90
Aspek Perpajakan Penggunaan Dana APBN/APBD Tahun 2014 Bagi Bendahara Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2014

Ary Sosialisasi Bendarara 2014

Embed Size (px)

Citation preview

SOSIALISASI KEPATUHAN PERPAJAKAN BENDAHARA

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (2)REKAPITULASI SPM/SP2DPengembangan SistemEXISTING

SPT Masa 21/26, 22, 23 dan PPNSISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH(SIMDA/SIPKD)outputoutputMenjual Sumber Daya AlamPinjaman LN dan DNPajak danPenerimaan Negara Bukan Pajak

Sumber Penerimaan Negara (APBN):2APBNPajak

Peran Pajak Dalam Pembangunan Bangsa3PENGERTIAN PAJAKMenurut UU No. 28 Tahun 2007

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyatALUR PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN DANA APBN/APBD

JENIS PAJAK

Menurut pengelolanyaJelaskan mengenai perbedaan antara pajak pusat dan pajak daerah.

Tanyakan kepada siswa contoh-contoh pajak yang mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari.605/06/2013DIREKTORAT JENDERAL PAJAKPENGELOLA PAJAK PUSAT

Rp

Pajak PusatPPh(Pajak Penghasilan)Dikenakan atas penghasilan anyg diterimaPajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)Dikenakan atas setiap penyerahan Barang dan Jasa Kena Pajak serta Barang Mewah (pajak konsumsi)Pajak Bumi & Bangunan Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan (PBB-P3)Dikenakan atas pemanfaatan Bumi & Bangunan Bea MeteraiPajak atas pemanfaatan dokumen tertentu7Penjelasan mengenai pajak pusat berikut jenis-jenis pajaknya.05/06/2013Pajak Bumi & Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)Pajak RestoranPajak Reklame (Iklan)Pajak ParkirPajak HiburanPajak Penerangan JalanPajak Mineral Bukan Logam dan BatuanPajak ParkirPajak Air TanahPajak Sarang Burung Walet

Bioskop

8Pajak Daerah

ProvinsiPajak Kendaraan Bermotor (PKB);Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;Pajak Air Permukaan; danPajak Rokok

Kota/Kabupaten

Penjelasan mengenai pajak pusat berikut jenis-jenis pajaknya.

05/06/2013APBN 2013Hasil Pajak dialokasikan kemana?Belanja Negara Rp 1.683,0 TPajak(1.042,29 T)Rincian Belanja Negara Rp (triliun)%Pendidikan dan Kesejahteraan Rakyat Pendidikan Murah 336,820,01% Kesehatan Murah 55,93,32% Ketahanan Pangan 63,23,75% Penanggulangan Kemiskinan 115,56,86 % Pengamanan dan Stabilisasi Harga Pangan17,21,02% Subsidi317,218,84%Infrastruktur Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Perhubungan77,94,62 % Irigasi19,51,15% Energi dan Lainnya 62,83,73% Perumahan dan Permukiman 22,41,33%Suasana Aman dan Kepastian Hukum Pertahanan81,84,86% Keamanan dan Ketertiban36,52,17%Transfer ke daerah528,631,40%Penggunaan Dana APBNPerhubungan

PemukimanIrigasi Energidan lainnya

Berikut detil penggunaan APBN 2013APBN digunakan pembangunan infrastruktur yang terdiri dari: sarana perhubungan (pembuatan jalan-jalan penghubung beserta jembatan), pemukiman (pembuatan rumah untuk masyarakat/rumah bersubsidi), saluran irigasi (pembangunan bendungan dan saluran pengairan), pengembangan bidang energi salah satunya pembangkit tenaga listrik dan lainnya. 1005/06/2013Penggunaan Dana APBN2. Meringankan Beban dan Menyejahterakan Rakyat

APBN juga digunakan untuk meringankan beban dan menyejahterakan rakyat sesuai dengan yang diamanatkan UUD 1945 yang terdiri dari layanan pendidikan (dana BOS), penanggulangan kemiskinan (pemberdayaan masyarakat agar lebih maju), layanan kesehatan (jaminan kesehatan untuk rakyat miskin), ketahanan pangan (penyediaan beras melalui bulog dan penyediaan beras miskin), subsidi (energi dan non energi).

05/06/201311Penggunaan Dana APBNPertahanan Negara

Keamanan dan Ketertiban

Selain itu APBN digunakan untuk Mewujudkan Suasana Aman Dan Tenteram Dan Kepastian Hukum Bagi Kehidupan Rakyat Dan Dunia Usaha yang terdiri dari:Pertahanan Negara (tentara dan pembelian alat utama sistem persenjataan (Alutsista)),Keamanan dan Ketertiban (polisi, hakim, jaksa dan pembelian sarana pendukung pekerjaannya).

05/06/201312SUBSIDI

Berdasarkan APBN, subsidi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:EnergiNon Energi

Jelaskan bahwa siswa yang menggunakan barang/jasa di atas secara tidak langsung menikmati subsidi yang salah satunya dibiayai dari pajak.

Perhatian!Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan BUKAN termasuk subsidi yang dimaksud dalam APBN.

