60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup modern saat ini sangat mempengaruhi pola hidup sehat seseorang, tingkat mobilitas yang tinggi menyebabkan stress yang tidak jarang mengakibatkan seseorang mengkonsumsi alcohol dan menjadi perokok berat, perubahan pola makan, konsumsi makanan yang serba instan dan praktis, banyaknya restoran yang menyajikan makanan cepat saji semakin menjamur. Hal ini mengakibatkan timbulnya beragam masalah kesehatan seperti obesitas (kegemukan), penyakit degeneratif ataupun penyakit yang banyak menyebabkan kematian di dunia seperti kanker kolorektal. Kanker kolorektal dan merupakan tumor ganas yang timbul dari dinding bagian dalam usus besar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2012, Sekitar 30% dari kematian akibat kanker disebabkan oleh lima risiko perilaku dan makanan: indeks massa tubuh yang tinggi, buah dan sayuran yang rendah, kurangnya aktivitas fisik, penggunaan tembakau, penggunaan alkohol. Sekitar 70% dari semua kematian akibat kanker pada tahun 2008 terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Berdasarkan data WHO (2008), bahwa sekitar 13 % dari seluruh kematian di dunia disebabkan olek kanker atau sekitar 7,9 juta jiwa yang meninggal pada tahun 2007. Jenis 1

ASKEP KANKER KOLORETAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan pada pasien kanker kolon

Citation preview

Page 1: ASKEP KANKER KOLORETAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangGaya hidup modern saat ini sangat mempengaruhi pola hidup sehat seseorang,

tingkat mobilitas yang tinggi menyebabkan stress yang tidak jarang mengakibatkan

seseorang mengkonsumsi alcohol dan menjadi perokok berat, perubahan pola makan,

konsumsi makanan yang serba instan dan praktis, banyaknya restoran yang menyajikan

makanan cepat saji semakin menjamur. Hal ini mengakibatkan timbulnya beragam

masalah kesehatan seperti obesitas (kegemukan), penyakit degeneratif ataupun penyakit

yang banyak menyebabkan kematian di dunia seperti kanker kolorektal.

Kanker kolorektal dan merupakan tumor ganas yang timbul dari dinding bagian

dalam usus besar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2012, Sekitar 30% dari

kematian akibat kanker disebabkan oleh lima risiko perilaku dan makanan: indeks massa

tubuh yang tinggi, buah dan sayuran yang rendah, kurangnya aktivitas fisik, penggunaan

tembakau, penggunaan alkohol. Sekitar 70% dari semua kematian akibat kanker pada

tahun 2008 terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Berdasarkan data WHO (2008), bahwa sekitar 13 % dari seluruh kematian di

dunia disebabkan olek kanker atau sekitar 7,9 juta jiwa yang meninggal pada tahun 2007.

Jenis kanker tersering penyebab mortalitas tiap tahunnya adalah : kanker paru 1,4 juta

mortalitas/tahun, lambung 866.000 mortalitas/tahun, kolon 677.000 mortalitas/tahun,

liver 653.000 mortalitas/tahun, dan payudara 548.000 mortalitas/tahun. Menurut data dari

CDC (2008), terdapat 142.950 orang di Amerika Serikat didiagnosis dengan kanker

kolorektal, dari jumlah tersebut pria 73.183 orang dan wanita 69.767 orang. Dan 52.857

orang di Amerika Serikat meninggal karena kanker kolorektal, pria 26.933 orang dan

wanita 25.924 orang.

Peningkatan insiden kanker ini akan memberikan pengaruh dalam memberikan

asuhan keperawatan karena setiap penderita kanker memberikan respon yang bervariasi

dan dipengaruhi oleh pengalaman, persepsi tentang makna penyakit kanker, pengetahuan,

mekanisme koping individu dan, latar belakang budaya sehingga dalam berespon dapat

menjadi adaptif atau maladaptive, untuk itu diperlukan dukungan dari orang

1

Page 2: ASKEP KANKER KOLORETAL

terdekat,keluarga dan petugas kesehatan terutama profesi keperawatan Baradero &

Wilfrid (2008). Pelayanan perawatan pasien kanker sangat tergantung pada respon dan

perjalanan penyakit sehingga tujuan  perawatan untuk mempertahankan fungsi,

mengurangi penderitaan dan mengoptimalkan kualitas hidup penderita.

Berdasarkan hal tersebut diatas, kelompok mencoba membahas lebih mendalam tentang

kanker kolorektal.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari:

1. Tujuan umum

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk meningkatan kompentensi

mahasiswa magister keperawatan dalam asuhan keperawatan pada klien dengan

masalah onkologi khususnya kanker kolorektal.

2. Tujuan khusus.

Adapun tujuan khusus penulisan makalah tentang asuhan keperawatan pada kanker

kolorektal adalah mahasiswa magister diharapkan mampu memahami dan

menjelaskan tentang:

a. Epidemiologi kanker kolorektal

b. Biologi sel kanker : etiologi, patofisiologi dan tanda gejala kanker kolorektal

c. Pemeriksaan diagnostic pada kanker kolorektal

d. Terapi pada kaknker kolorektal

e. Komplikasi atau kedarutan akibat kanker kolorektal

f. Proses keperawatan pada kanker kolorektal.

C. Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup penulisan makalah tentang asuhan keperawatan pada kenker kolorektal

meliputi latar belakang masalah yang merupakan factor predisposisi penyebab kanker dan

data statistic penderita kanker kolorektal yang dbahas pada bab I latar belakang makalah

ini. Sedangkan konsep biologi kanker kolorektal, pemeriksaan diagnostic, terapi,

komplikasi dan pendekatan asuhan keperawatan kanker kolorektal dibahas pada tinjauan

teoritis.

2

Page 3: ASKEP KANKER KOLORETAL

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Medik1. Pengertian

Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh terganggunya kontrol

regulasi pertumbuhan sel-sel normal. Kanker dapat menyebabkan mutilasi dan

kematian pada individu. Dahulu, fokus kanker adalah incurability (tidak dapat

disembuhkan), sehingga timbul perasaan tidak berdaya dan putus asa (Mary

Baradero, 2008).

Kanker adalah istilah umum untuk kelompok besar penyakit yang dapat

mempengaruhi setiap bagian dari tubuh dengan penciptaan cepat sel-sel abnormal

yang tumbuh melampaui batas-batas mereka yang biasa, dan kemudian dapat

menyerang bagian-bagian yang berdampingan dari tubuh dan menyebar ke organ lain.

WHO (2012)

Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektum.

Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau

disebut adenoma, yang pada awalnya membentuk polip.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

Kolon

Secara klinis kolon sering kali dibagi rnenjadi 2 bagian, yaitu kiri dan kanan.

Kolon belahan kanan mencakup sekum, kolon asenden dan 2/3 kanan kolon

transversal; kolon belahan kiri mencakup 1/3 kiri kolon transversal, kolon desenden

dan kolon sigmoid. Paruh kanan kolon berlumen lebar, di antaranya diametei lumen

sekum dapat mencapai 7,5cm. Paruh kiri kolon berlumen sempit, paling sempit di

perbatasan rektosigmoid, diameternya 2,5 cm, tumor di daerah tersebut paling mudah

menyebabkan obstruksi usus. Bila kolon terobstruksi total oleh tumor, karena

keberadaan katup ileosekal, kolon yang terobstruksi mengalami kedua ujungnya

tertutup, karena banyak bakteri dalam kolon maka obstruksi menjadi semakin serius.

Sekum paling dekat ke dinding anterior abdomen, kolon transversal dan kolon

3

Page 4: ASKEP KANKER KOLORETAL

sigmoid memiliki mesenterium sehingga memiliki mobilitas besar, secara klinis

sering digunakan untuk kolostomi

Kolon paruh kanan dipasok darah dari afteri mesenterika superior bercabang

arteri ileokolika, arteri kolika dekstra dan arteri kolika rnedia; kolon paruh kiri

diperdarahi arteri mesenterika inferior, bercabangkan arteri kolika sinistra dan 2 atau

3 ramus arteri sigmoideus, vena dan arteri berjalan seiring, masing-masing melalui

vena mesenterika superior dan vena mesenterika inferior bermuara ke vena porta.

Tunika mukosa kolorektal tidak memiliki saluran limfe, jaringan limfatik dimulai dari

tunika submukosa, melalui kelenjar limfe dinding kolon, kelenjar limfe parakolika,

kelenjar limfe media masuk ke kelenjar limfe sentral.

Kolon paruh kanan dipersarafi nervus vagus, paruh kiri dipersarafi nervus

pelvis. Serabut simpatis berasal dari ganglion simpatis lumbalis.

Fungsi utama kolon paruh kanan adalah menyerap air, glukosa, garam anorganik dan

sebagian asam empedu, sedangkan kolon paruh kiri terutama adalah storasi dan

ekskresi feses. Selain itu kolon dapat mensekresikan mukus alkalis untuk melicinkan

mukosa, juga mensekresikan beberapa hormon seri gastrointestinal

Rektum dan Kanalis Analis

Panjang rektum sekitar 12-15 cm. Rektum tidak lurus, dilihat dari lateral dapat

fleksura sakral dan fleksura perineal; dari aspek anteroposterior dari atas ke bawah

terdapat belokan kanan, kiri, kanan. Karena adanya belokan tersebut, maka ketika

rectum dibebaskan saat operasi karsinoma rectal, jarak tepi tumor rektal ke tepi anal

dapat bertambah panjang 2-3 cm, sehingga kasus tertentu karsinoma rektal yang

preoperative dianggap perlu dilakukan reseksi gabungan rektoanal perineal, saat itu

dapat berubah menjadi operasi konservasi anus.

