Upload
ahmad-syaiful-bahri
View
16
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hysdtgyusgtisuyisduyfdio8er78et89er7e98ru7fsdjuiiujfiujgoifuogfihpgoihgpohipfoh[dpihgfdihpfoghiophiufpoihgopdigfpfohifokhiolfkbclkvjxcjdifujsidfousdofiujfodiopgfgipohigpohigphkigbolnkgphigophip[dfiohg[pdgifophigophuifodpgofid[f0i[ogfihopuhoipguhjiogujhopfikgpd[og[dpfop[dfodp[gopfgikfophijgophipdfoigpfihogphipfoihgpfhigpohpfghofp[gop[hog[fphog[pjogp[hogp[hofp[ohp[gfhog[phogp[hopg[hop[gfho[pfoh[]fhop[ghoipg[ohjgph[ogp[jhogp[johp[johp[jop[hojg[phogp[hjogp[h
Citation preview
ABSTRAK
Asam asetat merupakan salah satu produj industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Hasil dari fermentasi asam asetat sering disebut sebagai vinegar yang berarti sour wine. Vinegar berasal dari bahasa Perancis, vindiger (vin=wine, digger=sour). Pada saat ini cuka atau vinegar dibuat dari bahan kaya gula seperti buah anggur apel, nira kelapa, malt, gula sendiri seperti sukrosa dan glukosa, dimana pembuatannya melibatkan proses fermentasi alokohol dan fermentasi asetat secara berimbang. Asam asetat dapat dihasilkan dari senyawa C2H5OH (etanol) atau buah buahan yang mengandung senyawa tersebut melalui proses oksidasi biologis yang menggunakan mikroorganisme. Etanol dioksidasikan menjadi acetaldehid dan air. Asetaldehid dihidrasi yang kemudian dioksidasi menjadi asam asetat dan air.Bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen sebagai penerima elektron, urutan reaksi oksidasi biologis mengikuti pemindahan hidrogen dari substrat etanol. Enzim etanol dehidrogenase dapat melakukan reaksi ini karena mempunyai seistem sitokhrom yang menjadi kofaktornya. Bakteri bakteri asam asetat, khususnya dari genus Acetobacter adalah mikroorganisme aerobik yang mempunyai enzim intraselular yang berhubungan dengan sistem bioksidasi mempergunakan sitokhrom sebagai katalisatornya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan
oleh berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil
samping dari pembuatan bir atau anggur.
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak
lama. Pada abad ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos
menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat
warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris , yaitu suatu zat hijau
campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa
Romawi menghasilkan sapa , sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan
anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang
disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada
peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.
Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan asam asetat
pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan
dari distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas
Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial
yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak
perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia
yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli
kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya
sama.
Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat
anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi
karbon disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi
tetrakloroetilena dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya
reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang
diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida
menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat
menghasilkan asam asetat.
Sekarang ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun secara
fermentasi bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi hanya mencapai sekitar
10% dari produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. Aturan menetapkan
bahwa cuka yang digunakan dalam makanan harus berasal dari proses biologis karena
lebih aman bagi kesehatan.
Pembuatan asam asetat sintesis dalam skala industri lebih sering menggunakan
metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dalam
pabrik yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan
katalis kompleks Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa
menggunakan katalis iridium ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah membuat asam asetat atau asam etanoat
atau asam cuka (CH3COOH)
1.3. Manfaat
Mengetahui pembuatan asam asetat atau asam etanoat atau asam cuka dan
pengaplikasian produk yang dihasilkan.
BAB II
TEORI DASAR
1.1. PengertianFermentasi
Dalam keadaan normal, organisme melakukan pembongkaran zat dengan cara
oksidasi biologi atau respirasi aerob, yaitu respirasi yang memerlukan oksigen bebas.
