31
 Definisi Hernia Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246). Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253). Etiologi / Penyebab Hernia Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena  sewaktu bayi lahir  tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam  jangka la ma juga da pat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217). Klasifikasi Hernia 1.Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya. 2.Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya. 3.Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya). Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).

Askep Hernia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 1/31

Definisi Hernia

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau

struktur organ dan tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat.

(Long, 1996 : 246).

Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 :

216).

Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang

secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).

Etiologi / Penyebab Hernia

Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin

merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalahhermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi

(menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada

anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya.

Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih

cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).

Klasifikasi Hernia

1.Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.

2.Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.

3.Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya).

Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, herniaobturatoria).

Page 2: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 2/31

4.Menurut kausanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.

5.Menurut keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia

strangulata.

6.Menurut nama penemunya :

a.Hernia Petit (di daerah lumbosakral)

b.Hernia Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior

pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.

c.Hernia Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.

7.Beberapa hernia lainnya :

a.Hernia Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dandibatasi oleh rasa epigastrika inferior.

b.Hernia Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.

c.Hernia Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

Tanda dan Gejala Hernia

Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya

benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila

menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapatpula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.

Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang

1. Manifestasi klinis

a. Tampak benjolan di lipat paha.

b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.

c. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.

d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala

sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah selapaha.

e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas. 

Page 3: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 3/31

f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

(Oswari, 2000 : 218)

Pathways

Patofisiologi

Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang luas pada

ligamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling umummeningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan

peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua

dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia.

Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda

spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wanita.

Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering

turun ke skrotum.

Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.

Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi

kongenital.

Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanitadari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan

secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi dengan tipe hernia ini

Page 4: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 4/31

Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena

peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara(Ester, 2002 : 53)

Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina, 2001 :

253)

Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus)

memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini

adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena

kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).

Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk terjadi

inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam fascia.Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi

pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi ini sangat

menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres esakan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diameter anulus inguinalis

Pemeriksaan penunjang

a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.

b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatanhematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit.

Pengkajian Keperawatan pada Hernia

Aktivitas/istirahat 

Gejala :

- Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu lama

- Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur

- Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh

- Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.

Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan

Eliminasi 

Page 5: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 5/31

Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine

Integritas Ego 

Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial

keluarga

Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga

Neurosensori 

Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki

Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme ototparavertebralis, penurunan persepsi nyeri

Kenyamanan 

Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku

pada leher.

(Doenges, 1999 : 320-321)

Post Operasi 

Status Pernapasan 

- Frekuensi, irama dan ke dalaman

- Bunyi napas

- Efektifitas upaya batuk 

Status Nutrisi 

- Status bising usus, mual, muntah

Status Eliminasi 

- Distensi abdomen pola BAK/BAB

Kenyamanan 

- Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus

Page 6: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 6/31

Kondisi Luka 

- Keadaan/kebersihan balutan

- Tanda-tanda peradangan

- drainage

Aktifitas 

- Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas

Penatalaksanaan Hernia

- Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena

ditakutkan terjadi komplikasi.

- Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasienistirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada

benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi

pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudiandilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.

- Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.

Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit

kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan

dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. 

Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dandipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak 

dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”. 

a. Hernia yang terstrangulasi atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang. Suatu penokong

dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang

diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah herniadikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dan kekambuhan. Klien harus

secara cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan

(Long, 1996 : 246)

b. Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area

yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perintal, kantung hernia dibuang dan

otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia diregion inguinal biasanya diperbaikanhernia saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. (Ester,

2002 : 54).

Page 7: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 7/31

Diagnosa Keperawatan pada Klien Hernia 

1.Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau

intervensi pembedahan. 

Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien tentangketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.

Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.

a.Kaji dan catat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan faktor

pemberat/penghilang

b.Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang

berat.

c.Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan untuk 

membatasi edema dan mengendalikan nyeri.

e. Pantau tanda-tanda vital

f. Berikan tindakan kenyamanan, misal gosokan punggung, pembebatan insisi selama perubahan

posisi, lingkungan tenang.

g.Berikan analgesik sesuai program.

