33
ASKEP HEMATEMESIS MELENA A. DEFINISI Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007). Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk segar (bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karena enzim dan asam lambung, menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Memuntahkan sedikit darah dengan warna yang telah berubah adalah gambaran nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran pencernaan atas yang signifikan. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang lengket dan menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya darah pada usus halus (Davey, 2005). Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat berasal dari saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan

Askep Hematemesis Melena

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep Hematemesis Melena

Citation preview

Page 1: Askep Hematemesis Melena

ASKEP HEMATEMESIS MELENA

A. DEFINISI

Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya

disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas. Melena

adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang

mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh

perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007).

       Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk

segar (bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau

berubah karena enzim dan asam lambung, menjadi kecoklatan dan

berbentuk seperti butiran kopi. Memuntahkan sedikit darah dengan

warna yang telah berubah adalah gambaran nonspesifik dari

muntah berulang dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran

pencernaan atas yang signifikan. Melena adalah keluarnya tinja

yang lengket dan hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang

lengket dan menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas

serta dicernanya darah pada usus halus (Davey, 2005).

       Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah

dapat berasal dari saluran cerna bagian atas atau darah dari luar

yang tertelan (epistaksis, hemoptisis, ekstraksi gigi, tonsilektomi).

Tergantung pada lamanya kontak dengan asam lambung, darah

dapat berwarna merah, coklat atau hitam. Biasanya tercampur sisa

makanan dan bereaksi asam. Melena adalah feses berwarna

hitamseperti ter karena bercampur darah; umumnya terjadi akibat

perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100 ml

dan biasanya disertai hematemesis ( Purwadianto & Sampurna,

2000).

Page 2: Askep Hematemesis Melena

B.ETIOLOGI

Penyebab perdarahan pada saluran pencernaan:

1. kerongkongan.

a. Robekan jaringan.

b. Kanker.

2. Lambung

a. Luka kanker atau non-kanker

b. Iritasi (gastritis) karena aspirin atau Helicobacter pylori

3. Usus halus

a. Luka usus dua belas jari non-kanker

b. Tumor ganas atau jinak

4. Usus besar

a. Kanker

b. Polip non-kanker

c. Penyakit peradangan usus (penyakit Crohn atau kolitis

ulserativa)

d. Penyakit divertikulum

e. Pembuluh darah abnormal di dinding usus

(angiodisplasia)

5. Rektum

a. Kanker

b. Polip non-kanker

6. Anus

Page 3: Askep Hematemesis Melena

a. Hemoroid

b. Robekan di anus (fisura anus)

C.      PATOFISIOLOGI

        Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus

peptikum. Begitu juga riwayat muntah-muntah berulang yang

awalnya tidak berdarah, konsumsi alkohol yang berlebihan

mengarahkan ke dugaan gastritis serta penyakit ulkus peptikum.

Adanya riwayat muntah-muntah berulang yang awalnya tidak

berdarah lebih kearah Mallory-Weiss. Konsumsi alkohol berlebihan

mengarahkan dugaan ke gastritis (30-40%), penyakit ulkus

peptikum (30-40%), atau kadang-kadang varises. Penurunan berat

badan mengarahkan dugaan ke keganasan. Perdarahan yang

berat disertai adanya bekuan dan pengobatan syok refrakter

meningkatkan kemungkinan varises. Adanya riwayat pembedahan

aorta abdominalis sebelumnya meningkatkan kemungkinan fistula

aortoenterik. Pada pasien usia muda dengan riwayat perdarahan

saluran cerna bagian atas singkat berulang (sering disertai kolaps

hemodinamik) dan endoskopi yang normal, harus dipertimbangkan

lesi Dieulafoy (adanya arteri submukosa, biasanya dekat jantung,

yang dapat menyebabkan perdarahan saluran pencernaan

intermitten yang banyak) (Davey, 2005).

       Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran cerna

bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus

mempunyai faal hati yang buruk/.terganggu sehingga setiap

perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati

yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penderita

seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama perawatan,

dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan bahwa angka

kematian penderita dengan perdarahan saluran cerna bagian atas

Page 4: Askep Hematemesis Melena

dipengaruhi oleh faktor kadar Hb waktu dirawat, terjadi/tidaknya

perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus dan encefalopati.