Akan tetapi, pada saat kadar oksigen terlalu rendah, oksidasi biologi tidak dapat
berlangsung. Misalnya, pada tumbuhan darat yang tanahnya tergenang air sehingga
akar tidak dapat melakukan respirasi aerob karena kadar oksigen dalam rongga tanah
sangat rendah.
Pada manusia, kekurangan oksigen sering terjadi pada atlet-atlet yang berlari
jarah jauh dengan kencang. Atlet tersebut membutuhkan kadar oksigen yang lebih
banyak daripada yang diambil dari pernafasan. Dengan kurangnya oksigen dalam
tubuh, maka proses pembongkaran zat dilakukan dengan cara anaerob, yang disebut
dengan fermentasi. Fermentasi tidak harus selalu dalam keadaan anaerob. Beberapa
jenis mikroorganisme mampu melakukan fermentasi dalam keadaan aerob, misalnya
pada fermentasi asam cuka.
Jika dibandingkan dengan respirasi, sebenarnya fermentasi ini sangat merugikan sel
karena dua alasan:
1. Sering dihasilkan senyawa yang merusak sel, misalnya alkohol.
2. Dari jumlah mol zat yang sama akan dihasilkan jumlah energi yang lebih
rendah/lebih sedikit.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Fermentasi pada awalnya hanya menunjukkan
pada suatu peristiwa alami pada pembuatan anggur yang menghasilkan buih (ferment
berarti buih). Beberapa ahliu mendefinisiksn kata fermentasi dengan pengertian yang
berbeda. Ferdiaz (1992) mendefinisikan fermentasi sebagai proses pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara anaerobic, yaitu tanpa memerlukan oksigen.
Senyawa yang dapat dipecah dalam fermentasi terutama adalah karbohidrat,
sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu.
Satiawihardja (1992) mendefinisikan fermentasi dengan suatu proses dimana
komponen-komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan
maupun metabolisme mikroba.
Pengertian itu mencakup fermentasi aerob dan anaerob. Namun secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi
yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen
lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam
butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol
lainnya.
Pada kebanyakan tumbuhan den hewan respirasi yang berlangsung adalah
respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat pada
sesuatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut melangsungkan proses fermentasi
yaitu proses pembebasan energi tanpa adanya oksigen, nama lainnya adalah respirasi
anaerobik.
Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak
memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi
yang mengasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya. Akumulasi asam laktat
inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot.
Fermentasi mempunyai beberapa fungsi atau kegunaan antara lain, fermentasi
dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah serta berfungsi dalam
pengawetan bahan, merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat anti nutrisi atau
racun yang terkandung dalam suatu bahan makanan, menyelamatkan makanan dari
barbagai masalah makanan, penganekaragaman pangan, memperpanjang masa
penyimpanan, meminimalkan kerugian,dan menambah gizi makanan. Tujuan
fermentasi secara khusus adalah mengendalikan pertumbuhan mikrobia,
mempertahankan gizi yang dikehendaki, dan menciptakan kondisi kurang memadai
untuk mikrobia kontaminan
Mikroorganisme merupakan mahkluk hidup yang sangat kecil tetapi sangat
penting dalam kelangsungan daur hidup dari biota lain dalam biosfir. Mikroorganisme
mampu melaksanakan semua kegiatan atau reaksi-reaksi biokimia yang sangat
kompleks untuk melangsungkan pengembangan generative dengan kecepatan relative
cepat.
Dunia mikroorganisme tidak dapat digolongkan kedalam dunia hewan atau
tumbuhan tetapi masuk kedalam suatu golongan tersendiri yaitu protista.
Mikroorganisme termasuk golongan protista adalah bakteri, fungi, protozoa, dan
algae (judoamidjojo dkk, 1989)
Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter
xylinum pada pembuatan nata decoco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat.
Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan
alkohol sedang contoh kapang adalah Rhizopus sp pada pembuatan tempe, Monascus
purpureus pada pembuatan angkak dan sebagainya.Fermentasi dapat dilakukan
menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun kultur
campuran.
Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan pada proses
fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di lingkungan.
Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan dengan fermentasi alami adalah
gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tape merupakan produk fermentasi
tradisional yang diinokulasi dengan kultur campuran dengan jumlah dan jenis yang
tidak diketahui sehingga hasilnya sering tidak stabil. Ragi tape yang bagus harus
dikembangkan dari kultur murni.Kultur murni adalah mikroorganisme yang akan
digunakan dalam fermentasi dengan sifat-dan karaktersitik yang diketahui dengan
pasti sehingga produk yang dihasilkan memiliki stabilitas kualitas yang jelas. Dalam
proses fermentasi kultur murni dapat digunakan secara tunggal ataupun secara
campuran. Contoh penggunaan kultur murni tunggal adalah Lactobacillus casei pada
fermentasi susu sedang contoh campuran kultur murni adalah pada fermentasi kecap,
yang menggunakan Aspergillus oryzae pada saat fermentasi kapang dan saat
fermentasi garam digunakan bakteri Pediococcus sp dan khamir Saccharomyces
rouxii.
Contoh bakteri yang menguntungkan: Steptococcus lactis (pada mentega dan
keju), Steptococcus thermophilus (pada yoghurt), Lactobacillus bulgaricus (pada
keju), Rhizopus (pada tempe), Sacharomyces sereviceae (pada kecap dan tempe),
Sacharomyces lactis (pada fermentasi susu), dan Acetobacter xyllium (pada nata de
cocco). Contoh bakteri merugikan (mikrobia kontaminan biasanya menghasilkan
toxin) : Pseudomonas cocovenans (pada tempe bongkrek), Aspergillus flavus (pada
kacang tanah), Pinicillium citrinum (pada roti & biji-bijian), Phicia (pada wine),
Torulops (pada susu), Candida (pada asinan), dan Clostridium botulinum (pada
produk makanan kaleng).
1.2. Penggolongan fermentasi
Penggolongan fermentasi dibagi menjadi dua macam yaitu menurut produk yang
dihasilkan dari fermentasi dan berdasarkan media dari fermentasi itu sendiri.
Penggolongan fermentasi menurut produk yang dihasilkan. Dari hasil akhir
fermentasi, dibedakan menjadi fermentasi asam laktat/asam susu dan fermentasi
alcohol serta fermentasi asam cuka.
1.2.1. Fermentasi asam laktat/asam susu
Pada sel hewan tingkat tinggi dan manusia, jika bekerja terlalu berat dan
kebutuhan oksigen untuk melakukan respirasi sel tidak cukup, maka senyawa asam
piruvat dalam sel otot akan direduksi menjadi asam laktat (asam lelah). Asam laktat
adalah suatu senyawa yang dapat menurunkan pH sampai pada suatu titik yang
mengakibatkan gangguan serius pada fungsi sel. Salah satu gangguan yang
ditimbulkannya adalah kelelahan, sehingga asam laktat sering disebut juga asam
lelah.
Proses glikolisis menghasilkan asam piruvat. Jika cukup oksigen, glikolisis akan
dilanjutkan dengan siklus Krebs. Bila kondisi anaerob (kurang oksigen) yang terjadi,
asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat. Akibatnya, rantai transpor elektron
tidak terjadi karena tidak lagi menerima elektron dari NADH dan FADH2 yang dalam
keadaan aerob dihasilkan oleh siklus Krebs. Karena tidak terjadi penyaluran elektron,
maka NAD+ dan FAD yang mutlak diperlukan dalam siklus Krebs juga tidak
terbentuk sehingga daur Krebs terhenti.