Rasional : 

a. Nyeri insisi bermakna pada pasca operasi awal, diperberat oleh pergerakan, batuk, distensi

abdomen, mual.

b. Intervensi diri pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan

tegangan otot dan memperbaiki sirkulasi

c. Perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat

menyebabkan peningkatan nyeri insisi.

d. Respon autonemik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernapasan yang berhubungandengan keluhan/penghilang nyeri. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi

lanjut.

e. Memberikan dukungan relaksasi, memfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol

dan kemampuan koping.

Page 8: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 8/31

f. Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama

dengan aturan terapeutik 

2.Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma

dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. Hasil yang diperkirakan : dalam 8-

10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. Haluaran urine 100 ml selama setiapberkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.

a.Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.

b.Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam suatu waktu.

c.Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk berkemih

rangsang pasien dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada baskom hangat.

3.Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia

dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka. Hasil yang diperkirakan : setelahinstruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan

menjalankan tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.

a.Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan muntah, demam

dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.

b.Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker atau penyokong lainnyadan menghindari mengejan meregang, konstipasi dan mengangkat benda yang berat.

c.Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau menggunakan suplement diet serat

untuk mencegah konstipasi, anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkankonsistensi feses lunak.

d.Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.

2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemoragi  

Intervensi :

a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan TD

postural, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam

terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi berlebihan

b. Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit, dan status membran

mukosa.

Page 9: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 9/31

c. Perhatikan adanya edema

d. Pantau masukan dan haluaran (mencakup semua sumber : misal emesis, selang, diare),

perhatikan haluaran urine

e. Pantau suhu

f. Tinjau ulang penyebab pembedahan dan kemungkinan efek samping pada

keseimbangan cairan.

g. Berikan cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.

Rasional :

a. Tanda-tanda awal hemorasi usus dan/ atau pembentukan hematoma yang dapat

menyebabkan syok hipovotemik 

b. Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat dehidrasi

c. Edema dapat terjadi karena pemindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar

albumen serum/protein.

d. Indikator langsung dari hidrasi/perjusi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk 

penggantian cairan

e. Demam rendah umum terjadi selama 24 – 48 jam pertama dan dapat menambah

kehilangan cairan

f. Mengeksaserbasi cairan dan kehilangan elektrolit

g. Mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahananprimer 

Intervensi :

a. Pantau tnda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.

b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi

Page 10: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 10/31

c. Observasi terhadap tanda/gejala peritonitas, misal : demam, peningkatan nyeri, distensi

abdomen

d. Pertahankan perawatan luka aseptik, pertahankan balutan kering

e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :

Antibiotik, misal : cefazdine (Ancel)

Rasional :

a. Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah

karakteristik infeksi.

b. Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan

c. Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan elektif, peritonitas dapat

terjadi bila susu terganggu. Misal : ruptur pra operasi, kebocoran anastromosis (pasca

operasi) atau bila pembedahan adalah darurat/akibat dari luka kecelakaan

d. Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah

sebagai sumbu retrogad, menyerap kontaminasi eksternal.

e. Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.

4. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan mencerna/makan-makanan 

Intervensi :

a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk 

mencerna/makan makanan, misal : status puasa, mual.

b. Aukultasi bising usus palpasi abdomen. Catat pasase flatus.

c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi

protein dan vitamin C

d. Berikan cairan IU, misal : albumin. Lipid, elektrolit

Page 11: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 11/31

Rasional :

a. Mempengaruhi pilihan intervensi

b. Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2 – 4 hari)

c. Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet, protein/vitamin C adalah

kontributor utama untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah faktor dalammenurunkan pertahanan terhadap infeksi

d. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Inflamasi usus, erosi mukosa,

infeksi.

5. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan 

Intervensi :

a. Awasi respon fisiologis, misal : takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi

kesemutan.

b. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.

c. Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan, misal : sensasi yang diharapkan,

prosedur biasa

d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien, berespon terhadap tanda panggilan dengan

cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan cepat

e. Tunjukkan teknik relaksasi, contoh : visualisasi, latihan napas dalam, bimbingan imajinasi

f. Berikan obat sesuai dengan indikasi, misal : Diazepam (valium), klurazepat

(Tranxene), alprazolan (Xanax)

Rasional :

a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga

berhubungan dengan kondisi fisik/status syok 

b. Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikankesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep

Page 12: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 12/31

c. Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang

ketidaktahuan.

d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.

e. Belajar cara untuk rileks dapat menurunkan takut dan ansietas

f. Sedatif/transquilizer dapat digunakan kadang-kadang untuk menurunkan ensietas dan

meningkatkan istirahat, khususnya pada pasien ulkus.