Mesorektum adalah jaringan ikat, lemak, neurovaskular dan limfatik peri

rectal yang dibungkus pars viseral fasia pelvic. Lesi sebaran intramesenterium dari

karsinoma rektal umumnya terbatas dalam pars visceral fasia pelvik. Maka operasi

karsinoma rectal harus mereseksi secara utuh rectum dan mesorektum, untuk

mencegah rekurensi local.

4

Page 5: ASKEP KANKER KOLORETAL

Panjang kanalis analis sekitar 3 cm, ke atas berhubungan dengan rektum,

ujung bawah adalah anus. Di sekeliling kanalis analis terdapat otot sfinkter internal

dan eksternal. Sfinkter eksternal adalah otot sadar, ditembus oleh serabut otot

longitudinal rektal dan levator ani, dan terbagi menjadi bagian subkutis, superfisial

dan profunda Yang terpenting adalah bagian profunda menyatu dengan otot

puborektal, berinsersio ke simfisis pubis, bila berkerut menarik ke anterosuperior.

Bila terpotong akan timbul inkontinensia alvi.

Rektum dan kanalis analis diperdarahi oleh arteri rektalis superior, arteri

rektalis inferior, arteri kanalis analis dan arteri sakralis media. Rektum dan kanalis

analis memiliki 2 pleksus venosus: pleksus venosus rektalis superior diatas linea

dentata menyatu ke vena rektalis superior melalui vena mesenterika inferior bermuara

ke vena porta; pleksus venosus rektalis inferior di bawah linea dentata menyatu

menjadi sebuah cabang kecil melalui vena rektalis media langsung bermuara ke vena

iliaka interna atau melalui vena rektalis inferior, vena pudenda intema bermuara ke

vena iliaka interna.

Kanker di setiap segmen rektum semuanya terutama bermetastasis limfogen

ke atas melalui jalur kelenjar limfe pararekti, kelenjar limfe para arteri rektalis

superior, kelenjar limfe para afteri mesenterika inferior. Kanker rectum di atas

refleksi peritoneum hanya jika jalur drainase limfatik ke atas tersumbat kanker, akan

bennetastasis ke bawah yaitu ke kelenjar limfe para arteri analis di fosa isiorektal,

bilateral ke kelenjar limfe para arteri rektalis inferior kemudian ke kelenjar limfe

obturator. Tapi saluran limfatik rectum di bawah refleksi peritoneum selain drainase

ke atas, juga terdapat jalur drainase ke arah bilateral dan ke bawah. Oleh karena itu

kanker rectum di bawah refleksi peritoneum harus dipikirkan untuk reseksi trans

perineum.

Saluran lirnfatik kanalis analis dan kulit perianal dapat berdrainase ke kelenjar

limfe inguinal, lalu ke atas hingga kelenjar limfe iliaka ekstema; juga dapat melalui

kelenjar limfe para arteri analis di fosa isiorektal, lalu ke kelenjar limfe iliaka interna.

Rektum di bawah linea dentata dipersarafi saraf spinal, sensasi peka; di atas linea

dentate dipersarafi sistem saraf vegetatif. Saraf yang berkaitan dengan operasi rectum

5

Page 6: ASKEP KANKER KOLORETAL

adalah nervus hipogastrik inferior dan nervus splanknik pelvik yang masing-masing

mengatur fungsi ejakulasi dan ereksi, waktu operasi harus hati-hati, jangan tercedera.

Fungsi faal rektum dan kanalis analis adalah defekasi, rektum dapat

mensekresi mukus untuk membantu keluamya feses. Rektum juga dapat menyerap

sejumlah air, garam,glukosa dan sebagian obat. Segmen bawah rekrum merupakan

bagian terpenting bagi timbulnya refleks defekasi, suatu mata rantai penting dalam

fungsi defekasi. Oleh karena itu pasca reseksi total rektum, walaupun otot sfinkter

dipertahankan, karena hilangnya bagian refleks defekasi, tetap dapat timbul

inkontinensia alvi.

3. Epidemiologi

Insiden Colorectal Cancer (CRC) dan tingkat kematian sangat bervariasi di

seluruh dunia. Secara global, CRC adalah kanker yang paling sering didiagnosis lebih

banyak pada laki-laki dari pada wanita, dengan lebih dari 1,2 juta kasus baru dan

608.700 kematian diperkirakan telah terjadi pada tahun 2008.

Di Amerika Serikat, baik kejadian dan kematian telah perlahan tapi pasti menurun.

Setiap tahun sekitar 143.460 kasus baru kanker usus besar didiagnosis, terdapat

103.170 adalah kanker usus besar dan rektum ; 40.290 orang. Setiap tahun, sekitar

51.690 orang Amerika meninggal karena CRC, atau sekitar 9 persen dari semua

kematian akibat kanker.

Insiden - Secara global, kejadian CRC bervariasi lebih dari 10 kali lipat.

Tingkat insiden tertinggi di Australia dan Selandia Baru, Eropa dan Amerika Utara,

dan tingkat terendah ditemukan di Afrika dan Asia Tengah.Perbedaan-perbedaan

geografis tampaknya akibat dari perbedaan eksposur makanan dan lingkungan yang

berpengaruh pada kerentanan genetik.

Berdasarkan penelitian kanker gastrointestinal yan dikutip dari European Journal of

Cancer Prevention: Januari 2011, skrining dilakukan pada populasi yahudi pada

tahun 1980 -2008. Pada pasien yang berada di bawah 50 tahun, tidak ada peningkatan

yang signifikan dalam kejadian kecuali untuk pria yang lahir di Israel (P = 0,05).

Pada pasien berusia antara 50 dan 74 atau lebih dari 75 tahun ada peningkatan insiden

(P <0,001 ). Namun, persentase untuk pasien CRC berusia antara 50 dan 74 tahun

6

Page 7: ASKEP KANKER KOLORETAL

mengalami penurunan tetapi mereka yang berusia lebih dari 75 tahun meningkat (P

<0,001). Oleh karena itu, 45,3% dari pasien (39,1% berusia ≥ 75 tahun). Selain itu,

ada tren peningkatan (P <0.001) untuk sisi kanan (dari sekum ke dan termasuk lentur

lienalis) CRC pada pasien 50-74 dan lebih dari 75 tahun. Selama 1999-2008,

dibandingkan dengan pasien berusia antara 50 dan 74 tahun, mereka yang di bawah

50 tahun kurang mungkin didiagnosis dengan stadium 1 atau 2 CRC dan lebih

mungkin memiliki stadium 3 atau 4 CRC (P <0,01 ), sedangkan mereka usia lebih

dari 75 tahun kurang cenderung memiliki stadium 3 CRC (P <0,01). Selain itu, tahap

perkembangan kanker CRC dapat terjadi pada pasien berusia di bawah 50 tahun.

4. Etiologi

Penyebab pasti kanker kolorektal masih belum diketahui, tetapi ada factor resiko

yang berhubungan dengan kanker kolorektal.

a. Polip

Polip adalah tumor mukosa yang mungkin pedunkulata pada tangkai atau sessile,

mereka memiliki derajat potensial variabel ganas. Polip hiperplastik yang paling

umum tetapi tidak maju ke adenoma atau karsinoma. Polip adenomatosa memiliki

kemungkinan lebih tinggi evolusi ganas progresif. Histologi mereka mungkin

tubular atau vili. Faktor risiko untuk keganasan mencakup ukuran lebih besar dari

2 cm, fitur vili, dan derajat displasia.

Secara histologi polip diklasifikasikan sebagai neoplastik dan non neoplastik. Non

neoplastik polip tidak berpotensi maligna, yang termasuk polip non neoplastik

Neoplastik polip atau adenomatous polip (gambar 2) berpotensial berdegenerasi

maligna.

7

Page 9: ASKEP KANKER KOLORETAL

Gambar 4. polip neoplasik

Gambar 4: Polip Neoplastik. (A) tubular adenoma, (B) villous adenoma, (C) tubulovillous adenoma, (D) karsinoma pada tangkai tubular adenoma, (E) karsinoma invasif yang muncul dari sebuah villous adenoma.

b. Ulcerative colitis

Risiko kanker usus besar meningkat tajam pada pasien dengan penyakit inflamasi

usus kolitis, ulserativa sangat kronis. Risiko berkorelasi dengan durasi ulcerative

colitis dan tingkat keterlibatan usus besar. Pada setiap saat selama proses

ulcerative colitis, temuan displasia di mukosa menganugerahkan kesempatan 50%

dari karsinoma berkembang, setelah 30 tahun, kejadian kanker mencapai 35%

Rubin (2001).

Ulseratif kolitis (gambar 5) merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker

kolon sekitar 1% dari pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif colitis.

Diperkirakan sekitar 3-5 % menimbulkan kanker usus besar. Resiko komulatif

12,5 % pada 20 tahun, 40 % pada 30 tahun.

