94
ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN NASIONALISASI MODAL ASING (Pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh: Azhar Nur Fajar Alam NIM: 1111048000083 KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

  • Upload
    ngokiet

  • View
    222

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN

NASIONALISASI MODAL ASING

(Pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Azhar Nur Fajar Alam

NIM: 1111048000083

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

i

ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN

NASIONALISASI MODAL ASING

(Pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Azhar Nur Fajar Alam

NIM: 1111048000083

Pembimbing

Prof. Dr. KH. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM,

NIP: 195505051982031012

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M

Page 3: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

ii

Page 4: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya, atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 02 April 2015

Azhar Nur Fajar Alam

Page 5: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

iv

ABSTRAK

Azhar Nur Fajar Alam, NIM 1111048000083, “ASAS KEMANDIRIAN

DAN KEMANFAATAN TINDAKAN NASIONALISASI MODAL ASING

(Pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal)”,

Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015

M. ix + 83 halaman. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan pemahaman

antara perspektif hukum Indonesia dan perspektif hukum internasional dalam

pengertian nasionalisasi modal asing. Serta untuk mengetahui konsep pemahaman

nasionalisasi modal asing terkait asas kemandirian dalam Undang-Undang No 25

Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dari sudut hukum ekonomi pembangunan.

Latar belakang penelitian ini adalah pertimbangan hukum ekonomi dan sejarah

hukum untuk realisasi tindakan nasionalisasi terhadap modal asing demi

mewujudkan kesempurnaan kemandirian ekonomi nasional. Penelitian ini

menggunakan tipe penelitian library research, yang mengkaji berbagai dokumen

yang terkait dengan penelitian. Metode Pengolahan dan Analisa Data yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan undang-undang (statute

approach), pendekatan konsep (conceptual approach), pendekatan historis

(historical approach), dan pendekatan perbandingan (comparative approach).

Penelitian ini menggunakan tiga bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer,

sekunder, dan non-hukum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya

keterkaitan pemahaman dan pengakuan aktualisasi nasionalisasi modal asing dalam

dunia hukum internasional dan nasional. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa cita-

cita kemandirian ekonomi nasional dalam pasal 33 UUD 1945 masih jauh dari

realita, sehingga kebijakan hukum ekonomi yang diharapkan kendati lebih bersifat

liberalis dan lebih memilih berpihak kepada asing sehingga melahirkan

ketergantungan modal.

Kata Kunci : Nasionalisasi, kemandirian ekonomi, hukum investasi asing

Pembimbing : Prof. Dr. KH. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

Daftar Pustaka : Tahun 1960 s.d Tahun 2015

Page 6: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb...

Bismillahirrahmanirrahim...

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat,

nikmat, serta anugerah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN NASIONALISASI

MODAL ASING (Pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal)”. Salawat serta salam penulis sampaikan kepada tauladan Islam

Nabi Muhammad SAW, yang telah memimpin ummat Islam keluar dari zaman

kegelapan ke zaman yang penuh cahaya Islam. Dalam penyelesaian skripsi ini,

penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak,

sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH, Ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Arip Purkon, MA, Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. KH. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM, Dosen Pembimbing

yang telah bersedia membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini dengan

penuh kesebaran, perhatian dan ketelitian memberikan masukan serta

Page 7: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

vi

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis hingga

skripsi ini selesai.

4. Segenap staf perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, staf perpustakan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan staf

perpustakan Universitas Indonesia yang telah memberikan fasilitas untuk

mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya dosen Program Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dengan tulus ikhlas, semoga ilmu pengetahuan yang diajarkan

dapat bermanfaat dan menjadi keberkahan bagi penulis dan semoga Allah SWT

senantiasa membalas jasa-jasa beliau serta menjadikan semua kebaikan ini

sebagai amal jariyah untuk beliau semua.

6. Kedua orang tua tercinta yaitu ayahanda Drs. H. Uce Supriadi, MH dan Ibunda

Hj. Jamilah, S.Pd.I, terimah kasih atas kasih sayang, motivasi, perhatian, ilmu

pengetahuan, arti kedisiplinan, serta segala hal yang selalu diberikan dengan

tulus tanpa pamrih, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada

jenjang perguruan tinggi negeri. Begitu pula untuk Kakak-kakak tercinta, Elzha

Nur Fadhilah S.KM, Elvid Nur Fitra Mubarok, S.HI, Rusdiana Nur Ridho, S.H

dan adikku Dede Nur Fitriansyah, terimah kasih atas segala kasih sayang,

perhatian, dukungan dan inspirasi yang telah kalian berikan.

7. Sahabat-sahabat tercinta, especially Ida Rofidah yang selalu mendampingiku

baik suka maupun duka. Sahabat-sahabatku Kiki, Hisyam, Sandi, Zaimi, Novita,

Page 8: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

vii

Ummu, Lidia serta juga kawan-kawan seperjungan “Skripwett” ( Ade, Gari,

Ridwan, Anto, Nando, Bustomi, Haryo) yang selalu menemani, memberikan

support dan inspirasi dalam bangku perkuliahan hingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

8. Senior-senior yang saya hormati, bang Indra, bang Irfan, bang Arif, ka Endah, ka

Riri, ka Hilda, bang Rizky, Bang Wawan, Bang Eko, Bang Andi yang telah

memberikan arahan dan bimbingan ilmu hukum selama menempuh perkuliahan.

9. Keluarga besar Program Studi Hukum Bisnis dan Ketatanegaraan angkatan 2011

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi inspirasi dalam

kebersamaan dan kekompakan.

10. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Periode

2013-2014 yang telah memberikan pengalaman berorganisasi dan yang telah

melatih jiwa kepemimpinan serta solidaritas tinggi.

11. Keluarga besar Angkatan Pemuda Peduli Hukum (AMPUH), Business Club

Community (BLC), dan Tim Redaksi Tabloid Justitia atas konsistensi dan

kekompakannya yang telah memberikan wadah untuk saling belajar, berbagi dan

menggali ilmu dalam mengkaji Hukum secara holistik.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca sekalian. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullohi wa barokatuh...

Jakarta, 02 April 2015

Azhar Nur Fajar Alam

Page 9: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.............................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................ iii

ABSTRAK............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR......................................................................................... v

DAFTAR ISI........................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah....................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................. 6

D. Kerangka Teoretis dan Konseptual........................................................ 7

E. Tinjauan Kajian Terdahulu.................................................................... 10

F. Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan........................................ 11

BAB II KEBIJAKAN HUKUM INVESTASI ASING DI INDONESIA

A. Pengertian Hukum Investasi Asing....................................................... 17

B. Asas-Asas dalam Hukum Investasi Asing............................................. 21

C. Arah Kebijakan Hukum Investasi di Indonesia..................................... 23

D. Tujuan, Manfaat, Serta Dampak Negatif Investasi Asing..................... 26

Page 10: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

ix

BAB III NASIONALISASI DAN KOMPENSASI TERHADAP MODAL

ASING

A. Nasionalisasi dalam Perspektif Hukum Nasional.................................. 33

B. Nasionalisasi dalam Perspektif Hukum Internasional........................... 37

C. Pemberian Kompensasi Terhadap Milik Asing Sebagai Konsekuensi

Nasionalisasi.......................................................................................... 43

BAB IV ANALISA YURIDIS KEMANDIRIAN EKONOMI DAN

PERTIMBANGAN HUKUM NASIONALISASI MODAL ASING

A. Nasionalisasi dalam Pandangan Aliran Pragmatif Kontemporer......... 49

B. Makna Kemandirian Ekonomi dari Perspektif Hukum Ekonomi

Pembangunan......................................................................................... 56

C. Kemanfaatan Nasionalisasi dan Dampak Negatifnya dalam Segi Hukum

Ekonomi Pembangunan......................................................................... 66

D. Pertimbangan dan Hambatan Hukum Aktualisasi Nasionalisasi........... 73

BAB V PENUTUP

A. Saran....................................................................................................... 76

B. Kesimpulan............................................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 79

Page 11: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penanaman modal pada dasarnya, diperlukan untuk mengolah potensi

ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil. Apabila modal yang berasal dari dalam

negeri belum mencukupi, maka suatu negara akan berusaha untuk menarik modal

asing sebagai pelengkap. Kendatipun diniatkan sebagai pelengkap, tetapi modal

asing ini seringkali mempunyai peran sangat penting, sehingga dapat mempercepat

pembangungan dalam perekonomian suatu negara. Dalam konteks ini, ekonomi

global dan negara-negara yang terbuka ekonominya digerakkan oleh modal global,

selain kekuatan internalnya sendiri. Semakin atraktif suatu negara terhadap modal

asing, maka semakin terbuka sistem ekonomi negara tersebut. Modal global berperan

dalam modernisasi ekonomi negara tersebut, serta memajukan sektor-sektor utama

dalam ekonomi, terutama industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain.1

Terdapat dua aliran dalam memandang keberadaan penanaman modal asing.

Pertama adalah aliran liberal yang berpendapat bahwa penanaman modal asing

bermanfaat bagi kemakmuran ekonomi Negara penerima, dan kedua adalah aliran

penganut teori ketergantungan (dependencia/dependency theory) yang berpendapat

bahwa penanaman modal asing akan melahirkan dominasi dan ketergantungan pada

1 Didik J. Rachbini, Arsitektur Hukum Investasi Indonesia (Analisis Ekonomi Politik),

(Jakarta: PT Indeks, 2008). h. 62-63.

Page 12: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

2

perusahaan asing sehingga merugikan masyarakat. Sebagai jalan tengah di antara

kedua aliran itu, Negara-negara penerima penanaman modal asing berusaha menarik

modal asing untuk dimanfaatkan guna mendorong kemajuan ekonomi negara yang

bersangkutan seraya meminimkan dampak negatifnya yang merugikan kepentingan

ekonomi nasional.2

Filosofi yang melatarbelakangi kebijakan dalam penanaman modal asing

adalah bahwa modal asing diperlukan guna melengkapi modal dalam negeri yang

tidak mencukupi untuk memutar roda perekonomian suatu negara. Akan tetapi

manakala modal asing tersebut kemudian menjadi pendorong utama perekonomian

negara, dan bahkan menyebabkan ketergantungan secara ekonomi, sering timbul

sikap permusuhan terhadap penanaman modal asing. Sikap tidak bersahabat ini dapat

diwujudkan dalam suatu keputusan politik hukum untuk menasionalisasi atau

mengambilalih modal asing.

Sejarah mencatat, kegagalan dalam upaya untuk mewujudkan ekonomi

nasional secepatnya pada masa orde lama, sebagian besar ditafsirkan oleh para

pemimpin Indonesia sebagai kegagalan mengatasi dominasi perusahaan-perusahaan

Belanda. Konferensi Meja Bundar yang ditandatangani para pemimpin Republik di

Den Haag pada tahun 1949 memuat jaminan bahwa hak-hak yang diberikan kepada

modal asing akan dihormati. Mengacu kepada konferensi tersebut, perusahaan-

perusahaan Belanda tetap mengendalikan sektor-sektor ekonomi yang utama,

2 Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing, (Jakarta: Penerbit Kuwais, 2012). h. 5.

Page 13: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

3

sehingga perkembangan ekonomi pasca penyerahan kedaulatan tidak mengalami

perubahan dari periode kolonial Hindia-Belanda. Hal itu dikarenakan, perusahaan-

perusahaan Belanda tetap mengendalikan sektor perekonomian utama yang meliputi

kegiatan ekspor dan impor. Ketimpangan ekonomi ini menyebabkan rasa frustasi

bagi sebagian besar pemimpin Indonesia. Upaya untuk mewujudkan ekonomi

nasional akan selalu terhalang selama modal asing, dalam hal ini Belanda, masih

beroperasi di Indonesia.3

Berlakunya Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1985 Tentang Nasionalisasi

Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda Yang Berada Di Wilayah Republik Indonesia

(Undang-Undang Nasionalisasi Perusahaan Belanda), membuktikan keinginan

Indonesia untuk lepas dari kekuatan ekonomi kolonial, sehingga melaksanakan

nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan Belanda yang berada di wilayah

Republik Indonesia adalah suatu keniscayaan. Akan tetapi, tindakan nasionalisasi ini

mengakibatkan Indonesia dituntut dalam litigasi internasional di Republik Federasi

Jerman dalam perkara yang dalam kepustakaan hukum internasional disebut kasus

Tembakau Bremen (Bremen Tobacco Case). Dalam perkara ini, Indonesia tetap

berargumen bahwa nasionalisasi merupakan tindakan sah Negara yang berdaulat

dalam rangka perubahan struktur ekonomi dari struktur ekonomi kolonial ke struktur

3 Budiman Ginting, “Refleksi Historis Nasionalisasi Perusahaan Asing Di Indonesia: Suatu

Tantangan Terhadap Kepastian Hukum Atas Kegiatan Investasi Di Indonesia.” JURNAL

EQUALITY, Vol. 12 No. 2 (Agustus 2007), h. 104.

Page 14: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

4

ekonomi nasional.4 Hal-hal di atas dapat kiranya menjadi pelajaran bagi pemerintah

saat ini untuk berani mengambil tindakan nasionalisasi demi percepatan kemandirian

ekonomi nasional namun juga harus bijak dalam menghadapi setiap resiko hukum

dan ekonomi yang terjadi.

Nasionalisasi modal asing dalam perkembangannya, diatur tersendiri dalam

Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing (UUPMA),

tepatnya pada Pasal 21 dan Pasal 22 yang mana pengaturannya lebih generalis dan

tidak terpaku pada tindakan dekoloniasisasi semata terhadap perusahaan milik asing

Belanda seperti yang diatur sebelumya dalam Undang-Undang No 68 Tahun 1958.

Sedangkan di era kekinian, Indonesia telah memiliki Undang-Undang No. 25 Tahun

2007 Tentang Penanaman Modal (UUPM) yang menentukan bahwa nasionalisasi

atau pengambilalihan hak kepemilikan penanaman modal tidak akan dilakukan

kecuali dengan undang-undang dan disertai dengan kompensasi yang jumlahnya

ditetapkan berdasarkan harga pasar. Apabila tidak tercapai kesepakatan tentang

kompensasi atau ganti rugi, maka akan dilakukan penyelesaian melalui arbitrase.

Sayangnya, tidak dicantumkan alasan hukum apa saja yang menjadi pijakan bagi

Indonesia untuk dapat menasionalisasi aset asing, serta bentuk pasalnya yang bersifat

konstitusional bersyarat dan merupakan bentuk larangan untuk bertindak, sehingga

hal-hal ini semakin memperjelas kecenderungan dan keberpihakan Indonesia

terhadap modal asing.

4 Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing, h. 10.

Page 15: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

5

Dalam perkembangan politik hukum ekonomi di Indonesia timbul berbagai

pendapat mengenai kemandirian suatu bangsa dalam membangun perekonomian

yang efesien guna mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pandangan ekstrim pun

berkembang di mana wujud ekonomi nasional yang semakin hari cenderung liberal

dan berpihak kepada asing, harus direalisasikan dengan kemandirian dalam

mengelolah sumber daya alam dan permodalan. Dengan salah satu cara melahirkan

kebijakan hukum menasionalisasi seluruh atau sebagian (secara bertahap atau

sekaligus) aset asing untuk dikuasai dan dikelola semaksimalkan mungkin untuk

hajat hidup bangsa sendiri.

Sehubungan dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih mendalami terkait dengan asas kemanfaatan dan keadilan dalam

menasionalisais modal asing yang selalu diusung oleh founding father dalam

perspektif hukum ekonomi pembangungan dan juga apa yang dicantumkan dalam

pasal 33 UUD terkait asas kemandirian dan penguasaan sumber daya alam yang vital

bagi kemakmuran rakyat.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan investasi atau penanaman modal, dan juga

melihat luasnya definisi modal asing dalam disiplin Hukum Perdagangan dan

Hukum Penanaman Modal, maka di sini penelitian akan difokuskan pada tindakan

nasionalisasi investasi asing yang berkaitan dengan investasi langsung (direct

Page 16: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

6

Investment) dan tinjauan yuridis ambiguitas pemahaman realisasi asas

kemandirian dan kemanfaatan dari sudut hukum ekonomi pembangunan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan

masalah dalam penulisan ini sebagai berikut:

a. Bagaimana keterkaitan pemahaman antara perspektif hukum Indonesia dan

perspektif hukum internasional dalam pelaksanaan nasionalisasi modal asing?

b. Bagaimana konsep pemahaman nasionalisasi modal asing terkait asas

kemandirian dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal dari sudut hukum ekonomi pembangunan?

c. Apa saja dampak positif dan negatif serta pertimbangan hukum ekonomi dalam

aktualisasi tindakan nasionalisasi modal asing?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaturan

konsep nasionalisasi modal asing dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 25 Tahun

2007 Tentang Penanaman Modal. Sedangkan secara khusus, penelitian ini

bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui keterkaitan pemahaman antara Perspektif Hukum Indonesia

dan Perspektif Hukum Internasional dalam pengertian nasionalisasi modal

asing.

Page 17: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

7

b. Untuk mengetahui konsep pemahaman nasionalisasi modal asing terkait asas

kemandirian dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal dari sudut hukum ekonomi pembangunan.

d. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif serta pertimbangan hukum

ekonomi dalam aktualisasi tindakan nasionalisasi modal asing?

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

dibidang hukum penanaman modal asing khususnya berkaitan dengan konsep

tindakan nasionalisasi modal asing dan pemahaman asas kemandirian dari

perspektif hukum ekonomi pembangunan.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam

mengambil kebijakan-kebijakan yang mendukung berjalannya tindakan

nasionalisasi modal asing dalam hukum penanaman modal di Indonesia.

