124
ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Tiwi Wira Pratika NIM: 151134024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Tiwi Wira Pratika

NIM: 151134024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

ii

ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Tiwi Wira Pratika

NIM: 151134024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

v

PERSEMBAHAN

Bismilahirrahmanirrahim. Alhamdulilah puji dan syukur saya panjatkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa dengan rezeki kesehatan yang diberikan, saya mampu

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan kepada

1. Orang tua saya, Wiranto dan Sri Mikuwati serta adik saya yang selalu

mendoakan saya, memberikan semangat, dukungan, dan kasih sayang.

2. Dosen pembimbing, bu Erlita dan bu Laura yang sudah membantu dan

membimbing penyusunan skripsi saya hingga akhir.

3. Sahabat-sahabat saya yang selalu mendukung saya dari jauh.

4. Anastasia Aretia Anjani, Baselisa Fikaria Rosario Labobar, Ditha Alviani,

Christin Ayu Rizky, Andrian Syahputra, Yeni Apriani, dan teman-teman yang

selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa.

5. Teman-teman payung saya yang sama-sama berjuang dan saling mendukung.

6. Teman-teman yang selalu menemani saya selama ada di PGSD dan selalu

memberikan support baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

7. Almamater Universitas Sanata Dharma yang sudah memberikan kesempatan

untuk menimba ilmu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

vi

MOTTO

“JANGAN PERGI MENGIKUTI KE MANA JALAN AKAN BERUJUNG.

BUAT JALANMU SENDIRI DAN TINGGALKAN JEJAK.”

Ralph Waldo Emerson

“IMIPIANKU BUKANLAH UNTUK MENJADI YANG TERBAIK. TAPI

MENJADI SESEORANG YANG TIDAK AKAN MEMBUAT DIRIKU

SENDIRI MALU.”

Kim Ki-Bum

“HIDUPLAH DENGAN CERIA TIDAK PEDULI APAPUN SITUASINYA.”

Kim Seok-Jin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 09 Juli 2019

Peneliti

Tiwi Wira Pratika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Tiwi Wira Pratika

Nomor Mahasiswa : 151134024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 09 Juli 2019

Yang menyatakan

Tiwi Wira Pratika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

ix

ABSTRAK

ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI: STUDI

DESKRIPTIF

Tiwi Wira Pratika

Universitas Sanata Dharma

2019

Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus yang diintegrasikan masuk ke dalam kelas reguler untuk belajar bersama

anak-anak normal lainnya di sekolah umum. Sekolah inklusi yaitu sekolah reguler

yang mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa

berkebutuhan khusus dalam program yang sama. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

mendeskripsikan penerapan asesmen siswa berkebutuhan khusus di SD inklusi.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara semi terstruktur,

observasi, dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis

dengan cara reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan asesmen kurang maksimal, penyaringan atau

screening tidak dilakukan secara berkala. Tidak ada program khusus yang

dilakukan sekolah, hanya menjalankan program tambahan pelajaran atau les.

Keterampilan-keterampilan lainnya di luar bidang akademik diberikan oleh guru

kepada semua siswa. Hal yang dilakukan sekolah yaitu memodifikasi kurikulum

melalui penyederhanaan indikator atau penurunan KKM bagi siswa berkebutuhan

khusus. Selain itu juga penerapannya dalam kelas guru lebih memperhatikan

siswa berkebutuhan khusus dan dengan telaten mengulang materi yang dibahas.

Sekolah melakukan evaluasi program dengan melaporkan secara narasi pada

setiap akhir semester dengan guru-guru dan kepala sekolah. Kegiatan evaluasi

ditujukan untuk mendiskusikan program bagi siswa berkebutuhan khusus untuk

ke depannya.

Kata kunci: sekolah inklusi, aspek penyelenggaraan sekolah inklusi, penerapan

sekolah inklusi, asesmen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

x

ABSTRACT

ASSESSMENT OF STUDENT WITH SPECIAL NEEDS AT INCLUSIVE

ELEMENTARY SCHOOL: DESCRIPTIVE STUDY

Tiwi Wira Pratika

Sanata Dharma University

2019

Inclusive education is an education system for children with special needs

who are integrated into regular classes to study with other children in regular

schools. Inclusive schools are regular schools that accommodate and integrate

regular students and students with special needs in the same program. The

purpose of this researchwas to describe the schools assessment of students with

special needs in inclusive elementary school.

The research was descriptive qualitative. The techniques for data

collection were semi-structured interviews, observation, and documentation.

Then, the obtained data were analyzed by data reduction, data display, and

conclusion. The results of the researchshowed that the assessment was not

maximal and the screening was not done regularly. There was no special program

provided by the school. There was only additional course.The teachers also

taught non-academic skills to the students. Curriculum placement which was done

by the schools was modifiying the curriculum through simplifying the indicators

or decreasing the Minimum Criteria for Mastery Learning for students with

special needs. In the classroom, the teachers paid more attention to students with

special needs and repeated the discussed materials patiently. The schools

conducted the evaluation program by reporting narratively every semester with

teachers and principals. The purpose of evaluation activity was to discuss the

programs for students with special needs in the future.

Keywords:inclusive school, aspects of the management of inclusive school,

implementation of inclusive school, assessment.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan dengan baik skripsi yang

berjudul “Asesmen Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Inklusi: Studi

Deskriptif”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan dalam

memperoleh gelar sarjana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dengan segenap hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing I yang

telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dalam

perjalanan skripsi ini hingga selesai.

5. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing II yang

telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dalam

perjalanan skripsi ini hingga selesai.

6. Kepala Sekolah salah satu Sekolah Dasar Inklusi di Kabupaten Sleman yang

telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar serta bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini.

7. Guru salah satu Sekolah Dasar Inklusi di Kabupaten Sleman yang sudah

membantu dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Orang tua saya, Wiranto dan Sri Mikuwati serta adik saya yang selalu

mendoakan saya, memberikan semangat, dukungan, dan kasih sayang.

9. Anastasia Aretia Anjani, Baselisa Fikaria Rosario Labobar, Ditha Alviani,

Christin Ayu Rizky, Andrian Syahputra, Yeni Apriani, teman-teman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

xii

sepayung, dan teman-teman yang selalu memberikan semangat, dukungan,

serta doa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekaligus menjadi

sumber belajar bagi peneliti yang memiliki tujuan mengembangkan pendidikan

inklusi.

Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ v

HALAMAN MOTTO....................................................................................... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS........................................ viii

ABSTRAK......................................................................................................... ix

ABSTRACT......................................................................................................... x

KATA PENGANTAR....................................................................................... xi

DAFTAR ISI................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. 4

1.4.1 Manfaat Teoritis...................................................................................... 4

1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................................... 4

1.5 Asumsi Penelitian................................................................................... 5

1.6 Definisi Operasional............................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI............................................................................. 6

2.1 Kajian Pustaka............................................................................................... 6

2.1.1 Anak Berkebutuhan Khusus....................................................................... 6

2.1.1.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.................................................. 6

2.1.1.2 Faktor Penyebab Timbulnya Berkebutuhan Khusus ............................... 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

xiv

2.1.1.3 Tipe Anak Berkebutuhan Khusus............................................................ 7

2.1.2 Inklusi....................................................................................................... 12

2.1.2.1 Pendidikan Inklusi................................................................................ 12

2.1.3 Aspek-aspek Sekolah Inklusi................................................................ 13

2.1.4 Asesmen................................................................................................ 16

2.1.4.1 Hakikat Asesmen.................................................................................. 16

2.1.4.2 Model Pelaksanaan Asesmen................................................................ 17

2.1.4.3 Jenis Asesmen....................................................................................... 18

2.1.4.4 Langkah-langkah melakukan asesmen ................................................. 19

2.1.4.5 Ruang Lingkup Asesmen...................................................................... 20

2.1.4.6 Karakteristik Asesmen.......................................................................... 22

2.2 Penelitian Relevan...................................................................................... 22

2.3 Kerangka Berpikir...................................................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 30

3.1 Jenis Penelitian..................................................................................... 30

3.2 Setting Penelitian.................................................................................. 30

3.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 30

3.2.2 Subjek Penelitian.................................................................................. 31

3.2.3 Objek Penelitian.................................................................................... 31

3.3 Desain Penelitian.................................................................................. 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 33

3.4.1 Observasi............................................................................................... 34

3.4.2 Wawancara............................................................................................ 34

3.4.3 Studi Dokumentasi................................................................................ 35

3.5 Instrumen Penelitian............................................................................. 35

3.5.1 Pedoman Catatan Anekdot.................................................................... 36

3.5.2 Pedoman Wawancara............................................................................ 36

3.5.3 Pedoman Daftar Dokumen.................................................................... 37

3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas ........................................................... 38

3.6.1 Kredibilitas............................................................................................ 38

3.6.2 Transferabilitas...................................................................................... 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

xv

3.7 Teknik Analisis Data............................................................................. 40

3.7.1 Reduksi Data (Data Reduction)............................................................ 40

3.7.2 Penyajian Data (Data Display)............................................................. 40

3.7.3 Penarikan Kesimpulan.......................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 42

4.1 Hasil penelitian........................................................................................... 42

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian............................................................. 42

4.1.2 Wawancara............................................................................................... 43

4.1.2.1 Narasumber 1 (Guru Pendamping Khusus) .......................................... 43

4.1.2.2 Narasumber 2 (Guru kelas bawah) ....................................................... 45

4.1.2.3 Narasumber 3 (Kepala Sekolah) ........................................................... 48

4.1.2.4 Narasumber 4 (Guru kelas atas)............................................................ 50

4.1.3 Hasil Observasi........................................................................................ 51

4.2 Pembahasan................................................................................................. 53

BAB V KESIMPULAN................................................................................... 60

5.1 Kesimpulan................................................................................................. 60

5.2 Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 61

5.3 Saran........................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 63

LAMPIRAN..................................................................................................... 65

BIOGRAFI PENULIS..................................................................................... 107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ……………………………………………..... 66

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian …………………... 67

Lampiran 3 Reduksi Hasil Wawancara ……………………………………….. 68

Lampiran 4 Hasil Reduksi Observasi …………………………………………. 99

Lampiran 5 Hasil Reduksi Studi Dokumentasi ……………………………….. 100

Lampiran 6 Display Data Observasi, Wawancara, Dokumentasi ……………... 101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian …………………………………………….......... 31

Tabel 3.2 Pedoman Catatan Anekdot ………………………………………… 36

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ……………………………………………… 36

Tabel 3.4 Pedoman DaftarDokumen ………………………………………... 37

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ………………………………..…. 43

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Observasi …………………………….………. 43

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Studi Dokumentasi ……………..……………. 43

Tabel 4.4 Hasil Observasi Kelas IV ………………………………………….. 52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus yang diintegrasikan masuk ke dalam kelas reguler untuk belajar bersama

anak-anak normal lainnya di sekolah umum (Olivia, 2017: 3). Praktik

penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia sendiri

sudah ada sejak 1901 yang diselenggarakan oleh Lembaga Sosial Masyarakat

(LSM) maupun kelompok keagamaan. Sedangkan pemerintah (Depdikbud) baru

mengambil tindakan secara nyata dengan membangun Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB) pada tahun 1980-an. Sistem ini dinamakan sistem segregasi yang mana

anak berkebutuhan khusus dididik dalam satu sekolah khusus namun masih

terpisah dengan anak reguler lainnya.

Layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus yaitu Sekolah Luar

Biasa (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Sekolah Terpadu. SLB

sendiri sudah ada sejak tahun 1945 karena pada tahun itu sudah ada 100 siswa

berkebutuhan khusus. Namun pada tahun 1945 masih kekurangan guru sehingga

pemerintah mengirim beberapa tokoh pemerhati PLB untuk studi. Beberapa tahun

kemudian didirikan SDLB karena pemerintah mewajibkan sekolah 6 tahun

(Budiyanto, 2017: 7). Kemudian didirikan sekolah terpadu untuk anak tunanetra

di uji pertamanya. SLB sebagai lembaga tertua menampung anak dengan

hambatan penglihatan (tunanetra), anak dengan hambatan pendengaran

(tunarungu), anak dengan hambatan berpikir/kecerdasan (tunagrahita), anak

dengan hambatan fisik dan motorik (tunadaksa), anak dengan hambatan emosi dan

perilaku (tunalaras), dan anak dengan hambatan majemuk (tunaganda).

Pada tahun 1990-an kalangan profesional pendidikan luar biasa mulai ramai

membicarakan tentang pendidikan inklusi dalam bentuk seminar-seminar, diskusi,

dan sejenisnya. Seminar dan workshop difabel yang dilaksanakan di Yogyakarta,

17 Maret 2001, menghasilkan “Deklarasi Malioboro” yang meyakini bahwa

sistem pendidikan inklusif untuk segera direalisasikan. Di Bandung pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

2

pertengahan Mei 2002, kaum difabel menggelar unjuk rasa dihadapan DPRD

setempat untuk menghapus sistem eksklusif (SLB) diganti dengan sekolah inklusi.

Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (OKLK) sejak 2012

melakukan gerakan nasional pendidikan inklusif, tujuannya supaya semua

lembaga pemerintah dan masyarakat dapat mengenal, memahami, dan

mengimplementasikan pendidikan inklusif (Budiyanto, 2017: 3-4). Hingga saat ini

sudah ada banyak sekolah dasar yang berlabel inklusi di seluruh Indonesia,

termasuk provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Saat ini dokumen Salamanca merupakan dokumen Internasional utama

tentang prinsip-prinsip dan praktik pendidikan. Pernyataan tersebut ada dalam

pasal 2 yang mengatakan bahwa

“Sekolah reguler dengan orientasi inklusif merupakan cara yang paling

efektif untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang

ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan mencapai pendidikan bagi

semua; lebih jauh, sekolah ini akan memberikan pendidikan yang efektif

kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi dan pada akhirnya akan

menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan” (Budiyanto, 2017: 13).

Pernyataan dalam dokumen tersebut semakin mempertegas pentingnya

pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus karena pengalaman

sebelumnya menunjukkan bahwa sistem segregasi dan integrasi kurang mampu

memberikan hasil tercapainya kebutuhan dan masa depan anak bangsa.

Sekolah inklusi yaitu sekolah reguler yang mengakomodasi dan

mengintegrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam program

yang sama (Ilahi, 2013: 87). Sekolah inklusi memiliki tujuan yaitu untuk

menghindari diskriminasi dari siswa reguler. Selain itu sekolah inklusi bertujuan

untuk mengembangkan kemampuan sosial kepada siswa reguler dan siswa

berkebutuhan khusus dimana mereka akan saling berteman (Olivia, 2017: 9).

Walau begitu, tidak semua sekolah atau siswa yang mampu beradaptasi dengan

siswa berkebutuhan khusus. Untuk itulah guru mempunyai peran penting dalam

memberikan pengertian kepada anak bahwa anak atau siswa berkebutuhan khusus

itu harus dibimbing dan ditemani, bukan diasingkan atau dikucilkan. Anak

berkebutuhan khusus ialah anak yang terlihat berbeda dari anak-anak yang lainnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

3

dalam beberapa dimensi seperti mental, fisik, sosial, emosional, kemampuan

berkomunikasi, dan kemampuan sensoriknya sehingga mereka membutuhkan

perlakuan khusus dari orang-orang sekelilingnya.

Pelaksanaan sekolah inklusi itu sendiri memiliki 8 aspek, yaitu Penerimaan

Peserta Didik Baru (PPDB), identifikasi, kurikulum (kurikulum fleksibel),

merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, penataan

kelas ramah anak, asesmen, pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran

adaptif, serta penilaian dan evaluasi pembelajaran. Asemen merupakan salah satu

kegiatan evaluasi pendidikan untuk mengumpulkan informasi yang akan

digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran

kepada siswa berkebutuhan khusus. Tujuan asesmen itu sendiri untuk memperoleh

informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

merencanakan program pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar

(Abdurrahman, 2003: 46). Asesmen memiliki macam-macam model pelaksanaan,

diantaranya basline asesmen, progress asesmen, spesifik asesmen, final asesmen,

dan follow up asesmen.

Dari semua sekolah inklusi, ada beberapa sekolah yang sudah menerapkan

aspek-aspek sekolah inklusi walau belum secara maksimal. Jika sekolah tidak

melaksanakan asesmen, kemungkinan siswa mendapatkan program pembelajaran

tidak akan sesuai dengan kebutuhannya. Setelah melihat hasil asesmen, sekolah

menindaklanjuti siswa dengan cara mempertimbangkan dan merencanakan

program pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus.

Penelitian Ferinda (2017) di Kabupaten Sleman menjelaskan bahwa terdapat

32 sekolah dasar inklusi yang dianggap mampu melaksanakan sekolah inklusi.

Sekolah itu tersebar di beberapa kecamatan, yakni Kecamatan Seyegan, Mlati,

Tempel, Turi, Pakem, Cangkringan, Ngemplak, Ngaglik, Moyudan, Godean,

Gamping, Depok, Kalasan, dan Prambanan. Dari semua sekolah di berbagai

kecamatan tersebut, Ferinda memperoleh data 22% yang menerapkan aspek-aspek

sekolah inklusi. Dari 9 sekolah yang mengembalikan kuesioner, hanya ada 3

sekolah dasar inklusi yang melaksanakan aspek asesmen secara keseluruhan,

sedangkan sekolah lain belum melaksanakan secara maksimal. Hasil kuesioner

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

4

mengenai asesmen menunjukkan persentase jawaban yang diberikan guru masih

di bawah 50%.

Berdasarkan data tersebut, beberapa sekolah belum menerapkan aspek

asesmen secara utuh. Peneliti termotivasi untuk memfokuskan penelitian ini pada

penerapan aspek asesmen sekolah inklusi. Berdasarkan latar belakang tersebut,

peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Asesmen Siswa Berkebutuhan

Khusus di SD Inklusi: Studi Deskriptif”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang

dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan asesmen siswa

berkebutuhan khusus di SD inklusi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, peneliti telah menentukan tujuan penelitian

yaitu mendeskripsikan penerapan asesmen siswa berkebutuhan khusus di SD

inklusi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung dan

tidak langsung antara lain sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai penerapan aspek penyelenggaran sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten

Sleman dan Kota Yogya terutama pada aspek asesmen.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Peneliti dapat mendeskripsikan penerapan aspek penyelenggaraan sekolah

inklusi pada aspek asesmen, termasuk kendala yang dihadapi oleh sekolah inklusi.

1.4.2.2 Bagi Guru

Guru memperoleh informasi mengenai penerapan aspek penyelenggaraan

sekolah inklusi terutama aspek asesmen di sekolah dasar inklusi dan dapat

melaksanakan tindak lanjut kegiatan penerapan aspek dengan seksama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

5

1.4.2.3 Bagi Sekolah Dasar Inklusi

Melalui penelitian ini, sekolah dapat mengkaji dan melakukan evaluasi

terhadap penerapan aspek penyelenggaraan sekolah inklusi terutama aspek

asesmen yang sudah sekolah laksanakan.

1.5 Asumsi Penelitian

Asesmen merupakan salah satu kegiatan evaluasi pendidikan untuk

mengumpulkan informasi yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam

merencanakan program pembelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus.

Langkah-langkah dalam asesmen yaitu screening, diagnosis, penempatan

program, penempatan kurikulum, evaluasi pengajaran, dan evaluasi program.

Peneliti berasumsi bahwa penyelenggaraan aspek asesmen di Wilayah Kabupaten

Sleman dan Kota Yogya sudah diterapkan walau belum secara maksimal.

1.6 Definisi Operasional

a. Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang menyatukan anak

berkelainan atau berkebutuhan khusus dengan anak lainnya untuk

memperoleh pendidikan yang sama.

b. Anak berkebutuhan khusus ialah anak yang terlihat berbeda dari anak-anak

yang lainnya dalam beberapa dimensi seperti mental, fisik, sosial, emosional,

kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan sensoriknya sehingga mereka

membutuhkan perlakuan khusus dari orang-orang sekelilingnya.

c. Asesmen merupakan salah satu kegiatan evaluasi pendidikan untuk

mengumpulkan informasi yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam

merencanakan program pembelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus.

Langkah-langkah dalam melakukan asesmen yaitu, screening, diagnosis,

penempatan program, penempatan kurikulum, evaluasi pengajaran, dan

evaluasi program.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Anak Berkebutuhan Khusus

2.1.1.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa adalah anak yang

menyimpang dari anak normal dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan-

kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional,

kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal di atas,

sehingga ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau

perlayanan terkait lainnya, yang ditujukkan untuk pengembangan potensi atau

kapasitasnya secara maksimal (Wikasanti, 2014: 8). Hal ini dinyatakan bahwa

anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa adalah anak yang secara signifikan

berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Anak

berkebutuhan khusus dimaknai sebagai anak yang menghadapi hambatan dan

perkembangan temporer, permanen atau disabiliti (kecacatan) yang tidak hanya

disebabkan oleh kelainan kondisi sosial, emosional, atau kultural (Skjorten dalam

Rachmayana, 2013: 18). Dari berbagai pengertian sebelumnya, anak berkebutuhan

khusus ialah anak yang terlihat berbeda dari anak-anak yang lainnya dalam

beberapa dimensi seperti mental, fisik, sosial, emosional, kemampuan

berkomunikasi, dan kemampuan sensoriknya sehingga mereka membutuhkan

perlakuan khusus dari orang-orang sekelilingnya.

2.1.1.2 Faktor Penyebab Timbulnya Berkebutuhan Khusus

Faktor penyebab timbulnya berkebutuhan khusus pada seorang anak

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Wikasanti, 2014: 9)

a. Faktor Internal

Faktor penyebabnya adalah kondisi yang ada pada kondisi biologis anak yang

mengalami kecacatan. Misalnya anak yang tidak bisa melihat, tidak bisa

mendengar, atau mengalami kesulitan untuk bergerak. Anak berkebutuhan

khusus dengan faktor internal ini bersifat permanen (Atmaja, 2018: 13).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

7

b. Faktor Eksternal

Faktor penyebabnya adalah sesuatu yang berasal dari luar diri anak yang

mengakibatkan anak memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar

sehingga membuatnya mempunyai kebutuhan khusus dalam pendidikan. Anak

berkebutuhan khusus dengan faktor penyebab eksternal ini bersifat sementara

(temporer). Misalnya anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga

akan menarik diri, kehilangan konsentrasi, dan ketakutan. Contoh lainnya

yaitu trauma berat karena bencana alam atau konflik sosial. Pengalaman

traumatis seperti ini bersifat sementara, tetapi apabila anak ini tidak

memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan bersifat permanen (Atmaja,

2018: 11).

c. Kombinasi

Kebutuhan khusus yang disebabkan faktor kombinasi diperkirakan akan

membuat anak memiliki kebutuhan khusus yang lebih kompleks. Misalnya

anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas berada di

lingkungan keluarga yang tidak menerimanya. Anak seperti ini dapat

dikatakan memiliki kebutuhan khusus akibat dari kondisi dirinya dan

perlakuan orangtuanya yang kurang tepat.

2.1.1.3 Tipe Anak Berkebutuhan Khusus

Anak kebutuhan khusus memiliki karakter yang berbeda satu sama

lainnya. Macam-macam anak kebutuhan khusus yaitu:

a. Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak

berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari

seperti orang awas (Atmaja, 2018: 22). Triani mengungkapkan (2013: 24)

anak tunanetra atau anak dengan gangguan penglihatan adalah anak yang

mengalami daya penglihatan atau berupa kebutuhan meyeluruh (total) atau

sebagian (lowvision). Dari pengertian di atas, anak tunanetra adalah anak yang

mengalami gangguan penglihatan total atau sebagian. Klasifikasi yang dialami

anak tunanetra antara lain didasarkan pada waktu terjadinya tunanetra,

kemampuan daya penglihatan (tunanetra ringan, sedang, dan berat),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

8

pemeriksaan klinis (ketajaman penglihatan kurang dari 20/200, dan ketajaman

penglihatan antara 20/70 sampai 20/200), dan kelainan mata seperti miopia,

hiperopia, dan astigmatisma (Atmaja, 2018: 23-24).

b. Tunarungu

Ketunarunguan adalah seseorang yang mengalami gangguan pendengaran

yang meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, dan sangat berat yang

dikelompokkan menjadi kurang mendengar dan tuli, kondisi ini menyebabkan

terganggunya proses perolehan informasi atau bahasa sebagai alat komunikasi

(Atmaja, 2018: 62). Tunarungu adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran

yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan,

terutama melalui indra pendengarannya (Atmaja, 2018: 64). Tunarungu adalah

seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan

mendengar sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan tidak berfungsinya

sebagian atau seluruh indra pendengaran (Delphie, 2006: 102). Dari beberapa

pengertian tersebut, anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan

pendengaran baik secara keseluruhan atau sebagian. Klasifikasi tunarungu

menurut Atmaja dilihat dari kondisi tingkat kehilangan pendengaran yaitu

tunarungu sangat ringan (27–40 dB), tunarungu ringan (41–55 dB), tunarungu

sedang (50–76 dB), tunarungu berat (71–90 dB), dan tunarungu parah (di atas

90 dB).

c. Tunagrahita

Tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah

rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam

komunikasi sosial (Atmaja, 2018: 97). Tunagrahita berarti suatu keadaan yang

ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada di bawah rata-rata

disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri yang

mulai timbul sebelum usia 18 tahun (Rachmayana, 2013: 23). Dari beberapa

pengertian tersebut, anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan

jauh di bawah rata-rata yang ditandai dengan kurangnya kecakapan

komunikasi sosial dan menyesuaikan diri. Klasifikasi anak tunagrahita yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

9

tunagrahita ringan dengan IQ antara 68-52, tunagrahita sedang dengan IQ

antara 51-36, dan tunagrahita berat dengan IQ 39-25.

d. Autisme

Istilah autisme berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme yang

berarti aliran. Autisme berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya

sendiri. Autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang

yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita dengan gejala menutup diri

sendiri secara total dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar

(Atmaja, 2018: 199). Autisme merupakan kelainan yang disebabkan adanya

hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan

pada otak (Delphie, 2006: 121). Dari beberapa pengertian tersebut, autisme

adalah seseorang yang mengalami gangguan atau kelainan perkembangan

saraf yang mengakibatkan penderitanya memiliki hambatan pada kemampuan

berbahasa dan memiliki dunianya sendiri. Secara umum anak autisme

mengalami kelainan dalam berbicara, di samping mengalami gangguan pada

kemampuan intelektual serta fungsi saraf.

e. ADHD

ADHD merupakan kependekan dari Attention Deficit Hyperaktivity Disorder

atau yang dalam bahasa indonesia berarti gangguan pemusatan perhatian

disertai hiperaktif. ADHD secara umum menjelaskan kondisi yang

memperlihatkan ciri kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang dapat

menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas mereka (Atmaja,

2018: 235). ADHD adalah individu yang tidak mampu memusatkan perhatian

pada objek, tugas atau informasi yang dilihat dan didengar, serta mudah

terangsang oleh stimulasi dari luar sehingga memerlukan penyesuaian layanan

pendidikan (Rachmayana, 2013: 31). Dari beberapa pengertian tersebut,

ADHD adalah individu yang mengalami gangguan pemusatan perhatian pada

objek, tugas, atau informasi, mudah teralihkan atau tidak fokus, dan disertai

gejala hiperaktif. Gejala yang dimiliki anak ADHD ini antara lain inatensi,

hiperaktivitas, dan impulsivitas (Delphie, 2006: 73).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

10

f. Tunadaksa

Istilah tunadaksa berasal dari kata tuna yang berarti rugi atau kurang dan

daksa berarti tubuh. Tunadaksa adalah suatu keadaan terganggu sebagai akibat

gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsi

yang normal (Atmaja, 2018: 129). Tunadaksa adalah mereka yang mengalami

gangguan otot, tulang, sendi, dan atau sistem persyarafan yang mengakibatkan

kurang optimalnya fungsi komunikasi, mobilitas, sosialisasi, dan

perkembangan keutuhan pribadi (Rachmayana, 2013: 27). Anak tunadaksa

adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya yang

disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk

melaksanakan fungsinya secara normal (Atamaja, 2018: 127). Dari beberapa

pengertian tersebut, anak tunadaksa adalah anak yang mengalami hambatan

pada tulang, otot, sendi, atau sistem syaraf yang mengakibatkan

ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya secara baik.

