Askep Gangguan Kognitif Dan Mental Organik

  • Upload
    yuliana

  • View
    26

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep kognitif

Citation preview

ASKEP GANGGUAN KOGNITIF DAN MENTAL ORGANIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIENGANGGUAN KOGNITIF DAN MENTAL ORGANIK I. PENDAHULUANGangguan kognitif pada pasien akan mempengaruhi pada kemampuan berpikir dan rasional sesorang. Repon kognitif yang ditimbulkan berbeda dan tergantung pada bagian yang mengalami gangguan. Perubahan dalam perilaku juga akan terjadi. Pada kasus delirium akan terjadi gangguan pada proses pikir, sedangkan pada demensia akan mengalami respon kognitif yang maladaptip.Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dkaji lebih lanjut tentang Gangguan kognitif dan mental organic pada pasien. Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara umum tentang Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan gangguan kognitif, sehingga dapat membantu perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan yang diaplikasikan dalam hal :- Pengkajian- Penegakan diagnosa- Intervensi- Implementasi- Evaluasi.Pemberian asuhan keperawatan yang maksimal dapat membantu pasien untuk menghadapi masalahnya dan meminimalkan resiko yang akan terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Definisi :Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan ( Stuart and Sundeen, 1987. Hal.612).Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasienuntuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak .B. Fungsi Otak :1. Lobus Frontalis, Pada bagian lobus ini berfungsi untuk :- Prose belajar- Abstraksi- Alasan2. Lobus Temporal, Secara umum berfungsi untuk :- Diskriminasi bunyi- Prilaku verbal- Bicara3. Lobus Parietal, Berfungsi untuk :- Diskriminasi waktu- Fungsi somatic- Fungsi motorik4. Lobus Oksipitalis, Berfungsi untuk :- Diskriminasi visual- Diskriminasi beberapa asfek memori5. Sisitim Limbik, Hal ini akan berpengaruh pada fungsi :- Perhatian- Flight of idea- Memori- Daya ingatSecara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :1. Gangguan pada lobus frontalis , akan ditemukan gejala-gejala sbb :- Kemampuan memecahkan masalah berkurang- Hilang rasa sosial dan mora- Impilsif verbal/ obyektif - Regresi2. Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala sbb :- Amnesia- Demensia3. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala gejala yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi4. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi all :- Gangguan daya ingat- Memori- Disorientasi- Dll

RENTANG RESPON KOGNITIF SECARA UMUM :Respon Adaptif -------------------------------------------------- Respon Maladaptif- Decisiveness - Periodic - Tidak mampu membuat- indecisiveness keputusan- Memori baik- Orientasi penuh - Pelupa - Kerusakan memori- Persepsi akurat - Kadang-kadang bingung - Kerusakan penilaian- Perhatian terfokus - Ragu Disorientasi- Koheren - Mispersepsi Mispersepsi- Berfikir logis - Pikiran kacau - Perhatian tidak terfokus- Kadang-kadang - Sulit memberikan alasan- pikiran tidak yang logis jernih( Stuart and Sundeen, 1995. Hal. 546 )

III. ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN1. Faktor PredisposisiPenyebab :- Gangguan fungsi susunan saraf pusat- Gangguan pengiriman nutrisi- Ganggua peredaran daraha. Penuaan Kumulatif degeneratif jaringan otakpenuaan Racun dalam jaringan otak Kimia toksik/logam beratRespon kognitif maladaptiveb. Neurobiologi Penyakit Alzheimers Gangguan metabolik :- Penyakit lever kronik,- GGK- Devisit vitamin- Malnutrisi Anorexia nervosa Bulimia nervosac. Genetik :Penyakit otak degeneratif herediter ( Huntingtons Chorea)2. Stressor Presipitasia. Hipoksia :- Anemia hipoksik- Histotoksik hipoksia- Hipoksemia hipopoksik- Iskemia hipoksikSuplai darah ke otak menurun/berkurangb. Gangguan metabolismMalfungsi endokrin : Underproduct / Overproduct Hormon- Hipotiroidisme- Hipertiroidisme- Hipoglikemia- Hipopituitarismec. Racun, Infeksi- Gagal ginjal- Syphilis- Aids Dement Compd. Perubahan Struktur- Tumor tumor otak - Traumae. Stimulasi Sensori- Stimulasi sensori berkurang- Stimulasi berlebihLingkungan yang stimulusai berkurang / atau lebihHalusinasiPenerangan dan aktifitas di ICU yang konstanBingungDelusiHalusinasi3. PerilakuDelirum adalah : Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan Gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi Demensia : Suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir abstrak.

Karakteristik Delirium dan demensia

Delirium Demensia Onset Biasanya tiba-tiba Biasanya perlahan Lama Biasanya singkat/ 65 th StressorRacun, infeksi, trauma,HipertermiaHipertensi, hipotensi,anemia. Racun, deficitvitamin, tumor atropijaringan otak

perilaku- Fluktuasi tingkat kesadaran - Disorientasi- Gelisah- Agitasi- Ilusi- Halusinasi- Pikiran tidak teratur- Gangguan penilaian dan pengambilan keputusan- Afek labil - Hilang daya ingat- Kerusakan penilaian- Perhatian menurun- Perilaku sosial tidak sesuai- Afek labil- Gelisah- Agitasi4. Mekanisme koping :- Dipengaruhi pengalaman masa lalu- Regresi- Rasionalisasi- Denial- Intelektualisasi5. Sumber Koping :- Pasien- Keluarga- Teman

B. DIAGNOSA KEPERAWATANMenurut Nanda : Anxietas Komunikasi, kerusakan verbal Resiko tinggi terhadap cedera Sindrom defisit perawatan diri ( mandi,/kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias, toilet ) Perubahan sensori/perseptual ( penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan penghidu) Gangguan pola tidur Perubahan proses piker( Stuart and Sundeen, 1995.hal 556 )

Diagnosa lengkap dalam proses keperawatan : Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak ditandai dengan :- Interpretasi lingkungan yang tidak akurat- Kurang memori saat ini- Kerusakan kemampuan memberikan rasional- Konfabulasi Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan :- Ketakutan- Disorientasi yang ditandai dengan perilaku agitasi Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan :- Kerusakan kognitif- Kehilangan memori saat ini- Konfabulasi

