berbasis

karakter dan berbasis kompetensi yang dapat

membekali peserta didik dengan sikap dan

kemampuan yang sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman dan teknologi

(Mulyasa, 2013). Tantangan internal yang

dimaksud adalah kondisi pendidikan yang

dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang

mengacu pada 8 Standar Nasional

Pendidikan dan bonus demografi Indonesia.

Sedangkan, tantangan eksternal yang

dimaksud adalah global competitiveness

atau persaingan global dan berbagai isu yang

terkait dengan masalah lingkungan hidup,

kemajuan teknologi dan informasi,

kebangkitan industri kreatif dan budaya,

serta perkembangan pendidikan di tingkat

internasional (Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2012).

Pemerintah melakukan pengembang-

an terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP 2006) menjadi kurikulum

2013, yang merupakan kurikulum yang

berbasis karakter dan berbasis kompetensi.

Implementasi kurikulum 2013 bertujuan

menghasilkan insan Indonesia yang

produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui

penguatan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang terintegrasi. Elemen

perubahan kurikulum 2013 meliputi

perubahan standar kompetensi lulusan,

standar proses, standar isi, dan standar

penilaian. Perbedaan yang signifikan antara

KTSP 2006 dengan kurikulum 2013 terjadi

terutama dalam proses pembelajaran, yang

mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian. Oleh karena itu, guru sebagai

unsur terpenting dalam pembelajaran harus

memahami dan melaksanakan perubahan

sebagai berikut.

Pertama, dalam perencanaan

pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013,

guru tidak diperkenankan menyusun silabus,

melainkan hanya menggunakan silabus yang

telah disusun oleh pemerintah. Fungsi guru

dalam perencanaan pembelajaran hanyalah

mengkaji silabus, kemudian

mengembangkannya ke dalam bentuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang disesuaikan dengan karakterisitik

peserta didik. Dalam merumuskan indikator,

guru harus memperhatikan kompetensi dasar

(KD) yang terikat oleh kompetensi inti (KI).

Kompetensi Inti (KI) merupakan tingkat

kemampuan untuk mencapai Standar

Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki

seorang peserta didik pada setiap tingkat

kelas atau program yang menjadi landasan

pengembangan kompetensi dasar.

Kompetensi Inti mencakup sikap spiritual

(KI-1), sikap sosial (KI-2), pengetahuan

(KI-3), dan keterampilan (KI-4).

Kedua, dalam pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013,

guru dituntut melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan saintifik

Page 6: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

4

dan mengembangkan kegiatan belajar yang

meliputi mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasikan,

dan mengkomunikasikan hasil penalaran

untuk mencapai kompetensi pengetahuan

dan keterampilan. Sedangkan, untuk

mencapai kompetensi sikap, guru dituntut

melaksanakan pembelajaran yang

memberikan contoh dan teladan kepada

peserta didik.

Ketiga, dalam penilaian pembelajaran

berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

untuk melaksanakan penilaian autentik,

yaitu penilaian pembelajaran secara terpadu

yang dilihat proses dan hasil. Penilaian yang

dilakukan oleh guru, tidak hanya ditujukan

untuk mengukur kompetensi pengetahuan

berdasarkan hasil saja, melainkan mengukur

semua kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan berdasarkan proses dan hasil.

Implementasi kurikulum 2013 mulai

dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014

pada jenjang pendidikan menengah, dimulai

pada kelas X untuk SMA. Berdasarkan hasil

observasi dan wawancara dengan kepala

sekolah dan guru di Kabupaten Dompu,

diperoleh informasi bahwa terdapat 4 SMA

Negeri yang telah mengimplementasikan

kurikulum 2013 di Kabupaten Dompu.

Namun, implementasi kurikulum 2013 pada

keempat sekolah tersebut belum maksimal.