Cerebral palsy termasuk dalam salah satu kelompok tunadaksa. Cerebral

palsy berasaldari kata cerebralyang berarti otak, sedangkan palsy asrtinya

ketidakmampuan motorik.Cerebral palsymerupakan kelainan yang

diakibatkan adanya kesulitan gerak yang berasal dari disfungsi otak (Delphie,

2006: 123)

g. Tunalaras

Tunalaras adalah ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap

lingkungan sosial, bertingkah laku menyimpang dari norma-norma yang

berlaku (Atmaja, 2018: 161). Anak tunalaras adalah anak yang mengalami

gangguan atau hambatan emosi dan berkelainan tingkah laku sehingga kurang

dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah,

dan masyarakat (Atmaja, 2018: 161). Anak tunalaras diartikan sebagai anak

yang mengalami gangguan emosi dan perilaku sehingga anak mengalami

kesulitan dalam penyesuaian diri dan atau bertingkah laku tidak sesuai dengan

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Rachmayana, 2013: 28). Dari

pengertian tersebut, anak tunalaras yaitu anak yang mengalami hambatan atau

gangguan emosi dan perilaku sehingga anak berperilaku tidak sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

11

norma yang berlaku di masyarakat. Anak tunalaras yang mengalami hambatan

atau gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu senang-sedih,

lambat cepat marah, dan rileks-tekanan. Secara umum emosinya menunjukkan

sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekan, dan merasa cemas.

h. Tunawicara

Tunawicara adalah anak dengan gangguan komunikasi yang mengalami

penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara, suara, irama, dan

kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan faktor fisik, psikologis dan

lingkungan (Triani, 2013: 24).

i. Kesulitan Belajar

1) Disleksia

Disleksia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys yang artinya sulit dan lex

yang berasal dari kata legein yang artinya berbicara (Atmaja, 2018: 257).

Secara umum disleksia adalah sebab kondisi ketidakmampuan belajar pada

seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam

melakukan aktivitas membaca dan menulis. Disleksia memiliki enam tipe,

yaitu disleksia perifer (disleksia tipe neglect, disleksia tipe atenttion,

disleksia tipe letter by letter), disleksia tipe sentral (non-lexical atau non-

semantic dan lexical atau semantic), disleksia tipe nonsemantic reading,

disleksia tipe surface, disleksia tipe phonological, dan disleksia tipe deep

(Atmaja, 2018: 262-264).

2) Disgrafia

Disgrafia berasal dari bahasa Yunani berarti kesulitan khusus yang

membuat anak sulit untuk menulis atau mengekspresikan pikirannya ke

dalam bentuk suatu tulisan dan menyusun huruf-huruf. Penyebab disgrafia

karena faktor neurologis yaitu faktor gangguan pada otak kiri depan yang

berhubungan dengan kemampuan menulisnya (Atmaja, 2018: 272).

3) Diskalkulia

Diskalkulia dikenal juga dengan istilah “math difficulty” atau kesulitan

belajar matematika karena menyangkut gangguan pada kemampuan

kalkulasi secara matematis. Kesulitan belajar matematika merupakan salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

12

satu jenis kesulitan belajar yang spesifik dengan prasyarat rata-rata normal

atau sedikit di bawah rata-rata, tidak ada gangguan penglihatan atau

pendengaran, tidak ada gangguan emosional primer, atau lingkungan yang

kurang menunjang. Anak dengan gangguan diskalkulia disebabkan oleh

ketidakmampuan mereka dalam membaca, imajinasi, mengintegrasikan

pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam memahami soal-soal cerita

(Atmaja, 2018: 281).

j. Anak Berbakat dan Keberbakatan (Gifted)

Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai kemampuan-kemampuan

yang unggul dalam segi intelektual, teknik, estetika, sosial, dan fisik (Delphie,

2006: 139). Anak berbakat merupakan individu yang memiliki kemampuan

unggul dan menunjukkan prestasi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

teman seusianya, sehingga membutuhkan penyesuaian layanan (Rachmayana,

2013: 28). Dari pengertian tersebut anak berbakat adalah anak yang memiliki

kemampuan di atas anak pada usianya baik secara intelektual, teknik, estetika,

sosial, dan fisik.

k. Slow Learner

Slow learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah

rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka membutuhkan

waktu yang lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas

akademik maupun non akademik (Tiarni, 2013: 24).

2.1.2 Inklusi

Inklusi adalah praktik dalam menempatkan siswa dengan disabilitas ringan

atau parah dalam kelas reguler dan menarik mereka ke dalam kelas spesial hanya

saat dibutuhkan (Arends, 2013: 57).

2.1.2.1 Pendidikan Inklusi

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus yang diintegrasikan masuk ke dalam kelas reguler untuk belajar

bersama anak-anak normal lainnya di sekolah umum (Olivia, 2017: 3).

Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan inklusif adalah penempatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

13

anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas

reguler (Ilahi, 2013: 27). Pendidikan inklusi dinyatakan sebagai sistem

layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani

di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama teman seusianya. Dari

beberapa pendapat sebelumnya, pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan

yang menyatukan anak berkelainan atau berkebutuhan khusus dengan anak

lainnya untuk memperoleh pendidikan yang sama. Pendidikan inklusi salah

satunya yaitu sekolah inklusi. Sekolah inklusi yaitu sekolah reguler yang

mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan

khusus dalam program yang sama (Ilahi, 2013: 87).

b. Tujuan Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi bertujuan agar anak-anak berkebutuhan khusus dapat

menerima hak pendidikan yang setara dengan anak-anak normal pada

umumnya (Olivia, 2017: 9). Selain itu tujuan anak berkebutuhan khusus

ditempatkan di sekolah umum yang sama dengan anak normal lainnya adalah

untuk mengembangkan kemampuan sosial keduanya, baik bagi anak

berkebutuhan khusus maupun anak normal. Kemampuan sosial ini bisa

dengan cara berteman. Jadi anak normal atau anak reguler tidak akan

membedakan teman-temannya dan mau berteman dengan siapapun. Begitu

pula anak berkebutuhan khusus yang mau tidak mau harus mencoba berbaur

dengan anak lainnya supaya ia bisa mengembangkan jiwa sosialnya dan tidak

merasa terkucilkan.

2.1.3 Aspek-aspek Sekolah Inklusi

a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Pelaksanaan penerimaan peserta didik baru yang dilengkapi dengan guru

pendamping khusus yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan

keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus. Bagi sekolah

yang memiliki kerjasama dengan psikologi, maka psikolog tersebut ikut serta

dalam PPDB. Penyelenggara pendidikan inklusi menerima peserta didik

berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

14

sekolah dan mengalokasikan kursi/quota untuk peserta didik berkebutuhan

khusus (Kustawan dkk, 2013: 90-91).

b. Identifikasi

Identifikasi merupakan upaya guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk

menemukan dan mengenali anak yang mengalami

hambatan/kelainan/gangguan, baik itu fisik, intelektual, mental, emosional,

dan sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang disesuaikan

dengan kebutuhan khususnya (Kustawan dkk, 2013: 93). Tujuan identifikasi

yaitu untuk menghimpun informasi atau data yang menjelaskan seorang anak

mengalami kelainan/penyimpangan dalam pertumbuhan/perkembangan

sehingga memerlukan perlakuan khusus dibandingkan dengan anak-anak

pada umumnya.

c. Kurikulum (Kurikulum Fleksibel)

Kurikulum fleksibel yaitu yang mengakomodasi anak dengan berbagai latar

belakang dan kemampuan. Maka kurikulum tingkat satuan pendidikan akan

lebih peka mempertimbangkan keragaman siswa agar pembelajarannya

relevan dengan kemampuan dan kebutuhannya (Kustawan dkk, 2013: 107).

d. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang Ramah Anak

Bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub-sub topik bahasan tertentu yang

mengandung ide pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan (Ilahi,

2013: 172). Agar perhatian anak didik terpusat pada guru maka guru perlu

melakukan pembelajaran yang interaktif. Jenis materi pelajaran yang

digunakan guru memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan akademis

siswa penyandang disabilitas (Kustawan dkk, 2013: 111). Selain itu cara

mengajar guru pun dapat menentukan kualitas dari materi yang diajarkan.

e. Penataan Kelas Ramah Anak

Cara penataan unsur-unsur fisik dalam suatu ruang kelas dapat berdampak

pada proses pembelajaran dan perilaku siswa (Friend dan Bursuck, 2015:

274). Unsur-unsur fisik ruang kelas dapat mempengaruhi kondisi dan suasana

belajar siswa ABK dengan siswa lainnya. Penataan unsur fisik mencakup

penampilan ruang kelas dan pemanfaatan ruang kelas, yaitu meliputi area

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

15

dinding, pencahayaan, area lantai serta ruang penyimpanan (Friend dan

Bursuck, 2015: 270).

f. Asesmen

Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak

yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang

berhubungan dengan anak tersebut (Abdurrahman, 2003: 46). Tujuan

asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi anak

berkesulitan belajar (Abdurrahman, 2003: 46).

Langkah-langkah asesmen yaitu (Friend dan William, 2015: 210-217):

1) Screening, meliputi keputusan untuk menentukan proses kemajuan siswa

yang dianggap cukup berbeda dengan teman lain sehingga patut diberikan

pengubahan pengajaran. Proses ini melibatkan seluruh siswa untuk

menetapkan adanya kondisi disabilitas.

2) Diagnosis, keputusan yang menyangkut kelayakan atas layanan

pendidikan khusus untuk melihat siswa apakalah siswa tersebut pantas

untuk disebut sebagai penyandang disabilitas.

3) Penempatan program, keputusan yang berkenaan dengan ranah yang

menjadi tempat berlangsungnya layanan-layanan pendidikan khusus yang

diterima siswa, misalnya ruang kelas pendidikan umum, ruang sumber,

atau ruang kelas pendidikan khusus yang terpisah. Keputusan penempatan

program untuk siswa yang menyandang gangguan kecerdasan tingkat

sedang hingga berat harus didasarkan pada bantuan yang dibutuhkan agar

mencapai tujuan kurikuler yang tertera dalam IEP (Individualized

Education Program) mereka. Penentuan dari IEP ini karena siswa perlu

dipantau atas kemajuan dari program yang sudah dijalankan.

4) Penempatan kurikulum, meliputi keputusan mengenai level yang akan

dipilih untuk memulai pengajaran siswa. Keputusan ini meliputi memilih

buku bacaan atau buku matematika yang akan digunakan oleh siswa.

Bahkan bisa juga untuk memodifikasi kurikulum dari pemerintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

16

5) Evaluasi pengajaran, meliputi keputusan untuk melanjutkan atau

mengubah prosedur pengajaran yang telah diterapkan pada siswa.

Keputusan dibuat dengan memantau kemajuan siswa secara cermat. Jika

dalam evaluasi ini siswa dirasa belum memiliki kemajuan maka guru

berhak menentukan pengubahan dalam pengajarannya.

6) Evaluasi program, meliputi keputusan menghentikan, melanjutkan, atau

memodifikasi program pendidikan khusus seorang siswa.

Pertimbangannya yaitu jika siswa telah mengakses kurikulum pendidikan

umum dengan cara melihat pencapaian suatu standar seperti tujuan atau

level patokan pada asesmen. Maksudnya adalah guru bisa

mempertimbangkan suatu program itu dilanjutkan, dihentikan, atau

dimodifikasi setelah melihat kemajuan atau kemunduran siswanya.

g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif

Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakekatnya

adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih, dan digunakan dalam

pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam

kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan

tujuan, kebutuhan, materi, kemampuan, dan karakteristik anak akan

menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan proses yang penting dalam bidang pengambilan

keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis

informasi tersebut agar diperoleh data yang tepat yang akan digunakan

pengambilan keputusan dalam memilih diantara beberapa alternatif.

2.1.4 Asesmen

2.1.4.1 Hakikat Asesmen

Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang

anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang

berhubungan dengan anak tersebut (Abdurrahman, 2003: 46). Pendapat lain

mengatakan bahwa asesmen merupakan salah salah satu dari tiga aktivitas

evaluasi pendidikan, yang meliputi asesmen, diagnotik, dan preskriptif (Hargrove

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

17

dan Poteet dalam Abdurrahman, 2003: 46). Asesmen dilakukan untuk

menjalankan diagnosis lalu dibuat preskriptif. Preskriptif ini dalam bentuk berupa

program pendidikan yang dimodifikasi. Tujuan asesmen itu sendiri untuk

memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

merencanakan program pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar. Sehingga

dari pengertian di atas, asesmen merupakan salah satu kegiatan evaluasi

pendidikan untuk mengumpulkan informasi yang akan digunakan sebagai

pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran kepada siswa

berkebutuhan khusus.

2.1.4.2 Model Pelaksanaan Asesmen

a. Baseline asesmen

Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan

keterampilan-keterampilan/kecakapan-kecakapan apa yang telah dimiliki oleh

seorang individu atau anak saat dilakukannya asesmen. Juga untuk

mengetahui kesulitan dan keterbatasan apa yang dihadapi oleh seorang

individu, keinginan seorang individu, dan kebutuhan-kebutuhannya. Asesmen

dilakukan pada saat seorang asesor bertemu client untuk pertama kalinya

dalam rangka memperoleh gambaran secara menyeluruh. Kemungkinan lain

adalah asesmen ini dilakukan karena alasan-alasan penting dari sejumlah

program pembelajaran yang akan dilakukannya. Misalnya ketika guru

melakukan asesmen ini, guru akan memperoleh informasi mengenai

siswanya, apakah memiliki keterampilan tertentu atau tidak (Hermawan dan

Kustawan, 2013: 99).

b. Progress asesmen

Tujuannya untuk mengetahui tentang program layanan pendidikan yang

sedang berjalan sehingga guru mendapatkan informasi yang jelas mengenai

level perubahan yang terjadi (Hermawan dan Kustawan, 2013: 99).

c. Spesifik asesmen

Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan hal-hal

spesifik yang ada pada anak. Misalnya ketika seorang anak memiliki perilaku

tertentu, seorang guru mungkin diharapkan mampu menemukan bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

18

perilakunya seperti apa? Apakah perilakunya merupakan sikap anak yang

mengalami gangguan spesifik? Lalu pemicu muncul perilaku tersebut; situasi

yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau meredakan perilaku siswa;

berapa lama perilaku ini terjadi apabila tidak dilakukan perlakuan khusus

pada anak tersebut (Hermawan dan Kustawan, 2013: 100).

d. Final asesmen

Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran dapat

tercapai, dan seberapa besar proses ini menyisakan permasalahan atau

kebutuhan anak yang belum terlayani sehingga perlu dibuat keterangan yang

jelas untuk digunakan sebagai bahan rujukan bagi guru lain, orang tua, atau

ahli lainnya. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat terakhir guru

melakukan interaksi dengan siswanya atau saat kenaikan kelas (Hermawan

dan Kustawan, 2013: 100).

e. Follow up asesmen

Tujuannya untuk memahami hal-hal apa saja yang harus ditindaklanjuti dari

hasil pengumpulan data yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh gambaran yang lebih jelas dan lebih luas tentang kondisi anak

yang betul-betul membutuhkan tindak lanjut (Hermawan dan Kustawan,

2013: 101).

2.1.4.3 Jenis Asesmen

a. Asesmen Formal

Asesmen formal yaitu asesmen yang dilakukan dengan menggunakan alat

asesmen yang telah baku. Misalnya tes intelegensi dan tes pencapaian hasil belajar

(Jamaris, 2013: 44). Jenis asesmen ini biasanya dilakukan untuk pemberian nilai

atau penskoran.

b. Asesmen Informal

Asesmen informal yaitu asesmen yang dilakukan dengan menggunakan alat

asesmen yang belum baku atau buatan guru (Jamaris, 2013: 48). Asesmen

informal dapat dilakukan dalam bentuk evaluasi acuan patokan, evaluasi acuan

norma, observasi yang direkam melalui rating scale dan check list, studi kasus

dan analisis kerja siswa atau portofolio. Tujuan asesmen ini untuk mengumpulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

19

informasi saat pembelajaran berlangsung yang akan menjadi dasar dalam

menentukan kemampuan siswa dalam pembelajaran (Dewi, 2018: 21).

2.1.4.4 Langkah-langkah melakukan asesmen

a. Screening, meliputi keputusan untuk menentukan proses kemajuan siswa

yang dianggap cukup berbeda dengan teman lain sehingga patut diberikan

pengubahan pengajaran. Proses ini melibatkan seluruh siswa untuk

menetapkan adanya kondisi disabilitas (Friend dan William, 2015: 210).

b. Diagnosis, keputusan yang menyangkut kelayakan atas layanan pendidikan

khusus untuk melihat siswa apakalah siswa tersebut pantas untuk disebut

sebagai penyandang disabilitas (Friend dan William, 2015: 211).

c. Penempatan program, keputusan yang berkenaan dengan ranah yang menjadi

tempat berlangsungnya layanan-layanan pendidikan khusus yang diterima

siswa, misalnya ruang kelas pendidikan umum, ruang sumber, atau ruang

kelas pendidikan khusus yang terpisah. Keputusan penempatan program

untuk siswa yang menyandang gangguan kecerdasan tingkat sedang hingga

berat harus didasarkan pada bantuan yang dibutuhkan agar mencapai tujuan

kurikuler yang tertera dalam IEP (Individualized Education Program)

mereka. Penentuan dari IEP ini karena siswa perlu dipantau atas kemajuan

dari program yang sudah dijalankan (Friend dan William, 2015: 215).

d. Penempatan kurikulum, meliputi keputusan mengenai level yang akan dipilih

untuk memulai pengajaran siswa. Keputusan ini meliputi memilih buku

bacaan atau buku matematika yang akan digunakan oleh siswa. Bahkan bisa

juga untuk memodifikasi kurikulum dari pemerintah (Friend dan William,

2015: 216).

e. Evaluasi pengajaran, meliputi keputusan untuk melanjutkan atau mengubah

prosedur pengajaran yang telah diterapkan pada siswa. Keputusan dibuat

dengan memantau kemajuan siswa secara cermat. Jika dalam evaluasi ini

siswa dirasa belum memiliki kemajuan maka guru berhak menentukan

pengubahan dalam pengajarannya (Friend dan William, 2015: 217).

f. Evaluasi program, meliputi keputusan menghentikan, melanjutkan, atau

memodifikasi program pendidikan khusus seorang siswa. Pertimbangannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

20

yaitu jika siswa telah mengakses kurikulum pendidikan umum dengan cara

melihat pencapaian suatu standar seperti tujuan atau level patokan pada

asesmen. Maksudnya adalah guru bisa mempertimbangkan suatu program itu

dilanjutkan, dihentikan, atau dimodifikasi setelah melihat kemajuan atau

kemunduran siswanya (Friend dan William, 2015: 217).

2.1.4.5 Ruang Lingkup Asesmen

Ruang lingkup asesmen dibagi menjadi 2, yaitu ruang lingkup berdasarkan

aspek kehidupan anak dan berdasarkan waktu. Setiap lingkup asesmen ini juga

masih terbagi lagi menjadi beberapa, yaitu (Dewi, 2018: 19)

a. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kehidupan Anak

1) Asesmen Akademik

Asesmen akademik merupakan asesmen pada kemampuan kognitif

seseorang yang berkaitan dengan aktivitas memahami sesuatu, menguasai

sesuatu, pemecahan masalah, berfikir abstrak, persepsi dan sebagainya.

Kegiatan asesmen akademik bertujuan untuk mencaritahu sejauh mana

kemampuan kognitif seorang anak berkebutuhan khusus yang berkaitan

dengan aktivitas belajarnya dalam proses pembelajaran di kelas.

2) Asesmen Perkembangan

Asesmen ini mengacu pada aspek perkembangan anak berkebutuhan

khusus yang merupakan aspek perkembangan non-akademik yang terdiri

dari aspek perkembangan bahasa/komunikasi, sosial dan/emosional serta

fisik motorik (neuromotor atau psikomotor). Tujuan asesmen ini untuk

mengurangi hambatan yang diakibatkan oleh kekhususan/kelainan utama

yang dimiliki oleh anak.

3) Asesmen Perilaku Adaptif

Asesmen perilaku adaptif merupakan asesmen yang menilai sejauh mana

kemampuan anak untuk melakukan aktivitasnya sehari-sehari. Tujuan dari

asesmen ini adalah membantu anak agar dapat melakukan aktivitas sehari-

harinya secara mandiri. Contohnya: makan, minum, merawat kebersihan

diri, berkarya, dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

21

b. Ruang lingkup berdasarkan waktu

1) Ruang lingkup yang diberikan sebelum anak mengikuti pelajaran

(a) Kemampuan menolong diri, merupakan kemampuan seseorang dalam

mengurus dan menolong diri sendiri dengan maksud mengurangi

ketergantungan kepada orang lain. Contoh: makan-minum, berpakaian

dan merias diri, menjaga kebersihan (merawat) diri dan sebagainya.

(b) Kemampuan psikomotor, merupakan kemampuan yang berhubungan

dengan fisik dan motorik seseorang dengan gangguan intelektual yang

meliputi gerak motorik halus dan kasar, membangun bentuk, dan

sebagainya.

(c) Perkembangan sosial-emosional, merupakan perkembangan atau

kemampuan seseorang dengan gangguan intelektual dalam melakukan

interaksi dengan orang lain dan mengelola emosionalnya. Contoh:

bereaksi terhadap rangsangan dari luar, menyesuaikan diri pada

situasi, bermain bersama, partisipasi dalam kegiatan, dan sebagainya.

(d) Perkembangan bahasa, merupakan perkembangan atau kemampuan

seseorang dengan gangguan intelektual dalam melakukan komunikasi

dan berbahasa. Contoh: berbicara, perbendaharaan kata, menulis,

menggambar dan sebagainya.

(e) Perkembangan kognitif, merupakan perkembangan atau kemampuan

seseorang dengan gangguan intelektual dalam aktivitas yang berkaitan

dengan intelektual. Contoh: pengertian tentang ukuran, jumlah, bentuk

dan sebagainya.

2) Ruang lingkup saat anak belajar di kelas

Asesmen yang dilakukan kepada anak berkebutuhan khusus saat

pembelajaran di kelas. Asesmen ini mengacu pada aktivitas guru dalam

melakukan pembelajaran. Contohnya penilaian untuk menentukan apa

yang diajarkan kepada siswa secara individu dan penilaian untuk

menentukan cara guru mengajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

22

2.1.4.6 Karakteristik Asesmen

Sesuai dengan pedoman penilaian yang diterbitkan Kemendiknas tahun

2013, karakteristik asesmen yaitu (Sumantri, 2016: 81-82):

a. Belajar Tuntas

Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat

mencapai kompetensi yang ditentukan namun mereka mendapat bantuan yang

tepat dan diberi waktu sesuai yang dibutuhkan. Misalnya peserta didik dengan

lambat belajar perlu diberi waktu yang lebih lama dibandingkan dengan siswa

lainnya.

b. Otentik

Asesmen otentik mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.

Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (secara utuh, merefleksikan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Asesmen ini tidak mengukur apa yang

diketahui peserta didik, tetapi mengukur apa yang dapat dilakukan pesera

didik.

c. Berkesinambungan

Asesmen dimaksudkan sebagai asesmen yang dilakukan secara terus menerus

dan berkelanjutan selama pembelajaran. Tujuannya untuk mendapatkan

gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik,

memantau proses dan kemajuan peserta didik, perbaikan hasil asesmen

melalui berbagai macam ulangan.

d. Menggunakan teknik asesmen yang bervariasi

Teknik asesmen yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, unjuk kerja,

portofolio, projek pengamatan, dan asesmen diri.

e. Berdasarkan acuan kriteria

Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan kelompoknya, namun

dibandingkan terhadap kriteria yang sudah ditetapkan. Misalnya ketuntasan

minimal yang ditetapkan sekolah.