9

Page 10: ASKEP KANKER KOLORETAL

Gambar 5. Ulcerative colitis.

c. Penyakit Crohn’s

Pasien yang menderita penyakit crohn’s mempunyai risiko tinggi untuk menderita

kanker kolorektal.

Gambar 6 penyakit Crohn’s

d. Factor hereditas.

Mekanisme pasti hereditas, penyakit hereditas dan timbulnya tumor hingga kini

belum jelas. Pada kebanyakan hereditas yang berkaitan dengan tumor erupaka

suatu kecenderungan dimana hereditas atau penyakit hereditas memiliki

perubahan DNA atau kromoson sehingga terjadi kepekaan terhadap virus.

10

Page 11: ASKEP KANKER KOLORETAL

Dengan perkembangan onkogen dan supresor onkogen, dapat dijelaskan hubungn

antara hereditas dan tumorgenesis. Ada asumsi bahwa terdapat dua jenis gen yang

lansung berperan dalam tumorgenesis, yaitu onkogen dan supresor onkogen.

Produk ekspresi onkogen berefek regulasi positif terhadap proliferasi sel. Bila

mengalami mutasi atau overekspresi, dapat menyebabkan sel berproliferasi

berlebihan, sedangkan supresor onkogen mengekspresikan produk yang berefek

regulasi ngatif terhadap proliferasi sel. Bila struktur atau fungsi supresor onkogen

berubah atau hilang, regulasi terhadap prolifeasi sel hilang, dan juga

menimbulkan sinyal yang memacu hiperproliferasi sel., Wan Desen (2008).

e. Diet

Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat

merupakan factor resiko tinggi menderita kanker kolorektal (American Cancer

Society [ACS], 2006) dikutip dari Ivy Bazenky et.all. 2007. Masukan tinggi

lemak, sekresi empedu juga banyak, hasil uraian asam empedu juga banyak,

aktivitas enzim bakteri anaerob dalamm usus juga meningkat, sehingga

karsinogen sebagai pemacu karsinogenik dalam usus bertambah dan mengarah ke

timbulnya kanker jusus besar. Misalnya bakteri anaerob Bacillus fusiformis dapat

mengubah asam deoksikolat menjadi 3-metilkolantren yang sudah terbukti

merupakan karsinogen, (Wan Desen, 2008)

Menurut Rubin, (2001), prevalensi kanker kolorektal di dunia barat adalah

disebabkan diet tinggi lemak hewani dan rendah serat. Data pendukung yang

berasal dari studi tentang imigran Jepang ke Amerika yang mengakibatkan

bertambahnya jumlah kanker kolorektal dengan frekuensi 2,5 kali lebih besar

daripada orang-orang Jepang yang masih tinggal di Jepang. Di pedesaan Afrika,

di mana serat dan selulosa merupakan persentase yang tinggi dari makanan

sehari-hari, kanker usus besar jarang terjadi.

Lemak dari makanan merangsang produksi asam empedu yang mempengaruhi

proliferasi epitel usus. Serat meningkatkan curah kotoran, menurunkan waktu

bertahannya kotoran, dan menurunkan pH tinja, semua ini adalah faktor-faktor

yang berpotensi mengurangi dampak intraluminal karsinogen.

11

Page 12: ASKEP KANKER KOLORETAL

f. Gaya hidup

Penggunaan tembakau, aktivitas fisik yang rendah, dan bahkan moderat konsumsi

alcohol merupakan resiko tinggi penyebab kanker kolorektal (American Cancer

Society [ACS], 2006 ) dikutip dari Ivy Bazenky et all. 2007.

Bukti menunjukkan bahwa 12% dari kematian akibat kanker kolorektal yang

dikaitkan dengan merokok (Zisman, Nickolov, Merek, Gorchow, & Hemant,

2006). Karsinogen tembakau ditemukan dalam peningkatan pertumbuhan kanker

usus besar dan rektum, dan meningkatkan risiko didiagnosa menderita kanker ini.

Wu dan rekan (2005) melaporkan temuan yang mendalam, ada korelasi antara

merokok dan polip adenomatosa, polip yang lebih besar ditemukan di usus besar

dan rektum dikaitkan dengan merokok jangka panjang dan Sejumlah peningkatan

polip adenomatosa pada mantan perokok setelah 10 tahun berhenti merokok.

5. Patofisiologi

Pembelahan sel yang normalnya disesuaikan secara tepat dan sesuai

kebutuhan sel melalui pelepasan faktor pertumbuhan setempat. Faktor pertumbuhan

(GFs) meransang reseptor pada membran sel, dengan memiliki aktivitas tirosin kinase

dan merangsangnya. Melalui perantaraan protein adaptor ( guanosin retinoblastoma

[GRB2] ) faktor SOS penukar guanosin 5 difosfat (GDP) / guanosin 5 trifosfat (GTP)

berikatan dengan residu fosfotirosin tertentu, kemudian merangsang protein G kecil

Ras. Melalui serin/ treonin kinase Raf, Ras merangsang rangkaian kinase (rangkaian

mitogen-activated protein kinase [MAPK)) dan mengaktifkan faktor transkripsi yang

mendorong ekspresi gen yang penting bagi pembelahan sel. Faktor transkripsi yang

penting untuk pembelahan sel adalah Fos, Jun, Myc, Myb, Rel, E2F dan DPl.

Hormon tiroid berikatan dengan reseptor di inti sel, kompleks hormon-reseptor ini

kemudian juga mendorong ekspresi gen dan pembelahan sel.

Mekanisme yang mendorong proliferasi di Iawan oleh faktor penghambat

pertumbuhan yang normalnya menghentikan pembelahan sel yang berlebihan.

Mekanisme ini menjadi efektif, misalnya jika sel mengandung DNA yang rusak dan

pembelahan sel menyebabkan pembentukan sel anak yang cacat. Contoh factor

penghambat pertumbuhan adalah protein retinoblastoma (Rb) yang berikatan dengan

12

Page 13: ASKEP KANKER KOLORETAL

factor transkripsi E2F dan DPI sehingga menjadi inaktif. Rb dipertahankan inaktif

oleh kompleks yang mengandung siklin E dan kinase CDK2 (=E-CDK), serta oleh

kompleks siklin D dan kinase CDK4 (=D-CDK4 ). Dengan cara ini, E-CDK2 dan D-

CDK4 mendorong terjadinya pembelahan sel, tetapi efeknya ditiadakan oleh protein

p2 I yang terekspresi karena pengaruh faktor transkripsi p53. OIeh karena itu, p53

menghambat pembelahan sel.

Onkogen dapat berasal dari mutasi gen yang berperan dalam proliferasi.

Produk dari onkogen adalah onkoprotein, yang terap aktif bahkan tanpa perangsangan

fisiologis sehingga dapat memicu mitosis tanpa bergantung pada faktor pertumbuhan

yang fisiologis. Contoh onkoprotein yaitu faktor pertumbuhan yang dibentuk oleh sel

tumor dan merangsang pembelahan sel sendiri secara autokrin (misal, Sis, fragmen

PDGF), reseptor hormon tiroid (ErbA), reseptor faktor pertumbuhan (misalnya, ErbB

untuk EGF dan Fms untuk faktor perangsang koloni monosit), tirosin hinase

(misalnya, Abl, Src, Fes), protein G kecil (Ras), Serin/treonin kinase (misalnya, Raf

Mos), faktor transkripsi (Fos, Jun, Myc, Myb, Rel). Contohnya, inakdvasi Ras

dipercepat oleh protein yang merangsang GTPase (GAP). Mutasi Ras tertentu

menghilangkan sensitivitasnya terhadap GAP namun Ras tetap aktif.

Namun, mutasi juga dapat membentuk protein yang menghambat proliferasi

yang cacat. Jadi, kehilangan Rb atau p53 dapat mendorong pembelahan sel yang tidak

terkontrol. Selain itu, defek p53 akan menghambat terjadinya apoptosis.

Mutasi dapat dipicu oleh karsinogen kimiawi atau radiasi dengan mengganggu

perbaikan DNA yang membantu terjadinya mutasi. Sel sensitif terhadap mutasi pada

saat mitosis, artinya jaringan yang berproliferasi lebih sering mengalami mutasi dari

pada jaringan yang telah berdiferensiasi. Hal ini terutama terjadi pada proses

inplamasi dan lesi jaringan karena keadaan ini merangsang pembelahan sel. Mutasi

yang mendorong pembentukan tumor juga dapat diturunkan. Faktor terakhir, virus

dapat membawa onkogen ke dalam sel host sehingga mendorong degenerasi maligna

pada protein spesifik-host melalui inaktivasi (Rb, p53) atau aktivasi (misal, Bcl2).

Mutasi tunggal tidak cukup untuk perkembangan tumor; diperlukan beberapa mutasi

sampai sel berubah meniadi sel tumor. Promotor tumor (misalnya, forbol ester)

13

Page 14: ASKEP KANKER KOLORETAL

meningkatkan replikasi sel yang bermutasi dan menimbirlkan perkembangan rumor

tanpa menyebabkan mutasi secara langsung.

