3
Asfiksia merupakan keadaan dimana terjadinya gangguan sirkulasi udara pernapasan yang menyababkan hipoksia dan peningkatan karbondioksida. Hal ini akan menyebabkan organ kekurangan oksigen ( hipoksia hipoksik ) dan terjadi kematian. Asfiksia mekanik adalah keadaan dimana udara masuk terhalang oleh beberapa tindakan kekerasan yang akhirnya akan menyebabkan korban mati lemas. Terdapat beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan terjadinya asfiksia mekanik, yaitu : Penutupan lubang pernapasan bagian atas ( pembekapan, penyumbatan ) Penekanan dinding saluran pernapasan ( penjeratan, pencekikan, gantung ) Penekanan dinding dada dari luar ( asfiksia traumaik ) Saluran pernapasan terisi air ( tenggelam, drowning ) Ada 4 fase kematian pada korban asfiksia, yaitu : Fase dispnea : terjadi karena penurunan kadar CO2 yang akan menyebabkan peningkatan amplitudo dan frekuensi napas, peningkatan tekanan darah, muncul sianosis pada muka dan tangan. Fase konvulsi :peningkatan kadar CO2 akan menyebabkan kejang yang diawali dengan kejang klonik, tonik kemudian spasme otistotonik. Dilatasi pupil, penurunan denyut jantung, dan penurunan tekanan darah dapat terjadi Fase apnea : adanya depresi pada pusat pernapasan akan menybabkan pernapasan menjadi lemah dan terhenti Fase akhir : paralisis pada pusat pernapasan lengkap akan menyebabkan pernapasan berhenti total, namun jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan terhenti. Secara umum, kematian akibat asfiksia akan mulai timbul stelah 4-5 menit, dimana fase 1 dan 2 terjadi kurang lebi 3-4 menit tergantung dari keparahan halangan oksigen yang ada. Pemeriksaan Jenazah Pada pemeriksaan luar jenazah yang dapat ditemukan adalah adanya sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku. Bendungan sistemik, pulmoner, dan dilatasi jantung merupakan trias klasik yang muncul pada korban asfiksia. Lebam mayat yang ditemukan biasanya memberikan warna merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat akibat tingginya kadar CO2 dan fibrinolisin. Tingginya kadar fibrinolisin berhubungan denga cepatnya kematian terjadi. Busa halus pada hidung dan mulut dapat ditimbulkan akibat reaksi yang ditimbulkan oleh peningkatan aktivitas pernapasn fase 1. Pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra muncul sebagai bukti terdapatnya bendungan pada mata. Kapiler yang mudah pecah juga akan timbul pada daerah konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain.Tardieu’s spot timbul karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler akibat hipoksia.