Hal ini dikarenakan sebagian besar guru

masih belum dapat mengimplementasikan

kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan

baik, terutama dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan pendekatan saintifik

dan penilaian autentik.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu

dilakukan penelitian mengenai tingkat

keterlaksanaan implementasi Kurikulum

2013 dalam pembelajaran Biologi SMA

Negeri di Kabupaten Dompu, serta kendala

yang dihadapi guru dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013

dalam pembelajaran Biologi SMA Negeri di

Kabupaten Dompu.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei

Agustus 2014 di SMA Negeri di Kabupaten

Dompu yang telah mengimplementasikan

Kurikulum 2013, yaitu SMAN 1 Dompu,

SMAN 2 Dompu, SMAN 2 Woja, dan

SMAN 1 Hu’u. Populasi penelitian adalah

semua guru Biologi pada SMA Negeri di

Kabupaten Dompu yang telah

mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Sampel penelitian ditentukan dengan teknik

sampling purposive. Sampel penelitian

adalah guru Biologi kelas X SMA Negeri di

Kabupaten Dompu yang telah

mengimplentasikan Kurikulum 2013.

Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan teknik triangulasi.

Pengumpulan data menggunakan angket,

lembar observasi, pedoman wawancara, dan

dokumentasi. Analisis data dilakukan

Page 7: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

5

dengan menggunakan teknik analisis data

selama di lapangan yang dikembangkan oleh

Miles dan Huberman (1984). Prosedur

analisis data meliputi reduksi data, penyajian

data,dan penarikan kesimpulan. Pengujian

keabsahan data dalam penelitian kualitatif

meliputi uji kredibilitas, transferabilitas,

dependabilitas dan konfirmabilitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, tingkat

keterlaksanaan implementasi Kurikulum

2013 dalam pembelajaran Biologi meliputi 3

aspek, yaitu (a) perencanaan pembelajaran;

(b) pelaksanaan pembelajaran; dan (c)

penilaian pembelajaran. Sedangkan, kendala

yang dihadapi oleh guru dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2013

dalam pembelajaran Biologi meliputi (a)

faktor guru; dan (b) faktor sarana.

Tingkat Keterlaksanaan Implementasi

Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran

Biologi Ditinjau Dari Aspek Perencanaan

Pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

guru sebagai pelaksana kurikulum 2013

telah menyusun perencanaan pembelajaran

(RPP) dengan cukup baik dengan rerata

persentase 47.06%. Sebagian besar guru

telah menyusun RPP yang berdasarkan

tuntutan kurikulum 2013. Akan tetapi, RPP

yang disusun tersebut masih belum sesuai

dengan tuntutan kurikulum 2013. Selain itu,

masih terdapat guru yang masih menyusun

RPP dengan menggunakan format RPP

berdasarkan KTSP 2006. Hal ini terjadi

karena beberapa faktor sebagai berikut.

Gambar 4.1

Diagram Tingkat Keterlaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau Dari Aspek Perencanaan Pembelajaran

Keterangan: Indikator 1 Perumusan indikator Indikator 2 Perumusan tujuan

pembelajaran Indikator 3 Pengembangan materi

pembelajaran Indikator 4 Pemiilihan media dan sumber

belajar Indikator 5 Pemilihan metode

pembelajaran Indikator 6 Perancangan kegiatan

pembelajaran Indikator 7 Perancangan penilaian

Guru belum memiliki pemahaman dan

pengalaman yang cukup memadai terkait

penyusunan perencanaan pembelajaran

berdasarkan kurikulum 2013. Sebab, sejauh

ini guru belum menerima pelatihan terkait

kurikulum 2013, sehingga penyusunan

perencanaan pembelajaran hanya berbekal

48.48

68.25 71.6

43.06

11.11

58.02

28.89

01020304050607080

I II III IV V VI VII

Pers

enta

se

Indikator

Page 8: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

6

informasi yang diperoleh melalui kepala

sekolah, media online dan elektronik, serta

sosialisasi dalam lingkup MGMP. Informasi

yang diperoleh ini dianggap masih belum

memadai bagi guru untuk dapat menyusun

perencanaan pembelajaran berdasarkan

kurikulum 2013 dengan tepat. Taole (2013)

menyatakan bahwa pelatihan merupakan

pilihan yang paling tepat untuk memberikan

informasi terkait perkembangan kurikulum.

Melalui pelatihan, guru tidak hanya

memperoleh informasi yang lebih mendalam

mengenai kurikulum 2013, melainkan juga

memperoleh berbagai macam persiapan

terkait implementasi kurikulum 2013.

