Askep Jiwa Halusinasi Dengar

Embed Size (px)

Citation preview

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI PERTAMA (7 SEPTEMBER 2004) A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien 2. Diagnosa Keperawatan 3. Tujuan Khusus TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya 4. Tindakan Keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya dengan klien sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal perkenalkan diri dengan sopan tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai jelaskan tujuan pertemuan tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ORIENTASI 1. Salam Terapeutik Selamat pagi, Bu !Nama saya Dinna Kartini Dewi, saya adalah mahasiswa POLTEKKES, saya di sini akan membantu Ibu. Nama Ibu siapa ?Senang dipanggil apa ? 2. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan Ibu saat ini? Sudah berapa lama Ibu disini ? 3. Kontrak Bu, bagaiman kalau kita berbincang-bincang sebentar tentang diri Ibu. Bagaiman kalau 10 menit, tempatnya disini saja, ya ! KERJA Selamat pagi, Bu ! Nama Ibu siapa, sukanya dipanggil siapa?

Nama saya Dinna Saya disini akan membantu Ibu Ibu tadi sudah makan,sudah mandi? Ibu disini kegiatannya apa saja? TERMINASI 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan a. Subjektif Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang dengan saya? b. Obyektif Kalau tadi Ibu sudah tahu nama saya atau kita sudah berkenalan, sekarang coba Ibu sebutkan nama saya! 2. Tindak lanjut Baiklah, Bu, kita telah berkenalan dan kita saling mengenal satu sama lain, saya siap membantu Ibu, saya harap Ibu masih ingat sama saya. 3. Kontrak yang akan datang Bu, besok kita akan berbincang-bincang lagi, bertemu disini lagi, jamnya sama dan kurang lebih 10 menit.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KEDUA (8 SEPTEMBER 2004)

A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien Komunikasi tanggap, ngelantur, masih suka mematung, ADL dibantu perawat. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri, kebersihan diri dan pakaian/berhias berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan penurunan motivasi dalam merawat diri. 3. Tujuan Khusus TUK 2 : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri 4. Tindakan Keperawatan 2.1.1. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda-tanda bersih. 2.1.2. Dorong klien untuk menyebutkan satu dari lima tanda-tanda kebersihan. B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ORIENTASI 1. Salam Terapeutik Selamat pagi, Bu Marni! 2. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaannya hari ini?apa saja kegiatan yang sudah dilakukan tadi? 3. Kontrak Bu, hari ini saya ingin bicara dengan Ibu tentang pentingnya kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi). Bagaimana kalau kita bicara selama 10 menit ? Bu,kita bicara di kursi di halaman belakang, ya!

KERJA Bu Marni, tadi pagi sudah mandi?dimandiin siapa? Pakai sabun atau tidak? Sudah gosok gigi atau belum, keramas atau tidak? Bagus, Ibu sudah mandi, tapi harus pakai sabun dan giginya disikat biar bersih. Bu, kenapa kita harus mandi? Mandi adalah salah cara untuk menjaga kebersihan, tetapi mandinya harus memakai sabun mandi, terus giginya harus disikat dengan sikat gigi dan pakai pasta gigi/odol. Kalau keramas tidak usah setiap hari keramas, tapi ingat harus keramas pakai shampoo Ibu tahu tidak tanda-tanda bersih pada tubuh kita? Tubuh Ibu bersih jika badannya tidak berbau, oleh karena itu kita harus mandi : rambut bersih dan rapi juga tidak berbau, giginya harus bersih dan mulutnya tidak berbau lalu pakaian Ibu harus rapi dan bersih, kancing bajunya dikancingkan dengan benar. Nah, itu tadi tanda-tanda bersih, coba Ibu ulangi lagi, satu saja! TERMINASI 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan a. Subyektif Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang tadi? b. Obyektif Coba sebutkan lagi tanda-tanda bersih, satu saja! 2. Tindak lanjut Klien mampu mengingat tanda-tanda bersih. 3. Kontrak yang akan datang Bu, besok saya datang lagi kesini, besok kita akan bicara tentang manfaat kebersihan untuk kesehatan, ya? Bagaimana kalau bicaranya 10 menit saja ? Tempatnya disini saja ya!

