53
34 KONSEP MEDIS 1. DEFINISI Amputasi berasal dari kata Latin amputare, dari kata amb (sekitar) dan putare (memotong). Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sisem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan

Askep Amputasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sistem muskuloskeletal

Citation preview

Page 1: Askep Amputasi

34

KONSEP MEDIS

1. DEFINISI

Amputasi berasal dari kata Latin amputare, dari kata amb (sekitar) dan putare

(memotong). Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian

tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan

yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang

terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan

menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan

keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti

dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem

tubuh seperti sistem integumen, sisem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan

sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi

klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas

Gambar 1.1

Seorang laki – laki dengan amputasi ekstermitas bawah

Page 2: Askep Amputasi

34

2. ETIOLOGI

Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :

1. Iskemia

Iskemia karena penyakit reskulanisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti

klien dengan arteriosklerosis, DM

Gambar 1.2

Diabetes Melitus yang mengenai kaki

2. Trauma amputasi

Bisa diakibatkan karena perang, KLL, thermal injury seperti terbakar, infeksi,

gangguan metabolism seperti pagets deases dan kelainan kogenital.

Gambar 1.3

Terputusnya jari akibat KLL

Gambar 1.4

Page 3: Askep Amputasi

34

Tangan terbakar

3. Gas ganggren

Keadaan nyeri akut dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi dengan

gas dan eksudat serosangiunosa, disebabkan infeksi luka oleh bakteri anaerob,

yang diantaranya adalah berbagai spesies clostridium.

Gambar 1.5

Ganggren

4. Osteomielitis

Peradangan pada tulang (bisa menyebabkan lumpuh) dan bisa juga terjadi

assending infection

5. Kehancuran jaringan kulit yang tidka mungkin diperbaiki

6. Kegananasan

Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif

3. PATOFISIOLOGI

Amputasi merupakan hasil dari atau diakibatkan oleh gangguan aliran darah

baik akut ataupun kronik. Pada keadaan atut organ sebagian atau keseluruhan

dipotong dan jaringan yang mati diangkat. Terjadat anjuran baru ada

penyambungan kembali dari jair atau bagian tubuh yang kecil, tetapi tidak bagian

otot. Tubuh mungkin merasa sebuah amputasi parsial sebagai ancaman dan sepsis

mungkin berkembang pada beberapa kasus bagian tubuh yang dipindahkan

digunakan untuk mencegah kematian klien. Klien yang menghadapi situasi ini

memerlukan konseling, mereka mungkin tidak akan mau mengorbankan sebuah

anggota tubuhnya, meskipun tidak berfungsi untuk lebih memastikan hidupnya.

Page 4: Askep Amputasi

34

Pada proses penyakit yang kronik sirkulasi terputus, aliran darah vena sedikit,

protein bocor kedalam ruang intertisium dan edema berkembang, edema

meningkatkan resiko injuri dan lebih jauh menurunkan sirkulasi, berkembangnya

ulkus yang statis dan menjadi tempat infeksi karena sirkulasi terputus dan

penurunan proses imun sehingga bakteri mudah berpoliferasi, adanya proses

infeksi yangprogresif lebih jauh akan mengakibatkan sirkulasi terhambat dan

kemungkinan besar menjadi gangrene yang mana merupakan hal yng harus

dilaksanakannya amputasi.

4. KLASIFIKASI

a. Berdasarkan pelaksanaan, amputasi dibedakan menjadi

1. Amputasiselektif/terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat

penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakuakn

sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.

2. Amputasi akibat trauma

Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak

direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi

amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.

3. Amputasi darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya

merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma

dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

b. Berdasarkan tingkatan amputasi

1. Ekstremitas atas

Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini

berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian

dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.

2. Ekstremitas bawah

Page 5: Askep Amputasi

34

Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-

jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.

Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua

letak amputasi yaitu :

1. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).

Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic

limb dan inschemic limb.

2. Amputasi diatas lutut (above knee amputation)

Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan

penyakit vaskuler perifer.

3. Nekrosis.

Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak

berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.

4. Kontraktur.

Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta

melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi

terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.

5. Neuroma.

Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga

melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong

saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.

6. Phantom sensation.

Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas

tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi

terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.

4. BATAS DAN LOKASI AMPUTASI

Batas amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit.

1. Pada cedera, ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat.

2. Pada tumor, ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas resiko

kekambuhan lokal.