Asfiksia Dan Tenggelam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

forensik

Citation preview

Asfiksia merupakan keadaan dimana terjadinya gangguan sirkulasi udara pernapasan yang menyababkan hipoksia dan peningkatan karbondioksida. Hal ini akan menyebabkan organ kekurangan oksigen ( hipoksia hipoksik ) dan terjadi kematian.Asfiksia mekanik adalah keadaan dimana udara masuk terhalang oleh beberapa tindakan kekerasan yang akhirnya akan menyebabkan korban mati lemas. Terdapat beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan terjadinya asfiksia mekanik, yaitu : Penutupan lubang pernapasan bagian atas ( pembekapan, penyumbatan ) Penekanan dinding saluran pernapasan ( penjeratan, pencekikan, gantung ) Penekanan dinding dada dari luar ( asfiksia traumaik ) Saluran pernapasan terisi air ( tenggelam,drowning)Ada 4 fase kematian pada korban asfiksia, yaitu : Fase dispnea : terjadi karena penurunan kadar CO2yang akan menyebabkan peningkatan amplitudo dan frekuensi napas, peningkatan tekanan darah, muncul sianosis pada muka dan tangan. Fase konvulsi:peningkatan kadarCO2akan menyebabkan kejang yang diawali dengan kejang klonik, tonik kemudian spasme otistotonik. Dilatasi pupil, penurunan denyut jantung, dan penurunan tekanan darah dapat terjadi Fase apnea: adanya depresi pada pusat pernapasan akan menybabkan pernapasan menjadi lemah dan terhenti Fase akhir: paralisis pada pusat pernapasan lengkap akan menyebabkan pernapasan berhenti total, namun jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan terhenti.Secara umum, kematian akibat asfiksia akan mulai timbul stelah 4-5 menit, dimana fase 1 dan 2 terjadi kurang lebi 3-4 menit tergantung dari keparahan halangan oksigen yang ada.Pemeriksaan JenazahPada pemeriksaan luar jenazah yang dapat ditemukan adalah adanya sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku. Bendungan sistemik, pulmoner, dan dilatasi jantung merupakan trias klasik yang muncul pada korban asfiksia. Lebam mayat yang ditemukan biasanya memberikan warna merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat akibat tingginya kadar CO2dan fibrinolisin. Tingginya kadar fibrinolisin berhubungan denga cepatnya kematian terjadi.Busa halus pada hidung dan mulut dapat ditimbulkan akibat reaksi yang ditimbulkan oleh peningkatan aktivitas pernapasn fase 1. Pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra muncul sebagai bukti terdapatnya bendungan pada mata. Kapiler yang mudah pecah juga akan timbul pada daerah konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain.Tardieus spottimbul karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler akibat hipoksia.Pada pemeriksaan bedah jenazah, korban yang mati karena asfiksia akan menimbulkan beberapa gejala khas, seperti : Warna darah lebih gelap dan encer Muncul busa halus di saluran pernapasan Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ tubuh Petekie Edema paru Kelainan yang berhubungan dengan kekerasan ( fraktur laring ).Tenggelam (Drowning )Tenggelam adalah mati lemas ( asfikia ) yang disebabkan oleh masuknya cairan ke dalam rongga pernapasan. Pada korban tenggelam sangat sulit diidentifikasi apakah benar-benar tenggelam atau sudah berada dalam keadaan mati pada saat tergenang di air. Terdapat beberapa istilah tenggelam, yaitu : Wet drowning( cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah korrban tenggelam ) Dry drowning( cairan masuk ke dalam saluran pernapasan karena spasme laring ) Secondary drowning( terjadi beberapa hari setelah korban tenggelam, dan meningal akibat komplikasi ) Immersion syndrome( korban meninggal tiba-tiba setelah tenggelam pada air dingin akibat refleks vagal)Pemeriksaan Jenazah TenggelamPada korban tenggelam, pemeriksaan harus dilakukan secara lengkap dan teliti. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan saat melakukan pemeriksan luar pada jenazah tenggelam, yaitu : Keadaan jenazah : basah, berlumpur, pasir, benda-benda penyerta Busa halus pada hidung dan mulut, atau darah Keadaan mata : setengah terbuka/tertutup, jarang terdapat perdarahan/ bendungan Kutis anserina pada permukaan anterior tubuh terutama ekstremitas akibat adanya kontraksi otot erektor pili sebaga respon dari air dingin. Washer womans hand: telapak tagan berwarna keputihan dan keriput karena adanya imbisi cairan ke dalam kutis Cadaveric spasme: biasanya menunjukkan kadaan pada saat korban berusaha menyelamatkan diri. Luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, kaki akibat gesekan benda-benda saat tenggelam.Pada pemeriksaan bedah jenazah ada 6 hal yang harus diperhatikan, yaitu : Busa halus dan benda asing ( pasir dan tumbuhan air ) Paru paru membesar seprti balon Petekie Paru-paru normal (kasus tenggelam pada air tawar ) Otak, ginjal, hati, limpa mengalami bendungan Lambung membesar, terisi air, lumpur dan dapat juga ada pada usus halus.Pada kasus tenggelam, perlu dilakukan pemriksaan laboratorium guna kepastian penyebab kematian. Terdapat 2 pemeriksaan yang harus dilakukan, yaitu :1. Pemeriksaan diatom. Pada korban tenggelam diatom biasanya akan masuk ke dalam saluran pernapasan ataupun saluran pencernaan, yang nantinya akan masuk ke dalam peredaran darah melalui dinding kapiler yang rusak. Pemeriksaan diatom dapat menggunakan tekhnik destruksi menggunakan sediaan yang diambil dari getah paru. Pada pemeriksaan diperhatikan banyaknya diatom. Jika terdapat 4-5?LPB maka pemeriksaan diatom dikatan positif.Pemeriksaan darah jantung.Asfiksia merupakan keadaan dimana terjadinya gangguan sirkulasi udara pernapasan yang menyababkan hipoksia dan peningkatan karbondioksida. Hal ini akan menyebabkan organ kekurangan oksigen ( hipoksia hipoksik ) dan terjadi kematian