C. PERENCANAANIdentifikasi hasil :Pasien dapat mencapai fungsi kognitif yang optimalPrioritas : Menjaga keselamatan hidup Pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial Libatkan keluarga Pendidikan kesehatan mentalUsaha perawatan :Memfungsikan pasien seoptimal mungkin sesuai kemempuan pasien

D. IMPLEMENTASIIntervensi Delirium :a. Kebutuhan Fisiologis- Prioritas : menjaga keselamatan hidup- Kebutuhan dasar dengan mengutamakan nutrisi dan cairan- Jika pasien sangat gelisah perlu : Pengikatan untuk menjaga therapi, tapi sedapat mungkin harus dipertimbangkan dan jangan ditinggal sendiri- Gangguan tidur : Kolaborasi pemberian obat tidur Gosok punggung Beri susu hangat Berbicara lembut Libatkan keluarga Temani menjelang tidur Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur Hindari tidur diluar jam tidur Mandi sore dengan air hanngat Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti : kopi, dll Lakukan methode relaksasi seperti : napas dalam- Disorientasi : Ruangan yang terang Buat jam, kalender dalam ruangan Lakukan kunjungan sesering mungkin Orientasikan pada situasi linkumngan Beri nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada ruangan/ kamar Orientasikan pasien pada barang milik pribadinya ( kamar, tempat tidur, lemari, photo kleuarga, pakaian, sandal ,dll) Tempatkan alat-alat yang membantu orientasi massa Ikutkan dalam tyherapi aktifitas kelompok dengan program orientasirealita (orang, tempat, waktu).b. Halusinasi- Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri- Ruangan : Hindari dari benda-benda berbahaya Barang-barang seminimal mungkin- Perawatan 1 1 dengan pengawasan yang ketat- Orientasikan pada realita- Dukungan dan peran serta keluarga- Maksimalkan rasa aman- Sikap yang tegas dari pemberi/ pelayanan perawatan (konsisten)c. Komunikasi- Pesan jelas- Sederhana- Singkat dan beri pilihan terbatad. Pendidikan kesehatan- Mulai saat pasien bertanya tentang yang terjadi pada keadaan sebelumnya- Seharusnya perawat harus harus tahu sebelumnya tentang : Masalah pasien Stressor Pengobatan Rencana perawatan Usaha pencegahan Rencana perawatan dirumah- Penjelasan diulang beberapa kali- Beri petunjuk lisan dan tertulis- Libatkan anggota keluarga agar dapat melanjutkan perawatan dirumah dengan baik sesuai rencana yang telah ditentukan

Intervensi pada Demensiaa. OrientasiTujuan : Membentuk pasien berfungsi dilingkungannya- Tulis nama petugas pada kamar pasien jelas, besar, sehingga dapat dibaca pasien- Orientasikan pada situasi lingkungan- Perhatikan penerangan terutama dimalam hari- Kontak personal dan fisik sesring mungkin- Libatkan dalam kegiatan T.A.K- Tanamkan kesadaran : Mengapa pasien dirawat Memberikan percaya diri Berhubungan dengan orang lain Tanggap situasi lingkungan dengan menggunakan panca indera Inyteraksi personal- Identifikasi proses pulang

b. Komunikasi- Membina hubungan saling percaya Umpan balik yang positif Tentramkan hati Ulangi kontrak Respek, pendengaran yang baik Jangan terdesak Jangan memaksa- Komunikasi verbal Jelas Ringkas Tidak terburu buru- Topik percakapan dipilih oleh pasien- Topik buat spesipik- Waktu cukup untuk pasien- Pertanyaan tertutup- Pelan dan diplomatis dalam menghadapi persepsi yang salah- Empati- Gunakan tehnik klarifikasi- Summary- Hangat- Perhatian

c. Pengaturan koping- Koping yang selama dipakai ini yang positif positif dimaksimalkan dan yang negative diminimalkan- Bantu mencari koping baru yang posistif

d. Kurangi agitasi- didorong melakukan sesuatu yang tidak biasa dan tidak jelas- beri penjelasan- beri pilihan- penyaluran energi : Perawatan mandiri Menggunakan kekuatan dan kemampuan dengan tepat, misalnya berolahraga- Saat agitasi : Tetap senyum Tujukkan sikap bersahabat Empati

e. Keluarga dan masyarakat- Siapkan keluarga untuk menerima keadaan pasien- Siapkan fasilitas dalam berinteraksi dengan dimasyarakat- Perlu bantuan dalam merawat 24 jam dirumah, yang diprogramkan melalui : Puskesmas Pos-pos pelayanan kesehatan dirumah sakit

f. Farmakologi- Tergantung penyebab gangguan, spt : Penyakit Alzheimers- Pada orang tua harus hati-hati, karena keadaan yang sensitive

g. WanderingPerilaku yang harus diperhatikan oleh pemberi perawatan

h. Therapeutik Milieu- Stimulasi kognitifMelakukan aktifitas yang berfungsi untuk perbaikan kognitif misalnya diskusi kelompok Dukung perasaan aman Situasi yang tenang Rancangai fisik konsisten Struktur yang teratur Fokus pada kekuatan dan kemampuan Minimalkan perilaku destruktif

i. Intervensi interpersonal- Psychotherapi- Life review therafiUntuk menyelesaikan masalah yang melibatkan individu dan kelompok dengan saling menceritakan riswayat hidup- Latihan dan terafi kognitif Latihan daya ingat Memelihara inteligensia- Therapi relaksasi Untuk mengurangi ketegangan dan stress Deep Breathing Konsentrasi- Kelompok pendukung dan konseling Ekspres filling Pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara :1. Meningkatkan harga diri2. Meningktkan percaya diri3. Meningkatkan simpati4. Meningkatkan empati

j. Gangguan daya ingat :- Mulai percakapan dengan menyebut nama anda dan panggil nama pasien- Hindarkan konfrontasi atas pernyataan pasien yang salah- Penataan barang pribadi jangan dirubah- Lakukan progran orientasik. Gangguan perawatan diri :- Buat jadwal mandi dengan teratur- Tempatkan pakaian yang kemungkinan mudah dijangkau pasien- Ajarkan cara mandi secara bertahap : Peralatan mandi Langkah-langkah mandi Perhatikan privacy- Ajarkan cara berpakaian Buat langkah berpakaian yang rutin Hindarkan kancing dan resleting Beri instruksi yang sederhana Lakukan berulang-ulang Tetap perhatikan privacy- Ajarkan BAB dan BAK pada tempatnyal. Isolasi social- Mulai kotak dengan keluarga- Teman dekat- Dorong berhubungan dengan orang lain- Masukkan dalam kelompok aktifitas- Buat jadwal kontak sosial secara teratur