Page 6: Askep Amputasi

34

3. Pada penyakit pembuluh darah, ditentukan oleh vaskularisasi sisa ekstremitas

dan daya sembuh luka puntung.

Pada ekstremitas atas, tidak dipakai batas amputasi tertentu, sedangkan pada

ekstremitas bawah lazim dipakai “ Batas Amputasi Klasik “.

1. Eksartikulasi jari kaki.

2. Transmetatarsal.

3. Artikulasi pergelangan kaki ( Amputasi Syme ).

4. Tungkai bawah (batas amputasi ideal).

5. Tungkai bawah batas amputasi minimal.

6. Eksartikulasi lutut.

7. Tungkai atas (jarak minimal dari sela lutut).

8. Tungkai atas batas amputasi yang lazim dipakai

9. Tungkai atas batas amputasi minimal.

10. Eksartikulasi tungkai

Gambar 1.6

Amputasi pada bagian jari

Batas amputasi klasik. Penilaian batas amputasi :

1. Jari dan kaki

Pada amputasi jari tangan dan kaki penting untuk mempertahankan falanx

dasar. Amputasi transmetatarsal memberi puntung yang baik. Amputasi di sendi

tarso-metatarsus lisfranc mengakibatkan per ekuinus dengan pembebanan berlebih

pada kulit ujung puntung yang sukar ditanggulangi.

Page 7: Askep Amputasi

34

2. Proksimal sendi pergelangan kaki

Amputasi transmaleolar baik sekali bila kulit tumit utuh dan sehat sehingga

dapat menutup ujung puntung.

Gambar 1.7

Amputasi pada jari kaki

3. Tungkai bawah

Panjang puntung tungkai bawah paling baik antara 12 dan 18 cm dari sendi

lutut, tergantung keadaan setempat, usia penderita dan tinggi badan. Bila jarak

dari sendi lutut kurang dari 5 cm, protesis mustahil dapat dikendalikan.

4. Eksartikulasi kulit

Eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang baik sekali. Amputasi ini dapat

dilakukan pada penderita geriatrik.

5. Tungkai atas 

Puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10cm dibawah sendi

panggul, karena bisa menyebabkan kontraktur fleksi-abduksi-eksorotasi. Puntung

juga tidak boleh kurang dari 10 cm diatas sendi lutut karena ujung puntung

sepanjang ini sukar dibebani. Eksartikulasi dapat menahan pembebanan.

6. Sendi panggul dan hemipelvektomi

Eksartikulasi sendi panggul kadang dilakukan pada tumor ganas. Protesis akan

lebih sukar dipasang. Protesis untuk hemipelvektomi tersedia, tetapi memerlukan

kemauan dan motivasi kuat dari penderita.

Page 8: Askep Amputasi

34

7. Tangan

Amputasi parsial jari atau tangan harus sehemat mungkin setiap jari dengan

sensitibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna sekali sebab dapat digunakan

untuk fungsi menggenggam atau fungi oposisi ibu jari.

8. Pergelangan tangan

Dipertahankan fungsi pronasi dan supinasinya. Tangan mioelektrik maupun

kosmetik dapat dipakai tanpa kesulitan.

9. Lengan bawah

Batas amputasi di pertengahan lengan bawah paling baik untuk memasang

protesis. Puntung harus sekurang-kurangnya distal insersi M. Biseps dan M.

Brakhialis untuk fleksi siku.

10. Siku dan lengan atas

Ekssartikulasi siku mempunyai keuntungan karena protesis dapat dipasang

tanpa fiksasi sekitar bahu.

11. Pada amputasi di diafisis humerus, protesis harus dipertahankan dengan ikatan

dan fiksasi pada bahu.

12. Eksartikulasi bahu dan amputasi intertorakoskapular , yang merupakan

amputasi termausk gelang bahu, ditangani dengan protesis yang biasanya

hanya merupakan protesis kosmetik.

Page 9: Askep Amputasi

34

Page 10: Askep Amputasi

34

5. MANIFESTASI KLINIS

1. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)

2. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf

yang dekat dengan permukaan.

3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa dengan

keronitis.

4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)

5. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)

6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.