Daftar Pustaka

Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.

Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.

Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. PenerjemahJoko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.

Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1, EGC, Jakarta.

Barbara C. Lag, 1996, Keperawatan Medikal Bedah Bagian I dan 3, Yayasan TAPK

Pengajaraan, Bandung.

Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI,

Jakarta.

R. Syamsuhidayat & Wim de Jong, 2001, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, EGC, Jakarta.

Patrick, et all. Medical Surgical Nursing (Pathophysiological Concepts). Second Edition, J.B.

Lippincott Company. Spokane Washington. 1991. Page 1644.

Sandra M. Nettina. The Lippincott (Manual of Nursing Practice) Sixth Edition, Lippincott.

Philadelphia New York. 1996. Part II page 506 – 507, 524 – 525.

add_lead_extern post Active 0 http://nursingbegi http://freeautobot

Added from opt-i 

Ebook GRATISEbook GRATIS seputar keperawatan / 

kesehatan, daftarkan email Anda

Nama: 

Email: 

Page 13: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 13/31

  Daftar

 

Powered by Optin Form Adder

Askep Fraktur Femur January 10th, 2011

.

Askep Fraktur Femur

.

Definisi Fraktur Femur

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh

trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / 

osteoporosis.

Anatomi Fisiologi Fraktur

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur,

terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari 

femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingioleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang

penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri

retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerahtronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

Klasifikasi Fraktur

Page 14: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 14/31

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan kapsula.

• Melalui kepala femur (capital fraktur) 

• Hanya di bawah kepala femur  

• Melalui leher dari femur  

2. Fraktur Ekstrakapsuler;

• Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

• Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter

kecil.

Patofisiologi Fraktur

Penyebab Fraktur Adalah TraumaFraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa

yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :• Osteoporosis Imperfekta 

• Osteoporosis

• Penyakit metabolik  

Trauma

Dibagi menjadi dua, yaitu :

Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miringdimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh

terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

Tanda Dan Gejala Fraktur

• Nyeri hebat di tempat frak tur

• Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah 

• Rotasi luar dari kaki lebih pendek  

• Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsispada fraktur terbuka, deformitas.

Penatalaksanaan Medik Fraktur

• X.Ray 

• Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans• Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. 

• CCT kalau banyak kerusakan otot. 

Traksi

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktusesingkat mungkin

Page 15: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 15/31

Metode Pemasangan traksi:

Traksi ManualTujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.

Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu :Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas

untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila

tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan

untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringanmetal.

Kegunaan Pemasangan Traksi

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :

• Mengurangi nyeri akibat spasme otot 

• Memperbaiki dan mencegah deformitas 

• Immobilisasi 

• Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi). 

• Mengencangkan pada perlekatannya. 

Macam – Macam Traksi

Traksi Panggul

Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.

Traksi Ekstension (Buck’s Extention) 

Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk 

immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.

Traksi Russell’s 

Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapinyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.

Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal

pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

Traksi khusus untuk anak-anak 

Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen,dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah

Page 16: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 16/31

ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai

tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

Askep Fraktur Femur 

Pengkajian Keperawatan

1. Riwayat keperawatan

a. Riwayat perjalanan penyakit

• Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan 

• Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma 

• Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak  

• Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan 

• Kehilangan fungsi 

• Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis 

b. Riwayat pengobatan sebelumnya

• Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama

• Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita

• Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut 

• Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir  

c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan

• Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang

yang fraktur sebelum dipindahkan

• Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema 

2. Pemeriksaan fisik 

a. Mengidentifikasi tipe fraktur

b. Inspeksi daerah mana yang terkena- Deformitas yang nampak jelas

- Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera

- Laserasi- Perubahan warna kulit

- Kehilangan fungsi daerah yang cidera

c. Palpasi

• Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran

• Krepitasi 

• Nadi, dingin 

• Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur  

Diagnosa Keperawatan pada Fraktur Femur

1. Resiko terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak 

2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak,

pemasangan back slab, stress, dan cemas, Potensial infeksi sehubungan dengan luka terbuka.

Page 17: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 17/31

3. Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri,

immobilisasi.4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengobatan sehubungan dengan

kesalahan dalam penafsiran, tidak familier dengan sumber informasi.

