51
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal berbagai upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan melakukan pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih menduduki peringkat atas, khususnya di daerah- daerah miskin. Uniknya, jumlah penderita diare yang datang ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) jauh lebih sedikit dibanding jumlah penderita sebenarnya. Mereka yang memeriksakan diri ke Puskemas didata hanya 25 dari per 1.000 penduduk. Namun berdasarkan survei yang dilakukan Depkes (Departemen Kesehatan) melalui survei kesehatan rumah tangga, ternyata penderita diare berjumlah 300 per 1.000 penduduk (Sinar Harapan, 2003). Diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala buang air terus-menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa sembuh dengan sendirinya, tanpa perlu pertolongan medis. Memang diare jarang sekali yang berakibat kematian, tapi bukan berarti bisa dianggap remeh. Penyakit yang juga populer dengan nama muntah berak alias muntaber ini bisa dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia, artinya terjadi secara terus-menerus di semua daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, khususnya di daerah-daerah miskin. Di kawasan miskin tersebut umumnya penyakit diare dipahami bukan sebagai penyakit klinis, sehingga cara

Askep Diare

  • Upload
    bram

  • View
    36

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep Diare

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal berbagai upaya

penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan melakukan

pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang

menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih menduduki peringkat atas, khususnya di daerah-

daerah miskin.

Uniknya, jumlah penderita diare yang datang ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

jauh lebih sedikit dibanding jumlah penderita sebenarnya. Mereka yang memeriksakan diri ke

Puskemas didata hanya 25 dari per 1.000 penduduk. Namun berdasarkan survei yang dilakukan

Depkes (Departemen Kesehatan) melalui survei kesehatan rumah tangga, ternyata penderita diare

berjumlah 300 per 1.000 penduduk (Sinar Harapan, 2003).

Diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala buang air terus-

menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa sembuh dengan sendirinya, tanpa perlu

pertolongan medis. Memang diare jarang sekali yang berakibat kematian, tapi bukan berarti bisa

dianggap remeh. Penyakit yang juga populer dengan nama muntah berak alias muntaber ini bisa

dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia, artinya terjadi secara terus-menerus di semua

daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, khususnya di daerah-daerah miskin. Di kawasan

miskin tersebut umumnya penyakit diare dipahami bukan sebagai penyakit klinis, sehingga cara

penyembuhannya tidak melalui pengobatan medik (Sunoto, 1987). Kesenjangan pemahaman

semacam ini merupakan salah satu penyebab penting yang berakibat pada lambatnya penurunan

angka kematian akibat diare (Surya Candra et al, 1990).

Kesenjangan pemahaman akan keadaan tubuh, dikarenakan bahwa masyarakat

mengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman hidupnya

atau nilai-nilai yang diturunkan oleh generasi sebelumnya (Wolinsky, 1988). Artinya, masyarakat

lapisan bawah seringkali mendefinisikan dirinya sakit tergantung pada persepsi dirinya akan penyakit

tersebut. Mungkin, mereka mempersepsikan bahwa diare merupakan penyakit yang serius bila

penyakit tersebut telah mengganggu aktivitasnya dalam mengerjakan pekerjaan pokoknya.

Page 2: Askep Diare

Pemukiman kumuh merupakan kawasan yang menjadi tempat berkembangnya diare.

Padahal di perkotaan seperti Jakarta, kawasan kumuh terus berkembang, karena semakin mahal dan

terbatasnya lahan yang tersedia untuk pemukiman. Kerapatan, bangunannya sangat tinggi (walaupun

bangunannya permanen), tidak teratur, kondisi ventilasinya buruk, dan sanitasi lingkungan tidak

terlalu baik merupakan ciri pemukiman kumuh.

Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku

sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan akan penyebaran penyakit.

Lingkungan yang buruk menjadi penyebab berkembangbiaknya berbagai virus penyakit menular.

Karena itu berbagai infeksi penyakit sering terjadi pada para penghuni kawasan kumuh. Penyakit

menular yang sering dijumpai adalah diare, diikuti dengan penyakit infeksi lainnya seperti thypoid,

ispa, penyakit kulit, campak, leptospirosis, demam berdarah dengue (DBD) (Astuti MSA, 2002).