7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan

(grieving process)

6. PEMERIKSAAN FISIK

SISTEM TUBUH KEGIATAN

Integument

Kulit secara umum

Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk

meninjau tingkat hidrasi

Lokasi amputasi mungkin

mengalami peradangan akut atau

kondisi semakin buruk, perdarahan

atau kerusakan progresif. Kaji

kondisi jairngan diatas lokasi

amputasi terhadap terjadinya statis

vena atau gangguan venus return

Cardiovascular

Cardiac reserve Mengkaji tingkat aktivitas harian

yang dapat dilakukan pada klien

sebelum operasi sebagai salah satu

indicator fungsi jantung

Page 11: Askep Amputasi

34

Pembuluh darah Mengkaji kemungkinan

atherosclerosis melalui penailaian

terhadap elastisitas pembuluh darah

Respirasi Mengkaji kemampuan suplai

oksigen dengan menilai adanya

sianosis, riwayat gangguan nafas

Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam

Mengkaji adanya perubahan warna,

BJ urine

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat dehidrasi

Memonitor intake dan output cairan

Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien

Mengkaji system persyarafan,

khususnya system motorik dan

sensorik daerah yang akan

diamputasi

Muskuloskeletal Mengkaji kemampuan oto kolateral

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pre operasi

1. CBC : dilakukan untuk mengukur WBC,  hemoglobin dan hematokrit.

2. Kadar asam serum : ditunjukkan untuk mengkaji pasien yang mengalami

gannguan kseseimbangan cairan

3. Waktu pembekuan di order : untuk mengetahui penggumpalan darah

4. Analisa urin : digunakan untuk mendeteksi adanya sel darah merah, darah

putih atau protein yang mungkin mengindikasikan protein

5. Elektrokardiogram : untuk mengkaji jantung terhadap tanda- tanda luka

atau iskemik

6. X-rays : dada membantu mengidentifikasi adanya ineksi di paru seperti

pneumonia.

Page 12: Askep Amputasi

34

2. Post operasi

1. CBC : penurunan darah yang tiba-tiba menandakan hemoragi dan

peningkatan sel darah puih yang tiba- tiba mengidentifikasikan adanya

infeksi.

2. Kimia darah : ukuran elektrolit dan pengisian cairan seimbang , selama

operasi klien sering menerima cairan iv.

8. PENATALAKSANAAN

Gambar 1.15

Penatalaksanaan amputasi

Penatalaksanaan amputasi yaitu dengan tindakan operasi namun tindakan ini

dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua

metode :

Page 13: Askep Amputasi

34

1. Metode terbuka (guillotine amputation).

Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang.

Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka

dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.

2. Metode tertutup (flap amputation)

Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada

daerah yang diamputasi.

Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah

karena trauma amputasi.

Tingkat Amputasi

Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai

penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasar dua faktor :

peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional.

Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin panjang

ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan

lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat

amputasi dapat dipasangi protesis.

Sisa Tungkai

Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi,

menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang

sehat untuk penggunaan protesis.

a. Balutan Rigid Tertutup. Balutan Rigid Tertutup sering digunakan untuk

mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak, mengontrol

nyeri, dan mencegah kontraktur. Menggunakan plester of paris di pasang di

kamar operasi keuntungan dari cara ini adalah bisa mencegah edema,

mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri, mobilisasi segera setelah

luka sembuh dan mature 2-3 minggu, ngid dressing di buka pada hari ke 7, ke

10 post operasi

Page 14: Askep Amputasi

34

b. Balutan lunak. Yaitu bila ujung stump di rawat secara konvensional, semua

tulang yang menonjol di beri bantalan yang cukup, drain di cabut setelah 48

jam, jahitan di bukan pada hari ke 10-14 post operasi. Amputasi di atas lutut

penderita supaya tidak meletakkan bantal di bawah sturup. Balutan lunak

dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala

puntung sesuai kebutuhan. Bidal imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan.

Hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk

meminimalkan infeksi.

c. Amputasi Bertahap. Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau

infeksi.