Reaksi ini merupakan suatu pemborosan, karena hanya 7% dari energi yang terdapat
pada asam piruvat yang dibebaskan. Meskipun fermentasi asam laktat menghasilkan
senyawa yang merugikan otot, tetapi poses ini menghasilkan ATP bagi sel yang tidak
dapat melakukan respirasi secara aerob. Pada fermentasi asam laktat ini, dari satu
molekul glukosa dihasilkan ATP sebanyak 2 molekul. kehilangan 2 elektronnya
dalam bentuk 2 atom hidrogen. Hal ini memang benar. Tetapi, penelitian lebih lanjut
mengungkapkan bahwa apa yang terjadi bukan sekedar itu. Satu ujung dari molekul
asam piruvat (–CH3) sekarang lebih tereduksi daripada yang terdapat pada glukosa,
sedangkan pada ujung lainnya (–COOH) lebih teroksidasi. Reaksi reduksi dan
oksidasi inilah yang kemudian membebaskan energi yang sedikit tersebut.
1.2.2 Fermentasi alcohol
Beberapa organisme seperti Saccharomyces dapat hidup, baik dalam kondisi
lingkungan cukup oksigen maupun kurang oksigen. Organisme yang demikian
disebut aerob fakultatif. Dalam keadaan cukup oksigen, Saccharomyces akan
melakukan respirasi biasa. Akan tetapi, jika dalam keadaan lingkungan kurang
oksigen Saccharomyces akan melakukan fermentasi.
Dalam keadaan anaerob, asam piruvat yang dihasilkan oleh proses glikolisis akan
diubah menjadi asam asetat dan CO2. Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi
alkohol. Proses perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut diikuti pula dengan
perubahan NADH menjadi NAD+. Dengan terbentuknya NAD+, peristiwa glikolisis
dapat terjadi lagi. Dalam fermentasi alkohol ini, dari satu mol glukosa hanya dapat
dihasilkan 2 molekul ATP. Fermentasi alkohol, secara sederhana, berlangsung sebagai
berikut.
Sebagaimana halnya fermentasi asam laktat, reaksi ini merupakan suatu
pemborosan. Sebagian besar dari energi yang terkandung di dalam glukosa masih
terdapat di dalam etanol, karena itu etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin.
Reaksi ini, seperti fermentasi asam laktat, juga berbahaya. Ragi dapat meracuni
dirinya sendiri jika konsentrasi etanol mencapai 13% (Hal ini menjelaskan kadar
maksimum alkohol pada minuman hasil fermentasi seperti anggur).
1.2.3. Fermentasi asam cuka (asam asetat)
Fermentasi asam cuka merupakan satu contoh fermentasi yang berlangsung dalam
keadaan aerob. Fermentasi ini biasa dilakukan oleh bakteri asam cuka (Acetobacter)
dengan substrat etanol. Jika diberikan oksigen yang cukup, bakteri-bakteri ini dapat
memproduksi cuka dari bermacam-macam bahan makanan yang beralkohol.