Jika terjadi pembelahan sel yang tidak terkontrol, akan semakin banyak sel

yang mengalami dediferensiasi. Jika hal ini terjadi, sel yang berubah tadi sering kali

dapat dikenali dan dimusnahkan oleh sistem imun. Sel tumor dapat terhindar dari hal

tersebut, misalnya dengan mengekspresikan ligan untuk reseptor CD95 pada

permukaan selnya sehingga mendorong limfosit untuk melakukan apoptosis. Respons

imun yang lemah (misal,inleksi HIV ) juga memudahkan sel tumor untuk tetap

bertahan hidup. Jika sel tumor berproliferasi, tumor yang terbentuk mungkin akan

menimbulkan akibat yang hebat walau hanya melalui pendesakan setempat.

6. Manifestasi Kanker Kolorektal

a. Darah pada usus besar

Perdarahan dalam feses merupakan gejala pertama yang diakui oleh pasien. Dan

penting diingat diingat bahwa darah di feses tidak benar-benar berarti terdapat

kanker kolorektal, perdarahan dapat berhubungan dengan wasir, borok,

robekan/luka, atau penyakit radang usus. American Cancer Society [ACS], 2006

b. Perubahan buang air besar

Perubahan buang air besar meliputi frekwensi dan konsistensi buang air besar

(diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas, berlangsung lebih dari enam minggu

c. Buang air besar yang tidak tuntas.

Buang air besar yang tidak tuntas penting untuk diketahui karena dapat

menunjukan penyempitan saluran pengeluaran tinja atau penyumbatan pada usus

dan rektum akibat adanya kanker.

d. Nyeri perut dan punggung atau bagian belakang

e. Perut kembung meski pun sudah buang air besar.

Terjadi penumpukan gas sehingga perut menjadi kembung.

f. Penurunan berat badan berat tanpa sebab yang jelas, Muntah, Kelelahan dan

demam anemia

14

Page 15: ASKEP KANKER KOLORETAL

Table 1 sebab perbedaan manifestasi klinis kanker kolon kiri dan kanan

Kolon sebelah kanan Kolon sebelah kiriembriogenesis midgut Hindgutanatomis Pasokan darah:

a. Mesentrika superiorv. mensentrika superior

balikan vena: kevena porta ke hati kanan

Pasokan darah :a. Mesentrika inperiorv. mensentrika inperior

balikan vena: ke vena lienalis ke vena porta ke hati kiri

Lumen usus Besar kecilisi Cair seperti bubur Berbentuk, kering padat.

Fungsi faal Terutama absorpsi air, elektrolit

storasi feces, defekasi

patologi Umumnya tipe eksofilik (benjolan), sering ulcerasi luas, berdarah, infeksi.

Umumnya tipe infiltrative (kontriktif ) mudah ileus.

Tanda klinis Massa abdomen, sistemik, perut kembung, nyeri samar

Ileus, hematokezia, gejala iritasi usus.

Sumber: onkologi klinis 2008.

7. Staging Kanker Kolorektal

Klasifikasi stadium kanker kolorektal menurut Dukes

a. Stadium A. kedalaman invansi kanker belum menembus tunika muskularis, tidk

ada metastasis ke kelenjar limfe.

b. Stadium B Kanker telah tumbuh melalui lapisan dalam dari usus besar atau

rektum, namun belum menyebar di luar dinding rektum atau usus besar. Atau

kanker sudah menenbus tunika muskularis dalam, dapat mengivasi tunika serosa,

diluar serosa atau jaringan perirektal tapi tidak ada metastasi ke jaringan limfe.

c. Stadium C kanker telah berkembang melalui atau ke dalam dinding usus besar

atau rektum.. Namun, belum mencapai kelenjar getah bening di dekatnya. Kanker

metastse kekelenjar limfe .

15

Page 16: ASKEP KANKER KOLORETAL

d. Stadium C 1, kanker disertai metastasis kekelenjar limfe samping usus dan

mesentrium

e. Sadium C2. Kanker dan metastasis ke kelenjar limfe dipangkal arteri

mesenterium.

f. Tahap D kankerdisertai metastasis organ jauh, karena infiltrasi luas local atau

metastasis luas ke kelenjar limfe sehingga paska reseksi tak mungkin kuratif atau

non resektabel.

Gambar 7 stadium kanker

Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain

16

Page 17: ASKEP KANKER KOLORETAL

Klasifikasi stadium menurut TNM:

T : tumor primer.

TX : tumor primer sulit dinilai

Tis : karsinoma in stu; tumor terbatas pada intra epitel atau hnya mengenai

tunika propria mukosa.

T0 : tidak ada bukti tumor primer

T1 : tumor mengivansi hingga tunika submukosa

T2 : tumor menginvansi hingga tunika muskularis propria.

T3 : tumor menimbus tunika muskularis propria mencapai subserosa atau

mengenai kolon ektra periptonial atau jaringan perirektal.

T4 : tumor langsung mengivansi organ atau struktur lain dan menembus pars

viceralis peritoneum.

N : kelinjar limfe fregional

NX : kndisi kelenjar limfe regional tak dapat dinilai

N0 : tidak ada metastasis kekelenjar limfe regional.

N1 : metastasis 1-3 buah kelenjar limfe regional

N2 : metastasis lebih dai 4 buah kelenjar limfe regional.

M: Metastsis jauh.

MX : tidak dapat menilai ada tiadaknya metastasis jauh.

M0 : tidak ada metastasis jauh.

M1 : ada metastasis jauh.

17

Page 18: ASKEP KANKER KOLORETAL

Gambar 8 stadium kanker dan penyebaran ke kelenjar limfe.

8. Skrining

Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker yang paling dapat dicegah. Dengan

deteksi dan penghapusan polip adenomatosa secara dini lebih dari 95% dari kanker

kolorektal dapat didiagnosa atau mencegah kematian akibat penyakit ini (Walsh &

Terdiman, 2003 dalam Ivy Bazenky et all (2007). Menurut Hawk dan Levin (2005)

dikutip dari Ivy Bazenky et all (2007), ada empat metode skrining yang dapat

membantu mendeteksi polip atau kanker di usus besar dan rektum: Fecal Okultisme

Blood Test (FOBT), sigmoidoskopi fleksibel, colonoscopy, dan "kolonoskopi virtual"

(computed tomography (CT) colonograph).

a. Fecal Occult Blood Test (FOBT)

Pemeriksaan tes darah samar pada feses: pemeriksaan sederhana ini merupakan

tes penapisan awal kanker kolorektal, dilakukan dengan mengambil contoh feses

yang diletakkan pada kartu khusus yang akan berubah warnanya jika feses

tersebut mengandung darah.Jika hasil FOBT negative belum tentu tidak ada polip

atau kanker hanya saja darah belum terdeteksi dalam tinja. Hasil FOBT positif

juga tidak selalu mengindikasikan adanya polip atau kanker klorektal sehingga

perlu skrining lebih lanjut untuk menemukan darah dalam tinja. Kelemahan

18

Page 19: ASKEP KANKER KOLORETAL

skrining dengan metode FOBT adalah skrining pada polip yang tidak mengalami

perdarahan.

b. sigmoidoskopi fleksibel (FS)

Sigmoidoskopi fleksibel : pipa/ selang kecil dan tipis berkamera dimasukkan ke

rectum sehingga dokter bisa melihat melalui layar monitor ke dalam rektum dan

ke bagian pertama dari usus besar dimana separuh dari polip biasa ditemukan.

Persiapan pasien diberikan diet cairan bening dan diberi resep untuk persiapan

usus. FS dianjurkan setiap 5 tahun bersama dengan FOBT (Smith et al., 2006).

Menurut Hendon & DiPalma, 2005 dikutip dari Ivy Bazenky et all, 2007, bahwa

sigmoidoskopi fleksibel (FS) dapat mendeteksi neoplasia 70%, sedangkan dengan

penambahan FOBT tingkat deteksi adalah 76%. Kerugian utama dari FS adalah

bahwa hanya sebagian dari usus besar distal dapat diperiksa. Menggunakan

sigmoidoscope fleksibel 60 cm, sekitar 65% -75% dari polip adenomatosa dan

40% -65% dari kanker kolorektal dapat dideteksi.

c. Kolonoskopi

Kolonoskopi adalah pemeriksaan yang memiliki kemampuan untuk melihat

seluruh sepanjang usus besar dengan persiapan pasien diet cairan bening dan obat

pencahar untuk membersihkan saluran usus. (Hawk & Levin, 2005 ).

Kolonoskopi merupakan tes yang paling akurat. Pipa/ selang elastis yang panjang

dan kecil dimasukkan kedalam rektum sehingga dokter bisa melihat keseluruhan

usus besar, mengambil polip dan mengambil contoh jaringan untuk dilakukan

biopsi. Pengambilan polip akan mencegah kanker berkembang. Biasanya dokter

akan memberikan anestesi ringan sebelumnya. Pemeriksaan ini dilakukan secara

berkala yaitu setiap 10 tahun.

d. Kolonoskopi virtual (CT colonography

Kolonoskopi virtual (CT colonography) adalah pilihan skrining yang relatif baru

untuk mendeteksi kanker kolorektal (Colonoscopy Virtual, 2005). Kolonoskopi

virtual menghasilkan gambar kolorektal ganda atau tri-dimensi yang dihasilkan

dengan menggunakan data dari CT scan spiral. Metode skrining menarik bagi

banyak orang karena noninvasif dan tidak ada membutuhkan sedasi, dan tampilan

dari seluruh usus besar dan rektum terlihat. Persiapan untuk prosedur ini tidak

19

Page 20: ASKEP KANKER KOLORETAL

memerlukan pembatasan diet yang sama dan pembersihan usus sebagai

kolonoskopi (cairan bening dan obat pencahar), dan insuflasi udara juga

diperlukan untuk pandangan yang jelas dari usus besar (Colonoscopy Virtual,

2005).