Gambar 1.16

Proses amputasi kaki

9. PROGNOSIS

Prognosis merupakan ramalan dari berbagai aspek penyakit atau kondisi

pasien. Prognosis untuk pasien bawah siku cukup bervariasi. Karena hilangnya

sebagian anggota gerak tubuhnya, pasien cenderung mengalami kesulitan dalam

menunjang aktifitas telapak tangan, seperti pada saat menggenggam dan

mengangkat suatu benda. Secara umum, prognosis pasca amputasi bawah siku

meliputi (1) quo ad vitam, dapat dikatakan baik, mengingat kondisi pasien yang

bersangkutan secara langsung tidak membahayakan keselamatan jiwa (2) quo ad

Page 15: Askep Amputasi

34

sanam baik, karena tidak menyebabkan infeksi lebih lanjut terhadap pasien (3)

quo ad functionam baik apabila kondisi ini mendapatkan pelayanan prosthetis,

aktifitas fungsional akan lebih baik (4) quo ad cosmeticam juga dapat dikatakan

baik dan diharapkan dengan penanganan prosthetis dapat meningkatkan

penampilan dan kepercayaan diri pasien.

Gambar 1.17

Penggunaan kaki palsu

10. KOMPLIKASI

1. Perdarahan

Karena ada pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan

massif.

2. Infeksi

Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah

buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatic, risiko infeksi meningkat.

3. Kerusakan kulit

Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan

kerusakan kulit.

4. Doppler

Page 16: Askep Amputasi

34

KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga

tahap yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap

postoperatif.

a. Pre Operatif

Pada tahap pre operatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya

untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis klien dalam menghadapi

kegiatan operasi.

Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi

fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani

operasi.

1. Pengkajian data dasar

Identitas : Nama , umur , jenis kelamin, agama , pendidikan , status.

Riwayat kesehatan : Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu

yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya

penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit

paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

Keluhan utama : keluhan saat pertama kali masuk rumah sakit

Riwayat kesehatan sekarang : Apakah pasien tersebut di amputasi karena ada

riwayat diabetes mellitus/ tidak.

Riwayat kesehatan dahulu: Apakah klien pernah dulu menderita diabetes

mellitus.

Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada keluarga pasien yang menderita

diabetes melitus sebelumnya .

2. Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh

klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala

Page 17: Askep Amputasi

34

tindakan amputasi merupakan tindakan terencana / selektif, dan untuk

mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/

tindakan darurat. Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi (terlampir pada konsep

medis)

3. Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada

kondisi psikologis (respon emosi) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi

kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan

dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya

hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga

dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang

mungkin timbul.

Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan

memperhatikan tingkat persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal

diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah

dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri,

pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan

gangguan identitas.

Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama

dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan

pemilihan koping konstruktif.

Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya

gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah

klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran

yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan

dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan

intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan

keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.

4. Laboratorik

Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau

melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan

Page 18: Askep Amputasi

34

dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar

dan fungsi jantung.

5. Kebutuhan dasar manusia

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : Keterbatasan aktual/antisipasi yang dimungkinkan oleh

kondisi/amputasi.

2. Integritas Ego

Gejala: Masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial,

reaksi orang lain perasaan putus asa, tidak berdaya.

Tanda: Ansietas, ketakutan, peka, marah, ketakutan, menarik diri, keceriaan

semu.

3. Seksualitas

Gejala: Masalah tentang keintiman hubungan.

4. Interaksi Sosial

Gejala: Masalah sehubungan dengan penyakit/kondisi. Masalah tentang

peran fungsi, reaksi orang lain.

b. Intra Operatif

Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik

klien. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk

menciptakan kondisi optimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.

Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan,

pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas,

pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuk

tindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang

dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini

berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa post operatif.

Page 19: Askep Amputasi

34

c. Post Operatif

Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan

tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah

diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar

secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan

oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama

operasi dan mencegah injuri.

Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya

perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu

ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain

tersumbat oleh clot darah.

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan

secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi

optimum klien.

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien,

khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.

Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan

klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan

luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat

timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-

olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini

dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah

merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang.

Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan

menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Pre Operatif

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peristiwa

praoperasi dan pasca operasi.

Page 20: Askep Amputasi

34

2. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang akan di rasakan pada amputasi.

b. Post Operatif

1. Nyeri  berhubungan dengan sensasi fantom , insisi bedah sekunder terhadap

amputasi.

2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder

terhadap amputasi

3. Risiko tinggi terjadi komplikasi berhubungan dengan amputasi.

4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran

darah

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan alat gerak (baik itu

ekstermitas atas/bawah)

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap informasi

3. INTERVENSI DAN RASIONAL

a. Pre Operatif

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peristiwa

praoperasi dan pasca operasi.

a. Karakteristik penentu :

Mengungkapkan rasa takut akan pembedahan.