1305/06/2013

DANA TRANSFER KE DAERAH

Dana Perimbangan menyumbang 66,02% dari Total Pendapatan Daerah

APBD (REKAPITULASI NASIONAL)TAHUN 201215LATAR BELAKANG PENGAWASANAmanat Undang-Undang Bidang Keuangan Negara dan Undang-Undang Perpajakan, serta Ketentuan Pengelolaan Keuangan Daerah;Hasil Pemeriksaan BPK-RI Atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan atas Pengelolaan APBN Dan APBD Tahun 2010 yang masih menemukan adanya penyimpangan dalam pengelolaan APBN dan APBD;Arahan Menteri Keuangan tentang Upaya Peningkatan Pengawasan Pemungutan dan Pemotongan Pajak dari Belanja Pemerintah Daerah;Belum maksimalnya pengawasan atas pengelolaan APBD akibat adanya perubahan mekanisme penyaluran transfer ke daerah, dimana Dana Perimbangan, Dana Otsus, dan Dana Penyesuaian ditransfer dari Kas Negara langsung ke Kas Daerah, selanjutnya mekanisme belanja daerah melalui APBD sehingga mekanisme kontrol atas penerimaan pajak yang bersumber dari belanja APBD sepenuhnya ada di daerah.Sehingga diperlukan mekanisme pengawasan atas pemotongan/ pemungutan dan penyetoran pajak yang bersumber dari belanja APBD16Daftar IsiPPNPPh Pasal 23PPh Pasal 22PPh Pasal 21Overview Kewajiban Perpajakan

PPh Final17Kewajiban Perpajakan Bendahara

PPh Pasal 21PPh Pasal 22PPh Pasal 23PPh FinalPPNMemotong Menyetor Melaporkan18

PPh Pasal 21

Pemotongan pajak atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan jabatan jasa & kegiatan1920Penghitungan PPh Pasal 21PENGHASILAN BRUTO- GAJI KEHORMATAN- GAJI - TUNJANGAN YG TERKAITHONORARIUM DAN IMBALAN LAIN DGN NAMA APAPUNYANG DTERIMA PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI/POLRIDIKURANGI:- BIAYA JABATAN, 5% DARI PENGH. BRUTO MAKS Rp 6.000.000,-/ THN ATAU Rp 500.000,-/BLN- IURAN YG TERIKAT DGN PENGH. TETAPDIKURANGI:BIAYA PENSIUN, 5% DARI PENGH.BRUTO (UANG PENSIUN) MAKS Rp 2.400.000,00/THN ATAURp 200.000,00PENGHASILAN NETOPENGHASILAN KENA PAJAKDIBEBANKAN KPD KEUANGAN NEGARA/DAERAH- UANG PENSIUN- TUNJANGAN YG TERKAITPTKPTARIF PS.17 UU PPhDIKURANGIPAJAK TERUTANGDITANGGUNG OLEH PEMERINTAHJIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKATARIFNYA 20% LEBIH TINGGIPENGHASILAN TERATUR DARI APBN/APBDPENGHASILAN BRUTOPENGHASILAN TIDAK TERATURDIPOTONG PPh Ps. 21 :0% kepada Peg. Gol.II5% kepada Peg. Gol.III15% Kepada Peg. Gol IVDARI PENGH. BRUTO (FINAL)21BUKAN PEGAWAIDIPOTONG PPH PS.21 DGN TARIFPASAL 17 AYAT (1) HURUF a DARI DASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN PPh PASAL 21HONORARIUM, KOMISI, FEE, DAN IMBALAN SEJENISNYA DGN NAMA & DALAM BENTUK APAPUN YG DIBAYARKAN SECARA TDKBERKESINAMBUNGANMENERIMA IMBALAN BERUPAJIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKATARIFNYA 20% LEBIH TINGGI* SYARATNYA BUKAN PEGAWAI HARUS MEMILIKI NPWP & TDK MENERIMA SUMBER PENGHASILAN LAINNYAMENERIMA IMBALAN BERUPADASAR PENGENAAN &PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ADALAH 50% DARI JUMLAH PENGHASILAN BRUTOHONORARIUM, KOMISI, FEE, DAN IMBALAN SEJENISNYA DGN NAMA & DALAM BENTUK APAPUN YG DIBAYARKAN BERKESINAMBUNGANPTKP*DIKURANGIDASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ADALAH 50% DARI JUMLAH PENGHASILAN BRUTO TENAGA AHLI (PENGACARA, AKUNTAN, ARSITEK, DOKTER, KONSULTAN, NOTARIS, PENILAI DAN AKTUARIS PEMAIN MUSIK, PEMBAWA ACARA, PENYANYI, PELAWAK, BINTANG FILM, BINTANG SINETRON, BINTANG IKLAN, SUTRADARA, KRU FILM, FOTO MODEL, PERAGAWAN/TI, PEMAIN DRAMA, PENARI, PEMAHAT, PELUKIS & SENIMAN LAINNYA OLAHRAGAWAN; PENASEHAT, PENGAJAR, PELATIH, PENCERAMAH, PENYULUH & MODERATOR PENGARANG, PENELITI, DAN PENERJEMAH; AGEN IKLAN; PEMBERI JASA DLM SEGALA BDG TERMASUK TEKNIK, KOMPUTER DAN SISTEM APLIKASINYA TELEKOMUNIKASI, ELEKTRONIKA, FOTOGRAPHI, EKONOMI DAN SOSIAL SERTA PEMBERIAN JASA KPD SUATU PANITIA PENGAWAS, PENGELOLA PROYEK; PEMBAWA PESANAN/PENEMU LANGGANAN ATAU YG MENJADI PERANTARA PENJAJA BARANG DAGANGAN PETUGAS DINAS LUAR ASURANSI; DISTRIBUTOR PERUSAHAAN MULTILEVEL MARKETING ATAU DIRECT SELLING & KEGIATAN SEJENIS LAINNYASELAIN PNS/TNI/POLRI/PEJABAT NEGARA/PENSIUNAN21 Tarif PPh Orang Pribadi30 %25 %15 % 5 %diatas 500 juta Rp 250 juta Rp 500 juta s/d Rp 50 juta Rp 50 juta Rp 250 jutaJIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKATARIFNYA 20% LEBIH TINGGI22PTKPKeteranganSetahunSebulanUntuk diri Wajib Pajak24.300.0002.025.000Tambahan pegawai kawin2.025.000168.750Tambahan anggota keluarga sedarah & semenda dlm grs keturunan lurus, anak angkat, maximum 3 orang2.025.000168.750Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami24.300.0002.025.00023Status PTKPWP Tidak Kawin KodeJumlah0 TanggunganTK/024.300.0001 TanggunganTK/126.325.0002 TanggunganTK/228.350.0003 TanggunganTK/330.375.000WP Kawin KodeJumlah0 TanggunganK/026.325.0001 TanggunganK/128.350.0002 TanggunganK/230.375.0003 TanggunganK/332.400.000WP Kawin + Penghasilan Istri DigabungKodeJumlah0 TanggunganK/I/050.625.0001 TanggunganK/I/152.650.0002 TanggunganK/I/254.675.0003 TanggunganK/I/356.700.00024PTKP DITENTUKAN BERDASARKAN KEADAAN PADA AWAL TAHUN KALENDER,PTKP BAGI PEGAWAI YG BARU DATANG DAN MENETAP DI INDONESIA DLM BAGIANTAHUN KALENDER YG NYA DITENTUKAN BERDASARKAN KEADAAN PADAAWAL BULAN DARI BAGIAN TAHUN KALENDER YBSPTKP MAKSIMAL 3 TANGGUNGAN2425PTKP UTK KARYAWATIStatusPTKPHANYA UTK DIRISENDIRISTATUS KAWINSTATUS TDKKAWIN- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP- TANGGUNGAN MAKS 3 ORANGSYARAT:MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATANBAHWA SUAMI TIDAK MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN STATUS KAWINSUAMI TDK MENERIMA/MEMPEROLEHPENGHASILAN- UTK DIRI SENDIRI- STATUS KAWIN- TANGGUNGAN MAKS 3 ORANGTATA CARA PENYETORAN / PELAPORANPPh PASAL 21TDK DITANGGUNG PEMERINTAHLapor dengan SPT MASA PPh PASAL 21 KE KPPDITANGGUNG PEMERINTAH