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KETIGA (10 SEPTEMBER 2004)

A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien Komunikasi tanggap, ngelantur, masih suka mematung, ADL dibimbing. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri, kebersihan diri dan pakaian/berhias berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan penurunan motivasi dalam merawat diri. 3. Tujuan Khusus TUK 2 : Klien dapat mengenal tentangnya pentingnya kebersihan diri 4. Tindakan Keperawatan 2.2.1. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. 2.2.2. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan pemeliharaan kebersihan diri. 2.2.3. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri. B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ORIENTASI 1. Salam Terapeutik Selamat pagi, Bu Marni! 2. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaannya hari ini?kemarin kita sudah berdiskusi tentang tanda-tanda bersih, apakah Ibu masih ingat tanda-tanda bersih tersebut, nah sekarang coba sebutkan!

3. Kontrak Bu, hari ini saya ingin bicara dengan Ibu tentang manfaat kebersihan bagi kesehatan, bagaimana kalau kita bicara sekitar 10 menit. Dan bagaimana kalau kita berbicara di halaman belakang saja ? KERJA Bu Marni, manfaatnya bersih itu apa sih? Lalu kenapa kita harus menjaga kebersihan?. Manfaat bersih itu supaya kita terhindar dari penyakit dan memberi perasaan yang segar dan nyaman dan mencegah kerusakan gigi jika kita atau Ibu rajin menggosok gigi. Bagaimana, Bu?apakah Ibu sudah mengerti? Nah sekarang coba Ibu sebutkan lagi!. Bagus, berarti Ibu sudah mengerti, nah kalau begitu Ibu harus selalu menjaga kebersihan. TERMINASI 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan a. Subyektif Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang tadi? b. Obyektif -tand Coba sebutkan lagi manfaat bersih, ayo Bu Marni! 2. Tindak lanjut Klien dapat menjaga dan melatih untuk selalu menjaga kebersihan. 3. Kontrak yang akan datang Bu, besok saya datang lagi kesini, besok kita akan bicara tentang cara merawat diri. Bagaimana kalau bicaranya 10 menit saja ? Tempatnya disini saja ya! STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

HARI KEEMPAT (11 SEPTEMBER 2004)

A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien Komunikasi tanggap, ngelantur, masih suka mematung, ADL dibantu perawat. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri, kebersihan diri dan pakaian/berhias berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan penurunan motivasi dalam merawat diri. 3. Tujuan Khusus TUK 2 : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. 4. Tindakan Keperawatan 2.3.1. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti : - mandi 2 kali sehari pagi dan sore - sikat gigi minimal dua kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur) - keramas dan menyisir rambut - gunting kuku bila panjang

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ORIENTASI 1. Salam Terapeutik Selamat pagi, Bu Marni! 2. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaannya hari ini? Masih ingat tidak kebersihan itu apa, kenapa kita harus menjaga kebersihan?

3. Kontrak Bu, hari ini saya ingin bicara dengan Ibu tentang cara merawat diri, mandi, gosok gigi, keramas, menggunting kuku. Bagaimana kalau kita bicara selama 10 menit ? Bu,kita bicara di kursi di halaman belakang, ya! KERJA Bu Marni, bagaimana sih cara merawat diri itu ? Mandi, gosok gigi sebaiknya berapa kali sehari? Lalu kalau keramas sebaiknya berapa kali seminggu? . Lalu kalau sebelum makan, kita harus ngapain dulu dan kalau sesudah makan apa yang harus dilakukan? Nah, kalau kukunya panjang, harus diapakan?. Pinter, bagus sekali, apa yang sudah Ibu sebutkan tepat. TERMINASI 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan a. Subyektif Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang tadi? b. Obyektif Coba sebutkan lagi bagaimana cara merawat diri tadi ! 2. Tindak lanjut Klien melaksanakan perawatan diri setiap hari. 3. Kontrak yang akan datang Bu, besok saya datang lagi kesini, besok saya akan membantu Ibu untuk mandi, gosok gigi dan keramas? Bagaimana kalau bicaranya 20 menit saja ? Tempatnya di kamar mandi belakang ya!