Prinsip Konservatif Myra LevinesPenerapannya pada pasien gangguan kognitif.Tujuan : Meningkatkan fungsi kognitif yang optimal.a. Konservatif EnergiIntervensi :- Nutrisi adekuat- Observasi intake- Observasi out put- Observasi tanda vital- Kesempatan istirahat dirangsang- Bantu pergerakan- Kaji gangguan fisiologis- Kaji stres, bantu cara menghindari dan mengatasiDilakukan melalui kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan energy

b. Konservasi Integritas StrukturIntervensi :- Kaji fungsi sensori- Kaji persepsi- Beri kaca mata- Alat bantu dengar- Tongkat- Observasi dan jauhkan benda-benda berbahaya- Supervisi pemberian obat- Lindungi dari bahayaPerlindungan keselamatan dari ancaman bahaya kecelakaanc. Konservasi Integritas PersonalIntervensi :- Orientasi realita- Hubungan saling percaya- Dorong untuk mandiri- Identifikasi minat- Identifikasi kemampuan

beri kesempatan untuk menggunakan- Beri pujian- Lakukan tehnik komunikasi terapeutikPemeliharaan peningkatan harga dirid. Konservasi socialIntervensi :- Kontak keluarga- Kontak teman dekat- Dorong untuk berhubungan dengan orang lain- Didik keluarga dan pasien- Ijinkan keluarga/orang dekat untuk membantu perawat- Bertemu keluarga secara teratur- Libatkan keluarga dalam perencanaan pulangPemeliharaan hubungan sosial dengan orang terdekatE. EVALUASI1) Realistis2) Tidak pesimis3) Ditujukan pada : Orientasi waktu Tempat Orang Interaksi social Perawatan mandiri Status nutrisi Fungsi kognitif Pasien terhindar dari cedera4) Ditujukan pada pasien delirium pasien kembali pada fungsi sebelumnya pasien dapat memelihara tingkat optimal fungsi sensori dan persepsi berperan dalam aktifitas sehari-hari memelihara keseimbangan fungsi fisiologis5) Ditujukan pada pasien demensia pasien melakukan perawatan mandiri secara optimal keluarga tetap memelihara hubungan dengan pasien.

IV. PENUTUPa. KesimpulanGangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannnya dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/ gejala yang timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan, misalnya pada lobus oksipitalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus frontalis maupun sistim limbik.Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang dilakukan adalah : selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk mencapai kesembuhan pasien.Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting diketahui apa penyebab terjadinya . Sehingga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan keselamatan pasien.b. SaranDari kesimpulan diatas, pemberian asuhan keperawatan pada pasien yangmengalami gangguan kognitip seharusnya kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut :1. Asuhan yang kita berikan secara tuntas dengan tetap mengacu pada pengkajian bio-psiko-sosial dengan lebih mengutamakan etiologi dari terjadinya masalah2. Pemberian obat /terapy seharusnya berdasarkan pada gejala yang terjadi, karena akan dipengaruhi oleh bagian otak yang terganggu dan harus tetap berkolaborasi dengan tim medis.3. Dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan peran serta dan keterlibatan keluarga.

GANGGUAN MENTAL ORGANIK Definisi

Adalah gangguan mental yg mempunyai dasar organik yg patologis yg dapat diidentifikasi misal tumor otak, penyakit serebrovaskular, intoksikasi obat2an. Ada 3 kelompok gangguan ini yg gejala utamanya adalah gangguan kognitif berupa gangguan daya ingat, gangguan berbahasa dan gangguan perhatian yaitu: Delirium Dimensia gangguan AmnestikA. Delirium

Gangguan utama: Gangguan kesadaran,gangguan kognitif. Gangguan mental: gangguan mood, gangguan persepsi, gangguan perilaku. Gangguan neurologis: tremor, nistagmus, inkoordi-nasi, inkontinentia urine. Onset mendadak: beberapa jam hari.

Perjalanan penyakit singkat dan berfluktuasi. Perbaikan cepat, bila penyebab teridentifi-kasi dan dihilangkan. Faktor predisposisi: usila, anak2, cedera otak yg telah ada sebelumnya, ketergantungan alkohol, kanker

Gambaran klinis: penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan dgn penu-runan kemampuan unt memusatkan, mem-pertahankan atau mengalihkan perhatian yg berfluktuasi.

Gangguan awal: kecemasan, mengantuk, insomnia, halusinasi, mimpi yg menakutkan pada malam hari dan gelisah Gangguan penyerta: gangguan tidur-bangun, sering mengantuk pada siang hari, tidur terputus-putus dan singkat disertai mimpi yg menakutkan

Terapi simptomatik, antipsikotik. Prognosis: reversibel..

B. Dimensia

Suatu sindroma yg ditandai dgn berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yg terganggu: inteligensia umum, belajar, ingatan, bahasa, memecah-kan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial

Gangguan dapat progresif, statis, permanen dan reversibel bila diberi pengobatan tepat waktu. Merupupakan. Penyakit. Lansia, 50-60% menderita demensia tipe Alzheimer

Penyebab : 75% demensia Alzheimer dan demensia vaskular, sisanya oleh karena penyakit Pick, penyakit Huntington, penyakit Parkinson, HIV, trauma kepala

Gambaran gangguan awal yg menonjol mulanya hanya pada peristiwa klinis: Gangguan daya ingat yg baru, seterusnya ingatan lama juga akan terganggu. Juga didapati gangguan bahasa dan gangguan orientasi. Gangguan neurologis: apraksia, agnosia, kejang2, nyeri kepala, pusing sampai pingsan

Yang Dapat paling mengganggu pada keluarga adalah perubahan kepribadian menjadi introvert, waham paranoid yaitu memusuhi keluarga, mudah marah dan meledak-ledak, juga dapat dijumpai halusinasi. tertawa atau menangis patologis.Gangguan mental lain : depresi, cemas, gangguan afek Terapi simptomatis.