D. Kerangka Teoretis dan Konseptual

Penelitian penulisan ini berangkat dari konsep teoretis mengenai ukuran

Negara sejahtera (welfare state) yang selama ini sering kita dengar, apalagi dalam

konteks Negara yang sedang berkembang. Setiap Negara di dunia ini berusaha untuk

berlomba-lomba menkonsepkan bagaimana seyogyanya sebuah Negara yang

sejahtera secara idealnya. Kendatipun banyak Negara yang berbeda pemahaman

mengenai konsep ini. Ada Negara yang berangkat dari pemikiran bercorak liberalis

Page 18: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

8

individualistik, ada juga yang berangkat dari pemikirian sosialis komunalistik, serta

ada juga yang berusaha berangkat dari pemikiran east far ideology, semua itu berhak

untuk mendapatkan peran di semesta ini dalam usaha menciptakan suatu Negara

yang sejahtera.

Indonesia sebagai Negara yang berdikari, seharusnya dapat menentukan

sendiri arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam menciptakan kesejahteraan yang

ideal. Founding Father kita telah menkonsepkan bagaimana sejatinya suatu Negara

dapat menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya yang benar-benar hanya untuk

menyelenggarakan kepentingan umum. Dalam hal ini alinea kedua pembukaan UUD

1945 dengan jelas telah menentukan arah tujuan Negara Indonesia yang merdeka,

bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Sedangkan di antara kewajiban pemerintah,

sebagaimana termaktub dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945, adalah

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal

perekonomian nasional, pasal 33 ayat (2) sebagai pedoman hukum ekonomi

pembangunan, menggariskan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi

negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Sementara itu,

menurut pasal 33 ayat (4) perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi, berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga

keseimbangan kemajuan kesatuan ekonomi nasional.

Page 19: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

9

Memperhatikan hal-hal di atas, secara konseptual, tindakan nasionalisasi

merupakan pengambilalihan aset dan modal asing yang dituntut untuk

mengembalikan segala aset Negara yang merupakan hajat orang banyak yang selama

ini dikuasai oleh investor asing, namun disisi lain kita juga dituntut untuk mematuhi

prinsip hukum yang menjunjung tinggi asas kepastian hukum dan keadilan, karena

dalam konstitusi kita dengan jelas tertera bahwa Indonesia adalah Negara Hukum.

Sangat sulit memang bagi Negara Indonesia yang saat ini masih memiliki

ketergantungan oleh barang-barang impor, dan segala bentuk investasi yang dikuasi

asing, untuk berani meminimalisir masuknya modal asing ke negara kita. Dalam

UUPM telah tertera asas kemandirian dimana dijelaskan bahwa asas penanaman

modal yang dilakukan tetap mengedepankan potensi bangsa dan Negara dengan tidak

menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

Asas kemandirian tersebut harus kita selaraskan dengan prinsip berdikari

dibidang ekonomi yang mempunyai makna tidak menggantungkan diri kepada

Negara asing dalam melipatgandakan produksi nasional demi mempertinggi tingkat

hidup Rakyat Indonesia. Dengan demikian seharusnya konsep ketergantungan

terhadap penanaman modal asing ini mesti kita kikis sedikit demi sedikit dengan

menasionalisasikan modal asing dengan tetap mengedepankan asas kepastian hukum

dan keadilan serta memberikan kompensasi yang layak dan pantas.

Page 20: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

10

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penilitian ini, penulis akan menyertakan

beberapa hasil penilitian terdahulu sebagai perbandingan tinjauan kajian materi yang

akan dibahas, sebagai berikut:

Buku dengan Judul “Hukum Nasionalisasi Modal Asing,” yang disusun oleh

Rustanto, S.H. LL.M. yang telah diterbitkan oleh Penerbit Kuwais Jakarta 2012.

Buku ini membahas mengenai konsep definisi tindakan nasionalisasi modal asing

dan konsep ranah teoritis kepastian hukum serta konsep keadilan yang berusaha

dirumuskan dalam nasionalisasi khususnya ketika dalam konteks tarik-menarik

kepentingan antara negara-negara maju pengekspor modal dengan negara-negara

berkembang penerima modal.

Skripsi yang disusun oleh Retno Astriningtyas Soejoedono, SH dari Fakultas

Hukum Indonesia, tahun 2002, dengan judul “Nasionalisasi Hak Milik Asing:

Analisa Terhadap Tanggung Jawab Negara Untuk Memberikan Ganti Rugi.”

Penelitian ini difokuskan terhadap pemahaman negara-negara berkembang dan maju

dalam kewajiban pemberian ganti rugi atau kompensasi terhadap nasionalisasi hak

milik asing, serta pemahamannya dalam dunia hukum internasioanal.

Sebagai pertimbangan sekaligus pembeda, penelitian yang akan diangkat

oleh penulis adalah cakupan pembahasan skripsi yang lebih fokus mengenai tinjauan

yuridis ambiguitas pemahaman realisasi asas kemandirian terkait pertimbangan dan

hambatan hukum maupun ekonomi bagi pelaksanaan nasionalisasi modal asing

Page 21: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

11

dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 dan Undang-Undang terkait

yang relevan dalam tindakan nasionalisasi modal asing.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa

dan kontruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah

berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang

bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.5 Sedangkan menurut Peter Mahmud

Marzuki, penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how dalam ilmu

hukum yang bersifat perspektif, bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan

know-how penilitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang

dihadapi. Di sinilah dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah

hukum, melakukan penalaran hukum, menganalisis masalah yang dihadapi dan

kemudian memberikan pemecehan atas masalah tersebut.6

Sedangkan penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang didasarkan

pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan

menganalisanya, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet.III, (Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 1986), h. 42.

6 Peter Mahmud Marzuki, Penilitian Hukum, cet. VIII, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2013), h. 60.

Page 22: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

12

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.

Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu tipe penelitian untuk

memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu gejala atau fenomena, agar

dapat membantu dalam memperkuat teori-teori yang sudah ada, atau mencoba

merumuskan teori baru.

2. Pendekatan Yang Dipakai

Sehubungan dengan penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian

normatif maka penulis menggunakan pendekatan undang-undang (statute

approach), pendekatan konsep (conceptual approach), pendekatan historis

(historical approach), dan pendekatan perbandingan (comparative approach).

Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-aturan yang

berkaitan dengan tindakan nasionalisasi dan investasi asing di Indonesia.

Pendekatan konsep digunakan untuk memahami konsep nasionalisasi dan

investasi asing sehingga diharapkan penormaan dalam aturan hukum tidak lagi

memungkinkan ada pemahaman yang bermakna ganda. Pendekatan historis

dilakukan untuk mengetahui sejarah tindakan nasionalisasi dan investasi asing di

Indonesia dari berlakunya Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 Tentang

Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda dan Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing hingga kini diatur dalam Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pendekatan

perbandingan dilakukan untuk membandingkan konsep nasionalisasi modal asing

Page 23: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

13

di Indonesia dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia serta peraturan-

peraturan lainnya dan asas-asas internasional yang terkait.

3. Bahan dan Sumber Penelitian

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya

mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer meliputi perundangan-

undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-

undangan, dan putusan-putusan hakim.7 Dalam penelitian ini yang termasuk

dalam bahan hukum primer adalah UUD 1945, Undang-Undang Nomor 86

Tahun 1958 Tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda,

Undang- Undang No 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, Undang-

Undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Peraturan Presiden,

Instruksi Presiden, dan Peraturan Kepala BKPM yang berkaitan dengan

nasionalisasi modal asing dan investasi asing.

b. Bahan Hukum Sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-

buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan

pengadilan.

c. Bahan non-hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder yang dipandang perlu8 seperti buku-buku investasi .

4. Metode Pengumpulan Data

7 Ibid, h. 181.

8 Ibid, h. 183.

Page 24: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

14

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode pengumpulan data

melalui studi dokumen/ kepustakaan (library research) yaitu dengan melakukan

penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku yang berkaitan

dengan nasionalisasi modal asing, peraturan perundang-undangan dan peraturan

internasional yang terkait dengan tindakan nasionalisasi modal asing. pendapat

sarjana, surat kabar, artikel, kamus dan juga berita yang penulis peroleh dari

internet.

5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan analisis secara deskriptif

kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisa data yang

mengelompakan dan menyeleksi data yang diperoleh dari berbagai sumber

kepustakaan dan peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian, kemudian

dianalisa secara interpretative menggunakan teori maupun hukum positif yang

telah dituangkan, kemudian secara induktif ditarik kesimpulan untuk menjawab

permasalahan yang ada.

Pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik

kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan

konkret yang dihadapi.9 Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan

analisis terhadap bahan hukum dengan melakukan analisis secara kritis dan

mendalam mengenai tindakan nasionalisasi dalam hukum investasi di indonesia

9 Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cet ke-II, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2006) h. 393.

Page 25: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

15

serta melakukan studi komparatif terhadap penerapan keabijakan serupa di negara

yan lain.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012” dengan

sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa

sub bab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun perinciannya sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan; Diuraikan tentang latar Belakang Masalah, dilanjutkan

dengan Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Kerangka Teoritis dan Konseptual, Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu, Metode

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan umum mengenai hukum penanaman modal asing di

Indonesia; Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai pengertian hukum

investasi asing di Indoneisa, asas-asas hukum investasi, arah kebijakan-kebijakan

pemerintah dalam investasi asing serta tujuan serta manfaat adanya investasi asing di

Indonesia.

BAB III Tinjauan umum mengenai konsep nasionalisasi modal asing; Dalam

bab ini penulis akan membahas mengenai pengertian Nasionalisasi modal asing serta

pemahamannya dalam ranah hukum nasional dan internasional, serta pemberian

kompensasi (ganti rugi) sebagai konsekuensi nasionalisasi.

Page 26: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

16

BAB IV Tinjauan yuridis asas kemandirian terkait pelaksanaan tindakan

nasionalisasi dalam perspektif hukum ekonomi pembangunan; Dalam bab ini penulis

akan membahas mengenai konsep dan pemahaman nasionalisasi dalam pandangan

aliran pragmatis kontemporer, kemanfaatan nasionalisai dalam segi hukum dan

ekonomi, makna dan pemahaman kemandirian ekonomi dari perspektif hukum

ekonomi pembangungan, serta mengemukakan pertimbangan-pertimbangan hukum

serta dampak positif dan negatif pelaksanaan nasionalisasi modal asing baik internal

maupun eksternal.

BAB V Penutup; Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini,

untuk itu penulis menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian, disamping itu

penulis menengahkan beberapa saran yang dianggap perlu.

Page 27: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

17

BAB II

KEBIJAKAN HUKUM INVESTASI ASING DI INDONESIA

A. Pengertian Hukum Investasi Asing

Investasi menurut Webster berasal dari kata to invest, yang artinya: to use

(money) to make more money out of something that expected to increase in value.1

Dalam kamus istilah keuangan dan investasi digunakan istilah investement yang

mempunyai arti penggunaan modal utuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang

menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke resiko

yang dirancang untuk mendapatkan modal. Sedangkan dalam kamus hukum ekonomi

digunakan terminologi investment, penanaman modal, adalah investasi yang berarti

penanaman modal yang biasanya dilakukan untuk jangka panjang misalnya berupa

pengadaan aktiva tetap perusahaan atau membeli sekuritas dengan maksud untuk

memperoleh keuntungan.2

Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah-istilah yang dikenal

baik dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-undangan.

Istilah investasi merupakan istilah yang lebih populer dalam dunia usaha, sedangkan

istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa perundang-undangan.

Namum demikian, pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang

sama sehingga kadang-kadang digunakan secara interchangable. Kedua istilah

1 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2010), h. 356.

2 Hendrik Budi untung, Hukum Investasi ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 1-2.

Page 28: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

18

tersebut merupakan terjemahan dari kata investment. Di kalangan masyarakat luas,

kata investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik

investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portofolio

investment),3 sedangkan kata penanaman modal lebih mempunyai konotasi kepada

investasi langsung.4

Dalam perkembangan hukum internasional, terdapat perbedaan batasan ruang

dalam memberikan definisi hukum investasi asing atau hukum penanaman modal

asing. Dalam Draft Text Perjanjian Multilateral mengenai penanaman modal

(Multilateral Investment Agreement) yang dibuat oleh Organization For Economic

Co-operation Development (OECD) memberikan definisi yang sangat luas tentang

penanaman modal asing, termasuk di dalamanya tidak hanya penanaman modal asing

langsung, tetapi juga portofolio investment. Draft text tersebut mengemukakan bahwa

penanaman modal asing adalah:

“Every kind of aset owned or controlled, directly or indirectly, by an investor,

including:

1 An enterprise (being a legal person or any other entity constituted or

organized under the applicable law of the contracting party, whether or not

for profit, and whether private or goverment owned or controlled, and

includes a corporation, trust, partnership, sole proprietorship, branch joint

venture, association or organization);

3 Portofolio Investment adalah investasi tidak langsung dengan kepemilikan portofolio/ bukti

lembaran surat berharga melalui pergerakan modal dengan maksud membeli saham dalam suatu

perusahaan yang berada di luar negeri. Jenis investasi ini dapat juga berupa pembelian jaminan, surat

utang, atau penghimpunan dana/ reksa dana. Karakteristik utama dalam penanaman modal seperti ini

adalah terdapatnya pemisahan antara manajemen perusahaan dengan pengawasaan perusahaan serta

kepemilikannya.

4 Ida Bagus Rahmadi Supancana, Kerangka Hukum & Kebijjakan Investasi Langsung Di

Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), h. 1.

Page 29: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

19

2 Share, stock or other forms of equaty participation in interprise, and right

derived thereform;

3 Bonds, debentures, loans and other form of debt and rights derived

thereform;

4 Right under contract, including turnkey, construction, management,

production or revenue-sharing contract;

5 Claims to money and claim to performance;

6 Right conferred pursuant to law or contract such as concessions, licenses,

authorizations, and permits;

7 Intellectual property rights,;

8 And other tangible and intangible, moveble and immovable property and

any related proverty rights, such as leases, morgages, liens and pledges”.5

International Monetary Fund (IMF) menggunakan definisi yang sempit

terhadap penanaman modal asing dengan tidak memasukkan portofolio investment ke

dalam definisi penanaman modal asing langsung. Yang dimaksud dengan penanaman

modal asing langsung/ Foreign Direct Investment (FDI) menurut IMF adalah

“Investment that is made to acquaire a lasting interest in an interprise operating in

an economy other than that of an investor, the investor’s purpose being to have an

affective choice in the management of the enterprise”.6

Sedangkan menurut Hukum Nasional, lebih tepatnya diatur dalam ketentuan

Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing

(undang-undang yang lama) disebutkan bahwa:

“Pengertian penanaman modal asing di dalam undang-undang ini hanyalah

meliputi penanaman modal asing secara langsung yang diadakan menurut atau

berdasarkan ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk

5An An Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan

Internasional dan Hukum Penanaman Modal (Bandung: PT Alumni, 2011), h. 39.

6 Ibid., h. 40.

Page 30: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

20

menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara

langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut”.

Perumusan sebagaimana tersebut di atas tentang apa yang dimaksudkan

dengan penanaman modal asing pada prinsipnya mengandung beberapa unsur pokok

yakni:

1. Penanaman modal secara langsung (direct investment)

2. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan di Indonesia

3. Resiko yang langsung ditanggung oleh pemilik modal.

Penjelasan UU No 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing juga

menjelaskan bahwa kredit berbeda dengan penanaman modal asing, yaitu dalam hal

kredit, resiko penggunaan kredit ditanggung oleh peminjam/penerima modal,

sedangkan pada penanaman modal asing resiko penggunaannya ada pada penanam

modal. Berkaitan dengan tanggungan atas resiko ini pembuat undang-undang

memberikan hak kepada investor asing untuk menentukan direksi perusahaan di

mana modalnya ditanam sebagaimana tersebut dalam pasal 9.7

Melalui Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

sebagai pengganti UU Penanaman Modal Asing yang lama, melalui ketentuan umum

angka (3) telah dirumuskan apa yang dimaksud dengan penanaman modal asing,

yaitu “kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik

7 Hilman Panjaitan dan Anner Mangatur Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing (Jakarta:

CV Indhill Co, 2008), h. 45.

Page 31: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

21

Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal

asing8 sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”.

B. Asas-Asas Dalam Hukum Investasi Asing

Di antara hal-hal yang menarik dengan kehadiran UU Penanaman Modal yang

baru adalah dicantumkannya sejumlah asas yang menjiwai norma yang ada dalam

undang-undang penanaman modal. Tampaknya, pembentuk undang-undang berupaya

untuk menangkap nilai-nilai yang hidup dalam tatanan pergaulan masyarakat baik di

tingkat nasional maupun di dunia internasional. Artinya, dengan keikutsertaan

Indonesia dalam berbagai forum internasional, maka berbagai nilai yang dianggap

telah menjadi norma universal diakomodasikan ke dalam hukum nasional.

Pemerintah selaku stake holders yang mengawasi iklim investasi dalam hal ini

diwakili oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sudah sepatutnya

menerapkan asas-asas yang sebagian besar diadopsi dari Prinsip utama Good

Corporate Governance, demi terwujudnya kesejateraan rakyat nasional dan

internasional. Tepatnya dalam pasal 3 ayat (1) beserta penjelasannya menyebutkan

sejumlah asas dalam penanaman modal yang dimaksud, yaitu:9

8 Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh Negara Asing, perseorangan warga Negara

asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau

seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. Selanjutnya Sunarhayati Hartono mengemukakan bahwa

yang menjadi ukuran apakah sesuatu itu termasuk modal asing atau bukan adalah: Dalam hal valuta

asing, apakah valuta asing itu merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia atau tidak, dan dalam

hal alat-alat atau keahlian, apakah alat, barang atau keahlian tertentu itu merupakan milik orang asing

atau tidak.