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KELIMA (13 SEPTEMBER 2004)

A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi Klien Komunikasi tanggap,ngelantur, ADL dibimbing perawat. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri, kebersihan diri dan pakaian/berhias berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan penurunan motivasi dalam merawat diri. 3. Tujuan Khusus TUK 3 : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. 4. Tindakan Keperawatan 3.1.1. Motivasi klien untuk mandi : ingatkan caranya, evaluasi hasilnya, dan beri umpan balik; bimbing klien untuk bantuan minimal; jika hasilnya kurang, kaji hambatan yang ada. 3.1.2. Bimbing klien untuk mandi : beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar; ingatkan dan anjurkan untuk mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun; anjurkan klien untuk meningkatkan cara mandi yang benar. 3.1.3. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

3.1.4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku. B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ORIENTASI 1. Salam Terapeutik Selamat pagi, Bu ! 2. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan Ibu saat ini? Bu Marni, masih ingat tidak caranya merawat diri? Coba sekarang sebutkan ! 3. Kontrak Bu, hari ini saya akan mengajari Ibu caranya mandi yang benar, bagaimana ? Kira-kira 15 menit cukup,...!Tempatnya di kamar mandi belakang, ya ! KERJA Selamat pagi, Bu ! Ibu sudah mandi atau belum, ini saya bawakan peralatan mandi. Ibu nanti saya ajarin cara mandi yang benar, ya ? Begini caranya.................... Bagus, nanti kalau mandi caranya seperti itu ya! Dan jangan lupa keramas. Terus habis mandi, harus ganti baju, kemudian sisir rambut dan memakai bedak. Dan jangan lupa kalau kukunya panjang atau kotor, harus dipotong. TERMINASI 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan a. Subjektif Bagaimana setelah mandi tadi? Apakah Ibu sudah mengerti/bisa caranya mandi yang benar ? b. Obyektif Nah sekarang coba Ibu sebutkan cara mandi yang benar! 2. Tindak lanjut

Baiklah, Ibu sudah tahu cara merawat diri, cara mandi yang benar, nah mulai sekarang Ibu harus sudah bisa melakukannya sendiri. Nanti sore Ibu harus mandi sendiri memakai sabun mandi, memakai alat mandi yang sudah saya beri tadi, ya ! 3. Kontrak yang akan datang Bu, besok Ibu harus sudah mandi, dalam keadaan rapi, rambut disisir, gigi bersih, baju bersih dan rapi. Besok saya akan memeriksa, apakah Ibu sudah mandi atau belum. Dan kukunya panjang-panjang atau sudah dipotong.

Askep Jiwa Halusinasi DengarPosted by Kang Kapuk Minggu, 11 September 2011 0komentar I. MASALAH UTAMA Gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar

II. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Halusinasi dengar merupakan persepsi sensori yang salah terhadap stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980). Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 1984). 2. Tanda dan gejala Perilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut 1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara. 2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll. 3. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak. 4. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara. 3. Penyebab : 1. Isolasi sosial menarik diri 1. Pengertian Menarik diri merupakan gangguan dengan menarik diri dari orang lain yang di tandai dengan isolasi diri (menarik diri) dan perawatan diri yang kurang. 2. Penyebab

1. Perkembangan Sentuhan, perhatian, kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan klien tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri. 2. Harga diri rendah 3. Tanda dan gejala Tanda gejala menarik diri dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain 1. Aspek fisik 1. Penampilan diri kurang. 2. Tidur kurang. 3. Keberanian kurang. 2. Aspek emosi 1. Bicara tidak jelas. 2. Merasa malu. 3. Mudah panik. 3. Aspek sosial 1. Duduk menyendiri 2. Tampak melamun 3. Tidak perduli lingkungan 4. Menghindar dari orang lain 4. Aspek intelektual 1. Merasa putus asa 2. Kurang percaya diri 4. Akibat 1. Resiko mencederai orang lain dan diri sendiri 1. Pengertian Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan keselamatan jiwanya maupun orang lain di sekitarnya (Town send, 1994) 2. Penyebab 1. Halusinasi 2. Delusi 3. Tanda dan gejala 1. Adanya peningkatan aktifitas motorik 2. Perilaku aktif ataupun destruktif 3. Agresif III. POHON MASALAH Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar

Isolasi sosial : menarik diri

IV. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Data Obyektif Apakah klien terdapat tanda dan gejala seperti di bawah ini 1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara 2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel,tembok dll 3. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara 4. Tidur kurang / terganggu 5. Penampilan diri kurang 6. Keberanian kurang 7. Bicara tidak jelas 8. Merasa malu 9. Mudah panik 10. Duduk menyendiri. 11. Tampak melamun. 12. Tidak peduli lingkungan. 13. Menghindar dari orang lain. 14. Adanya peningkatan aktifitas motorik. 15. Perilaku aktif ataupun destruktif. 2. Data Subyektif Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara tanpa ada wujud yang tampak. V. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar. 2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan adanya isolasi sosial : menarik diri. VI. FOKUS INTERVENSI I. Diagnosa I . Resiko menciderai diri sensiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan sensori : Halusinasi dengar . 1. TUM : Klien tidak menciderai orang lain . 2. TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 1. dengan kriteria hasil : 1. Ekspresi wajah bersahabat. 2. Menunjukkan rasa senang. 3. Ada kontak mata atau mau jabat tangan. 4. Mau menyebutkan nama. 5. Mau menyebut dan menjawab salam. 6. Mau duduk dan berdampingan dengan perawat. 7. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi. 2. Intervensi: Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik. 1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Perkenalkan diri dengan sopan. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. Jelaskan tujuan pertemuan. Jujur dan menepati janji. Tunjukan sikap empati dan terima klien apa adanya. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan dasar klien.

Rasionalisasi : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya. 3. TUK :2. Klien dapat mengenal halusinasi 1. dengan kriteria hasil: 1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi. 2. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi. 2. Intervensi : 1. Bantu klien mengenal halusinasinya. 1. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa yang sedang terdengar. 2. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri tidak melihatnya. 3. Katakan bahwa klien lain juga tidak mendengar yang seperti klien dengar. 4. Katakan bahwa perawat siap membantu klien. 2. Diskusikan dengan klien 1. Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi. 2. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi. 3. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi. TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya 1. dengan kriteria hasil : 1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya. 2. Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengendalikan halusinasi 3. Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi. 4. Klin dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok. 2. Intervensi: 1. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi. Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus halusinasi. 2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian. Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.

4.

3.

Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi. 1. Katakan saya tidak mau dengar kamu 2. Menemui orang lain untuk bercakap-cakap. 3. Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul. 4. Meminta perawat / teman / keluarga untuk menyapa jika klien melamun.

Rasional: memberi alternative pikiran bagi klien Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap. Rasional: Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara pengendalian halusinasi. 5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil 6. Anjurkan klien untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok, orientasi realita. Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interpretasi realita klien. TUK : 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya 1. dengan kriteria hasil: 1. Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat 2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi 2. Intervensi: 1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang halusinasi. Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasi. 2. Diskusikan dengan keluarga tentang 1. Gejala halusinasi yang dialami klien. 2. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi. 3. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri. 4. Beri informasi tentang kapan pasien memerlukan bantuan. 4.

5.

Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan tentang halusinasi. 6. TUK: 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik. 1. Dengan kriteria hasil : 1. Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat 2. Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat 3. Klien dapat memahami akibat pemakaina obat tanpa konsultasi 4. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar pengunaan obat.

2.

Intervensi: 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat. 2. Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya. 3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat obat dan efek samping obat yang dirasakan.