C. Gangguan Amnestik

Ditandai dengan Gangguan tunggal: Gangguan daya ingat yg menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Paling sering ditemukan pada Gangguan penggunaan alkohol dan Cedera kepala

Gangguan daya ingat ditandai dengan gangguan pada kemampuan untuk mempelajari informasi baru (Amnesia anterograd) dan ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan sebelumnya (Amnesia retrograd). Daya ingat jangka pendek (short term memory), daya ingat segera (recent memory) biasanya terganggu juga. Onset dapat tiba2 atau bertahap. Gangguan dapat sementara atau menetap

Pemulihan yg lengkap bisa terjadi pada Epilepsi lobus temporalis, ECT, penggunaan obat tertentu seperti benzodiazepin dan barbiturat. Terapi simptomatis.

2.1 DefinisiGangguan mental organik adalah gangguan mentak organik yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri (Rusdi Maslim, 2003; 22). Gangguan Mental Organik (GMO) adalah suatu Gangguan patologi yang jelas, misalnya; tumor otak, penyakit serebrovaskular, atau intoksikasi obat (Arif Mansjoer, 2001; 189).

2.2 EtiologiGangguan jiwa yang psikotik atau non psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyebab badaniah yang terutama mengenai otak (WF. Maramis, 1995; 181).

2.3 Gambaran UtamaMenurut Rusdi Maslim (2001; 22), gangguan mental organik terbagi menjadi 3, yaitu:1. Gangguan fungsi kognitifMisalnya: Daya ingat (memory), daya pikir (Intellect), daya belajar (Learning).2. Gangguan sensoriumMisalnya: Gangguan kesadaran (Consciousness) dan perhatian (Attention).3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang;1) Persepsi (halusinasi)2) Isi pikir (waham/delusi)3) Suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas).

2.4 Klasifikasi Gangguan Mental Organik (GMO)Menurut Arif Mansjoer (2003; 18), GMO dapat dibagi menjadi menjadi 4, yaitu;1. Delirium1) Delirium yang berhubungan dengan suatu kondisi medis lain2) Delirium yang di indiuksi oleh zat3) Delirium yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi4) Delirium yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.2. Demensia1) Demensia tipe Alzheimer2) Demensia tipe vaskular3) Demensia yang berhubungan dengan suatu kondisi medis lain (HIV, Parkinson, trauma kepala, penyakit Huntington, penyakit Pick, penyakit Creatzfeldt-Jacob, kondisi medis lain)4) Demensia yang di induksi oleh zat5) Demensia yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi6) Demensia yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.3. Gangguan Amnesia1) Gangguan Amnesia yang berhubungan dengan kondisi medis lain2) Gangguan Amnesia yang di induksi oleh zat.4. Gangguan kognitif yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.

2.4.1 Delirium2.4.1.1 DefinisiSuatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif (Arif Mansjoer, 2001; 189).Status kebingungan akut yang ditandai dengan kewaspadaan, perhatian, dan konsentrasi dengan awitan akut dan berlangsung singkat (berjam-jam hingga berhari-hari) (Barry. Guze, MD, 1997; 165).2.4.1.2 Etiologi (faktor penyebab)Menurut Arif Mansjoer (2001; 190), delirium memunyai berbagai macam penyebab, semuanya mempunyai pola gejala serupa putus obat maupun zat toksik, penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmitter yang dianggap berperan adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat. Area yang terutama terkena adalah formasio retikularis. Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain;1) Usia2) Kerusakan otak3) Riwayat delirium4) ketergantungan alkohol5) Diabetes6) Kanker7) Gangguan panca indera8) MalnutrisiSementara itu menurut Barry Gue (1997; 167), menyatakan penyebab lain terjadinya Delirium yaitu;1) Gangguan sistemik2) Disfungsi endokrinologis3) Proses infeksi4) Defisiensi nutrisional5) Proses intrakranialPerdarahan subaraknoid dan subdural, trauma, infeksi (meningitis dan ensefalitis), stroke, sakit kepala, migrain, tumor, epilepsi (delirium dan pascaiktal) dan ensefalopati hipertensif.6) IntoksikasiObat-obatan dan medikasi (khususnya antikolinergik), alkohol, racun (logam, bahan industri dan karbon monoksida).7) Penarikan diri karena obat8) Masalah psikiatrik9) Penyebab lainnya.

2.4.1.3 Manifestasi KlinisGejala utama pada penyakit delirium adalah kesadaran yang menurun. Gejala-gejala lain adalah penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, ada pasien yang terutama berhalusinasi dan ada yang hanya berbicara komat-kamit dan inkoherent. Pasien delirium yang berhubungan dengan sindrom putus obat merupakan jenis hiperaktif yang dapat dikaitkan dengan tanda-tanda otonom, seperti flushing, berkeringat, takikardi, dilatasi pupil, nausca, mundan dan hipertermi. Orientasi waktu seringkali hilang, sedangkan orientasi tempat dan orang mungkin terganggu pada kasus yang berat. Pasien seringh mengalami Abromalitas dalam berbahasa, seperti pembicaraan yang bertele-tele, tidak relevan dan inkoheren (Arif Mansjoer, 2001; 190).Fungsi kognitif lain yang mungkin terganggu adalah daya ingat dan fungsi kognitif umum. Pasien mungkin tidak mampu membedakan rangsang sensorik dan mengintegrasikannya sehingga sering merasa terganggu dengan rangsang yang tidak sesuai atau timbul agitasi, gejala yang sering tampak adalah marah, mengamuk dan ketakutan yang tidak beralasan, pasien selalu mengalami gangguan tidur sehingga tampak mengamuk sepanjang hari dan tertidur dimana saja (Arif Mansjoer, 2001; 190).Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkannya sudah sembuh, mungkin sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Jika disebabkan oleh proses langsung menyerang otak, bila proses itu sembuh, maka gejala-gejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan (gejala neurologik/gangguan mental dengan gejala utama gangguan intelegensi). Biasanya delirium muncul tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari) faktor penyebabnya telah dapat diketahui dan dihilangkan, walaupun delirium biasanya terjadi mendadak, gejala-gejala prodnormal mungkin telah terjadi beberapa hari sebelumnya. Prognosa tergantung pada dapat atau tidak dapat kembalinya penyakit yang menyebabkannya dan kemampuan otak untuk menahan pengaruh penyakit itu (WF. Maramis, 1995; 182).