PENGHASILAN TIDAK TERATURPENGHASILAN TERATURSetor dengan SSPTDK ADAPENYETORANMekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Saat SetorSaat LaporSaat TransaksiBendahara membuat bukti potong atas transaksi penghasilan tidak teraturBendahara membuat bukti potong A2 atas penghasilan teratur / tahun utk tiap pegawaiBendahara menyetorkan SSPSSP atas nama BendaharaPaling lambat disetor tanggal 10Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21Khusus di Bulan Desember, Dilampiri Formulir 1721-1 (Daftar Bukti Pemungutan)Paling lambat tanggal 2027TATA CARA PEMBAYARAN DAN PELAPORAN SPT MASA PPh PASAL 21PPh Pasal 21 yang telah dipotong paling lambat disetorkan ke Kas Negara 10 hari bulan berikutnya.Kode Setoran PPh Ps.21 : 411121-100 Kode Setoran PPh Ps 21 Final : 411121 - 402SSP atas nama NPWP Bendaharawan Pemotong PPh Pasal 21.2.PPh Pasal 21 yang telah dipotong paling lambat dilaporkan (SPT Masa PPh Pasal 21) ke Kantor Pajak 20 hari bulan berikutnya28Contoh Kasus PPh Pasal 2112.3PPh Pasal 21 : Rp 2.000.000,00 x 5% = Rp 100.000,- (bersifat final)Kementerian Keuangan mengadakan pelatihan dan membayarhonor kepada Rurun (PNS golongan III b) sebagai pengajarsebesar Rp 2.000.000,00Kementerian Keuangan pada hari jadinya mengadakan panggung hiburan dengan mengundang penyanyi. Honor penyanyi yang diberikan Bendahara Kementerian Keuangan Rp 6.000.000,00.Penerima honorarium tidak memiliki NPWP