Bahan makanan yang biasa digunakan yaitu sari buah apel, anggur, biji-bijian
fermentasi, malt, beras, atau bubur kentang. Dari proses fermentasi asam cuka, energi
yang dihasilkan lima kali lebih besar daripada energi yang dihasilkan oleh fermentasi
alkohol. Secara umum reaksi kimia yang terfasilitasi oleh bakteri ini adalah:
C2H5OH + O2 —> CH3COOH + H2O
2.2. Asam Cuka atau Asam Asetat
Asam asetat dengan rumus struktur CH3COOH dikenal juga dengan asam
etanoat merupakan bahan kimia organik, dinamakan cuka karena rasanya yang asam
dan baunya yang menyengat. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat
mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang,
sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati. Asam asetat
merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan nama
yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin acetum, yang
berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat. Asam asetat
glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur
air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada
16.7°C, sedikit di bawah suhu ruang. Singkatan yang paling sering digunakan, dan
merupakat singkatan resmi bagi asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac
berarti gugus asetil, CH3−C(=O)−. Dalam keadaan murni, asam asetat bebas air
(asam asetat glasial) merupakan cairan tidak berwarna yang menyerap air dari
lingkungan (bersifat higroskopis) dan membeku dibawah 16,7 o C (62 o F) menjadi
sebuah kristal padat yang tidak berwarna. Asam asetat merupakan satu dari asam
karboksilat yang paling sederhana (berikutnya adalah asam format), merupakan
regensia dan bahan kimia industri yang sangat penting yang dipakai untuk
memproduksi berbagai macam bahan (Anonim, 2010b). Asam asetat cair adalah
pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki
konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa
polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak
dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam Universitas Sumatera Utara asetat
bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air,
kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat
ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia. Asam asetat diproduksi
secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10%
dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum
yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari
proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75%
diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui
metode-metode alternative. Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 juta ton
per tahun, setengahnya diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1
juta ton per tahun dan terus menurun, sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 juta
ton per tahun. 1.51 juta ton per tahun dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total
pasar asam asetat mencapai 6.51 juta ton per tahun. Perusahan produser asam asetat
terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah Millenium
Chemicals, Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkem (Safitra,
2008). Asam asetat merupakan salah satu bahan kimia antara yang digunakan dalam
pembuatan vinil asetat monomer (VAM), asam tereptalik yang dimurnikan (PTA),
asetat anhidrat, asam monokloroasetat (MCA), dan ester asetat. Penggunaan terbesar
untuk asam asetat adalah sebagai bahan baku untuk memproduksi vinil asetat
monomer (VAM). Asam asetat juga digunakan untuk pembuatan asam tereptalik yang
dimurnikan (PTA), yang mana merupakan bahan antara penting untuk berbagai
aplikasi, termasuk serat poliester, botol untuk air dan minuman ringan, film fotografis
dan pita magnetik. Penggunaan yang penting lainnya untuk asam asetat adalah dalam
produksi asetat anhidrat. Asetat anhidrat digunakan dalam aplikasi yang luas, satu
yang utama adalah dalam pembuatan asetat selulosa. Asetat selulosa digunakan untuk
membuat serat tekstil dan filter rokok. Aplikasi lain dari asetat anhidrat adalah
plastik, bahan kimia pertanian dan farmasi. Asam monokloroasetat (MCA) dibuat dari
asam asetat dan klorin. Pengguunaan utama dari MCA adalah karboksimetil selulosa
(CMC). CMC digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk makanan, farmasi,
kosmetik dan Universitas Sumatera Utara tekstil. MCA juga digunakan untuk
membuat herbisida pada pertanian. Asam asetat digunakan untuk pembuatan berbagai
macam ester asetat; yang paling penting adalah etil asetat, n-butil asetat dan isopropil
asetat. Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan
penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata
permanen, serta iritasi dan juga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem
pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah
Setiap sel hewan maupun tumbuhan memerlukan oksigen untuk memproduksi
energi. Proses ini disebut dengan istilah respirasi. Namun terkadang, proses tersebut
terhambat karena minimnya suplai oksigen atau karena alasan lain. Jika hal itu
terjadi, maka sel tersebut terpaksa melakukan produksi energi tanpa oksigen. Proses
inilah yang disebut dengan proses fermentasi. Ada banyak jenis fermentasi yang saat
ini dikenal secara umum. Salah satunya adalah fermentasi asam cuka. Kali
ini, Menjadi Bijak akan menjelaskan pengertian dan juga proses terjadinya fermentasi
asam cuka.
Fermentasi asam cuka adalah proses oksidasi lanjutan dari alcohol oleh bakteri
tertentu yang menghasilkan asam cuka. Proses ini merupakan salah satu contoh
fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob, artinya prosesnya menggunakan
oksigen. Bakteri yang berperan dalam fermentasi ini adalah acetobactera aceti
dengan substrat etanol (alcohol). Dengan oksigen yang cukup, bakteri tersebut dapat
menghasilkan cuka dari berbagai makanan yang mengandung alcohol, misalnya buah
buahan seperti apel dan anggur, biji2an seperti malt dan beras, umbi - umbian seperti
kentang dan singkong; dan juga bahan - bahan yang mngandung cukup banyak gula
seperti cairan buah, madu, atau sirup.