2.2 Penelitian Relevan

Terdapat beberapa penelitian relevan yang peneliti ambil, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

23

Nurwahidah (2017) melakukan penelitian untuk mengetahui penggunaan

asesmen pembelajaran IPA bagi siswa visual impairment. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan asesmen untuk siswa visual

impairment masih kurang maksimal. Kurang maksimalnya karena sarana dan

prasarana dalam penunjangan asesmen masih kurang juga. Dari 4 sekolah, hanya

ada 1 sekolah yang memiliki printer braile dan mesin ketik, sekolah lainnya ada

namun tidak berfungsi dengan baik. Padahal penggunaan alat ini sangat

berpengaruh kepada siswa visual impairment. Asesmen yang dilakukan sekolah

juga mengacu pada sistem kurikulum 2013 walau tidak secara keseluruhan.

Yuliawan (2017) melakukan penelitian untuk mengetahui implementasi

kebijakan pengelolaan asesmen anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY dan untuk mengetahui faktor

pendukung serta penghambat implementasi kebijakan pengelolaan asesmen.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode

pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa implementasi pengelolaan asesmen dilakukan

dengan membagi pihak yang berperan dalam mengelola pendidikan,

mengembangkan kerangka kerja mengkoordinasi sumber daya, dan

mengalokasikan sumber daya. Dampak dari pengelolaan itu berupa pengadaan

pelatihan asesmen, menjalin mitra kerja dengan lembaga terkait, dan membentuk

lembaga khusus. Sekolah mampu melaksanakan kebijakan asesmen mulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut asesmen. Faktor pendukung

implementasi berupa materi PLB yang diberikan pada mata kuliah pendidikan,

adanya puskesmas sebagai mitra kerja sekolah. Sedangkan faktor penghambat

berupa pemahaman guru reguler masih lemah, alokasi tenaga Guru Pendamping

Khusus (GPK) terbatas, anggaran pelatihan terbatas dan belum merata, serta

beberapa orang tua kurang peduli dan sulit memahami arahan sekolah.

Riega (2015) melakukan penelitian mengenai peran pusat asesmen PKLK

terhadap pelaksanaan pendidikan inklusif di Kota Padang. Penelitian ini

mengunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini membahas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

24

mengenai peran PKLK dalam melakukan dukungan untuk identifikasi ke sekolah-

sekolah inklusi dan memberikan layanan kepada sekolah. Selain bekerja sama

dengan sekolah dalam pelaksanaan asesmen, PKLK juga bekerja sama dengan

lembaga terkait seperti medis, pendidikan, ketenagakerjaan, dan lain sebaginya.

Walaupun kerja sama ini dilaksanakan dengan kurang maksimal sesuai dengan

prosedur, namun PKLK sudah memberikan layanannya kepada sekolah-sekolah

inklusi. PKLK memiliki 2 asesor untuk melakukan asesmen di mana masing-

masing asesor memiliki tugas dan fokusnya. Terkadang PKLK memiliki

hambatan pada hasil asesmen yang diberikan orang tua karena hasil asesmen

siswa tidak sesuai ekspektasi orang tua. PKLK menyebarkan brosur dan

melakukan sosialisasi lainnya kepada masyarakat.

Soendari (2010) melakukan penelitian mengenai asesmen keterampilan

menulis dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa untuk dapat melakukan asesmen, guru perlu menyusun

program yang baik dan mengetahui materi keterampilan menulis dan jenis-jenis

keterampilan yang terkait. Adapun alat ukur asesmen keterampilan menulis yang

dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun. Prosedur pelaksanaan asesmen

keterampilan menulis yaitu meminta sampel hasil tulisan siswa,mengamati proses

menulis siswa, dan menganalisis sampel hasil tulisan siswa. Ada beberapa aspek

yang harus diperhatikan dalam mengamati proses menulis dan menganalisis

sampel tulisan siswa.

Penelitian Nurwahidah (2017) membahas mengenai asesmen pembelajaran

IPA bagi siswa dengan gangguan penglihatan. Penelitian ini mengarah pada alat

asesmen dan media yang membantu pengajaran. Misalnya siswa dengan gangguan

penglihatan berat dan ringan diberikan kertas soal yang sama, faktanya siswa

dengan gangguan penglihatan berat harus memakai kertas soal braille agar

maksimal dalam pengerjaannya dan bisa fokus. Sementara itu, penelitian ini

memfokuskan penelitian pada penerapan asesmen di sekolah dasar inklusi. Mulai

dari prosedur asesmen yang dilakukan sekolah hingga tindak lanjutnya.

Penelitian Yuliawan (2017) membahas mengenai cara dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga DIY membagi perannya untuk beberapa tugas. Tugas-tugas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

25

tersebut menghasilkan hasil yang positif salah satunya dapat memberikan

pelatihan asesmen, menjalin mitra kerja, dan sebagainya. Pelatihan asesmen itu

bisa dicerna oleh guru walaupun guru masih lemah dalam pemahamannya. Namun

dengan pelatihan ini sekolah sudah sedikit mampu menjalankan aspek asesmen

dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Penelitian ini membahas

mengenai tahapan asesmen yang dilakukan di sekolah dasar inklusi. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian Yuliawan yaitu membahas mengenai tahapan

asesmen yang dilakukan sekolah inklusi dan menindaklanjuti hasil asesmen yang

diterima siswa berkebutuhan khusus. Perbedaan dari penelitian ini dengan

penelitian Yuliawan yaitu penelitian ini akan membahas langkah-langkah asesmen

yang diterapkan sekolah untuk siswa berkebutuhan khusus dan membahas kendala

yang dialami sekolah dalam setiap pelaksanaan langkah asesmen tersebut.

Penelitian Riega (2015) yang dibahas yaitu peran PKLK sebagai lembaga

asesmen di Kota Padang yang mendukung berjalannya sekolah inklusi. Sebelum

melakukan asesmen, guru harus mengidentifikasi terlebih dahulu dan pelaksanaan

asesmen itu sendiri dilakukan oleh ahlinya. PKLK bekerja sama dengan sekolah-

sekolah inklusi untuk memberikan rekomendasi kepada anak-anak berkebutuhan

khusus yang sekolah di sekolah inklusi. Rekomendasi ini berdasarkan hasil

asesmen yang dilaksanakan dengan lembaga psikologi terkait. Peneliti mengambil

fokus dalam pelaksanaan asesmen yang memerlukan prosedur dan layanan

asesmen yang diberikan sekolah kepada siswa berkebutuhan khusus.

Penelitian yang dilakukan Soendari (2010) mengenai asesmen

keterampilan menulis. Untuk menilai keterampilan menulis siswa diperlukan kisi-

kisi sebagai pedoman bahwa nantinya pelaksanaan asesmen tidak begitu

subyektif. Dalam penelitian itu diberitahukan bahwa kisi-kisi yang dibuat juga

tidak asal. Ada pedoman atau indikator untuk memperjelas hasil asesmen. Dari

penelitian tersebut, peneliti mengambil kisi-kisi tersebut sebagai bahan panduan

untuk mengetahui keterampilan menulis siswa.

Dari penjabaran penelitian-penelitian di atas, peneliti memfokuskan

penelitian pada penerapan asesmen terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah

dasar inklusi, mulai dari pelaksanaan atau prosedur pelaksanaan asesmen hingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

26

kendala yang mungkin dihadapi guru atau sekolah saat melaksanakan asesmen.

Keterkaitan empat penelitian yang telah dijelaskan di atas dapat diamati pada

literature map berikut ini.

Bagan 2.2 Literature Map

2.3 Kerangka Berpikir

Ferinda (2017) pernah melakukan penelitian berupa survei kepada

beberapa sekolah di Kabupaten Sleman untuk mengetahui penerapan aspek-aspek

sekolah inklusi. Penelitian tersebut memberikan acuan kepada peneliti untuk

melanjutkan penelitian yang lebih spesifik kepada aspek asesmen. Sebelum

melakukan penelitian, peneliti membaca jurnal-jurnal terkait dengan penerapan

asesmen di sekolah inklusi. Penelitian tersebut membahas mengenai implementasi

pengelolaan asesmen di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, penggunaan

asesmen dalam pelajaran IPA kepada siswa dengan gangguan penglihatan, peran

lembaga PKLK dalam pelaksanaan asesmen di Kota Padang, dan Asesmen

Keterampilan Menulis.

Yuliawan (2017)

“Implementasi Kebijakan Pengelolaan

Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

Sekolah Inklusi di Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY”

Soendari (2010)

“Asesmen Keterampilan Menulis dalam

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”

Riega (2015)

“Peran Pusat Asesmen PKLK

Terhadap Pelaksanaan Pendidikan

Inklusif di Kota Padang”

Nurwahidah (2017)

“Penggunaan Asesmen Pembelajaran IPA

Bagi Siswa Visual Impairment di SLB

Jawa Tengah”

Pelaksanaan asesmen yang

masih kurang karena

sarana dan prasarananya

tidak begitu mendukung.

Implementasi kebijakan

pengelolaan asesmen anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dan faktor

pendukung serta penghambat

implementasi kebijakan.

Alat-alat ukur asesmen,

jenis asesmen, dan cara

mengasesmen.

Peran asesmen PKLK

dalam pelaksanaan

pendidikan inklusi.

Tiwi Wira

“Asesmen

Siswa

Berkebutuhan

Khusus di SD

Inklusi”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

27

Keempat penelitian tersebut peneliti kumpulkan untuk mengetahui

berbagai macam penerapan asesmen di beberapa lembaga, baik itu sekolah, dinas

pendidikan, maupun lembaga asesmen itu sendiri. Dalam penelitian-penelitian

tersebut, hasilnya masih belum spesifik kepada yang peneliti harapkan. Untuk itu,

peneliti mengambil fokus pada bagaimana penerapan asesmen di sekolah dasar

inklusi, mulai dari prosedur asesmen yang dilaksanakan sekolah hingga tindak

lanjut sekolah dalam menangani anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan yang menyatukan anak

berkelainan atau berkebutuhan khusus dengan anak lainnya untuk memperoleh

pendidikan yang sama. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, baik secara

formal maupun secara nonformal, termasuk anak berkebutuhan khusus. Anak

berkebutuhan khusus ialah anak yang terlihat berbeda dari anak-anak yang lainnya

dalam beberapa dimensi seperti mental, fisik, sosial, emosional, kemampuan

berkomunikasi, dan kemampuan sensoriknya sehingga mereka membutuhkan

perlakuan khusus dari orang-orang sekelilingnya. Biasanya anak berkebutuhan

khusus akan kesulitan dalam menerima pendidikan karena ada perbedaan atau

kekhususan dengan anak lainnya. Anak berkebutuhan khusus memerlukan

lembaga pendidikan yang mau menerimanya. Namun pendidikan untuk anak

berkebutuhan khusus biasanya hanya di Sekolah Luar Biasa saja. Jika anak

berkebutuhan khusus ada di lingkungan ABK juga, maka ia akan merasa

terasingkan dan tidak bisa bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Untuk itu

anak berkebutuhan khusus dimasukkan ke sekolah inklusi.

Tujuan lain dari pendidikan inklusi yaitu untuk mengembangkan sosial

anak berkebutuhan khusus dan anak lainnya agar mampu menghargai perbedaan

yang ada. Selain itu jika anak berkebutuhan khusus bergabung dengan anak

normal lainnya, anak berkebutuhan khusus akan memiliki teman yang beragam.

Walau begitu, biasanya sekolah yang menerima anak berkebutuhan khusus

memiliki kriteria diterimanya anak tersebut. Anak berkebutuhan khusus yang

masih dalam tingkat rendah dan sedang atau dapat diajar akan diterima.

Sedangkan jika yang tingkatnya sudah tinggi, akan dirujuk ke Sekolah Luar Biasa

(SLB).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

28

Sekolah inklusi memiliki aspek yang harus diterapkan oleh sekolah yang

menerapkan sekolah inklusi. Aspek-aspek tersebut yaitu penerimaan peserta didik

baru, identifikasi, kurikulum yang fleksibel, bahan ajar atau kegiatan

pembelajaran yang ramah anak, penataan kelas ramah anak, asesmen, penggunaan

media pembelajaran yang adaptif, dan penilaian dan evaluasi pembelajaran. Ke

delapan prinsip ini harus dilaksanakan sekolah inklusi supaya membuat anak

berkebutuhan khusus dapat nyaman dan dapat berkembang dengan baik.

Dari ke delapan prinsip ini, salah satunya peneliti fokuskan pada asesmen.

Asesmen merupakan salah satu kegiatan evaluasi pendidikan untuk

mengumpulkan informasi yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam

merencanakan program pembelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus.

Asesmen sangat diperlukan sebagai tindak lanjut dari kegiatan identifikasi.

Asesmen bisa dilakukan secara formal maupun informal. Asesmen formal

dilakukan oleh asesor atau seorang ahli psikolog menggunakan alat yang baku

yang hanya bisa dimengerti oleh psikolog. Hasil asesmen yang dikeluarkan berisi

identitas siswa, tujuan pemeriksaan, hasil pemeriksaan, dan kesimpulan dan saran.

Pada bagian hasil pemeriksaan, akan dijelaskan keadaan siswa mulai dari

kemampuan kognitif hingga kemampuan visual dan motorik. Pada bagian

kesimpulan dan saran akan diberikan saran kepada guru dan orang tua untuk

membimbing siswa.

Asesmen informal sendiri dilaksanakan oleh sekolah atau guru kelas.

Asesmen informal ini biasanya tidak memiliki pedoman yang baku, hanya

pedoman yang dibuat oleh guru itu sendiri. Bentuk dari asesmen ini yaitu seperti

observasi tingkah laku siswa, penilaian akademik siswa, dan perkembangan

akademik siswa. Tujuannya yaitu untuk melihat perkembangan siswa dari awal

pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Selain itu bisa juga memberikan

pandangan kepada guru bagaimana pengajaran yang harus diberikan kepada

siswa. Meskipun begitu, guru tetap memantau perkembangan siswa untuk

menentukan apakah program tersebut berjalan dengan baik. Jika belum, guru

berhak mengubah dan/atau mengganti program yang dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

29

Sekolah inklusi berhak menentukan jenis asesmen yang akan diberikan

kepada siswa. Asesmen yang diberikan bisa berupa asesmen akademik, asesmen

perkembangan, dan asesmen perilaku adaptif. Secara sadar sekolah menerapkan

asesmen akademik untuk melihat kemajuan akademik siswa. Kemampuan ini

berupa kemampuan kognitif yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa di

kelas. Sekolah secara tidak sadar juga memberikan asesmen perkembangan dan

perilaku adaptif. Pada dasarnya kedua asesmen tersebut memperlihatkan

kemampuan siswa dalam bidang non-akademik dan perilaku siswa. Non-

akademik siswa bisa dilihat dari komunikasi siswa dan kemampuan sosial siswa.

Sedangkan asesmen perilaku dapat berupa aktivitas siswa sehari-hari secara

individu dan mandiri. Perilaku tersebut dapat berupa makan, minum, merawat

diri, dan sebagainya. Metode yang peneliti lakukan yaitu wawancara dengan pihak

sekolah mengenai asesmen yang dilakukan sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.

Metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.

Penelitian ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat dan tata cara yang

berlaku di masyarakat serta situasi tertentu, hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap,

pandangan, protes yang berlangsung, dan pengaruh-pengaruh dalam fenomena

(Prastowo, 2011: 201).

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa bentuk kata atau

gambar daripada angka. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan,

manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan

gambaran kondisi yang apa adanya. Perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian

itu sendiri yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Penelitian kualitatif ini menggunakan metode studi kasus. Yin (dalam

Tohirin, 2012: 20) mengungkapkan bahwa studi kasus digunakan untuk

mengetahui lebih dalam dan rinci tentang suatu permasalahan atau fenomena yang

hendak diteliti. Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur, observasi, dan

dokumentasi untuk mengetahui penerapan asesmen di sekolah dasar secara

mendalam.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah,

dan SD Harapan Mulia yang merupakan salah satu sekolah inklusi di

kabupaten Sleman dan kota Yogya yang sudah menerapkan beberapa aspek

sekolah inklusi, terutama aspek asesmen. Data ini diperoleh dari penelitian

sebelumnya oleh Ferinda yang melakukan survei ke sekolah-sekolah inklusi

di Kabupaten Sleman. Hasil survei mengatakan bahwa sekolah-sekolah ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

31

menerapkan aspek-aspek penyelenggaran sekolah inklusi, salah satunya aspek

asesmen walau belum secara maksimal.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2018 hingga bulan Mei 2019. Berikut

ini jadwal pelaksanaan penelitian yang dilakukan peneliti.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Kegiatan

Tahun 2018 Tahun 2019 Ju

li

Agust

us

Sep

tem

ber

Okto

ber

Novem

ber

Des

ember

Januar

i

Feb

ruar

i

Mar

et

Apri

l

Mei

Penyusunan proposal

Penyusunan rancangan

penelitian (analisis

skripsi, analisis jurnal,

BAB I-III)

Pelaksanaan penelitian

(wawancara, observasi,

dan studi dokumentasi)

Penyusunan laporan hasil penelitian

3.2.2 Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas atas, guru kelas

bawah, dan guru pendamping khusus (GPK).

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah SD inklusi yang terkait dengan

penyelenggaraan asesmen di sekolah.

3.3 Desain Penelitian

Menurut desainnya, metode penelitian kualitatif berciri-ciri umum, fleksibel,

berkembang, dan muncul dalam proses penelitian (Prastowo, 2014: 40). Prastowo

(2014: 41) berpandangan bahwa dalam metode penelitian kualitatif, pada awalnya

desain penelitian belum dapat direncanakan secara terperinci, lengkap dan pasti,

yang menjadi pegangan selanjutnya selama penelitian.

Format untuk mendesain studi pada dasarnya mengikuti pendekatan

penelitian tradisional tentang penyajian sebuah masalah, perumusan pertanyaan

penelitian, pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan tersebut, analisis data,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

32

dan penarikan kesimpulan. Secara umum, tahapan penelitian kualitatif yaitu

(Emzir, 2012: 14-17)

a. Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus. Topik-topik tersebut

diidentifikasi berdasarkan pengalaman, observasi pada setting penelitian,

dan bacaan tentang topik tersebut. Peneliti mengidentifikasi topik

penelitian melalui bacaan mengenai penerapan asesmen di sekolah inklusi,

salah satunya penelitian Ferinda (2017). Ferinda mengungkapkan bahwa

sekolah-sekolah inklusi yang ada di wilayah Kabupaten Sleman belum

semuanya menerapkan aspek sekolah inklusi, terutama aspek asesmen.

Dari 9 sekolah yang mengembalikan kuesioner, hanya ada ada 3 sekolah

dasar inklusi yang melaksanakan aspek asesmen secara keseluruhan,

sedangkan sekolah lain belum melaksanakan secara maksimal. Hasil

kuesioner mengenai asesmen menunjukkan persentase jawaban yang

diberikan guru masih di bawah 50%.

b. Melakukan tinjauan pustaka. Peneliti melakukan tinjauan pustaka untuk

mengidentifikasi informasi penting yang relevan dengan studi dan untuk

menulis rumusan masalah. Peneliti membaca jurnal dan referensi buku

mengenai sekolah inklusi, aspek-aspek penyelenggaraan sekolah inklusi,

dan anak berkebutuhan khusus.

c. Mendefinisikan peran peneliti. Peneliti harus menetapkan tingkat

keterlibatannya dengan partisipan karena peneliti memiliki hubungan yang

akrab dengan partisipan. Peneliti berperan sebagai pewawancara dan juga

sebagai observasi non-partisipasi, sehingga peneliti tidak mempengaruhi

data dari narasumber dalam mendapatkan informasi.

d. Mengelola jalan masuk lapangan dan menjaga hubungan baik di lapangan.

Peneliti telah mengidentifikasi topik atau fokus penelitian di SD “Pagi

Cerah” dan memiliki konsistensi dalam topik tersebut mengenai penerapan

asesmen di sekolah dasar tersebut. Sebelum turun ke lapangan, peneliti

meminta izin terlebih dahulu kepada sekolah untuk melakukan penelitian.

e. Memilih partisipan. Pemilihan partisipan dipilih melalui purposeful

sampling atau diskusi dengan kelompok untuk memperoleh hasil yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

33

maksimal. Peneliti memutuskan memilih tiga partisipan, yaitu kepala

sekolah, guru kelas atau guru pamong, dan guru pendamping khusus.

f. Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan. Pertanyaan bayangan dirancang

oleh peneliti dan didasarkan pada topik penelitian yang sudah

diidentifikasi. Pertanyaan bayangan membantu peneliti untuk fokus pada

pengumpulan data dan memungkinkan pengumpulan data dalam cara yang

sistematis.

g. Pengumpulan data. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara

umum mencakup observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Peneliti

menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data, yaitu observasi,

wawancara, dan analisis dokumen kepada ketiga narasumber. Sumber-

sumber data yang berbeda kemudian dibandingkan dengan teknik lain

dalam suatu proses yang disebut triangulasi. Triangulasi yang digunakan

peneliti yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan

triangulasi waktu. Kegiatan ini dilakukan peneliti pada bab IV.

h. Analisis data. Data dalam penelitian kualitatif dianalisis melalui membaca

dan mereview data (catatan observasi, transkip wawancara, serta analisis

dokumen) untuk mendeteksi tema dan pola yang muncul. Kegiatan ini

dilakukan peneliti pada bab IV.

i. Interpretasi dan disseminasi hasil. Peneliti merangkum dan menjelaskan

tema serta pola (hasil) dalam bentuk naratif. Interpretasi juga melibatkan

diskusi tentang bagaimana temuan studi berkaitan dengan temuan-temuan

studi sebelumnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan peneliti untuk

memperoleh data agar diperoleh data yang valid, reliable, dan obyektif (Sugiyono,

2015: 236). Pada penelitian ini data diperoleh dari berbagai sumber dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam. Sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

34

karakteristik data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan

data yang dilakukan peneliti yaitu.

3.4.1 Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang sedang dilakukan (Sudaryono

dkk, 2013: 38). Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung. Observasi atau pengamatan juga dapat didefinisikan

sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu (Emzir,

2012: 37).

Emzir (2012: 39) menjelaskan observasi dapat dibedakan berdasarkan

peran peneliti, yaitu observasi partisipan (participant observation) dan observasi

non-partisipan (non-participant observation). Observasi non-partisipan yaitu

observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau penyaksi terhadap

gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Sedangkan observasi

partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai

anggota masyarakat yang menjadi topik peneliti.

Observasi dibagi menjadi 3 macam, yaitu observasi partisipatif, observasi

terus terang atau tersamar, dan observasi tak berstruktur (Sugiyono, 2015:258).

Dalam penelitian ini, peneliti menjadi observasi non-partisipan untuk melihat

suatu kejadian yang terjadi dan tidak terlibat dalam kegiatannya. Peneliti mencari

data melalui kegiatan melihat dan mengamati proses asesmen yang dilakukan di

SD “Pagi Cerah”. Peneliti juga melakukan observasi terus terang atau tersamar

karena dalam mengumpulkan data, peneliti berterus terang jika melakukan

penelitian. Namun juga ada beberapa hal yang tidak terus terang untuk

menghindari data yang peneliti cari merupakan data yang masih dirahasiakan

pihak sekolah.

3.4.2 Wawancara

Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang berlangsung

antara dua orang dalam situasi dua orang yang saling berhadapan di mana salah

seorang yang melakukan wawancara dengan meminta informasi atau pendapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

35

kepada orang yang diwawancara seputar pendapat dan keyakinannya” (Emzir,

2012: 50). Melalui wawancara, peneliti menggali berbagai informasi secara rinci

sesuai dengan tujuan penelitian tentang penerapan asesmen di Sekolah Dasar

inklusi wilayah DIY. Dalam penelitian ini, peneliti mencatat semua jawaban dari

responden sebagaimana adanya.

Sugiyono (2015: 266) mengemukakan bahwa ada beberapa macam

wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tak berstruktur.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk wawancara semiterstruktur.

Tujuannya untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak

yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Jenis wawancara ini

walaupun sedikit bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur, namun tetap

memerlukan pedoman wawancara. Peneliti menyiapkan pedoman wawancara

supaya wawancara berjalan dengan lancar dan tidak terlalu keluar dari

pembahasan atau topik.

3.4.3 Studi Dokumentasi

Dokumentasi memiliki tiga pengertian dalam arti luas, sempit, dan spesifik.

Dokumentasi dalam arti luas yaitu yang meliputi semua sumber, baik tertulis

maupun lisan. Dokumentasi dalam arti sempit yaitu meliputi semua sumber

tertulis saja. Sedangkan dokumentasi dalam arti spesifik yaitu yang meliputi surat-

surat resmi dan surat-surat negara, seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah,

dan sebagainya (Sugiyono, 2015: 274). Dalam arti lain dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang. Tujuan studi dokumentasi ini yaitu supaya

memperkuat pernyataan narasumber melalui hasil wawancara dan memperkuat

hasil pengamatan atau observasi yang dilakukan peneliti.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Setelah fokus penelitian menjadi jelas maka

kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang

melengkapi dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan

wawancara (Sugiyono, 2012: 223). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

36

teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Peneliti menggunakan pedoman catatan anekdot sebagai instrumen observasi,

pedoman wawancara sebagai instrumen wawancara, dan pedoman daftar dokumen

sebagai instrumen studi dokumentasi.

3.5.1 Pedoman Catatan Anekdot

Pedoman catatan anekdot digunakan sebagai panduan bagi peneliti ketika

melakukan observasi. Panduan observasi berisi hal-hal yang perlu peneliti amati

saat berada di lapangan agar informasi yang dibutuhkan tidak tertinggal dan juga

supaya fokus peneliti tidak terpecah. Peneliti perlu mendeskripsikan hasil

pengamatannya pada tabel yang tersedia. Berikut ini adalah pedoman catatan

anekdot yang digunakan peneliti.