Kelangkaan air bersih menjadi sebab utama pemicu penyakit ini. Gaya hidup yang jorok, tidak

memperhatikan sanitasi menyebabkan usus rentan terhadap serangan virus diare.

Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, berkembangnya perilaku pencegahan ini sangat

tergantung pada kondisi pribadi masing-masing individu, termasuk persepsi individu bersangkutan

dalam memandang diare. Dengan kata lain jika seseorang mempersepsikan diare adalah penyakit

yang membahayakan maka yang bersangkutan dapat diproyeksikan akan semakin berusaha keras

untuk melakukan pencegahan agar tidak terserang diare. Sebab, upaya pencegahan penyakit ini

bersumber pada seluruh aktivitas manusia yang berkaitan dengan upaya preventif (Aswitha Budiarso,

1987).

1.2       Rumusan Masalah

Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:

1          Apa diare  itu?

2.         Apa faktor pencetus diare?

3.         Apa penyebab diare?

4.         Bagaimana cara penularan diare?       

Page 3: Askep Diare

1.3       Maksud dan Tujuan

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun dirumuskan guna

memperoleh suatu deskripsi tentang

1          Definisi Diare

2.         faktor pencetus diare

3.         penyebab diare

4.         cara penularan diare

1.4       Manfaat

            Dalam penyusunan makalah  ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :

1.      Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam wawasan tentang masalah

kesehatan Khususnya tentang penyakit diare

2.      Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang  penyakit diare

1.5       Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyusunan laporan hasil penelitian, maka penulis akan membuat

susunan Karya tulis sebagaimana sistematika di bawah ini:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

            1.1       Latar Belakang

            1.2       Rumusan Masalah

            1.3       Maksud dan Tujuan

            1.4       Manfaat

            1.5       Sistematika Penulisan

BAB II ISI

            2. 1      Definisi Diare

Page 4: Askep Diare

2.2.      faktor pencetus diare

2.3.      penyebab diare

2.4.      cara penularan diare

BAB III PENUTUP

            3.1 Kesimpulan

            3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

ISI

2.1  Definisi

Diare adalah Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari

tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya (3 kali

atau lebih dalam 1 hari).

Diare seringkali disertai kejang perut dan muntah-muntah, diare disebut juga muntahber (muntah

berak) ,muntah menceret atau muntah bocor. Diare menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar

melalui tinja. Jika tinja atau kotoran tersebut mengandung lendir dan darah, penderita telah

mengalami fase yang disebut disentri. Diare dapat terjadi dalam kadar yang ringan maupun berat.

Biasanya terjadi secara mendadak, bersifat akut, dan berlangsung dalam waktu lama. Penyakit ini

dapat disebabkan oleh berbagai hal dan kadang diperlukan pengobatan khusus. Namun sebagian

besar diare dapat diobati sendiri di rumah, meskipun kita tidak yakin penyebab yang

menimbulkannya. Diare tak pernah pandang bulu, ia dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun

wanita, baik orang tua maupun muda. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di

tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh

dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare

merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita.

2.2 Faktor pencetus diare

Page 5: Askep Diare

1. Tangan yang kotor

2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi virus dan bakteri

3. Ditularkan oleh binatang peliharaan

4. Kontak langsung dengan feses atau material yang menyebabkan diare ( cara membersihkan

diri yang tidak benar setelah ke luar dari toilet)

2.3   Penyebab

Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan. Faktor lingkungan dapat

menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus penyebab diare. Makanan yang tidak cocok atau

belum dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh anak dan keracunan makanan juga dapat

menyebabkan diare.

Kadang kala sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh infeksi pada

perut atau usus. Peradangan atau infeksi  usus oleh agen penyebab :

1. Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa)

Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus) gejala : Berak-berak air

(watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.Virus penyebab diare Viral

gastroenteritis atau yang dikenal sebagai "stomach virus", virus perut.

Bakteri -  Berak2 dengan darah/lendir , sakit perut. Memerlukan antibioka sebagai terapi

pengobatan.

Parasite(Giardiasis) - Berak darah+/- dan lendir, sakit perut. perlu antiparasite. Parasit

cryptosporidium atau microsporidium menyebabkan diare yang terjadi pada banyak Odha.