Untuk difermentasikan menjadi asam cuka, bahan - bahan tersebut harus
mengalami proses fermentasi alcohol terlebih dahulu yang memerlukan mikroba
pemecaha gula sperti saccharomyces sp. Setelah alcohol terbentuk, kemudian bahan
tersebut dioksidasi oleh acetobacter menjadi asam cuka. Proses perubahan alcohol
menjadi asam cuka disebut proses acetisikasi. Asam cuka sendiri kadang disebut juga
dengan nama asam asetat. Reaksi kimia dari fermentasi asam cuka secara umum
sperti dibawah ini:
C2H5OH + O2 ----> CH3COOH + H2O
Energy yang dihasilkan pada fermentasi asam cuka 5x lebih besar dibanding energy
yang dihasilkan dari fermentasi alcohol secara anaerob. Jika fermentasi alcohol
umumnya hanya sebesar 2 ATP, fermentasi asam cuka bisa mencapai 10 ATP.
Fermentasi asam cuka ini berlangsung aerob karena memproduksi H2O (air). Namun
meskipun aerob (menggunakan oksigen), proses ini tetap disebut fermentasi karena
bahanya adalah alkohol yang merupakan senyawa produk dari proses fermentasi.
Beberapa manfaat dari asam cuka:
Asam acetat yang digunakan dalam produksi poliner maupun berbagai macam
serat dan kain
Bahan pengatur keasaman pada industri maknan
Bahan minuman seperti cuka apel
Pelunak air dalam rumah tangga
BAB III
METODOLOGI
Fermentasi asetat (Asam cuka) merupakan suatu contoh fermentasi yang
berlangsung dalam keadaan aerob. fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka
(acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar
dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob. Reaksi dalam
fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang
dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling
sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi
fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan. Persamaan
Reaksi Kimia :
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida +
Energi (ATP)
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang
terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari
tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Produk asam asetat telah
banyak digunakan oleh berbagai industri antara lain :
1. Industri PTA merupakan pengkonsumsi asam asetat terbesar yang digunakan
sebagai media pelarut katalis.
2. Industri etil asetat sebagai bahan baku utama. Industri tekstil, terutama industri
pencelupan kain dimana asam asetat berfungsi sebagai pengatur pH.
4. Industri cuka, asam asetat sebagai bahan baku utama.
5. Industri benang karet, sebagai bahan penggumpal ( co-agulant ) ketika lateks
dikeluarkan dari extruder.
6. Asam asetat sebagai bahan setengah jadi untuk membuat vinil asetat, selulosa
asetat, asam asetat anhidrid, maupun kloro asetat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara
alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat
dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa
asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam
asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui
karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.
Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 Mt/a (juta ton per tahun),
setengahnya diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1 Mt/a dan
terus menurun, sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 Mt/a. 1.51 Mt/a
dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total pasar asam asetat mencapai 6.51 Mt/a.
[8] [9] Perusahan produser asam asetat terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals.
Produsen lainnya adalah Millenium Chemicals, Sterling
Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkemi.
4.1. Karbonilasi metanol
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi
ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO → CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi
dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O
(2) CH3I + CO → CH3COI
(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat
menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak
lama merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik
metanol maupun karbon monoksida merupakan bahan mentah komoditi. Henry
Dreyfus mengembangkan cikal bakal pabrik karbonilasi metanol pada
perusahaan Celanese pada tahun 1925. Namun, kurangnya bahan-bahan praktis yang
dapat diisi bahan-bahan korosif dari reaksi ini pada tekanan yang dibutuhkan yaitu
200 atm menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru pada
1963 pabrik komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan
oleh perusahaan kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968,
ditemukan katalis kompleks Rhodium, cis−[Rh(CO)2I2]− yang dapat beroperasi
dengan optimal pada tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang
menggunakan katalis tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto pada 1970, dan
metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan
menjadi metode produksi asam asetat paling dominan. Pada akhir 1990'an, perusahan
petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]−) yang
didukung oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini lebih efisien dan lebih "hijau"
dari metode sebelumnya, sehingga menggantikan proses Monsanto.