D.TANDA DAN GEJALA

       Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada pasien

hematemesis melena adalah syok (frekuensi denyut jantung,suhu

tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati

purpura serta memar, demam ringan antara 38-39oC, nyeri pada

lambung, hiperperistaltik, penurunan Hb dan Ht yang tampak

setelah beberapa jam, leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam

setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum darah setelah

24-48  jam akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus

(Purwadianto & Sampurna, 2000).

E. PENATALAKSANAAN

       Pengobatan   penderita   perdarahan   saluran  cerna  bagian

atas harus  sedini   mungkin  dan  sebaiknya   dirawat di rumah

sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan

yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna

bagian atas meliputi:

1. Pengawasan dan pengobatan.

a. Penderita     harus      diistirahatkan     mutlak,  obat –

obat yang menimbulkan efek   sedatif   morfin, meperidin 

dan paraldehid sebaiknya dihindarkan .

b. Penderita   dipuasakan   selama   perdarahan   masih

berlangsung dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan

makanan cair.

c. Infus   cairan   langsung   dipasang    dan diberikan  larutan

garam  fisiologis NaCl 0,9 % selama belum tersedia darah.

Page 5: Askep Hematemesis Melena

d. Pengawasan     terhadap      tekanan  darah, nadi,kesadaran

penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.

e. Pemeriksaan  kadar  hemoglobin  dan  hematokrit  perlu

dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.

f. Transfusi     darah    diperlukan    untuk    mengganti    darah

yang hilang  dan    mempertahankan    kadar     hemoglobin

50 - 70 % nilai normal.

g. Pemberian   obat  –  obatan   hemostatik  seperti  vitamin   K

4x10  mg/hari,  karbasokrom   (Adona AC),  antasida    dan    

golongan  H2 reseptor    antagonis   (simetidin    atau    

ranitidin)     berguna untuk menanggulangi perdarahan.

h. Dilakukan       klisma      atau     lavemen      dengan

air   biasa disertai  pemberian   antibiotika   yang  tidak 

diserap oleh   usus, sebagai        tindakan         sterilisasi

usus. Tindakan     ini dilakukan      untuk 

mencegah terjadinya  produksi      amoniak oleh      bakteri

usus,   dan   ini   dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.

2. Pemasangan pipa nasogastrik.

Tujuan  pemasangan   pipa  naso gastrik adalah untuk

aspirasi cairan lambung,  lavage  (umbah   lambung)    dengan    air

dan pemberian   obat-obatan. Pemberian   air  pada  kumbah

lambung  akan    menyebabkan vasokontriksi   lokal  sehingga

diharapkan terjadi   penurunan    aliran  darah   di  mukosa

lambung,   dengan demikian  perdarahan   akan berhenti.

Umbah lambung  ini akan dilakukan   berulang    kali   memakai air

sebanyak   100- 150 ml sampai  cairan  aspirasi  berwarna jernih

dan bila perlu tindakan ini dapat   diulang  setiap 1 - 2 jam.

Pemeriksaan   endoskopi   dapat segera dilakukan setelah cairan

aspirasi lambung sudah jernih.

Page 6: Askep Hematemesis Melena

3.Pemberian pitresin (vasopresin).

Pitresin    mempunyai    efek    vasokoktriksi,  pada

pemberian pitresin perinfuse akan mengakibatkan kontriksi

pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan

vena porta, dengan demikian   diharapkan  perdarahan   varises

dapat berhenti. Perlu diingat  bahwa   pitresin  dapat merangsang 

otot   polos  sehingga dapat   terjadi  vasokontriksi  koroner, karena

itu  harus berhati-hati dengan  pemakaian obat tersebut terutama

pada penderita penyakit jantung  iskemik. Karena  itu  perlu

pemeriksaan elektrokardiogram dan  anamnesis  terhadap

kemungkinan  adanya  penyakit jantung koroner/iskemik.

4. Pemasangan balon Sengstaken-Blakemore  Tube.

Dilakukan pemasangan balon Sengstaken-Blakemore tube

(SB tube) untuk   penderita   perdarahan   akibat    pecahnya    

varises. Sebaiknya  pemasangan  SB  tube  dilakukan   sesudah

penderita tenang dan  kooperatif, sehingga  penderita  dapat

diberitahu  dan dijelaskan  tujuan pemakaian  alat  tersebut, cara

pemasangannya dan kemungkinan akibat yang dapat timbul pada

waktu dan selama pemasangan.  Beberapa

peneliti mendapatkan hasil   yang   baik dengan  pemakaian  SB

tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran  cerna  bagian

atas  akibat pecahnya   varises    esofagus. Komplikasi

pemasangan   SB tube  yang berat seperti laserasi dan ruptur

esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah ditemukan.