Kejadian infeksi parasit ini sudah menurun di AS sejak terapi antiretroviral (ART) dipakai.

Macam-macam bakteri dan parasit yang biasa menyerang perut :

1. E. Coli bacteria

2. Salmonella enteritidis bacteria

3. Compylobacter bacteria

Page 6: Askep Diare

4. Shigella bacteria

5. Giardo parasite

6. Cryptosporidium parasite

2. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia.Contoh Obat

ARV

Obat ARV: Beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha dapat menyebabkan diare. Hal ini

sering berlaku dengan nelfinavir, ritonavir, Kaletra, ddI, foskarnet, tipranavir dan interferon

alfa.

Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotilka – Bila diare terjadi saat anak sedang

dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.

Terlalu banyak makan buah mentah atau makanan berlemak

3. kekurangan gizi misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur

·         Gizi yang buruk. Keadaan ini melemahkan kondisi tubuh penderita, sehingga timbulnya diare akibat

penyakit lain menjadi sering dan semakin parah

4. Tidak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya : Alergi terhadap susu , si anak tidak tahan

meminum susu yang mengandung lemak atau laktosa

Alergi susu,- diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut ,

biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.

Penggunaan obat-obatan tertentu yang tidak dapat diterima oleh jaringan tubuh akan

menyebabkan penyakit sampingan berupa diare

5. Immuno defesiensi

6. Reaksi Obat Contoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung

magnesium.

7. Penyakit Intestinal Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus,

seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal

Page 7: Askep Diare

2.4  Gejala Penyakit Diare

 

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam

sehari, yang kadang disertai :1.      Muntah2.      Badan lesu atau lemah3.      Panas4.      Tidak nafsu

makan5.      Darah dan lendir dalam kotoranRasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare

yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja

berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit

perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau

kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja

mengandung darah atau demam tinggi

2.5. Jenis- Jenis Diare

1.      Diare akut : merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai

dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3 kali

atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus

usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak

2.      Diare bermasalah: merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit,

intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal- oral, kontak dari orang ke orang

atau kontak orang dengan alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian

pada hari kedua atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti

munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.

3.      Diare persisten: merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare

persisten adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan diare akut.

(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI Direktorat Jenderal PPM& PL tahun

2007)

Page 8: Askep Diare

 

2.6. Masa Inkubasi

Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut masa

inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella misalnya, memiliki masa

inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam.

Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya,

memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu.

2.7. Lama Sakit

Lama sakit juga tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Pada diare ringan akibat virus

umumnya berlangsung selama beberapa hari dimana anak hanya memerlukan perawatan ringan

seperti istirahat dan pemberian cairan yang adekuat. Tidak diperlukan obata-obat seperti antibiotik

untuk perawatan diare seperti ini. Sedangkan diare akibat bakteri atau parasit lain umumnya selain

pemberian cairan pada kasus-kasus tertentu seperti pada anak kurang gizi diperlukan perawatan

dengan antibiotika untuk mencegah penyebaran kuman ke seluruh tubuh.

2.8. Penularan

Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :

·         Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau

kontaminasi oleh tangan yang kotor

·         Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/

mainan / apapun kedalam mulut.  Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai

beberapa hari. 

·         Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar

·         Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih

·         Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja

anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

Page 9: Askep Diare

2.9. Pengobatan Terhadap Penyakit Diare

Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara

mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Cairan rehidrasi oral

yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup wortel, air perasan

buah, dan larutan gula garam    (LGG). pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan

timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minum

oralit.Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit

sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapat menggantikan elektrolityang ikut hilang bersama

cairan

2.10. Perawatan

Anak yang mengalami diare berat dan lama yang disertai dengan demam, muntah, atau nyeri

perut atau yang kotorannya terdapat darah atau lendir harus segera dibawa ke dokter.

Walaupun anak tidak menunjukkan gejala-gejala di atas tetapi anak tampak mengalami dehidrasi

dengan tanda-tanda mulut dan lidah kering, kulit yang kering dan pucat, mata cowong, penurunan

aktivitas (tampak mengantuk atau lelah), dan menurunnya jumlah kencing dari biasanya juga harus

segera dibawa ke dokter.