9 Lihat penjelasan pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal serta, dan bandingkan dengan asas-asas Good Corporate Govarnance.

Page 32: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

22

1. Asas kepastian hukum. Adapun maksud asas ini adalah asas dalam negara hukum

yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai

dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

2. Asas keterbukaan. Adapun maksud asas ini adalah asas yang terbuka terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif

tentang kegiatan penanaman modal.

3. Asas akuntabilitas. Adapun maksud asas ini adalah asas yang menentukan bahwa

setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman moodal harus

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

4. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara. Adapun maksud

asas ini adalah asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan

penanam modal asing dan penanam modal dari negara asing lainnya.

5. Asas kebersamaan. Adapun maksud asas ini adalah asas yang mendorong peran

seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk

mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6. Asas efesiensi berkeadilan. Adapun maksud asas ini adalah asas yang mendasari

pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efesiensi berkeadilan

dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya

saing.

Page 33: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

23

7. Asas berkelanjutan. Adapun maksud asas ini adalah asas yang secara terencana

mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk

menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk

masa kini maupun yang akan datang.

8. Asas berwawasan lingkungan. Adapun yang dimaksud dengan asas ini adalah asas

penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan

mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

9. Asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap

mengedapankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada

masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Adapun maksud

asas ini adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi

wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.

C. Arah Kebijakan Hukum Investasi Asing di Indonesia

Program Pembangunan Nasional (propenas) yang menjadi arah kebijaksanaan

investasi asing di Indonesia menetetapkan, bahwa investasi asing dimungkinkan

pelaksanaannya di Indonesia dengan memenuhi berbagai persyaratan tertentu. Bagi

negara-negara berkembang untuk bisa mendatangkan investor setidak-tidaknya

dibutuhkan tiga syarat, yaitu pertama, ada economic opportunity (investasi mampu

memberikan keuntungan secara ekonomis bagi investor; kedua, political stability

Page 34: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

24

(investasi akan sangat dipengaruhi stabilitas politik); ketiga, legal certainty atau

kepastian hukum.10

Memperhatikan syarat-syarat di atas, investasi asing juga diarahkan untuk

memperkuat tumbuhnya ekonomi nasional dalam rangka mendukung tercapainya

tujuan pembangunan nasional. Hal ini sejalan dengan uraian Sunarhayati Hartono

bahwa suatu pembahasan mengenai penanaman modal asing tidak dapat dilihat

terlepas dari peranannya dalam pembangungan ekonomi dan rencana pembangunan

(economy planning).11

Selain itu, dalam program pembangunan nasioanal secara tegas disebutkan

bahwa kebijakan dan penyelenggaraan proses investasi asing ditetapkan dan

dilaksanakan oleh pemerintah yang diwujudkan melalui instrumen kebijakan berupa

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan juga Peraturan

Pelaksana yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Seperti lahirnya UU No 1 Tahun 1967 jo. UU No 11 Tahun 1970 Tentang Penanaman

Modal Asing dan UU No 6 Tahun 1968 jo. UU No 12 Tahun 1970 Tentang

Penanaman Modal Dalam Negeri, di mana Undang-Undang ini telah diperbaharui

dengan lahirnya UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Kebijakan pemerintah terhadap penanaman modal dari waktu ke waktu terus

mengalami pasang surut, kadang kala diperlukan kebijaksanaan yang sangat ketat,

10

Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, h. 48. 11

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 44

Page 35: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

25

guna menjaga keutuhan sumber daya alam dan kasatuan ekonomi yang demokratis.

Seperti mensyaratkan setiap kegiatan investasi asing yang dilakukan di Indonesia

diharuskan dan diwajibkan untuk melakukan kerja sama dalam bentuk usaha

patungan (joint venture)12

dengan modal nasional. Dan juga pemerintah telah

mengeluarkan Peraturan Presiden No 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha

Tertutup dan Terubuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam

Perpres ini pemerintah membagi 3 (tiga) kelompok bidang usaha yaitu bidang usaha

tertutup, bidang usaha terbuka dengan persyaratan yaitu bidang usaha yang

dicadangkan untuk Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UMKM), dan bidang usaha

yang dipersyaratkan dengan kepemilikan modal, lokasi tertentu dan perizinan khusus,

serta bidang usaha yang terbuka.

Arah kebijakan pemerintah terhadap penyelenggaraan penanaman modal

asing haruslah jelas dan konsisten sehingga dalam pelaksanaannya tidak bias dan

tidak mudah berubah sesuai selera pengambil kebijakan. Dengan kata lain kebijakan

yang terarah diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dan keuntungan

ekonomi bagi bangsa dan tanah air Indonesia. Sudah sepatutnya setiap arah kebijakan

yang hendak ditetapkan harus berpedoman pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945

khususnya Pasal 33 di mana semua kebijakan akan bermuara pada kesejahteraan dan

kemakmuran milik bangsa Indonesia.

12

Joint venture berarti mencoba berusaha bersama-sama (usaha patungan/ Musyaarokah).

Bentuk kerjasama ini dirumuskan sebagai suatu persetujuan antara dua peserta atau lebih yang

mempersatukan sumber-sumber modal atau jasa-jasanya atau kedua-duanya dalam satu perusahaan

tertentu dengan tanpa membentuk suatu persekutuan yang tersusun.

Page 36: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

26

D. Tujuan, Manfaat, Serta Dampak Negatif Investasi Asing

Tujuan utama penyelenggaraan penanaman modal adalah meningkatkan

pertumbuhan ekonomi nasional demi kesejahteraan sosial. Tujuan ini merupakan

Keniscayaaan yang tak dapat dihindari karena dampak lansung dari kegiatan

penanaman modal adalah injeksi positif bagi kegiatan ekonomi. Bahkan faktor

penanaman modal menjadi unsur yang paling penting di dalam sistem perekonomian

nasional maupun sistem ekonomi pada umumnya. Hal itu sesuai dengan makna

pembangunan ekonomi menurut GBHN 1999-2004, yaitu:13

“Pembangungan ekonomi mempunyai arti pengolahan kekuatan ekonomi

potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal,

penggunaan teknologi serta melalui penambahan kemampuan berorganisasi

dan manajemen. Maka selama Indonesia belum memiliki sendiri faktor-faktor

tersebut, dapat dimanfaatkan potensi-potensi modal asing, teknologi, dan

keahlian dari luar negeri sepanjang tidak mengakibatkan ketergantungan yang

terus-menerus serta tidak merugikan kepentingan nasional”.

Dengan demikian tujuan penting terselenggaranya penanaman modal asing

adalah demi terwujudnya pembangunan ekonomi nasioanal di negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia. sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja,

meraih teknologi, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan sosial.

Hal ini juga selaras dengan yang disebutkan dalam pasal 3 ayat (2) UU No 25

Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, bahwa:

“(2) Tujuan Penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk:

13

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Malang: Bayumedia

Publishing, 2004), h. 8

Page 37: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

27

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

b. Menciptakan lapangan kerja;

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;

e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;

f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari

luar negeri; dan

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat”.

Terlepas dari pro kontra terhadap kehadiran investasi asing, namun secara

teoritis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investor asing di suatu negara

mempunya manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Manfaat yang dimaksud,

yakni kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima

modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku,

menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah

pengahasilan negara dari sektor pajak, adanya alih tekonologi (transfer of technology)

maupun alih pengetahuan (transfer of know how).14

Penanaman modal asing untuk saat ini, masih menjadi salah satu alternatif

penting dalam memperoleh dana, guna melaksanakan pembangunan ekonomi.

Melalui penanaman modal asing, diharapkan investor yang tertarik menanamkan

modal tidak saja membawa modal namun juga ilmu pengetahuan dan teknologi,

keahlian dan keterampilan dalam berbagai bidang termasuk manajemen berorganisasi

dan manajemen pemasaran. Dengan demikian diharapkan tidak saja memajukan

industri ke arah modernisasi industri namun juga meningkatkan devisa,

14

Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, h. 41.

Page 38: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

28

meningakatkan pendapatan negara-pemerintah daerah, meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan kegiatan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, terjadinya alih

pengetahuan, alih teknologi, dan sebagainya.

John. W Head juga mengemukakan tujuh keuntungan investasi, khususnya

investasi asing. Ketujuh keuntungan investasi asing itu adalah:15

1. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka

dapat meningkaatkan kualitas penghasilan dan standar hidup mereka;

2. Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah

sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru;

3. Meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan pengahasilan

tambahan dari luar yang dapt dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi

kepentingan penduduknya;

4. Menghasilkan pengalihan peralihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat

digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri lain;

5. Memperluas potensi keswasenbadaan negara taun rumah dengan memproduksi

barang setempat untuk menggantikan barang impor;

6. Menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai

keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah;

15

Rahayu Hartini, “Analisis yuridis UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”,

UMM: HUMANITY, Volume IV, No. 1 ( September 2009: 48 – 60): h. 53

Page 39: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

29

7. Membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun

manusia, agar lebih baik dari pemanfaatannya semula.

Kekhawatiran pun mulai diperhitungkan dari banyak sarjana tentang efek

negatif yang dapat ditimbulkan akibat aktivitas penanaman modal asing dalam

membiayai investasi di Indonesia. Antara lain tentang ketergantungan terhadap luar

negeri, nasib penduduk khususnya penduduk yang termasuk angkatan kerja, tentang

tanah dimana penanaman modal itu akan dilaksanakan dan ketentuan devisa yang

berlaku karena pengusaha asing akan memanfaatkan bagian-bagian keuntungan di

negara asalnya.16

Pandangan lain juga mengemukakan, bahwa kehadiran investasi asing di

samping membawa dampat positif, senantiasa dapat membawa dampak negatif

berupa motivasi komersial semata untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Hal

ini terungkap dari pemikiran yang dilontarkan oleh Ushaa Dar dan Pratap K Dar:17

“it should, however, be clearly understood from the beginning that the foreign

investor is not motivated by consideration of extendinng aid for development.

The prime motivation is commercial, and expects return from his investment”.

16

G. Kartasapoetra, Kovensi-konvensi Internasional Tentang Paten Dalam Kaitannya

Dengan Alih Tekonologi dan Kepentingan Nasional, (Bandung: Pionir Jaya, 1991), h. 87

17 Hendrik budi Untung, Hukum Investasi, h. 43

Page 40: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

30

Berbagai pihak juga berpandangan bahwa kehadiran investor asing tidak bisa

dilepaskan dari dunia bisnis, yakni selalu menempuh cara apapun untuk mencari

keuntungan yang besar . Sebagaimana yang dikemukakan oleh Panjdi Anoraga:18

“Banyak bukti menunjukan, bahwa betapapun juga, eksplorasi sumber daya

alam adalah jenis industri yang bersifat ekstratif dengan ciri utama pada padat

modal dan berteknologi tinggi. Dengan demikian, penanaman modal asing di

sektor ini juga sangat sulit diharapkan dampak positifnya dalam penyerapan

tenaga kerja yang justru menjadi salah satu tujuan pokok pihak Indonesia

mengundang mereka datang ke negara ini”.

Persoalan lainnya dalam kontra manfaat investasi tersebut adalah dampak

negatif dari investor asing yang notabene hadir dari deretan Perusahaan Multinasional

dan Internasional yang menguasai moda global, yang memberikan efek waspada bagi

kedaulatan negara kita, khususnya dalam penyelenggaraan penanaman modal asing

adalah:19

1. Perusahaan multinasional berdampak negatif bagi perekonomian negara penerima;

2. Perusahaan multinasional melahirkan sengketa dengan negara penerima atau

dengan penduduk asli miskin setempat, khususnya negara yang sedang

berkembang;

3. Perusahaan multinasional dapat mengontrol atau mendominasi perusahaan-

perusahaan lokal. Sebagai akibatnya, mereka dapat mempengaruhi kebijakan-

kebijakan ekonomi atau bahkan kebijakan politis dari negar penerima;

18

Ibid, h. 44

19 Ibid, h. 53

Page 41: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

31

4. Adanya realita perusahaan multinasional yang kegiatan usahanya ternyata telah

merusak lingkungan di sekitar lokasi usahanya, terutama negara-negara yang

sedang berkembang. Pasalnya perusahaan multinasional telah menggunakan zat-

zat kimia dan menerapkan teknologi yang membahayakan lingkungan lingkungan.

5. Perusahaan multinasional dikritik telah merusak aspek-aspek positif dari

penanaman modal di negara-negara berkembang.

Mengantisipasi dampak-dampak di atas, diperlukan kebijakan pemerintah

yang terencana dengan perangkat hukum yang sempurna sehingga kesimpangsiuran

yang terjadi akibat lemahnya koordinasi antar instasi dalam mengawasi

penyelenggaraan investasi asing ini tidaklah memperburuk dampak negatif yang

dikhawatirkan terjadi. Dan juga peran dan konsistensi pemerintah dalam mencapai

tujuan dan manfaat investasi asing haruslah benar-benar direalisasikan, agar dampak

positif langsung maupun jangka panjang benar adanya dirasakan oleh segenap bangsa

Indonesia.

Sebagaimana terdapat dalam kebijakan pembangunan pemerintah dalam

Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 di bidang investasi yang menyatakan

bahwa pembangunan investasi diarahkan untuk meningkatkan peran serta

masyarakat, memperkuat sumber dana pembiayaan nasional, memperluas pemerataan

kesempatan berusaha dan peningkatan peran usaha nasional, terutama usaha kecil,

usaha menengah, dan koperasi serta memperluas basis dan peningkatan peran usaha

Page 42: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

32

nasional, terutama usaha kecil menengah, dan koperasi serta memperluas basis dan

peningkatan daya saing perekonomian nasioanal menuju kemandirian ekonomi.20

20

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, h. 10.

Page 43: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

33

Page 44: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

33

BAB III

NASIONALISASI DAN KOMPENSASI TERHADAP MODAL ASING

A. Nasionalisasi Dalam Perspektif Hukum Nasional

Nasionalisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu

proses, cara, atau perbuatan menjadikan sesuatu, terutama milik asing menjadi milik

bangsa atau negara, biasanya diikuti dengan penggantian yang merupakan

kompensasi.1 Sedangkan dalam kajian Politik Hukum Ekonomi Nasional, istilah

nasionalisasi paling tidak mencakup tiga pengertian yaitu “konfiskasi”;

“Onteigening/expropriation” dan “pencabutan hak”. Berbicara nasionalisasi berarti

terkait suatu peraturan di mana pihak penguasa memaksakan semua atau segolongan

tertentu untuk menerima bahwa hak-hak mereka atas semua atau beberapa macam

benda tertentu beralih kepada negara. Dengan demikian nasionalisasi adalah suatu

cara peralihan hak dari pihak pertekelir kepada negara secara paksa (Pencabutan

Hak) dan disertai kompensasi. Dalam artian setiap onteigening dan pencabutan hak

yang dilakukan tidak disertai dengan ganti rugi maka hal itu dapat disebut

konfiskasi.2

1 Bambang Marjihanto, kamus Besar Bahasa Indonesia Populer, (Surabaya: Bintang Timur

Offset, 1996) h. 256. Lihat juga Kamus Besar Bahasa Indoensia online Di akses pada 05/01/2015 dari

http//kbbi.web.id/nasionalisasi

2 Antonio Suhadi, dkk. “Studi Hukum Atas Nasionalisasi Perusahaan Asing; Dasar Hukum

Tindakan Nasionalisasi Untuk Mencapai Kepastian Hukum Penanaman Modal”, Jurnal Ilmu Hukum

dan Kenotariatan (Palembang: FH Universitas Sriwijaya, 2010), h. 155

Page 45: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

34

Sedangkan dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, Istilah

Nasionalisasi telah dikenal sejak dikeluarkannya Undang-undang No. 86 Tahun 1958

Tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda. Pasal 1 UU No. 86

Tahun 58 menyebutkan bahwa Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang berada di

wilayah Republik Indonesia yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

dikenakan nasionalisasi dan dinyatakan menjadi milik penuh dan bebas Negara

Republik Indonesia. selanjutnya dalam penjelasan umum undang-undang ini

menjelaskan bahwa yang dinasionalisasikan adalah pada dasarnya segala perusahaan

milik Belanda yang berada di dalam wilayah Republik Indonesia, baik ia merupakan

pusatnya maupun cabangnya.

Undang-undang di atas juga tidak dicantumkan secara jelas perihal batasan

definisi dari makna tindakan nasionalisasi. Sehingga tidak hadirnya kepastian hukum

dan tujuan keadilan dalam tindakan nasionalisasi ini. Hanya saja penyusun undang-

undang ini mengisyaratkan melalui beberapa pasalnya dan penjelasan umumnya

bahwa nasionalisasi adalah tindakan pengembilahan hak secara penuh terhadap

seluruh aset asing berupa perusahaan dan modal asing peninggalan kolonial yakni

Belanda.3

Ambiguitas dalam pendefinisian nasionalisasi di setiap negara berkembang

pasti selalu timbul, begitu pun Indonesia. Dalam penyusunan UU Nasionalisasi ini,

3 Lihat penjelasan umum Undang-undang No. 86 Tahun 1958 Tentang Nasionalisasi

Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda

Page 46: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

35

banyak kalangan pejabat dan ahli hukum masa itu berdebat mengenai batasan

definisi dan hak pemberian ganti rugi. Dalam risalah sementara Kabinet Kerja

Republik Indonesia yang telah menyusun UU Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958 ini

terjadi perbedaan pemahaman mengenai konsep nasionalisasi milik asing. Menteri

Stabilisasi Ekonomi pada saat itu, Kolonel Suprajogi, Tertanggal 7 November 1958

kepada DPR mengatakan pendapatnya:

“Pemerintah memilih tindakan nasionalisasi karena tindakan ini diakui oleh

hukum internasional. syarat sah terpenting adalah ganti kerugian dan ini akan

dilakukan oleh pemerintah. Maka jelaslah bahwa tuduhan seolah-olah

pemerintah telah mensita bahkan dikatakan mencuri adalah tidak benar.”