Pasal 21 :(50% x 6.000.000) x 5% x 120% =Rp3.000.000,00 x 6% = Rp180.000,-Kementerian Keuangan membayar honorarium kepadapeserta rapat yang bukan PNS/Pejabat Negara/ Anggota TNI dan POLRIsebesar Rp500.000,-PPh Pasal 21Rp500.000,00 x 5% = Rp25.000,002930MENGAMBIL SENDIRI FORMULIR YG SUDAH DITETAPKAN DALAM PERDIRJEN PAJAKMEMBUAT & MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PADA SAAT DILAKUKANPEMOTONGAN PAJAKDALAM HAL TERJADI KELEBIHAN PENYETORAN PPh PSL 21 DAN/PPh PAL 26 YG TERUTANG PADA SUATU BULAN,KELEBIHAN TSB DAPAT DIPERHITUNGKAN DGN PPh PSL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26 YG TERUTANG PADA BLN BERIKUTNYA MELALUI SPT MASA PPh PSL 21 DAN/ATAU PPh PSL 26MEMBUAT CATATAN ATAU KERTAS KERJA PERHITUNGAN PPh PSL 21 UTK MASING2PENERIMA PENGHASILAN, YG MENJADI DASAR PELAPORAN PPh PSL 21 DAN/ATAU PPh PSL 26 YG TERUTANG UTK SETIAPMASA PAJAK DAN WAJIB MENYIMPANCATATAN ATAU KERTAS KERJA PERHITUNGAN TSBMENDAFTARKAN DIRI UNTUK MENDAPATKAN NPWPMENGHITUNG, MEMOTONG, MENYETOR DAN MELAPOR PPh YANG TERUTANG SETIAP BULAN KALENDER TERMASUK LAPORAN PENGHITUNGAN PPh YG NIHILKEWAJIBAN BENDAHARAPEMOTONG PPh PASAL 21PPh Pasal 22

Pemungutan pajak atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan pembelian barang

31Mekanisme Pemungutan PPh Pasal 22PPh Pasal 22PEMBAYARANATAS PENYERAHAN BARANG OLEH REKANANKhususBendaharaTarif1,5 %JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKATARIFNYA 100% LEBIH TINGGI3233DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPh PSL 22PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG YANG JUMLAHNYA PALING BANYAK Rp.2.000.000,- DAN TIDAK MERUPAKAN PEMBAYARAN YANG TERPECAH-PECAH DILAKUKAN OTOMATIS TANPA SKBPEMBAYARAN UNTUK PEMBELIAN BAHAN BAKAR MINYAK, LISTRIK, GAS, AIR MINUM / PDAM, DAN BENDA BENDA POS DILAKUKAN OTOMATIS TANPA SKBPMK 154/PMK.03/2010Dikecualikan dariPPh Pasal 22Pembayaran atas penyerahan barang sehubungan dengan pekerjaan pemerintah yang dibiayai dengan hibah/pinjaman luar negeriPembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana BOSMekanisme Penyetoran & Pelaporan PPh Pasal 22SPTSSPSSPDitandangani BendaharaAtas Nama RekananDisetor Pada Hari Yang SamaPaling Lambat tanggal 14Dilaporkan Tiap Bulandiberikan ke RekananPenyetoranPelaporanDisetor ke BankSSPLbr.1digunakan sbg kredit pajak3435BUKTI PEMUNGUTANWAJIB PAJAK REKANANKPP MELALUI KPPNKPP SBG LAMPIRAN SPTMASA BENDAHARAKANTOR PENERIMA PEMBAYARAN(BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO)PEMUNGUT PPh PSL 22 LEMBAR KE-1SSPLEMBAR KE-2LEMBAR KE-3LEMBAR KE-4LEMBAR KE-5Contoh Kasus PPh Pasal 22Kasus 2Kementerian Keuangan mempunyai kegiatan pengadaan barang modal berupa Mesin Absensi yang pada DIPA tersedia anggaran Rp99.000.000,00.

Dana yang tersedia dalam DIPA sudah termasuk PPN-nya , sehingga untuk menghitung PPh Pasal 22 adalah : (100/110 x Rp99.000.000,00) x 1,5% = Rp1.350.000,00.

Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22, sehingga menjadi : (100/110 x Rp 99.000.000,00) x 1,5% x 200% = Rp2.700.000,00 KASUS 1Kementerian Keuangan membeli komputer untuk keperluan kantor dengan harga Rp100.000.000,- (harga tidak termasuk PPN dan/atau PPnBM).