Perawatan utama terhadap anak yang mengalami diare adalah pemberian cairan yang adekuat

dengan cairan yang sesuai. Cairan ini dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila

anak mengalami dehidrasi sedang sampai berat. Bayi dan anak kecil sebaiknya tidak diberi cairan

berupa air saja karena air tidak mengandung garam dan mineral serta zat gizi yang diperlukan.

Prinsip utama perawatan diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang hilang

melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan beratnya muntah

serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan oleh dokter.

BAB III

Page 10: Askep Diare

PENUTUP

3.1.            Kesimpulan

Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal.

Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric feeding, dengan sediaan

nutrisi enteral yang mudah dicerna.

Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman diatas. Karena tubuh

penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan mekanisme baru maka selama penyesuaian

tersebut jangan memberi beban yang berlebihan: � START SLOW GO SLOW- OBSERVE

CAREFULLY, TREAT IMMEDIATELY�

Perbaikan dari komposisi subtrat nutrisi, perbaikan tehnik, pengetahuan, skala prioritas dalam support

metabolik dan bedside monitor, dibutuhkan untuk mencapai recovery yang maksimal.

Saat ini ditemukan immunonutrition  yang bertujuan untuk meningkatkan immune respons pada

pasien-pasien critical ill agar supaya outcome klinis dapat diperbaiki dan lama rawat rumah sakit

dapat diturunkan  seperti arginine, glutamine, glycine,( golongan asam amino),fatty acids, nucleotide.

Page 11: Askep Diare

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang

masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang

banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).

Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan

harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang

bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.

Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai

pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu

secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua.  sehingga mungkin saja

diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).

Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health

Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada

balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF

memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare

Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar

jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita

mendapatkan penanganan serius.

Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460

balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di

mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun.

Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan

perawatan pertama saat anak terkena diare.

Page 12: Askep Diare

Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi

lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor

utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.

Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai

penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare

baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di

saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di

makanan. (lifestyle.okezone.com).

Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih

tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita

setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare

merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5

bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali

per tahun

Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu

penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten

di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare

yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut,

terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup

tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).

Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang

diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak

36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa.

(yankesriau.wordpress.com).

Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan

untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada

beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang

masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat,

alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah

penyakit tertentu. (lovenhealth.blogspot.com).

B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Page 13: Askep Diare

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare

Tujuan Khusus

1.      Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare

2.      Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare

3.      Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare

4.      Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare

5.      Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare

6.      Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1.      Pengertian

Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer

lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan

terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana

terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi

buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih

dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah

atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

Page 14: Askep Diare

2.      Etiologia.       Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi

infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,

dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.

hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

b.      Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan

diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

c.       Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida

(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare

yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan

protein.

d.      Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis

makanan tertentu.

e.       Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

3.      Manifestasi klinis Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,

hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang

berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang

menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik

yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,

mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta

suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat

berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga

frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan

dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak

terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena

kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul

oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus

ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

Page 15: Askep Diare

4.      Pemeriksaan Diagnostik- Pemeriksaan tinja.

- Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan

dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.

- Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

- Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara

kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

5.      Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi

pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration

solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare

sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering

terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara

intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain

perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk

merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam

menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang

banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan

semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila

kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi

sendiri oleh tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,

Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang

diberikan dapat membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik,

maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan

penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan

terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

6.      Komplikasi

Page 16: Askep Diare

Menurut Broyles (1997) komplikasi diare  ialah: dehidrasi, hipokalemia,

hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),

hiponatremia, dan shock hipovolemik.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1.      PengkajianPengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan

masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik.

Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :

1. Identitas klien.

2. Riwayat keperawatan.

· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian

timbul diare.

· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi

gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor

kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali

dengan konsistensi encer.

3. Riwayat kesehatan masa lalu.

Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

4. Riwayat psikososial keluarga.

Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan

meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari

penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

5. Kebutuhan dasar.

· Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit

atau jarang.

· Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan

pasien.

· Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan

menimbulkan rasa tidak nyaman.

· Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.

· Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi

abdomen.