Kurangnya pemahaman guru terkait

implementasi kurikulum 2013 menyebabkan

guru masih belum mengetahui bagaimana

menyusun perencanaan pembelajaran yang

sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013,

terutama dalam menjabarkan KD pada KI-3

dan KI-4 ke dalam indikator pembelajaran

secara tepat. Sehingga, mengakibatkan

perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan

metode pembelajaran, penjabaran rencana

kegiatan pembelajaran, pemilihan media dan

sumber belajar, serta perancangan penilaian

yang tidak tepat pula. Hal ini senada dengan

pendapat diungkapkan oleh Cherryholmes

(1988) dalam John (2006), bahwa “rencana

pembelajaran merupakan suatu sistem yang

disusun berdasarkan cara berpikir yang

sistematis”. Jadi, apabila salah satu unsur

dari rencana pembelajaran dijabarkan secara

tidak tepat, maka penjabaran unsur yang lain

pun menjadi tidak tepat pula.

Selain itu, masih terdapat guru yang

beranggapan bahwa menyusun perencanaan

pembelajaran adalah hal yang kurang

penting karena perencanaan pembelajaran

dianggap hanya sebagai pelengkap

administrasi (Cahayani, 2013). Hal ini

mengakibatkan guru menyusun perencanaan

pembelajaran hanya untuk beberapa

pertemuan, bahkan tidak menyusun

perencanaan pembelajaran sama sekali

selama satu semester.

Tingkat Keterlaksanaan Implementasi

Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran

Biologi Ditinjau Dari Aspek Pelaksanaan

Pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

guru sebagai pelaksana kurikulum 2013

telah mengimplementasikan kurikulum 2013

dalam pelaksanaan pembelajaran Biologi

dengan cukup baik dengan rerata persentase

49.98%. Implementasi kurikulum 2013

dalam pelaksanaan pembelajaran adalah

pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Pembelajaran yang semula terfokus pada

kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi dilengkapi dengan kegiatan

mengamati, menanya, mengasosiasi,

mengkomunikasikan, dan mencipta (Usman

dan Nuryadin, 2013). Namun, hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar guru masih cenderung melaksanakan

Page 9: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

7

pembelajaran yang bersifat konvensional.

Hal ini tejadi karena beberapa faktor sebagai

berikut.

Gambar 4.2

Diagram Tingkat Keterlaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau Dari Aspek Pelaksanaan Pembelajaran

Keterangan: Indikator 1 Pemberian apersepsi dan

motivasi Indikator 2 Penyampaian kompetensi dan

rencana kegiatan Indikator 3 Penguasaan materi pelajaran Indikator 4 Penerapan strategi

pembelajaran yang mendidik Indikator 5 Penerapan pendekatan saintifik Indikator 6 Pemanfaatan sumber belajar

atau media dalam pembelajaran Indikator 7 Penerapan pembelajaran

partisipatif Indikator 8 Penggunaan bahasa yang tepat

dan benar dalam pembelajaran Indikator 9 Kegiatan penutup

Guru belum mengubah mindsetnya

tentang perubahan kurikulum itu sendiri.

Devlin (2006) menyatakan bahwa “mindset

guru sangat penting karena akan

mempengaruhi keputusan yang dibuat dan

akan berdampak pada tindakannya di kelas”.

Perubahan kurikulum yang berulang kali

menyebabkan guru memandang perubahan

kurikulum bukanlah sesuatu yang berarti.

Sehingga, sebagian besar guru cenderung

kembali menggunakan metode dan

kebiasaan mengajar seperti sebelumnya

(pembelajaran yang bersifat konvensional)

yang dianggapnya lebih efektif

dibandingkan harus menggunakan metode

baru sesuai dengan tuntutan kurikulum

(Jansen dan Christie, 1999; Spreen dan

Vally, 2010; Taole, 2013).