Tabel 3.2 Pedoman Catatan Anekdot

No Indikator Deskripsi Hasil Pengamatan

1 Melakukan upaya pengumpulan

informasi untuk memantau kemajuan

anak

2 Melakukan penyaringan atau screening

3 Melakukan diagnosis atas kelayakan

layanan pendidikan khusus

4 Melakukan penempatan program bagi

siswa berkebutuhan khusus

5 Melakukan penempatan kurikulum

untuk memulai pengajaran bagi anak

berkebutuhan khusus

6 Melakukan evaluasi pengajaran

7 Melakukan evaluasi program

3.5.2 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berfungsi sebagai pedoman pertanyaan yang

diajukan kepada narasumber agar topik pembicaraan tidak menyimpang dari fokus

penelitian. Pedoman wawancara berisi pertanyaan panduan bagi peneliti untuk

memperoleh informasi mengenai penerapan asesmen di sekolah dasar. Berikut ini

adalah pedoman wawancara yang digunakan peneliti.

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara

No Aspek Indikator Pertanyaan Pokok

1 Langkah-

langkah

asesmen

Pengumpulan informasi

untuk memantau kemajuan

pendidikan siswa

a. Bagaimana cara guru untuk

memantau kemajuan hasil belajar

siswa?

b. Apakah guru melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

37

pengumpulan informasi atau data anak?

2 Penyaringan atau screening Apakah sekolah melakukan

penyaringan atau screening secara

berkala?

3 Diagnosis a. Bagaimana cara sekolah

mendiagnosis siswa yang

berkebutuhan khusus?

b. Apakah guru pernah melakukan

kesalahan dalam diagnosis siswa?

4 Penempatan program bagi

siswa berkebutuhan khusus

a. Program apa yang diberikan

sekolah pada siswa berkebutuhan

khusus?

b. Bagaimana jika program tersebut

kurang menunjukkan hasil kepada

siswa?

5 Penempatan kurikulum untuk memulai pengajaran

bagi siswa berkebutuhan

khusus

a. Apakah guru memodifikasi kurikulum bagi siswa berkebutuhan

khusus?

b. Bagaimana penerapan modifikasi

kurikulum di kelas?

6 Evaluasi pengajaran untuk

siswa berkebutuhan khusus

a. Bagaimana bentuk pengajaran

untuk siswa berkebutuhan khusus?

b. Adakah waktu atau tindakan

tersendiri yang dilakukan guru

untuk siswa berkebutuhan khusus?

7 Evaluasi program untuk

siswa berkebutuhan khusus

Bagaimana pelaksanaan evaluasi

program pada siswa berkebutuhan

khusus?

8 Bidang/ruang

lingkup asesmen

Ruang lingkup berdasarkan

aspek kehidupan anak

Asesmen di bidang apa saja yang

dilakukan sekolah kepada siswa?

3.5.3 Pedoman Daftar Dokumen

Pedoman daftar dokumen digunakan peneliti ketika melakukan studi

dokumen. Daftar cheklist dokumen ini dapat memudahkan peneliti untuk

menentukan dokumen apa saja yang diperlukan. Temuan dokumen ini

memperkuat hasil wawancara dan observasi serta menemukan informasi baru.

Berikut ini adalah pedoman daftar dokumen yang digunakan oleh peneliti.

Tabel 3.4 Pedoman Daftar Dokumen

Dokumen Keterangan

Deskripsi Ada Tidak

Informasi perkembangan

anak

Informasi latar belakang

orangtua/wali anak

Alat identifikasi anak

berkesulitan belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

38

Daftar anak yang berindikasi kesulitan belajar/bermasalah

Catatan kemajuan anak

Nilai rapot

Hasil asesmen anak

3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas

3.6.1 Kredibilitas

Kriteria kredibilitas hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat

dipercaya dari perspektif partisipan atau yang ikut berpartisipasi dalam penelitian

(Emzir, 2012: 79). Dari perspektif ini, tujuan penelitian kualitatif adalah untuk

mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik perhatian dari sudut

pandang partisipan. Strategi untuk meningkatkan kredibilitas data meliputi

perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi teman

sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchecking.

Uji kredibilitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu

(Sugiyono, 2014: 439). Terdapat 3 teknik triangulasi, diantaranya triangulasi

sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui berbagai sumber. Narasumber pada penelitian ini adalah kepala

sekolah, guru kelas atas, guru kelas bawah, dan guru pendamping khusus. Peneliti

melakukan triangulasi sumber dengan mengecek data yang diperoleh dari

narasumber yang satu ke narasumber yang lainnya. Data yang diperoleh dari

narasumber yang satu dapat diperkuat dengan data yang diperoleh dari

narasumber yang lainnya. Namun jika data yang diperoleh berbeda, maka peneliti

melakukan trianguasi teknik.

Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada narasumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda. Triangulasi

teknik ini dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan satu narasumber saja. Peneliti

mengumpulkan data dari satu narasumber dengan teknik yang berbeda. Kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

39

guru kelas IV, peneliti mengadakan wawancara, observasi di kelas, dan juga studi

dokumentasi. Dari ketiga teknik ini, dapat dilihat data yang didapatkan peneliti

saling menguatkan atau memiliki perbedaan. Kepada kepala sekolah, peneliti

melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan studi dokumentasi. Data

yang diperoleh dari teknik wawancara dapat diperkuat oleh teknik observasi dan

dokumentasi. Namun jika data yang diperoleh berbeda, maka peneliti melakukan

trianguasi waktu.

Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dari hasil

wawancara, observasi, atau teknik yang lain dalam waktu atau situasi yang

berbeda. Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan guru kelas IV

di pagi hari, lalu pengumpulan data berikutnya dokumentasi dilakukan keesokan

harinya. Beberapa hari kemudian peneliti melakukan observasi di kelas IV pada

pagi hari untuk mengumpulkan data. Setelah itu peneliti melakukan diskusi lebih

lanjut dari data-data yang diperoleh sebelumnya, baik dari triangulasi sumber

maupun triangulasi teknik. Ketiga macam triangulasi ini dilakukan supaya data

yang diperoleh dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya.

3.6.2 Transferabilitas

Transferabilitas dalam penelitian kualitatif adalah derajat keterapakaian

hasil untuk diterapkan di situasi yang baru dengan orang-orang yang baru

(Sugiyono, 2014: 443). Sugiyono menambahkan bahwa nilai transfer berkenaan

dengan pertanyaan hingga hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam

situasi lain. Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian

kualitatif sehingga memungkinkan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut,

maka peneliti harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat

dipercaya. Maksud dari transferabilitas ini yaitu bagaimana caranya peneliti

mentransfer data yang banyak dengan menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti dan dipahami banyak orang. Tujuannya yaitu supaya penelitian

kualitatif ini dapat digunakan oleh peneliti yang lain dengan situasi atau kondisi

yang serupa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

40

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Dengan pengertian lain,

analisis data yaitu mencari dan menyusun data secara sistematis dari berbagai

macam teknik pengumpulan data dengan berbagai macam cara penjabarannya

agar mudah dipahami oleh orang lain. Peneliti menggunakan teknik analisis data

menurut Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan.

3.7.1 Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data ialah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,

memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana

kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan (Emzir, 2012: 130).

Mereduksi data ialah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2014: 405).

Dengan demikian mereduksi data ialah kegiatan menyusun, memfokuskan hal

penting, dan merangkum data supaya memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta

mempermudah mencarinya bila diperlukan. Peneliti melakukan reduksi data

dengan mentransfer hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen ke dalam

bentuk tulisan narasi dan ke dalam bentuk tabel supaya mempermudah dalam

penyusunan. Peneliti juga melakukan pemilihan data sesuai dengan fokus

kebutuhan peneliti.

3.7.2 Penyajian Data (Data Display)

Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data

dalam penelitian kualitatif biasanya berupa teks yang bersifat naratif. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

41

menyajikan data, maka memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Selain

menyajikan dalam bentuk narasi, peneliti menyajikan data juga dalam bentuk

tabel untuk mempermudah pemahaman tentang data.

3.7.3 Penarikan Kesimpulan

Sugiyono (2014: 412) mengatakan bahwa kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid

dan konsisten, kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang dapat

dipercaya. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi juga tidak

karena masalah dan rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Pada penelitian ini digunakan uji

kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan

triangulasi. Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik

pengumpulan data untuk menarik kesimpulan terhadap data-data yang telah

diperoleh sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yang berjudul

“Asesmen Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Inklusi: Studi Deskriptif” yang

dilaksanakan pada bulan Juli 2018 hingga Mei 2019. Hal yang pertama dilakukan

oleh peneliti yaitu meminta surat izin penelitian ke sekretariat PGSD Universitas

Sanata Dharma. Surat tersebut merupakan surat izin dari kampus untuk

mengadakan penelitian di SD Kabupaten Sleman. Surat tersebut peneliti bawa

kepada kepala sekolah SD Pagi Cerah sebagai syarat penelitian. Setelah sekolah

mengizinkan, maka peneliti memulai penelitian dengan melakukan wawancara

mengenai aspek-aspek penyelenggaraan sekolah inklusi, observasi, dan studi

dokumentasi secara bertahap.

Walaupun peneliti memfokuskan penelitian kepada aspek asesmen, namun

peneliti melakukan wawancara tentang 8 aspek penyelenggaraan sekolah inklusi.

Hal ini peneliti lakukan karena kedelapan aspek tersebut saling berhubungan satu

sama lain. Lalu peneliti juga melakukan pengumpulan data dari berbagai sekolah

dasar yang ada di Kabupaten Sleman dan kota Yogya melalui hasil penelitian

teman-teman kelompok. Pengumpulan data ini bertujuan supaya data yang

peneliti terima dapat memberikan informasi lalu dapat diolah sedemikian rupa

oleh peneliti dan difokuskan kepada penerapan aspek asesmen di SD wilayah

Kabupaten Sleman kota Yogya.

Peneliti melakukan wawancara dengan Guru Pendamping Khusus (GPK)

dan guru kelas II terlebih dahulu pada tanggal 29 Maret 2019. Hari berikutnya

yaitu tanggal 30 Maret 20919 peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas

IV dan kepala sekolah. Pertanyaan yang peneliti berikan selalu sama seperti

sebelumnya, yaitu mengenai aspek-aspek penyelenggaraan sekolah inklusi. Pada

tanggal 1 April 2019 peneliti melakukan studi dokumentasi yaitu meminta

dokumen yang hanya berkaitan dengan aspek asesmen. Pada tanggal 30 April

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

43

peneliti melakukan observasi di kelas IV. Jadwal pelaksanaan kegiatan lebih rinci

dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara

No Hari/tanggal Waktu Subjek Wawancara

1 Jumat, 29 Maret 2019

08.00 – 09.00 Guru Pendamping Khusus (GPK) dari provinsi

09.05 – 10.15 Guru kelas II

2 Sabtu, 30 Maret 2019 08.00 – 09.00 Kepala sekolah

09.30 – 10.10 Guru kelas IV

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Observasi

No Hari/tanggal Waktu Aspek yang diamati

1 Selasa, 30 April 2019 07.30 – 09.10 Asesmen

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Studi Dokumentasi

No Hari/tanggal Daftar Dokumen

Tempat Pengamatan Dokumentasi

1 Senin, 1 April 2019

Informasi perkembangan anak Guru kelas IV

Informasi latar belakang orangtua/wali

anak

Kepala sekolah

Alat identifikasi anak berkesulitan

belajar

-

Daftar anak yang berindikasi kesulitan

belajar/bermasalah

Guru kelas IV

Catatan kemajuan anak Guru kelas IV

Nilai rapot Kepala sekolah

Hasil asesmen Kepala sekolah

4.1.2 Wawancara

4.1.2.1 Narasumber 1 (Guru Pendamping Khusus)

a. Hasil Wawancara di Lapangan

Guru melakukan pengumpulan informasi latar belakang anak melalui formulir

asesmen yang di dalamnya ada riwayat orang tua serta melakukan pemantauan

kemajuan akademik siswa dengan melihat hasil ulangan siswa. “Iya kadang

mengetahui kok anak seperti itu kan kita harus tahu latar belakang keluarga.

Nanti kan di dalam assesmen itu ada formulir ada pendataan nanti ada riwayat

orang tua. Kemajuan anak ada di ulangan harian mbak, ada juga eee lewat ya

kita misalnya kalau perkalian nanti diakhir pembelajaran kita ada kuis nanti bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

44

duluan itu yang keluar itu paling yang tertinggal paling yang ABK itu kecuali

kalau dia hafal tetep nanti keliahatan yang terakhir gak bisa jawab itu nanti

diakhir pembelajaran juga kita refleksi” (W1.GPKc.29032019.1-7).

Menurutnya sekolah melakukan asesmen setahun sekali ketika awal masuk

pembelajaran saja. Ada juga sekolah yang mengadakan screening sebanyak 2 kali

dalam 1 tahun. Sebelum melakukan asesmen, siswa diobservasi dan diidentifikasi

supaya terlihat siswa ABK atau tidak. Observasi dilakukan di awal pembelajaran

untuk melihat kesulitan anak. Lalu setelah siswa diasesmen, guru melihat hasil

asesmen yang dikeluarkan oleh piskolog. Bukan hanya kepada siswa kelas I

namun juga kepada siswa-siswa kelas atas atau siswa pindahan. Kesalahan

diagnosis kepada siswa yang dianggap ABK pernah terjadi, namun ternyata anak

itu bukan ABK. “Kesalahan diagnosis itu kita ooo anak itu bukan ABK tapi kita

diagnosisnya ABK ya mungkin kayak gitu aja tetapi tidak kita opo yo kita

sampaikan tertulis ke dinas atau apa cuma kita mendata aja, kita mendatanya

cuma secara assesmen itu” (W1.GPKc.29032019.5). “Di awal semester biasanya

kelas 1 itu anak belum bisa baca tulis, nah itu kebetulan wali kelasnya

mengikutkan asesmen dan ternyata anak itu tidak apa-apa”

(W1.GPKa.05042019.13-21).

Tidak ada program tersendiri bagi siswa berkebutuhan khusus. Sekolah hanya

menyediakan les-les tambahan bagi siswa dan sudah berusaha semaksimal

mungkin memberikan layanan pendidikan bagi siswa baik dalam akademik

maupun dalam kemandirian. Sehingga ketika siswa mengikuti ujian nasional,

apapun hasilnya sekolah sudah berusaha membantu siswa. “Programnya paling

les mbak, tambahan.Itu les tetapi kalau kurang menunjukkan hasil kepada siswa

ya kita sudah berusaha, kalau di sini ABK itu kan kalau ujian nasional ikut, nah

kita sudah berusaha ngasih les atau apa itu anaknya tetep kesusahan, paling

nanti hasilnya tetep tidak memuaskan” (W1.GPKc.29032019.23-28). Bisa juga

sekolah mengirimkan anak berkebutuhan khusus untuk mengikuti uji

keterampilan yang diadakan oleh dinas. “Biasanya dari dinas ada tapi kalau dari

sekolah tidak ada jadi nanti ada ini untuk anak berkebutuhan khusus, misalnya

dikirim kemana untuk uji keterampilan tapi kalau dari sekolah tidak ada. Kalau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

45

untuk itu paling nanti diikutkan kembali mbak, soalnya program dari dinas itu

pasti ada” (W3.GPKb.11042019.11-15).

Sekolah juga tidak menerapkan kurikulum modifikasi, hanya saja

penerapannya yang dibedakan untuk anak berkebutuhan khusus dan untuk anak

yang umum. “Di kelas itu kami sesuaikan dengan kondisi anak”

(W1.GPKa.05042019.8). Jika ujian maka guru membantu anak berkebutuhan

khusus. Bantuan yang guru terapkan yaitu bantuan berupa membacakan soal bagi

siswa yang belum bisa membaca. Namun untuk siswa yang sudah bisa membaca

guru memberikan waktu yang lebih untuk mengerjakan dibandingkan dengan

siswa umum lainnya. Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dan untuk

ABK ada GPK yang membantu. “Untuk ABK karena ada GPK jadi nanti GPK-

nya yang membantu mengkodisikan atau membantu menterjemahkan ke anak.

Biasanya ada tambahan pelajaran,keterampilan, sering diajak ke perpustakaan”

(W1.GPKa.05042019.9-10). Jenis asesmen yang diterapkan yaitu akademik,

tingkah laku, sosial, riwayat kesehatan.

4.1.2.2 Narasumber 2 (Guru kelas bawah)

a. Hasil Wawancara di Lapangan

Guru melakukan pengamatan kemajuan akademik anak melalui proses

pembelajaran di kelas, tanya jawab, latihan-latihan soal, dan hasil kerja PR siswa.

Walaupun PR dibantu oleh orang tua, guru paham pada BAB atau tema mana

siswa belum memahami materi. “PR itu meskipun PR banyak yang salah mbak

meskipun PR boleh meminta tolong dengan keluarga dengan catatan menulis

sendiri tapi ada juga yang dituliskan. Nah gitu tapi kan namanya anak-anak juga

dari situ saya bisa oo kemajuannya kalau yang BAB ini masih kurang. Misalnya

tentang kata sapaan besok saya ulangi kata sapaan yang bagaimana yang pakai

apa. Lalu tema yang seperti ini kita belum bisa, yang bagian ini mereka belum

bisa ya saya ulangi lagi” (W2.GK2c.29032019.1-9).

GPK juga bertugas untuk mencatat hasil pengamatan siswa berkebutuhan

khusus untuk dilihat dan diamati perkembangannya sehingga bisa dilaporkan. “Ya

diamati terus GPK-nya yang mencatat. Salah satu yang mencatat, jadi kalau bikin

laporan raport nah itu ditulis di situ semua perkembangan-perkembangan. Jadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

46

untuk yang berkebutuhan ada laporan perkembangan, ada laporan nilai yang

secara umum. Tapi ada laporan perkembangan khususnya. Kita buat seperti itu.

Memantau hasil belajar siswa setelah asesmen” (W3.GK1a.12042019.1-5).

Sekolah tidak melakukan asesmen secara berkala, namun sekolah mengadakan

asesmen mengundang pakar setahun sekali untuk kelas 1. Asesmen juga dilakukan

pada kenaikan kelas dan ketika kelulusan ujian namun tidak mengundang pakar.

Lalu ketika ada perkembangan atau kekurangan, siswa dituntut dan dibimbing

supaya ada kemajuan yang dihasilkan siswa. Guru juga menggunakan metode

tanya-tanya kepada keluarga dan orang-orang terdekat untuk mengetahui

perkembangan siswa dalam pembelajaran. Beliau kesulitan mengidentifikasi anak

itu berkebutuhan khusus atau tidak karena bukan ahli atau pakar ABK. Kriteria

yang ia gunakan pertama kali yaitu hanya siswa itu slow learner karena suatu saat

siswa dapat meningkat walau secara perlahan. Adanya GPK di sekolah juga

membantu guru untuk meminta pertimbangan mengetahui siswa berkebutuhan

khusus supaya tidak salah mendiagnosa siswa. “Saya kan harus selalu minta

pertimbangan dari bu Tiwi takutnya ya salah. Alhamdullilah bu Tiwi itu

pegalamannya sudah banyak. Jadi saya percaya sama bu tiwi. Untuk kalau keliru

kok kayaknya ya sedikitlah kemungkinan kelirunya” (W3.GK1a.12042019.8-11).

Program khusus yang guru berikan kepada siswa yaitu berupa keterampilan

dan mengurus diri sendiri. “Kalau program khusus yang kemarin cuma

keterampilan dan mengurus diri sendiri. Keterampilan itu kita membuat gelang,

cara menggosok gigi, cara makan yang benar, cara mencuci tangan yang baik.

Nah dulu itu ada anak yang BAB belum bisa cebok lalu ada temannya yang

membantu saya juga mengajari caranya cebok yang benar, lalu cara memakai

tali sepatu gitu saya mengajarinya kan ada yang belum bisa, cara menyisir

rambut dan juga diajari cara merapikan seragam gitu” (W2.GK2c.29032019.36-

45). Terkadang siswa juga diajak untuk membuat salad buah, lalu ada terapi

senam khusus. “Kalau programnya itu misalnya ABK pada waktu tertentu diajak

outbond, untuk ABK diajak masak-masak buat salad buah, terus nanti ada terapi.

Senam khusus menggunakan alat-alat seperti itu. Ya berimbang kan mungkin

anaknya ada yang aktifnya itu ya mesti lebih bisa melakukan kegiatan banyak”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

47

(W3.GK1a.12042019.12-16). Ada juga program yang diberikan bukan dari

sekolah, di mana siswa berkebutuhan khusus akan diseleksi untuk mengikuti

bimbingan tambahan. Namun walaupun begitu guru tetap mendampingi dan

membantu siswa sampai bisa.

Kurikulum yang diterapkan di dalam kelas yaitu kurikulum yang sesuai

dengan ketetapan pemerintah. Guru tidak menerapkan kurikulum modifikasi

karena termasuk reguler sehingga tidak bisa memprogram untuk siswa

berkebutuhan khusus. “Ya itu secara spontan waktu pembelajaran e mbak, kita

tidak bisa memprogram satu soalnya kita reguler, kalau reguler itu kan yang ABK

ikuti dulu nanti kalau dia merasa keberatan kita ulangi lagi”

(W2.GK2c.29032019.46-49). Namun dalam penerapannya di kelas untuk siswa

ABK, kurikulum dimodifikasi dari materi dan indikator. Misalnya siswa cukup

menjawab setengah dari keseluruhan soal untuk anak yang umum. Dalam

melaksanakan evaluasi, semua siswa dianggap sama. Untuk kelas I juga yang

terpenting adalah siswa mau bersosialisasi. Jika ada siswa yang membutuhkan

maka guru membantunya, entah dengan cara mengulang setelah selesai pulang

sekolah atau melalui PR yang diberikan guru.

Saat siswa berkelompok terkadang guru memberi tugas kepada siswa ABK

yang hanya diam untuk menggambar saja. “Khususnya kalo misalnya

berkelompok, kalo dia gak bisa ngikuti kan dia cuma diem aja, kebanyakan diem

mbak, jadi saya nanti beri tugas sendiri seperti kayak gambar-gambar gitu kan,

kamu ini. Temen-temen membantu tadi. Kalau awal-awal itu emang ribut gitu, ha,

penak banget kui, mosok gur mewarnai, mosok gur nggambar gitu. Tapi yo tetep

pengertian, akhirnya yo lama-lama tau, gak masalah gitu lho sekarang”

(W1.GK2d.28032019.25-31). KKM bagi siswa berkebutuhan khusus juga akan

berbeda dengan siswa umum lainnya. Jika KKM nya 70 maka diturunkan untuk

siswa ABK, sedangkan indikator yang pencapaiannya mencapai nilai 80 di raport

diberikan bintang karena itu anak berkebutuhan khusus. Pelaporan dilaporkan

dalam bentuk narasi. Asesmen yang dilakukan yaitu hanya dibidang akademik

saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

48

4.1.2.3 Narasumber 3 (Kepala Sekolah)

a. Hasil Wawancara di Lapangan

Guru melakukan pengumpulan informasi siswa melalui pengamatan lalu

ditulis pada catatan tersendiri. Catatan ini bertujuan untuk mengetahui

perkembangan siswa dan juga memantau kemajuan perkembangan akademik

siswa melalui ulangan-ulangan atau saat proses KBM. Selain itu, sekolah

memantau tingkah laku siswa setiap harinya. “Yaa tentu, itu guru membuat ee

data kemajuan anak yaa, itu membuat setiap individu anak, itu ada catatan

sendiri yaa itu sudah ada termasuk juga itu nganu ee.. buku perkembangan siswa

atau buku penghubung siswa itu ada di sana, misale anak tidak mengerjakan PR

itu terus bukunya diberikan kepada orang tua bisa membaca kalau anak ini sering

tidak mengerjakan PR maka orang tua bisa tau, dan ada lagi kalau anak

melakukan kesalahan itu orang tua bisa membaca dari buku tersebut. Eee... cara

memantaunya itu guru setiap eee ada ulangan harian itu setiap itu ada jadwal

tertentu ada ulangan harian terus.. membuat yoo raport itu cara memantau hasil

belajar siswa, terus.. juga dilain ulangan harian kita juga cara memantaunya ada

UTS, tes semester dan tes kenaikan kelas itu termasuk pemantauan siswa.

Disamping ee.. pengamatan-pengamatan tingkah laku yang setiap harinya selalu

kita awasi” (W3.KSc.30032019.1-11).

Selain itu bisa juga menyebarkan angket untuk diisi oleh orang tua supaya

sekolah mengetahui kebiasaan siswa di rumah. Sekolah tidak melakukan asesmen

secara berkala namun setiap tahunnya atau setahun 2 kali mengadakan asesmen

untuk siswa berkebutuhan khusus dan melakukan pemantauan perkembangan

siswa. Ketika sekolah mengadakan asesmen dengan mendatangkan psikologi atau

kerja sama dengan puskesmas, siswa yang belum diasesmen akan diberitahukan

dan diikutsertakan asesmen ini.Sekolah mendiagnosis siswa berkebutuhan khusus

melalui GPK. Jika anak memerlukan untuk pergi asesmen, maka sekolah akan

merujuk siswa ke ULD (unit Layanan Disabilitas).

Kepala sekolah selanjutnya menanyakan siswa-siswa yang berkebutuhan

khusus kepada guru untuk kemudian diasesmen ke ULD. “Saya biasanya yang

menanya mereka, kelas satu ini siapa saja yang cenderung ABK. Sampai kelas 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

49

nah itu kita kumpulkan kemudian dari daftar per kelas tadi saya buat proposal,

saya ajukan ke ULD, Unit Layanan Disabilitas, itu sekitar bulan akhir Agustus,

akhir Agustus nanti biasanya pelaksanaannya sekitar Oktober. Iya, nanti itu satu

kota, satu kota bersamaan. UPT itu sudah ada kerja sama, kalau 2 apa 3 tahun

ini ya, itu dengan UII, dengan lembaga psikolognya UII. Jadi satu anak itu satu

psikolog, ketika hari asesmen itu mereka datang ke sini. Kalau anaknya 12 ya

psikolognya 12. Ya itu kira-kira 2 jam itu pelaksanaannya”

(W4.KSd.12042019.6-15).