Page 17: Askep Diare

6. Pemerikasaan fisik.

a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai

koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

b. Pemeriksaan sistematik :

· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat

badan menurun, anus kemerahan.

· Perkusi : adanya distensi abdomen.

· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

· Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.

d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan

menurun.

e. Pemeriksaan penunjang.

f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab

secara kuantitatip dan kualitatif.

2.      Diagnosa yang Mungkin Muncula. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake

terbatas (mual).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan

peristaltik usus.

c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan

informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

3.      Intervensi dan RasionalDx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah

serta intake terbatas (mual)

Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi

Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan

Page 18: Askep Diare

Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.

Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan

pengganti.

Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status

hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa

Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif

Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien

dan peningkatan peristaltik usus.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan

Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.

Menurunkan kebutuhan metabolic

Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai

pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral

mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi

kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis

klien memungkinkan.

Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan

nutrisi klien

Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja

gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju

Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

Page 19: Askep Diare

Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.

Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri

Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan

kompres hangat abdomen

Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan

koping

Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan

kulit

Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi

Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi

Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI

dapat diberikan sesuai indikasi klinis

Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri,

petunjuk verbal dan non verbal

Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.

Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang

mekanisme koping yang tepat.

Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah

Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang

anaknya mengalami masalah yang sama

Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang

mengalami masalah yang demikian

Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu

klien.

Page 20: Askep Diare

Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan

Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi

b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan

kognitif.

Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu

mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang

penyakit dan perawatan anaknya.

Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang

pengetahuan sebelumnya.

Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan

pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.

Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan

keluarga dalam proses perawatan klien

Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek

samping yang mungkin timbul

Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.

Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi

Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri

anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru

Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda

kenyamanan

Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn

yang dilakukan

Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan

Page 21: Askep Diare

Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin

Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress

Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien

Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum

4.      ImplementasiMelaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah

direncanakan sebelumnya.

5.      Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila

ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,

kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam

evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan

tercapai.

 

BAB III

TINJAUAN KASUS

A.                Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Anak Arya

Umur : 4 bulan

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

Tanggal Masuk: 23 oktober 2010

Diagnosa medis: gastroenteritis

Nama Ayah : Tuan Endang

Umur :35 tahun

Pekerjaan : wiraswasta

Page 22: Askep Diare

Pendidikan : SMA

Suku bangsa : sunda

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

Nama Ayah : Bu Novi

Umur : 31 tahun

Pekerjaan : wiraswasta

Pendidikan : SMA

Suku bangsa : sunda

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

1.      Keluhan Utama

Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu.

BAB yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya

Bunda.

3. Keadaan Umum

Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar

kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB

berlendir dan berdarah serta encer.

4. Riwayat kesehatan

keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah

ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat

kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada

penyakit menular atau keturunan.

5. Riwayat Imunisasi

imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi

yang belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.

6. Psikososial

hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps

tidak ada teman sebaya. karakter periang.

Page 23: Askep Diare

7. Riwayat Tumbuh Kembang

motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.

8. Jenis Kebutuhan

a.    makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak

diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah,

ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.

b.   cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan

pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.

c.    eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas,

jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas,

tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB

selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak

terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk

kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps

tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.

d.   tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5

jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,

e.    kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak

bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.

9. Pemeriksaan Fisik

a.    kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut

halus, warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.

b.    Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera

putih,m ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..

c.    Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung

tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.

d.   Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada

peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.

e.    Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.

f.     Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris,

ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada

Page 24: Askep Diare

suara nafas tambahan.

g.    Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba,

batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1

dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.

h.    Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar,

tidak ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen

tympani, tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda

peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan

nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan

hemoroid.

i.      Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.

j.      Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang

belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan

sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.

k.    Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah

merah.

10. Pemeriksaan Neurologis

Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu

ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.

11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic

-  Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)

-  Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)

-  Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)

12. Terapi Yang Diberikan

02-11-2010 :

Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

03-11-2010 :

Page 25: Askep Diare

Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

02-11-2010 :

Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

B.                 Analisa Data

No

.

Data Fokus Penyebab Masalah

1. DO:      BAB encer, berlendir serta berdarah      KU ps. Lemah      Bising usus 38x/menit      BAB 7-8 Perhari      TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46

x/menitDS:

      Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.