4.2. Oksidasi asetaldehida
Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi
melalui oksidasi asetaldehida. Sekarang oksidasi asetaldehida merupakan metoda
produksi asam asetat kedua terpenting, sekalipun tidak kompetitif bila dibandingkan
dengan metode karbonilasi metanol. Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui
oksidasi butana ataunafta ringan, atau hidrasi dari etilena. Saat butena atau nafta
ringan dipanaskan bersama udara disertai dengan beberapa ion logam, termasuk
ion mangan, kobalt dan kromium, terbentuk peroksida yang selanjutnya terurai
menjadi asam asetat sesuai dengan persamaan reaksi dibawah ini.
2 C4H10 + 5 O2 → 4 CH3COOH + 2 H2O
Umumnya reaksi ini dijalankan pada temperatur dan tekanan sedemikian rupa
sehingga tercapai suhu setinggi mungkin namut butana masih berwujud cair. Kondisi
reaksi pada umumnya sekitar 150 °C and 55 atm. Produk sampingan
seperti butanon, etil asetat, asam format dan asam propionat juga mungkin terbentuk.
Produk sampingan ini juga bernilai komersial dan jika diinginkan kondisi reaksi
dapat diubah untuk menghasilkan lebih banyak produk samping, namun
pemisahannya dari asam asetat menjadi kendala karena membutuhkan biaya lebih
banyak lagi.
Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi
oleh oksigen udara menghasilkan asam asetat.
2 CH3CHO + O2 → 2 CH3COOH
Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil
(yield) lebih besar dari 95%. Produk samping utamanya adalah etil asetat, asam
format danformaldehida, semuanya memiliki titik didih yang lebih rendah daripada
asam asetat sehingga dapat dipisahkan dengan mudah melalui distilasi.
4.3. Penggunaan
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan
berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan
sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer,
VAM). Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan
juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif
kecil.
4.4. Keamanan
Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh
hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakanmata permanen, serta
iritasi pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga
beberapa jam setelah kontak. Sarung tangan latex tidak melindungi dari asam asetat,
sehingga dalam menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan
berbahan karet nitril. Asam asetat pekat juga dapat terbakar di laboratorium, namun
dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39 °C (102 °F), dan
dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan: 5.4%-
16%).
BAB V
KESIMPULAN
1. Asam asetat atau asam etanoat atau asam cuka merupakan salah satu asam
karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air
merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian
menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan
baku industri yang penting. Asam asetat digunakan
dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil
asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
2. Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun
secara alami melalui fermentasi bakteri.
3. Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 Mt/a (juta ton per tahun),
setengahnya diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1 Mt/a
dan terus menurun, sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 Mt/a. 1.51 Mt/a
dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total pasar asam asetat mencapai
6.51 Mt/a.
4. Reaksi asam asetat :
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, MS.Phd. Diktat Mikrobiologi Industri . Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro : Semarang
Anonim, 2012 a. Asam Asetat. http://www.wikipedia.com. 24 Juni 2012. Anonim,
2012b. Butadiene. http://www.wikipedia.com. 25 Juni 2012 Andhyka
Consulting. 2012. Informasi Acuan Pemilihan PT, CV, dan FIRMA.
http://www.andcs.co.id [diakses : 31 Mei 2012] Anizar. 2008. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Industri. Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Dinarno, 2009. Butil asetat dari asam asetat dan butanol. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.