2.4.1.4 PenalaksanaanMenurut Maramis (1995; 182), pengobatan etiologik harus sedini-dininya dan disamping ini faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang tetap. Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung, tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi.1) Penderita harus dijaga terus, lebih-lebih ia sangat gelisah, sebab ia berbahaya untuk diri sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.2) Dicoba menenangkan penderita dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es, penderita mungkin menjadi lebih tenang bila ia melihat orang tua, barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap, penderita tidak tahan terlalu di isolasi. Terhadap gejala-gejala psikiatrik, bila sangat mengganggu dapat diberi neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi. 3) Bila kondisi ini merupakan foksisitas antikolinergik digunakan fisostigmin salisilat 1-2 mg IV atau im. (dosis 15-30 menit)4) Dilakukannya terapi untuk memberi dorongan perbaikan fisik sensorik dan lingkungan5) Untuk gejala-gejala psikosis digunakan haloperidol 2-10 ms6) Insomnia diobati dengan benzodiazepin.Sementara itu menurut Arif Mansjoer (2000; 191), bila kondisi ini merupakan toksisitas anti kolinergik, digunakan fisostigmin salisilat 1-2 mg, iv atau im dengan pengulangan dosis setiap 15-30 menit. Selain itu, perlu dilakukan terapi untuk memberi dorongan perbaikan pada fisik, sensorik, dan lingkungan. Untuk mengatasi gejala psikosis digunakan haloperidol 2-10 mg im, yang dapat diulang setiap 1 jam. Insomnia sebaiknya diobati dengan benzodiazepin yang mempunyai waktu terapi pendek. Pengobatan tergantung pada penyakitnya:1. Infeksi diatasi dengan antibiotik.2. Demam diatasi dengan obat penurun panas.3. Kelainan kadar garam dan mineral dalam darah diatasi dengan pengaturan kadar ciran dan garam dalam darah.

2.4.2 Demensia2.4.2.1 DefinisiSuatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikel yang multiple (Rusdi Maslim, 2003; 22).Sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran, gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Arif Mansjoer, 2001; 191).

2.4.2.2 EtiologiSebagian besar disebabkan oleh penyakit alzheimer dan vaskular. Penyebab lain adalah penyakit pick, creutzfeldt-jacob, huntington, parkinson, HIV dan trauma kepala (Arif Mansjoer. 2000; 191).Penyebab kedua tersering dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698).Sementara itu menurut Barry Guze (1997; 195-196), beberapa penyebab terjadinya Demensia diantaranya adalah;1. Demensia karena Al-zheimer (AD)Merupakan penyebab tunggal paling lazim untuk demensia, mencakup hampir 55% dari semua kasus1) Temuan histopatologik umum(1) Mikroskopik, otak atropik dengan pelebaran sulkus, konvules kortikel yang menciut dan ventrikel yang membesar.(2) Temuan histopatologik termasuk kekacauan neuro psikologik, plaksenilis, degenerasi granulovakuoler dan kehilangan neural.2) Faktor etiologik(1) Faktor genetikPada 20% kasus, penyakit ini diwariskan sebagai dominan autosomal pada 50% sisanya, tampaknya terdapatnya peningkatan insidens familial.(2) AluminiumPada model hewan, aluminium ditemukan menyebabkan demensia degenarif neurofibriler, juga pada pasien yang terkena AD, telah dideteksi adanya peningkatan konsentrasi aluminium otak.(3) Faktor lainWalaupun data masih langka telah diperkirakan adanya etiologi virus dan auto imun.2. Demensia infark majemukKeadaan ini mencakup 10% hingga 15% demensia, karena intervensi yang pada waktunya dapat mempunyai dampak terhadap perjalanan penyakit ini, maka penting dikenali manifestasi klinisnya.3. Sindrom ekstrapiramidal1) Penyakit ParkinsonPenyakit Parkinson timbul sebagai akibat kehilangan sel pengandung dopamin dalam lintasan nigrostriatal dan tegmentum ventral. Secara klinis ditandai dengan bradikinesia tremor, rigiditas, ekspresi wajah yang berkurang dan berjalan dengan kaki diseret. Demensia berkorelasi buruk dengan tremor pada gangguan ini tetapi tampaknya bervariasi menurut beratnya bradikinesia yang ada.2) Penyakit HuntingtonPenyakit Hungtinton diwariskan sebagai suatu gangguan dominan autosomal. Demensia subkortikal merupakan manifestasi lazim dari penyakit ini yang ditandai dengan gangguan gerakan koreiform dan perjalan penyakit yang progresif lambat. Biasanya diikuti dengan demensia Huntington, tetapi dapat mendahului timbulnya gangguan gerakan atau terdapat sendiri sebagai satu-satunya manifestasi dari penyakit ini.3) Kelumpuhan Supranuklear ProgresifKelumpuhan supranuklear progresi ditandai dengan demensia subkortikal ringan, kelumpuhan tatapan supranuklear, kekakuan aksial dan kelumpuhan pseudobulber (afek yang tak semestinya dalam derajat dan atau arah, disfagia dan disartria). Pada fase awal dan pertengahan kadang-kadang ditemukan depresi.4) Penyebab Infeksi(1) Penyakit Jacob-CreutzfeldtKeadaan ini merupakan suatu infeksi virus progresif cepat dari susunan saraf pusat yang biasanya berpuncak dengan kematian dalam 6 bulan sejak mulai terinfeksi.(2) Kompleks Demensia Sindrom Imunodefisiensi didapat (AID)Menurut Artno, Demensia terkait HIV. http//spiritia.or.id.1999. Istilah demensia terkait HIV ( HIV Associated Dementia-HAD) mencakup spektrum luas perwujudan psikiatri dan neurologi dari infeksi HIV pada SSP, HAD mencakup berbagai derajat gejala kognitif, motor dan perilaku.