Rencana Keperawatan

Diagnosa 1

Resiko terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak Intervensi

Indenpenden:

a)Observasi tanda-tanda vital.

b)Mengkaji sumber, lokasi, dan banyaknya per darahanc)Memberikan posisi supinasi

d)Memberikan banyak cairan (minum)Kolaborasi:a)Pemberian cairan per infus

b)Pemberian obat koagulan sia (vit.K, Adona) dan penghentian perdarahan dgn fiksasi.

c)Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht)Rasional:

a)Untuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin

b)Untuk menentukan tindak an

c)Untuk mengurangi perdarahan dan mencegah kekurangan darah ke otak.d)Untuk mencegah kekurangan cairan

(mengganti cairan yang hilang)

e)Pemberian cairan perinfus.f)Membantu proses pembekuan darah dan untuk menghentikan perdarahan.

g)Untuk mengetahui kadar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak.

Diagnosa 2

Gangguan rasa nyaman: Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dancemas

Intervensi

Independen:

a) Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri

(0-10)b) Mempertahankan immobilisasi (back slab)

c) Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.

d) Menjelaskan seluruh prosedur di atasKolaborasi:

e) Pemberian obat-obatan analgesik  

Rasionala) Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindak annya.

b) Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.

Page 18: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 18/31

c) Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan mengurangi nyeri.

d) Untuk mempersiapkan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akandilakukan.

e) Mengurangi rasa nyeri

Diagnosa 3

Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri,

immobilisasi. Independen:

a) Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentangimmobilisasi tersebut.

b) Mendorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ).

c) Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang

tidak.

d) Membantu pasien dalam perawatan diri

e) Auskultasi bising usus, monitor kebiasa an eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur.

f) Memberikan diit tinggi protein , vitamin , dan mineral.

Kolaborasi:

a) Konsul dengan bagian fisioterapi

Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proposional)

b) Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkanperasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.

c) Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,

mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.

d) Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi,

meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.

e) Bedrest, penggunaan analgetika dan perubahan diit dapat menyebabkan penurunan peristaltik usus dan konstipasi.

f) Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasibiasanya terjadi penurunan BB (20 – 30 lb).

Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi.

Untuk menentukan program latihan.

Diagnosa 4

Page 19: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 19/31

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan

kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan sumber in- formasi.Independen:

a) Menjelaskan tentang kelainan yang muncul prognosa, dan harapan yang akan datang.

b) Memberikan dukungan cara-cara mobilisasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh

bagian fisioterapi.

c) Memilah-milah aktifitas yang bisa mandiri dan yang harus dibantu.

d) Mengidentifikasi pelayanan umum yang tersedia seperti team rehabilitasi, perawat keluarga

(home care)e) Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.

Rasional:

a) Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat menentukan pilihan.

b) Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan fiksasi selama proses penyembuhansehingga keterlambatan penyembuhan disebabkan oleh penggunaan alat bantu yang kurang tepat.

c) Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah

fisioterapi, perawat atau keluarga).d) Membantu meng- fasilitaskan perawatan mandiri memberi support untuk mandiri.

e) Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun) sehingga perludisiapkan untuk perencanaan perawatan lanjutan dan pasien koopratif.

Daftar Kepustakaan

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process

Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Tags: askep fraktur, askep fraktur femur, fraktur femur 

Askep Cedera Kepala 

August 30th, 2010

.

Askep Cedera Kepala

Page 20: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 20/31

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Cedera Kepala

Pengertian Cedera Kepala 

Trauma /  cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulangtengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada

kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)

Etiologi Cedera Kepala 

  Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil. 

  Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.

  Cedera akibat kekerasan.

Patofisiologi Cedera Kepala 

Page 21: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 21/31

 

Klasifikasi Cedera kepala menurut patofisiologinya dibagi menjadi dua : 

1. Cedera Kepala PrimerAdalah kelainan patologi otak yang timbul akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi –  

decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.

Pada cedera primer dapat terjadi :a. Gegar kepala ringan

b. Memar otak 

c. Laserasi

Page 22: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 22/31

 

2. Cedera Kepala Sekunder 

Adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia, metabolisme, fisiologi yang timbul

setelah trauma.

Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :a. Hipotensi sistemik 

b. Hipoksiac. Hiperkapnea

d. Udema otak 

e. Komplikasi pernapasanf. infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain

Klasifikasi cedera kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (GCS):

1. Cedera Kepala Ringan 

  GCS 13 – 15

  Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.

  Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.

2. Cedera kepala Sedang 

  GCS 9 – 12

• Kehilangan kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. 

 Dapat mengalami fraktur tengkorak.

3. Cedera Kepala Berat 

  GCS 3 – 8

  Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.

• Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.

Proses-proses fisiologi yang abnormal: 

- Kejang-kejang

- Gangguan saluran nafas

- Tekanan intrakranial meningkat yang dapat disebabkan oleh karena:

  edema fokal atau difusi

  hematoma epidural

Page 23: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 23/31

  hematoma subdural

  hematoma intraserebral

  over hidrasi

- Sepsis/septik syok 

- Anemia

- Syok  

Proses fisiologis yang abnormal ini lebih memperberat kerusakan cedera otak dan sangat

mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.

Perdarahan yang sering ditemukan:

  Epidural hematom: 

Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnyapembuluh darah/cabang-cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh

darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa

 jam sampai 1 – 2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu dilobus temporalis dan parietalis.

Tanda dan gejala:

penurunan tingkat kesadaran, nyeri kepala, muntah, hemiparesa. Dilatasi pupil ipsilateral,

pernapasan dalam dan cepat kemudian dangkal, irreguler, penurunan nadi, peningkatan suhu.

  Subdural hematoma 

Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi

akibat pecahnya pembuluh darah vena/jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater,

perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam – 2 hari atau 2 minggu dan

kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.

Tanda dan gejala:

Nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir lambat, kejang dan edema pupil.

  Perdarahan intraserebral

Perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri, kapiler, vena.

Tanda dan gejala:

Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegi kontralateral, dilatasi

pupil, perubahan tanda-tanda vital.

Page 24: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 24/31

  Perdarahan subarachnoid: 

Perdarahan didalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak,

hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.

Tanda dan gejala:

Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk.

Penatalaksanaan Cedera Kepala

Konservatif 

  Bedrest total

  Pemberian obat-obatan

  Observasi tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran.

Pengkajian Cedera Kepala 

Breathing 

Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi

perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokesatau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena

aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas.

Blood: 

Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan pada pusatvasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan

mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial.

Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,

disritmia).

Brain 

Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak akibat

cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope,

tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenaibatang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi :

  Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan

masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).

  Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagianlapang pandang, foto fobia.

  Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.

Page 25: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 25/31

  Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.

  Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus menyebabkankompresi spasmodik diafragma.

  Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi,

disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.

Blader 

Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri, ketidakmampuan

menahan miksi.

Bowel 

Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin proyektil),

kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) dan terganggunya

proses eliminasi alvi.

Bone 

Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang lama

dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau

ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya hubunganantara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus

otot.

Pemeriksaan Diagnostik: 

  CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuranventrikuler, pergeseran jaringan otak.

  Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan

otak akibat edema, perdarahan, trauma.

  X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis

(perdarahan / edema), fragmen tulang.

  Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika terjadi

peningkatan tekanan intrakranial.

  Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan

tekanan intrakranial.

Prioritas perawatan pada Cedera Kepala: 

1.  memaksimalkan perfusi/fungsi otak 

2.  mencegah komplikasi3.  pengaturan fungsi secara optimal/mengembalikan ke fungsi normal.

4.  mendukung proses pemulihan koping klien/keluarga

Page 26: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 26/31

5.  pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan

rehabilitasi.

Diagnosa Keperawatan Pada Cedera Kepala: 

1) Perubahan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah (hemoragi, hematoma);edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung)

2) Resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat

pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi trakeobronkhial.

3) Perubahan persepsi sensori b. d perubahan transmisi dan/atau integrasi (trauma atau defisitneurologis).

4) Perubahan proses pikir b. d perubahan fisiologis; konflik psikologis.

5) Kerusakan mobilitas fisik b. d kerusakan persepsi atau kognitif. Penurunankekuatan/tahanan. Terapi pembatasan /kewaspadaan keamanan, misal: tirah baring, imobilisasi.

6) Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif. Penurunan

kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi tertekan (penggunaansteroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS)

7) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d perubahankemampuan untuk mencerna nutrien (penurunan tingkat kesadaran). Kelemahan otot yang

diperlukan untuk mengunyah, menelan. Status hipermetabolik.