Selain itu, belum adanya pelatihan terkait

implementasi kurikulum 2013 menyebabkan

guru belum memiliki pemahaman yang

cukup memadai tentang pelaksanaan

pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan

kurikulum 2013, sehingga guru cenderung

melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan metode lama yang biasa

digunakan. Hal ini senada dengan yang

diungkapkan oleh Taole (2013), bahwa

ketika guru memahami apa yang harus

dilakukan, maka hal tersebut akan

memudahkan guru untuk beradaptasi

terhadap perubahan yang baru tersebut.

Guru akan memperoleh informasi dan

berbagai persiapan yang akan membantunya

untuk memahami mengenai perkembangan

kurikulum melalui pelatihan.

Di samping itu, hal ini terjadi karena

tidak tersedianya sarana yang mendukung,

motivasi belajar dan kemampuan peserta

43.7541.67

69.44

35.4223.2618.33

49.17

100

68.75

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV V VI VII VIII IX

Pers

enta

se

Indikator

Page 10: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

8

didik yang tergolong rendah, sehingga guru

akan mengalami kesulitan dalam

menerapkan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan saintifik. Spreen

dan Vally (2010) menyatakan bahwa

kurangnya sarana pembelajaran menjadi

penghalang bagi guru untuk menerapkan

pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik. Hal serupa juga diungkapkan oleh Al-

Amarat (2011) yang menyatakan bahwa

tidak tersedianya fasilitas yang mendukung

implementasi kurikulum mengakibatkan

guru mengalami kesulitan. Kemudian,

Kusumawardhani (2008) menyatakan bahwa

hambatan yang dihadapi guru dalam

penerapan KSTP 2006 adalah sarana dan

prasarana untuk melakukan pembelajaran,

serta karakteristik siswa yang berbeda-beda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran masih dominan

dalam ruang kelas. Menurut Usman dan

Nuryadin, (2013), pembelajaran adalah

kegiatan untuk mentransformasikan,

melestarikan, dan mengkritisi iptek dan

kultur yang dilakukan di dalam dan di luar

kelas. Dalam pembelajaran berdasarkan

Kurikulum 2013, guru dituntut agar

mendayagunakan secara optimal sumber

belajar, sehingga pelaksanaan pembelajaran

tidak hanya terbatas di kelas, tetapi juga di

laboratorium, perpustakaan, masyarakat, dan

sumber belajar lainnya (Mulyasa, 2013).

Pembelajaran masih dominan dalam

ruang kelas karena sebagian besar guru

belum mengubah mindsetnya tentang

perubahan kurikulum itu sendiri, sehingga

guru cenderung masih menggunakan metode

dan kebiasaan mengajar yang lama, yaitu

pembelajaran yang bersifat konvensional

(Spreen dan Vally, 2010; Taole, 2013). Di

samping itu juga, Hal ini dikarenakan tidak

tersedianya sarana yang mendukung,

sehingga tidak memungkinkan bagi guru

untuk melaksanakan pembelajaran selain di

ruang kelas (Al-Amarat, 2011;

Kusumawardhani dkk, 2008).

Kurikulum 2013 juga menekankan

bahwa guru mata pelajaran harus

mengintegrasikan pelajaran TIK dalam

setiap pembelajaran. Guru harus memiliki

kemampuan untuk menyesuaikan,

mengakses, dan menggunakan teknologi dan

informasi sebagai media belajar (Sanaky,

2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian guru belum memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi dengan

baik dalam pembelajaran seperti

menggunakan laptop, LCD projector, dan

menggunakan fasilitas wifi. Hal ini

dikarenakan masih terdapat guru yang tidak

mampu memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi tersebut serta tidak semua

sekolah memiliki fasilitas tersebut (Al-

Amarat, 2011).

Tingkat Keterlaksanaan Implementasi

Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran

Page 11: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

9

Biologi Ditinjau Dari Aspek Penilaian

Pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tingkat keterlaksanaan implementasi

kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi

SMA Negeri di Kabupaten Dompu ditinjau

dari aspek penilaian pembelajaran termasuk

dalam kategori cukup baik dengan rerata

persentase 42.71%.