Alergi susu

sapi

Diare

2. DO:     Warna anus kemerahan     Terdapat lesi disekitar anus     Frekuensi diare 7-8 x/ hari     Daerah sekitar anus lembab

DS:     Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2

hari.

ekskresi/BAB

sering

Kerusakan

integritas

kulit

3. Do:Bayi tampak malas menyusu kepada ibunyaReflek menyusu lemahBB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hariKU lemahPs. Hanya minum susu ASIHb: 9,8 gr%Wajah bayi agak pucat

DS:

Kelemahan

reflek

menyusui

Menyusui

tidak efektif

Page 26: Askep Diare

       Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui anaknya

       Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur

C.                Diagnosa Keperawatan

Diare b.d Alergi susu sapi kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

D.                Intervensi

No

Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil(NOC)

Intervensi(NIC)

1 Diare b.d Alergi susu sapiDitandai dengan :

      Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.

      BAB encer, berlendir serta berdarah

      KU ps. Lemah      Bising usus 38x/menit      BAB 7-8 Perhari      TTV: Suhu: 36,6 C,

Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit

Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 5 x 24 jam eliminasi BAB dan status hidrasi efektif.

Kriteria hasil:      Tidak ada diare      Konsistensi tidak cair      Ada ampas      Tidak ada tanda-tanda

dehidrasi      TTV dalam batas normal      Bising usus dalam batas

normal

Fluid management       Timbang popok/pembalut

jika diperlukan        Pertahankan catatan intake

dan output yang akurat       Monitor status hidrasi

(kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

       Monitor vital sign       Monitor masukan makanan /

cairan dan hitung intake kalori harian

       Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV

       Monitor status nutrisi       Dorong masukan oral       Kontrol bising usus       Dorong keluarga untuk

membantu pasien minum susu

       Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk

       Berikan oralit sesuai indikasi2 kerusakan integritas

kulit b/d ekskresi/BAB seringDO:

     Warna anus kemerahan     Terdapat lesi disekitar

anus     Frekuensi diare 7-8 x/

Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 5 x 24 jam membrane mukosa dan kulit kembali efektif

Kriteria Hasil :Integritas kulit yang baik bisa

dipertahankan (sensasi,

Skin care  Hindari kerutan padaa tempat

tidur  Jaga kebersihan kulit agar

tetap bersih dan kering  Mobilisasi pasien (ubah posisi

pasien) setiap dua jam sekali  Monitor kulit akan adanya

Page 27: Askep Diare

hari     Daerah sekitar anus

lembabDS:Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari.

elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

Tidak ada luka/lesi pada kulitPerfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman

dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

kemerahan   Oleskan lotion atau

minyak/baby oil pada derah yang tertekan

  Monitor status nutrisi pasien  Memandikan pasien dengan

sabun dan air hangat  Jaga kulit tetap kering

3 Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui d.d:Do:

       Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya

Reflek menyusu lemah       BB turun = 6,5 kg – 6

kg dalam 3 hariKU lemah

       Ps. Hanya minum susu ASI

Hb: 9,8 gr%Wajah bayi agak pucat

DS:       Ibunya mengatakan

bahwa jarang menyusui anaknya

       Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur

Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 7 x 24 jam status nutrisi dan menyusui efektif.Kriteria Hasil :

      Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

      malnutrisi      Tidak terjadi penurunan

berat badan yang berarti      Ibu mau menyusui

anaknya dengan teratur      Reflek menyusui anak baik      Hb dalam batas normal      Bayi tidak lagi malas

mengisap putting susu      Bayi tidak lagi pucat

Nutrition Management  Kaji BB setiap hari  Kaji adanya kelemahan dan

kelasan bayi dalam menyusui  Kaji kadar Hb  Ajarkan ibu pentingnya

memberi susu secara teratur  Kaji adanya pucat  Beritahu ibu pentingnya ASI

bagi bayi

E.                 Implementasi dan Evaluasi

Tanggal/ hari

Jam No. Dx

Implementasi Evaluasi Paraf

04Nov.2010

Kamis

09.0009.1010.00

12.0012.3012.45

I    Mengukur TTV   Mengkaji keadaan

umum ps   Memberikan cairan

lewat infus   Mengukur balance

cairan

S: - O:

berat popok 500 grTTV: S: 36,6 C

N: 140x/menit RR:46 X/menit

-      IVFD=RL 20 tts / menit

TTD

Page 28: Askep Diare

13.00    Mengkaji BAB   Menimbang popok   Mengukur bising

usus

mikro.-      Balance cairan +150 ml-      KU ps lemah-      BAB encer, berlendir, dan

berdarah-      Bisisng usus = 38 x /

menitA: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan

04Nov.2010

Kamis

09.0009.10

19.15

10.0012.00

II    Mengkaji adnya lesi   Mengkaji frekuensi

diare setiap 24 jam   Mengobservasi

tanda – tanda kerusakan integritas kulit

   Memandikan ps   Melakukan

verbeden

S:        keluaga mengatakan ada

lesi dibagian anusO:

        frekuensi diare 7-8 x/ hari        terdapat kemerahan

disekitar anus        verbeden setiap hari        ps. Tamapk tenag setelah

dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan

TTD

04Nov.2010

Kamis

10.00

12.0012.1012.1512.30

12.45

III  mengkaji kekuatan menusui pada bayi

  menimbang BB  Mengkaji turgor kulit  Mengkaji adanya

alergi  Mengkaji tingkat

kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.

  Memberiakn diit sesuai indikasi

  Mengukur Hb

S:-O:

-      Ps. Alergi susu sapi-      Diit diberikan sesuai

konsultasi ahli gizi-      BB: 6 kg-      Turgor kulit jelek-      Lingkungan nyaman

selama pemberian diit-      Tidak ada perubahan

pigmen kulit-      Hb 9,8 gr%

A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan

TTD

Tanggal/ hari

Jam No. Dx

Implementasi Evaluasi Paraf

06Nov.2010

Sabtu

09.0009.1010.00

12.00

I    Mengukur TTV   Mengkaji keadaan

umum ps   Memberikan cairan

lewat infus

S: - O:

berat popok 400 grTTV: S: 36,8 C

N: 148 x /menit

TTD

Page 29: Askep Diare

12.3012.4513.00

   Mengukur balance cairan

   Mengkaji BAB   Menimbang popok   Mengukur bising

usus

RR:50 x /menit-      IVFD=RL 20 tts / menit

mikro.-      Balance cairan +170 ml-      KU ps lemah-      BAB encer, berlendir, dan

berdarah-      Bisisng usus = 36 x /

menitA: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP=Intervensi dilanjutkan

06Nov.2010

Sabtu

09.0009.10

19.15

10.0012.00

II    Mengkaji adnya lesi   Mengkaji frekuensi

diare setiap 24 jam   Mengobservasi

tanda – tanda kerusakan integritas kulit

   Memandikan ps   Melakukan

verbeden

S:        keluaga mengatakan

masih ada lesi dibagian anusO:

        frekuensi diare 6-7 x / hari

        terdapat kemerahan disekitar anus

        verbeden setiap hari        ps. Tampak tenag setelah

dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan

TTD

06Nov.2010

Sabtu

10.00

12.0012.1012.1512.30

12.45

13.00

III  mengkaji kekuatan menusui pada bayi

  menimbang BB  Mengkaji turgor kulit  Mengkaji adanya

alergi  Mengkaji tingkat

kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.

  Memberiakn diit sesuai indikasi

  Mengukur Hb

S:-O:

-      Ps. Alergi susu sapi-      Diit diberikan sesuai

konsultasi ahli gizi-      BB: 6,1 kg-      Turgor kulit jelek-      Lingkungan nyaman

selama pemberian diit-      Tidak ada perubahan

pigmen kulit-      Hb 10,2 gr%

A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan

TTD

Tanggal/ hari

Jam No. Dx

Implementasi Evaluasi Paraf

05Nov.

09.0009.10

I    Mengukur TTV   Mengkaji keadaan

S: - O:

TTD

Page 30: Askep Diare

2010

Jumat

10.00

12.0012.3012.4513.00

umum ps   Memberikan cairan

lewat infus   Mengukur balance

cairan   Mengkaji BAB   Menimbang popok   Mengukur bising

usus

berat popok 350 grTTV: S: 36,5 C

N: 140 x /menit RR: 46 x /menit

-      IVFD=RL 20 tts / menit mikro.