Menyatakan kurang pemahaman.

Meminta informasi.

b. Tujuan :

Kecemasan pada klien berkurang.

c. Kriteria evaluasi :

Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.

Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.

Page 21: Askep Amputasi

34

INTERVENSI RASIONAL

Berikan bantuan secara fisik dan

psikologis, berikan dukungan moral

Terangkan prosedur operasi dengan

sebaik-baiknya

Atur waktu khusus dengan klien untuk

berdiskusi tentang kecemasan klien.

Secara psikologis meningkatkan

rasa aman dan rasa saling percaya.

Meningkatkan/memperbaiki

pengetahuan/persepsi klien

Meningkatkan rasa aman dan

memungkinkan klien melakukan

komunikasi secara lebih terbuka

dan lebih akurat.

2. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang akan di rasakan pada amputasi.

a. Karakteristik penentu :

Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.

Takut kecacatan.

Rendah diri, menarik diri.

b. Tujuan :

Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan

pada citra diri.

c. Kriteria evaluasi :

Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.

Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru.

INTERVENSI RASIONAL

Anjurkan klien untuk mengekspresikan

perasaan tentang dampak pembedahan

pada gaya hidup.

Mengurangi rasa tertekan dalam diri

klien, menghindarkan depresi,

meningkatkan dukungan mental.

Page 22: Askep Amputasi

34

Berikan informasi yang adekuat dan

rasional tentang alasan pemilihan

tindakan pemilihan amputasi

Berikan informasi bahwa amputasi

merupakan tindakan untuk memperbaiki

kondisi klien dan merupakan langkah

awal untuk menghindari

ketidakmampuan atau kondisi yang

lebih parah.

Fasilitasi untuk bertemu dengan orang

dengan amputasi yang telah berhasil

dalam penerimaan terhadap situasi

amputasi.

Membantu klien menggapai

penerimaan terhadap kondisinya

melalui teknik rasionalisasi.

Meningkatkan dukungan mental

Strategi untuk meningkatkan

adaptasi terhadap perubahan citra

diri.

b. Post Operasi

1. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder

terhadap amputasi.

a. Karakteristik penentu :

Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.

Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.

Depresi.

b. Tujuan :

Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.

d. Kriteria evaluasi :

Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.

Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.

INTERVENSI RASIONALMandiri

Page 23: Askep Amputasi

34

Kaji/pertimbangkan persiapan pasien dan

pandangan terhadap amputasi

Dorong ekspresi ketakutan, perasaan

negatif, dan kehilangan bagian tubuh

Beri penguatan informasi pascaoperasi

termasuk tipe/lokasi amputasi, tipe

prostese bila tepat (segera, lambat),

harapan tindakan pascaoperasi, termasuk

control nyeri dan rehabilitasi.

Kaji derajat dukungan yang ada untuk

pasien

Dorong/berikan kunjungan oleh orang

yang telah diamputasi, khususnya

seseorang yang berhasil dalam

rehabilitasi

Pasien yang memandang amputasi

sebagai pemotongan hidup atau

rekonstruksi akan menerima diri

yang baru lebih cepat. Pasien

dengan amputasi traumatik yang

mempertimbangkan amputasi

menjadi akibat kegagalan tindakan

berada pada resiko tinggi gangguan

konsep diri.

Ekspresi emosi membantu pasien

mulai menerima kenyataan dan

realitas hidup tanpa tungkai

Memberikan kesempatan untuk

menanyakan dan mengasimilasi

informasi dan mulai menerima

perubahan gambaran diri dan

fungsi, yang dapat membantu

penyembuhan.

Dukungan yang cukup dari orang

terdekat dan teman dapat

membantu proses rehabilitasi.

Teman senasib yang telah melalui

pengalaman yang sama bertindak

sebagai model peran dan dapat

memberikan keabsahan pernyataan

jua harapan untuk pemulihan dan

Page 24: Askep Amputasi

34

masa depan normal.

2. Nyeri  berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi.

a. Dapat dihubungkan dengan :

Cedera fisik/jaringan dan trauma saraf

Dampak psikologi terhadap kehilangan bagian tubuh

b. Karakteristik penentu :

Menyatakan nyeri.

Merintih, meringis.

Focus diri menyempit

Respon autonomic, perilaku melindungi/berhati - hati

c. Kriteria evaluasi :

Menyatakan nyeri hilang.