PPh pasal 22 yang harus dipungut Bendahara sebagai pemungut pajak adalah : Rp100.000.000,00 1,5% = Rp1.500.000,00

36SPT MasaPPh Pasal 22 Contoh SPT Masa PPh 22 dan SSP

SSP (411122-900)37PPh Pasal 23Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga, deviden, sewa, royalty dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Psl 21

38Objek PPh Pasal 23DipotongPPhPasal 23ImbalanModal JasaHadiah/Penghargaan Selain PPh 21SewaSelainTanah/BangunanTarif2%Tarif2%Tarif15%Tarif15%JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKATARIFNYA 100% LEBIH TINGGI39Jasa Objek PPh Pasal 23JENIS PENGHASILAN YANG TERKENA OBJEK PPH PASAL 23Tarif PPh Psl 23Jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, Jasa Lainnya : Jasa penilai, jasa aktuaris, jasa akuntansi, jasa perancang, jasa pengeboran migas, jasa penunjang di bidang penerbangan, jasa penebangan hutan, jasa pengolahan limbah, jasa penyedia tenaga kerja, jasa perantara, jasa instalasi, jasa pemeliharaan, jasa maklon, jasa penyelidikan dan keamanan, jasa penyelenggaraan kegiatan, jasa pengepakan, jasa media masa, jasa pembasmian hama, jasa kebersihan, jasa catering2%40Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23 Saat SetorSaat LaporSaat TransaksiBendahara membuat bukti potong untuk rekanan (sbg kredit pajak bagi rekanan)Bendahara mencatat nilai transaksi dan pemotongan PPh Pasal 23Bendahara menjumlahkan pemotongan PPh Pasal 23 selama 1 bulanMembuat SSP atas nilai tersebut.SSP atas nama BendaharaPaling lambat disetor tanggal 10Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23Dilampiri Daftar Bukti Pemotongan, Bukti Pemotongan, dan SSPPaling lambat tanggal 2041TATA CARA PEMOTONGANPPh PASAL 2342BUKTI PEMOTONGANDILAKUKAN PADA SAAT MEMBAYARKANPENGHASILAN OLEH BENDAHARA & BADANF.1.1.33.06 atau F.1.1.33.07123UNTUK REKANANLAMPIRAN SPT MASA PPh PASAL 23/26ARSIP BENDAHARA/BADANSPT MasaPPh Pasal 23 Contoh SPT Masa PPh 23 dan SSP

SSP (411124-100)44PPh Pasal 4 ayat (2)Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan jasa tertentu & sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan,pengalihan hak atas tanah/bangunan, hadiah undian dan lainnya)

45Objek Pemotongan PPh FinalPekerjaanKecilBesarPelaksanaan2%3%Pengawasan4%4%Perencanaan4%4%Kecuali di Hotel/RestoranTarif berdasar kualifikasi Perencanaan, Pengawasan, dan PelaksanaanObjek PPh FInal Sewa Tanah/BangunanTarif 10 %KonstruksiPengalihanTanah/BangunanTarif 5 %Non KualifikasiPelaksanaan4%Pengawasan6%Perencanaan6%TERMASUK :BIAYA PERAWATAN; BIAYA PEMELIHARAAN; BIAYA KEAMANAN; BIAYA FASILITAS LAINNYA DAN SERVICE CHARGE BAIK YG PERJANJIANNYA DIBUAT SECARA TERPISAH/DISATUKANHadiah UndianTarif 25%46Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal Final Saat SetorSaat LaporSaat TransaksiBendahara melakukan pemotongan PPh Final saat pembayaranBendahara membuat bukti potong untuk rekanan

Bendahara menyetorkan SSP atas transaksi PPh FinalSSP Atas nama BendaharaPaling Lambat tanggal 10Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4(2)Dilampiri Daftar Bukti Pemotongan, Bukti Pemotongan, dan SSPPaling lambat tanggal 20Khusus untuk Pengalihan Tanah/Bangunan menggunakan Laporan Tersendiri47TATA CARA PEMOTONGANPPh PASAL 4 ayat (2)48BUKTI PEMOTONGANDILAKUKAN PADA SAAT MEMBAYARKANPENGHASILAN OLEH BENDAHARA & BADANF.1.1.33.06 atau F.1.1.33.07123UNTUK REKANANLAMPIRAN SPT MASA PPh PASAL 4 ayat (2)ARSIP BENDAHARA/BADANContoh Kasus PPh FinalContoh KasusKementerian Keuangan mempunyai proyek pembangunan kantor baru dan harus melakukan pembebasan tanah. Dalam pelaksanaan proyek tersebut Kementerian Keuangan harus membayar Rp 200.000.000 untuk pembebasan tanah tersebut. PPh Final yang harus dipungut dan disetor oleh Bendahara Kementerian Keuangan atas pembayaran tersebutRp 200.000.000,- x 5% = Rp 10.000.000,- Pengalihan Tanah/Bangunan

49ContohKasusPPh FinalSewa Tanah/BangunanContoh Kasus PPh FinalKementerian Keuangan menyelenggarakan seminar dengan menyewa sebuah ruang pertemuan milik orang pribadi dengan harga Rp 3.000.000. PPh final yang harus dipungut dan disetor oleh Bendahara Kementerian Keuangan atas pembayaran tersebut : Rp 3.000.000,- x 10% = Rp 300.000,- KasusJawaban