5) Defisiensi nutrisionalDefisiensi vitamin yang paling lazim menimbulkan demensia B12, folat dan niasin, defisiensi tianin menimbulkan amnesia dalam konteks sindrom wernicke, korsakoff dengan sedikit gangguan intelektual.6) Kelainan endokrinologikKeadaan endokrinologik berikut dapat meliputi demensia dalam gambaran klinisnya, hipotroidisme, hipertiroidisme, hipopara tiroidisme, hiperpara tiroidisme, penyakit addison dan penyakit custing.7) Gangguan elektrolit8) HipoksiaAnoreksia, gangguan jantung dan fungsi pernapasan.9) Demensia dialisis dan uremia10) Ensefalopati uremik kronik11) Obat-obatan, logam dan paparan kimiawi industri12) Ensefalopatii hepatik13) Porikiria14) Demensia pseudo15) Demensia hidrosefalik16) Demensia traumatik dan neoplastik17) Demensia terkait penyakit mielin18) Penyusunan diagnostik demensiaDalam salah satu website dengan alamat http://www.idijakbar.com mengklasifikasikan beberapa penyebab terjadinya demensia diantaranya:1) Menurut umur(1) Demensia senilis (> 65 tahun)(2) Demensia prasenalis (< 65 tahun)2) Menurut perjalanan penyakit(1) Reversibel(2) Ireversibel

3) Menurut kerusakan struktur otak(1) Tipe Al-Zheimer(2) Tipe non Alzheimer(3) Demensia vaskular(4) Demensia jisim lewy(5) Demensia lobus frontal-temporal(6) Demensia terkait HIV(7) Morbus parkinson(8) Morbus huntington(9) Morbus pick(10) Morbus jacob creutzfeldt(11) Sindrom gerstmann(12) Priondisease(13) Priondisease(14) Palsi supranuklear progresif(15) Multiple sklerosis(16) Neurosifilis(17) Tipe campuiran4) Menurut sifat-klinis(1) Demensia proprius(2) Pseudo-demensia

2.4.2.3 Manifestasi KlinisDemensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak disadari. Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda. Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran abstrak dan sering terjadi perubahan kepribadian.(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698)Menurut Arif Mansjoer (2001; 191) tanda dan gejala dari Demensia yaitu:1. Pada stadium awal, pasien menunjukkan kesulitan untuk mempertahankan kinerja mental fatig dan cenderung gagal bila diberi suatu tugas baru atau kompleks.2. Orientasi, daya ingat, persepsi dan fungsi intelektual pasien memburuk3. Pasien tampak introvert dan kurang peduli terhadap akibat tingkah lakunya4. Diperkirakan 20-30% pasien tipe Alzheimer mengalami halusinasi dan 30-40% mempunyai gejala waham, terutama waham curiga dan tidak sistematik5. Terdapat depresi dan ansietas pada sebagian besar pasien. Pasien dapat mengalami afasia, apraksia dan agnosia6. Kejang.

2.4.2.4 PenatalaksanaanDemensia dapat disembuhkan bila tidak terlambat. Secara umum, terapi pada demensia adalah perawatan medis yang mendukung, memberi dukungan emosional pada pasien dan keluarganya, serta farmakoterapi untuk gejala yang spesifik. Terapi simtomatik meliputi diet, latihan fisik yang sesuai, terapi rekreasional dan aktivitas, serta penanganan terhadap masalah-masalah lain.Sebagai farmakoterapi, benzodiazepin diberikan untuk ansietas dan insomnia, anti depresan untuk depresi, serta anpsikotik untuk gejala waham dan halusinasi (Arif Mansjoer, 2001; 192).Sementara itu takrin telah digantikan oleh donepezil, yang menyebabkan lebih sedikit efek samping dan memperlambat perkembangan penyakit alzheimer selama 1 tahun atau lebih. Ibuprofen juga bisa memperlambat perjalanan penyakit ini. Obat ini paling baik jika diberikan pada stadiun dini.(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698)

2.4.2.5 Klasifikasi DemensiaMenurut WF. Maramis (1997; 192) Demensia terbagi menjadi:1. Demensia senilisAdalah perubahan fisik akan mental yang terjadi pada orang lanjut usia disertai dengan energi yang berkurang, reaksi terhadap kejadian sekitarnya menjadi lambat, daya kreatif dan inisiatif berangsur-angsur menyempit dan pelan-pelan menarik diri, seakan-akan kepribadiannya terbungkus.1) GejalaBiasanya sesudah umur 60 tahun baru timbul gejala-gejala yang jelas untuk membuat diagnosis demensia klinis. Penyakit jasmaniah atau gangguan emosi yang hebat mempercepat kemunduran mental.2) Gejala jasmaniahKulit menjadi tipis, atrofis dan keriput, berat badan mengurang, atrofi pada otot-otot, jalannya menjadi tidak stabil, suara kasar dan bicaranya menjadi pelan, tremor pada tangan dan kepala.3) Gejala psikologikSering hanya terdapat tanda kemunduran mental umum (demensia simplek).4) PencegahanPertahankan perasaan aman dan harga diri, perhatikanlah dan cobalah memuaskan kebutuhan rasa kasih sayang, rasa masuk hitungan, rasa tercapainya sesuatu dan rasa perlu dibenarkan serta dihargai.