Table 2. pedoman skrening, keuntungan dan kerugian

Screening Pedoman Keuntungan KerugianOccult Blood Test Tinja(FOBT)

Setiap tahun dimulai pada usia 50

Biaya yang efektif Non Invasive Dapat dilakukan di

rumah

False-positive/false-negative hasil

Diet pembatasan Durasi pengujian

periodefleksibel Sigmoidoskopi(FS) + FOBT

Setiap 5 tahun dimulai pada usia 50

biaya yang efektif Dapat dilakukan

tanpa sedasi Dilakukan di ruang

dokter Setiap polip

ditemukan dapatdibiopsi

Memeriksa hanya sebagian dari usus besar (screening tambahan mungkin diperlukan)

Ketidaknyamanan bagi pasien

Pembersihan ususKolonoskopi Setiap 10 tahun

dimulai pada usia 50 Pasien dibius Pasien Rawat Jalan

skrining Sebagian besar

skrining yang menyeluruh (pandangan seluruh usus dan rektum)

Polip dapat dihilangkan dandibiopsi

pembersihan usus Sedasi mungkin

menjadi masalah bagi beberapa

Biaya jika tidak diasuransikan

Resiko perforasi

Virtual Colonoscopy (alias computed tomography colonography-CT)

Setiap 10 tahun dimulai pada usia 50

Relatif noninvasif Tidak perlu sedasi Dapat

menampilkan dua atau tiga dimensi perumpamaan

polip kecil mungkin tidak terdeteksi

pembersihan ususBiayaJika polip ditemukan,

kolonoskopi akan diminta

Paparan radiasi Ketidaknyamanan

PasienSumber : Ivy Bazenky, 2007.

9. Pemeriksaan Laboratorium

20

Page 21: ASKEP KANKER KOLORETAL

a. fungsi hati: Alkaline fosfatase atau peningkatan laktat dehidrogenase mungkin

indikasi pertama metastasis hati, glutamat oksaloasetat transaminase serum dan

nilai-nilai bilirubin yang diperlukan jika kemoterapi diindikasikan.

b. Fungsi ginjal: Sebuah nilai kreatinin tinggi menunjukkan ureter obstruksi di

panggul atau daerah para-aorta.

c. Antigen Carcinoembryonic Serum (CEA) adalah oncofetal antigen yang mungkin

diungkapkan oleh tumor kolorektal. CEA harus diperoleh sebaiknya setelah

diagnosis adenokarsinoma telah dibuat dan sebelum pengobatan dimulai (nilai

tinggi sebelum pengobatan menunjukkan bahwa CEA berikutnya mungkin

berguna komponen studi yang digunakan untuk memantau untuk kambuh). CEA

tidak berguna sebagai tes skrining sebagai hasilnya kondisi jinak banyak yang

juga dapat meningkatkan tingkat CEA. Jika CEA adalah 100 atau di atas,

metastasis hati harus dicurigai.

10. Pemeriksaan Diagnostic.

a. BiopsiKonfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika

terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsi

maka sikat sitologi akan sangat berguna.

b. Digital Rectal Examination Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior; serta

spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis

intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan

posisi anatomis kantong douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun

10 cm merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah

lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga

Rectal examination merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa kanker kolon

yang tidak dapat begitu saja diabaikan.

a. Sigmoidoskopi diindikasikan untuk skrining dan harus dilakukan pada setiap

pasien dengan gejala GI rendah atau tes okultisme darah positif. Fleksibel

sigmoidoskopi (60-65 cm) memberikan hasil terbaik untuk biaya dan

ketidaknyamanan yang terlibat.

21

Page 22: ASKEP KANKER KOLORETAL

b. Barium enema diindikasikan untuk anemia defisiensi zat besi yang tidak dapat

dijelaskan. Teknik kontras dapat membantu dalam deteksi polip mukosa. Sebuah

barium enema sangat penting bagi pasien yang memiliki kolonoskopi suboptimal.

c. CT scan

CT scan dapat mengevaluasi abdominal cavity dari pasien kanker kolon pre

operatif. CT scan bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium,

kelenjar limfa dan organ lainnya di pelvis. CT scan sangat berguna untuk

mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai CEA yang meningkat setelah

pembedahan kanker kolon. Penggunaan CT dengan kontras dari abdomen dan

pelvis dapat mengidentifikasi metastase pada hepar dan daerah intraperitoneal.

d. MRI

MRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar daripada CT scan dan sering

digunakan pada klarifikasi lesi yang tak teridentifikasi dengan menggunakan CT

scan. Karena sensifitasnya yang lebih tinggi daripada CT scan, MRI dipergunakan

untuk mengidentifikasikan metastasis ke hepar.

e. USG endorectal dan studi kumparan pencitraan resonansi magnetik keduanya

teknik untuk menentukan tingkat penyebaran lokal ke dalam dan luar dinding

dubur dan deteksi simpul perirectal.

11. Terapi kanker kolorektal

Pilihan terapi terapi sangat tergantung pada stadium, posisi dan ukuran tumor serta

penyebarannya.

a. Pembedahan/ operasi.

Tindakan ini paling umum dilakukan untuk jenis kanker yang terlokalisir dan

dapat diobati.

b. Radioterapi/ radiasi.

Tergantung pada letak/posisi dan ukuran tumor, radioterapi hanya digunakan

untuk tumor pada rektum, sehingga mempermudah pengambilannya saat operasi.

Radioterapi juga bisa diberikan setelah pembedahan untuk membersihkan sel

kanker yang mungkin masih tersisa.

c. Kemoterapi.

22

Page 23: ASKEP KANKER KOLORETAL

Kemoterapi menghancurkan sel kanker dengan cara merusak kemampuan sel

kanker untuk berkembangbiak. Pada beberapa kasus kemoterapi diperlukan

untuk memastikan kanker telah hilang dan tak akan muncul lagi. Salah satu

pilihan kemoterapi yang banyak digunakan adalah Capecitabine (Xeloda®),

kemoterapi berbentuk tablet yang pertama di dunia. Capecitabine adalah tablet

yang bekerja menyerang sel kanker saja tanpa menimbulkan ketidaknyamanan

dan bahaya seperti pada kemoterapi infus konvensional.

d. Terapi Fokus Sasaran (Targeted Therapy).

Salah satu jenis terapi fokus sasaran adalah antibodi monoklonal. Antibodi ada

dalam tubuh kita sebagai bagian dari sistem pertahanan tubuh yang disebut

sistem kekebalan (sistem imun) yang berfungsi melawan penyebab penyakit

seperti bakteri. Antibodi monoklonal dapat bekerja dengan merangsang sistem

kekebalan tubuh alamiah untuk secara khusus menyerang sel kanker. Terapi ini

dapat digunakan secara tunggal, atau kombinasi dengan kemoterapi. Salah satu

terapi antibodi monoklonal adalah Bevacizumab (dipasarkan dengan nama

Avastin®) yang bekerja dengan cara menghambat pasokan darah ke tumor

sehingga menghambat pertumbuhan tumor, memperkecil ukuran tumor dan

mematikannya.

12. Pencegahan.

Bebeerapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kanker kolorektal

yang dikutip dari artikel oleh Christian Nordqvist, 2009 adalah sebagai berikut:

a. Dengan Pola makan yang baik yaitu mengkonsumsi makanan tinggi serat dan

tinggi protein, mengurangi konsumsi daging merah dan lemak jenuh yang

berasal dari hewani.

b. Melakukan aktifitas fisik secara rutin/olah raga dapat mengurangi resiko terkena

kanker kolorektal.

c. Menggunakan obat-obat chemoprevention seperti Aspirin dan golongan obat-

obat antiinflamasi non steroid.

d. Menjaga berat badan yang sehat. Kelebihan berat badan atau obesitas

meningkatkan risiko seseorang terkena kanker, termasuk kanker kolorektal.

23

Page 24: ASKEP KANKER KOLORETAL

e. Melakukan skrining terutama jika memiliki riwayat kanker kolorektal, ada

riwayat keluarga yang menderita kanker kolorektal.

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik

Pengkajian dan pemeriksaan fisik merupakan proses dari asuhan keperawatan untuk

mendapatkan data dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan kanker kolorektal.

a. Data yang harus dikaji adalah:

1) Riwayat kesehatan pasien: menderita polip, infeksi usus seperti colitis,

divertikulosis, dan penyakit crohn.

2) Riwayat kesehatan keluarga: apakah ada anggota keluarga yang menderita

kanker dan khususnya kanker kolon.

3) Factor lingkungan : diet rendah serat, tinggi lemak, minum alcohol, merokok.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Usus Kanan : anemia mikrositik, okultisme darah dalam tinja, diare, atau

massa teraba di kuadran kanan bawah.