50Contoh Kasus PPh FinalKementerian Keuangan memberikan hadiah undian kepada semua peserta pameran keuangan sebesar Rp50.000.000,-. PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang dan harus dipotong Bendahara adalah : Rp50.000.000.- 25% = Rp12.500.000,- Kementerian Keuangan menggunakan jasa konstruksi kualifikasi besar untuk merenovasi gedung kantor dengan biaya Rp20.000.000.000,- (harga tidak termasuk PPN). PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang dan harus dipotong Bendahara adalah: Rp20.000.000.000,- x 3% = Rp600.000.000,- Rp200.000.000.- 6% = Rp12.000.000,- Kementerian Keuangan menggunakan jasa konstruksi yang tidak memiliki kualifikasi untuk MENGAWASI renovasi gedung kantor dengan biaya Rp 200.000.000,- (harga tidak termasuk PPN). PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang dan harus dipotong Bendahara adalah: 51SPT MasaPPh Final Contoh SPT Masa PPh Final dan SSP

52

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI(ppn)

53Pajak Pertambahan NilaiDi Daerah PabeanPenyerahan Barang/JasaKecuali : Negative ListKecuali

Barang Tidak Kena PPN

Barang TambangBarang Kebutuhan PokokMakanan&Minuman di Hotel/RestoranUang, Emas batangan, dan surat berharga-PPN (Tarif 10%)PPnBM PAJAK YG DIKENAKAN ATAS KONSUMSI BARANG YG BERDSRKAN KMK TERGOLONG BRG MEWAH JasaTidak Kena PPN

SEMUA BARANGadalahBARANG KENA PAJAKSemua Jasa adalah Jasa Kena PajakKecuali(Pasal 4A UU 42/2009)54Jasa bidang pelayanan kesehatan medik;Jasa bidang pelayanan sosial;Jasa pengiriman surat dengan perangko;Jasa keuangan;Jasa asuransiJasa keagamaan;Jasa pendidikan;Jasa kesenian & hiburan;Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan darat dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;Jasa tenaga kerja;Jasa perhotelan;Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.Jasa penyediaan tempat parkir;Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; danJasa boga atau katering.JASA TIDAK KENA PAJAK55PEMBAYARAN YANG TIDAK DIPUNGUT PPNOLEH BENDAHARAWANTDK MELEBIHI DARI JML Rp 1.000.000,00 TERMASUK PPN DAN/ATAU PPn BM DAN MERUPAKAN PEMBAYARAN YG TDK DIPECAH-PECAHBBM DAN NON-BBM YG PENYERAHANNYA DILAKUKAN OLEH PERTAMINA JASA ANGKUTAN UDARA YG DISERAHKAN OLEH PERUSAHAAN PENERBANGANDALAM HALPEMBAYARANPENYERAHAN BKP/JKP YG MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, MENDAPAT FASILITAS PPN TIDAK DIPUNGUT DAN ATAU DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPNPEMBEBASAN TANAH, KECUALI PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN TANAH OLEH REAL ESTATE ATAU INDUSTRIAL ESTATEMekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPN Saat SetorSaat LaporSaat TransaksiRekanan membuat faktur pajakRekanan membuat SSP atas nama rekanan yang ditandatangani BendaharaSSP Disetor oleh Rekanan/BendaharaPaling Lambat tanggal 7 Bulan Berikutnya

Bendahara menyampaikan SPT Masa PPN 1107 PUTPaling Lambat akhir bulan berikutnyaWalaupun tidak ada pemungutan, tetap wajib melapor tiap bulanMelampirkan SSP dan Faktur Pajak57TEXTPPNPPNJumlah PPN yang dipungut adalah 10/110 bagian dari jumlah pembayaran.

Jumlah pembayaran Rp 1.100.000,-PPN yang harus dipungut:10/110 x Rp 1.100.000,- = Rp. 100.000,- -

Jumlah yang dibayarkan kepada rekanan Pemerintah Rp 1.000.000,-Harga Jual = Rp 950.000PPN: 10% x Rp 950.000 = Rp 95.000Harga Jual + PPN = Rp 1.045.000Meskipun harga jual Rp 950.000 tetapi karena pembayaran termasuk PPNberjumlah Rp 1.045.000 (di atas Rp 1.000.000), maka PPN yang terutang harus dipungut oleh BENDAHARA.Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000 dan tidakmerupakan pembayaran yang terpecah-pecah.Contoh Kasus PPN58TEXTPPNPPN SPM LS Atas transaksi Perbaikan / Renovasi Gedung sebesar 110 jt

Jumlah pembayaran Rp 110.000.000,-

PPN yang harus dipungut:10/110 x Rp 110.000.000,- = Rp. 10.000,000

Jumlah yang dibayarkan kepada rekanan Pemerintah Rp 10.000.000,-

Contoh Kasus PPNSPM LS,sehingga pembayaran langsung dilakukan oleh KPPN.