Biaya untuk melakukan asesmen itu berasal dari proposal yang sudah disetujui

oleh dinas. Terkadang guru juga pernah salah mendiagnosis siswa. Siswa yang

tidak ABK dianggap ABK karena keterbatasan pengetahuan. Tidak ada program

khusus yang diadakan sekolah, disesuaikan dengan siswa lainnya. Program yang

biasa diikutkan yaitu keterampilan, pramuka, atau pelajaran tambahan. “Kalau

pramuka juga ikut. Anak-anak yang ABK itu malah banyak yang berprestasi lho

mbak... ee itu kemarin ada yang ikut lomba karate kalau tidak salah dapat juara

2, sering mbak disini itu malah yang ABK yang sering dapat juara. Terus

biasanya juga ada pelajaran tambahan untuk ABK semacamles”

(W2.KSa.12042019.6-10). Sekolah juga meminta kepada dinas untuk

mengadakan pelatihan bersama dengan sekolah inklusi lainnya.

Modifikasi kurikulum hanya berdasarkan penyederhanaan saja atau tingkatnya

diturunkan, dikurangi, atau bahkan beberapa indikator dihilangkan sesuai dengan

kemampuan siswa. “Iyaa untuk modifikasi itu hanya penyederhanaan, misale

anak-anak yang nganu hitungan 10 sampai 100, mungkin ABK hanya 10 sampai

50, hanya penyederhanaan saja” (W3.KSc.30032019.24-27). Kurikulum untuk

ABK dimodifikasi dengan membuat RPPI oleh GPK yang modelnya disesuaikan

dengan kurikulum 2013. Pengajaran yang diberikan untuk anak berkebutuhan

khusus di kelas juga tidak dikhususkan, sesuai dengan yang reguler. Hanya saja

anak berkebutuhan khusus diperhatikan lebih intensif. “GPK-nya kan ada 4 to

mbaknanti gantian. Tapi yang jelas setiap kelas nanti ada GPK-nya, jadi setiap

KBM itu GPK-nya yang anu.. apa.. menjelaskan ke anaknya”

(W2.KSa.12042019.15-16). Pelaksanaan ulangan harian siswa berkebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

50

khusus sama dengan yang lain namun KKM-nya diturunkan. Sekolah juga

melakukan evaluasi program untuk menindaklanjuti program ke depannya akan

dikelola seperti apa. Asesmen yang dilakukan sekolah hanya dibidang akademik

saja.

4.1.2.4 Narasumber 4 (Guru kelas atas)

a. Hasil Wawancara di Lapangan

Pengumpulan informasi anak dilakukan pada awal tahun saat pengisian di

LBK. Guru memantau kemajuan anak dengan menanyakan kepada orang tua

mengenai kebiasaan anak di rumah dan bertanya kepada guru kelas sebelumnya.

Hasil itu bisa juga untuk memantau perkembangan siswa dari tahun sebelumnya

hingga tahun ini. Setelah itu ia selalu memantau kemajuan anak melalui nilai

ulangan, tugas, sikap, dan cara pemahaman anak kepada materi. Asesmen tidak

diberlakukan secara berkala namun dilakukan setahun sekali. Cara guru

mendiagnosa siswa berkebutuhan khusus yaitu melalui observasi dan asesmen.

Terkadang juga melihatnya dengan cara memberikan soal yang sama dan

mendasar kepada semua siswa. Kemudian bisa terlihat siswa yang ABK atau

bukan.

Kesalahan dalam mendiagnosa anak berkebutuhan khusus karena kondisi anak

di setiap harinya berbeda atau karena kebiasaan buruknya yang tidur malam.

“Biasanya kesalahane bukan dari apa ya, jadi gini.. kan kondisi anak bermacam-

macam berkebutuhan khusus tidak bisa stabil setiap harinya, kadang kala kalau

diassesmen anak itu lagi istilahnya dari rumah ora kebeneran jadi dia drop, jadi

bisa jadi hasil assesmen lebih buruk dari sebenernya, bisa saja pada waktu

assesmen anak itu lagi seneng lagi semangat sehingga hasilnya lebih bagus

daripada kenyataanya itu sering. Iyaa.. jadi bukan dinamakan kesalahan karena

opo yoo tergantung mood nya, mood siswa kan naik turun disitu”

(W4.GK4c.30032019.11-18).

Program khusus tidak ada, namun setiap tahun ada beasiswa yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan siswa per orangnya. Ada juga ekstrakurikuler

sekolah, membuat kue, membatik, dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan satu

UPT. Program tersebut memberikan kesan yang membanggakan bagi siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

51

karena siswa berhasil mengikuti programnya dan menghasilkan karya yang bagus.

Guru selalu mendampingi siswa dalam menjalankan program yang diberikan.

Kurikulum dimodifikasi dengan melihat silabus yang penerapannya menurunkan

indikator atau disesuaikan dengan kemampuan siswa itu sendiri.

Pengajaran anak berkebutuhan khusus disamakan dengan yang lain dan

biasanya menggunakan media pembelajaran. Setelah pembelajaran jika ada siswa

yang belum mengerti maka guru membantunya. Terkadang ia juga tidak akan

memaksa siswa untuk mengerjakan sesuatu yang tidak disukai. Anak diharuskan

fokus kepada satu materi yang dia bisa namun juga harus benar 100%. “Saya

selalu menggali kemampuan apa yang dia bisa, yang gak bisa ngapain di gali,

wong gak bisa. Guru tidak banyak memberikan tindakan khusus untuk siswa

berkebutuhan khusus karena guru tidak menginginkan anak berkebutuhan khusus

merasa dibedakan dengan siswa yang lain sehingga semua kegiatan

pembelajaran dilakukan bersama secara klasikal dan guru membuat suasana

belajar yang senyaman dan semenyenangkan mungkin baik bagi siswa regular

maupun siswa berkebutuhan khusus” (W2.GK6d.02042019.37-48).

Guru sendiri tidak membedakan KKM. Walaupun nanti siswa tidak mencapai

KKM, guru melihatnya dari indikator yang diturunkan. Soal yang diberikan

kepada siswa berkebutuhan khusus juga sama namun berbeda kedalaman materi

saja. Evaluasi yang dilakukan sekolah ada di akhir semester bersama dengan guru.

“Proses evaluasinya misalnya oh di sini kurang ini, yok kita tambahin ini. Setiap

akhir semester itu ada omongan evaluasi. Waktu briefing atau waktu supervise itu

juga ada evaluasi” (W2.GK6d.02042019.49-53). Asesmen yang dilakukan bukan

hanya IQ namun juga perilaku siswa.

4.1.3 Hasil Observasi

Observasi yang peneliti lakukan yaitu observasi di kelas IV. Peneliti juga

melakukan observasi pada hasil dokumentasi. Peneliti memulai pada observasi di

kelas IV. Saat peneliti melakukan observasi, tidak ada GPK yang mendampingi di

kelas karena tidak ada jadwal GPK. Berikut peneliti deskripsikan hasil observasi.

Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen

siswa. Guru mengatur tempat duduk siswa dengan meminta siswa laki-laki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

52

terlebih dahulu maju ke depan kelas. Lalu siswa perempuan diminta duduk

menyebar, 1 kursi hanya diisi dengan 1 orang. Setelah siswa perempuan

menempati tempat duduknya, guru menyuruh siswa laki-laki memilih tempat

duduknya. Tidak lupa juga posisi siswa yang tidak masuk diatur oleh guru. Guru

memulai pembelajaran dengan mengeluarkan kertas origami lalu menanyakan

bentuknya. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) hari itu yaitu mengulas kembali

materi sebelumnya yaitu mengenai bentuk bangun datar dan sedikit bangun ruang.

Siswa terlihat aktif dalam kelas ketika guru melakukan tanya jawab. Dari kertas

origami itu siswa ditanya banyak hal mengenai bentuk kertas, sudut yang mana,

perbedaan besar dan panjang, dan lain-lain. Tak lupa guru bertanya mengenai

ulasan materi tadi. Apakah masih ada yang belum dimengerti oleh siswa. Guru

juga memberikan perhatian lebih kepada siswa yang lambat belajar dengan

mengulang kembali materi dan meminta teman lainnya untuk bersabar.

Setelah itu guru membagikan kertas berisi soal. Kertas ini direncanakan

menjadi ulangan bagi siswa. Sambil siswa mengerjakan soal, guru menilai

pekerjaan siswa yang ada pada LKS. Ada beberapa siswa yang maju ke depan

untuk bertanya dan guru menjawabnya dengan sabar. Jawaban yang ia berikan

tidak langsung pada jawaban tetapi dengan pertanyaan yang menjurus pada

jawaban. Tak lama kemudian guru memutuskan untuk berkeliling melihat

pekerjaan siswa. Dari situ, semakin banyak siswa yang bertanya kepada guru dan

guru menjelaskannya satu per satu sampai siswa terlihat sudah jelas.

Berikut peneliti ungkapkan hasil observasi yang dilakukan di kelas IV

sesuai dengan pedoman observasi yang peneliti buat.

Tabel 4.4 Hasil Observasi Kelas IV

No Indikator Deskripsi Hasil Pengamatan

1 Melakukan upaya pengumpulan

informasi untuk memantau

kemajuan anak

Tidak dilakukan peneliti karena dalam melihat

kemajuan siswa memerlukan waktu setiap harinya.

2 Melakukan penyaringan atau

screening

Tidak dilakukan observasi karena saat itu tidak ada

proses screening.

3 Melakukan diagnosis atas

kelayakan layanan pendidikan

khusus

Tidak dilakukan saat observasi karena saat itu tidak ada

proses diagnosa.

4 Melakukan penempatan program

bagi siswa berkebutuhan khusus

Tidak dilakukan karena saat itu tidak ada program

khusus bagi siswa berkebutuhan khusus.

5 Melakukan penempatan Dalam observasi untuk kurikulum, guru sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

53

kurikulum untuk memulai pengajaran bagi anak

berkebutuhan khusus

separuhnya melakukan pengajaran dalam kelas sesuai RPP. Ia memulai pembelajaran dengan mengucap

salam dan mengabsen siswa namun tidak dilakukan

motivasi kepada siswa. Dalam proses KBM itu sendiri

guru melakukan beberapa metode pengajaran, seperti

tanya jawab dan diskusi. Guru juga mengulang kembali

materi ketika siswa tidak mengerti.

6 Melakukan evaluasi pengajaran Evaluasi pengajaran kali ini guru lakukan setelah

menjelaskan materi. Evaluasi kali ini yaitu siswa

diberikan 5 soal yang masing-masing soal terdapat

beberapa pertanyaan terkait bangun datar. Selagi siswa

mengerjakan, guru menilai hasil kerja siswa pada LKS.

7 Melakukan evaluasi program Tidak dilakukan.

4.2 Pembahasan

Sekolah inklusi yaitu sekolah reguler yang mengakomodasi dan

mengintegrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam program

yang sama (Ilahi, 2013: 87). Berkaitan dengan teori, SD Mekar Jaya (SD a), SD

Cinta Kasih (SD b), SD Pagi Cerah (SD c), dan SD Harapan Mulia (SD d)

merupakan salah satu dari sekian SD yang mendapat label sekolah inklusi yang

ada di DIY, khususnya Kabupaten Sleman dan kota Yogya. Sebagaimana yang

dijelaskan pada pasal 2 dokumen Salamanca yang berbunyi

“Sekolah reguler dengan orientasi inklusif merupakan cara yang paling

efektif untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat

yang ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan mencapai

pendidikan bagi semua” (Budiyanto, 2017: 13).

Sekolah-sekolah ini menerima siswa berkebutuhan khusus dan siswa

umum lainnya tanpa ada persyaratan yang khusus. Dalam penerimaan siswa baru,

sekolah mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan adanya siswa berkebutuhan

khusus. Jika siswa terlihat berkebutuhan khusus, maka sekolah akan bertanya

dahulu kepada orang tua apakah anaknya berkebutuhan khusus atau tidak. Jika

kemudian siswa tersebut berkebutuhan khusus, sekolah meminta siswa untuk

asesmen atau jika sudah diasesmen maka sekolah meminta hasil asesmennya.

Sebelum diasesmen, siswa diidentifikasi terlebih dahulu. Seperti yang

tertulis dalam teori bahwa identifikasi merupakan upaya guru dan tenaga

kependidikan lainnya untuk menemukan dan mengenali anak yang mengalami

hambatan/kelainan/gangguan, baik itu fisik, intelektual, mental, emosional, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

54

sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang disesuaikan dengan

kebutuhan khususnya (Kustawan dkk, 2013: 93). Cara sekolah mengidentifikasi

yaitu melihat sikap anak selama proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Bisa

juga melalui bertanya kepada orang tua bagaimana sikap dan kebiasaan anak di

rumah. Setelah dirasa memang siswa itu berkebutuhan khusus, sekolah membawa

siswa tersebut kepada psikolog atau ahli asesmen.

Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang

anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang

berhubungan dengan anak tersebut (Abdurrahman, 2003: 46). Terdapat 2 jenis

asesmen, yaitu asesmen formal dan asesmen informal. Menurut guru kelas II,

asesmen yang dilakukan sekolah yaitu ketika masuk, kenaikan kelas atau ketika

ujian kelulusan. Asesmen ini disebut dengan asesmen informal yaitu asesmen

menggunakan alat asesmen yang belum baku atau buatan guru (Jamaris, 2013:

48). Seperti yang dikatakan 4 narasumber (kepala sekolah, guru kelas atas, guru

kelas bawah, dan GPK) bahwa sekolah tidak melakukan screening secara berkala

namun melakukan asesmen setiap tahun. Asesmen yang dilakukan yaitu dengan

pakar atau psikologi untuk siswa yang belum pernah diasesmen. Asesmen ini

disebut dengan asesmen formal. Siswa yang sudah pernah diasesmen tidak

diasesmen kembali, namun siswa tersebut hanya diamati kemajuan dan

perkembangannya seperti apa. Guru kelas II mengatakan bahwa sangat berat

untuk mengasesmen siswa ke psikolog karena untuk tes di sanamembutuhkan

biaya sebesar Rp70.000,00-an per anak. Tak kehilangan akal, sekolah

mengadakan kerja sama dengan puskesmas untuk proses asesmen yang tidak

membutuhkan biaya yang begitu besar yaitu Rp30.000,00-an.

Ruang lingkup asesmen dibagi menjadi 2, yaitu ruang lingkup berdasarkan

aspek kehidupan anak dan berdasarkan waktu (Dewi, 2018: 19). Asesmen yang

berada dalam ruang lingkup berdasarkan aspek kehidupan yaitu asesmen kognitif,

asesmen perkembangan, dan asesmen perilaku adaptif. Asesmen yang berada

dalam ruang lingkup berdasarkan waktu yaitu ruang lingkup sebelum anak

mengikuti pelajaran dan saat anak belajar di kelas. Ruang lingkup sebelum anak

mengikuti pelajaran sama dengan asesmen aspek kehidupan anak karena terdiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

55

dari kemampuan menolong diri, psikomotor, sosial-emosional, bahasa, dan

kognitif.

Asesmen kognitif meliputi kemampuan kognitif siswa dalam memahami

sesuatu, pemecahan masalah, berpikir abstrak, dan sebagainya (Dewi, 2018: 19).

Asesmen yang diterapkan sekolah dalam bidang akademik yaitu melihat

perkembangan akademik siswa. Sekolah melihat bagaimana perkembangan siswa

pada awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Perkembangan ini tidak

hanya dalam satu hari namun dilakukan selama satu semester. Ada berbagai cara

yang dilakukan sekolah dalam melihat perkembangan akademik ini, yaitu tanya

jawab dalam kelas, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir

semester. Cara-cara tersebut dilakukan oleh SD a, SD b, SD c, dan SD d yang

mana tiap sekolah melaksanakannya secara rutin setiap tahunnya.

Asesmen perkembangan terdiri dari aspek non-akademik siswa, seperti

perkembangan bahasa/komunikasi, sosial/emosional, serta psikomotorik (Dewi,

2018: 19). Sekolah melakukan asesmen perkembangan ini yaitu melihat

kemampuan siswa berkomunikasi dengan teman-temannya. Guru juga melihat

bagaimana cara mereka bersosialisasi dengan temannya. Jika ada hal yang

menurut guru itu tidak baik, siswa akan diberitahukan atau ditegur oleh guru dan

membuat siswa menjadi mengerti bahwa yang dilakukan itu salah.

Sekolah tidak hanya melakukan asesmen kognitif dan asesmen

perkembangan, sekolah juga melakukan asesmen perilaku adaptif. Asesmen

perilaku adaptif meliputi sejauh mana kemampuan akademik anak untuk

melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, minum, merawat kebersihan diri,

berkarya, dan sebagainya (Dewi, 2018: 19). Sesuai dengan teori bahwa sekolah

juga melakukan pemantauan terhadap perilaku siswa. Kejadian yang sekolah

alami yaitu ketika memiliki siswa yang belum bisa membersihkan diri seperti

membersihkan dubur setelah buang air besar. Guru membantu siswa untuk

membersihkannya dan mengajari siswa bagaimana cara membersihkan sendiri.

Terkadang temannya juga ada yang membantu siswa tersebut untuk

membersihkannya. Kejadian seperti ini terjadi di SD c yang dilakukan guru agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

56

siswa dapat menjadi mandiri dan bisa merawat serta membersihkan dirinya

sendiri.

Diagnosis yaitu keputusan yang menyangkut kelayakan atas layanan

pendidikan khusus untuk melihat siswa apakalah siswa tersebut pantas untuk

disebut sebagai penyandang disabilitas (Friend dan William, 2015: 211). Proses

diagnosis yang dilakukan sekolah ini bertujuan untuk melihat apakah siswa pantas

disandang sebagai disabilitas. Dalam perjalanannya dalam mendiagnosa anak

yang berkebutuhan khusus, terkadang guru mengandalkan Guru Pendamping

Khusus (GPK) untuk meminta pertimbangan terkait perilaku anak tersebut.

Menurutnya, GPK sudah berpengalaman dalam melihat anak yang memiliki

kebutuhan khusus. Kegiatan meminta pertimbangan kepada GPK ini dilakukan

oleh SD a dan SD b. Guru juga mengandalkan hasil asesmen untuk mengetahui

siswa itu berkebutuhan khusus atau tidak. Melihat asesmen ini dilakukan di empat

SD yang peneliti teliti. Keempat SD ini juga mengadakan observasi, baik secara

akademik maupun tingkah laku siswa sebagai tambahan untuk melihat kebutuhan

siswa. Terkadang cara observasi memiliki kelemahan yaitu guru melihat siswa

yang dianggap kurang mampu dalam bidang akademik itu sebagai anak yang

berkebutuhan khusus, nyatanya ada faktor lain yang menyebabkan siswa seperti

itu. Namun kesalahan yang guru lakukan seperti itu hanya sebatas melabeli siswa

saja, tidak sampai pada catatan khusus seperti siswa berkebutuhan khusus yang

akan dilaporkan kepada dinas.

Sekolah inklusi seharusnya memiliki program bagi siswa berkebutuhan

khusus berkenaan dengan layanan-layanan pendidikan khusus yang diterima

siswa, seperti ruang kelas pendidikan umum, ruang sumber, atau ruang kelas

pendidikan khusus yang terpisah (Friend dan William, 2015: 215). Peneliti

melihat bahwa SD inklusi di wilayah Kota Yogya dan Kabupaten Sleman sudah

melaksanakan bagian ini karena ada beberapa program yang dilaksanakan. Tidak

hanya untuk anak berkebutuhan khusus, namun program ini juga bercampur untuk

anak reguler lainnya. Les tambahan, keterampilan merawat diri, pramuka,

pengadaan asesmen, dan beasiswa untuk siswa berkebutuhan khusus dilakukan

oleh SD c dan d. Program keterampilan memasak, les tambahan, dan mengajak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

57

siswa untuk kegiatan di luar sekolah seperti outbond dilakukan oleh SD a.

Kegiatan seperti ini dapat membuat siswa berkebutuhan khusus menjadi lebih

berprestasi di bidang non-akademik. Bahkan siswa yang berprestasi dalam bidang

non-akademik itu berasal dari siswa berkebutuhan khusus. Les tambahan juga

berpengaruh pada akademik siswa.

Sekolah b juga melakukan kegiatan serupa, hanya saja jawaban dari

keempat narasumber mengatakan bahwa program-program yang dilaksanakan

sekolah ada beberapa yang bukan berasal dari sekolah melainkan dari dinas.

Sekolah hanya menjalankan les tambahan. Program yang dijalankan bersama

dengan sekolah inklusi lainnya atau dinas UPT terkaitseperti membatik, dan uji

keterampilan dalam berbagai bidang. Walau begitu program ini dilaksanakan

untuk melatih siswa dan akhirnya siswa berkebutuhan khusus mendapatkan

prestasi dalam bidang non-akademik.

Kegiatan yang dilakukan sekolah ini sesuai dengan teori yang mengatakan

bahwa sekolah inklusi harus memiliki program untuk siswa berkebutuhan khusus.

Dari teori, peneliti melihat bahwa sekolah inklusi benar-benar memperhatikan

siswa berkebutuhan khusus seperti layaknya siswa reguler. Sekolah tidak

membedakan kegiatan yang dilaksanakan siswa berkebutuhan khusus atau

menspesialkan mereka, namun sekolah tetap mengikutsertakan siswa dalam

berbagai macam kegiatan. Dengan begitu, siswa berkebutuhan khusus mampu

bersosialisasi dengan baik tanpa adanya diskriminasi dari pihak sekolah maupun

teman-temannya.

Penempatan kurikulum meliputi keputusan memilih buku bacaan atau

buku matematika yang akan digunakan oleh siswa. Bahkan bisa juga untuk

memodifikasi kurikulum dari pemerintah (Friend dan William, 2015: 216). Selain

sekolah mengadakan program untuk semua siswa, baik siswa berkebutuhan

khusus maupun siswa reguler, sekolah juga menerapkan kurikulum yang sama.

Dalam wawancara dengan keempat narasumber, peneliti menemukan jawaban

yang mengatakan bahwa sekolah melaksanakan kurikulum sesuai ketetapan

pemerintah. Untuk siswa yang berkebutuhan khusus, sekolah hanya memodifikasi

sedikit atau menyesuaikan dengan kemampuan mereka. Dimulai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

58

menurunkan indikator maupun menurunkan KKM untuk siswa berkebutuhan

khusus.

Dalam teori tertulis bahwa dari evaluasi pengajaran, guru berhak terus

melanjutkan atau mengubah metode yang ia gunakan kepada siswa (Friend dan

William, 2015: 217). Jika siswa dirasa sudah memiliki kemajuan, maka guru

boleh melanjutkan metodenya atau mungkin mengubah metode supaya siswa

semakin memiliki kemampuan akademik yang memuaskan. Evaluasi pengajaran

pada siswa berkebutuhan khusus sama dengan siswa reguler lainnya. Hanya saja

bentuk soal dan jumlah soal yang harus dijawab dikurangi dari siswa pada

umumnya. Jika siswa reguler menjawab 10 soal, maka siswa berkebutuhan khusus

menjawab 5 saja. Untuk ulangan, guru juga memberikan waktu yang lebih lama

dalam pengerjaannya. Bagi siswa yang belum bisa membaca, guru membawanya

ke perpustakaan dan mendiktekan soalnya.

Sebisa mungkin guru memberikan perhatian lebih kepada siswa

berkebutuhan khusus di kelas saat kegiatan belajar mengajar. Seperti yang terlihat

dalam observasi di kelas IV SD c, guru selalu mengulang kembali materi yang

dijelaskan kepada siswa lambat belajar. Perhatian yang lebih ditujukan kepada

siswa tersebut karena guru juga menginginkan siswa memahami materi. Tidak

hanya kepada siswa yang lambat belajar, guru juga menanyakan kepada semua

siswa yang ada di kelas terkait materi yang sudah dijelaskan. Kesabaran guru

dalam menerangkan materi membuat siswa menjadi paham dengan materi yang

dijelaskan. Guru juga menggunakan metode tanya jawab di kelas untuk mengecek

pemahaman siswa terhadap materi. Seharusnya di dalam kelas terdapat Guru

Pendamping Khusus (GPK) untuk membantu guru kelas dalam menyampaikan

materi kepada siswa berkebutuhan khusus. Sayangnya saat itu GPK tidak hadir

dalam kelas karena jadwal GPK sendiri hanya satu kali dalam seminggu.

Sebagai guru tentunya harus mengamati setiap kemajuan anak, baik itu

kemajuan yang sedikit atau banyak. Seperti dalam observasi di SD c, peneliti

melihat guru tidak mengubah metode dalam menjelaskan materi. Pada

pembelajaran di awal, guru menjelaskan materi menggunakan contoh. Begitu pun

seperti saat ia mengulang materi, ketika ada siswa yang belum paham guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

59

menjelaskan kembali dengan contoh-contoh. Hanya sedikit perbedaannya, yaitu

menyuruh siswa lainnya untuk diam dan bersabar saat guru menjelaskan kembali

materi kepada siswa yang belum paham. Guru juga memberikan contoh yang

lebih banyak lagi kepada siswa. Begitu pula saat ia memberikan soal kepada siswa

dengan tujuan ulangan harian. Ketika ada siswa yang bertanya lagi mengenai

soalnya, guru tetap menjelaskan satu persatu hingga siswa merasa sudah paham.

Keadaan seperti ini mengundang banyak siswa yang akhirnya mendatangi guru di

meja siswa lain.