8) Perubahan proses keluarga b. d transisi dan krisis situasional. Ketidak pastian tentanghasil/harapan.

9) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b. d kurang pemajanan,

tidak mengenal informasi. Kurang mengingat/keterbatasan kognitif.

Rencana Tindakan Keperawatan Pada Cedera Kepala 

1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah

(hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia,

disritmia jantung) 

Tujuan:

  Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan fungsi

motorik/sensorik.

Kriteria hasil:

Page 27: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 27/31

  Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK

Intervensi : 

1. Tentukan faktor-faktor yang menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak dan

potensial peningkatan TIK.

Rasional : Penurunan tanda/gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah

serangan awal, menunjukkan perlunya pasien dirawat di perawatan intensif.

2. Pantau /catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar GCS.

Rasional : Mengkaji tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam

menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.

3. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi terhadap cahaya.

Rasional : Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial okulomotor (III) berguna untuk menentukanapakah batang otak masih baik. Ukuran/ kesamaan ditentukan oleh keseimbangan antara

persarafan simpatis dan parasimpatis. Respon terhadap cahaya mencerminkan fungsi yang

terkombinasi dari saraf kranial optikus (II) dan okulomotor (III).

4. Pantau tanda-tanda vital: TD, nadi, frekuensi nafas, suhu.

Rasional : Peningkatan TD sistemik yang diikuti oleh penurunan TD diastolik (nadi yang

membesar) merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK, jika diikuti oleh penurunan kesadaran.

Hipovolemia/hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan/iskhemia cerebral. Demam dapat

mencerminkan kerusakan pada hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan konsumsioksigen terjadi (terutama saat demam dan menggigil) yang selanjutnya menyebabkan

peningkatan TIK.

5. Pantau intake dan out put, turgor kulit dan membran mukosa.

Rasional : Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi

 jaringan. Iskemia/trauma serebral dapat mengakibatkan diabetes insipidus. Gangguan ini dapat

mengarahkan pada masalah hipotermia atau pelebaran pembuluh darah yang akhirnya akanberpengaruh negatif terhadap tekanan serebral.

6. Turunkan stimulasi eksternal dan berikan kenyamanan, seperti lingkungan yang tenang.

Rasional : Memberikan efek ketenangan, menurunkan reaksi fisiologis tubuh dan meningkatkan

istirahat untuk mempertahankan atau menurunkan TIK.

7. Bantu pasien untuk menghindari /membatasi batuk, muntah, mengejan.

Page 28: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 28/31

Rasional : Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intrathorak dan intraabdomen yang dapat

meningkatkan TIK.

8. Tinggikan kepala pasien 15-45 derajad sesuai indikasi/yang dapat ditoleransi.

Rasional : Meningkatkan aliran balik vena dari kepala sehingga akan mengurangi kongesti danoedema atau resiko terjadinya peningkatan TIK.

9. Batasi pemberian cairan sesuai indikasi.

Rasional : Pembatasan cairan diperlukan untuk menurunkan edema serebral, meminimalkan

fluktuasi aliran vaskuler TD dan TIK.

10. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional : Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat meningkatkan vasodilatasi dan volume

darah serebral yang meningkatkan TIK.

11. Berikan obat sesuai indikasi, misal: diuretik, steroid, antikonvulsan, analgetik, sedatif,

antipiretik.

Rasional : Diuretik digunakan pada fase akut untuk menurunkan air dari sel otak, menurunkan

edema otak dan TIK,. Steroid menurunkan inflamasi, yang selanjutnya menurunkan edema

 jaringan. Antikonvulsan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya aktifitas kejang. Analgesik untuk menghilangkan nyeri . Sedatif digunakan untuk mengendalikan kegelisahan, agitasi.

Antipiretik menurunkan atau mengendalikan demam yang mempunyai pengaruh meningkatkan

metabolisme serebral atau peningkatan kebutuhan terhadap oksigen.

2) Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler

(cedera pada pusat pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi

trakeobronkhial. 

Tujuan:

  mempertahankan pola pernapasan efektif.

Kriteria evaluasi: 

  bebas sianosis, GDA dalam batas normal

Intervensi: 

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan. Catat ketidakteraturan pernapasan.