Namun Bendahara tetap melaporkan transaksi tersebut dalamSPT Masa PPN59SPT MasaPPN 1107 PUT Contoh SPT Masa PPN 1107 PUT dan SSP

SSP (411211-900)60Pemungutan PPNDipungutPPN10 %PPh Final Konstruksi PPh FinalPPh Psl. 22PPh Psl. 23Atas transaksi yang terkena PPh Pasal 22, PPh Psl 23, PPh Final = dikenakan PPNKemungkinan61Contoh Kasus Pembelian BarangPPh Pasal 22

1,5% x 100/110 x harga barang

1,5% x 100/110 x 11 jt =

Rp. 150.000,-Beli MotorRp. 11 jt(Termasuk PPN)PPN

10 % x 100/110 x harga barang

10% x 100/110 x 11 jt =

Rp. 1.000.000,-Barang62Contoh Kasus Penyerahan JasaServis MotorRp. 220 rb(Termasuk PPN)PPh Pasal 23

2% x (100/110) x 220rb =

Rp. 6.000,-PPN

Tidak dipungut karena imbalan masih dibawah 1 juta

Rekanan yang memungut PPN atas transaksi iniJasaJasa63

Review

64Pajak Per TransaksiPPh 21PPh 23PPNPPh 22 PPNPembelian BarangPenyerahan Jasa, Sewa Selain Tanah/Bangunan, Imbalan ModalKonstruksi & Pengalihan/SewaTanah/BangunanPembayaran Gaji PNS dan non PNSMekanisme Pemungutan/Pemotongan oleh BendaharaPPh FinalPPN65KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEMUNGUT

66Dasar HukumPasal 3 angka 3cBatas waktu dan tata cara pelaporan atas pemotongan dan pemungutan pajak yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan badan tertentu diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri KeuanganPasal 8Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagaiberikut :..e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang;Pasal 64Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening Kas Negara pada bank pemerintah atau bank lain yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai ketentuan perundang-undangan.Pasal 60Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala satuan kerja yang menggunakan dana bagian anggaran yang dikuasai Menteri Keuangan wajib menyampaikan pertanggung-jawaban penggunaan dana kepada Menteri KeuanganPMK 64/PMK.05/2013Pengawasan Terhadap Pemotongan/Pemungutan DanPenyetoran Pajak Yang Dilakukan Oleh Bendahara PengeluaranSatuan Kerja Perangkat Daerah/Kuasa Bendahara Umum DaerahbackKEWAJIBAN PELAPORAN PERPAJAKAN PEMUNGUTNO.JENIS PAJAKTANGGALTANGGAL SANKSI TLBSANKSI TLBBAYARLAPORBAYARLAPOR1.PPh Ps.2110 Bln 20 Bln 2% Perbulan 100.000 BerikutnyaBerikutnya2.PPh Ps.22= Hari14 Bln2% Perbulan 100.000 PembayaranBerikutnya3.PPh Ps.23/2610 Bln 20 Bln 2% Perbulan 100.000 BerikutnyaBerikutnya4.PPh Ps.4 (2) (PPh Final)10 Bln 20 Bln 2% Perbulan 100.000 BerikutnyaBerikutnya5.PPN7 Bln Akhir Bln2% Perbulan 500.000 BerikutnyaBerikutnya68

Bea MeteraiObjek PajakA. Dokumen menyangkut dengan kontrak/ perjanjian dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah).

B. Surat yang memuat jumlah uang , yaitu : yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai;

yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,00 (tiga ribu rupiah);

yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah).

72

7374Perlakuan Khusus Untuk WP/Rekanan Yang Termasuk Kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013

74WP Dalam Kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013WP/Rekanan dengan kriteria:Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun pajak semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.Bukan mendapatkan penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas, seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris,PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa acara, dan sebagaimana dalam penjelasan Pasal 2 ayat (2) PP Nomor 46 Tahun 2013. Bukan mendapatkan penghasilan dari usaha dagang dan jasa yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat (2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah.Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum. misalnya pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya.

75WP/Rekanan yang termasuk kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013 yang berdasarkan ketentuan UU PPh wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan PPh yang tidak bersifat final, dapat dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak lain.Pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak lain diberikan melalui Surat Keterangan Bebas dengan Tata Cara sebagaimana dimaksud PER-01/PJ/2011.Apabila WP/Rekanan memiliki dan dapat menunjukkan SKB Potput, maka bendahara tidak perlu memotong dan/atau memungut PPh yang terutang. Contoh:Bengkel mobil menerima pembayaran atas jasa reparasi mobil. Atas pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 kecuali pemilik bengkel memiliki SKB Potput.Toko ATK menjual buku kepada sekolah negeri. Bendahara sekolah memungut PPh Pasal 22 kecuali pemilik toko memiliki SKB Potput.Pemotongan/Pemungutan PPh Terhadap WP Dalam Kriteria PP Nomor 46 Tahun 201376MEKANISME PENGAWASAN TERHADAP PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN DANPENYETORAN PAJAK YANG DILAKUKAN OLEH BENDAHARA PENGELUARANSATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH/KUASA BENDAHARA UMUM DAERAHPERHITUNGAN POTENSI (DPA/DIPA)PELAPORAN REKAPITULASI SP2D(DTH DAN RTHPENGUJIAN PAJAK (REALISASI SP2D)PENYETORAN PAJAK TERUTANGPENGENAAN SANKSIPMK - 64/PMK.05/2013Kementerian Keuangan Republik IndonesiaDirektorat Jenderal PajakTahun 2013

PEMERIKSAAN /VERIFIKASIKEGIATAN

RUANG LINGKUP PMKPERHITUNGAN POTENSI (DPA/DIPA)PELAPORAN REKAPITULASI SP2D (DTH DAN RTH)PEMERIKSAAN /VERIFIKASIPENYETORAN PAJAK TERUTANGPENGENAAN SANKSIDOKUMEN TERKAIT