Gambar 4.3 Diagram Tingkat Keterlaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau Dari Aspek Penilaian Pembelajaran

Keterangan: Indikator 1 Penilaian kompetensi sikap Indikator 2 Penilaian kompetensi

pengetahuan Indikator 3 Penilaian kompetensi

keterampilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

guru sebagai pelaksana kurikulum 2013

belum melaksanakan penilaian autentik,

penilaian pembelajaran hanya dilakukan

hanya sebatas pada penilaian kognitif.

Sedangkan, penilaian sikap dilakukan hanya

terbatas pada pengamatan sikap selama

proses pembelajaran di kelas tanpa

menggunakan daftar checklist pengamatan

dan penilaian keterampilan pembelajaran

tidak dilakukan sama sekali oleh hampir

sebagian besar guru.

Hal ini karena sebagian besar guru

masih menggunakan pembelajaran yang

bersifat konvensional. O’Leary (2002)

menjelaskan bahwa pembelajaran

konvensional tidak menekankan pada

bagaimana peserta didik belajar, melainkan

lebih menekankan pada bagaimana guru

mengajar. Peserta didik dianggap hanya

sebagai wadah kosong yang tersedia untuk

diisi dengan pengetahuan dari guru. Peserta

didik tidak diberikan kesempatan untuk

memperoleh pengalaman belajar dan

membangun sendiri pengetahuannya.

Pembelajaran yang seperti ini menyebabkan

rendahnya tingkat partisipasi peserta didik

dalam pembelajaran, sehingga sikap dan

keterampilan peserta didik yang harus

dinilai tidak muncul (Attar, et al, 2010).

Guru juga mengungkapkan bahwa “guru

mengalami kesulitan dalam menilai

kompetensi sikap dan keterampilan peserta

didik dikarenakan guru yang hanya sendiri

harus menilai 30 peserta didik atau lebih,

sehingga guru merasa perlu adanya guru

pendamping saat pembelajaran

berlangsung”.

Selain itu, hal ini terjadi karena guru

belum memiliki pemahaman dan

pengalaman yang memadai terkait penilaian

29.63

66.67

20

01020304050607080

I II III

Pers

enta

se

Indikator

Page 12: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

10

autentik, sebab sejauh ini guru masih belum

menerima pelatihan terkait implementasi

kurikulum 2013. Sehingga, guru mengalami

kesulitan dalam melaksanakan penilaian

autentik. Pelatihan sangat diperlukan karena

sebagai wahana untuk memperoleh

informasi dan persiapan dalam rangka

mengimplementasikan kurikulum baru

(Taole, 2013).

Kendala yang dihadapi guru terkait

implementasi Kurikulum 2013 dalam

pembelajaran Biologi

Faktor Guru

Informasi mengenai kurikulum 2013

diperoleh guru hanya melalui kepala

sekolah, media elektronik (TV dan internet),

serta sosialisasi dalam lingkup MGMP.

Informasi yang diperoleh tersebut dinilai

belum memadai bagi guru untuk dapat

memahami bagaimana implementasi

kurikulum 2013 dalam pembelajaran secara

tepat. Pemahaman guru yang terbatas

mengakibatkan guru cenderung mengajar

dengan metode dan cara mengajar yang

lama (Spreen dan Vally, 2010; Taole, 2013).

Guru belum menerima pelatihan

terkait implementasi kurikulum 2013.

Pelatihan guru terkait implementasi

kurikulum baru sangat penting. Melalui

pelatihan, guru memperoleh informasi yang

memadai dan berbagai rangkaian persiapan

untuk mengimplementasikan kurikulum

baru (Taole, 2013).

Pelatihan guru adalah jenis pelatihan

keprofesionalan guru yang bertujuan untuk

memelihara dan/atau meningkatkan

kemampuannya sebagai guru sesuai dengan

tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, dan perubahan kurikulum

dan perkembangan masyarakat (PP RI No.

74 Tahun 2008). Pelatihan tidak hanya

berupa penyampaian informasi mengenai

kurikulum itu, tetapi juga harus memberikan

kesempatan bagi guru untuk

mengaplikasikan pengetahuan baru tentang

kurikulum yang diperoleh. Hal ini dapat

dilakukan melalui kegiatan follow up oleh

advisor saat guru mengajar di kelas,

sehingga dapat membantu guru dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013.