2. Demensia prasenilisSeperti namanya telah menjelaskan maka pada gangguan ini gejala utamanya ialah demensia sebelum masa senil, akan dibicarakan dua macam demensia prasenilis, yaitu penyakit Alzheimer dan penyakit pick.1) Morbus AlzheimerPenyakit alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50-60 tahun. Terdapat degeneratif korteks yang difus pada otak dilapisan-lapisan luar, terutama di daerah frontal dan temporal. Atrofi otak ini dapat dilihat pada pnemo-ensefalogram: sistema ventrikel membesar serta banyak hawa diruang subarakhroidal (giri mengecil dan sulkus-sulkus melebar).Penyakit ini mulai pelan-pelan sekali, tidak ada ciri-ciri yang khas pada gangguan inteligensi atau pada kelainan perilaku. Terdapat disorientasi, gangguan ingatan, emosi yang labil, kekeliruann mengenai hitungan dan mengenai pembicaraan sehari-hari. Terjadi afasi sering juga terdapat perseverasi, pembicaraan logoklonia dan bila sudah berat maka penderita tidak dapat dimengerti lagi, ada yang menjadi gelisah dan hiperaktif.2) Morbus PickPick dari prahara pertama kali mengumumkan hal-hal tentang penyakit yang jarang ini pada tahun 1892. secara patologis ciri khas ialah atrofi dan gliosis di daerah-daerah asosiatif. Daerah motorik, sensorik dan daerah proyeksi secara relatif tidak banyak berubah yang terganggu ialah daerah korteks yang secara filogenptik lebih muda yang penting buat fungsi asosiasi yang lebih tinggi, sebab itu yang terutama terganggu ialah pembicaraan dan proses berpikir.Penyakit ini mungkin herediter diperkirakan bahwa terdapat faktor menjadi tua dari sel-sel ganglion yang tertentu, yaitu yang genetis paling muda. Lobus frontalis menjadi demikian atrofis sehingga kadang-kadang kelihatan seperti ditekan oleh suatu lingkaran. Biasanya terjadi pada umur 45-60 tahun yang termuda pernah diberikan ialah 31 tahun.Dalam waktu satu tahun terjadi demensia yang jelas. Ada yang eforia, ada yang menjadi susah dan curiga, sering terdapat gejala-gejala fokal seperti afasia, apraxia, alexia, agrafia, tetapi gejala-gejala ini sering diselubungi oleh demensia umum. Ciri afasia yang penting pada penyakit ini ialah terjadinya secara pelan-pelan (tidak mendadak seperti pada gangguan pembuluh darah otak).

2.4.3 Amnesia2.4.3.1 Definisi Amnesia (dari bahasa Yunani) adalah kondisi harganya daya ingat. (http://Wikipedia.org/wiki/Amnesia/2008).Amnesia adalah suatu gangguan daya ingat yang ditandai adanya gangguan kemampuan mempelajari hal-hal baru atau mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya serta menimbulkan hambatan pada fungsi sosial dan pekerjaan (Arif Mansjoer, 2001; 192).

2.4.3.2 EtiologiGangguan ini sangat sering terjadi pada orang dewasa muda, lebih sering terjadi pada orang yang telah terlibat didalam peperangan, kecelakaan atau bencana alam .(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698).Penyebab amnesia bervariasi mulai dari fisiologis sampai kerusakan otak. Kerusakan otak disebabkan karena trauma atau kecelakaan, tumor, stroke, maupun pembengkakan otak.(http://www.emedicine.com/neuro/tropic380.html).Penyebab amnesia dapat berupa organik dan fungsional. Penyebab organik dapat berupa kerusakan otak akibat trauma, penyakit atau penggunaan obat-obatan (biasanya yang bersifat sedatif). Penyebab fungsional adalah faktor psikologis, seperti halnya mekanisme pertahanan ego.(http://www.emedicine.com/neuro/tropic380.html).Sementara itu menurut Arif Mansjoer (2001; 192), gangguan pada daya ingat umumnya diakibatkan kerusakan struktur neuroanatomi tertentu, pada satu atau dua lebih hemister, namun lebih mudah timbul bila yang terkena hemister kiri. Gangguan amnesia dapat disebabkan banyak hal, antara lain;1. Gangguan sistemik1) Defisiensi tramin (sindrom korsakoff)2) Hipoglikemia.2. Gangguan otak primer1) Kejang, trauma kepala, tumor otak2) Penyakit serebrovaskular, ensevolitis karena virus herpes simpleks3) Hipoksia, sklerosis multipel4) Amnesia transien global5) Tindakan bedah otak, terapi syok listrik.3. Obat-obatan: alkohol, neurotoksin, benzodiazepin dan sejenisnya

2.4.3.3 Klasifikasi AmnesiaMenurut website dengan alamat http://www.emidicine.com/neuro /topic 380.htmi, amnesia terbagi menjadi:1. AnterogradeKetidakmampuan untuk mengingat kejadian-kejadian setelah terjadinya trauma atau penyakit setelah terjadinya trauma atau penyakit yang menyebabkan amnesia. 2. RetrogradeKetidakmampuan untuk mengingat kejadian-kejadian sebelum terjadinya trauma.

3. Amnesia lakunarKetidakmampuan mengingat kejadian tertentu.4. Amnesia emosionalHilangnya ingatan karena trauma psikologis. Biasanya bersifat sementara.5. Sindrom korsakoffHilangnya ingatan karena alkoholisme kronik.6. Amnesia posthipnotikHilangnya ingatan setelah keadaan hipnotik atau informasi yang disimpan pada memori jangka panjang.7. Transient global amnesiaMerupakan kehilangan sementara seluruh memori secara khusus disertai anterograde amnesia dan juga retrograde amnesia ringan.

2.4.3.4 Manifestasi KlinisGambaran yang sangat umum pada amnesia dissociative adalah kehilangan ingatan. Segera setelah terjadi amnesia, seseorang bisa kelihatan bingung. Kebanyakan orang dengan amnesia dissociative setidaknya depresi atau sangat menderita karena amnesia mereka.(http://www.emedicine.com/neuro/tropic380.html)Gejala utamanya adalah ketidak mampuan mempelajari ha-hal baru (amnesia anterograde) atau mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya (amnesia retrograde). Daya ingat jangka pendek biasanya terganggu, bahkan pada kasus yang berat, orientasi tempat dan waktu juga terganggu. Namun, orientasi orang jarang terganggu. Daya ingat jangka panjang yang meliputi pengalaman masa kecil tidak terganggu. Daya ingat segera masih baik. Gejala penyerta lainnya antara lain perubahan kepribadian, apatis, kurang inisitif, agitasi dan kebingungan. Pasien tidak mempunyai tilikan diri yang baik terhadap penyakitnya (Arif Mansjoer, 2001; 192-193).