-      Balance cairan +170 ml-      KU ps lemah-      BAB encer, berlendir, dan

berdarah-      Bising usus = 32 x / menit

A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP=Intervensi dilanjutkan

05Nov.2010

Jumat

09.0009.10

19.15

10.0012.00

II    Mengkaji adnya lesi   Mengkaji frekuensi

diare setiap 24 jam   Mengobservasi

tanda – tanda kerusakan integritas kulit

   Memandikan ps   Melakukan

verbeden

S:        keluaga mengatakan

masih ada lesi dibagian anusO:

        frekuensi diare 5 x / hari        terdapat kemerahan

disekitar anus        verbeden setiap hari        ps. Tampak tenag setelah

dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan

TTD

05Nov.2010

Jumat

10.00

12.0012.1012.1512.30

12.45

13.00

III  mengkaji kekuatan menusui pada bayi

  menimbang BB  Mengkaji turgor kulit  Mengkaji adanya

alergi  Mengkaji tingkat

kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.

  Memberiakn diit sesuai indikasi

  Mengukur Hb

S:-O:

-      Ps. Alergi susu sapi-      Diit diberikan sesuai

konsultasi ahli gizi-      BB: 6,3 kg-      Turgor kulit jelek-      Lingkungan nyaman

selama pemberian diit-      Tidak ada perubahan

pigmen kulit-      Hb 10,7 gr%

A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan

TTD

Page 31: Askep Diare

BAB IV

PEMBAHASAN

A.     Pengkajian

Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan

Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :

No

.

Data Senjang Penyebab Masalah

1. DO:      BAB encer, berlendir serta berdarah      KU ps. Lemah      Bising usus 38x/menit      BAB 7-8 Perhari      TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46

x/menitDS:

      Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.

Alergi susu

sapi

Diare

2. DO:     Warna anus kemerahan     Terdapat lesi disekitar anus     Frekuensi diare 7-8 x/ hari     Daerah sekitar anus lembab

DS:     Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2

hari.

ekskresi/BAB

sering

Kerusakan

integritas

kulit

3. Do:Bayi tampak malas menyusu kepada ibunyaReflek menyusu lemahBB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hariKU lemahPs. Hanya minum susu ASIHb: 9,8 gr%Wajah bayi agak pucat

DS:       Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui

anaknya       Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur

Kelemahan

reflek

menyusui

Menyusui

tidak efektif

Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.

Page 32: Askep Diare

B.     Diagnosa Keperawatan

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa.

Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini.

Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:

1. Diare b.d Alergi susu sapi

Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.

2. kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda

3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur

C.     Perencanaan

1.      Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi bias

efektif

2. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif

3. Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.

4. Implementasi

a. Diare b.d Alergi susu sapi

1.      Mengukur TTV

2.      Mengkaji keadaan umum ps

3.      Memberikan cairan lewat infus

4.      Mengukur balance cairan

5.      Mengkaji BAB

6.      Menimbang popok

7.      Mengukur bising usus

Page 33: Askep Diare

b. kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

1.      Mengkaji adnya lesi

2.      Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam

3.      Mengobservasi tanda – tanda kerusakan integritas kulit

4.      Memandikan ps

5.      Melakukan verbeden

c. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

1.      mengkaji kekuatan menusui pada bayi

2.      menimbang BB

3.      Mengkaji turgor kulit

4.      Mengkaji adanya alergi

5.      Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.

6.      Memberiakan diit sesuai indikasi

7.      Mengukur Hb

Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa intervensi

yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola pasien.

E. Evaluasi

Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari

kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.

BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan

Gastroenteritis diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3

diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:

Diare b.d Alergi susu sapi

kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Page 34: Askep Diare

Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan,

kelompok dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam

melaksanakan tindakan keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan

perawat ruangan. Selain itu, implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi

dan fasilitas ruangan perawatan klien.

B.     Saran

Bagi Institusi

Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam

pembuatan tugas.

Bagi Rumah Sakit

Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang

mengacu pada standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.

DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,

EGC, Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Page 35: Askep Diare

Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda

company, USA.

NIC (Nursing Intervention Classification)

NOC (Nursing Outcomes Classification)

NANDA