Page 29: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 29/31

Rasional : Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal atau menandakan

lokasi/luasnya keterlibatan otak. Pernapasan lambat, periode apnea dapat menandakan perlunyaventilasi mekanis.

2. Pantau dan catat kompetensi reflek gag/menelan dan kemampuan pasien untuk melindungi

 jalan napas sendiri. Pasang jalan napas sesuai indikasi.

Rasional : Kemampuan memobilisasi atau membersihkan sekresi penting untuk pemeliharaan

 jalan napas. Kehilangan refleks menelan atau batuk menandakan perlunaya jalan napas buatan

atau intubasi.

3. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miirng sesuai indikasi.

Rasional : Untuk memudahkan ekspansi paru/ventilasi paru dan menurunkan adanya

kemungkinan lidah jatuh yang menyumbat jalan napas.

4. Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam yang efektif bila pasien sadar.

Rasional : Mencegah/menurunkan atelektasis.

5. Lakukan penghisapan dengan ekstra hati-hati, jangan lebih dari 10-15 detik. Catat karakter,warna dan kekeruhan dari sekret.

Rasional : Penghisapan biasanya dibutuhkan jika pasien koma atau dalam keadaan imobilisasidan tidak dapat membersihkan jalan napasnya sendiri. Penghisapan pada trakhea yang lebih

dalam harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena hal tersebut dapat menyebabkan atau

meningkatkan hipoksia yang menimbulkan vasokonstriksi yang pada akhirnya akan berpengaruh

cukup besar pada perfusi jaringan.

6. Auskultasi suara napas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara tambahan yang tidak normal misal: ronkhi, wheezing, krekel.

Rasional : Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru seperti atelektasis, kongesti, atauobstruksi jalan napas yang membahayakan oksigenasi cerebral dan/atau menandakan terjadinya

infeksi paru.

7. Pantau analisa gas darah, tekanan oksimetri

Rasional : Menentukan kecukupan pernapasan, keseimbangan asam basa dan kebutuhan akanterapi.

8. Lakukan ronsen thoraks ulang.

Rasional : Melihat kembali keadaan ventilasi dan tanda-tandakomplikasi yang berkembangmisal: atelektasi atau bronkopneumoni.

Page 30: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 30/31

9. Berikan oksigen.

Rasional : Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan hipoksia.

Jika pusat pernapasan tertekan, mungkin diperlukan ventilasi mekanik.

10. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi.

Rasional : Walaupun merupakan kontraindikasi pada pasien dengan peningkatan TIK fase akut

tetapi tindakan ini seringkali berguna pada fase akut rehabilitasi untuk memobilisasi dan

membersihkan jalan napas dan menurunkan resiko atelektasis/komplikasi paru lainnya.

3) Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.

Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi tertekan

(penggunaan steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS) 

Tujuan:

Mempertahankan normotermia, bebas tanda-tanda infeksi.

Kriteria evaluasi: 

Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.

Intervensi : 

1. Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tehnik cuci tangan yang baik.

Rasional : Cara pertama untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial.

2. Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan, daerah yang terpasang alat invasi, catat

karakteristik dari drainase dan adanya inflamasi.

Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan

segera dan pencegahan terhadap komplikasi selanjutnya.

3. Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam, menggigil, diaforesis dan perubahan

fungsi mental (penurunan kesadaran).

Rasional : Dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya memerlukan evaluasiatau tindakan dengan segera.

4. Anjurkan untuk melakukan napas dalam, latihan pengeluaran sekret paru secara terus

menerus. Observasi karakteristik sputum.

Rasional : Peningkatan mobilisasi dan pembersihan sekresi paru untuk menurunkan resiko

terjadinya pneumonia, atelektasis.

Page 31: Askep Hernia

5/11/2018 Askep Hernia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hernia-55a0cc88c1d71 31/31

5. Berikan antibiotik sesuai indikasi.

Rasional : Terapi profilatik dapat digunakan pada pasien yang mengalami trauma, kebocoran

CSS atau setelah dilakukan pembedahan untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi

nosokomial.

Daftar Pustaka 

Abdul Hafid (1989), Strategi Dasar Penanganan Cidera Otak . PKB Ilmu Bedah XI –  

Traumatologi , Surabaya.

Doenges M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta.

Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC, Jakarta.

Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah . Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC; 1999.

Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik , Volume II. Jakarta: EGC; 1996.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process

 Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita

dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.

Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press