5. Pemakaian bahan sklerotik.

Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau

sotrdecol  3 % sebanyak  3 ml  dengan  bantuan  fiberendoskop

yang   fleksibel disuntikan  dipermukaan     varises    kemudian

ditekan   dengan  balon SB tube. Cara   pengobatan  ini   sudah

Page 7: Askep Hematemesis Melena

mulai  populer  dan  merupakan  salah satu   pengobatan  yang

baru dalam  menanggulangi  perdarahan  saluran cerna  bagian

atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.

6.Tindakan operasi.

Bila  usaha - usaha   penanggulangan   perdarahan   diatas

mengalami kegagalan  dan   perdarahan  tetap   berlangsung,

maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang

basa    dilakukan    adalah: ligasi varises  esofagus,   transeksi

esofagus,   pintasan  porto -kaval. Operasi efektif    dianjurkan

setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hati membaik.

F.    KOMPLIKASI

              Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis

Melena adalah koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang

ditandai dengan perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan

kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati), syok

hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah

jantung dan tekanan darah menurun), aspirasi pneumoni (infeksi

paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran napas), anemi

posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan tidak

disadari). (Mubin, 2006).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan Laboratorium

            Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin,

hematokrit, leukosit, trombosit, kadar ureum kreatinin dan uji fungsi

hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti

perkembangan penderita (Davey, 2005).

Page 8: Askep Hematemesis Melena

ASUHAN KEPERAWATAN

       Dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien

dengan Hematemesis Melena, perawat memandang pasien

sebagai individu yang utuh yang terdiri dari bio, psiko, sosial dan

spiritual, yang mempunyai kebutuhan sesuai tingkat pertumbuhan

dan perkembangannya.

1.    Pengkajian

            Pengkajian pada klien Hematemesis Melena yang merujuk

apa kasus Perdarahan Gastrointestinal atas  menurut Doenges

(2000):

Aktivitas/Istirahat

Gejala: Kelemahan, kelelahan.

Tanda:Takikardia,   takipnea/hiperventilas (respons terhadap

aktivitas).

Sirkulasi

Gejala: Hipotensi     (termasuk       postural),      takikardia,

disritmia (hipovolemia, hipoksemia), kelemahan/nadi perifer

lemah, pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokontriksi),

warna   kulit:   Pucat, sianosis, (tergantung    pada   jumlah

kehilangan darah, kelembaban kulit/membrane       mukosa:

berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon

psikologik).

Integritas Ego

Gejala: Faktor  stress  akut  atau  kronis  (keuangan,

keluarga, kerja). perasaan tidak berdaya.

Page 9: Askep Hematemesis Melena

Tanda  :Tanda    ansietas,   misalnya    gelisah,   pucat,   

berkeringat,perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.

Eliminasi

Gejala  :  Riwayat   perawatan   di  rumah   sakit

sebelumnya karena perdarahan  GI atau  masalah yang

berhubungan dengan GI, misalnya   luka  peptic/gaster, 

gastritis,  bedah gaster, radiasi area gaster, perubahan pola

defekasi/ karakteristik feses.

Tanda: Nyeri    tekan     abdomen;    distensi,   bunyi    usus:

sering hiperaktif  selama perdarahan, hipoaktif setelah

perdarahan, karakter   feses:  diare,   darah   warna

gelap,kecoklatan,  atau kadang-kadang     merah    cerah;

berbusa,  bau   busuk (steatore), konstipasi   dapat   terjadi

(perubahan diet, penggunaan antasida), haluaran urine:

menurun, pekat.

Makanan/Cairan

Gejala: Anoreksia,  mual,  muntah (muntah yang memanjang

diduga obstruksi   pilorik   bagian  luar   sehubungan dengan 

luka duodenal), masalah menelan; cegukan, nyeri ulu hati,

sendawa bau asam, mual/muntah, tidak   toleran   terhadap

makanan, contoh makanan pedas, coklat; diet khusus untuk

penyakit ulkus sebelumnya, penurunan berat badan.