Ekspresi wajah rileks

Menyatakan pemahaman nyeri fantom dan metode untuk

menghilangkanya

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala

0-10). Selidiki perubahan karakteristik

nyeri. Contoh kebas, kesemutan

Tinggikan bagian yang sakit dengan

meninggikan kaki tempat tidur atau

menggunakan bantal/guling untuk

amputasi tungkai atas

Membantu dlam evaluasi kebutuhan

dan keefektifan intervensi. Perubahan

dapat mengindikasikan terjadinya

komplikasi, contoh nekrosis/infeksi

Mengurangi terbentuknya edema

dengan aliran balik vena, menurunkan

kelelahan otot dengan tekanan

kulit/jaringan. Catatan: setelah 24 jam

pertama dan pada tak adanya edema,

punting mungkin meluas dan datar

Page 25: Askep Amputasi

34

Beri tindakan kenyamanan (contoh

ubah posisi sering, pijatan punggung)

aktivitas terapeutik. Dorong

penggunaan teknik manajemen stress

(contoh latihan napas dalam,

visualisasi, pedoman khayalan) dan

sentuhan perapeutik

Berikan pijatan lembut pada puntung

sesuai toleransi bila balutan telah

dilepas

Selidiki keluhan nyeri lokal/kemajuan

yang tak hilang dengan analgetik.

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi, contoh

analgetik, relaksan otot, instruksi pada

ADP

Pertahankan alat TENS bila

menggunakan

Berikan pemanasan lokal sesuai

indikasi

Memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan relaksasi, dapat

meningkatkan kemampuan koping dan

dapat menurunkan terjadinya nyeri

fantom tungkai

Meningkatkan sirkulasi, menurunkan

teangan otot.

Dapat mengindikasikan terjadinya

sindrom kompartemen, khususnya

cedera traumatik

Menurunkan nyeri/spasme otot.

Catatan: ADP menentukan obat tepat

waktu yang mencegah fluktuasi nyeri

sehubungan dengan tegangan/spasme.

Memberikan rangsangan saraf terus

menerus, blok trasmisi sensasi nyeri.

Mungkin digunakan untuk

meningkatkan relaksasi otot,

meningkatkan sirkulasi, dan

membantu perbaikan edema

Page 26: Askep Amputasi

34

3. Risiko tinggi terjadi komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli

lemak berhubungan dengan amputasi.

a. Karakteristik penentu :

Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.

b. Tujuan :

Tidak terjadi komplikasi.

c. Kriteria evaluasi :

Tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.

INTERVENSI RASIONAL

Lakukan perawatan luka adekuat.

Pantau masukan dan pengeluaran

cairan

Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam.

Pantau kondisi balutan tiap 4-8 jam

Monitor pernafasan.

Persiapkan oksigen.

Pertahankan posisi flower atau tetap

tirah baring selama beberapa waktu

Mencegah terjadinya infeksi.

Menghindari resiko kehilangan cairan

dan resiko terjadinya perdarahan pada

daerah amputasi

Sebagai monitor status hemodinamik.

Indikator adanya perdaraham masif

Memantau tanda emboli lemak sedini

mungkin.

Untuk mempercepat tindakan bila

sewaktu-waktu dperlukan untuk

tindakan yang cepat

Mengurangi kebutuhan oksigen

jaringan atau memudahkan pernafasan

4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perifer, resiko tinggi

terhadap

Page 27: Askep Amputasi

34

a. Faktor resiko meliputi :

Penurunan aliran darah vena/arteri

Edema jaringan

Pembentukan hematoma

b. Kemungkinan dibuktikan oleh :

Tidak dapat diterapkan, adanya tanda – tanda dan gejala – gejala

membuat diagnose aktual

c. Kriteria hasil :

Mempertahankan perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan nadi perifer

teraba, kulit hangat/kering, dan penyembuhan luka tepat waktu

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Awasi tanda vital. Palpasi nadi

perifer, perhatikan kekuatan dan

kesamaan

Lakukan pengkajian neurovaskuler

periodik, contoh sensasi, gerakan,

nadi, warna kulit dan suhu.

Inspeksi alat balutan/drainase,

perhatiakan jumlah dan karakteristik

balutan

Berikan tekanan langsung pada sisi

perdarahan, bila terjadi perdarahan.