Tidak hanya Kolonel Suprajogi, Mr. Sujarwo dan Ruslan Abdul Ghani juga

berpendapat demikian bahwa nasionalisasi yang menjadi hak negara berkembang

harus disertai ganti kerugian. Berbeda halnya dengan beberapa anggota DPR seperti

H.A Chamid Widjaja, dan Nungtjik A.R yang berpendapat bahwa :

”Di dalam masyarakat ramai telah berkembang saran-saran dan pernyataan

dari masyarakat luas yang diajukan, agara supaya perusahaan-perusahaan itu

disita saja, dala artian diambil-alih tanpa diberikan ganti kerugian. Sehingga

nasionalisasi yang diinginkan masyarakat luas adalah nasionalisasi tanpa

memberikan ganti kerugian”.4

Dengan demikian, perbedaan pendefenisian dan aktualisasi nasionalisasi

hanyalah berputar dalam hal pengambilalihan dengan pemberian ganti rugi dan

penyitaan tanpa ganti rugi (konfiskasi).

4 Gouw Giok Siong, Segi-Segi Hukum Internasional Pada Nasionalisasi di Indonesia,

(Jakarta: Penerbitan Universitas, 1960), h. 6-7

Page 47: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

36

Selanjutnya pengaturan nasionalisasi terdapat pada Undang-undang No. 1

Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing Pasal 21 dan pasal 22. Pasal 21

berbunyi bahwa Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi/

pencabutan hak milik secara menyeluruh atas perusahaan-perusahaan modal asing

atau tindakan-tindakan yang mengurangi hak menguasai dan/atau mengurus

perusahaan yang bersangkutan, kecuali jika dengan Undang-undang dinyatakan

kepentingan Negara menghendaki tindakan demikian. Selanjutnya Pasal 22 (1)

jikalau diadakan tindakan seperti tersebut pada pasal 21 maka Pemerintah wajib

memberikan kompensasi/ ganti rugi yang jumlah, macam dan cara pembayarannya

disetujui oleh kedua belah pihak sesuai dengan azas-azas hukum internasional yang

berlaku.

Dalam perkembangannya UU No. 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal

Asing ini dirubah dan digantikan dengan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman modal. Perihal nasionalisasi dalam UU ini diatur dalam pasal 7 bahwa:

“(1) Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau

pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal, kecuali dengan undang-

undang. (2) Dalarn hal Pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau

pengambilalihan hak kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (I),

Pemerintah akan rnemberikan kompensasi yang jurnlahnya ditetapkan

bcrdasarkan harga pasar.5 (3) Jika diantara kedua belah pihak tidak tercapai

kescpakatan tentang kompensasi atau ganti rugi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase”.

5 Lihat penjelasan pasal 7 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Di

mana harga pasar yang dimaksud dijelaskan sebagai harga yang ditentukan menurut cara yang

digunakan secara internasional oleh penilai independen yang ditunjuk olch para pihak.

Page 48: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

37

Sekilas tidak ada yang terlalu berbeda antara pengaturan mengenai tindakan

nasionalisasi dalam kedua UU tersebut. Hanya saja pada pasal 7 UU No. 25 Tahun

2007 lebih terdapat penekanan bahwa nasionalisasi tidak akan dilakukan kecuali

dengan undang-undang. Hal ini menunjukan kedudukan pasal ini sebagai

konstitusional bersyarat dimana segala yang terkait dengan panafsiran dan

pelaksanaanya akan diatur dalam undang-undang tersendiri. Dalam naskah akademik

undang-undang ini disebutkan bahwa tindakan nasionalisasi tidak akan dilakukan

kecuali dengan undang-undang adalah semata-mata untuk mewujudkan kepastian

hukum bagi investor asing, sehingga kegiatan investasi yang dilaksanakan tidak

dibayangi rasa takut akan diambilalih atau dinasionalisasi. Begitu pula dengan

pengaturan ganti rugi atau kompensasi yang akan diberikan oleh pemerintah sebagai

konsekuensi dari tindakan nasionalisasi akan ditetapkan sesuai dengan harga pasar

yang diakui oleh hukum internasional. Hal ini adalah wujud dari penerapan asas

keadilan dalam menjamin keamanan aset investor asing selama meninvestasikan

modalnya di Indonesia.

B. Nasionalisasi Dalam Perspektif Hukum Internasional

Setiap negara-negara berkembang berkeinginan untuk melepaskan diri dari

kekangan perusahaan multinasional raksasa yang menguasai perekonomian dan

perpolitikan, hal ini adalah sejalan dengan proses perkembangan pembebasan

daripada apa yang terkenal dengan istilah “underdeveloped countries”. Friedman

0mengemukakan bahwa diwaktu sekarang ini soal nasionalisasi adalah “a most

Page 49: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

38

pressing problem”, yang menyebabkan hingga masalah ini merupakan “question of

very real moment” bahwa nasionalisasi adalah bagian “the growth of chauvinis

following the rise of extreme nationalist movements, and the spread of communism in

many countries formely under tutelage of the great powers”.6

Dalam perkembangan Hukum ekonomi internasional istilah nasionalisasi,

ekspropriasi dan konfiskasi sering dipertukarkan dan dianggap mempunyai makna

serupa sebagai tindakan pengambilalihan “taking”, sebenarnya terdapat perbedaan di

antara ketiganya. Nasionalisasi adalah pengambilalihan secara menyeluruh terhadap

perusahaan-perusahaan asing dengan tujuan untuk mengakhiri penanaman modal

asing di dalam ekonomi atau sektor-sektor ekonomi dalam negeri, sedangkan

ekspropriasi mengacu pada pengambilalihan perusahaan tertentu demi kepentingan

umum atau kepentingan ekonomi tertentu. Sementara itu konfiskasi adalah

pengambilalihan hak milik yang dilakukan penguasa demi kepentingan pribadi.

Konfiskasi biasa terjadi dinegara-negara yang dipimpin oleh diktator terhadap para

pedagang-pedagang asing yang merambah antar mancanegara. Perlakuan konfiskasi

ini selalu tidak diiringi dengan ganti rugi atau kompensasi diakibatkan

pengambilalihannya secara paksa. Dengan demikian jelas Sornarajah berpendapat

bahwa ketiga hal ini harus lah dibedakan dalam pendefenisian, pengaturan dan

penerapannya.7

6 Gouw Giok Siong, Segi-Segi Hukum Internasional Pada Nasionalisasi di Indonesia, h. 1

7 M. Sornarajah, The International Law Of Foreign Invesment, Third edition, (New York:

Cambridge University Press, 2010), h. 364-367

Page 50: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

39

Adriaanse sebagaimana telah dikutip oleh Sunarhayati memberikan

perbedaan antara kofiskasi, eksproriasi dan nasionalisasi. Bahwa Confiscation

merupakan “any gevernmental action by which private property is seized without

compensation, no matter in what form or under what name.” Sedangkan

expropriation adalah dipakai dalam arti expropriation for public utility against just

compensation. Sedangkan dalam mengartikan nationalization, andriaanse sepaham

dengan Gillian White bahwa “Nationalization is the term used to describe the

process whereby property, and rights and interest in property are transfered from

private public ownership by agents of the state acting on the authority of a legislative

of executive measure. After transfer, the property remains in the ownership of, and is

exploited by the state.”8

Dalam Hukum Internasional, tindakan nasionalisasi dirasakan sebagai

ancaman bagi setiap penanam modal asing yang sedang mengembangkan bisnisnya.

Akan tetapi wujud nasionalisasi merupakan bukti kedaulatan suatu negara dalam

pembangunan ekonomi dimana hal itu diakui dan dihormati oleh dunia internasional

sebagai wujud kemandirian dan kedaulatan bangsa. Akan tetapi dalam hal ini perlu

diketahui pula, bahwa ada pandangan tradisional yang berpendapat bahwa seorang

pemilik dengan cara dan alasan bagaimanapun juga tidak boleh dicabut hak miliknya

(karena hal ini merupakan suatu hak asasi), sehingga berdasarkan doktrin vested

8 Sunayati Hartono, Beberapa Masalah Transnasional Dalam Penanaman Modal Asing di

Indonesia, (Bandung: Penerbit Binacipta, 1972), h. 174

Page 51: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

40

right hak milik seseorang, baik warga negara maupun orang asing tidak dapat

dinasionalisasi.9

Begitu sakral hak milik seseorang sebagai hak asasi yang tidak dapat diambil

oleh siapapun telah mengalami perubahan sejak ditinggalkannya politik laisez faire10

dan digantikan dengan konsep negara kesejahteraan (walfare state). Maka peranan

pemerintah dalam menentukan dan menyelenggarakan kepentingan masayarakat

sosial menjadi lebih besar. Akibatnya hak milik yang merupakan hak mutlak asasi

baik warga negara maupun asing lambat laun dapat digugat jika hal itu melanggar

ketertiban umum dan memiliki peran untuk melengkapi kepentingan sosial.

Namun di era kekinian dari ketiga istilah pengambilalihan modal asing,

hukum internasional hanya mengenal tindakan nasionalisasi dan ekspropriasi sebagai

perbuatan yang legal jika dipenuhi beberapa persyaratan sesuai customary

international law. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) secara tegas mengakui sebuah

kedaulatan ekonomi bangsa untuk melakukan tindakan nasionalisasi atau

ekspropriasi sebagai hak negara tuan rumah penerima modal (host country).

Pengakuan ini merupakan penghormatan terhadap kedaulatan negara yang

bersangkutan. (United Nations General Assembly Resolutin on Permanent

Sovereignty over Natural Reource) menyatakan bahwa:

9 Hilman Panjaitan dan Anner Mangatur Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing, h. 207

10 laisez faire adalah adalah sebuah frasa bahasa Perancis yang berarti "biarkan terjadi"

(secara harfiah "biarkan berbuat"). istilah ini dimengerti sebagai sebuah doktrin ekonomi yang tidak

menginginkan adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Laissez-faire berarti bahwa

mahzab pemikiran ekonomi neoklasik memegang pandangan pasar yang murni atau liberal secara

ekonomi: bahwa pasar bebas sebaiknya dibiarkan pada seperti apa adanya.

Page 52: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

41

“Nationalization, expropriation or requistioning shall be based on grounds or

reasons of public utility, security or the national interest which are recognized

as overriding purely individual or private interest, both domestic and foreign.

In such cases the owner shall be paid appropriate compensation, in

accordance with the rules in force in the state taking such measures in the

exercise of its sovereignty and in accordance with international law. In any

case where the question of compensation gives rise to a controversy, the

national jurisdiction of the state taking such measures shall be exhausted.

However, upon agreement by sovereignty states and other parties concerned,

settlement of the dispute should be made through arbitration or international

adjudication”.11

Demikian pula halnya dalam UNCTAD Series on issues in international

investment agreements, dijelaskan bahwa pengambilalihan milik asing (taking of

foreign property) telah diakui dalam dunia hukum internasional, dan dapat

bersumber dari tindakan pengambilalihan oleh pemerintah terhadap aset asing di

negara host country, dan pemilik perusahaan terhadap aset-asetnya di negara-negara

penerima investasi dengan alasan penurunan nilai aset, signifikasi aset dan lain

sebagainya. Pengambilalihan milik asing dapat berbentuk secara langsung (direct

taking such nationalization) maupun tidak langsung (indirect taking such creeping

expropriation).12

Hal ini lebih lanjut dijelaskan bahwa:

“The taking of foreign property by a host country has constituted, at least in

the past, one of the most important risks to foreign investment. The taking of

property by Governments can result from legislative or administrative acts that

11

Lihat Paragraf 4 Resolusi Majelis Umum PBB Tentang kedaulatan Permanen Atas Sumber

Daya Alam, Nomor 1803 Tahun 1962 (United Nations General Assembly Resolutin on Permanent

Sovereignty over Natural Reource)

12 Creeping expropriation adalah suatu kondisi dimana pengambilalihan tidak langsung

dilaksanakan, kondisi di mana serangkaian tindakan langkah demi langkah yang merugikan investor

karena menyebabkan operasi bisnis investor asing merugi. Dalam hal ini tindakan-tindakan ini harus

dilakukan demi kepentingan umum, tidak diskriminatif dan disertai dengan jadwal divestasi yang

dapat diterima serta diiringi dengan pemberian kompensasi.

Page 53: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

42

transfer title and physical possession. Takings can also result from official acts

that effectuate the loss of management, use or control, or a significant

depreciation in the value of assets. Generally speaking, the former can be

classified as “direct takings” and the latter as “indirect takings”. Direct

takings are associated with measures that have given rise to the classical

category of takings under international law. They include the outright takings

of all foreign property in all economic sectors, takings on an industry-specific

basis, or takings that are firm-specific. Usually, outright takings in all

economic sectors or on an industry-specific basis have been labeled

“nationalizations”. Some particular types of such takings have been called

“creeping expropriations”, while others may be termed “regulatory takings”.

All such takings may be considered “indirect takings”.Firm specific takings on

the other hand have often been called “expropriations”. Both nationalizations

and expropriations involve the physical taking of property.”13

Dengan demikian terlihat betul bagaimana para pakar hukum internasional

dan kovensi-konvensi internasional membedakan pendefinisian antara konfiskasi,

ekspropriasi, dan nasionalisasi. Sedangkan perihal nasionalisasi merupakan hak

setiap negara yang berdaulat adalah mutlak adanya dan hal itu diakui oleh negara-

negara yang beradab dan oleh hukum internasional. Begitu juga halnya dengan

perbedaan pemahaman pemberian kompensasi atau ganti kerugian terhadap aset

milik asing yang dinasionalisasikan, sekiranya telah menjadi syarat yang harus

dipersiapkan oleh negara host country untuk menghormati keberadaan prinsip-

prinsip negara yang beradab dan berkeadilan.

13

Lihat UNCTAD Series on issues in international investment agreements “Taking

Property”, (New York and Geneva: United Nation publication, 2000), h. 3-4

Page 54: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

43

C. Pemberian Ganti Rugi (Kompensasi) Terhadap Milik Asing Sebagai

Konsekuensi Nasionalisasi

Dalam sejarah perkembangan hukum nasional Indonesia, istilah kompensasi

atau pemberian ganti rugi sebagai akibat tindakan nasionalisasi telah dikenal sejak

dikeluarkannya Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958 Tentang Nasionalisasi

Perusahaan Belanda. Tepatnya Pasal 2 undang-undang ini menyatakan bahwa,

Kepada pemilik-pemilik perusahaan-perusahaan tersebut dalam pasal 1 (yakni

perusahaan-perusahaan yang dilakukan nasionalisasi) diberi ganti kerugian yang

besarnya ditetapkan oleh sebuah Panitia yang anggota-anggotanya ditunjuk oleh

Pemerintah. Selanjutnya dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1959

Tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Undang-undang Nasionalisasi Perusahaan

Belanda menyatakan bahwa, Panitia Penetapan Ganti Kerugian seperti tersebut

dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958 sekurang-kurangnya

terdiri dari : a. Wakil Kementerian Kehakiman sebagai anggota merangkap Ketua; b.

Wakil Kementerian Keuangan sebagai anggota merangkap Wakil Ketua c.Wakil

Kementerian Keuangan sebagai anggota.

Panitia penetapan ganti kerugian di atas memiliki tugas kewajiban yang telah

ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1959 Tentang Tugas

kewajiban Panitia Penetapan Ganti Kerugian Perusahaan Milik Belanda yang

Dikenakan Nasionalisasi dan Cara Mengajukan Permintaan Ganti Kerugian.

Rumusan Peraturan Pemerintah ini memerintahkan Panitia Penetapan Ganti

Kerugian untuk bertugas mengadakan pemeriksaan seperlunya tentang keadaan

Page 55: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

44

perusahaan Belanda yang dikenakan nasionalisasi dan menetapkan besarnya ganti

kerugian yang dapat diberikan. Pemilik perusahaan Belanda yang dikenakan

nasionalisasi dapat melaporkan besaran ganti kerugian kepada Panitia Penetapan

Ganti Kerugian dengan membawa berkas-berkas dan bukti-bukti sah atas

kepemilikan perusahaan beserta asetnya.14

PP ini memiliki perbedaan dengan UU Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal dalam hal siapa yang berwenang dalam menentukan besaran ganti

kerugian. Pasal 7 ayat 2 undang-undang ini tidak secara spesifik menentukan besaran

kompensasi serta pihak siapa yang menjadi panitia penetapan ganti kerugian.