Faktor Sarana

Sarana pendidikan merupakan salah

satu penunjang keberhasilan pendidikan,

yang mengacu pada standar sarana dan

prasarana yang dikembangkan oleh BSNP.

Ketersediaan sarana yang memadai akan

meningkatkan kinerja guru dalam upaya

mengimplementasikan kurikulum 2013

(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/6ac3369

32b3ec 1 a415c4767d5cc0684f.pdf). Sarana

yang terdapat di sekolah untuk mendukung

implementasi kurikulum 2013 masih

tergolong kurang. Keterbatasan sarana ini

dapat menimbulkan kesulitan bagi guru

Page 13: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

11

untuk melaksanakan pembelajaran

berdasarkan kurikulum 2013 (Al-Amarat,

2011; Kusumawardhani dkk, 2008).

Keterbatasan sarana berupa alat dan

bahan di laboratorium yang menunjang

praktikum. Hal ini dapat menimbulkan

kesulitan bagi guru dalam melaksanakan

pembelajaran yang sesuai tuntutan

kurikulum 2013. Sebagai contoh, pada salah

satu KI-4 yang terdapat dalam struktur

kurikulum 2013, yaitu peserta didik

merencanakan dan melaksanan pengamatan

tentang ciri-ciri dan peran protista dalam

kehidupan dan menyajikan hasil pengamatan

dalam bentuk model/charta/gambar. Pada

KI-4 tersebut, salah satu alat yang

dibutuhkan untuk mencapai kompetensi

tersebut adalah mikroskop yang diperlukan

untuk pengamatan. Akan tetapi, jumlah

mikroskop sangat terbatas pada sebagian

besar sekolah, yaitu kurang dari lima yang

masih dalam kondisi baik. Sehingga, untuk

melakukan pengamatan menggunakan

mikroskop secara efektif sangat tidak

memungkinkan.

Pada sebagian besar sekolah, buku

pegangan peserta didik jumlahnya sangat

tidak sesuai dengan jumlah peserta didik.

Buku pegangan merupakan sumber belajar

yang sangat penting bagi peserta didik.

Dengan memiliki buku pegangan sendiri,

peserta didik dapat meningkatkan

kemampuan literasinya melalui membaca

dan memiliki pengetahuan awal mengenai

materi pembelajaran sebelum menghadiri

kelas. Pengetahuan awal yang dimiliki oleh

peserta didik ini sangat penting karena dapat

mempermudah proses pembelajaran dan

meningkatkan efisiensi penggunaan waktu

dalam pembelajaran (Santyasa, 2005).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka

dapat disimpulkan bahwa tingkat

keterlaksanaan implementasi Kurikulum

2013 dalam pembelajaran Biologi SMA

Negeri di Kabupaten Dompu termasuk

dalam kategori cukup baik dengan

persentase 46.58%.

Kendala yang dihadapi guru dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013

dalam pembelajaran Biologi adalah

kurangnya pemahaman guru mengenai

kurikulum 2013 dan keterbatasan sarana

yang mendukung implementasi kurikulum

2013.

SARAN

Bagi Pemerintah

Dinas Pendidikan memberikan

pelatihan kepada guru terkait Kurikulum

2013 dan dilakukan segera mungkin agar

memperlancar implementasi Kurikulum

2013, terutama dalam penjabaran KD pada

KI-3 dan KI-4 menjadi indikator dan tujuan

pembelajaran, pembelajaran dengan

pendekatan saintifik, dan penilaian autentik.

Page 14: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

12

Pelatihan tidak hanya berupa penyampaian

materi berupa teori, melainkan juga

bagaimana aplikasi dari teori tersebut.

Dinas Pendidikan mendorong dan

mendukung guru untuk melaksanakan

pembelajaran berbasis Lesson Study dalam

rangka mengoptimalkan implementasi

kurikulum 2013 dalam pembelajaran.

Dinas Pendidikan melakukan

pengawasan terhadap pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru yang mencakup

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

secara berkala.

Pemerintah memberikan bantuan

berupa sarana dan prasarana yang

mendukung pelaksanaan pembelajaran,

seperti pengadaan buku pegangan bagi

peserta didik serta pengadaan alat dan bahan

di laboratorium.

Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah mendorong dan

mendukung guru untuk mengimplemen-

tasikan kurikulum 2013 dengan cara

memfasilitasi guru untuk memperoleh

pengetahuan dan pengalaman terkait

implementasi kurikulum 2013 melalui

MGMP, pelatihan, seminar, workshop, dan

kursus.

Kepala sekolah mengawasi

pengawasan terhadap pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru yang mencakup

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

secara berkala.

Bagi Guru

Guru membentuk tim dan

melaksanakan pembelajaran berbasis Lesson

Study, sehingga memudahkan guru dalam

melaksanakan penilaian terhadap proses dan

hasil pembelajaran.

Guru hendaknya selalu

meningkatkan kompetensi dan sumber daya

yang dimiliki melalui kegiatan pelatihan,

workshop, serta kursus.

DA FTA R P US T AKA

Arifin, Z. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Al-Amarat, M. 2011. The Classroom Problems Faced Teachers at the Public Schools in Tafila Province, and Proposed Solutions. International Journal Education and Science, Volume 3(1): 37-48.

Attar, A., E.D. Ioio, K. Geven, dan R. Santa.

2010. Student Centered Learning An Insight Into Theory and Practice. Diakses dari: http://www.esu-online.org/ pageassets/projects/projectarchive/ 2010-T4SCL-Stakeholders-Forum-Leuven-An-Insight-Into-Theory-And-Practice.pdf, pada tanggal 8 November 2014 pukul 20.00 WITA.

Cahayani, P. 2013. Studi Evaluatif Tentang

Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran Di SMP Negeri 3 Denpasar. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan Volume 4.

Devlin, M. 2006. Challenging Accepted

Wisdom about the Place of Conceptions of Teaching in University

Page 15: ARTIKEL TINGKAT KETERLAKSANAAN …biologi.fkip.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ARTIKEL... · Ketiga, dalam penilaian pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut

13

Teaching Improvement. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education Vol. 18 (2): 112-119.

Evanita, E. K. 2013. Analisis Kompetensi

Pedagogik dan Kesiapan Guru Sekolah Menengah Atas dalam Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

http://pasca.unhas.ac.id

/jurnal/files/6ac336932b3ec1a415c4767d5cc0684f.pdf, diakses pada tanggal 3 Oktober 2014 pukul 20.00 WITA.

Jansen, J. dan Christie, P. 1999. Changing

Curriculum: Studies on Outcomes-based Education in South Africa. Cape Town: Juta Press.

John, P. D. 2006. Lesson Planning and The

Student Teacher: Re-thinking The Dominant Model. Journal Curriculum Studies Vol. 38 (4): 483–498.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kusumawardhani, R., Wiyaka, S. Lestari, A.B. Prabowo. 2008. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Di Kota Semarang. Jurnal Media Penelitian Pendidikan Volume 2 (2).

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan

Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

O’Leary, R. 2002. Advice to new teachers:

Turn it inside out. PS: Political Science and Politics, 35(1): 91–92. Diakses dari: http://www.umbc.edu/ fdc/documents/AdviceNewTeachers.p

df, pada tanggal 8 November 2014 pukul 20.15 WITA.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.

2008. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Sanaky, H. 2005. Sertifikasi dan

Profesionalisme Guru Di Era Reformasi Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam 2005 (1):1-13.

Santyasa, W. 2005. Model Pembelajaran

Inovatif dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disampaikan dalam Penataran Guru-Guru SMP, SMA, dan SMK se Kabupaten Jembrana, Jembrana, Juni – Juli 2005.

Spreen, C.A. and Vally S. 2010. Outcomes-

Based Education and Its (dis)Contents: Learner-Centered Pedagogy and The Education Crisis in South Africa. Southern African Review of Education (SARE) Vol. 16(1): 39–58.

Taole, M. J. 2011. Teachers’ Conceptions of

the Curriculum Review Process. International Journal Education and Science, Volume 5(1): 39-46.

Usman, H. dan N. E. Raharjo. 2013. Strategi

Kepemimpinan Pembelajaran Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Cakrawala Pendidikan Vol. 32 (1).