2) kolon sebelah kiri: Hematochezia (biasanya darah merah dicampur dengan

tinja), penurunan kaliber feses, atau gejala obstruktif.

3) Rektum: lesi rektal sering hadir dengan pendarahan dubur (65% sampai 90%),

perubahan kebiasaan buang air besar (45% sampai 80%), dan kaliber feses

berkurang. Nyeri dan tenesmus mungkin terjadi sebagai gejala kemudian.

Pendarahan anus sering awalnya dianggap berasal dari wasir dan lesi mungkin

untuk jangka waktu yang lama, terutama pada pasien 40 tahun atau lebih

muda. kebanyakan kanker dubur dapat dideteksi dan mobilitas mereka

didefinisikan oleh pemeriksaan colok dubur (65% sampai 80%).

Proctosigmoidoscopy maka harus dilakukan dengan biopsi yang tepat untuk

menegakkan diagnosis.

24

Page 25: ASKEP KANKER KOLORETAL

4) Metastasis penyakit: kuadran Hepatomegali atau nyeri kanan atas (liver),

batuk atau nyeri dada (paru-paru), tulang atau massa jaringan lunak dapat

menunjukkan adanya penyakit metastasis.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Menurut Gulanick / Myer (2007) terdapat 5 diagnosa keperawatan pada pasien

dengan kanker kolorektal adalah sebagai berikut:

a. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Penyakit baru,Persiapan

preoperative yang ditandai:Adanya pertanyaan, tidak adanya pertanyaan,

mengucapkan salah pengertian, ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam

membuat keputusan pengobatan

Hasil Yang Diharapkan :

Pasien mengungkapkan pemahaman proses penyakit.

Pasien mengungkapkan pemahaman prosedur yang diusulkan.

Kriteria Hasil NOC :

Pasien mengetahui proses penyakit

Pasien mengetahui prosedur pengobatan

Intervensi NIC :

Ajarkan proses penyakit, tindakan preoperative, prosedur pengobatan

Tindakan/Intervensi :

■ Menilai pengetahuan tentang gejala tanda umum dari kanker kolon.

Rasional : Karena kanker kolon mencapai stadium lanjut pada saat

didiagnosis, pasien mungkin merasa sedih karena tidak memiliki/mencari

pengobatan lebih cepat.

■ Menilai pengetahuan tentang prosedur diagnostik yang diperlukan.

Rasional : Pasien mungkin memiliki beberapa pemeriksaan diagnostik pada

saat ini dan tidak dapat memahami pentingnya mengulangi prosedur atau

menjalani studi diagnostik lebih lanjut.

■ Menilai pengetahuan tentang pengobatan metode yang diusulkan dan hasil

yang mungkin didapatkan.

25

Page 26: ASKEP KANKER KOLORETAL

Rasional : Seperti pasien kanker lainnya, pasien mungkin merasa putus asa

bahwa "tidak ada yang bisa dilakukan"

■ Ajarkan pasien tentang kanker kolon, sebagai berikut :

faktor risiko

Rasional : Riwayat keluarga dan riwayat pribadi tentang kanker

kolorektal, polip kolorektal, atau penyakit inflamasi usus kronis adalah

risiko terbesar untuk kanker. Faktor risiko lain termasuk diet (tinggi

kalori, tinggi lemak, rendah serat) dan riwayat kanker lainnya, terutama

kanker payudara pada wanita.

Tanda dan gejala

Raional : Karena sisi kanan usus besar dpt dilembungkan, tumor di sisi

kanan biasanya asimptomatik sampai penyakit ini meluas. Gejala pada

waktu itu meliputi penurunan berat badan, anemia, kelemahan, dan

kelelahan. Tumor pada sisi kiri usus besar biasanya menghasilkan

perdarahan, sembelit dan / atau diare, kram perut meningkat, penurunan

kaliber feses (misalnya, berbentuk pensil atau pita), perasaan pengosongan

tidak lengkap, dan kadang-kadang obstruksi penuh.

Metode penyebaran dan hubungan terhadap pengobatan

Rasional : Kanker usus besar menyebar dengan ekstensi langsung ke

jaringan sekitarnya, dan oleh saluran limfatik, dan dengan penyemaian ke

dalam rongga peritoneal. Eksisi tumor dan jaringan di sekitarnya hanya

pengobatan kuratif, meskipun terapi radiasi, kemoterapi, dan

immunotherapy dapat membantu mengurangi tumor dan memeriksa

penyebaran. Biopsi yang dilakukan oleh kolonoskopi dapat

mengindikasikan tahap tumor usus meskipun hanya pada operasi akan

sepenuhnya dari penyakit diketahui.

■ Ajarkan pasien tentang prosedur diagnostik, sebagai berikut:

Colonoscopy dengan biopsi dari lesi untuk menegakkan diagnosa

Rasional : Colonoscopy adalah prosedur yang menggunakan instrumen

lingkup fleksibel untuk memvisualisasikan seluruh usus besar secara

langsung. Meskipun tumor mungkin telah diidentifikasi dengan

26

Page 27: ASKEP KANKER KOLORETAL

pemeriksaan digital, seluruh usus besar harus diperiksa sebelum operasi,

adanya lebih dari satu tumor sangat mungkin.

Carcinoembryonic antigen (CEA)

Rasional : CEA adalah tes darah yang memberikan indikasi aktivitas

kanker yang sedang berlangsung. Darah diambil sebelum operasi

sehingga kemajuan dapat dipantau pasca operasi.

Pemeriksaan x-ray Dada

Rasional : x-ray preoperative studi dilakukan untuk mengevaluasi paru-

paru untuk bukti penyakit metastasis.

Computed tomography (CT) scan

Rasional : CT scan dilakukan untuk menentukan penyebaran metastasis

jauh. Informasi ini membantu ahli bedah memutuskan seberapa luas

prosedur yang diperlukan.

Tes darah lengkap (DL)

Rasional : DL ditentukan untuk menilai anemia. Perdarahan dapat

mengakibatkan anemia yang signifikan, yang dikoreksi sebelum operasi.

Endoskopi

Rasional : Ini mengidentifikasi lesi dalam lapisan dinding usus dan

membedakan kelenjar getah bening yang terlibat.

Jenis pengobatan dengan bedah

Rasional : Jenis operasi akan ditentukan oleh lokasi tumor dan apakah

atau tidak ada metastasis. Hemicolectomy kanan atau kiri (penghapusan

semester kanan atau kiri dari usus usus besar atau besar) dilakukan untuk

mengangkat tumor dari kolon asendens, transversum, desendens, dan

sigmoid. Tumor yang terlalu dekat dengan anus diperlakukan dengan

reseksi abdominoperineal (reseksi sebagian usus besar, bersama dengan

rektum), hasil prosedur ini dalam kolostomi permanen karena dubur

hilang. Tumor yang berada di usus rectosigmoid rendah atau rektum

dapat diobati dengan reseksi anterior rendah.

■ Ajarkan pasien tentang langkah-langkah yang diambil untuk

mempersiapkan usus untuk operasi:

27

Page 28: ASKEP KANKER KOLORETAL

Diet Cairan bening

Rasional : Ini mengurangi residu dalam usus.

Antibiotik

Rasional : Ini mengurangi bakteri yang biasanya hadir dalam usus besar

untuk mencegah peritonitis pascaoperasi.

Colyte, GoLYTELY, dan / atau agen osmotik lainnya

Rasional : Ini menyebabkan diare dan usus bersih sebelum operasi; ini

juga dapat digunakan sebelum kolonoskopi. Persiapan usus dilakukan

secara universal, tetapi tidak didukung oleh literatur.

b. Perubahan pola eliminasi: ileus pasca operasi berhubungan dengan general

anastesi, Manipulasi usus selama pembedahan yang ditandai dengan : tidak ada

suara bising usus saat diauskultasi, laporan perasaan kembung, mual,perut

distensi, tidak ada flatus.

Hasil yang diharapkan :

Pasien memiliki bising usus dalam waktu 48 sampai 72 jam pasca operasi.

Kriteria hasil NOC :

Eliminasi bowel

Intervensi NIC :

Perut kembung berkurang

Manajemen bowel

Tindakan/Intervensi :

■ Menilai untuk bising usus, distensi abdomen, adanya flatus dan feses, dan

kepenuhan perut tiap pergantian shift.

Rasional : Bising usus akan hypoactive awalnya, tetapi harus kembali

normal 48 sampai 72 jam setelah operasi. Adanya flatus atau feses

menunjukkan kembalinya peristaltik. Distensi perut dan kepenuhan, dan

tidak adanya bising usus, flatus, dan tinja dapat menunjukkan ileus

paralitik pasca operasi.

■ Catatan keluarnya flatus dan tinja pertama kali.

Rasional : Ini tanda adanya motilitas gastrointestinal.

28

Page 29: ASKEP KANKER KOLORETAL

■ Menilai untuk keluhan distensi atau mual.

Rasional : Keduanya dapat terjadi jika isi usus menumpuk tanpa adanya

gerakan peristaltik.

■ Menjaga masukan peroral sampai usus terdengar kembali dan pasien

mulai flatus. Cairan akan diberikan secara intravena.