Undang-undang ini menyatakan dalam hal terjadinya nasionalisasi pemerintah akan

memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan harga pasar. Dalam

penjelasannya, harga pasar yang dimaksud adalah harga yang ditentukan menurut

cara yang digunakan secara internasional oleh panitia independen yang ditunjuk oleh

para pihak. Jadi secara tidak langsung, yang akan menentukan besaran ganti kerugian

adalah pihak ketiga berdasarkan formula yang mereka tetapkan sendiri.15

Terdapat hal yang baru dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007

Tentang Penanaman Modal yang belum dimiliki oleh peraturan-peraturan

14

Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1959 Tentang Tugas kewajiban Panitia

Penetapan Ganti Kerugian Perusahaan Milik Belanda yang Dikenakan Nasionalisasi dan Cara

Mengajukan Permintaan Ganti Kerugian. Bandingkan dengan perihal pemberian ganti rugi dalam

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

15 Lihat Pasal 7 Ayat 1,2,3 Undang-Undang No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Selanjutnya dalam Penjelasan Ayat 2, yang dimaksud dengan “Harga Pasar” adalah Harga yang

ditentukan menurut cara yang digunakan secara internasional oleh penilai independen yang ditunjuk

oleh para pihak.

Page 56: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

45

sebelumnya, yaitu pasal 7 ayat 3 yang menyatakan bahwa perihal apabila di antara

kedua belah pihak tidak tercapai kesepakatan mengenai besaran kompensasi, maka

akan diselesaikan melalui arbitrase.16

Penyelesaian melalui arbitrase ini memberikan

makna tersendiri, dimana putusannya yang bersifat final memberikan kejelasan dan

efesiensi waktu dalam menentukan besaran kompensasi yang adil dan wajar.

Hal di atas berbeda dengan peraturan sebelumnya yaitu Undang-undang No 1

Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, pasal 22 ayat 1 undang-undang ini

menyatakan jika terjadi nasionalisasi, pemerintah wajib memberikan kompensasi

yang jumlah, macam dan cara pembayarannya disetujui oleh kedua belah pihak

sesuai dengan azas-azas hukum internasional yang berlaku. Dalam penjelasannya,

pasal ini hanya sekedar menegaskan bahwa kompensasi tersebut diberikan sesuai

prinsip-prinsip hukum internasional yang berlaku. Hal ini tentu saja memberikan

kerancuan penafsiran, mengingat dalam dunia hukum internasional mengenal

penerapan dua doktrin yang berbeda yaitu doktrin hull dan doktrin calvo17

dalam hal

kewajiban pemberian ganti kerugian serta besarannya.

16

Arbitrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan

umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase tertulis, di mana para pihak menyerahkan

kewenangan penyelesaiannya kepada pihak yang netral yang disebut arbiter. Lihat Undang-undang

Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

17

Doktrin Hull dikenal sebagai representative negara-negara maju pemilik modal asing,

sedangkan Doktrin Calvo dikenal sebagai representative negara-negara berkembang penerima modal

asing. Doktrin Hull dipopulerkan dari nama Menteri Luar Negeri Amerika Corden Hull (1930 an),

maksud dari doktrin adalah hak negara untuk melakukan nasionalisasi tunduk pada hukum

internasional. Nasionalisasi harus disertai dengan prompt, adequate, dan Affective compensation.

Sedangkan Doktrin Calvo dipopulerkan dari nama Menteri Luar Negeri Argentina Carlos Calvo,

maksud dari doktrin ini adalah sengketa mengenai penanaman modal asing (PMA) berada di bawah

yurisdiksi pengadilan lokal. Investor asing tidak memerlukan proteksi internasional dan perlindungan

diplomatik negara asalnya. PMA diperlakukan sesuai dengan prinsip national treatment juga dalam

Page 57: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

46

Dalam perkembangannya, apabila kita melirik kewajiban pemberian

kompensasi dalam dunia hukum internasional, kita dapat mendapatkannya dalam

Resolusi 1803 / 1962 dan Resolusi 3281/ 1974 Majelis Umum (General Assembly)

Perserikatan Bangsa-Bangsa, memuat ketentuan kewajiban pemberian ganti rugi

terhadap nasionalisasi, hal tersebut diwajibkan agal nasionalisasi dapat dikatakn sah

menurut hukum. Lengkapnya Resolusi itu berbunyi:

“The right of people and nations to permanent sovereignty over their natural

wealth and resources must be exercised in the interest of their national

development and of well-bein of the people of the state concerned.

Nationalization, expropriation or requistioning shall be based on grounds or

reasons of public utility, security or the national interest which are

recognized as overriding purely individual or private interest, both domestic

and foreign. In such cases the owner shall be paid appropriate compensation,

in accordance with the rules in force in the state taking such measures in the

exercise of its sovereignty and in accordance with international law. In any

case where the question of compensation gives rise to a controversy, the

national jurisdiction of the state taking such measures shall be

exhausted...”18

Pernyataan diatas menegaskan bahwa negara mempunyai kedaulatan atas

wilayahnya dan dapat pula melakukan nasionalisasi bila itu diperlukan, namun

nasionalisasi dibatasi dengan kewajiban pembayaran ganti rugi, dalam hal ini harus

sesuai dengan prinsip-prinsip hukum internasional agar adil dan wajar.

hal nasionalisasi, termasuk kompensasi untuk itu. Lihat Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing,

glosarium, h. 344.

18

Lihat Paragraf 1 dan 4 Resolusi Majelis Umum PBB Tentang kedaulatan Permanen Atas

Sumber Daya Alam, Nomor 1803 Tahun 1962 (United Nations General Assembly Resolutin on

Permanent Sovereignty over Natural Reource)

Page 58: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

47

Kewajiban membayar ganti rugi terhadap kepemilikan asing yang

dinasionalisasikan juga ditegaskan dalam Charter of Economics Rights and Duties of

States (Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa 3281/ Tahun 1974).

Lengkapnya pernyataan itu dimuat dalam pasal 2 ayat 2 huruf c bahwa:

“To nationalize, expropriate or transfer ownership of foreign property, in

which case appropriate compensation should be paid by the state adopting

such measures, taking into account its relevant laws and regulations and all

circumstance that the state considers pertinent. In any case where the

question of compensation gives rise to a controversy, it shall be settled under

the domestic law of the nationalizing state and by its tribunals, unless it is

freely and mutually agreed by all states concerned that other peaceful means

be sought on the basis of the sovereignty equality of states and in accordance

with the principle of free choice of means”.19

Beberapa negara maju seperti Belgium, Denmark, West Germany,

Luxembourg, Great Britain and the United States menyatakan bahwa Charter 3281

ini sangat bersifat radikal, dan belum sepenuhnya menganut prinsip-prinsip

tradisional hukum internasional seperti yang dijelaskan dalam Resolusi PBB 1083.

Hal ini disebabkan oleh tercantumnya klausul secara eksplisit bahwa kompensasi

wajib diberikan secara pantas dengan kenyataan yang ada dan sesuai dengan regulasi

yang berlaku serta segala pertimbangan-pertimbangan dari negara yang

menasionalisasikan. Negara yang melakukan ekspropriasi juga diberikan hak

19

Lihat pasal 2 ayat 2 huruf c, United Nations, Resolution over Charter of Economic Rights

and Duties of The state, General Assembly Resolution 3281 / 12 December 1974

Page 59: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

48

eksklusif untuk menentukan berapa banyak jumlah kompensasi yang akan

diberikan.20

Kedua Resolusi dan Charter di atas memiliki kesamaan tipe atau jenis

kompensasi yang diadopsi yaitu konsep appropriate compensation. Konsep ini

menjelaskan bahwa suatu kompensasi atau pemberian ganti rugi harus melihat sisi

kepantasan dan keadilan dari kedua pihak. Konsep ini kurang lebih mirip dengan fair

compensation yang dianut oleh negara-negara berkembang. Kedua konsep ini sangat

bertolak belakang dengan konsep yang dianut oleh negara-negara barat (negara-

negara maju pengekspor modal) seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman,

dimana pemberian ganti rugi harus memperhatikan prinsip prompt, adequate dan

effective compensation21

(tepat waktu, cukup dan tetap sasaran).

20

Lee A. O'Connor, The International Law of Expropriation of Foreign-Owned Property:

The Compensation Requirement and the Role of the Taking State, (Los Angeles: Loyola Marymount

University and Loyola Law School, 1983), h. 362.

21 Yang dimaksud dengan adequate compensation adalah ganti rugi secara penuh yang dalam

praktik jarang terjadi, sedangkan effective compensation adalah valuta yang dipergunakan untuk

pembayaran ganti rugi yang umumnya mempergunakan valuta dari Negara yang mengajukan tuntutan,

sedangkan prompt compensation adalah pembayaran ganti rugi yang dilakukan secara seketika dan

sekaligus yang dalam praktik lebih banyak dilakukan secara mencicil.

Page 60: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

49

BAB IV

ANALISA YURIDIS KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERTIMBANGAN

HUKUM NASIONALISASI MODAL ASING

A. Nasionalisasi Dalam Pandangan Aliran Pragmatis Kontemporer

Dalam sejarah Indonesia pro-kontra modal asing mengalami pasang surut.

Kebijakan anti modal asing dimulai dari perjuangan untuk mengembalikan Irian

Barat pada tahun 1958. Dalam sejarah Indonesia merdeka, Pemerintah pernah dua

kali melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing dengan undang-

undang. Pertama, Pemerintah Indonesia mengambil alih perusahaan-perusahaan

Belanda pada tahun 1958, berkaitan dengan perjuangan mengembalikan Irian Barat

dari Pendudukan Belanda. Perusahaan-perusahaan Belanda yang dinasionalisasi

adalah perkebunan, yang setelah dinasionalisasi menjadi perusahaan negara sampai

sekarang. Berkaitan dengan nasionalisasi, timbul gugatan Perusahaan tembakau

Belanda di Bremen (Jerman), ketika tembakau dari perkebunan di Deli akan dilelang

pada pasar tembakau di Bremen. Kasus ini terkenal dengan kasus tembakau

Bremen.1

Kedua, Pemerintah melakukan pengambilalihan perusahaan-perusahaan

Inggris dan Amerika, pada waktu Indonesia mengadakan konfrontasi dengan

Malaysia. Pada tahun 1962 Indonesia menganggap Amerika dan Inggris sebagai

1 Erman Rajagukguk “Negara Dan Kesejahteraan: Pro dan Kontra Modal Asing”,

Disampaikan pada Diskusi Panel Kritik Atas Arah Kecenderungan Supremasi Hukum, Pasca 1998

Terkait Dengan Modal, diselenggarakan oleh ELSAM. HUMA, SAWIT WATCH, INFID, WALHI,

AMAN, YLBHI, ICEL. Jakarta 5 -7 Agustus 2008. h. 3

Page 61: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

50

pendukung utama pembentukan Negara Malaysia, yang oleh pemerintahan Sukarno

dianggap neo kolonialisme dan neo imperialisme. Politik luar negeri Indonesia pada

waktu itu anti Barat. Amerika dan Inggris dianggap menjadi pendukung utama neo

kolonialisme dan neo imperialisme.2

Secara sederhana dari awal kemerdekaan pasca reformasi, ada dua arus

pemikiran utama yang berkembang dan sangat mempengaruhi eksistensi investasi

asing. Pertama, pemikiran Hatta dan Soekarno dan para ekonom lainnya seperti

Syafruddin Prawinegara (Gubernur BI 1953-1958) yang berpandangan pragmatis

bahwa kapital dan modal asing masih diperlukan untuk menunjang pertumbuhan

ekonomi. Pandangan ini melahirkan berbagai bentuk kebijakan yang cukup menuai

respon positif, dikarenakan serangan dan konfrontasi baik berbentuk nasionalisasi

maupun ekspropriasi hanya perlu dilakukan kepada kapitalisme jahat yang dilakukan

para imperialis yang mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Kedua, pemikiran

Tan Malaka, para ekonom dan politikus sepemahaman, serta kaum serikat buruh

yang berpandangan lebih radikal kontemporer bahwa penyitaan (Nasionalisasi/

ekspropriasi) seluruh kekayaan dan aset-aset asing sajalah yang mampu

membebaskan perekonomian Indonesia dari hambatan-hambatan kaum imperialis

dan kolonialis.3

2 Ibid. h. 3-4

3 Bodan kanumoyoso, Menguatnya Peran Ekonomi Negara: Nasionalisasi Perusahaan

Belanda di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), h. 2-3

Page 62: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

51

Di tengah perbedaan pendapat ini pemerintah mengambil kebijakan untuk

tetap melakukan nasionalisasi demi mewujudkan kedaulatan ekonomi Indonesia.

Nasionalisasi yang dilakukan tentunya harus memenuhi prinsip-prinsip hukum

internasional dan menghormati hak milik asing dengan tidak membabi buta dalam

hal nasionalisasi. Kebijakan ini juga diselaraskan dengan tindakan indonesianisasi

yang lebih intensif dalam era Kabinet Ali Satroamidjojo (1953-1955), hal yang

terpenting dari program indonesianisasi ini adalah dengan memberikan bantuan

kepada pengusaha-pengusaha pribumi untuk mengambil bagian yang lebih besar dari

kegiatan ekonomi, seperti perdagangan impor, perbankan, perkapalan, dan

penggilingan beras, yang saat itu masih dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi

Belanda dan Tionghoa.4

Meskipun demikian, para pemimpin nasional Indonesia tersebut memiliki

kesamaan ideologi yang anti kapitalis, neo liberalis, neo imperialis dan neo

kolonialis. Akan tetapi, pandangan pragmatis (Hatta dan Sukarno) menyadari bahwa

modal asing harus tetap dapat ditarik ke Indonesia dan tentunya dikontrol untuk

mengembangkan potensi sumber daya alam yang tersedia dan perindustrian yang

modern. Untuk itu maka pada tahun 1953 pemerintah Indonesia menyusun suatu

rancangan undang-undang penanaman modal asing yang telah disetujui parlemen

pada tahun 1958 disertai berbagai amandemen.5

4 Ibid, h. 41

5 Hill, Hal Investasi Asing dan Industrialisasi di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1990), h. 15

Page 63: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

52

Seiring berkembangannya berbagai kebijakan hukum ekonomi terkait

penanaman modal asing, arus pemikiran baik pragmatis dan radikal kontemporer

kian aktif mengkritisi kebijakan hukum ekonomi terkait penanaman modal asing ini.

Penulis mengamati catatan sejarah yang memicu ledakan amarah untuk lepas dari

neo kolonialisme adalah pemerintahan orde baru dibawah kepemimpinan era

otoritarianisme. Hal-hal ini terlihat ketika Ketergantungan pada asing yang rentan

mencapai klimaknya ketika di Korea dan Malaysia terjadi krisis moneter. Posisi

pemerintah Orde Baru dibawah pimpinan Soeharto mengalami banyak kesulitan

mengatasi “krisis moneter” yang telah berubah menjadi “krisis multidimensional”.

Presiden selaku kepala pemerintahan Indonesia dipaksa untuk menandatangani

agenda kekuatan politik ekonomi internasional yang diwakili oleh IMF dan Bank

Dunia. Kebijakan ini pun serontak menyebabkan meluasnya arus kapitalisme dan neo

imperialisme sehingga beberapa oknum pengusaha berjiwa kerdil tidak ragu

menggunakan cara yang licik dan kejam. Mereka tidak ragu mengorbankan

kedaulatan rakyat, kedaulatan negara selama kepentingan diri dan kelompoknya

tercapai.6

Situasi ini pun diperparah dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 20

Tahun 1994 Sebagai Peraturan Pelaksana Penanaman Modal Asing yang melahirkan

6 Hariyono, “Kedaulatan Indonesia dalam Perjalanan Sejarah Politik”. Pidato Pengukuhan

Guru Besar, Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang. (Malang: Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang , Rabu, 14 Desember 2011), h. 34-35

Page 64: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

53

kebijakan liberalistik, kapitalistik, neo kolonialistik, dan neo imperialistik.

Diantaranya adalah:

1. Sektor-sektor usaha yang dapat dimasuki investasi asing semakin banyak.

Meluasnya sektor usaha bagi penanaman modal asing akan menambah ruang

gerak Penanaman modal asing. Sektor-sektor modal asing dapat sampai l00%,

antara lain perkebunan, perikanan (usaha perikanan tangkap terpadu dan budi

daya ikan), kehutanan ( usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam dan

pembenihan tanaman hutan), pertambangan (usaha pengeboran minyak dan gas

bumi), perhubungan ( pembangunan dan pengusahaan pelabuhan laut dan udara),

pekerjaan umum (pengolahan dan penyediaan air bersih untuk umum), kesehatan

(Pelayanan medis, meliputi pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit, medical

check up, laboratorium klinik, pelayanan rehabilitasi), dan bidang usaha

komunikasi (peralatan jasa dan jaringan telekomunikasi.

2. Liberalisasi dalam pemilikan saham asing. Dengan Peraturan Pemerintah No. 20

Tahun 1994, penanaman modal asing dapat menguasai sepenuhnya saham yang

ada tanpa harus bermitra bisnis dengan pemodal Indonesia. Kesempatan ini,

paling tidak sampai lima beias tahun pertama setelah berproduksi secara

komersial.7

Demikian halnya, apabila kita memperhatikan Pencabutan Peraturan Menteri

Keuangan No. 1055/KMK.013/1989 yang membatasi kepemilikan asing di Pasar

Modal hanya sampai 49%. Peraturan ini dicabut berdasarkan Keputusan Menteri

7 Erman Rajagukguk “Negara Dan Kesejahteraan: Pro dan Kontra Modal Asing, h. 8-10

Page 65: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

54

Keuangan No. 455/KMK.01/1997. Tidak tunduknya asing pada ketentuan mengenai

pembatasan bidang usaha yang tertutup dan/atau terbuka dengan pembatasan bagi

penanaman modal asing sebagaimana diatur dalam peraturan penanaman modal

menyebabkan pihak asing dapat memasuki bidang usaha yang terbuka bagi

penanaman modal dalam negeri.8 Hal ini semakin mempertegas ketergantungan

terhadap modal asing yang menyetir Bangsa Indonesia dalam naungan neo

kolonialisme.