Tanda: Muntah: Warna kopi gelap atau merah cerah,

dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering,

penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan

kronis), berat jenis urin meningkat.

Page 10: Askep Hematemesis Melena

Neurosensori

Gejala: Rasa    berdenyut,    pusing/sakit     kepala

karena   sinar, kelemahan, status mental: tingkat kesadaran

dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,

disorientasi/bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung

pada volume sirkulasi/oksigenasi).

Nyeri/Kenyamanan

Gejala: Nyeri, digambarkan  sebagai   tajam,  dangkal,  rasa

terbakar, perih; nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi,

rasa ketidaknyamanan/distress samar-samar setelah makan

banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut), nyeri

epigastrium    kiri  sampai  tengah/atau   menyebar   ke

punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan

antasida (ulkus gaster), nyeri epigastrium terlokalisir di

kanan terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung

kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus

duodenal), tak ada nyeri (varises esophageal atau gastritis),

faktor pencetus: makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-

obat tertentu (salisilat, reserpin, antibiotic, ibuprofen),

stressor psikologis.

Tanda: Wajah  berkerut, berhati-hati pada area yang sakit,

pucat, berkeringat, perhatian menyempit.

Keamanan

Gejala: Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya ASA.

Tanda: Peningkatan suhu, spider   angioma,    eritema

palmar (menunjukkan   sirosis/hipertensi portal).

Penyuluhan/Pembelajaran

Page 11: Askep Hematemesis Melena

Gejala  : Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang

mengandung ASA, alcohol, steroid, NSAID menyebabkan

perdarahan GI, keluhan saat ini dapat diterima karena

(misalnya anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan

(misalnya trauma kepala); flu usus, atau episode muntah

berat, masalah kesehatan yang lama misalnya sirosis,

alkoholisme, hepatitis, gangguan makan.

2.    Diagnosis Keperawatan

       Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien

Hematemesis Melena merujuk pada kasus Perdarahan

Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000) adalah:

1. Kekurangan    volume    cairan   berhubungan   dengan

perdarahan (kehilangan secara aktif)

2. Resiko    gangguan   perfusi    jaringan   berhubungan

dengan hipovolemik karena perdarahan.

3. Gangguan  rasa   nyaman:   nyeri    berhubungan  dengan

rasa panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga

mulut. atau spasme otot dinding perut.

4. Kurangnya  pengetahuan   berhubungan   dengan

kurangnya informasi tentang penyakitnya.

5. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status

kesehatan, ancaman kematian.

3.    Perencanaan

Adapun rencana asuhan keperawatan yang dirumuskan

berdasarkan kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul

pada klien Hematemesis Melena merujuk pada kasus Perdarahan

Gastrointestinal Atas menurut Doenges (2000) adalah:

1. Diagnosa I

Page 12: Askep Hematemesis Melena

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan  

(kehilangan secara aktif).

Tujuan :

Kebutuhan cairan terpenuhi.

Tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, membran

mukosa lembab, produksi urine output seimbang, muntah

darah dan berak darah berhenti

Rencana Tindakan :

1. Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.

Rasional:

Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah

merah cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial

akut, mungkin karena ulkus gaster; darah merah gelap

mungkin darah lama (tertahan dalam usus) atau perdarahan

vena dari varises.

2. Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal

klien/sebelumnya. Ukur TD dengan posisi duduk, berbaring,

berdiri bila mungkin .

Rasional:

Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume sirkulasi.

3. Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan,

misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas,

pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.

Rasional:

Page 13: Askep Hematemesis Melena

Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya

perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.

4. Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan

perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah/ cairan melalui

muntah dan defekasi.

Rasional:

Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.

5. Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan

pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan

periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan

berbahaya.

Rasional:

Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal

dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.

6. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.

Rasional:

Mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimana

dapat menyebabkan komplikasi paru serius.

Kolaborasi:

7. Berikan cairan/darah sesuai indikasi.

Rasional:

Penggantian cairan tergantung pada derajat  hipovolemia

dan lamanya perdarahan (akut/kronis).

8. Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.

Page 14: Askep Hematemesis Melena

Rasional:

Mungkin digunakan bila infeksi penyebab gastritis kronis.

9. Awasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht

Rasional: 

Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah

dan mengawasi keefektifan terapi.

2. Diagnosa II

Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

hipovolemia.

Tujuan :

Resiko gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan

bukti tanda vital stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba,

keluaran urine adekuat.

Rencana Tindakan :

a. Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakit

kepala.

Rasional:

Perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi

serebral sebagai akibat tekanan darah arterial.

Page 15: Askep Hematemesis Melena

b. Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila EKG

kontinu ada.

Rasional:

Perubahan disritmia dan iskemia dapat terjadi sebagai

akibat hipotensi, hipoksia, asidosis,   ketidakseimbangan   

elektrolit,    atau pendinginan dekat area jantung bila

lavase air dingin digunakan untuk mengontrol

perdarahan.

c. Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler

lambat, dan nadi perifer lemah.

Rasional:

Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap

penurunan volume sirkulasi dan/ atau dapat terjadi

sebagai efek samping pemberian vasopresin.

d. Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri hebat

atau nyeri menyebar ke bahu.

Rasional:

Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah

perdarahan akut karena efek bufer darah.

e. Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan minyak.

Ubah posisi dengan sering.

Rasional:

Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan risiko

kerusakan kulit.

Kolaborasi:

Page 16: Askep Hematemesis Melena

f. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi    .

Rasional:

Mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama

perdarahan akut.

g. Berikan cairan IV sesuai indikasi.

Rasional:

Mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi.

3. Diagnosa III

Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut/kronis) berhubungan

dengan rasa panas/terbakar pada mukosa lambung dan

rongga mulut, atau spasme otot dinding perut.

Tujuan:

Nyeri terkontrol.

Kriteria Hasil:

Klien  menyatakan  nyerinya  hilang  dan  tampak  rileks,

TTV stabil,TD=140/90 mmHg, N=80x/i, RR= 20x/i, T= 36-

37oC, skala nyeri 0-1.

Rencana Tindakan:

1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala

0-1).

Rasional:

Page 17: Askep Hematemesis Melena

Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan

dengan gejala nyeri klien sebelumnya dimana dapat

membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan

terjadinya komplikasi.

2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

Rasional:

Membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan

terapi.

3) Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien.

Rasional:

Makanan mempunyai efek penetralisir, juga mencegah

distensi dan haluaran gastrin.

4) Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan

ketidaknyamanan.

Rasional:

Makanan khusus yang menyebabkan distress

bermacam-macam antara individu.

5) Bantu latihan rentang gerak aktif/ aktif.

Rasional:

Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/

ketidaknyamanan.

Kolaborasi:

6) Berikan obat analgesik sesuai indikasi.

Rasional:

Page 18: Askep Hematemesis Melena

Mengobati nyeri yang muncul.

4. Diagnosa IV

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang proses

penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya   informasi tentang penyakitnya.

Tujuan :

Pengetahuan klien tentang perawatan di rumah

bertambah setelah diberikan pendidikan kesehatan

tentang hematemesis melena.

Kriteria Hasil :

Klien menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya

sendiri (bila tahu) dan penggunaan tindakan pengobatan.

Rencana Tindakan :

A. Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga tentang

penyakit yang diderita.

Rasional:

Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah

informasi dan memberikan kesempatan untuk

memberikan informasi tambahan sesuai kebutuhan.

B. Diskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan

kesehatan.

Rasional:

Page 19: Askep Hematemesis Melena

Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias

dan kerja sama dengan klien.

C. Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita, cara

pengobatan dan perawatan di rumah serta pencegahan

kekambuhan penyakit.

Rasional:

Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat

membuat pilihan informasi/ keputusan tentang masa

depan dan kontrol masalah kesehatan.

D. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi

aktif dalam pendidikan kesehatan.

Rasional:

Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk lebih

memahami tentang penyakitnya.

E. Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan kesehatan.

Rasional:

Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien setelah

diberi pendidikan kesehatan.

5. Diagnosa V

Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan

status kesehatan, ancaman kematian.

Tujuan:

Ansietas berkurang / hilang.

Page 20: Askep Hematemesis Melena

Kriteria Hasil:

Menunjukkan rasa rileks serta melaporkan rasa ansietas

hilang atau berkurang.

Rencana Tindakan:

a) Awasi respon fisiologis, misalnya takipnea, palpitasi, pusing,

sakit kepala dan sensasi kesemutan.