Setelah semua langkah asesmen diterapkan, sekolah memerlukan evaluasi

program untuk mendiskusikan perlunya pengubahan, penghentian, atau

melanjutkan program yang selama ini guru terapkan (Friend dan William, 2015:

217). Keputusan ini harus melihat terlebih dahulu kemajuan siswa. Sama seperti

halnya dalam evaluasi pengajaran bahwa keputusan ini sangat penting untuk

menentukan kualitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Bisa saja

dalam pengajarannya guru yang kurang fasih dalam memberikan materi, atau

siswa yang memang sangat lama dalam memahami materi. Seperti yang dikatakan

guru kelas bawah dan kepala sekolah bahwa evaluasi diperlukan sebagai bahan

pertimbangan. Sekolah akan mempertimbangkan siswa ke depannya siswa

diberikan program apalagi. Guru dan GPK bekerja sama dalam mencatat

kemajuan siswa. Kemajuan-kemajuan ini dapat berupa kemajuan akademik

melalui tes atau ulangan-ulangan maupun saat siswa di kelas. Guru dapat melihat

bagaimana siswa melewati satu semester, apakah ada peningkatan atau penurunan,

atau bahkan tidak keduanya. Bentuk evaluasi ini lalu dilaporkan secara narasi atau

diskusi setiap akhir semester.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

60

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan aspek asesmen dalam

penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman dan Kota Yogya,

peneliti menyimpulkan bahwa dalam penerapan aspek asesmen ditemukan

beberapa hal yaitu:

a. Sekolah mengumpulkan informasi berdasarkan tanya jawab dengan orang tua

siswa mengenai kebiasaan siswa di rumah.

b. Sekolah melakukan pemantauan kemajuan akademik melalui hasil ulangan,

kuis, cara pemahaman siswa ketika tanya jawab, PR, kegiatan proses belajar

mengajar di kelas, dan tugas. Sekolah juga memantau sikap siswa dalam

kesehariannya.

c. Sekolah tidak melakukan screening secara berkala namun sekolah melakukan

pemantauan kemajuan siswa. Sekolah juga tetap melakukan asesmen sebanyak

1 kali dalam satu tahun untuk siswa kelas I dan bagi siswa yang belum pernah

melakukan asesmen.

d. Sekolah mendiagnosa siswa melalui identifikasi atau observasi yang dilakukan

selama beberapa waktu. Kegiatan identifikasi ini dilakukan oleh guru kelas

yang kemudian akan didiskusikan oleh Guru Pendamping Khusus (GPK).

Kegiatan ini yang kemudian membawa siswa kepada proses asesmen pada

psikolog. Jika siswa sudah terlihat berkebutuhan khusus maka sekolah

mengikutsertakan siswa.

e. Jenis asesmen yang dilakukan sekolah ada dua, yaitu asesmen formal dan

asesmen informal. Asesmen formal yang dilakukan sekolah yaitu membawa

siswa berkebutuhan khusus kepada puskesmas terdekat untuk melakukan

asesmen. Sedangkan asesmen informal yang dilakukan sekolah yaitu melalui

guru yang melakukan pemantauan perkembangan siswa baik secara akademik

maupun sikap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

61

f. Tidak ada program khusus yang dilaksanakan sekolah untuk siswa

berkebutuhan khusus namun sekolah menawarkan pelajaran tambahan atau

les. Sekolah juga tidak membatasi kegiatan siswa dalam bersosialisasi. Siswa

boleh mengikuti kegiatan pramuka, ekstrakurikuler, dan kegiatan-kegiatan

lainnya. Terkadang guru juga mengajarkan berbagai macam keterampilan,

mulai dari keterampilan merawat diri seperti merapikan pakaian hingga

keterampilan memasak. Sekolah juga mengirimkan siswa berkebutuhan

khusus untuk mengikuti kegiatan di luar sekolah supaya mengasah

kemampuan lainnya selain bidang akademik.

g. Kurikulum yang digunakan di sekolah yaitu kurikulum sesuai dengan

ketetapan pemerintah. Sekolah hanya memodifikasi melalui penyederhanaan

indikator sesuai dengan kemampuan siswa atau penurunan KKM.

h. Pengajaran siswa di kelas untuk anak berkebutuhan khusus sama dengan siswa

reguler lainnya. Hanya saja dalam penerapannya di kelas, guru lebih

memperhatikan siswa berkebutuhan khusus.

i. Sekolah melaksanakan evaluasi program untuk anak berkebutuhan khusus saat

semester akhir bersama dengan guru-guru lainnya. Kegiatan ini lalu

mendiskusikan bagaimana program anak untuk ke depannya.

j. Ruang lingkup asesmen yang dilakukan sekolah yaitu asesmen akademik,

asesmen perkembangan, dan asesmen perilaku adaptif.

k. Sekolah sudah menerapkan hampir semua langkah asesmen, namun sekolah

belum melaksanakan prosesscreening.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan

dan keterbatasan yang peneliti lakukan. Keterbatasan penelitian ini antara lain:

a. Peneliti tidak dapat melakukan observasi di kelas II karena guru yang selama

ini memegang kelas II tiba-tiba diganti dengan guru baru sehingga sekolah

menyarankan peneliti untuk menunda observasi di kelas II.

b. Peneliti tidak dapat melakukan observasi di kelas bersama dengan GPK

karena kesibukan GPK.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

62

c. Sekolah kurang melaksanakan program untuk anak berkebutuhan khusus dan

belum melakukan screening.

5.3 Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian tersebut, peneliti menyampaikan

beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut.

a. Peneliti selanjutnya sebaiknya langsung membuat janji untuk melakukan

observasi di kelas setelah melakukan wawancara sehingga data yang diterima

dapat saling melengkapi.

b. Peneliti selanjutnya sebaiknya langsung membuat janji untuk observasi saat

ada jadwal GPK sehingga dapat memaksimalkan observasi di kelas.

c. Sekolah diharapkan mempertahankan program yang sudah berjalan dan

menambah program-program lain serta melakukan langkah-langkah asesmen

dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

63

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arends, R. I. (2013). Belajar Untuk Mengajar. Jakarta: Salemba Humanika.

Atmaja, J. R. (2018). Pendidikan dan bimbingan anak berkebutuhan khusus.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Budiyanto. (2017). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran anak berkebutuhan khusus (dalam setting

pendidikan inklusi). Bandung: PT Refika Aditama.

Dewi, D. P. (2018). Asesmen sebagai upaya tindak lanjut kegiatan identifikasi

terhadap anak berkebutuhan khusus. Wahana, 70(1), 17-24.

Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Friend, M& Bursuck, W. D. (2015). Menuju Pendidikan Inklusi Panduan Praktis

Untuk Mengajar Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ilahi, M. T. (2013). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media.

Jamaris, M. (2013). Kesulitan Belajar Perspektif, Asesmen, dan

Penanggulangannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kustawan, D.& Hermawan, B. (2013). Model Implementasi Pendidikan Inklusif

Ramah Anak Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta Timur: Luxima Metro Media.

Kustawan, D.& Hermawan, B. (2013). Model Implementasi Pendidikan Inklusi

Ramah Anak. Jakarta: Luxima Metro Media.

Olivia, S. (2017). Pendidikan Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Diintegrasikan Belajar di Sekolah Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Prastowo, A. (2014). Memahami Metode-Metode Penelitian Suatu Tinjauan

Teoritis dan Praktis. Maguwoharjo: Ar-Ruzz Media.

Rachmayana, D. (2013). Diantara pendidikan luar biasa menuju anak masa

depan yang inklusif. Jakarta: PT Luxima Metro Media.

Riega, O. (2015). Peran pusat asesmen PKLK terhadap pelaksanaan pendidikan

inklusif di kota padang. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 4(3), 287-297.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

64

Soendari, T. (2010). Asesmen keterampilan menulis dalam pendidikan anak

berkebutuhan khusus. Jaffi_Anakku, 9(1), 97-106.

Sudaryono, Margono, & Wardani. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian

Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.(2015). Metode Penelitian Tindakan Komprehensif Untuk Perbaikan

Kinerja dan Pengembangan Ilmu Tindakan. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, M. S. (2016). Asesmen dan intervensi pedagogik dalam membangun

generasi emas ditinjau dari perspektif pengembangan kreativitas siswa kelas

awal sekolah dasar.Jurnal Pendidikan Dasar, 7(1), 74-89.

Tiarni. N & Amir. (2013). Pendidikan anak berkebutuhan khusus lamban belajar

slow learner. Jakarta: PT Luxima Metro Media.

Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan

Konseling. Jakarta: Rajawali Pers.

Wikasanti, E. (2014). Pengembangan life skills untuk anak berkebutuhan khusus.

Yogyakarta: Maxima.

Yuliawan, E. R. (2017). Implementasi kebijakan pengelolaan asesmen anak

berkebutuhan khusus sekolah inklusi di dinas pendidikan pemuda dan

olahraga provinsi DIY. Jurnal Kebijakan Pendidikan, 6(4), 379-386.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

65

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

66

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

67

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

68

Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara

REDUKSI HASIL WAWANCARA

SD Mekar Jaya

(SD a)

SD Cinta Kasih

(SD b)

SD Pagi Cerah

(SD c)

SD Harapan Mulia

(SD d)

Narasumber 1

Subjek : Guru pendamping khusus

Hari, tanggal : Jumat, 5 April 2019

Kode Wawancara :

W1.GPKa.05042019

Narasumber 1

Subjek : Kepala sekolah

Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2019

Kode Wawancara :

W1.KSb.09042019

Narasumber 1

Subjek : Guru Pendamping Khusus

(GPK) dari provinsi

Hari, tanggal : Jumat, 29 Maret 2019

Kode Wawancara :

W1.GPKc.29032019

Narasumber 1

Subjek : Guru kelas II

Hari, tanggal : Kamis, 28 Maret 2019

Kode Wawancara :

W1.GK2d.28032019

Narasumber 2

Subjek : Kepala sekolah

Hari, tanggal : Jumat, 12 April 2019

Kode Wawancara :

W2.KSa.12042019

Narasumber 2

Subjek : Guru kelas I

Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2019

Kode Wawancara :

W2.GK1b.09042019

Narasumber 2

Subjek : Guru kelas II

Hari, tanggal : Jumat, 29 Maret 2019

Kode Wawancara :

W2.GK2.29032019

Narasumber 2

Subjek : Guru kelas VI

Hari, tanggal : Selasa, 2 April 2019

Kode Wawancara :

W2.GK6d.02042019

Narasumber 3

Subjek : Guru kelas I

Hari, tanggal : Jumat, 12 April 2019

Kode Wawancara :

W3.GK1a.12042019

Narasumber 3

Subjek : Guru pendamping khusus

Hari, tanggal : Kamis, 11 April 2019

Kode Wawancara :

W3.GPKb.11042019

Narasumber 3

Subjek : Kepala sekolah

Hari, tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019

Kode Wawancara :

W3.KS.30032019

Narasumber 3

Subjek : Guru pendamping khusus

Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2019

Kode Wawancara :

W3.GPKd.09042019

Narasumber 4

Subjek : Guru kelas IV

Hari, tanggal : Kamis, 11 April 2019

Kode Wawancara :

W4.GK4b.11042019

Narasumber 4

Subjek : Guru kelas IV

Hari, tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019

Kode Wawancara :

W4.GK4.30032019

Narasumber 4

Subjek : Kepala sekolah

Hari, tanggal : Jumat, 12 April 2019

Kode Wawancara :

W4.KSd.12042019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

69

SD Pagi Cerah (SD c)

Aspek Sekolah

Inklusi Sub Aspek yang Digali Jawaban Narasumber Kesimpulan

Asesmen Pengumpulan

informasi untuk

memantau kemajuan

pendidikan siswa

Guru Pendamping Khusus

Iya kadang mengetahui kok anak seperti itu kan kita harus

tahu latar belakang keluarga. Nanti kan di dalam assesmen

itu ada formulir ada pendataan nanti ada riwayat orang tua.

Kemajuan anak ada di ulangan harian mbak, ada juga eee

lewat ya kita misalnya kalau perkalian nanti diakhir

pembelajaran kita ada kuis nanti bisa duluan itu yang keluar

itu paling yang tertinggal paling yang ABK itu kecuali kalau

dia hafal tetep nanti kelihatan yang terakhir gak bisa jawab

itu nanti diakhir pembelajaran juga kita refleksi.

(W1.GPKc.29032019.1-7)

Guru kelas II

Iyaa, itu kan kayak identifikasi to mbak. Ya itu melalui tanya

jawab kemudian melalui latihan-latihan soal nah itu kan dari

situ kita juga tahu kemudian PR itu meskipun PR banyak yang

salah mbak meskipun PR boleh meminta tolong dengan

keluarga dengan catatan menulis sendiri tapi ada juga yang

dituliskan.Nah gitu tapi kan namanya anak-anak juga dari

situ saya bisa oo kemajuannya kalau yang BAB ini masih

kurang. Misalnya tentang kata sapaan besok saya ulangi kata

sapaan yang bagaimana yang pakai apa.Lalu tema yang

seperti ini kita belum bisa, yang bagian ini mereka belum bisa

ya saya ulangi lagi. (W2.GK2c.29032019.1-9)

Dalam pengumpulan informasi serta

kemajuan anak, sekolah menggunakan

identifikasi dan tanya jawab dengan orang

tua atau tetangga-tetangga terdekat di

rumahnya. Sedangkan untuk kemajuan anak

di bidang akademik, sekolah menggunakan

tes, ulangan harian, PR, atau tugas-tugas

lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

70

Kepala sekolah

Yaa tentu, itu guru membuat ee data kemajuan anak yaa, itu

membuat setiap individu anak, itu ada catatan sendiri yaa itu

sudah ada termasuk juga itu nganu ee.. buku perkembangan

siswa atau buku penghubung siswa itu ada disana, misale

anak tidak mengerjakan PR itu terus bukunya diberikan

kepada orangtua bisa membaca kalau anak ini sering tidak

mengerjakan PR maka orangtua bisa tau, dan ada lagi kalau

anak melakukan kesalahan itu orangtua bisa membaca dari

buku tersebut. Eee... cara memantaunya itu guru setiap eee

ada ulangan harian itu setiap itu ada jadwal tertentu ada

ulangan harian terus.. membuat yoo raport itu cara

memantau hasil belajar siswa, terus.. juga dilain ulangan

harian kita juga cara memantaunya ada UTS, tes semester

dan tes kenaikan kelas itu termasuk pemantauan siswa.

Disamping ee.. pengamatan-pengamatan tingkah laku yang

setiap harinya selalu kita awasi. (W3.KSc.30032019.1-11)

Guru kelas IV

Nek aku pengumpulan e kadang tak tanya orang tuanya, kalau

di sekolah seperti ini nah kalau di rumah bagaimana, seperti

si Akbar itu ya di kelas 4 masih ngeja kalau membaca. Nah

aku tidak hanya dengan guru sebelumnya, anaknya kalau di..

apa disuruh membaca gimana, lalu apakah kalau membaca

masih seperti itu, nah nanti dari informasi itu baru tak

simpulkan oh berarti anak ini belum mampu kayak gitu. Cara

memantau hasil belajarnya pertama dari nilainya, kedua

pemahamannya gimana. (W4.GK4c.30032019.1-9).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

71

Penyaringan atau

screening

Guru Pendamping Khusus

Kita ya tetep dari awal itu kan dari observasi trus ke

identifikasi itu terlihat termasuk ABK apa tidak. Kalau berat

itu ke SLB tetapi kadang orang tuanya tidak mau, padahal

kita sudah berusaha yang terbaik tetapi kadang orang tua itu

tidak mau menerima kenyataan, tapi kalau ABK di umum itu

akademiknya pasti keberatan.Paling setahun sekali mbak pas

awal masuk pembelajaran. (W1.GPKc.29032019.8-12)

Guru kelas II

Sekolah tidak melakukan penyaringan secara berkala.

Assesmen itu kita mengadakannya pas masuk sekolah

kemudian pas waktu kenaikan kelas kalau yang kelas 6 mau

lulus ujian atau mau kelulusan ujian, itu dari pihak sekolah

sendiri kita tidak mengundang pakar, kalau yang mengundang

pakar itu yang kelas 1. Kalau dulu ada UGM itu menawarkan

trus ada juga yang IQ itu dari mana itu itu juga pernah tapi

kan bayarnya juga mahal trus BOS kan nggak ada untuk

seperti itu, cuma sekali tok siapa yang mau mengetahui IQ

nah yang dari orangtua yang berminat nah itu membayar.

Kalau membayarnya per kolektif itu masih murah sekitar

Rp70.000,00 itu per anak kalau yang assesmen dari

puskesmas kan cuma Rp30.000,00 kan

murah.(W2.GK2c.29032019.10-17)

Kepala sekolah

Eee, secara berkala nek untuk nganu nggak ada. Namun untuk

assesmen itu setiap tahun kita selalu ada, terus kita hanya

memantau kemajuannya perkembangan siswa ya itu aja.

Sekolah tidak mengadakan asesmen secara

berkala namun asesmen diadakan setahun

sekali. Asesmen ini tidak mengundang

pakar. Sekolah juga memantau kemajuan

dan perkembangan siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

72

(W3.KSc.30032019.12-14)

Guru kelas IV

Setahun sekali kalau biasanya. (W4.GK4c.30032019.10)

Diagnosis Guru Pendamping Khusus

Nanti kita dari awal pembelajaran kita sudah bisa lihat kalau

anak itu kesulitan dalam pembelajaran ini. Anak mengalami

kesulitan apalagi untuk yg kelas paling bawah ya kelas 1,

paling belum mampu mengenal huruf aja itu sudah

anu.Mungkin di setiap awal semester asal bisa baca dulu di

semester satu itu. Nanti semester dua fokusnya pemahaman

bacaan jadinya. Tapi kalo nanti di akhir semester dua di kelas

dua eh satu itu nanti emm apa kelihatan banget kok tidak bisa,

oh berarti ini kategori ABK tapi kan tetep dengan prioritas

ada yang ABK yang ringan dan ada juga yang berat itu loh

mbak. Kesalahan diagnosis itu kita ooo anak itu bukan ABK

tapi kita diagnosisnya ABK ya mungkin kayak gitu aja tetapi

tidak kita opo yo kita sampaikan tertulis ke dinas atau apa

cuma kita mendata aja, kita mendatanya cuma secara

assesmen itu. (W1.GPKc.29032019.13-21)

Guru kelas II

Itu nganu eee mbak itu agak kesulitan juga to karena semua

bukan pakar ABK to jadi kita yaitu cuma dengan

perkembangan anaknya itu dalam pembelajaran apakah ada

perubahan apakah tetep apakah malah tambah nggak bisa,

terus saya tanya-tanya ke tetangga, temen-temennya di rumah

itu bagaimana keluarganya. Tetapi kalau saya si ini kriteria

nya ini gitu, tetapi kalau di sini tidak ada ada kriteria nya yoo

Untuk mendiagnosis siswa yang ABK,

sekolah menggunakan identifikasi atau

pengamatan kepada anak. Baik saat di kelas

maupun di luar kelas. Guru juga melihat ada

kriteria-kriteria yang sekiranya jika anak itu

berkebutuhan khusus. Kesalahan dalam

diagnosis yang dilakukan guru sebatas

melabeli siswa dengan kebutuhan khusus,

nyatanya siswa itu normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

73

mung cah bodo bukan ABK dalam artian nek cah bodo kui

biso dadi pinter, tetapi kalau lambat belajar atau slow learner

IQ-nya rendah tidak bisa berubah, maksudnya kan perubahan

lambat sekali suatu saat kan mereka bisa meningkat.

(W2.GK2c.29032019.18-35)

Kepala sekolah

Diagnosisnya mungkin hanya pengamatan ya, he.e mungkin

hanya pengamatan termasuk itu identifikasi itu ya. Untuk

kesalahan diagnosis guru selama ini... belum ada.

(W3.KSc.30032019.15-18)

Guru kelas IV

Melalui assesmen itu mbak, sama observasi. Biasanya

kesalahane bukan dari apa ya, jadi gini.. kan kondisi anak

bermacam-macam berkebutuhan khusus tidak bisa stabil

setiap harinya, kadang kala kalau diassesmen anak itu lagi

istilahnya dari rumah ora kebeneran jadi dia drop, jadi bisa

jadi hasil assesmen lebih buruk dari sebenernya, bisa saja

pada waktu assesmen anak itu lagi seneng lagi semangat

sehingga hasilnya lebih bagus daripada kenyataanya itu

sering. Iyaa.. jadi bukan dinamakan kesalahan karena opo

yoo tergantung mood nya, mood siswa kan naik turun disitu.

(W4.GK4c.30032019.11-18)

Penempatan program

bagi siswa

berkebutuhan khusus

Guru Pendamping Khusus

Programnya paling les mbak, tambahan.Itu les tetapi kalau

kurang menunjukkan hasil kepada siswa ya kita sudah

berusaha, kalau di sini ABK itu kan kalau ujian nasional ikut,

nah kita sudah berusaha ngasih les atau apa itu anaknya tetep

Program yang diberikan guru kepada siswa

berkebutuhan khusus yaitu les atau

tambahan pelajaran, keterampilan-

keterampilan, dan memberikan fasilitas

kepada siswa berkebutuhan khusus melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

74

kesusahan, paling nanti hasilnya tetep tidak memuaskan.

(W1.GPKc.29032019.23-28)

Guru kelas II

Kalau program khusus yang kemarin cuma keterampilan dan

mengurus diri sendiri. Keterampilan itu kita membuat gelang,

cara menggosok gigi, cara makan yang benar, cara mencuci

tangan yang baik. Nah dulu itu ada anak yang BAB belum

bisa cebok lalu ada temannya yang membantu saya juga

mengajari caranya cebok yang benar, lalu cara memakai tali

sepatu gitu saya mengajarinya kan ada yang belum bisa, cara

menyisir rambut dan juga diajari cara merapikan seragam

gitu. (W2.GK2c.29032019.36-45)

Kepala sekolah

Untuk programnya yang untuk berkebutuhan khusus secara

khusus tidak ada, programnya tetep awalnya tetep

disesuaikan dengan siswa yang lain. Ya mungkin kita ganti

atau tambahkan program lainnya mbak.

(W3.KSc.30032019.19-23)

Guru kelas IV

Program khusus kalau kami nggak secara khusus, cuma untuk

setiap tahunnya kan ada beasiswa. Kami ada jatah per anak

sekian dikhususkan untuk itu ya sesuai kebutuhan anaknya itu.

Dievaluasi apakah anak mau menggunakan fasilitas yang

diberikan atau enggak. Nek misalnya enggak kami alihkan ke

siswa yang lebih membutuhkan begitu.

(W4.GK4c.30032019.19-26)

beasiswa ABK.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

75

Penempatan kurikulum

untuk memulai

pengajaran bagi siswa

berkebutuhan khusus

Guru Pendamping Khusus

Iya. Ya penerapannya ya seperti itu nanti kita bedakan ini

yang umum ini yang ABK jadi nanti kelihatan kalo guru-guru

membuat kurikuklum itu oh ini sekolah inklusi kan gitu.

(W1.GPKc.29032019.29-31)

Guru kelas II

Iyaa. Ya itu secara spontan waktu pembelajaran e mbak, kita

tidak bisa memprogram satu soalnya kita reguler, kalau

reguler itu kan yang ABK ikuti dulu nanti kalau dia merasa

keberatan kita ulangi lagi. (W2.GK2c.29032019.46-49)

Kepala sekolah

Iyaa untuk modifikasi itu hanya penyederhanaan, misale

anak-anak yang nganu hitungan 10 sampai 100, mungkin

ABK hanya 10 sampai 50, hanya penyederhanaan saja.

(W3.KSc.30032019.24-27)

Guru kelas IV

Ya tadi yang silabus itu tadi mbak. Penerapannya itu dalam

pembelajaran misale diturunkan itu tadi (indikatornya)

contohnya anak yang lain 5 indikator dia (ABK) cuma 2

indikator. (W4.GK4c.30032019.27-31)

Sekolah melakukan penyederhanaan

kurikulum pada bagian indikator untuk

siswa berkebutuhan khusus.

Evaluasi pengajaran

untuk siswa

berkebutuhan khusus

Guru Pendamping Khusus

Kalo yang berkebutuhan khusus itu kalau ujian yang tidak

bisa baca itu biasanya dibacakan, tetapi kadang kalau yang

ABK berapa orang ikut saya ke perpus saya bacakan, tetapi

kalau yang udah bisa mengerjakan itu diberi waktu yang lebih

lama. Biasanya kalau yang normal itu 2 jam nanti yang ABK

Pengajaran untuk siswa berkebutuhan

khusus sama dengan siswa reguler lainnya.

Hanya saja ia memberikan perhatian yang

lebih intensif. Misalnya ketika ulangan, guru

bersedia membacakan soal pada siswa yang

belum bisa membaca. Selain itu juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

76

2,5 jam gitu. (W1.GPKc.29032019.32-37)

Guru kelas II

Secara umum itu sama. Kalau misal ada yang membutuhkan

seperti itu kita layani maksudnya anak itu belum bisa dalam

hal ini kita ulangi sendiri setelah pulang sekolah atau dia

saya kasih PR gitu kalau yang lainnya enggak beda nanti

kalau yang reguler. (W2.GK2c.29032019.50-54)

Kepala sekolah

Untuk pengajarannya tetep sesuai dengan anu sama dengan

yang reguler. Eee... ndak ada yang secara khusus ndak ada

hanya soale hanya itu kok anak berkebutuhan khusus hanya

saya kira hanya memerlukan perhatian lebih intensif saja.

Jadi mungkin hanya kita tingkatkan atau pemantauan atau

kita setiap harinya itu eee hanya melihat, ee memantau anak-

anak itu bagaimana. (W3.KSc.30032019.28-34)

Guru kelas IV

Sama dengan yang lain. Nah biasane setelah pembelajaran

atau misalnya pelajaran sudah selesai dia belum dong nah

baru. Karena secara teorinya sekolah inklusi tidak boleh

membedakan. (W4.GK4c.30032019.32-35)

mengulang materi jika belum jelas dan

kemudian siswa diberikan PR.

Evaluasi program

untuk siswa

berkebutuhan khusus

Guru Pendamping Khusus

Iya sama tetapi itu yang membuat guru kelas saya cuma jadi

pertimbangan ini kalo ini gimana nah ya, gitu.