Rasional : Sampai kembali aktivitas peristaltik, asupan oral menempatkan

pasien pada risiko mual dan muntah.

■ Pastikan patensi tabung nasogastrik dan berikan perawatan mulut yang

baik.

Rasional : Hal ini membuat perut kosong dan mengurangi risiko mual,

muntah, dan aspirasi.

■ Mendorong dan membantu ambulasi hari pertama pasca operasi.

Rasional : Ini merangsang peristaltik usus.

■ Membantu pasien dengan makanan awal dan pemilihan cairan.

Rasional : ini meminimalkan distensi gas.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

metabolisme karenana tuntutan (stres dari operasi), tidak ada masukan per oral

selama lebih dari 4 hari, Primer diagnosis (kanker), demam, penurunan motilitas

gastrointestinal yang ditandai dengan : berat badan menurun, penyembuhan luka

yang buruk albumin serum rendah (<3,5 g / dl)

Hasil yang diharapkan :

Pasien kembali ke diet umum dalam waktu 5 sampai 7 hari setelah operasi.

Kriteria Hasil NOC :

Status gizi, asupan gizi

Intervensi NIC :

Monitor asupan gizi

Tindakan/Intervensi :

■ Ukur berat badan pasca operasi, dibandingkan dengan berat badan pra

operasi.

29

Page 30: ASKEP KANKER KOLORETAL

Rasional : Berat dibandingkan dengan berat awal pasien untuk menentukan

tingkat keparahan kekurangan gizi.

▲ Monitor kadar albumin serum

Rasional : Serum albumin kurang dari 3,5 g/dL merupakan indikator

memadai tingkat protein mendalam dan menunjukkan kelaparan pasca

operasi.

▲ Pantau penyembuhan luka

Rasional : Penundaan penyembuhan luka adalah tanda gizi tidak seimbang

dan protein kekurangan.

■ Monitor suhu.

Rasional : ntuk setiap derajat Fahrenheit diatas suhu tubuh normal,

metabolisme kebutuhan kalori meningkat sebesar 7%.

▲ Berikan cairan IV seperti yang diperintahkan.

Rasional : Satu liter dextrose 5% menyediakan sekitar 200 kkal, yang dapat

mencapai kebutuhan protein tubuh.

▲ Jika status gizi buruk dan ileus belum diselesaikan, dianggap hiperalimentasi

perifer atau sentral.

Rasional : Suplemen gizi dapat diberikan intravena untuk mempertahankan

keadaan anabolik.

▲ Berikan antipiretik jika suhu di atas 39,30C (101 "F).

Rasional : Obat ini diberikan untuk mengontrol demam, yang meningkatkan

kebutuhan metabolik.

d. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur yang lama, kebocoran isi usus

pada Intrabedah, penyisipan stapler melingkar melalui rektum ke rongga perut,

luka Pascaoperasi terkontaminasi.

Hasil yang diharapkan :

Pasien tetap bebas dari infeksi yang dibuktikan dengan suhu kurang dari 38.50C

(101,30 F) dan luka bersih dan kering,

30

Page 31: ASKEP KANKER KOLORETAL

Kriteria Hasil NOC :

Pengendalian Risiko: Penyembuhan Luka Primer

Intervensi NIC :

Kontrol resiko infeksi, perawatan luka

Tindakan/Intervensi :

■ Nilai lama prosedur pembedahan.

Rasional : Semakin lama pasien dalam operasi semakin besar risiko untuk

infeksi pasca operasi.

■ Nilai luka dari kemerahan, kehangatan, drainase, nyeri, pembengkakan.

Rasional : Ini adalah tanda-tanda infeksi pada luka.

▲ Dapatkan kultur drainase yang mencurigakan.

Rasional : Drainase yang normal jelas, kuning, dan tidak berbau

■ Monitor suhu

Rasional : Suhu di atas 38,50C (101,3 0F) kecurigaan infeksi.

▲ Monitor sel darah putih (WBC)

Rasional : nilai WBC tinggi merupakan indikasi infeksi.

■ Cuci tangan saat memasuki ruangan.

Rasional : Mencuci tangan adalah cara yang paling efektif untuk mengontrol

infeksi.

■ Gunakan teknik aseptik untuk perawatan luka.

Rasional : Teknik aseptik mencegah penularan infeksi bakteri pada luka

bedah.

▲ Berikan antibiotik dan antipiretik yang diresepkan.

Rasional : Ini mencegah infeksi dan demam terkait dengan infeksi.

■ Jika terdapat stoma, pertahankan keadaan kulit yang baik.

Rasional : Ini mengisolasi drainase tinja.

e. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan tidak adanya pengalaman

sebelumnya tentang operasi usus, perlu untuk manajemen rumah, perlu jangka

panjang untuk tindak lanjut perawatan yang ditandai dengan : Adanya

31

Page 32: ASKEP KANKER KOLORETAL

beberapa pertanyaan, tidak adanya pertanyaan, ketidakmampuan untuk

memberikan perawatan diri.

Hasil yang Diharapkan :

Pasien memperoleh pengetahuan dan menunjukkan kemampuan untuk

melakukan perawatan luka, pilihan diet yang tepat, rencana kegiatan laporan,

dan menerima tindak lanjut perawatan yang diperlukan.

Kriteria hasil NOC :

Pengetahuan tentang diet, proses penyakit, rejimen pengobatan

Intervensi NIC :

mengajar proses penyakit, mengajar keterampilan psikomotor, mengajar

aktivitas yang ditentukan, mengajar diet yang ditentukan

Tindakan/Intervensi :

■ Menilai kemampuan untuk melakukan perawatan luka, verbalisasi aktivitas

yang tepat, dan menggambarkan pola makan yang tepat.

Rasional : pasien akan belajar dengan baik ketika mereka adalah merasa

aktif.

■ Menilai pemahaman kebutuhan untuk terapi kanker lebih lanjut.

Rasional : Pasien yang menjalani operasi perut untuk keganasan

mungkin memerlukan terapi lebih lanjut seperti kemoterapi, radiasi, atau

imunoterapi.

■ Menilai pemahaman kebutuhan untuk tindak lanjut perawatan.

Rasional : kekambuhan berkelanjutan diperlukan untuk mendeteksi

kekambuhan

kanker.

■ Menilai pemahaman fungsi usus yang diharapkan.

Rasional : Pasien harus memahami bahwa pola buang air besar yang biasa

mungkin tidak kembali sampai 2 sampai 3 minggu pasca operasi.

■ Ajarkan pasien atau pengasuh untuk melakukan perawatan luka yang tepat:

luka perut Anterior

rasional : Staples atau jahitan dan dressing biasanya telah dihilangkan

pada saat pelepasan.

32

Page 33: ASKEP KANKER KOLORETAL

Perawatan perial

Rasional : pasien dapat mandi dua kali sehari untuk kebersihan dan rasa

nyaman, lakukan tekhnik bersih untuk perawatan luka dan menggunakan

sarung tanganbersih.

■ Jika pasien memiliki kolostomi:

Ajarkan pasien atau keluarga bagaimana menerapkan penghalang kulit

sekitar stoma.

Rasional : Ini mencegah iritasi kulit karena pengeluaran tinja

Menginformasikan pasien atau keluarga bahwa penghalang dapat tetap

pada kulit selama 3 sampai 4 hari. Ini harus dilepas setelah hari keempat,

dan kulit di sekitar stoma harus diperiksa.

Rasional : Infeksi kulit, iritasi, dan reaksi alergi terhadap penghalang

dapat terjadi di sekitar stoma.

Bersihkan kulit dengan air hangat dan sabun lembut. Keringkan kulit

sepenuhnya sebelum menerapkan penghalang baru.

Rasional : Langkah-langkah mempertahankan integriry kulit dan

mengurangi infeksi.

Gantikan kantong tinja apabila setengah penuh.

Rasional : Mengosongkan kantong sebelum terlalu penuh mengurangi

risiko kebocoran

Catat jumlah, warna dan konsistensi tinja.

Rasional : Perubahan dalam diet dan infeksi dapat menghasilkan

perubahan dalam output kotoran dari stoma

Jika tidak ada tinja dari kolostomi, periksa stoma dengan jari, sarung

dilumasi. Jika masih ada tinja atau flatus, beritahu dokter.

Rasional : Tidak adanya output kolostomi mungkin merupakan tanda

obstruksi usus.

■ Ajarkan pasien pedoman aktivitas yang sesuai:.

33

Page 34: ASKEP KANKER KOLORETAL

Mengangkat beban tidak lebih dari 10 kilogram selama 6 minggu

Rasional : Hal ini mengurangi ketegangan pada otot-otot perut dan risiko

untuk prolaps stoma.

Olahraga ringan (misalnya, berjalan)

Rasional : Latihan meningkatkan stamina dan mencegah thrombosis dan

pneumonia.

Anjurkan pasien untuk mandi

Rasional : Pasien biasanya dapat mandi setelah luka mulai sembuh.

Mandi kecuali luka perineum terbuka.

Rasional : Ini bisa memakan waktu hingga 8 minggu untuk sembuh

sepenuhnya.

Pasien tidak diijinkan mengemudi sampai luka perut anterior sembuh

Rasional : Pengoperasian pedal kaki saat mengemudi, terutama rem

pedal, meningkatkan ketegangan pada otot-otot perut.

■ Ajarkan pasien berikut tentang diet:

Mengkonsumsi gizi yang seimbang, tinggi kalori, diet tinggi protein yang

diinginkan untuk penyembuhan.

Rasional : Jenis diet harus seimbang selama minggu untuk proses

penyembuhan yang efektif.

Serat harus ditambahkan ke dalam makanan.

Rasional : Diet tinggi serat dikaitkan dengan buang air besar lebih sering

dan lebih sedikit waktu untuk makanan karsinogenik diduga oleh-produk

untuk berhubungan dengan mukosa kolon. makanan tinggi serat termasuk

biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran.

■ Ajarkan pasien alasan untuk direncanakan terapi lanjut pada setiap kanker

(misalnya, kemoterapi, terapi radiasi, imunoterapi).

Rasional : Terapi ini biasanya ditawarkan jika laporan pathotogy

menunjukkan bahwa tumor itu tidak terbatas pada usus atau dinding usus.

■ Ajarkan pasien pentingnya tindak lanjut colonoscopies.

34

Page 35: ASKEP KANKER KOLORETAL

Rasional : Ini memungkinkan deteksi dini dari setiap tumor berulang,

Mereka biasanya dijadwalkan setiap 6 bulan bagi pasien riwayat kanker usus

besar.

■ Diskusikan risiko keluarga dengan pasien.

Rasional : Orang tua, saudara, dan anak-anak dewasa yang lebih tua dari 40

tahun harus diskrining tahunan untuk kanker usus besar.

■ Ajarkan pasien yang telah mengalami pengangkatan rektum bahwa perlu

memiliki gerakan usus yang normal adalah normal dan akan mereda dari

waktu ke waktu.

Rasional : Situasi ini terkait dengan serabut saraf yang tersisa di perineum.

■ Anjurkan pasien untuk mencari bantuan medis untuk setiap keadaan berikut:

suhu lebih tinggi dari 380C (100,40 F), nyeri , luka drainase berbau busuk,

kemerahan atau warna yang tidak biasa, atau tidak adanya gerakan usus.

Rasional : Mungkin tanda-tanda dan gejala yang mengindikasikan infeksi

atau obstruksi usus.

f. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit, destrukrif jaringan saraf,

inflamasi yang ditandai dengan menurunnya interaksi, penurunan dalam

melakukan aktivitas, lelah, dan gangguan pola tidur.

Hasil Yang diharapkan: Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

Keluhan nyeri berkurang-hilang, klien tanpak rileks selama proses perawatan.

■ Kaji lokasi, intensitas frekuesi, durasi, factor penyebab nyeri

Rasional: Sebagai data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan intervensi

■ Beri posisi yang nyaman.

Rasional: Mengurangi nyeri.

■ Kaji koping yang digunakan klien untuk mengurangi nyeri dan hasilnya.

Rasional: Mengetahui apa saja yangsudah di coba oleh klien untuk

mengurangi nyeri dan keefektifannya

35

Page 36: ASKEP KANKER KOLORETAL

■ Anjurkan klien cara mengurangi nyeri dengan :

o Nafas dalam.

o Visualisasi, bimbingan imajinatif seperti menghitung jumlah benda

yang ada, menghitung dalam hati, dan sebagainya.

o Massage pada area nyeri

o ucupressure

Rasional Mengurangi nyeri dengan menurunkan ketegangan pada klien

■ ajarkan pada klien dan keluarga untuk menggunakan obat untuk mengurangi

nyeri: nonopoid (acetaminophen), opoid analgesics ( narcotics),

antidepressants

Rasional Sebagai obat pengurang rasa sakit dan mengurangi kecemasan

g. Fatigue berhubungan dengan kekurangan oksigen yang ditandai degan capek,

lelah, lemah, pucat, sesak nafas bila beraktivitas

Hasil yang diharapkan : klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas

Criteria hasil : klien mengungkapkan rasa lelah, lemah, capek berkurang, Hb

dalam batas normal, tanda vital : TD ( sistolik : 120-140 mmHg, diastolic : 60-

90 mmHg.) pernafasan :12-20 x/menit , nadi : 60- 80x/menit.

Intervensi keperawatan :

■ Kaji kemampuan aktivitas pasien dan factor penyebab kelehan

Rasional :menetapkan kemampuan /kebutuhan pasien dan memudahkan

pilihan intervensi.

■ Berikan lingkungan yang tenang.

Rasional :menurunkan stress dan rangsang berlebih.

■ Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan.

Rasional :menurunkan laju metabolik, untuk penyembuhan.

■ Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan O2.

■ Monitor hemoglobin, hematokrit, dan RBC

36

Page 37: ASKEP KANKER KOLORETAL

Rasional: untuk menetukan terapi, penurunan RBC dapat menyebabkan

penurunan oksigen dalam darah.

▲ Antipasi untuk transfusi darah untuk paket RBCs

Rasional : untuk meningkatkan oksigen dalam darah.

Keterangan :

■ : Tindakan mandiri ▲ : Kolaboratif

37

Page 38: ASKEP KANKER KOLORETAL

BAB III

KESIMPULAN

Kanker kolorektal adalah tumor ganas yang timbul dari dinding bagian dalam

usus besar. Di seluruh dunia, jumlah kasus baru kanker kolorektal pada pria dan wanita

menempati urutan ketiga di antara jenis kanker yang lainnya.

Peningkatan kejadian kasus kanker kolorektal dapat disebabkan oleh beberapa factor

yakni polip adenomatosa yang berkembang menjadi kanker kolorektal karena proses

karsinogenesis yang terjadi berada pada tahap intermediet. Pada penyakit inflamasi usus

seperti colitis dan ulserativa sangat kronis, factor lingkungan yang meliputi diet lemak

tinggi dari makanan dapat merangsang produksi asam empedu yang mempengaruhi

proliferasi epitel usus dan rendah serat meningkatkan curah kotoran, menurunkan waktu

bertahannya kotoran, dan menurunkan pH tinja, semua ini adalah faktor-faktor yang

berpotensi mengurangi dampak intraluminal karsinogen. Sedangkan hubungn antara

hereditas dan tumorgenesis dapat asumsikan bahwa terdapat dua jenis gen yang lansung

berperan dalam tumorgenesis, yaitu onkogen dan supresor onkogen. Produk ekspresi

onkogen berefek regulasi positif terhadap proliferasi sel. Bila mengalami mutasi atau

overekspresi, dapat menyebabkan sel berproliferasi berlebihan, sedangkan supresor

onkogen mengekspresikan produk yang berefek regulasi ngatif terhadap proliferasi sel.

Bila struktur atau fungsi supresor onkogen berubah atau hilang, regulasi terhadap

prolifeasi sel hilang, dan juga menimbulkan sinyal yang memacu hiperproliferasi sel.,

Wan Desen (2008).

Perkembangan insiden kanker kolorektal tidak hanya terjadi usia diatas 50 tahun

tetapi dapat terjadi pada usia dibawah 50 tahun. Oleh karena itu peran perawat yang

profesional sangat diperlukan dalam memberikan edukasi guna meningkatan pengetahuan

dan pemahaman masyarakat tentang pencegahan kanker khususnya konker kolorektal.

Adapun aspek pencegahan yang perlu diperhatikan untuk mencegah kanker kolorektal

meliputi factor biologi, lingkungan dan melakukan skrining sedini mungkin pada

masyarakat yang ada riwayat keluarga atau pernah menderita kanker kolorektal. Dan

skring secara berkala sangat direkomendasikan pada masyarakat dengan usia lebih dari

50 tahun.

38

Page 39: ASKEP KANKER KOLORETAL

DAFTAR PUSTAKA

Anthony McGrath 2005 Anatomy and Physiology of the Bowel and Urinary Systems http://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample_chapter/9781405114073/9781405114073_4_001.pdf

CDC 2012 Colorectal Cancer Statistics http://www.cdc.gov/cancer/colorectal/statistics/

Christian Nordqvist 2009 What Is Colorectal Cancer (Bowel Cancer)? What Causes Colorectal Cancer http://www.medicalnewstoday.com/articles/155598.php.

Desen Wan 2008. Buku Ajar Onkologi. Edisi 2. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

European Journal of Cancer Prevention, 2011. Gastrointestinal cancer http://journals.lww.com/eurjcancerprev/Abstract/2011/01000/The_changing_epidemiology_of_colorectal_cancer_and.7.aspx

Gulanick & Myer.2007. Nursing Care Plans. Nursing Diagnosis and Intervensi, 6 th Edittion. Mosby.

Ivy Bazensky, Candice Shoobridge dan Moran Linda H. Yoder 2007 Colorectal Cancer: An Overview of the Epidemiology, Risk Factors, Symptoms, and Screening Guidelines http://c-changetogether.org/Websites/cchange/Images/MedSurg%20Journals/2007/MSJFeb07_C-Change.pdf

Rubin Philip, 2001. Clinical Onkology A Multidisciplinary Approach for Physicians and Students. 8 th

Edition WB Saunders Company.

Stefan Silbernagl & Florian Lang (2000). Color Atlas Of Pathophysiology. Alih bahasa: Iwan Setiawan (2006) Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi, Jakarta : EGC.

WHO 2012. Cancer http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/

39