Pada masa orde baru, nasionalisme kita baru saja terusik ketika aset dan

saham perusahaan Indonesia diborong oleh orang atau perusahaan asing. Di era

reformasi, banyak yang meneliti bahwa tren privatisasi BUMN sekarang direduksi

menjadi “asingisasi”, penjualan saham BUMN kepada investor/perusahaan asing.9

Hal itupun seakan tak menghormati jerih payah Founding Fathers kita yang telah

mendirikan perusahan milik negara (sekarang BUMN) sebagai wujud nasionalisme.

Era reformasi yang banyak memberi kekebasan pada awalnya memberikan

suatu harapan yang besar bagi masyarakat. Dibuai oleh wacana pasar bebas,

perdagangan bebas, pajak yang rendah, privatisasi dan deregulasi masyarakat dan

pemerintah memberi kesempatan pada para pedagang (lokal dan internasional)

bergerak bebas mencari keuntungan. Mereka yang menghalangi dianggap sebagai

musuh peradaban. Negara yang tidak mendukung kebebasan pun dianggap

8 Erman Rajagukguk, Hukum Investasi dan Pasar Modal (Modul Kuliah 2, Pasal 1 s/d Pasal

10 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal), h. 6

9 Dadang Supardan, Tantangan Nasionalisme Indonesia Dala Era Globalisasi, (Bandung:

Univesitas Pendidikan Indonesia,), h. 17

Page 66: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

55

melanggar ”Washington Consensus”.10

Konsekuensinya seiring berjalannya sejarah,

kedaulatan diri, bangsa dan negara justru makin memprihatinkan. Kita terasa menjadi

bangsa yang makin “lembek”. Eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam Indonesia

makin bersifat masif.

Pemikiran ekonom Indonesia yang dominan di era reformasi masih

didominasi oleh pemikir penganut neoklasik. Usaha mencari pinjaman untuk

menopang pembangunan sekaligus mengurangi peran negara makin berjalan cepat.

reformasi usaha mencari pinjaman makin bersemangat. Proses penjualan aset negara

makin gencar dan meriah dipasarkan. Usaha mengurangi peran negara juga makin

meningkat. Pelbagai kebijakan sejak Presiden Habibie (Golkar), Abdurahman Wahid

(PKB), Megawati Sukarnoputri (PDI-P), hingga Susilo Bambang Yudoyono (PD)

banyak yang memberi ruang keterlibatan swasta asing.

Menguatnya kebijakan neoliberal di era reformasi yang sulit dikendalikan

oleh Presiden menurut Kwik Kian Gie disebabkan oleh ”kecerdikan” ekonomi

penganut ideologi neoliberal. Pada masa pemerintahan Abdurahman mereka masuk

pada badan penasehat atau tim asistensi. Pada masa pemerintahan Megawati mereka

mengendalikan eselon 1 dan II dari semua departemen secara rapi.11

Sedangkan di

akhir era SBY, dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2014 Tentang

10

Washington Consensus pertama kali dimunculkan oleh Jhon Williamson pada tahun 1989

sebagai simbol dari liberalisasi perdagangan internasional. Istilah Washington merujuk kepada

lembaga keuangan yang berada di Washington DC (IMF, World Bank, dan Departemen Keuangan

AS).

11 Kwik Kian Gie, Membangun Kekuatan Nasional Untuk Kemandirian Bangsa. Dalam I.

Wibowo & F. Wahono. Neoliberalisme. (Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2003) h, 331

Page 67: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

56

Daftar Negatif Investasi memperkaya kebijakan liberalistik di mana adanya

peningkatan kepemilikian asing di sektor Sumber daya mineral, Perhubungan,

Kesehatan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif. Dalam pembangkit listrik > 10 MW

dan transmisi/ distribusi tenaga listrik misalnya, kepemilikan modal asing adalah

maksimal 100%. Hal ini tentu semakin menyempitkan kesempatan pengusaha-

pengusaha lokal untuk bersaing.12

Kebijakan penanaman modal asing di Indonesia dewasa ini masih belum

mencerminkan hukum dasar perekonomian nasional sebagaimana dituangkan dalam

Pasal 33 UUD RI Tahun 1945. Pasal 33 UUD RI Tahun 1945 harus ditafsirkan

secara jernih dengan memperhatikan aspek historis perumusannya untuk selanjutnya

dipegang teguh sebagai hukum dasar penanaman modal khususnya penanaman

modal asing di Indonesia. Perubahan fundamental melalui nasionalisasi atau

ekspropriasi terhadap perusahaan-perusahaan asing khususnya pengaturan cabang-

cabang produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus menjadi

pertimbangan, guna mengembalikan tujuan kemakmuran rakyat dalam pengelolaan

sumber daya alam yang begitu berlimpah di tanah air tercinta ini.

B. Makna Kemandirian Ekonomi Dari Perspektif Hukum Ekonomi Pembangunan

Negara-negara yang sekarang ini disebut negara-negara maju (Developed

Countries) telah menempuh pembangunannya melalui tiga tingkat ; unifikasi,

12

Leks & C0 Law Firm, Artikel “Pemerintah Menerbitkan Daftar Negatif Indonesia Terbaru”

Artikel Diakses Pada 10/02/2015 dari http://hukumpenanamanmodal.com/.

Page 68: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

57

industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat pertama yang menjadi masalah

berat adalah bagaimana mencapai integrasi politik untuk menciptakan persatuan dan

kesaman nasional. Tingkat kedua, perjuangan untuk ekonomi dan modernisasi

politik. Akhimya dalam tingkat ketiga, tugas negara yang terutama adalah

melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan kesalahan pada tahap

sebelumnya, dengan menekankan kesejahteraan masyarakat. Tingkat-tingkat tersebut

dilalui secara berurutan (consecutive) dan memakan waktu yang relatif lama.

Persatuan nasional adalah prasyarat untuk memasuki tahap industrialisasi.

Indusirialisasi merupakan jalan untuk mencapai negara kesejahteraan (Walfare

State).13

Negara-negara berkembang (Developing Countries) memiliki tujuan yang

sama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi kadang kala timbul

pebedaan pemahaman cara untuk mencapai tujuan mulia tersebut. Pengaruh yang

terbesar dirasakan oleh negara-negara berkembang yaitu ketika mereka dipaksa

mengikuti dan mengadopsi segala sistem politik dan ekonomi hingga budaya melalui

penjajahan kolonialisme untuk mencapai ketiga tingkatan tersebut. Sehingga ketika

mereka ingin mencapai tingkatan industrialisasi pasca kesatuan nasionalisme

(kemerdekaan), hanya tersisa pilihan untuk tetap statis meneruskan sistem

13

Erman Rajagukguk “Peranan Hukum Dalam Pembangunan Pada Era Globalisasi:

Implikasinya Bagi Pendidikan Hukum Di Indonesia”. Pidato pengukuhan diucapkan pada upacara

penerimaan jabatan Guru Besar dalam bidang hukum (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

4 Januari 1997), h. 1

Page 69: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

58

kolonialisme atau melaksanakan kedaulatan ekonomi nasional menuju kesejahteraan

sosial sebagai negara yang berdaulat.

Sistem Industrialisasi negara-negara maju yang didominasi negara-negara

bagian barat telah mengenalkan sistem liberalisme dan kapitalisme. Hingga saat ini

Pemikiran neoliberal dapat ditelusuri melalui Adam Smith, seorang filosof yang

menerbitkan buku The Wealth of Nations (1776). Sebagai penganut faham

individualis dan pembela kaum industri, Smith mengharamkan campur tangan

pemerintah dalam mekanisme pasar karena pasar akan mampu membenahi dirinya

sendiri. Tangan-tangan tak terlihat akan menciptakan keseimbangan penawaran dan

permintaan dalam pasar komoditas maupun pasar surat-surat berharga (pasar uang

dan pasar modal). Intinya adalah akumulasi modal dengan keniscayaan memperoleh

keuntungan semaksimal-maksimalnya karena pasar mengatur dirinya sendiri. 14

Puncak dari pergumulan ini adalah perebutan pasar serta sumberdaya enerji

dan produksi. Maka lahirlah Perang Dunia I dan II. Amerika Serikat (AS) tidak lagi

menghendaki Eropa mendominasi perekonomian. Sekaligus diperlukan strategi baru

bagaimana mengatur perekonomian dalam pergaulan internasional. Pemikiran inilah

yang melahirkan apa yang disebut Breton Woods, yakni tiga lembaga ekonomi

(Bank Dunia, IMF, dan GATT yang kemudian menjadi WTO) dan satu lembaga

politik (PBB). Tetapi liberalnya pasar ini menemui kegagalan karena AS terus

14

Ichsanuddin Noorsy, “Kerakyatan Versus Neoliberal”, Artikel diakses pada 10/02/2015

dari www.spi.or.id/wp-content/uploads/PDF/002.pdf , h. 3-4.

Page 70: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

59

mengalami defisit anggaran dan defisit perdagangan. Karena itu pada Juli 1971.

Perekonomian Inggris juga mengalami hal yang sama. Dua negara “sekandung” ini

berpendapat, kesejahteraan mereka beralih ke negara lain terutama karena Jepang

dan Jerman telah kembali menancapkan pengaruhnya dalam kancah perekonomian.

Ekonomi industrialisasi berbasis neoliberal sebagaimana dikaji ilmuwan Barat

sendiri telah membuat orang kaya makin kaya dan kaum papa makin ternista.

Neoliberal bahkan telah memposisikan pengusaha berhadapan dengan rakyat.15

Sebagai negara berkembang, Indonesia harus berani mengambil sikap yang

berbeda dengan keadaan liberalisasi dan globalisasi ekonomi yang bukti

kegagalannya tidak terbantahkan. Indonesia harus berani dan percara

mempertahankan sistem ekonomi kerakyatan yang diusung oleh Founding Father

kita (Mohammad Hatta) guna menuju kemandirian ekonomi nasional. Hatta sebagai

perumus pasal 33 UUD 1945 meyakinkan kepada masyarakat Indonesia bahwa

tujuan kesejahteraan negara tidak melalui sistem kapitalisme, tetapi sosialisme

Indonesia yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa (Sosialisme Religius). Politik

Ekonomi Hatta juga mengajak Indonesia untuk menerapkan sistem ekonomi secara

kekeluargaan dan gotong royong, yang saling memperhatikan kebutuhan dan

kepentingan bersama, sehingga tidak saling menghisap ala neokapitalisme dan neo

15

Ibid, h. 5

Page 71: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

60

liberalisme. Hatta sangat memperhatikan tanggung jawab sosial untuk pemerataan,

keadilan dan kemakmuran bersama.16

Secara universal dalam prinsip-prinsip Natural Of Law, setiap individu dalam

artian negara memiliki hak ekonomi dan politik untuk menentukan sendiri sistem dan

kebijakan demi menuju negara sejahtera. Hal itu dipertegas dengan dicantumkan

pasal mengenai hak ekonomi dalam konvensi. Perlu dicatat, dipandang dari segi

sistem politik dan ekonomi, Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial,

dan Budaya bersifat netral dan prinsip-prinsipnya tidak dapat secara memadai

digambarkan sebagai didasarkan semata-mata pada kebutuhan dan keinginan akan

sistem sosialis atau kapitalis, atau ekonomi campuran. Hak-hak tersebut dapat

diwujudkan dalam hak ekonomi dan politik yang beragam dan luas, asalkan tidak

berbenturan dan menimbulkan penafsiran ambiguitas dalam penerapan hak asasi

manusia yang diakui dan diterapkan oleh sistem negara tersebut.17

Hak ekonomi tersebut diperkuat bahwa Kedaulatan negara atas kekayaan

alamnya, diakui oleh dunia internasional sebagaimana diatur dalam resolusi Majelis

Umum PBB, 21 Desember 1952 yaitu tentang Prinsip penentuan nasib sendiri

ekonomi setiap negara berkembang (economic self-determination) ditegaskan bahwa

hak setiap negara untuk memanfaatkan kekayaan alamnya. Dalam Covenant on

16

Didik J. Rachbini, Ekonomi Politik: Kebijakan dan Strategi Pembangunan, (Jakarta:

Granit, 2004), h. 181-183

17 Rhona K.M Smith, dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008),

h. 113

Page 72: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

61

Economic, Social and Cultural Right, 16 Desember 1966, pada Pasal 1 ditegaskan

tentang hak suatu negara (peoples) untuk memanfaatkan secara bebas kekayaan

alamnya. Resolusi Majelis Umum PBB tentang Permanent Sovereignty over Natural

Resources tahun 1974 dan Deklarasi tentang pembentukan Tata Ekonomi

Internasional Baru dan Piagam Hak-hak Ekonomi dan Kewajiban Negara (Charter of

Economic Rigahts and Duties of State) tahun 1974, yang menegaskan kembali

kedaulatan negara untuk mengawasi kekayaan alamnya, terutama bagi negara

berkembang.18

Indonesia sebagai negara yang berdaulat telah mengatur sistem perekonomian

yang berpedoman dalam rumusan pasal 33 UUD 1945. Prinsip dan fondasi

penyelenggaraan perekonomian negara diatur dalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu

antara lain pada ayat 2: cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara, dan ayat 3: bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Rumusan ini sengaja dibuat para Founding

Fathers untuk membatasi praktik ekonomi pasar liberalistik dan kapitalistik serta

imperialistik yang sayangnya sedang dialami oleh Negara kita sekarang. Hal ini

menjelaskan bahwa sistem industrialisasi ala barat tidak sesuai dengan bangsa

18

Huala Adolf dalam bukunya, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional,

(Jakarta:Rajawali Pers, 1991), h. 51.

Page 73: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

62

Indonesia yang bercirikan kebersamaan, gotong royong, dan kekeluargaan, sehingga

pengkhiatan konstitusi yang sedang berlangsung ini harus segara dihentikan.19

Prinsip kekeluargaan, sosialisme religius, dan kemandirian dalam mengelola

perekonomin, kiranya juga selaras dengan apa yang perintahkan oleh Allah SWT

melalui Firman-Nya dalam Surat an-Nahl Ayat 71:

لىوللا سقفماالذيهفض لبعضكمعليبعضفيالز ابزآديرسقهمفض

{61:16ألىحل/يجحدون}ىاءأفبىعمةللاعليماملكتأيماوهمفهمفيهس

Artinya: “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam

hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan

rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka (merasakan)

rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari ni’mat Allah”.

Ayat di atas jelas memposisikan bahwa kehidupan manusia di dunia ini, harus

selalu memperhatikan kondisi ekonomi manusia lainnya, harus saling gotong royong

dengan memegang teguh prinsip kebersamaan dan kekeluargaan sehingga sistem

ekonomi sosialis religius yang telah diusung Bung Hatta dalam konstitusi ekonomi

kita dapat terealisasikan. Allah telah menjelaskan dan memposisikan bahwa segala

prinsip kapitalisme jahat yang hanya mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan

beragam cara adalah sebuah keserakahan yang berakibat kepada keingkaran nikmat

19

Marwan Batubara, Penanaman Modal Asing dan Pengkhianatan Konstitusi, Dalam Fadli

Zon, dkk, Dilema Indonesia, (Jakarta: Institut For Policy Studies, 2007), h. 149

Page 74: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

63

Allah. Sehingga apa yang selama ini dipraktekan Perusahaan-perusahaan

multinasional asing yang cenderung hanya meraup dan menghisap sumber daya alam

dan manusia di negara-negara penerima modal dengan tanpa melaksanakan

kewajibannya meningkatkan perekonomian adalah sebuah kebatilan dan penjajahan

gaya baru yang harus dihentikan.

Secara sadar keberadaan Pasal 33 UUD 1945 serta segala peraturan yang

terkait dengan perekonomian adalah cerminan eksistensi Hukum Ekonomi

Pembangunan dan sosial untuk merespons kebutuhan masyarakat dan negara dalam

mencapai kesejahteraan. Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal disebutkan asas atau landasan dalam sistem perekonomian kita

yakni asas kemandirian ekonomi. Kemandirian adalah satu sikap yang

mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi

mencapai satu tujuan, tanpa menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerjasama

yang saling menguntungkan.

Konsep kemandirian menjadi faktor sangat penting dalam pembangunan.

Konsep ini tidak hanya mencakup pengertian kecukupan diri (self-sufficiency) di

bidang ekonomi, tetapi juga meliputi faktor manusia secara pribadi, yang di

dalamnya mengandung unsur penemuan diri (self-discovery) berdasarkan

kepercayaan diri (sefconfidence). Kemandirian adalah satu sikap yang

mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi pelbagai masalah demi

Page 75: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

64

mencapai satu tujuan, tanpa menutup diri terhadap pelbagai kemungkinan kerjasama

yang saling menguntungkan.20

Adanya suatu kondisi yang ditakutkan oleh setiap negara berkembang, adalah

ketika kemandirian yang telah dijalankan dan dijaga ternodai oleh tindakan

ketergantungan terhadap modal asing akibat terlalu membuka diri dengan kerjasama-

kerjasama internasional yang menjebak. Aliran dependensi yang banyak dianut oleh

negara-negara berkembang berpendapat bahwa aliran modal asing yang masuk hanya

akan memberikan kemakmuran sesaat, karena dibalik itu ada sistem menjajah yang

berusaha ditanamkan selama-lamanya.