Rasional:

Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien

tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/

status syok.

b) Catat petunjuk perilaku seperti gelisah, kurang kontak mata dan

perilaku melawan.

Rasional:

Indikator derajat takut yang dialami klien.

c) Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.

Rasional:

Membantu klien menerima perasaan dan memberikan

kesempatan untuk memperjelas konsep.

d) Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.

Rasional:

Meningkatkan relaksasi dan keterampilan koping.

e) Dorong orang terdekat tinggal dengan klien. Berespons

terhadap tanda panggilan dengan cepat. Gunakan sentuhan

dan kontak mata dengan tepat.

Page 21: Askep Hematemesis Melena

Rasional:

Membantu menurunkan takut melalui pengalaman

menakutkan menjadi seorang diri.

4. Implementasi.

Kekurangan    volume    cairan   berhubungan   dengan perdarahan

(kehilangan secara aktif).

1. Mencatat karakteristik muntah dan/ atau drainase.

2. Mengawasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal

klien/sebelumnya. Ukur TD dengan posisi duduk, berbaring,

berdiri bila mungkin

3. Mencatat respons fisiologis individual pasien terhadap

perdarahan, misalnya perubahan mental, kelemahan,

gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan

suhu.

4. Mengawasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan

perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah/ cairan

melalui muntah dan defekasi.

5. Mempertahankan tirah baring; mencegah muntah dan

tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk

memberikan periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan

rangsangan berbahaya.

6. Meninggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida

7. Memberikan cairan/darah sesuai indikasi.

8. Memberikan obat antibiotik sesuai indikasi.

9. Mengawasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht

Resiko    gangguan   perfusi    jaringan   berhubungan dengan

hipovolemik karena perdarahan.

Page 22: Askep Hematemesis Melena

1. Menyelidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/

sakit kepala.

2. Mengauskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama

bila EKG kontinu ada

3. Mengkaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian

kapiler lambat, dan nadi perifer lemah.

4. Mencatat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri

hebat atau nyeri menyebar ke bahu.

5. Mengobservasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan

minyak. Ubah posisi dengan sering.

6. Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi    .

7. Memberikan cairan IV sesuai indikasi

Gangguan  rasa   nyaman:   nyeri    berhubungan  dengan rasa

panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut. atau

spasme otot dinding perut.

1. Mencatat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas

(skala 0-1).

2. Mengkaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan

nyeri.

3. Menganjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi

untuk klien.

4. Mengidentifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan

ketidaknyamanan.

5. Membantu latihan rentang gerak aktif/ aktif.

6. Memberikan obat analgesik sesuai indikasi.

Kurangnya  pengetahuan   berhubungan   dengan kurangnya

informasi tentang penyakitnya.

1. Mengkaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga

tentang penyakit yang diderita.

Page 23: Askep Hematemesis Melena

2. Mendiskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan

kesehatan.

3. Memberikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita,

cara pengobatan dan perawatan di rumah serta pencegahan

kekambuhan penyakit.

4. Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk

berpartisipasi aktif dalam pendidikan kesehatan

5. Memberikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan

kesehatan.

Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status

kesehatan, ancaman kematian.

1. Mendorong orang terdekat tinggal dengan klien. Berespons

terhadap tanda panggilan dengan cepat. Gunakan sentuhan

dan kontak mata dengan tepat.

2. Memberikan lingkungan tenang untuk istirahat.

3. Mendorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan

balik.

4. Mencatat petunjuk perilaku seperti gelisah, kurang kontak

mata dan perilaku melawan.

5. Mengawasi respon fisiologis, misalnya takipnea, palpitasi,

pusing, sakit kepala dan sensasi kesemutan

5. Evaluasi.

1. Kekurangan    volume    cairan teratasi.

2. Tidak terjadi Resiko    gangguan   perfusi    jaringan.

3. Gangguan  rasa   nyaman:   nyeri    teratasi.

4. Kurangnya  pengetahuan teratasi.

5. Ketakutan/ansietas berkurang.

Page 24: Askep Hematemesis Melena

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Hana%20andriani/Documents/moel/ummul/askep-

hematemesis-melena-ec-sirosis.html

file:///C:/Users/Hana%20andriani/Documents/moel/ummul/asuhan-

keperawatan-gastritis-dan_13.html