Hubungi dokter dengan segera

Indikator umum status sirkulasi dan

keadekuatan perfusi

Edema jaringan pascaoperasi,

pembentukan hematoma, atau balutan

terlalu ketat dapat mengganggu sirkulasi

pada puntung, mengakibatkan nekrosis

jaringan

Kehilangan drah terus menerus

mengindikasikan kebutuhan untuk

tambahan penggantian cairan dan

evaluasi untuk gangguan koagulasi atau

intervensi bedah untuk ligasi perdarahan

Tekanan langsung pada perdarahan

dapat diteruskan dengan penggunaan

balutan serat pengaman dengan balutan

Page 28: Askep Amputasi

34

Evaluasi tungkai bawah yang tak

dioperasi untuk adanya inflamasi,

tanda Homan positif.

Kolaborasi

Berikan cairan IV/produk darah sesuai

indikasi

Gunakan kaus kaki

antiembolitik/pengurut untuk kaki

yang tak dioperasi.

Berikan antikoagulan dosis rendah

sesuai indikasi.

elastis bila perdarahan terkontrol.

Peningkatan insiden pembentukan

thrombus pada pasien dengan penyakit

vaskuler perifer sebelumnya/perubahan

diabetik.

Mempertahankan volume sirkulasi

untuk memaksimalkan perfusi jaringan

Dapat meningkatkan aliran balik vena

menurunkan pengumpulan vena dan

resiko tromboflebitis

Mungkin berguna dalam mencegah

pembentukan thrombus tanpa

peningkatan resiko perdarahan

pascaoperasi/pembentuka hematoma

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan amputasi

a. Faktor resiko meliputi :

Ketidakadekuatan pertahanan primer (kulit robek, jaringan traumatik)

Prosedur invasf, terpajan pada lingkungan

Penyakit kronis, perubahan status nutrisi

Page 29: Askep Amputasi

34

b. Kemungkinan dibuktikan oleh :

Tidak dapat diterapkan : adanya tanda – tanda dan gejala – gejala

membuat diagnose actual

c. Kriteria hasil :

Mencapai peenyembuhan tepat pada waktunya

Bebas drainase purulen atau eritema dan tidak kram

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Pertahankan teknik antiseptik bila

mengganti balutan/merawat luka

Inspeksi balutan dan luka, perhatikan

karakteristik drainase

Pertahankan patensi dan

pengosongan alat drainase secara

rutin

Tutup balutan dengan plastik bila

menggunakan pispot atau bila

inkontinensia

Awasi tanda vital.

Kolaborasi

Meminimalkan kesempatan introduksi

bakteri.

Deteksi dini terjadinya infeksi

memberikan kesempatan untuk

intervensi tepat waktu dan mencegah

komplikasi lebih serius (contoh;

osteomielitis).

Hemovac. Drain Jackson-Pratt

membantu membuang drainase,

meningkatkan penyembuhan luka dan

menurunkan resiko infeksi

Mencegah kontaminasi pada amputasi

tungkai bawah.

Peningkatan suhu/takikardia dapat

menunjukkan terjadinya sepsis.

Page 30: Askep Amputasi

34

Ambil kultur luka/drainase dengan

tepat

Berikan antibiotik sesuai indikasi

Mengidentifikasi adanya

infeksi/oranisme khusus.

Antibiotik spectrum luas dapat

digunakan secara profilaktik. Atau

terapi antibiotik mungkin disesuaikan

terhadap organism khusus

6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan alat gerak (baik itu

ekstermitas atas/bawah)

a. Dapat dihubungkan dengan :

Kehilangan tungkai (terutama ekstermitas bawah)

Nyeri/ketidaknyamanan

Gangguan perseptual

b. Kemungkinan dibuktikan oleh :

Menolak gerak upaya

Gangguan koordinasi

Penurunan kekuatan otot, control dan massa

c. Kriteria hasil :

Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan

tindakan keamanan

Menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas

Mempertahankan posisi fungsi seperti dibuktikan oleh adanya

kontraktur

Menunjukkan teknik/perilaku yang memampukan tindakan aktivitas

Page 31: Askep Amputasi

34

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Berikan perawatan puntung secara

teratur, contoh inspeksi area.

Bersihkan dan keringkan, dan tutup

kembali puntung dengan balutan

elastik atau belat udara, atau

berikan penyusut puntung (kaus

kaki stokckinette berat) untuk

“kelambatan” prostese. Ukur

lingkarannya secara periodik.