(W1.GPKc.29032019.38-39)

GPK bertugas sebagai orang yang diajak

berdiskusi mengenai anak berkebutuhan

khusus. KKM dan indikator untuk siswa

berkebutuhan khusus akan diturunkan sesuai

dengan kemampuan siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

77

Guru kelas II

Kalau evaluasi nya itu yaitu kalau nanti dalam hal penilaian

itu KKM yang untuk normal misalnya 70 dalam pelajaran

tertentu ya saya turunkan kemudian indikatornya harus

pencapainnya mendapat nilai KKM 80 yang ABK tidak

sampai 80 meskipun nanti di dalam raport itu nilainya sama

tetapi nanti dikasih bintang mbak yaitu kan karena ABK kalau

di dinas kan udah tahu kalau seperti jadi kan ada poinnya.

(W2.GK2c.29032019.55-59)

Kepala sekolah

Pelaksaanaanya tetep sama, ada ulangan harian. Tapi nanti

untuk yang berbeda itu biasanya KKM nya kita

turunkan.Perbedaannya hanya di KKM. Mungkin

pemantaunnya seperti itu.(W3.KSc.30032019.38-40)

Guru Kelas IV

Nek kami biasane sih mbak nek aku tak samakan dulu cuma

KKM nya nek untuk mereka tak turunkan itu. Jadi opo yo.. yo

bukan KKM sih ya karna berdasarkan indikator yang dibuat

tadi kalau yang lain 5 kan anak ABK 2 walaupun nanti

nilainya sama tapi indikatornya beda.

(W4.GK4c.30032019.37-39)

Ruang lingkup

berdasarkan aspek

kehidupan anak

Guru Pendamping Khusus

Akademik itu paling. (W1.GPKc.29032019.40)

Guru kelas II

Secara umum mbak. (W2.GK2c.29032019.60)

Asesmen yang dilakukan sekolah hanya

dibidang akademik saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

78

Kepala sekolah

Assemen nya itu..yang sudah dilakukan disini hanya dibidang

nganu.. opo dibidang akademik. Kalau akademiknya sudah

kita tahu ini lemah baru kita menindaklanjuti.

(W3.KSc.30032019.41-43)

Guru kelas IV

Biasane kalau itu kan paling dari psikolog mbak kan jadi

instrumennya jadi sana juga biasane ada opo yo selain IQ

jadi perilakunya yo semacam kayak tes IQ tapi bukan itu yang

dinilai. (W4.GK4c.30032019.40-44)

SD Mekar Jaya (SD a)

Aspek Sekolah

Inklusi Sub Aspek yang Digali Jawaban Narasumber Kesimpulan

Asesmen Pengumpulan

informasi untuk

memantau kemajuan

pendidikan siswa

Guru Pendamping Khusus

Biasanya dari orang tua. Biasanya itu dari pekerjaan dia

sehari-hari, kemudian dari pekerjaan rumah, apakah orang

tua berperan atau tidak. (W1.GPKa.05042019.1-2)

Kepala sekolah

Dengan pengamatan mbak, nanti pas KBM itu guru-guru

biasanya punya catatan khusus tentang anak-anak. Dari situ

kan kelihatan nanti anak-anak ini beres atau ndak.

(W2.KSa.12042019.1-2)

Guru kelas I

Ya kalau caranya dengan pengamatan mbak melalui

Cara guru mengumpulkan informasi melalui

tanya orang tua. Lalu ia melihat kemajuan

siswa dalam bidang akademik saat kegiatan

belajar mengajar di kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

79

prosesnya itu, pengamatan waktu proses belajar itu kan saya

keliling jadi tahu. Oh ini yang kekurangannya menulis, ya

diamati terus GPK-nya yang mencatat. Salah satu yang

mencatat, jadi kalau bikin laporan raport nah itu ditulis di

situ semua perkembangan-perkembangan. Jadi untuk yang

berkebutuhan ada laporan perkembangan, ada laporan nilai

yang secara umum. Tapi ada laporan perkembangan

khususnya. Kita buat seperti itu. Memantau hasil belajar

siswa setelah asesmen. (W3.GK1a.12042019.1-5)

Penyaringan atau

screening

Guru Pendamping Khusus

Screeningnya 1 tahun 2 kali. (W1.GPKa.05042019.3)

Kepala sekolah

Screening itu biasanya setahun dua kali mbak.. pasti setiap

tahun ada screening nanti. (W2.KSa.12042019.3)

Guru kelas I

Pelaksanaan screening itu ya ketika masuk saja. Tapi nanti

misalnya ada perkembangan (kok ada kekurangannya di sini)

jadi kita tekan terus ada kemajuan itu bisa.

(W3.GK1a.12042019.6-7)

Screening dilakukan setiap 2 kali dalam

setahun.

Diagnosis Guru Pendamping Khusus

Kita amati lewat observasi. Pernah salah diagnosis, di awal

semester biasanya kelas 1 itu anak belum bisa baca tulis, nah

itu kebetulan wali kelasnya mengikutkan asesmen dan

ternyata anak itu tidak apa-apa. (W1.GPKa.05042019.4-5)

Kepala sekolah

Ya seperti tadi, diamati kemudian GPK sama guru sama-sama

Guru mendiagnosa siswa berkebutuhan

khusus melalui observasi. Terkadang juga

meminta pertimbangan dari GPK terkait

anak tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

80

mencatat.Kalau kesalahan saya kira mungkin gak ada ya.

(W2.KSa.12042019.4-5)

Guru kelas I

Karena didampingi oleh GPK jadi kalo saya merasa belum.

Belum pernah cuman untuk yang pendamping itu yang

membantu saya, jadi saya kan harus selalu minta

pertimbangan dari bu Tiwi takutnya ya salah. Alhamdullilah

bu Tiwi itu pegalamannya sudah banyak. Jadi saya percaya

sama bu Tiwi. Untuk kalau keliru kok kayaknya ya sedikitlah

kemungkinan kelirunya. (W3.GK1a.12042019.8-11)

Penempatan program

bagi siswa

berkebutuhan khusus

Guru Pendamping Khusus

Program yang diberikan itu ya pelajaran tambahan mbak,

keterampilan. Biasanya mengajak orang tua, selalu orang tua

itu dipesan membantu untuk mendampingi sekolah baik cara

belajar, kemandirian. (W1.GPKa.05042019.6-7)

Kepala sekolah

Banyak kalau programnya mbak.. disekolah itu anak-anak

ada keterampilan-keterampilan, kalau pramuka juga ikut.

Anak-anak yang ABK itu malah banyak yang berprestasi lho

mbak ... eee itu kemarin ada yang ikut lomba karate kalau

tidak salah dapat juara 2, sering mbak disini itu malah yang

ABK yang sering dapat juara. Terus biasanya juga ada

pelajaran tambahan untuk ABK semacamles.Kita dampingi

terus anaknya. (W2.KSa.12042019.6-10)

Guru kelas I

Kalau programnya itu misalnya ABK pada waktu tertentu

Program yang diberikan sekolah kepada

siswa berkebutuhan khusus yaitu les

tambahan dan keterampilan-keterampilan

seperti memasak, pramuka, dan lain-lain.

Sekolah juga mengirimkan siswa untuk

mengikuti kegiatan di luar sekolah dan

meraih prestasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

81

diajak outbond, untuk ABK diajak masak-masak buat salad

buah, terus nanti ada terapi. Senam khusus menggunakan

alat-alat seperti itu. Ya berimbang kan mungkin anaknya ada

yang aktifnya itu ya mesti lebih bisa melakukan kegiatan

banyak. Kadang-kadang anak itu tidak mau olahraga,

semaunya sendiri. Kadang-kadang kita temui yang bagus dan

yang kurang. (W3.GK1a.12042019.12-16)

Penempatan kurikulum

untuk memulai

pengajaran bagi siswa

berkebutuhan khusus

Guru Pendamping Khusus

Ada beberapa dimodifikasi ada yang belum. Di kelas itu kami

sesuaikan dengan kondisi anak. (W1.GPKa.05042019.8)

Kepala sekolah

Kan ada modifikasi mbak sebenarnya nanti untuk ABK tinggal

disesuaikan dengan kemampuan anaknya. Biasanya itu nanti

kita turunkan tingkatannya mbak.. kan nggak mungkin ABK

disuruh mengerjakan soal yang sama dengan anak-anak

lainnya. Misalnya nanti ABK sampai 10 saja terus yang

reguler sampai 25. (W2.KSa.12042019.11-14)

Guru kelas I

ABK dengan yang reguler sama kurikulumnya cuman ya

misalnya begini saya ngajar kelas 3, jadi anak yang umum itu

10 nomer untuk yang slow learner itu cukup 5. Tapi kadang-

kadang GPK itu memberi soal kalau secara umum kan nggak

bisa. (W3.GK1a.12042019.17-19)

Kurikulum yang digunakan sekolah sama

dengan siswa lainnya hanya saja untuk ABK

disesuaikan dengan kemampuan anaknya.

Evaluasi pengajaran

untuk siswa

berkebutuhan khusus

Guru Pendamping Khusus

Untuk ABK karena ada GPK jadi nanti GPK-nya yang

membantu mengkodisikan atau membantu menterjemahkan ke

anak. Biasanya ada tambahan pelajaran, keterampilan, sering

Pengajaran di kelas seperti biasa, namun ada

GPK yang membantu guru untuk

mendampingi siswa berkebutuhan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

82

diajak ke perpustakaan. (W1.GPKa.05042019.9-10)

Kepala sekolah

GPK-nya kan ada 4 to mbaknanti gantian. Tapi yang jelas

setiap kelas nanti ada GPK-nya, jadi setiap KBM itu GPK-

nya yang anu.. apa.. menjelaskan ke anaknya.

(W2.KSa.12042019.15-16)

Guru kelas I

Kalau yang kelas 1 tidak ada bimbingan khusus karena

anaknya untuk akademik jelas tidak bisa tapi yang penting

tadi agar anak bersosialisasi. Jadi untuk kelas 1 saya tidak

melakukan bimbingan khusus jenisnya tidak membutuhkan,

tapi kalau yang slow learner itu ditambahi.

(W3.GK1a.12042019.20-22)

Evaluasi program

untuk siswa

berkebutuhan khusus

Guru Pendamping Khusus

Pelaksanaan program evaluasi PTS dan PAS lalu dilaporkan

saat rapat. (W1.GPKa.05042019.11)

Kepala sekolah

Lewat ulangan sama kebisaan sehari-hari mbak nanti kita

diskusikan kemajuan anaknya. (W2.KSa.12042019.17-18)

Guru kelas I

Itu nanti dilaporkan secara narasi, anak ini begini-

begini.Dilihat dari ulangan dan lain-lain.

(W3.GK1a.12042019.23)

Evaluasi untuk siswa berkebutuhan khusus

pada saat PTS dan PAS dan melalui ulangan

lalu dilaporkan secara narasi.

Ruang lingkup

berdasarkan aspek

Guru Pendamping Khusus

Kognitif, tingkah laku, sosial, riwayat kesehatan.

Asesmen yang dilakukan sekolah dibidang

akademik, tingkah laku, sosial, dan riwayat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

83

kehidupan anak (W1.GPKa.05042019.12)

Kepala sekolah

Hanya akademik aja. (W2.KSa.12042019.19)

Guru kelas I

Asesmen disni ya cuma akademik saja.

(W3.GK1a.12042019.24)

kesehatan.

SD Cinta Kasih (SD b)

Aspek Sekolah

Inklusi Sub Aspek yang Digali Jawaban Narasumber Kesimpulan

Asesmen Pengumpulan

informasi untuk

memantau kemajuan

pendidikan siswa

Kepala Sekolah

Memantu kemajuan hasil belajar siswa itu melalui penilaian

harian dari ulangan harian per-subtema. Pengumpulan

informasi atau data anak melalui penyebaran angket tentang

kebiasaan dirumah mbak. (W1.KSb.09042019.1-2)

Guru kelas I

Ya mengumpulkan mbak, kalau anak ini nakal nanti kita

panggil orang tuanya mbak. (W2.GK1b.09042019.1-2)

Guru Pendamping Khusus

Ya, nanti dari orang tua, dari keseharian anak juga. Melalui

ulangan harian mbak, diadakan ulangan harian setiap selesai

tema. (W3.GPKb.11042019.1-3)

Guru kelas IV

Ya pengumpulan informasi atau data anak itu di awal tahun

Sekolah melakukan pemantauan hasil belajar

siswa melalui penilaian harian seperti

ulangan harian dan tugas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

84

mbak untuk pengisian di LBK. Kita memantau kemajuan hasil

belajar siswa dari nilai ulangan, tugas, dan sikap.

(W4.GK4b.11042019.1-2)

Penyaringan atau

screening

Kepala Sekolah

Sekolah melakukan screening berkala setiap per satu semester

itu dilakukan oleh guru PJOK biasanya itu dilakukan awal

tahun dan awal semester bulan Januari dan bulan Juni.

(W1.KSb.09042019.3-4)

Guru kelas I

Tidak mbak, kalau seandainya anak ini masuk tetapi umurnya

belum cukup ya kami terima mbak. (W2.GK1b.09042019.3-4)

Guru Pendamping Khusus

Untuk anak berkebuthan khusus tidak ada, itu nanti langsung

otomatis, gak ada penyaringan sih sebenarnya, itu tadi mbak,

kan kita gak bisa nolak mbak. (W3.GPKb.11042019.4-6).

Guru kelas IV

Belum mbak. Sekolah belum melakukan penyaringan atau

screening secara bekala. (W4.GK4b.11042019.3)

Sekolah belum melakukan screening secara

berkala namun dilakukan setiap semester.

Diagnosis Kepala Sekolah

Mendiagnosis anak yang berkebutuhan khusus diserahkan ke

GPK karena yang lebih tahu mengenai anak berkebutuhan

khusus kan GPK, kalau memang anak membutuhkan test ke

psikolog nanti sekolah merujuk ke ULD karena kalau tes ke

psikolog mahal sekali, nanti kalau di ULD kan dibiayai oleh

dinas tapi harus mengajukkan proposal dulu berapa anak

yang harus ditest, kalau ABK-nya ringan-ringan masih GPK

Diagnosa yang dilakukan oleh guru dilihat

berdasarkan hasil belajar siswa dan melalui

pengamatan sikap siswa. Setelah itu

biasanya guru meminta pertimbangan dari

GPK untuk lebih jelasnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

85

yang menangani. Guru sering melakukan kesalahan diagnosis

siswa karena keterbatasan pengetahuan, kadang mengecap

anak yang tidak bisa mengerjakan soal itu kita anggap ABK

padahal kan tidak selalu mungkin ada faktor-faktor yang lain,

kecuali kalau sudah berlangsung lama nanti kita perlukan

asesmen. (W1.KSb.09042019.5-12)

Guru kelas I

Iya itu tadi mbak, kita cuma menebak aja, nanti kita liat misal

anak berkebutuhan khusus ini cirinya seperti ini, ya kita lihat

anak itu termasuk dalam ciri-ciri itu bukan, kalau iya ya kita

berarti anak itu berkebutuhan khusus, dah kita cuma gitu aja

mbak. Sampai saat ini belum mbak. (W2.GK1b.09042019.5-9)

Guru Pendamping Khusus

Ya hasilnya, hasil belajar siswa tadi, hasil ulanganya siswa,

di kelas bagaimana kelihatan. Tidak mbak, kan saya melihat

dari proses pembelajaran mbak, nanti dari situ sudah

kelihatan anak itu berkebutuhan khusus atau tidak.

(W3.GPKb.11042019.7-10)

Guru kelas IV

Itu eee itu mbak.. mendiagnosisnya yang berkebutuhan khusus

dengan cara dari hasil yang tidak seimbang dengan anak

reguler. Kalau saya belum pernah melakukan kesalahan

dalam mendiagnosis anak mbak. (W4.GK4b.11042019.4-5)

Penempatan program

bagi siswa

berkebutuhan khusus

Kepala Sekolah

Program khusus belum dipersiapkan oleh sekolah mungkin

kalau sekolah lain ada. Perbaikan dengan cara belajar

Sekolah belum melaksanakan program

khusus bagi anak berkebutuhan khusus

namun sekolah mengadakan les tambahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

86

tentang ke-ABK-an, melalui Dinas meminta semacam

pelatihan tapi gabung sekolah lain yang sekolah inklulsi nanti

pelatihan bersama.Ya kita dampingi aja mbak.

(W1.KSb.09042019.13-15)

Guru kelas I

Programnya disesuaikan dengan anak yang biasa, kita

tambah waktu, diadakan les tambahan.

(W2.GK1b.09042019.10-12)

Guru Pendamping Khusus

Sebenarnya tidak ada sih. Biasanya dari dinas ada tapi kalau

dari sekolah tidak ada jadi nanti ada ini untuk anak

berkebutuhan khusus, misalnya dikirim kemana untuk uji

keterampilan tapi kalau dari sekolah tidak ada. Kalau untuk

itu paling nanti diikutkan kembali mbak, soalnya program

dari dinas itu pasti ada. (W3.GPKb.11042019.11-15)

Guru kelas IV

Pelatihan khusus untuk ABK ya paling yang kegiatannya

membuat kue, membatik, dilaksanakan satu UPT gitu mbak.

Program yang diberikan malah mampu dan bisa melakukan

meskipun tetap ada yang membantu di sana tapi bisa

menyelesaikan, hasilnya bagus, dan mereka bangga.

(W4.GK4b.11042019.6-9)

Program-program yang dilakukan siswa

yaitu biasanya dari dinas atau UPT terkait

untuk melakukan uji keterampilan seperti

membatik, membuat kue, dan lain-lain.

Penempatan kurikulum

untuk memulai

pengajaran bagi siswa

berkebutuhan khusus

Kepala Sekolah

Pakai kurikulum modifikasi ya, untuk yang ABK itu kurikulum

modifikasi memang, kita kenal dengan eee…sistem

pembelajaran individual RPP-nya RPPI, kalo kita untuk yang

Sekolah menggunakan 2 kurikulum yaitu

kurikulum dari pemerintah untuk siswa

reguler dan kurikulum modifikasi untuk

siswa ABK. Faktanya kurikulum modifikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

87

guru kelas itu RPP-nya RPP yang reguler, nanti untuk yang

ABKitu untuk GPK yang membuat, nanti eee…modelnya kan

individual jadi setiap anak kan beda-beda disesuaikan

kebutuhan si anak. Namun sama mengunakan kurikulum

2013. Gimana yo masalahnya sekarang ini yang diterapkan

reguler saja kurikulumnya terlalu berat sebenarnya, jadi

materinya itu terlalu berat bagi anak. Sekarang ini anaknya

gini ya kita menggunakan tematik tapi nanti dipenilaian itu

kan kita harus milah-milah lagi nanti di rapotnya juga mapel

bukan pertema itu. (W1.KSb.09042019.16-23)

Guru kelas I

Tidak, kita semua samakan kok mbak.

(W2.GK1b.09042019.13)

Guru Pendamping Khusus

Semua di samakan mbak, sebenarnya dari dinas ada tapi kita

memakai kurikulum 2013 sesuai dengan pemerintah saja.

Nanti kan hasil akhir ada mbak, jadi waktu evaluasi nilainya

beda, nilai harian nilai ujian kan hasilnya beda. Untuk soal

semuanya sama mbak, tapi untuk anak berkebutuhan khusus

diberi perpanjangan waktu 45 menit. Sebenarnya dari dinas

itu ada soal tersendiri tapi ya disesuaikan denga isi soal.

(W3.GPKb.11042019.16-20)

Guru kelas IV

Kurikulumnya ada dua model mbak untuk anak reguler dan

ABK menggunakan model modifkasi tetapi intinya sama saja.

Tapi penerapannya untuk anak reguler dan ABK disesuaikan

itu sama dengan kurikulum dari pemerintah,

hanya saja dalam penerapannya itu indikator

dan KKM disesuaikan dengan kemampuan

siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

88

dengan kemampuan anak, jadi anak yang berkebutuhan

khusus menggunakan yang khusus lalu yang umum

menggunakan yang umum. (W4.GK4b.11042019.10-13)

Evaluasi pengajaran

untuk siswa

berkebutuhan khusus

Kepala Sekolah

Pengajaran untuk anak berkebutuhan khusus itu untuk materi

tertentu dipisah tetapi materi yang bersifat umum nanti anak-

anak menyatu dengan yang lain. Paling tidak seminggu sekali

untuk pendekatan pada anak sekalian untuk mengetahui

perkembangan anak selama pembelajaran terakhir, kalau

seperti tutor belum dilaksanakan karena tutor berlaku untuk

kelas VI saja karena persiapan ujian kalau kelas bawah belum

dilaksanakan. (W1.KSb.09042019.24-28)

Guru kelas I

Sama seperti yang lain mbak, tapi kita adakan les supaya

tidak tertinggal mbak. Kalau tambahan waktu hanya di

ulangan saja mbak, tapi kalau pembelajaran disesuaikan

semua kok mbak. Tapi ya itu sedikit susah karena anak yang

lain sudah paham tapi anak berkebutuhan khusus belum tentu

mbak makanya diadakan les. (W2.GK1b.09042019.15-19)

Guru Pendamping Khusus

Sama semua kok mbak. Ada, jadi kalau semua siswa pulang

anak berkebutuhan khusus ada jam tambahan sekitar 30

menit. (W3.GPKb.11042019.21-23)

Guru kelas IV

Ya dengan cara dijelaskan lagi secara individu dan lebih

detail mbak dan biasanya ada media. Belum mbak, belum

melakukan waktu dan tindakan sendiri untuk anak

Pengajaran yang dilakukan sekolah untuk

siswa berkebutuhan khusus sama dengan

siswa reguler lainnya. Untuk ulangan, siswa

berkebutuhan khusus diberikan penambahan

waktu. Sedangkan untuk pemantapan materi,

siswa diberikan les tambahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

89

berkebutuhan khusus. (W4.GK4b.11042019.14-16)

Evaluasi program

untuk siswa

berkebutuhan khusus

Kepala Sekolah

Pelaksanaan evaluasi program pada siswa berkebutuhan

khusus itu untuk tindak lanjut kedepannya, setiap anak akan

dikelola seperti apa. (W1.KSb.09042019.29-30)

Guru kelas I

Saat ulangan kita lakukan remedial kok mbak, supaya anak

itu bisa mencapai KKM. (W2.GK1b.09042019.20-21)

Guru Pendamping Khusus

Untuk anak yang kurang dalam membaca pulang sekolah ada

pelajaran tambahan, ya kayak seperti tadi mbak beri

pelajaran tambahan sekitar 30 menit, tetapi ya ada yang tetep

mau pulang seperti tidak mau dibedakan mbak.

(W3.GPKb.11042019.24-26)

Guru kelas IV

Sama mbak dengan siswa reguler, hanya beda soal atau

kedalaman materi aja. (W4.GK4b.11042019.17-18)

Evaluasi program diadakan sekolah untuk

menindaklanjuti program bagi siswa

berkebutuhan khusus ke depannya, seperti

les tambahan, penambahan waktu saat

ulangan, dan lain-lain.

Ruang lingkup

berdasarkan aspek

kehidupan anak

Kepala Sekolah

Asesmen yang dilakukan sekolah kepada siswa yang paling

pokok bidang akademik. (W1.KSb.09042019.31)

Guru kelas I

Akademik aja mbak. (W2.GK1b.09042019.22)

Guru Pendamping Khusus

Saya belum pernah asesmen mbak. (W3.GPKb.11042019.27)

Asesmen yang dilakukan sekolah yaitu

asesmen dibidang akademik saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

90

Guru kelas IV

Asesmennya dibidang kognitf mbak. (W4.GK4b.11042019.19)

SD Harapan Mulia (SD d)

Aspek Sekolah

Inklusi Sub Aspek yang Digali Jawaban Narasumber Kesimpulan

Asesmen Pengumpulan

informasi untuk

memantau kemajuan

pendidikan siswa

Guru kelas II

Heem, iya,. Harus itu soalnya, harus dilakukan laporan. Kalo

dari guru sendiri cuma penilaiannya kayak jurnal itu tadi tapi

kalo dari GPK sekolah itu nanti kaitannya kan dengan dinas,

itu dia ada laporan tersendiri perkembangan anaknya. Tapi

saya kurang tahu per apa, waktunya itu per apa saya kurang

tahu. Tapi ada. Perkembangan anaknya itu bagaimana, dia

mulai sudah bisa ini, sudah bisa ini, ada laporannya itu.

(W1.GK2d.28032019.1-7)

Guru kelas VI

Sebenernya ada seperti itu. Tapi rata-rata yang di tempat

saya itu, yang ABK itu, stuck aja di situ karena di rumah itu

kurang dukungan dari orang tua. Kalo masalah

perkembangan, perkembangan itu sedikit banyaknya sih ada

ya ada. Tapi kalo saya ya lebih materi esensial. Terus

pelajaran-pelajaran yang kemarin sudah saya sampaikan, kita

ulas lagi waktu sarapan pagi itu. Nah misalnya, kita sudah

menyelesaikan materi ini di hari itu, kita adakan tes kan. Dari

evaluasi itu kita juga bisa, kita analisis. Soal nomor satu yang

gak bisa berapa, soal nomor dua yang gak bisa berapa. Dari

Sekolah melakukan pemantauan kemajuan

perkembangan anak melalui catatan-catatan

yang ditulis dan berdasarkan pertimbangan

dari GPK.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

91

beberapa evaluasi kita bisa tau, kita bisa ada benang

merahnya. (W2.GK6d.02042019.5-15)

Guru Pendamping Khusus

Iya mbak. Mm lewat ulangan mbak. (W3.GPKd.09042019.1-

2)

Kepala sekolah

Pasti itu mbak. Lewat ulangan-ulangan

mbak.(W4.KSd.12042019.1-2)

Penyaringan atau

screening

Guru kelas II

Iya, ada. Jangka waktunya per semester.

(W1.GK2d.28032019.8-9)

Guru kelas VI

Kalo screening enggak, gak secara, diadakan, dijadwalkan

gitu enggak. Makanya kayak tadi, kalo masalah screening kan

guru juga bisa to screening di awal, seperti yang saya

sebutkan tadi, kita gak lama kok. Kalo ngeliat dia dari segi

kognisinya lho ya, kognisinya gak lama. Kita bisa nebak

hasilnya bagaimana dengan beberapa kali pre-test saja sama

review-ing yang kelas 4 dan 5. (W2.GK6d.02042019.16-20)

Guru Pendamping Khusus

Seharusnya kan setahun ada tes ulang kayak gitu, di sini

kebetulan enggak. Yang belum-belum aja mbak.