Rasional ; dengan mengetahui efek samping obat klien tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat. 3. 4. Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi. Rasional: Pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Bantu klien menggunakan prinsip lima benar. Rasional: dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien tentang pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

DAFTAR PUSTAKA 1. Boyd dan Nihart. 1998. Psichiatric Nursing & Contenporary Practice . I Edition . Lippincot . Philadelphia . 2. Carpenito , Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . EGC. Jakarta . 3. Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5 th Edition . Lippincott. Philadelphia . 4. Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta. 5. Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta . 6. Townsend . 1995. Nursing Diagnosis In Psychiatric Nursing a Pocket Guide For Care Plan Construction . Edisi 3 . EGC. Jakarta. Semoga ada manfaatnya.... Categories: ASKEP JIWA 73 9Email 0Share

82

en_US

askepKapukonline

Dengan memasukan alamat email dibawah ini, berarti anda akan dapat kiriman artikel terbaru dari kapukonline.com GRATIS di inbox email anda:

Tulis email anda disini

Baca Juga :

ASKEP JIWA

Proses Keperawatan Gangguan Konsep Diri Askep Jiwa Gangguan Konsep Diri Askep / Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah Askep Jiwa Depresi

Askep / Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri RendahPosted by Kang Kapuk Kamis, 22 September 2011 0komentar kapukonline.com Up date Askep / Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah - ASKEP JIWA, setelah sebelumnya posting tentang Askep Jiwa Halusinasi Dengar A. MASALAH UTAMA

Harga diri rendah B. PENGERTIAN Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri. C. PROSES TERJADINYA MASALAH Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari. RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain. Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial. Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti : 1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam. 2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :

1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri. 2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. 3. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara : 1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. 2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama D. POHON MASALAH Resiko isolasi sosial: menarik diri Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core problem Berduka disfungsional E. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Masalah keperawatan : 1. Resiko isolasi sosial : menarik diri. 2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah. 3. Berduka disfungsional. 2. Data yang perlu dikaji : 1. Data subyektif : Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. 2. Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional. G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Tujuan umum: sesuai masalah (problem). 2. Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Tindakan : 1. Bina hubungan saling percaya 1. Salam terapeutik 2. Perkenalan diri 3. Jelaskan tujuan inteniksi 4. Ciptakan lingkungan yang tenang 5. Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan). 2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya. 3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. 4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri. 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan : 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. 2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis. 3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Tindakan : 1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan. 2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah. 4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki. Tindakan : 1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. 3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan : 1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 2. Beri pujian atas keberhasilan 3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah. 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. Tindakan : 1. 2. 3. 4. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA 1. Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia. 2. Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta. 3. Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta. 4. Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia. 5. Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta. 6. Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC Semoga artikel tentang Askep / Asuhan Keperawatan Jiwa : Harga Diri Rendah ini bermanfaat bagi anda

Read more: http://www.kapukonline.com/2011/09/askepasuhankeperawatanjiwahargadirirend.html#ixzz1 nTN8UpDe

Askep Jiwa WahamPosted by Kang Kapuk Minggu, 13 Desember 2009 6komentar kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan keperawatan Waham - ASKEP JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAMMasalah Utama.

Perubahan isi pikir : waham Pengertian. Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung Proses terjadinya masalah 1. Penyebab. Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. 2. Akibat. Akibat dari waham, klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Pohon masalah Waham

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji pada Waham 1. Masalah keperawatan : 1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan 2. Kerusakan komunikasi : verbal 3. Perubahan isi pikir : waham

4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah. 2. Data yang perlu dikaji : 1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan 1. Data subjektif. Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri 2. Data objektif: Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang. 2. Kerusakan komunikasi : verbal 1. Data subjektif: Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik 2. Data objektif: Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan katakata yang didengar dan kontak mata kurang 3. Perubahan isi pikir : waham ( NN.) 1. Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. 2. Data objektif: Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung 4. Gangguan harga diri rendah 1. Data subjektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri 2. Data objektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup Diagnosa Keperawatan Waham 1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham 2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham 3. Perubahan isi pikir : waham (NNU.) berhubungan dengan harga diri rendah. Rencana Keperawatan Waham I. Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbalberhubungan dengan waham 1. Tujuan umum : 1. Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal 2. Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 1. Tindakan 1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat 2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien "saya

2.