Aliran interdependensi (pergeseran makna dependensi) yang dianut negara-

negara maju berpandangan lebih liberal, bahwa manusia di planet bumi ini berada

dalam satu perahu yang sama dan struktur ekonomi global yang semakin kompleks

dari pada sekedar dikotomi pusat dan priferi. Kendati demikian, pendapat ini

mengabaikan fakta bahwa penumpang-penumpang dalam perahu yang sama tidak

berpergian pada kelas yang sama, bahkan tidak punya akses yang sama terhadap

pelampung ataupun kapal penyelamat. Sudah jelas bahwa teori interdependensi

merupakan konsep yang ambivelen dan relatif terbatas manfaat teoritisnya.21

Hukum dalam fungsi dasarnya sebagai sarana pemeliharaan ketertiban dan

keamanan, sarana pembangunan, dan sarana penegakan keadilan, harus dapat

20

Mukeri, “Kemandirian Ekonomi Sebagai Solusi Kemajuan Bangsa”, Artikel diakses pada

9/02/20 15, http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article, h. 3.

21 Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan: Masalah Kebijakan dan Politik (Jakarta:

Erlangga, 2010), h. 31

Page 76: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

65

mewujudkan kepastian keamanan dan penegakan keadilan dalam tingkatan

industrialisasi. Dalam pembangunan ekonomi, hukum harus dapat menyediakan

pengaturan-pengaturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan dan

pengembangan kehidupan ekonomi Indonesia (peningkatan produksi) secara nasional

dan berencana dengan tetap mengedapankan potensi nasional untuk mencapai

kemandirian ekonomi nasional dan kesejahteraan warga dan negara.22

Permasalahan pada era globalisasi ekonomi ini juga memproduksi pengaruh

terhadap globalisasi hukum. Globalisasi ekonomi menimbulkan pengaruh yang besar

pada sistem hukum suatu negara, karena globalisasi ekonomi menyebabkan

terjadinya globalisasi hukum. Globalisasi hukum tersebut tidak hanya didasarkan

kesepakatan internasional antar bangsa, tetapi juga pemahaman tradisi hukum dan

budaya antara barat dan timur. Berjayanya sistem neo liberalis ala negara-negara

maju dalam wujud pasar bebas (WTO, AFTA, AES), seakan mentakdirkan kita

negara-negara berkembang untuk tunduk dan ikut dalam permainan mereka.23

Globalisasi hukum tersebut ditandai dengan saling mempengaruhinya hukum

nasional dan internasional, sehingga dibutuhkan harmonisasi hukum. Dalam proses

harmonisasi hukum, dimana hukum internasional mempengaruhi hukum nasional,

berarti negara nasional harus membuat aturan-aturan nasional yang mendorong

22

Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Bandung: Binacipta,

1988), 41

23 Iskandar, Hukum Dalam Era Globalisasi dan Pengaruhnya Terhadap Pembangunan

Ekonomi dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup, (Bengkulu: Universitas Bengkulu, 2011), h. 7

Page 77: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

66

realisasi kesepakatan guna mencapai tujuan bersama. Sebagai contoh dalam bidang

perdagangan internasional, ketentuan perdagangan internasional dalam rangka World

Trade Organization (WTO) telah mendorong masing-masing negara membuat aturan

nasional sebagai tindak lanjut penerapan ketentuan tersebut dalam suasana nasional.

Akan tetapi dalam mengadopsi hukum intenasional dalam kaitannya harmonisasi

hukum, sering kali terlupakan bahwa studi hukum harus memperhatikan bagaimana

hukum yang telah digunakan pada masa lalu secara kondisi sosial, ekonomi dan

psikologis apakah sesuai dengan keadaan negara kita, dan apakah hukum tersebut

sesuai dengan jiwa bangsa dan falsafah bangsa indonesia.24

C. Kemanfaatan Nasionalisasi dan Dampak Negatifnya dalam Segi Hukum

Ekonomi Pembangunan

Nasionalisasi baik yang berbentuk eksproriasi secara langsung maupun

creeping expropriation tentunnya menjadi suatu hal yang sangat tidak diinginkan dan

paling ditakuti oleh investor asing. Nuansa ketakutan tersebut akhirnya mereproduksi

pemikiran pemerintah yang liberal untuk memberikan kepastian hukum kepada para

investor bahwa pemerintah Indonesia tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi

terhadap aset asing yang berada di Indonesia. Hal ini jelas terlihat dalam pasal 7

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Era globalisasi terus menggerogoti ketahanan dan kemandirian ekonomi

nasional kita, tetapi sebagai negara yang berdaulat kita tidak boleh lupa akan jati diri

24

Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial: Suatu Tinjauan Teoritis serta

Pengalaman-Pengalaman di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1979), h. 149

Page 78: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

67

dan niat awal sistem ekonomi nasional. Pengaturan larangan tindakan nasionalisasi

dalam undang-undang penanaman modal yang begitu eksplisit merupakan wajah

liberalisasi pemerintah yang lebih tunduk kepada negara-negara maju. Bila ditelusuri

larangan nasionalisasi tersebut adalah hasil dari Ketentuan-ketentuan yang disusun

berdasarkan praktik perjanjian internasional di bidang promosi dan perlindungan

penanaman modal yang telah dilakukan oleh Indonesia dengan lebih dari 60 negara

yang telah diratifikasi berdasarkan Undang-Undang tentang Perjanjian Internasional.

Jika kita cermati ketentuan-ketentuan dari perjanjian bilateral serta konvensi-

konvensi internasional adanya syarat mutlak sebagai pijakan yang melegalkan

tindakan nasionalisasi tersebut dapat dilakukan yaitu kepentingan publik (public

interest). Namun sayangnya, syarat mutlak tersebut tidak dirumuskan dalam

pengaturan undang-undang penanaman modal. Hal ini semakin memperjelas

kedudukan pemerintah yang begitu tunduk terhadap asing.25

1. Kemanfaatan dan Dampak Positif Nasionalisasi Modal Asing

Tindakan nasionalisasi akan memberikan banyak sekali manfaat baik itu dari

segi hukum, ekonomi, politik dan tentunya sumber daya alam. Jeremy Bentham

melalui teori utilitasnya berpendapat bahwa tugas hukum adalah memelihara

kebaikan dan mencegah kejahatan. Jadi hukum harus memberikan manfaat atau

kegunanaan bagi orang banyak (to serve utility). Konsep utilitas mencoba

25

“Larangan untuk melakukan tindakan nasionalisasi dan pengambilalihan kecuali untuk

kepentingan publik dari negara tuan rumah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku”. Lihat IBR

Supancana, dkk. Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal, (Jakarta: The Indonesia Netherlands National

Legal Reform Program (NLRP), 2010), h. 423.

Page 79: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

68

menjelaskan bahwa setiap kebijakan hukum ekonomi haruslah dapat mewujudkan

kebahagiaan ekstra serta kesejahteraan.26

Jika kita kaitkan konsep utilitas dengan teori ketergantungan (dependencia)

yang menyatakan bahwa:

a. Penanaman Modal Asing dan bantuan luar negeri dalam jangka pendek

memperbesar pertumbuhan ekonomi, namun dalam jangka panjang (5-20 tahun)

menghambat pertumbuhan ekonomi.

b. Makin banyak negara bergantung pada penanaman modal asing dan bantuan luar

negeri (seperti IMF dan World Bank), makin besar perbedaan penghasilan dan

pada gilirannya tujuan pemerataan tidak tercapai.27

Maka kekayaan sumber daya alam dan kekayaan industri suatu bangsa yang

masih terjajah oleh modal asing tidak akan pernah merasakan kesejahteraan dan

kebahagiaan dalam jangka panjang.

Nasionalisasi dengan berbagai ragam agendanya seperti ekspropriasi

langsung maupun yang tidak langsung seperti divestasi saham kepemilikan28

, akan

memberikan banyak manfaat jangka panjang dan dampak positif yang akan

26

Salim. HS, Hukum Divestasi di Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 55

27 Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan: Masalah Kebijakan dan Politik, h. 359.

28 Divestasi adalah pelepasan, pembebasan dan pengurangan modal dari perusahaan satu ke

perusahaan lainnya, di Indonesia tindakan divestasi ini sering dikaitkan dengan divestasi yang

dilakukan oleh perusahaan asing ke pemilik modal lokal/domestik. Melalui Peraturan Pemerintah

Nomor 77 Tahun 2014 Tentang Perubahan ketiga atas PP No. 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan

Kegiata Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Perusahaan asing wajib mendivestasikan saham/

kepemilikan modal mereka hingga 51 % kepada pemilik lokal/domestik secara bertahap setelah 5

tahun produksi. Akan tetapi, peraturan tersebut mengalami kelonggaran terhadap perusahaan asing

pertambangan yang telah membangun smelter pemurnian.

Page 80: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

69

dirasakan dampaknya oleh masyarakat Indonesia. di antara manfaat nasionalisasi

tersebut diantaranya adalah:

a. Dari segi hukum, nasionalisasi aset-aset asing baik seluruhnya atau sebagiannya

dapat mengembalikan kembali Arah Kebijakan Hukum Ekonomi kepada

konstitusi ekonomi serta mereaalisasikan konstitusi ekonomi (leaving

contitution/ konstitusi yang hidup) kita yang tercantum dalam Pasal 33 UUD

1945. Bahwa sebagaimana termuat dalam Pasal 33 Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

UUD 1945 sistem ekonomi Indonesia merupakan demokrasi ekonomi atau

ekonomi kerakyatan, dengan kata lain, dapat disebut sebagai demokrasi ekonomi

kerakyatan. Sistem ekonomi Indonesia bukanlah liberalisme yang kapitalistik,

ataupun sistem ekonomi etatisme yang menerapkan command economy sehingga

peran negara menjadi amat dominan menutup peran rakyatnya.29

b. Nasionalisasi akan menutup penerapan-penerapan ideologi neo liberalisme dan

neo imperealisme baru yang saat ini menurut para ahli telah mulai leluasa

berkembang melalui kebijakan-kebijakan investasi yang cenderung melindungi

kepentingan asing .30

c. Menurut para ahli, Nasionalisasi akan menjawab perdebatan renegosiasi kontrak

karya yang hanya berkutat pada masalah bagaimana menaikkan persentase

29

Jimly Asshidqie, Konstitusi Ekonomi, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), h. 354

30 Lihat putusan Mahkamah Konstitusi perkara Nomor 21,22/PUU-V/2007, tanggal 25 Maret

2008, Pemohon terdiri dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI).

Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI). Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), dan LSM

lainnya.

Page 81: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

70

pembagian royalti. Di mana kenaikan pembayaran royalti nantinya hanya akan

berdampak positif jangka pendek. 31

d. Menurut para ahli, nasionalisasi dapat mengembalikan ketahanan dan

kemandirian ekonomi nasional dimana kita yang telah lama terjebak dalam neo

kolonialisme dan neo imperealisme.32

e. Nasionalisasi dapat memberikan kesempatan yang lebih besar kepada investor-

investor domestik untuk bisa bersaing dalam pangsa nasional dan

internasional.33

2. Dampak Negatif Nasionalisasi Modal Asing dari Segi Hukum Ekonomi

Pembangunan.

Tindakan nasionalisasi merupakan tindakan hukum yang berdimensi politik

dan dorongan faktor kedaulatan ekonomi yang memiliki konsekuensi serius yang

harus dipertimbangkan oleh pemerintah. Bahkan Hatta sendiri pun ketika

mengomentari desakan para pimpinan politik dan kaum buruh serta ekonomi lainnya

untuk segera menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda, berusaha memberi

31

Wayu Eko Yudiatmaja, “Nasionalisasi PT. Freeport Indonesia”, Artikel diakses pada

16/02/2015 dari http://wayuguci.com/Nasionalisasi-PT- Freeport Indonesia, h. 9.

32

Data dari Badan Pertahanan Nasional bahwa konsentrasi kepemilikan aset asing

meningkat: hanya 0,2% penduduk domestik menguasai 56 % aset di tanah air. Data Statistik

Perbankan Indonesia hingga september 2014 menyatakan bahwa aset perbankan asing meningkat dari

12, 37% menjadi 12,88 %. Data diakses dari http://m.republika.co.id/berita/koran/financial/. Pada

16/02/2015.

33

Data investasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat. Pada tahun

2013 investasi asing sebesar USD 28,62 miliar atau setara Rp. 299,2 triliun. Sementara investasi

domestikhanya senilai Rp. 128,15 triliun. Data diakses dari http://www.jurnalparlemen.com/view/.

Pada 16/02.2015

Page 82: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

71

pemahaman bahwa nasionalisasi modal asing atau pengambilalihan milik asing

adalah tindakan yang harus betul-betul direncanakan dengan sematang-matangya,

dan bukanlah sebuah tindakan menurut sentimen atau desakan nafsu belaka untuk

terlepas dari belenggu kolonial. Ia mempertegas bahwa tidak ada perjuangan yang

hebat dimulai dengan kelaparan dan dengan menyuruh rakyat lapar sementara.34

Kendati demikian, tindakan nasionalisasi yang merupakan cita-cita bangsa

untuk terlepas dari kontrol asing kapitalistik dan ekonomi liberal niscaya harus

dikonsepkan dengan matang dan penuh pertimbangan. Mengingat disamping

kemanfaatan dan dampak positif yang dirasakan untuk jangka panjang, akan

timbulnya berbagai dampak negatif yang sifatnya lebih dirasakan secara langsung

atau spontanitas namun bersifat jangka pendek. Di antara dampak negatif yang dapat

dirasakan suatu negara pasca nasionalisasi modal asing, antara lain adalah:

a. Dari segi hukum, suatu negara yang melakukan tindakan nasionaliasi cenderung

akan digugat oleh negara asal modal (home state) atau perusahaan multinasional

(MNC/ Multinational Corporate) milik investor asing ke ICSID (International

Convention on the Settlement of Dispute) bahkan ke mahkamah internasional.

b. Sebagai negara beradab, host state/ negara penerima modal harus patuh terhadap

kebiasaan hukum internasional, di mana setiap tindakan nasionalisasi yang

dilakukan harus diiringi dengan pemberian ganti rugi yang sepadan dan pantas

(appropriate compensation).

34

Bondan Kanumoyoso, Menguatnya Peran Ekonomi Negara: Nasionalisasi Perusahaan

Belanda di Indonesia, h. 79.

Page 83: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

72

c. Nasionalisasi modal asing berpotensi melanggar asas non diskriminasi dan

prinsip national treatment yang merupakan salah satu prinsip pokok dalam

perjanjian GATT (General Agreement on Tariffs and Trade), di mana negara

peserta tidak boleh memperkenankan adanya perlakuan berbeda antar negara

investor asing yang satu dengan negara lainnya, dan antar investor asing dengan

investor domestik kecuali yang diatur lain dalam undang-undang yang berlaku.

Prinsip ini sangat berkaitan dengan tindakan nasionalisasi, seperti Indonesia

yang pernah dituntut akibat melakukan diskriminasi melalui nasionalisasi

perusahaan-perusahaan Belanda.35

d. Negara yang melakukan tindakan nasionalisasi modal asing, berpotensi untuk

melanggar good faith/ itikad baik yang telah dibangun dengan negara-negara

pemilik modal (home state) dalam bentuk perjanjian bilateral maupun

multilatelar.

e. Dari segi ekonomi, nasionalisasi modal asing cenderung akan mempengaruhi

stabilitas ekonomi dalam tingkat mikro dan makro. Seperti penurunan produksi

ekspor dan impor yang dialami Indonesia pasca nasionalisasi perusahaan-

perusahaan Belanda, tingkat inflasi yang cukup tinggi, berkurangnya ahli-ahli

tenaga dan alat-alat produksi, dan fasilitas lainnya.

f. Dalam hubungan internasional, nasionalisasi modal asing cenderung

mengakibatkan berkurangnya minat investor asing untuk menanamkan kembali

35

Khairul Asyikin, “Kajian Yuridis Terhadap Prinsip Non Diskriminasi Dalam Undang-

Undang Penanaman Modal Bagi Perlindungan Kepentingan Nasional”. Jurnal Hukum Universitas

Mataram,(Juni: 2013), h. 6.

Page 84: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

73

modalnya di negara tesebut, bahkan berpotensi terjadinya capital flight/ pelarian

modal ke luar negeri yang dapat merugikan negara penerima modal.

D. Pertimbangan dan Hambatan Hukum dalam Aktualisasi Nasionalisasi

Dalam pelaksanaan nasionalisasi ataupun ekspropriasi modal asing tentu

harus berani menghadapi konsekuensi dari segi ekonomi, hukum dan politik.

Sehingga patut seyogyannya cita-cita menuju kemandirian ekonomi nasional melalui

nasionalisasi aset asing harus memperhatikan beberapa pertimbangan guna

meringankan resiko dalam situasi nasional dan internasional.

Pertimbangan Hukum yang sangat urgen untuk diperhatikan eksistensinya

adalah pernghormatan hukum terhadap kontrak karya yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak dan belum jatuh tempo (belum berakhir kontraknya).36

Kontrak

Bisnis dilihat dari unsurnya dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama adalah

Kontrak Bisnis Domestik dan kedua adalah Kontrak Bisnis Internasional. Adapun

yang membedakan antara Kontrak Bisnis Domestik dengan Internasional adalah ada

tidaknya unsur internasional yang dapat berupa para pihaknya, substansi yang diatur

dan lain-lain.