Segera tutup kembali puntung

dengan balutan elastis, tinggikan

bila gips berubah posisi

“segera/dini” secara tak disengaja.

Siapkan penggunaan gips ulang

Dorong latihan aktif/isometrik

untuk paha atas dan lengan atas.

Berika gulungan untuk paha sesuai

indikasi.

Tunjukkan/bantu teknik

Memberikan kesempatan untuk

mengevaluasi penyembuhan dan

komplikasi (kecuali ditutup dengan

prostese cepat), penutupan puntung

mengontrol edema dan membantu

membentuk puntung kedalam bentuk

kerucut untuk memudahkan

memasang prostese. Catatan: udara

penekan mungkin lebih baik katena

memungkinkan inspeksi luka.

Pengukuran dilakukan untuk

memperkirakan usia-pengisutan untuk

meyakinkan kecocokan yang tepat

terhadap kaus kaki dan prostese

Edema akan terjadi dengan cepat dan

rehabilitasi dapat melambat

Meningkatkan kekuatan otot untuk

membantu pemindahan/ambulasi

Mencegah rotasi eksternal puntung

tungkai bawah

Membantu perawatan diri dan

Page 32: Askep Amputasi

34

pemindahan dan penggunaan alat

mobilitas, contoh trapeze, kruk atau

walker.

Kolaborasi

Rujuk ke tim rehabilitasi, contoh

terapi fisik dan kejuruan

Berikan tempat tidur busa

kemandirian pasien. Teknik

pemindahan yang dpat mencegah

cedera abrasi/kulit karena “lari cepat”.

Memberikan bentuk latihan/program

aktivitas untuk memenuhi kebutuhan

dan kekuatan individu, dan

mengidentifikasi mobilitas fungsional

membantu meningkatkan

kemandirian. Penggunaan dini

prostese sementara meningkatkan

kesehatan umum/pandangan positif.

Catatan; konseling kejuruan/latihan

ulang juga mungkin diindikasikan.

Menurunkan tekanan pada

kulit/jaringan yang dapat mengganggu

sirkulasi, potensial resiko iskemia

jaringan/kerusakan

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap informasi

a. Kemungkinan dibuktikan oleh :

Kurang terpajan/mengingat

Salah interpretasi informasi

b. Kemungkinan dibuktikan oleh :

Pertanyaan/permintaan informasi, menyatakan masalah

Tidak akurat mengikuti instruksi/terjadinya komplikasi yang dapat

dicegah

c. Kriteria hasil :

Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan

Page 33: Askep Amputasi

34

Melakukan dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alas an

tindakan

Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Kaji ulang proses penyakit/prosedur

bedah dan harapan yang akan dating

Instruksikan perawatan balutan/luka.

Inspeksi puntung menggunakan

cermin untuk melihat semua area,

pijat kulit, dan tutup puntung dengan

tepat.

Tunjukkan perawatan alat prostase,

Tekanan pentingnya pemeliharaan

rutin/pemasangan ulang periodik.

Dorong kesinambungan program

latihan pascaoperasi

Anjurkan penghentian merokok.

Memberikan dasar pengetahuan dimana

pasien dapat membuat pilihan

berdasarkan informasi.

Meningkatkan perawatan diri

kompeten; membantu penyembuhan

dan pemasangan prostese dan

menurunkan potensial untuk

komplikasi.

Dorong pemasangan tepat, menurunkan

resiko komplikasi dan memperpanjang

hidup prostase

Meningkatkan sirkulasi/penyembuhan

dan fungsi bagian yang sakit, membantu

adaptasi terhadap alat prostese.

Merokok berpotensi untuk

vasokonstriksi perifer, gangguan

sirkulasi juga oksigenasi jaringan

Page 34: Askep Amputasi

34

4. EVALUASI

a. Pre Operasi

NDX 1 : Pasien mental untuk menghadapi tindakan operasi

NDX 2 : Memperlihatkan resolusi kesedihan

b. Post Operasi

NDX 1 : Tidak ada nyeri

NDX 2 : Memperlihatkan peningkatan citra tubuh

NDX 3 : Tidak ada komplikasi setelah amputasi

NDX 4 : Aliran darah adekuat

NDX 5 : Tidak invasi bakteri

NDX 6 : mencapai mobilitas mandiri maksimal

NDX 7 : paham dengan apa yang dialaminya