3.

4.

5.

menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien. 3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian. 4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki 1. Tindakan : 1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis. 2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis. 3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri). 4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi 1. Tindakan : 1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari. 2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah). 3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham. 4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin). 5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya. Klien dapat berhubungan dengan realitas 1. Tindakan : 1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu). 2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas. 3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien Klien dapat menggunakan obat dengan benar 1. Tindakan : 1. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat. 2. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu). 3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

II.

4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar. 6. Klien dapat dukungan dari keluarga 1. Tindakan : 1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat. 2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga. Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham 1. Tujuan Umum: 1. Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan. 2. Tujuan Khusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. 1. Tindakan: 1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. 4. Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab. 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. 1. Tindakan: 1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan. 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal. 3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang. 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan 1. Tindakan : 1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal. 2. Observasi tanda perilaku kekerasan. 3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien. 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 1. Tindakan: 1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?" 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. 1. Tindakan: 1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan. 2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan. 3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

III.

Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan. 1. Tindakan : 1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat. 2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur. 3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung 4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran. 7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan. 1. Tindakan: 1. Bantu memilih cara yang paling tepat. 2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih. 3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih. 4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi. 5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah. 8. Klien mendapat dukungan dari keluarga. 1. Tindakan : 1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga. 2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga. 9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program). 1. Tindakan: 1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping). 2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu). 3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan. Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( N.. ) berhubungan dengan harga diri rendah 1. Tujuan umum : 1. Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya. 2. Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 1. Tindakan : 1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

6.

2.

3.

4.

5.

6.

Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 1. Tindakan : 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis 3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan 1. Tindakan : 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 1. Tindakan : 1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan 1. Tindakan : 1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 2. Beri pujian atas keberhasilan klien 3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada 1. Tindakan : 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien 2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

4.

DAFTAR PUSTAKA 1. Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003 2. Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999 3. Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000 4. Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998 5. NN..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 ?22 Novembr 2004. unpublished

semoga yang sedikit ini ada manfaatnya...

Read more: http://www.kapukonline.com/2009/12/askepjiwawaham.html#ixzz1nTNpqKZt

Askep Jiwa DepresiPosted by Kang Kapuk Sabtu, 02 Januari 2010 1komentar kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan keperawatan Depresi - ASKEP JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN DEPRESIMASALAH UTAMA Gangguan alam perasaan: depresi. PROSES TERJADINYA MASALAH Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun. Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.

Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.

Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. POHON MASALAH Resiko mencederai diri Akibat Gangguan alam perasaan: depresi Core problem Koping maladaptif Penyebab MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Gangguan alam perasaan: depresi 1. Data subyektif: 1. Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri. 2. Data obyektif: 1. Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis. Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat

perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham Data Obyektifsa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu. 2. Koping maladaptif 1. Data Subyektif : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan. 2. Data Obyektif : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi 2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri. 2. Tujuan khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 1. Tindakan: 1. Perkenalkan diri dengan klien 2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empat 3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan 4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginanny 5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti 6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain. 2. Klien dapat menggunakan koping adaptif 1. Tindakan: 1. Beri Data Obyektifrongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien. 2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan 3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan 4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping. 5. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima 6. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih 7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah. 3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri

1. Tindakan: 1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri. 2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci. 3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien. 4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas. 4. Klien dapat meningkatkan harga diri 1. Tindakan: 1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya. 2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu. 3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan). 5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial 1. Tindakan: 1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orangorang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut). 2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama). 3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama). 6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat 1. Tindakan: 1. Diskusikan tentang obat (nama, Data Obyektifsis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat). 2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, Data Obyektifsis, cara, waktu). 3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan. 4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar. Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya.... Categories: ASKEP JIWA, MAKALAH KEPERAWATAN, MAKALAH KESEHATAN Read more: http://www.kapukonline.com/2010/01/askepjiwadepresi.html#ixzz1nTSBSWTH