36

Hambatan nasionalisasi aset asing (nasionalisasi dilakukan dengan mengakuisisi 58,88%

saham PT Inalum) dapat dilihat dalam nasionalisi PT. Inalum, dimana indonesia baru dapat

menasionalisasi PT Inalum (Indoesia Asahan Alumunium) per 1 November 2013 setelah pemerintah

Indonesia memutuskan untuk melakukan termination agreement (pengakhiran kerjasama) yang

berakhir pada 31 oktober 2013.

Page 85: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

74

Sebagai contoh, Indonesia harus memperhatikan dan menghormati dalam hal

Kontrak Bisnis Internasional domain private. Contoh Kontrak Bisnis Internasional

adalah Perjanjian Pendirian Usaha Patungan (Joint Venture Agreement). Sedangkan

kontrak bisnis internasional yang berdimensi publik adalah suatu kontrak bisnis

dimana salah satu pihaknya adalah pemerintah atau aparatnya. Sebagai contoh adalah

Departemen Luar Negeri melakukan pinjam meminjam secara komersial dengan

suatu bank diluar negeri guna pembiayaan gedung kedutaan di luar negeri.

Penghormatan juga berlaku bagi Perjanjian Internasional yang sudah terlanjur

diratifikasi oleh Indonesia seperti Konvensi WTO, Konvensi ICSID, Konvensi Trips

dan Konvensi lainnya terkait investasi asing.

Pertimbangan Hukum selain Kontrak Bisnis Internasional adalah

Pertimbangan pelanggaran prinsip-prinsip hukum internasional terkait investasi asing

seperti Prinsip-prinsip Most Favoured Nation, Transparency, National Treatment,

dan Non - Dicrimination” yang telah menjadi dasar WTO dan blok ekonomi

regional. Manakala globalisasi ekonomi menjadi terintegrasi, harmonisasi hukum

mengikutinya. Terbentuknya WTO (World Trade Organization) telah didahului atau

diikuti oleh terbentuknya blok-blok ekonomi regional seperti Masyarakat Eropah,

NAFTA, AFTA dan APEC. Tidak ada kontradiksi antara regionalisasi dan

globalisasi perdagangan. Sebaliknya, integrasi ekonomi global mengharuskan

terciptanya blok-blok perdagangan baru. Bergabung dengan WTO dan kerjasama

Page 86: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

75

ekonomi regional berarti mengembangkan institusi yang demokratis. memperbaharui

mekanisme pasar, dan memfungsikan sistem hukum.37

Sedangakan dari segi ekonominya, jelas yang terpenting adalah menghitung

nilai investasi asing yang hendak dinasionalisasikan sebagai wujud kompensasi

terhadap aset-aset asing. Kompensasi merupakan hal yang mutlak diakui oleh hukum

internasional dan UU Penanaman Modal kita sendiri, bahwa nilai pemberian ganti

rugi akan ditentukan oleh pihak ketig yang independen sesuai dengan harga pasar

yang berlaku. Penetapan besaran ganti rugi ini sering memicu ketidaksepahaman

dalam pelaksanakannya, sehingga mengharuskan kedua belah pihak untuk membawa

perkara ini ke Lembaga Arbitrase Internasional memalui ICSID untuk diselesaikan.

Dari berbagai pertimbangan dan hambatan hukum di atas patut kita sadari

bahwa tindakan nasionalisasi bukanlah perkara mudah seperti perubahan

kepemilikan suatu perusahaan lokal. Akan tetapi, harus kita yakini bahwa niat mulia

mewujudkan kedaulatan dan kemandirian ekonomi nasional melalui nasionalisasi

dan eksproriasi adalah mutlak adanya diakui oleh hukum dan kebiasaan

internasional. Pemerintah seharusnya memiliki keberanian menegaskan posisi

tawarnya dalam mewujudkan nasionalisasi kepada investor asing sebagaimana yang

telah ditunjukkan negara-negara dunia ketiga lainnya seperti Cili, Bolivia, dan

Venezuela.

37

Erman Rajagukguk “Peranan Hukum Dalam Pembangunan Pada Era Globalisasi:

Implikasinya Bagi Pendidikan Hukum Di Indonesia”, h. 6

Page 87: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian penelitian yang telah dipaparkan penulis dapat

memberikan kesimpulan, antara lain sebagai berikut:

1. Tindakan nasionalisasi modal asing telah diatur dalam Pasal 7 Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Pasal ini berbentuk

konstitusional bersyarat dalam sebuah larangan, tidak memiliki definisi yang Jelas

dan terlalu multi tafsir. Sehingga pemerintah dan masyarakat tentunya bertanya-

tanya perihal langkah nasionalisasi yang mana yang akan diambil. Dunia hukum

internasional telah mengakui keabsahan suatu tindakan nasionalisasi atau

ekspropriasi (Resolusi PBB 1803/ Resolusi PBB 3281/ Resolusi PBB Tahun

1952/ UNTACD Tahun 2000) sebagai wujud kedaulatan Negara dalam mengolah

sumber daya kekayaan alamnya dan sebagai wujud kemandirian Negara dalam

menentukan arah kebijakan politik ekonominya. Adapun pemahaman konsekuensi

nasionalisasi modal asing dalam pemberian berupa ganti rugi, masih merupakan

perdebatan. Akan tetapi Indonesia lebih berpandangan bahwa hal itu suatu yang

harus diberikan sebagai penghormatan prinsip-prinsip Negara Beradab yang

tercantum dalam Resolusi PBB.

2. Tindakan nasionalisasi modal asing telah diakui oleh dunia hukum internasional

sebagai cara negara-negara berkembang untuk melepaskan diri dari intervensi

asing (seperti tindakan nasionalisasi Negara Cili, Kuba, Venezuela, Bolivia yang

Page 88: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

77

baru-baru ini terjadi). Nasionalisasi diyakini sebagai cara ampuh untuk suatu

negara berkembang dapat mencapai ketahanan dan kemandirian ekonomi

nasional. Hatta dan Soekarno telah merumuskan sebuah landasan dan pedoman

bertindak yaitu tercantum dalam Konstitusi Ekonomi Pasal 33 UUD 1945. Akan

tetapi mereka juga sadar akan suatu masa arus globalisasi yang akan datang,

sehingga mustahil suatu bangsa yang tergolong dunia ketiga untuk menolak aliran

modal asing yang masuk ke Indonesia.

3. Tindakan hukum nasionalisasi modal asing memiliki dampak-dampak positif

seperti realisasi kemandirian dan ketahanan ekonomi, reaktualisasi amanat

konstitusi ekonomi, serta revitalisasi ideologi ekonomi yang sesuai dengan amanat

konstitusi. Tindakan ini juga berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti

pelanggaran asas non diskriminasi dan national treatment, potensi terjadinya

sengketa antara home state dan host state, serta potensi mempengaruhi stabilitas

ekonomi. Memperhatikan dampak-dampak ini, pemerintah harus

mempertimbangkan tindakan nasionalisasi modal asing secara serius, terstruktur,

dan terencana sebagai bentuk tanggung jawab negara beradab dan berdaulat

B. Saran

Berdasarkan uraian-uraian dan hasil penelitian yang telah dipaparkan terkait

nasionalisasi modal asing dan kemandirian ekonomi maka penulis mencoba

memberikan beberapa saran, diantaranya adalah:

1. Sebagaimana telah diakui oleh dunia hukum internasional bahwa nasionalisasi

aset asing merupakan hak suatu kedaulatan Negara dalam menentukan arah

Page 89: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

78

kebijakan kemandirian ekonominya. Maka pemerintah saat ini diharapkan dapat

merevisi kembali pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal yang cenderung berpihak kepada asing dan tidak berpihak

kepada konstitusi ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Sehingga

pemerintah harus berani mencantumkan definisi serta cara-cara nasionalisasi

modal asing dalam undang-undang tersebut sebagai teguran dan ancaman bagi

perusahaan-perusahaan multinasional yang melanggar kepentingan publik.

2. Pemerintah harus berani menarik berbagai peraturan terkait investasi serta

berbagai kebijakan dalam lingkup hukum ekonomi pembangunan (Seperti PP No

39 Tahun 2014 Tentang Daftar Negatif Investasi) yang cenderung berpihak ke

asing. Serta memperhatikan kembali beberapa kebijakan yang dapat

menjerumuskan Indonesia terhadap ketergantungan modal asing yang dapat

membawa Indonesia jauh lebih dalam lagi dalam suatu neo kolonialisme, neo

liberalisme dan neo imperialisme.

3. Berdasarkan pedoman Pasal 33 UUD 1945 Pemerintah dan Legislator saat ini

harus mampu meregulasi suatu kebijakan hukum investasi yang pro rakyat dan

pro kesejahteraan sehingga dalam pelaksanaanya negara dapat mengkontrol

setiap kegiatan investasi perusahaan-perusahaan multinasional. Serta dapat

mengatur dan menguasai cabang-cabang produksi yang harus diperuntukkan

untuk hajat hidup bangsa sendiri. Sehingga kita tidak akan pernah kembali

menjadi "a nation among coolie and coolie among nation" (bangsa kuli atau

menjadi kuli di tengah bangsa-bangsa lain)

Page 90: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

79

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adolf, Huala. Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional. Jakarta:Rajawali

Pers, 1991.

Asshidqie, Jimly. Konstitusi Ekonomi, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010.

Batubara, Marwan. Penanaman Modal Asing dan Pengkhianatan Konstitusi, Dalam

Fadli Zon, dkk, Dilema Indonesia. Jakarta: Institut For Policy Studies, 2007.

Chandrawulan, An An. Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum

Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal. Bandung: PT

Alumni, 2011.

Gie, Kwik Kian. Membangun Kekuatan Nasional Untuk Kemandirian Bangsa.

Dalam I. Wibowo & F. Wahono. Neoliberalisme. Yogyakarta: Cindelaras

Pustaka Rakyat Cerdas, 2003.

Hartono, Sunayati. Beberapa Masalah Transnasional Dalam Penanaman Modal

Asing di Indonesia. Bandung: Penerbit Binacipta, 1972.

Hill. Hal Investasi Asing dan Industrialisasi di Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1990.

HS, Salim. Hukum Divestasi di Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2010.

Hartono, Sunaryati. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia. Bandung: Binacipta,

1988.

Iskandar. Hukum Dalam Era Globalisasi dan Pengaruhnya Terhadap Pembangunan

Ekonomi dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup. Bengkulu: Universitas

Bengkulu, 2011.

Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet-II. Malang:

Bayumedia Publishing, 2006.

Ilmar, Aminuddin. Hukum Penanaman Modal Di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2010.

Page 91: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

80

Kuncoro, Mudrajad. Ekonomika Pembangunan: Masalah Kebijakan dan Politik.

Jakarta: Erlangga, 2010.

Kartasapoetra, G. Kovensi-konvensi Internasional Tentang Paten Dalam Kaitannya

Dengan Alih Tekonologi dan Kepentingan Nasional. Bandung: Pionir Jaya,

1991.

Kanumoyoso, Bodan. Menguatnya Peran Ekonomi Negara: Nasionalisasi

Perusahaan Belanda di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001.

Marzuki, Peter Mahmud. Penilitian Hukum, cet. VIII. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2013.

Marjihanto, Bambang. kamus Besar Bahasa Indonesia Populer. Surabaya: Bintang

Timur Offset, 1996.

Majelis Umum PBB. Resolusi kedaulatan Permanen Atas Sumber Daya Alam

(United Nations General Assembly Resolutin on Permanent Sovereignty over

Natural Reource). Nomor 1803 Tahun 1962.

O'Connor, Lee A. The International Law of Expropriation of Foreign-Owned

Property: The Compensation Requirement and the Role of the Taking State.

Los Angeles: Loyola Marymount University and Loyola Law School, 1983.

Panjaitan, Hilman dan Anner Mangatur Sianipar. Hukum Penanaman Modal Asing

Jakarta: CV. INDHILL CO, 2008.

Rachbini, Didik J. Arsitektur Hukum Investasi Indonesia (Analisis Ekonomi Politik).

Jakarta: PT Indeks, 2008.

..............Ekonomi Politik: Kebijakan dan Strategi Pembangunan. Jakarta: Granit,

2004. h. 181-183.

Rustanto. Hukum Nasionalisasi Modal Asing. Jakarta: Penerbit Kuwais, 2012.

Rakhmawati, Rosyidah. Hukum Penanaman Modal Di Indonesia. Malang:

Bayumedia Publishing, 2004.

Rahardjo, Satjipto. Hukum dan Perubahan Sosial: Suatu Tinjauan Teoritis serta

Pengalaman-Pengalaman di Indonesia. Bandung: Alumni, 1979.

Page 92: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

81

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, cet.III. Jakarta: Universitas

Indonesia Press, 1986

Sholihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2010.

Supancana , Ida Bagus Rahmadi. Kerangka Hukum & Kebijjakan Investasi

Langsung Di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia, 2006.

Siong, Gouw Giok. Segi-Segi Hukum Internasional Pada Nasionalisasi Di

Indonesia. Jakarta: Penerbitan Universitas, 1960.

Sornarajah , M. The International Law Of Foreign Invesment, Third edition. New

York: Cambridge University Press, 2010.

Smith, Rhona K.M, dkk. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: PUSHAM UII,

2008.

Supardan , Dadang. Tantangan Nasionalisme Indonesia Dala Era Globalisasi.

Bandung: Univesitas Pendidikan Indonesia, 2008.

Supancana, IBR, dkk. Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal. Jakarta: The

Indonesia Netherlands National Legal Reform Program (NLRP), 2010.

United Nation publication. UNCTAD Series on issues in international investment

agreements “Taking Property”. New York and Geneva: United Nation

publication, 2000.

............. Resolution over Charter of Economic Rights and Duties of The state General

Assembly Resolution 3281: 12 December 1974.

Untung, Hendrik Budi. Hukum Investasi. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar 1945

Page 93: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

82

Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 Tentang Nasionalisasi Perusahaan-

Perusahaan Milik Belanda

Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang

Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan

Jurnal, Makalah dan Putusan:

Asyikin, Khairul. “Kajian Yuridis Terhadap Prinsip Non Diskriminasi Dalam

Undang-Undang Penanaman Modal Bagi Perlindungan Kepentingan

Nasional”. Jurnal Hukum Universitas Mataram,(Juni: 2013).

Budiman Ginting. “Refleksi Historis Nasionalisasi Perusahaan Asing Di Indonesia:

Suatu Tantangan Terhadap Kepastian Hukum Atas Kegiatan Investasi Di

Indonesia”. JURNAL EQUALITY Vol. 12, No. 2 (Agustus 2007).

Hartini, Rahayu, “Analisis yuridis UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal”. UMM: HUMANITY, Volume IV, No. 1 ( September 2009: 48 – 60).

Hariyono, “Kedaulatan Indonesia dalam Perjalanan Sejarah Politik”. Pidato

Pengukuhan Guru Besar, Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat

Universitas Negeri Malang. Rabu, 14 Desember 2011.

Suhadi, Antonio, dkk. “Studi Hukum Atas Nasionalisasi Perusahaan Asing; Dasar

Hukum Tindakan Nasionalisasi Untuk Mencapai Kepastian Hukum

Penanaman Modal”. Jurnal Ilmu Hukum dan Kenotariatan (Palembang: FH

Universitas Sriwijaya, 2010).

Rajagukguk, Erman. “Negara Dan Kesejahteraan: Pro dan Kontra Modal Asing”.

Disampaikan pada Diskusi Panel: Kritik Atas Arah Kecenderunga"Supremasi

Hukum". Pasca 1998 Terkait Dengan Modal”, diselenggarakan oleh ELSAM.

HUMA, SAWIT WATCH, INFID, WALHI, AMAN, YLBHI, ICEL. Jakarta:

5 -7 Agustus 2008.

Page 94: ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3054… ·  · 2016-02-12ASAS KEMANDIRIAN DAN KEMANFAATAN TINDAKAN ... staf perpustakan

83

.................. “Hukum Investasi dan Pasar Modal”. Modul Kuliah 2 (Pasal 1 s/d Pasal

10 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal).

.................. “Peranan Hukum Dalam Pembangunan Pada Era Globalisasi:

Implikasinya Bagi Pendidikan Hukum Di Indonesia”. Pidato pengukuhan

diucapkan pada upacara penerimaan jabatan Guru Besar dalam bidang

hukum. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 4 Januari 1997.

Putusan Mahkamah Konstitusi perkara Nomor 21,22/PUU-V/2007, tanggal 25 Maret

2008.

Dokumen Elektronik dan Internet:

Badan Pertahanan Nasional. “Data konsentrasi kepemilikan aset asing meningkat”

diakses dari http://m.republika.co.id/berita/koran/financial/. Pada 16/02/2015.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM ). “Data investasi”. Data diakses dari

http://www.jurnalparlemen.com/view/. Pada 16/02.2015.

Kamus Bahasa Indonesia, Di unduh dari http//kbbi.web.id/nasionalisasi pada 5

januari pukul 18.30 WIB

Leks & C0 Law Firm, “Pemerintah Menerbitkan Daftar Negatif Indonesia Terbaru”

Artikel Diunduh dari http://hukumpenanamanmodal.com/. Pada 10/02/2015

Mukeri. “Kemandirian Ekonomi Sebagai Solusi Kemajuan Bangsa”. Artikel diakses

dari http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article. Pada 9/02/2015

Noorsy, Ichsanuddin. “Kerakyatan Versus Neoliberal”. Artikel diakses dari

www.spi.or.id/wp-content/uploads/PDF/002.pdf. pada 10/02/2015

Yudiatmaja, Wayu Eko. “Nasionalisasi PT. Freeport Indonesia”. Artikel diakses dari

http://wayuguci.com/Nasionalisasi-PT- Freeport Indonesia. pada 16/02/2015