2.4.3.5 Perjalanan Penyakit dan PrognosisDapat timbul secara segera seperti pada trauma dan penyakit cerebrovaskular dapat juga timbul secara bertahap pada kekurangan nutrisi dan tumor otak. Durasinya dapat singkat, kurang dari sebulan (amnesia transien) atau lebih dari sebulan (amnesia peristen) (Arif Mansjoer, 2001; 193).

2.4.3.6 Penatalaksanaan Terutama ditujukan kepada penyakit yang mendasarinya, pendekatan bersifat suportif yang berkaitan dengan waktu dan tempat akan sangat membantu pasien dan mengurangi rasa cemasnya, setelah episode amnesia teratasi, beberapa jenis psikoterapi (kognitif, psikodinamika atau suporatif) mungkin dapat membantu pasien (Arif Mansjoer, 2001; 193).Untuk mempercepat pemulihan amnesia biasanya diberikan terapi atau obat-obatan yang meningkatkan fungsi otak. Diluar terapi dan obat-obatan, cara yang paling ampuh adalah menyediakan kondisi yang memberi rasa aman bagi penderita. Kebanyakan penderita amnesia justru sembuh bukan diruang praktek, namun ketika menjalani kehidupan secara normal (http://id.wikipedia.org/wiki.amnesia).Dokter memulai pengobatan dengan membantu orang tersebut untuk merasa aman dan terjamin. Jika ingatan yang hilang tidak secara spontan teringat, atau jika kebutuhan untuk mengingat ingatan tersebut mendesak, teknik mengingat kembali sering kali berhasil. Menggunakan hipnotis atau wawancara yang diawali dengan obat (wawancara dilakukan setelah orang tersebut tenang dengan obat secara infus seperti amobarbital atau midazolam), dokter menanyakan orang yang amnesia mengenai masa lalunya (http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=3095)

2.4.4 Gangguan Akibat Alkohol dan Obat/ZatKonsep ketergantungan obat meliputi ketergantungan perilaku dan ketergantungan fisik. Ketergantungan perilaku menekankan pada aktifitas mencari-cari zat sedangkan ketergantungan fisik menekankan efek fisiologis dari penggunaan zat berulang.Kekurangan zat ditandai oleh sekurangnya satu gejala spesifik yang menyatakan bahwa penggunaan zat telah mempengaruhi kehidupan seseorang (Arif Mensjoer, 2001; 193)Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah (stuart &s udden, 1995, diunduh dari http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/07/asuahan-keperawatan-klien-dengan-sindrom-putus-zat-napza)

2.4.4.1 EtiologiKetergantungan zat disebabkan oleh pemakaian zat dalam pola yang berlebihan secara umum, perilaku mencari obat dapat dilihat pada gambar:

Gambar 2.1 Alur ketergantungan zat

Dalam website dengan alamat http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-sindrom-putus-zat-napza, menyebutkan proses terjadinya masalah penyalahgunaan dan ketergantungan zat memfokuskan pada zat yang sering disalahgunakan individu : opiat, amfetamin,canabis dan alkohol.1. Rentang respon kimiawiPerlu diingat bahwa pada rentang respon tidak semua individu yang menggunakan zat akan menjadi penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Hanya individu yang menggunakan zat berlebihan dapat mengakibatkan penyalahgunaan dan ketergantungan zat.Penyalahgunaan zat merujuk pada penggunaan zat secara terus-menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi berarti bahwa memerlukan peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan (Stuart & sundeen, 1995, Stuart & laraia, 1998, diunduh dari http://kuliah bidan.wordpress.com/2008/11/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-sindrom-putus-zat-napza).2. Perilaku3. Faktor penyebabFaktor penyebab pada klien penyalahgunaan dan ketergantungan napza meliputi :1) Faktor biologic(1) Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan narkoba.(2) Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak nyaman.2) Faktor psikologic(1) Tipe kepribadian ketergantungan.(2) Harga diri rendah biasanya sering berhybyngan dengan penganiayaan waktu masa kanak-kanak.(3) Perilaku maladaptif yang dipelajari secara berlebihan.(4) Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit.(5) Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif, kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai individu, dan orang tua yang adiksi.3) Faktor sosiokultural(1) Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat.(2) Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana.(3) Sikap, nilai, norma dan sanksi cultur.(4) Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil.

2.4.4.2 Manifestasi KlinisPada dasarnya terdapat dua konsep ketergantungan zat, yaitu ketergantungan perilaku dan ketergantungan fisik. Ketergantungan perilaku diperlihatkan dengan aktifitas mencari zat. Ketergantungan fisik diperlihatkan dari efek fisik dari episode multipel penggunaan zat (Arif Mansjoer, 2001; 195).

2.4.4.3 PenatalaksanaanPendekatan pengobatan untuk penyalahgunaan zat bervariasi menurut zat, pola penyalahgunaan, tersedianya sistem pendukung dan ciri individual pasien. Tujuan utama pengobatan adalah abstinensi zat serta mencapai kesehatan fisik psikiatrik dan psikososial.Pendekatan pengobatan awal dapat dilakukan dengan rawat inap atau rawat jalan. Pengiobatan rawat inap diindikasikan pada adanya gejala medis atau psikiatrik yang parah, suatu riwayat gagalnya pengobatan rawat jalan, tidak adanya dukungan psikosoasial atau riwayat penggunaan zat yang parah atau berlangsung lama.Pada beberapa kasus penggunaan obat psikotropik mungkin diindikasikan untuk menghalangi pasien menggunakan zat yang disalahgunakan, untuk menurunkan efek putus zat, atau untuk mengobati suatu perkiraan gangguan psikiatrik dasar. Kadang-kadang psikoterapi diperlukan. (Arif Mansjoer, 2000; 195).