(W3.GPKd.09042019.3-4)

Kepala sekolah

Sekolah melakukan screening setahun sekali

dan tidak ada screening secara berkala.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

92

Bersamaan dengan identifikasi, sekolah melakukan screening

di awal tahun ajaran, untuk memperkirakan berapa siswa

yang harus mengikuti asesmen. (W4.KSd.12042019.3-5)

Diagnosis Guru kelas II

Ya dari instrument itu tadi. Kita kan udah liat dulu, sebelum

ada instrument kan kita sudah lihat dulu anaknya, observasi

dari pembelajaran to, udah keliatan itu nanti ada indikasi

seperti ini. Dari cara dia berbicara, mengerjakan, bertingkah,

kan keliatan to. Nanti terus selebihnya terus ke instrument itu.

Belum pernah. Karena kebanyakan slow learner itu tadi jadi

ketahuannya di pembelajarannya langsung.

(W1.GK2d.28032019.10-13)

Guru kelas VI

Jadi guru akan memberikan soal yang mendasar dan sama.

Kemudian diberikan tes yang levelnya sama. Nah di situ kita

sudah bisa melihat anak mana saja yang masuk ke dalam

kriteria-kriteria ABK. Kita hanya mendiagnosa saja karena

yang berhak itu yang mengasesmen tapi kita hanya bisa

menduga. Makanya kita lihat anaknya lalu kita ajukan.Ada.

Pernah sekali. Penyebabnya ternyata sering tidur malam,

karena nunggu orangtuanya bekerja, pulang kerja. Orang

tuanya kalo malam itu jual air di pasar, air bersih itu hlo,

kalo malem. Sebenarnya dia normal, gak ada hambatan.

(W2.GK6d.02042019.21-27)

Guru Pendamping Khusus

Langkah-langkah asesmen, kita ajukan ke dinas. Terus nanti

dari dinas kan ditentukan apa diterima semua apa enggak.

Sekolah mendiagnosa siswa dengan cara

mengamati siswa dari perilku, berbicara, dan

pengerjaan soal. Kegiatan ini dilakukan

sebagai bagian dari langkah-langkah

asesmen. Ketika sudah mendapatkan data,

sekolah akan membawa siswa ke ULD (Unit

Layanan Disabilitas) untuk segera

diasesmen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

93

Kalau diterima semua, Alhamdulillah, biar nanti kita tinggal

menyediakan tempat. Terus nanti kan dari psikolog kan

banyak yang datang ke sini, dia asesmen di sini. Terus nanti

nunggu beberapa minggu, asesmennya baru keluar. Kayak

gitu. Untuk yang kelas atas juga gitu, kan ada yang pindahan

juga. Kan selama di sini juga dilihat to, itu kayaknya ini. Ya,

sortir. Gitu. Hasilnya kan nanti ketauan kalau sudah hasilnya

keluar. Kalau dia yang normal ya udah. Wong yang dianggap

gak normal aja kita samakan dengan yang lain.Mungkin

pernah mbak. Namanya manusia kan terkadang khilaf ya

mbak hehehe. (W3.GPKd.09042019.5-13)

Kepala sekolah

Nah tadi dari hasil identifikasi awal, kita ada apa formatnya,

untuk mengidentifikasi anak-anak ini nanti ada kelemahannya

di apa. Itu nanti dari hasil identifikasi itu guru akan, saya

biasanya yang menanya mereka, kelas satu ini siapa saja

yang cenderung ABK. Sampai kelas 6 nah itu kita kumpulkan

kemudian dari daftar per kelas tadi saya buat proposal, saya

ajukan ke ULD, Unit Layanan Disabilitas, itu sekitar bulan

akhir Agustus, akhir Agustus nanti biasanya pelaksanaannya

sekitar Oktober. Iya, nanti itu satu kota, satu kota bersamaan.

UPT itu sudah ada kerja sama, kalau 2 apa 3 tahun ini ya, itu

dengan UII, dengan lembaga psikolognya UII. Jadi satu anak

itu satu psikolog, ketika hari asesmen itu mereka datang ke

sini. Kalau anaknya 12 ya psikolognya 12. Ya itu kira-kira 2

jam itu pelaksanaannya. Gak pernah mbak

kayaknya.(W4.KSd.12042019.6-15)

Penempatan program Guru kelas II Sekolah tidak menerapkan program khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

94

bagi siswa

berkebutuhan khusus

Ada, ada jam tambahan. Jadi seperti bimbel, jadi untuk

khusus anak ABK thok yang bimbel tambahan, materi apa

yang belum bisa nanti ada tambahan sendiri. Itu sebenarnya

bukan dari sekolah karena tu kayak, tapi itu ngajuin ke,

darimana ya mbak, saya kurang tau tapi kemarin saya

soalnya juga dapet dan itu tidak semua ABK jadi diseleksi

soalnya itu kayaknya bukan dari sekolah. Itu kan ada dananya

begitu lho. Kayak di seleksi dulu, misalnya di kelas 2 ada lima

ABK, terus yang dipilih hanya dua yang harus difokuskan

dibimbing. Yo tetep, kalo dari saya ya itu tadi mbak, tetep

individu itu tetep jalan terus, pendekatan seneng kalo dia pas

nyambung gitu, seneng mbak. Terutama di keterampilan.

Kalau SBdP kan nyanyi-nyanyi, gerak, itu bisa ngikuti. Tapi

ketika suruh nulis, teori tu wes. (W1.GK2d.28032019.14-19)

Guru kelas VI

Kalo di sini gak ada, gak ada program khusus. Paling cuma

kayak ekskul kayak gitu. Gak ada program khusus kayak

tambahan gitu gak ada. Ya kita dampingi dulu aja mbak.

Paling kalau tidak menunjukkan hasil ya kita perbaiki lagi

caranya. (W2.GK6d.02042019.28-31)

Guru Pendamping Khusus

Sekolah memfasilitasi pengadaan asesmen bagi siswa yang

diduga berkebutuhan khusus dan mengajukan ke dinas. Tidak

mbak, kan asesmen dari ahlinya. (W3.GPKd.09042019.14-17)

Kepala sekolah

Seperti yang dijelaskan pada poin langkah-langkah asesmen,

bagi siswa namun sekolah mengadakan les

tambahan. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan sekolah bukan inisiatif dari

sekolah melainkan dari pihak luar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

95

sekolah memfasilitasi pengajuan asesmen bagi siswa yang

cenderung memiliki kebutuhan khusus namun belum

terasesmen kepada Unit Layanan Disabilitas

(ULD).Kayaknya engak mbak kan sudah ada pendataan siapa

saja yang belum diasesmen gitu. (W4.KSd.12042019.16-20)

Penempatan kurikulum

untuk memulai

pengajaran bagi siswa

berkebutuhan khusus

Guru kelas II

Iya itu ada modifikasi materi. Indikator, materi. Yo, klasikal,

kalau saya klasikal. Terus yang, karena kebetulan disini slow

semua jadi saya individual itu tadi. (W1.GK2d.28032019.21-

24)

Guru Kelas VI

Enggak mbak. Tapi siswa berkebutuhan khusus itu

indikatornya saya turunkan saja.Sama aja mbak sama semua

siswa. Cuman kalau dia ngerjain ulangan saya kasih waktu

tambahan. Terus saya ulang pelajarannya kalau dia belum

ngerti. (W2.GK6d.02042019.32-35)

Guru Pendamping Khusus

Modifikasi kurikulum dipenurunan indikator disesuaikan

dengan kemampuan anak ABK. Ya itu disamakan dengan

siswa reguler lainnya mbak. (W3.GPKd.09042019.18-20)

Kepala sekolah

Modifikasi kurikulum bagi siswa berkebutuhan khusus

dilakukan pada indikator tiap KD. Bisa dengan diturunkan,

dikurangi, atau beberapa indicator dihilangkan, disesuaikan

dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus yang

bersangkutan. Penerapan modifikasi kurikulum di kelas

seperti kurikulum regular, secara klasikal. Namun karena

Modifikasi kurikulum hanya dari penurunan

indikator dan materi disesuaikan dengan

kemampuan siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

96

modifikasi terletak pada indikator, guru menyesuaikan materi

dengan indicator pencapaian anak. (W4.KSd.12042019.21-

25)

Evaluasi pengajaran

untuk siswa

berkebutuhan khusus

Guru kelas II

Sama seperti siswa regular. Khususnya kalo misalnya

berkelompok, kalo dia gak bisa ngikuti kan dia cuma diem

aja, kebanyakan diem mbak, jadi saya nanti beri tugas sendiri

seperti kayak gambar-gambar gitu kan, kamu ini. Temen-

temen membantu tadi. Kalau awal-awal itu emang ribut gitu,

ha, penak banget kui, mosok gur mewarnai, mosok gur

nggambar gitu. Tapi yo tetep pengertian, akhirnya yo lama-

lama tau, gak masalah gitu lho sekarang.

(W1.GK2d.28032019.25-31)

Guru kelas VI

Dari semester satu semua materi saya berikan, pada akhirnya

nanti kan setiap kali saya ada ulangan atau apa, saya tu ada

hasil analisis saya. Saya membuat analisis soal. Soal nomor 1

tu yang gak bisa siapa aja. Soal nomor dua soal model kayak

gini, oh anak ini ini ini gak bisa. Kalo ini bisa, kalo yang ini

gak bisa. Saya kelompokkan. Materi-materinya itu saya

kelompokkan. Udah kan, ketemu kan. Ini si A ini Cuma bisa

materi ini. Ini dan ini. udah, kamu pelajari yang itu aja. Itu

kamu pelajari, itu harus benar 100%. Yang lainnya ndak

usah. Saya selalu menggali kemampuan apa yang dia bisa,

yang gak bisa ngapain di gali, wong gak bisa. Guru tidak

banyak memberikan tindakan khusus untuk siswa

berkebutuhan khusus karena guru tidak menginginkan anak

berkebutuhan khusus merasa dibedakan dengan siswa yang

Tidak ada pengajaran khusus kepada siswa.

Pengajaran di kelas bersifat klasikal. Namun

guru lebih memperhatikan siswa

berkebutuhan khusus. Guru tidak

memaksakan siswa untuk memahami materi

langsung dan guru selalu mengulang-

ngulang materi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

97

lain sehingga semua kegiatan pembelajaran dilakukan

bersama secara klasikal dan guru membuat suasana belajar

yang senyaman dan semenyenangkan mungkin baik bagi

siswa regular maupun siswa berkebutuhan khusus.

(W2.GK6d.02042019.37-48)

Guru Pendamping Khusus

Ya sama aja mbak sama siswa reguler. Tidak dibedakan. Tapi

saya cuma mendampingi siswa ABK aja. Di luar jam

pelajaran, guru mendampingi secara terpisah di kelas atau di

perpustakaan. Seperti jam tambahan.

(W3.GPKd.09042019.21-24)

Kepala sekolah

Sama kayak siswa reguler aja sih mbak dikasih ulangan-

ulangan latihan. Nanti kita lihat perkembangannya. Gak ada

mbak. Paling cuma les tambahan aja.(W4.KSd.12042019.26-

29)

Evaluasi program

untuk siswa

berkebutuhan khusus

Guru kelas II

Ya lewat ulangan-ulangan gitu aja

mbak.(W1.GK2d.28032019.32-33)

Guru kelas VI

Program inklusi itu sendiri sebenarnya yang mencanangkan

bukan sekolah. Pemerintah melabeli sekolah itu sekolah

inklusi. Untuk evaluasinya ya tetep ada evaluasi. Tetep ada.

Proses evaluasinya misalnya oh di sini kurang ini, yok kita

tambahin ini. Setiap akhir semester itu ada omongan evaluasi.

Waktu briefing atau waktu supervisi itu juga ada evaluasi.

Proses evaluas diadakan di akhir semester

saat briefing atau saat supervisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

98

(W2.GK6d.02042019.49-53)

Guru Pendamping Khusus

Nanti kita diskusikan mbak anaknya dari ulangan dan sehari-

hari bagaimana. (W3.GPKd.09042019.25-26)

Kepala sekolah

Sama kayak siswa reguler aja sih mbak dikasih ulangan-

ulangan latihan. Nanti kita lihat perkembangannya.

(W4.KSd.12042019.30-31)

Ruang lingkup

berdasarkan aspek

kehidupan anak

Guru kelas II

Saya belum terlalu tau detail tentang asesmen.

(W1.GK2d.28032019.34-45)

Guru kelas VI

Kalo asesmennya ya itu, kognisi, sikap. Baru sampe di situ.

(W2.GK6d.02042019.54-55)

Guru Pendamping Khusus

Akademik saja. (W3.GPKd.09042019.27)

Kepala sekolah

Akademik aja mbak. (W4.KSd.12042019.32)

Asesmen yang dilakukan sekolah hanya

dibidang koginitif dan sikap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

99

Lampiran 4 Hasil Reduksi Observasi

No Indikator Deskripsi Hasil Pengamatan

1 Melakukan upaya pengumpulan

informasi untuk memantau

kemajuan anak

Tidak dilakukan peneliti karena dalam melihat

kemajuan siswa memerlukan waktu setiap harinya.

2 Melakukan penyaringan atau

screening

Tidak dilakukan observasi karena saat itu tidak ada

proses screening.

3 Melakukan diagnosis Tidak dilakukan saat observasi karena saat itu tidak ada

proses diagnosa.

4 Melakukan penempatan program

bagi siswa berkebutuhan khusus

Tidak dilakukan karena saat itu tidak ada program

khusus bagi siswa berkebutuhan khusus.

5 Melakukan penempatan

kurikulum untuk memulai

pengajaran bagi anak

berkebutuhan khusus

Dalam observasi untuk kurikulum, guru sudah

separuhnya melakukan pengajaran dalam kelas sesuai

RPP. Ia memulai pembelajaran dengan mengucap

salam dan mengabsen siswa namun tidak dilakukan

motivasi kepada siswa. Dalam proses KBM itu sendiri

guru melakukan beberapa metode pengajaran, seperti

tanya jawab dan diskusi. Guru juga mengulang kembali

materi ketika siswa tidak mengerti.

6 Melakukan evaluasi pengajaran Evaluasi pengajaran kali ini guru lakukan setelah

menjelaskan materi. Evaluasi kali ini yaitu siswa

diberikan 5 soal yang masing-masing soal terdapat

beberapa pertanyaan terkait bangun datar. Selagi siswa

mengerjakan, guru menilai hasil kerja siswa pada LKS.

7 Melakukan evaluasi program Tidak dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

100

Lampiran 5 Hasil Reduksi Studi Dokumentasi

Dokumen Keterangan

Deskripsi Ada Tidak

Informasi perkembangan

anak

Informasi perkembangan anak berupa buku

penghubung. Buku ini berisi catatan-catatan

perilaku siswa di kelas. satu buku untuk satu

anak di kelas. Buku ini juga diberikan kepada

orang tua murid. Tujuannya agar orang tua

murid mengetahui perilaku anak di sekolah.

Selain berisi catatan-catatan, buku ini nanti

ditandatangani oleh orang tua murid.

Informasi latar belakang

orangtua/wali anak

Buku ini berisi data-data orang tua murid

berupa formulir saat pendaftaran penerimaan

siswa baru.

Alat identifikasi anak

berkesulitan belajar

Sekolah tidak memakai alat identifikasi

khusus. Sekolah hanya menggunakan

observasi untuk mengidentifikasi siswa.

Daftar anak yang berindikasi

kesulitan belajar/bermasalah

Untuk kelas 4, guru hanya melingkari siswa-

siswa yang dirasa memiliki kebutuhan khusus.

Catatan kemajuan anak Catatan kemajuan anak berupa hasil ulangan-

ulangan yang diadakan guru.

Nilai rapot Rapot yang dibuat untuk siswa berkebutuhan

khusus sama dengan rapot siswa lainnya.

Hasil asesmen Hasil asesmen ini didapatkan dari puskesmas

terdekat, tempat anak untuk melakukan

asesmen. Hasil asesmen ini ada dari berbagai

macam tingkatan kelas siswa karena asesmen

ini diadakan bagi siswa yang belum pernah

asesmen.Hasil asesmen yang dikeluarkan

berisi identitas siswa, tujuan pemeriksaan,

hasil pemeriksaan, dan kesimpulan dan saran.

Pada bagian hasil pemeriksaan, akan

dijelaskan keadaan siswa mulai dari

kemampuan kognitif hingga kemampuan

visual dan motorik. Pada bagian kesimpulan

dan saran akan diberikan saran kepada guru

dan orang tua untuk membimbing siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

101

Lampiran 6 Display Data Observasi, Wawancara, Dokumentasi

Asepek

yang Digali

Sub Aspek

yang Digali

Wawancara Observasi

SD c

Studi Dokumentasi

SD a SD b SD c SD d Ya () Tidak ()

Asesmen Melakukan

upaya

pengumpulan

informasi

untuk

memantau

kemajuan anak

Cara guru

mengumpulkan

informasi

melalui tanya

orang tua. Lalu

ia melihat

kemajuan siswa

dalam bidang

akademik saat

kegiatan belajar

mengajar di

kelas.

Sekolah

melakukan

pemantauan

hasil belajar

siswa melalui

penilaian harian

seperti ulangan

harian dan

tugas.

Dalam pengumpulan

informasi serta

kemajuan anak,

sekolah

menggunakan

identifikasi dan

tanya jawab dengan

orang tua atau

tetangga-tetangga

terdekat di

rumahnya.

Sedangkan untuk

kemajuan anak di

bidang akademik,

sekolah

menggunakan tes,

ulangan harian, PR,

atau tugas-tugas

lainnya.

Sekolah

melakukan

pemantauan

kemajuan

perkembangan

anak melalui

catatan-catatan

yang ditulis dan

berdasarkan

pertimbangan

dari GPK.

-

Melakukan

penyaringan

atau screening

Screening

dilakukan setiap

2 kali dalam

setahun.

Sekolah belum

melakukan

screening

secara berkala

namun

dilakukan setiap

semester.

Sekolah tidak

mengadakan

asesmen secara

berkala namun

asesmen diadakan

setahun sekali.

Asesmen ini tidak

Sekolah

melakukan

screening

setahun sekali

dan tidak ada

screening secara

berkala.

-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

102

mengundang pakar.

Sekolah juga

memantau kemajuan

dan perkembangan

siswa.

Melakukan

diagnosis

Guru

mendiagnosa

siswa

berkebutuhan

khusus melalui

observasi.

Terkadang juga

meminta

pertimbangan

dari GPK terkait

anak tersebut.

Diagnosa yang

dilakukan oleh

guru dilihat

berdasarkan

hasil belajar

siswa dan

melalui

pengamatan

sikap siswa.

Setelah itu

biasanya guru

meminta

pertimbangan

dari GPK untuk

lebih jelasnya.

Untuk mendiagnosis

siswa yang ABK,

sekolah

menggunakan

identifikasi atau

pengamatan kepada

anak. Baik saat di

kelas maupun di luar

kelas. Guru juga

melihat ada kriteria-

kriteria yang

sekiranya kalau

anak itu

berkebutuhan

khusus. Kesalahan

dalam diagnosis

yang dilakukan guru

sebatas melabeli

siswa dengan

kebutuhan khusus

nyatanya siswa itu

normal.

Sekolah

mendiagnosa

siswa dengan

cara mengamati

siswa dari

perilku,

berbicara, dan

pengerjaan soal.

Kegiatan ini

dilakukan

sebagai bagian

dari langkah-

langkah

asesmen. Ketika

sudah

mendapatkan

data, sekolah

akan membawa

siswa ke ULD

(Unit Layanan

Difabilitas)

untuk segera

diasesmen.

-

Melakukan Program yang Sekolah belum Program yang Sekolah tidak -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

103

penempatan

program bagi

siswa

berkebutuhan

khusus

diberikan

sekolah kepada

siswa

berkebutuhan

khusus yaitu les

tambahan dan

keterampilan-

keterampilan

seperti memasak,

pramuka, dan

lain-lain.

Sekolah juga

mengirimkan

siswa untuk

mengikuti

kegiatan di luar

sekolah dan

meraih prestasi.

melaksanakan

program khusus

bagi anak

berkebutuhan

khusus namun

sekolah

mengadakan les

tambahan.

Program-

program yang

dilakukan siswa

yaitu biasanya

dari dinas atau

UPT terkait

untuk

melakukan uji

keterampilan

seperti

membatik,

membuat kue,

dan lain-lain.

diberikan guru

kepada siswa

berkebutuhan

khusus yaitu les atau

tambahan pelajaran,

keterampilan-

keterampilan, dan

memberikan fasilitas

kepada siswa

berkebutuhan

khusus melalui

beasiswa ABK.

menerapkan

program khusus

bagi siswa

namun sekolah

mengadakan les

tambahan.

Kegiatan-

kegiatan yang

dilakukan

sekolah bukan

inisiatif dari

sekolah

melainkan dari

pihak luar.

Melakukan

penempatan

kurikulum

untuk memulai

pengajaran

bagi anak

berkebutuhan

khusus

Kurikulum yang

digunakan

sekolah sama

dengan siswa

lainnya hanya

saja untuk ABK

disesuaikan

dengan

Sekolah

menggunakan 2

kurikulum yaitu

kurikulum dari

pemerintah

untuk siswa

reguler dan

kurikulum

Sekolah melakukan

penyederhanaan

kurikulum pada

bagian indikator

untuk siswa

berkebutuhan

khusus.

Modifikasi

kurikulum hanya

dari penurunan

indikator dan

materi

disesuaikan

dengan

kemampuan

Dalam observasi

untuk kurikulum,

guru sudah

separuhnya

melakukan

pengajaran dalam

kelas sesuai RPP. Ia

memulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

104

kemampuan

anaknya.

modifikasi

untuk siswa

ABK. Faktanya

kurikulum

modifikasi itu

sama dengan

kurikulum dari

pemerintah,

hanya saja

dalam

penerapannya

itu indikator

dan KKM

disesuaikan

dengan

kemampuan

siswa.

siswa. pembelajaran

dengan mengucap

salam dan

mengabsen siswa

namun tidak

dilakukan motivasi

kepada siswa.

Dalam proses KBM

itu sendiri guru

melakukan beberapa

metode pengajaran,

seperti tanya jawab

dan diskusi. Guru

juga mengulang

kembali materi

ketika siswa tidak

mengerti.

Melakukan

evaluasi

pengajaran

Pengajaran di

kelas seperti

biasa, namun ada

GPK yang

membantu guru

untuk

mendampingi

siswa

berkebutuhan

khusus.

Pengajaran

yang dilakukan

sekolah untuk

siswa

berkebutuhan

khusus sama

dengan siswa

reguler lainnya.

Untuk ulangan,

siswa

berkebutuhan

khusus

Pengajaran untuk

siswa berkebutuhan

khusus sama dengan

siswa reguler

lainnya. Hanya saja

ia memberikan

perhatian yang lebih

intensif. Misalnya

ketika ulangan, guru

bersedia

membacakan soal

pada siswa yang

Tidak ada

pengajaran

khusus kepada

siswa.

Pengajaran di

kelas bersifat

klasikal. Namun

guru lebih

memperhatikan

siswa

berkebutuhan

khusus. Guru

Evaluasi pengajaran

kali ini guru lakukan

setelah menjelaskan

materi. Evaluasi kali

ini yaitu siswa

diberikan 5 soal

yang masing-masing

soal terdapat

beberapa pertanyaan

terkait bangun datar.

Selagi siswa

mengerjakan, guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

105

diberikan

penambahan

waktu.

Sedangkan

untuk

pemantapan

materi, siswa

diberikan les

tambahan.

belum bisa

membaca. Selain itu

juga mengulang

materi jika belum

jelas dan kemudian

siswa diberikan PR.

tidak

memaksakan

siswa untuk

memahami

materi langsung

dan guru selalu

mengulang-

ngulang materi.

menilai hasil kerja

siswa pada LKS.

Melakukan

evaluasi

program

Evaluasi untuk

siswa

berkebutuhan

khusus pada saat

PTS dan PAS

dan dialporkan

secara narasi.

Evaluasi

program

diadakan

sekolah untuk

menindaklanjuti

program bagi

siswa

berkebutuhan

khusus ke

depannya,

seperti les

tambahan,

penambahan

waktu saat

ulangan, dan

lain-lain.

GPK bertugas

sebagai orang yang

diajak berdiskusi

mengenai anak

berkebutuhan

khusus. KKM dan

indikator untuk

siswa berkebutuhan

khusus akan

diturunkan sesuai

dengan kemampuan

siswa.

Proses evaluas

diadakan di akhir

semester saat

briefing atau saat

supervisi.

-

Ruang lingkup

asesmen

Asesmen yang

dilakukan

sekolah dibidang

akademik,

Asesmen yang

dilakukan

sekolah yaitu

asesmen

Asesmen yang

dilakukan sekolah

hanya dibidang

akademik saja.

Asesmen yang

dilakukan

sekolah hanya

dibidang

-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

106

tingkah laku,

sosial, dan

riwayat

kesehatan.

dibidang

akademik saja.

koginitif dan

sikap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: ASESMEN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD ...repository.usd.ac.id/35541/2/151134024_full.pdfPendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diintegrasikan

107

BIOGRAFI PENULIS

Tiwi Wira Pratika lahir di Sleman, 27 Juli 1997.

Anak pertama dari dua bersaudara ini mengawali pendidikan

formalnya pada tahun 2002 di TK Tarbiyatunnisa Bogor,

Sekolah Dasar di SD Negeri Semplak 2 Bogor (2003-2009),

Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 6 Bogor

(2009-2012), Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 10

Bogor (2012-2015). Pada tahun 2015 peneliti menempuh

pendidikan tinggi dengan mengambil Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul “Asesmen Siswa Berkebutuhan Khusus

di SD Inklusi: Studi Deskriptif”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI