TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 GIANYAR DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH ARTIKEL Oleh PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 GIANYAR DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran inkuiri bebas terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA ditinjau dari sikap ilmiah. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gianyar. Subjek penelitian berjumlah 240 orang siswa. Sebagai sampel diambil sebanyak 88 orang siswa dengan teknik random sampling. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan experiment the equivalent posttest only control group design. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar dan kuesioner sikap ilmiah. Data yang diperoleh dan dianalisis berupa nilai hasil post tes yang dilaksanakan setelah pemberian perlakuan (treatment) sedangkan pemberian kuesioner sikap ilmiah dilaksanakan sebelum pemberian perlakuan (treatment). Data hasil penelitian dianalisis dengan ANAVA dua jalur, kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Semua pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) hasil belajar kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran inkuiri bebas lebih tinggi dari hasil belajar kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional; (2) Hasil belajar kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran inkuiri bebas lebih tinggi dari hasil belajar kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi; (3) Hasil belajar kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional lebih tinggi dari hasil belajar kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran inkuiri bebas untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah; (4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri bebas berpengaruh terhadap hasil belajar kimia ditinjau dari sikap ilmiah. Kata Kunci: model pembelajaran inkuiri bebas, hasil belajar kimia, sikap ilmiah. Abstract The study aimed describing the contribution of free inquiry instructional model towards chemistry learning achievement of the students Class XI IPA viewed from their scientific attitude. The study was conducted at class XI IPA SMA Negeri 1 Gianyar by utilizing an equivalent post-test only control group design and involving a 3 3 total number of 240 students. There were about 88 students selected as the samples based by using a quasi experiment technique. The data were collected by using a post test (achievement test) which was administered after the treatment had been conducted, while questionnaires was administered prior to the treatment. The analysis was made by using two-tailed ANAVA, followed by Tukey-test with 0.05 significant level. The results indicated that: (1) the chemistry learning achievement of the students joining free inquiry instructional model was found higher than that of the students joining a conventional model; (2) the chemistry learning achievement of the students having high level of scientific attitude joining free inquiry instructional model was found higher than that of the students joining a conventional model; (3) the chemistry learning achievement of the students having higher than that of the students joining a conventional model; there was an interacting models of instruction with the students’ scientific attitudes. Based on the findings it could be concluded that the free inquiry instructional model contribute towards the students’ chemistry learning achievement viewed from their scientific attitudes. Key-words: free inquiry instructional model, chemistry learning achievement, scientific attitude. A. Pendahuluan Pembelajaran kimia di sekolah perhatikan produk tanpa memperdulikan minimnya model pembelajaran kon- kebanyakan pembelajaran masih pasif. Akhirnya kondisi yang ada di SMA Negeri 1 Gianyar tidak sesuai antara harapan dengan kenyataan, kimia siswa masih menunjukkan atau masih ren- dah. Hal ini terlihat dari hasil nilai murni ujian tengah semester (UTS) atau ujian akhir semester (UAS) ganjil tahun pelajaran 2010/2011 dari enam kelas nilai rata-rata kelas XI I.A1 adalah 60,83 tertinggi 80 dan terendah 40; kelas XI I.A2 nilai rata-rata 59,88 tertinggi 80 dan terendah 35; kelas XI I.A3 nilai rata-rata 60,38 tertinggi 75 dan terendah 40; kelas XI I.A4 nilai rata-rata 60,25 tertinggi 75 dan terendah 40; kelas XI I.A5 nilai rata-rata 53,63 tertinggi 75 dan terendah 35; dan kelas XI I.A6 nilai rata-ratanya adalah 54,17 4 3 (Sumber: Wakasek Kurikulum SMA diubah orientasinya, dari pembelajaran berorientasi pada guru (teacher-cente- red) menjadi pembelajaran berorientasi dipilih sebagai variabel moderator erat dengan model pembelajaran inkuiri bebas yang diteliti pengaruhnya ilmiah siswa yang diukur dan dikem- bangkan pada penelitian ini seperti sikap kritis, fleksibel, terbuka, tekun, teliti, rasa ingin tahu, objektif, dan jujur. Rumusan masalah dalam pene- perbedaan hasil belajar kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran pembelajaran konven- sional? sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar kimia? pada yang mengikuti pembelajaran sikap ilmiah tinggi? pada yang mengikuti pembelajaran sikap ilmiah rendah? dalah: (1) Mengalisis dan mendeskrip sikan hasil belajar kimia siswa ang mengikuti model pembelajaran inkuiri mengikuti pembelajaran konvensional. hasil belajar kimia. mengikuti model pembelajaran yang mengikuti pembelajaran mengikuti model pembelajaran yang mengikuti pembelajaran terbimbing (guided inquiry); (2) inkuiri bebas (free inquiry); (3) inkuiri bebas yang dimodifikasikan (modified free inquiry) inkuiri bebas yang dimodifikasikan (modified free inquiry). (1) model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry). Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan mengidentifikasi masalah dan merancang proses penyelidikan. Beberapa karakteristik yang (a) siswa mengembangkan kemampuan- belajar adalah proses pengamatan kemudian mengarahkan pada perangkat mengontrol ketersediaan materi dan pertanyaan-pertanyaan tanpa bimbingan berfungsi sebagai laboratorium, (f) kebermaknaan didapatkan oleh siswa melalui interaksi dengan siswa lain. (3) model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasikan (modified free inquiry). sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim dilakukan guru dalam tahap orientasi ini adalah: (a) Menjelaskan topik, (b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta langkah merumuskan masalah sampai jawabannya. (3) Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. (4) Menguji hipotesis adalah menentukan diperoleh berdasarkan pengumpulan Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Inkuiri Bebas NO Fase Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa (1) Meminta siswa untuk siswa, yang kemudian diteruskan sampai guru sudah merasa bahwa apa yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa. Model pembelajaran konvensional berpusat pada guru (teacher centered), dalam proses berfikir di atas dapat dirumuskan 4 hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini, kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri bebas model pembelajaran konvensional pembelajaran inkuiri bebas dan belajar kimia kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri bebas model pembelajaran konvensional ilmiah tinggi (4) Terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri bebas dari pembelajaran konvensional untuk rendah seperti skema berikut. (Sumber: Sugiyono, 2008) Keterangan: X : Treatment atau perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri bebas. O 1 : Tes akhir (post test); O2 : Tes akhir (post test) yang diberikan pada kelas kontrol sesudah treatment Kelompok siswa juga dipilih berdasarkan sikap ilmiah dalam model pembelajaran inkuiri bebas model pembelajaran inkuiri bebas model pembelajaran konvensional model pembelajaran konvensional Gianyar sebanyak 240 orang siswa, yang terbagi menjadi 6 kelas Sampel diambil dari populasi dengan teknik random sampling kelas sampel dengan menggunakan (UAS) ganjil tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil uji XI IPA2 (42 siswa) dan kelas XI IPA3 (40 siswa) sebagai kelas kontrol, kelas XI IPA1 (42 siswa) dan kelas XI IPA4 (40 siswa) sebagai kelas eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 164 siswa. Diambil 27 % dari jumlah siswa yang memiliki nilai sikap ilmiah tinggi dan 27 % kelompok siswa yang memiliki nilai sikap ilmiah rendah. Prosedur Penelitian alir sebagai berikut: Bagan Alir Penelitian Merancang Perangkat Pembelajaran ( RPP, LKS model inkuiri bebas dan konvensional, serta tes hasil belajar dan kuisioner sikap ilmiah ) Implementasi rancangan model pembelajaran inkuiri bebas pada kelas ksperimen Implementasi rancangan model pembelajaran konvensional Mengadakan postes hasil belajar siswa pada kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol Analisis Data Mengambil data sikap ilmiah menggunakan kuisioner pada kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol 12 3 yang digunakan peneliti guna memperoleh data, antara lain : mengambil data melalui kuesioner. untuk kuisioner didalam penskorannya untuk aturan yang positif d(4), e(5), sedangkan untuk aturan yang negatif penskorannya adalah: a (5), b(4), c(3), d(2), e(1). (2) Tes Soal Pilihan Ganda. Hasil belajar kimia tentang materi koloid yang diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda dengan skor (1) bila siswa menjawab benar dan skor (0) bila siswa menjawab salah. Teknik analisis data dalam penelitian ini sesuai hipotesisnya, dengan menggunakan teknik analisis sebagai berikut: mengikuti model pembelajaran yang mengikuti model model pembelajaran inkuiri bebas hasil belajar kimia mengikuti model pembelajaran tinggi mengikuti model pembelajaran yang mengikuti model pembelajaran konvensional untuk rendah keempat hipotesis penelitian tersebut ; Hipotesis (2) H0 : Int A X B = 0 ;Hipotesis (3) H0 : µA1B1 = µA2B1 ;Hipotesis (4)H0 : µA1B2 = µA2B2 (Ha) penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesis (1) Ha : µA1 > µA2 ; Hipotesis (2) ;Ha : Int A X B ≠ 0; Hipotesis (3) Ha : µA1B1 > µA2B1; Hipotesis (4) Ha : µA1B2 < µA2B2. Keterangan: µA1 = hasil dengan model pembelajaran inkuiri yang belajar dengan model belajar melalui model pembelajaran kimia siswa yang memiliki sikap imiah rendah yang belajar melalui model pembelajaran inkuiri bebas. µA2B1 = belajar melalui model pembelajaran konvensional. µA2B2 = hasil belajar rendah yang belajar melalui model pembelajaran konvensional. Hasil Penelitian sikap ilmiah datanya dibedakan kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri bebas; (2) data untuk kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi yang belajar dengan model pembelajaran konvensional; (3) dengan model pembelajaran inkuiri dengan sikap ilmiah rendah yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Sebaran Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa Skor yang dicapai oleh siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri bebas mencapai rata-rata (mean) 85,60 dan standar deviasinya 4,29, sedangkan untuk rendah belajar dengan model pembelajaran inkuiri bebas mencapai rata-rata (mean) 77,30 dan standar deviasinya 9,54 Untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang 14 3 dengan model pembelajaran 7,77. Distribusi frekuensi serta untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam Interval Mean Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol frekuensi (f) Persentase (%) 67-71 69 1 2,27 1 2,27 72-76 74 7 15,91 12 27,27 77-81 79 15 34,10 12 27,27 82-86 84 18 40,90 15 34,10 87-91 89 3 6,82 4 9,10 Jumlah 44 100 44 100 Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Hasil Belajar Mean 15 3 frekuensi (f) Persentase (%) 67-71 69 1 2,27 1 2,27 72-76 74 9 20,45 10 22,73 77-81 79 13 29,55 14 31,82 82-86 84 18 40,90 15 34,10 87-91 89 3 6,82 4 9,10 Jumlah 44 100 44 100 Gambar 4.2 Histogram Nilai Hasil Belajar Kelompok Kontrol Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Hasil Belajar Skor Kategori Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol frekuensi (f) Persentase (%) 85-100 Sangat tinggi 16 36,37 5 11,36 70-84 Tinggi 27 61,36 38 86,37 55-69 Sedang 1 2,27 1 2,27 40-54 Rendah 0 0 0 0 0-39 Sangat Rendah 0 0 0 0 Jumlah 44 100 44 100 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Siswa dari Nilai Hasil Belajar Skor Kategori Kelompok SIT Kelompok SIR frekuensi (fo) Persentase (%) Mean 16 3 85-100 Sangat tinggi 16 36,36 5 11,36 70-84 Tinggi 28 63,64 37 84,09 55-69 Sedang 0 0 2 4,55 40-54 Rendah 0 0 0 0 0-39 Sangat Rendah 0 0 0 0 Jumlah 44 100 44 100 Keterangan fo = frekuensi Dari Tabel 4.6 di atas terlihat bahwa data hasil belajar kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi berkategori tinggi sampai kategori sangat tinggi, sedangkan ilmiah rendah berkategori sedang memiliki persentase yang berbeda. dan simpangan baku dari data hasil belajar siswa, untuk siswa yang belajar dengan model pembelajaran belajarnya adalah 83,90 dan data ini rata-rata nilai hasil belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri bebas berkategori Nilai Hasil Belajar Siswa Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Belajar Uji Normalitas Data Variabel Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistik Df Signifikan Statistik Df Signifikan HB INK 0,096 44 0,200* 0,948 44 0,045 HB KON 0,172 44 0,002* 0,954 44 0,080 INK SIT 0,174 22 0,083* 0,885 22 0,015 INK SIR 0,284 22 0,002* 0,886 22 0,007 KON SIT 0,203 22 0,019* 0,943 22 0,223 KON SIR 0,184 22 0,051* 0,934 22 0,147 Dari Tabel 4.7 di atas terlihat bahwa nilai statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan keseluruhan variabel Wilk menunjukkan keseluruhan secara keseluruhan sebaran data hasil belajar siswa berdistribusi normal. 17 3 hitung (X 2 hitung ) = 0,36. Dari daftar distribusi chi kuadrat, nilai Chi kuadrat tabel (X 2 tabel ) pada taraf signifikansi ( = 0,05) untuk db = 1 sebesar 3,84. Dengan demikian X 2 hitung < X 2 tabel ini homogen. FA(0,05) (1,84) = 3,96 pada taraf kepercayaan 0,05 dengan dbA dan dbD masing-masing 1 dan 84. Hipotesis nul yang berbunyi: mengikuti model pembelajaran inkuiri mengikuti model pembelajaran yang belajar melalui model pembelajaran inkuiri bebas dengan berbunyi “Hasil belajar kimia kelompok siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran inkuiri bebas lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran konvensional.” Untuk lebih jelasnya rangkuman dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut. Tabel 4.8 Rangkuman ANAVA Dua Jalur Sumber Variasi dk JK MK F hitung F tabel Keterangan Antar A 1 131,301 131,301 6,973 3,960 Signifikan Antar B 1 264,256 264,256 14,034 3,960 Signifikan Inter AB 1 513,157 513,157 27,252 3,960 Signifikan Dalam 84 1581,606 18,830 Total 87 2490,320 Hasil perhitungan menghasil- kan FA(hitung) = 6,97 ternyata lebih besar dari nilai FA(tabel) = FA() (dbA, dbD) = FA(0,05) (1,84) = 3,96 pada taraf 18 3 masing-masing 1 dan 84. pembelajaran konvensional untuk siswa tinggi dari hasil belajar siswa kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional bagi dari pada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional untuk siswa dapat diterima (H0 ditolak) pada taraf signifikansi 5 %. Dilakukan uji lanjut dengan uji Tukey. Uji Tukey menghasilkan Qhitung = 7,89 terrnyata 22 pada taraf signifikansi = 0,05. Dengan hasil tersebut H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang belajar melalui model pembelajaran model pembelajaran konvensional. Tabel 4.9 Data Hasil Belajar Kimia Ditinjau dari Sikap Ilmiah Tinggi Siswa Statistik Model Pembelajaran Qhitung Qtabel ( = 0,05) Inkuiri Konvensional Rata-rata 85,60 78,30 FA(0,05) (1,84) = 3,96 pada taraf kepercayaan 0,05 dengan dbA dan dbD masing-masing 1 dan 84. Berdasarkan analisis tersebut, hipotesis nul yang berbunyi: “Hasil belajar kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran mengikuti model pembelajaran melalui model pembelajaran inkuiri siswa kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran yang mengikuti model pembelajaran siswa yang mengikuti model dengan uji Tukey. Ringkasan perhitungan dengan uji Tukey disajikan pada Tabel 4.10 beikut. Tabel 4.10 Data Hasil Belajar Kimia Ditinjau dari Sikap Ilmiah Rendah Siswa Statistik Model Pembelajaran Qhitung Qtabel ( = 0,05) RJKD 18,83 df 22 signifikansi = 0,05. Dengan hasil sikap ilmiah rendah yang belajar melalui model pembelajaran inkuiri belajar melalui model pembelajaran besar dari FAB(tabel) = 3,96 untuk taraf signifikansi 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dan sikap ilmiah signifikansi 5 %. Sehingga H0 ditolak 20 3 ilmiah dengan hasil belajar siswa dapat disajikan pada Gambar 4.5 berikut. Estimated Marginal Mean of Hasil Belajar Gambar 4.5 Profil Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar Siswa Dari Gambar 4.5 di atas menunjukkan adanya pola perpotongan garis yang berarti adanya interaksi antara model pembelajaran dan sikap ilmiah (SIT) yang mengikuti model pembelajaran inkuiri bebas hasil signifikan 3,96. Angka ini bernilai lebih besar dari 0,05. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran konvensional yang belajar mengikuti model pembelajaran inkuiri bebas dengan siswa yang mengikuti model ilmiah tinggi. Uji Tukey nilai Qhitung sebesar 7,89 dan Qtabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 22 SIR SIT A2= Konvensional perhitungan maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini berarti bahwa siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran inkuiri bebas pada tinggi hasil belajarnya lebih tinggi dari pada siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional. Karena Qhitung lebih besar dari Qtabel dengan df = 22 pada taraf signifikansi = 0,05, ternyata H0 ditetolak dan H1 diterima. Ini berarti hasil belajar kimia siswa yang mengikuti model siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri bebas pada ilmiah rendah. pengaruh interaksi antara model kimia. ajar. simpulan sebagai berikut. antara model pembelajaran inkuiri bebas dan model pembelajaran dari pada model pembelajaran antara hasil belajar kimia siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri model pembelajaran konvensional sikap ilmiah tinggi. Hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran pembelajaran konvensional. 3) Hasil mengikuti model pembelajaran inkuiri siswa yang mengikuti model rendah. 22 3 model pembelajaran dengan sikap beberapa saran sebagai berikut: disarankan, menggunakan model meningkatkan efektifitas proses pembelajaran kimia guna pada akhirnya dapat meningkatkan dengan memperhatikan jumlah siswa melakukan percobaan, jangan terlalu menjadi bahan pertimbangan. dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga konsep-konsep Daftar Rujukan Depdiknas. 2011. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran. http://www .pojokfisika uniflor.blogspot.com/ 2011/02/pendekatan-inkuiri-dalam- pembelajaran.html. diunduh 21 April 2011. Sanjaya, Wina, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Subrata, I Wayan. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry dan Pengetahuan Awal Siswa Terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas X SMA Negeri 1 Sidemen, Tesis. (tidak diterbitkan) Singaraja: Undiksha. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Penerbit Alfabeta, Bandung. 23 3 24 3 25 3 26 3 27 3 28 3 29 3 30 3 31 3 32 3 33 3 34 3 35 3 36 3 37 3 38 3 39 3 40 3 41 3 42 3 43 3 44 3 45 3 46 3 47 3 48 3 49 3 50 3 51 3 52 3 53 3 54 3 55 3 56 3 57 3 58 3 59 3 60 3 61 3 62 3 63 3 64 3 65 3 66 3 67 3 68 3 69 3 70 3 71 3 72 3 73 3 74 3 75 3 76 3 77 3 78 3 79 3 80 3 81 3 82 3 83 3 84 3 85 3 86 3 87 3 88 3 89 3 90 3 91 3 92 3 93 3 94 3 95 3 96 3 II. Standart Kompetensi 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari III. Kompetensi Dasar 5.1 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. IV.Indikator Pembelajaran secara dispersi 2. Mengidentifikasi fase terdispersi dan medium pendispersi dari sistem koloid 3. Melakukan percobaan untuk membuat sistem koloid dengan cara dispersi V. Tujuan Pembelajaran untuk membuat sistem koloid secara dispersi 2. Melalui diskusi siswa dapat mengidentifikasi fase terdispersi dan medium pendispersi dari sistem koloid 3. Melalui percobaan siswa dapat membuat sistem koloid dengan cara dispersi VI. Materi Ajar 97 3 Dilihat ukuran partikelnya, sistem koloid terletak antara larutan sejati dan suspensi kasar. Oleh karena itu, pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: cara dispersi dan kondensasi. Pada cara dispersi ini partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid dengan cara mekanik, listrik, atau peptisasi. Partikel kasar dipecah sampai halus, kemudian didispersikan ke dalam suatu medium pendispersi. Cara pemecahan partikel semacam ini disebut cara mekanik. Cara lain pemecahan partikel kasar yang juga cara mekanik yaitu pengocokan atau pengadukan jika partikel yang didispersikan berwujud cair. Sol belerang dapat dibuat dengan cara dispersi. Mula-mula belerang digerus sampai halus, kemudian belerang halus ini didispersikan ke dalam air (sebagai medium), terbentuk suatu sistem koloid 1 Orientasi Pendahuluan 101 3 (1) Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI: Budi Utami, Agung Nugroho Catur saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah, Bakti Mulyani. (2) Memahami Kimia SMA/MA Untuk Kelas XI Semester 1 dan 2: Irvan Permana (3) Mari Belajar untuk SMA/MA Kelas XI IPA: Crys Fajar Partana, Antuni Wiyarsi (4) Kimia untuk kelas XI: Sri Sudiono, S.Si., M.Si, Drs. Sri Juari Santoso, M.Eng., Ph.D.Eng, Deni Pranowo, S.Si., M.Si X. Alat dan Media XI. Prosedur Penilaian b. Bentuk instrumen: Tes Pilihan ganda 2. Aspek yang dinilai: Psikomoto Format PenilaianPsikomotor dalam Praktikum 102 3 a. Amat baik = 5, Baik = 4, Sedang = 3, Kurang = 2 dan Sangat kurang = 1 b. Nilai yang…