DPA/ DIPASPM/ SP2DHASIL PENGUJIAN (KONFIRMASI)SSPSKPSUMBER

DJPK/BPK/DJKD/ BUD (BAG. KEUANGAN)SIMDA/SIPKD/ REGISTER SP2D/ REK. KORAN BPDDTH/RTH/MPN/SSPSKPPER- UNDANG2-AN YANG BERLAKUPENGUJIAN PAJAK (REALISASI SP2D)DTH DAN RTHLAPORAN KUASA BUDPengujian Kebenaran Perhitungan dan Penyetoran PajakKuasa BUDBulanan, paling lambat 20 hari setelah bulan ybs berakhir Konfirmasi setoran pajakPengujian kebenaran perhitungan dan penyetoran pajakPasal 7, 8, 9, 10 PMK-64/PMK.05/2013Bendahara Pengeluaran SKPDBulanan, paling lambat 10 hari setelah bulan ybs berakhirA. Penyampaian Daftar Transaksi Harian (DTH) dan Rekapitulasi Transaksi Harian (RTH)Tanda Terima Penyampaian RTHDTH (dilampiri SSP lbr 3)RTH (dilampiri DTH & fotokopi SSP lbr 3)DJPTAMPILAN DTH dan RTH(LAMPIRAN PMK 64/PMK.05/2013)

DTH (DAFTAR TRANSAKSI HARIAN)RTH (REKAPITULASI TRANSAKSI HARIAN)

CONTOHPENGGUNAAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAHPENGUNAAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH

Sumber : Ditjen Perimbangan Keuangan (2012)PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (1)SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH(SIMDA/SIPKD)PMK 64/PMK.05/2013REKAPITULASI SPM/SP2D

PemanfaatanDTHRTHPengembangan (Mengakomodir)SP2DDOKUMEN SUMBEREXISTINGoutputoutputPERHATIAN !!! Untuk memudahkan pengadministrasian baik itu penyetoran dan pelaporan pajak, dianjurkan kepada bendaharawan untuk bekerja sama/berbelanja HANYA dengan rekanan yang telah memiliki NPWP DAN telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).Mintalah Faktur Pajak dari rekanan yang telah dikukuhkan sebagai PKP, setiap melakukan transaksi pembelian barang. Faktur Pajak dibuat/diterbitkan oleh rekanan bukannya oleh bendaharawan.Setiap rekanan yang telah memiliki NPWP BELUM TENTU berhak menerbitkan Faktur Pajak . Pastikan rekanan tersebut telah dikukuhkan sebagai PKP. Setiap rekanan/WP yang menerbitkan/membuat Faktur Pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP, diancam pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak dan paling banyak 6 (enam) kali julah pajak dalam faktur pajak (Pasal 39A huruf b UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2010.

PERHATIAN !!! SANKSI TERLAMBAT SETORMenurut Pasal 9 ayat (2a) UU No. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007, pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyetoran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran s.d. tanggal pembayaran.88SANKSI TIDAK ATAU TERLAMBAT MELAPORMenurut Pasal 7 UU No. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009, apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana telah ditentukan, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan serta sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi. 89

Matur Suksma9005/06/2013Sheet1No.Jenis TransaksiKewajiban PerpajakanPPh Ps.21PPh Ps.22PPh Ps.23/26PPh Ps.4 (2)PPNNPWPNON NPWPNPWPNON NPWPNPWPNON NPWPKecilSedangBesarNon Klasifikasi1.Pembelian Barang >= Rp 2 Juta1.5%3%10%2.Pembelian Barang < Rp1 Juta3.Penyerahan Jasa Konstruksi :a. Perencana Konstruksi4%4%4%6%10%b. Pelaksana Konstruksi2%3%3%4%10%c. Pengawas Konstruksi4%4%4%6%10%4.Penyerahan Jasa Selain Konstruksi2%4%10%5.Sewa Tanah&/Bangunan10%10%6.Sewa Selain Tanah &/ Bangunan2%4%10%7.Pembayaran Gaji PNSDTP8.Pembayaran Gaji Non PNS(PB-PTKP)XTarif Ps.17Lebih Besar 20%9Selain Gaji Kepada PNS Gol.III5% FinalLebih Besar 20%10Selain Gaji Kepada PNS Gol.IV15% FinalLebih Besar 20%DASAR HUKUM:1.PPh Pasal 22 ====> UU No.36 Tahun 2008, KMK-154/20102.PPh Pasal 21 ====> UU No.36 Tahun 2008, PP 68/2009, PER-31/PJ/2009, PER-57/PJ./20093.PPN =====> UU No.42 Tahun 2009, KMK-563/20034.PPh Pasal 4 (2) (PPh Final) ====> UU No.36 Tahun 2008, PP-51 Tahun 2008, PP-80 Tahun 20105.PPh Pasal 23 ====> UU No.36 Tahun 2008, PMK-244 tahun 2008

Sheet2

Sheet3