67
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. M DENGAN MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI DI DUSUN GLENGSERAN DESA SUCI KECAMATAN PANTI JEMBER OLEH Owien Themas Mico Arigayo, S.Kep. NIM. 07 1101 053

Askep Keluarga Tn. m

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep Keluarga Tn. m

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. MDENGAN MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI

DI DUSUN GLENGSERAN DESA SUCI KECAMATAN PANTIJEMBER

OLEH

Owien Themas Mico Arigayo, S.Kep.NIM. 07 1101 053

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER2011

Page 2: Askep Keluarga Tn. m

PERYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Keluar Ny. S dengan masalah

Kesehatan Hipertensi di Dusun Glengseran Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten

Jember

Jember, Februari 2012Pembimbing Akademik

Susi WA. S.Kep Ners

Page 3: Askep Keluarga Tn. m

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny. SDENGAN MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI

DI DUSUN GlENGSERAN DESA SUCIKECAMATAN PANTI

JEMBER

A. KONSEP DASAR HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga

melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mm Hg dan tekanan

diastole diatas 90 mm Hg (Smeltzer, 2001 ).

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO

menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan

darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem

kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,

tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ

lain. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala yang jelas dari

kerusakan dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi

hipertensi adalah :

KategoriTekanan sistolik

(mmHg)Tekanan Diastolik

(mmHg)Normal < 130 <85Normal Tinggi 130-139 85-89Hipertensi:Stage I (ringan)Stage II (sedang)Stage III (berat)

140-159160-179180-209

90-99100-109110-120

Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007),

mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu normal

(SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP

Page 4: Askep Keluarga Tn. m

< 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120-139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg),

hipertensi tahap 1 (SBP 140-159 mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi

tahap 2 (SBP ≥ 160 dan DBP ≥ 100. mm Hg.)

Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta, membagi hipertensi

6 tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan darah diastolik,

normal kadang 90-100 mmHg. Hipertensi ringan, tekanan darah diastolik

90-140 mmHg. Hipertensi sedang, tekanan darah diastolik 105-114 mmHg.

Hipertensi berat tekanan darah diastolik >115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis

yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg yang disertai gangguan fungsi

target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160

mmHg.

Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA RS

Harapan Kita (2003) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal

ini terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah

hipertensi urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan

tetapi tekanan darah perlu diturunkan dengan segera atau secara bertahap dalam

waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah dengan cepat akan

menimbulkan efek ischemik pada organ target.

3. Etiologi

Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya

Reeves & lockhart (2001) mengemukakan bahwa Faktor-faktor resiko yang

dapat menyebabkan hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok,

hipernatriumia). Sedang Long (1995), TIM POKJA RS Harapan Kita (2003) dan

Yayasan jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa Penyebab hipertensi

dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial)

merupakan tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam

yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,

hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok. Sedangkan

Page 5: Askep Keluarga Tn. m

hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena

penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan

tekanan intra kranial, yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat tertentu

missal obat kontrasepsi.

Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi

beragam diantaranya adalah: stres, kegemukan, merokok, hipernatriumia, retensi

air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,

hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia

gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak,

pengaruh obat tertentu misal obat kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang

olah raga, genetik, Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar

tidak diketahui penyebabnya.

4. Manifestasi Klinik

Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003) mengemukakan bahwa

manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh

sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual,

gelisah, muntah, kelemahan otot, epitaksis bahkan ada yang mengalami

perubahan mental.

Sedangkan menurut Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) hipertensi esensial

kadang tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ

target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang

mengalami gejala dengan sakit kepala, epitaksis.

5. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka morbiditas

sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan

terus dikembangkan.

Page 6: Askep Keluarga Tn. m

Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi yaitu dengan non farmakologis dan

dengan farmakologis. Cara non farmakologis dengan menurunkan berat badan

pada penderita yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah

kebiasaan hidup, olah raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara

teratur. Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan

obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta

bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine,

nitroprusside, captopril. Simphatolitic seperti hidralazine, diazoxine. Antagonis

kalsium seperti nefedipine (adalat).

Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip yaitu pengobatan

hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan

hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan

memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya

menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi,

pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan mungkin

seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan standard triple therapy (STT)

menjadi dasar pengobatan hipertensi.

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi adalah diantaranya :

penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic

attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark

miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit mata seperti

perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan

sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan

faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin

analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula

Page 7: Askep Keluarga Tn. m

darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL) dan pemeriksaan EKG. sebagai

tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein,

asam urat, TSH dan ekordiografi.

Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)

kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium

serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit

(indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi),

urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (faktor

penyebab hipertensi) EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP

(dapat mengidentifikasi hipertensi).

Page 8: Askep Keluarga Tn. m

Jenis kelaminumur Gaya hidup obesitas

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Nyeri kepala

Gangguan pola tidur (insomnia)

Suplai O2 otak menurun

sinkop

Gangguan perfusi jaringan

serebral

Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal

Blood flow munurun

Respon RAA

Rangsang aldosteron

Retensi Na

edema

sistemik

vasokonstriksi

Afterload meningkat

Penurunan curah jantung

Fatique

Intoleransi aktifitas

koroner

Iskemi miocard

Nyeri dada

Spasme arteriole

diplopia

Resti injuri

Resistensi pembuluh darah otak

Elastisitas , arteriosklerosis

Kelebihan volume cairan

8. Pathways

Page 9: Askep Keluarga Tn. m

B. KONSEP DASAR KELUARGA

1. Pegertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu

atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy,2005).

2. Tahap-tahap Kehidupan Keluarga

a. Tahap pembentukan keluarga, tahap ini dimulai dari pernikahan, yang

dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.

b. Tahap menjelang kelahiran anak, tugas utama keluarga untuk mendapatkan

keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan

kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.

c. Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan

memberikan kasih sayang kepada anak karena pada tahap ini bayi

kehidupannya sangat bergantung kepada orang tuanya. Dan kondisinya

masih sangat lemah.

d. Tahap menghadapi anak prasekolah, pada tahap ini anak sudah mulai

mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman

sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan karena tidak

mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak

sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga

adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama,

norma-norma sosial budaya, dsb.

e. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga adalah

bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa

depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-

tugas di sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak.

f. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini adalah tahap yang paling

rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam

membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang

Page 10: Askep Keluarga Tn. m

tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua

orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.

g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat, setelah melalui tahap remaja dan

anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya

adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang

sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah

tangga.

h. Tahap berdua kembali, setelah anak besar dan menempuh kehidupan

keluarga sendiri-sendiri,tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini

keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan

dapat menimbulkan depresi dan stress.

i. Tahap masa tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua

mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

3. Tugas Perkembangan Sesuai Dengan  Tahap Perkembangan

a. Keluarga baru menikah

1) Membina hub. Intim

2) Bina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial

3) Mendiskusikan rencana punya anak

b. Keluarga dengan anak baru lahir

1) Persiapan menjadi orang tua

2) Adaptasi keluarga baru, interaksi keluarga, hubungan seksual

c. Keluarga dengan usia pra sekolah

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga rumah, rasa aman

2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Mempertahankan hubungan yg sehat klg intern dan luar

4) Pembagian tanggung jawab

5) kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak

Page 11: Askep Keluarga Tn. m

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

1) Membantu sosialisasi anak dg lingkungan luar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat

e. Keluarga dengan anak remaja

1) Memberikan kebebasan seimbang dan bertanggugung jawab

2) Mempertahankan hubungan intim dg keluarga

3) Komunikasi  terbuka : hindari, debat,  permusuhan

4) Persiapan perubahan sistem peran

f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa

1) Perluas jaringan keluarga dari keluarga inti ke extended

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru

4) Penataan kembali peran orang tua

g. Keluarga usia pertengahan

1) Mempertahankan kesehatan Individu dan pasangan usia pertengahan

2) Hubungan serasi dan memuaskan dg anak-anaknya dan sebaya

3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Keluarga usia tua

1) Mempertahankan suasana saling menyenangkan

2) adapatasi perubahan: kehilangan pasangan, kekuatan Fisik, penghasilan

3) Mempertahankan keakraban pasangan

4) Melakukan life review masa lalu 

4. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ayah.

Page 12: Askep Keluarga Tn. m

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ibu.

c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga sedarah

suami.

e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan warga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

5. Ciri-ciri Struktur Keluarga

Menurut Anderson Carter ciri-ciri struktur keluarga :

a. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan, antara anggota

keluarga.

b. Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.

6. Tipe/Bentuk Keluarga

a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu,

dan Anak-anak.

b. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah

dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara

sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

c. Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

Page 13: Askep Keluarga Tn. m

d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian.

e. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu

tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga. Keluarga Indonesia

umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family) karena

masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dalam suatu

komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.

7. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga

a. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah

pihak Ayah.

b. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah

pihak Ibu.

c. Equlitarian, yang memegang dalam keluarga adalah Ayah dan Ibu.

8. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

a. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai

kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta

sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya.

b. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

Page 14: Askep Keluarga Tn. m

pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari

peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

9. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1999), lima fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

a. Fungsi efektif Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan

psikosial, saling mengasah dan memberikan cinta kasih, serta saling

menerima dan mendukung.

b. Fungsi sosialisasi Adalah proses perkembangan dan pembahan individu

keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di

lingkungan social.

c. Fungsi reproduksi Adalah fungsi keluarga memutuskan kelangsungan

keturunan dan menambah SDM.

d. Fungsi ekonomi Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, seperti sansang pangan dan papan.

e. Fungsi perawatan kesehatan Adalah kemampuan keluarga untuk merawat

anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

Ahli lain membagi fungsi keluarga, sebagai berikut :

a. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan

anak bila kelak dewasa.

b. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini

adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota

masyarakat yang baik.

Page 15: Askep Keluarga Tn. m

c. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak

dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa

terlindung dan merasa aman.

d. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara

instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam

berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.

Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan

keharmonisan dalam keluarga.

e. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah

memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain

dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk

menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur

kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

f. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari

sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang

lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur

penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhan keluarga.

g. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu

pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan

suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di

rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman

masing-masing, dsb.

h. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah

untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.

Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokok kelurga terhadap keluarga

lainnya, yaitu :

a. Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman,

kehangatan,pada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka

tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

Page 16: Askep Keluarga Tn. m

b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar

kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-anak

sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi

manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

10. Tugas-tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing-masing

d. Sosialisasi antar anggota keluarga

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

11. Bentuk-Bentuk keluarga

a. Keluarga inti

b. Keluarga asal

c. Keluarga keluar

d. Keluarga berantai

e. Keluarga janda/duda

f. Keluarga komposit

g. Keluarga rehabilitasi

h. Keluarga insus

i. Keluarga tradisional dan nontradisional

Page 17: Askep Keluarga Tn. m

12. Struktur Kekuatan Keluarga

a. Kemampuan berkomunikasi

b. Kemampuan keluarga saling berbagi

c. Kemampuan system pendukung diantara anggota keluarga.

d. Kemampuan perawatan dini

e. Kemampuan menyelesaikan masalah

13. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas pemeliharaan kesehatan

para anggotanya dan saling memelihara. Suprajitno (2004) membagi 5 tugas

kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau

masalah perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal

keluarga diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

yang tepat. keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada anggota

keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau

usia yang terlalu muda.

Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga diharapkan dapat

memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi dampak dari lingkungan yang

tidak sehat baik didalam maupun diluar rumah. Suprajitno (2004) menambahkan

keluarga memannfaatkan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan dalam

menjamin kondisi yang sehata didalam keluarga.

C. FOKUS PENGKAJIAN

1. Identitas keluarga

Pengkajian identitas keluarga terdiri dari adalah umur, pekerjaan, tempat

tinggal, dan tipe keluarga. Pada umumnya penderita hipertensi merupakan

penyakit yang dipengaruhi oleh pola hidup terutama pola hidup yang salah,

pola hidup yang berhubungan dengan emosi yang negative seperti emosi yang

Page 18: Askep Keluarga Tn. m

tidak terkendali atau temperamental, ambisius, pekerja kerasyang tidak tenang,

takut dan kecemasan yang berlebihan (Indomedia, 2002).

2. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga

a. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh

Keluarga. Pada keluarga dengan hipertensi sering dijumpai pola makan

yang tidak benar seperti mengkosumsi makanan yang banyak mengandung

zat pengawet ,makanan yang asin serta emosi yang negatif

b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan

faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit hipertensi. Adanya

sumber pelayanan kesehatan digunakan untuk upaya pencegahan dan

pengobatan dini karena dapat mencegah timbulnya komplikasi

(Rokhaeni,2001).

c. Pengobatan tradisional

Keluarga dapat mengobati hipertensi dengan pengobatan tradisional, yaitu

minum sari bawang putih yang ditumbuk halus dan diberi air secukupnya

di minum pagi dan sore (Hariadi, 2001). Hipertensi akan menjadi parah dan

menimbulkan komplikasi bila pasien tidak memilih pengobatan tradisional

hipertensi yang benar dan tepat justru akan memperparah dan bahkan akan

menimbulkan gangguan pada organ lain seperti hati, ginjal dan lambung.

3. Status Sosial Ekonomi

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal

hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir

dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah

dangan tepat dan benar.

Page 19: Askep Keluarga Tn. m

b. Pekerjaan dan Penghasilan

Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga

dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang

sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998)

mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya

sumber-sumber yang ada pada keluarga.

4. Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga

Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan

dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan

kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi

berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan cemas

stres(Friedman, 1998).

5. Aktiftas

Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan

darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan

kegiatan fisik, seperti olah raga.

6. Data Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,

penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab

terjadinya hipertansi dan juga ketenangan dalam rumah tangga dapat

memperkecil serangan hipertensi.

b. Karakteristik Lingkungan

Page 20: Askep Keluarga Tn. m

Menurut (Friedman,1998) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.

Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak

terkecuali pada hipertensi.

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Masalah dalam keluarga dapat menjadi salah satunya faktor pencetus

terjadinya hipertensi dimana akan menyebabkan cemas merupakan faktor

resiko hipertensi.

7. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi

Menurut (Nursalam, 2001) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah

berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu

teknik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran

dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal

maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.

b. Struktur Kekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan,

kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang

mempengaruhi dalam hipertensi.

c. Struktur peran

Bila anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang

dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada

konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan

tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam

keluarga (Friedman, 1998).

8. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita

hipertensi, maka akan menimbulkan stresor tersendiri bagi penderita. Hal

Page 21: Askep Keluarga Tn. m

ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya

terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).

b. Fungsi sosialisasi .

Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita

hipertensi dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga

tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan

anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi

menjadi labil dan mudah stress.

c. Fungsi kesehatan

Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya

1) Mengenal masalah kesehatan

Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan pada

keluarganya, salah satunya adalah disebabkan karena kurang

pengetahuan (Effendy, 1998). Bila keluarga tidak mampu mengenali

masalah hipertensi yang disertai anggota keluarganya, maka hipertensi

akan berakibat terjadinya komplikasi.

2) Mengambil keputusan.

Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan

tindakan yang tepat, disebabkan karena tidak memahami mengenai

sifat, berat dan luasnya masalah tidak begitu menonjol (Eendy, 1998).

3) Merawat anggota keluarga yang sakit

Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan

karena tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya komplikasi,

progrfosis, cara perawatan dan sumber-sumber yang ada dalam

keluarga.

4) Memelihara lingkungan rumah yang sehat

Keluarga diharapkan mengetahui keuntungan atau manfaat

pemeliharaan lingkungan yang sehat, dan menyadarinya sebagai salah

satu media perawatan bagi anggota keluarga yang sakit.

Page 22: Askep Keluarga Tn. m

Lingkungan rumah yang berdebu dan asap rokok bisa menjadi pemicu

serangan hipertensi (Sundaru, 2001). Dengan melihat hal tersebut,

keluarga harus mampu memodifikasi lingkungan yang sehat dan

nyaman bagi penderita hipertensi.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

Pengetahuan keluarga tentang keberadaan dan keuntungan yang

didapat dari fasilitas-fasilitas kesehatan, sangat berpengaruh terhadap

penderita hipertensi. Fasilitas kesehatan di masyarakat sangat berperan

daiam hal ini, juga saat penderita hipertensi memerlukan pengobatan.

9. Pola istirahat tidur

Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah

yang belum terselesaikan. Pada penderita hipertensi, gangguan istirahat tidur

sering diakibatkan oleh sesak nafas dan batuk. Tidak terpenuhinya kebutuhan

istirahat tidur beresiko memperburuk keadaan hipertensi.

10. Pemeriksaan fisik anggota keluarga

Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga

dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku. Setelah ditemukan

masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih difokuskan lagi pada pemeriksaan

sistem pernafasan terutama pada penderita hipertensi dikarenakan dengan

adanya hipertensi dapat terjadi peningkatan tekanan intra kranial yang dapat

menyebabkan kelainan pada syaraf yang mempersyarafi pada pernafasan.

11. Koping keluarga

Bila ada stresor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak

efektif, maka ini akan menjadi stres anggota keluarga yang berkepanjangan.

Salah satu pencegahan agar serangan hipertensi tidak sering muncul adalah

dengan mencegah timbulnya stres (Tanjung, 2003).

Page 23: Askep Keluarga Tn. m

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Menentukan Prioritas Masalah

a. Berdasarkan sifat atau tifologi masalah. Penelitian masalah adalah sebagai

berikut :

1. Ancaman keluarga

Keadaan yang dapat beresiko terjadinya penyakit, kecelakaan atau

kegagalan dapat mempertahankan kesehatan optimal m,isalnya riwayat

penyakit keturunan, resiko tertular, resiko kecelakaan dan lain-lain.

2. Kurang sehat

Suatu keadaan sedang sakit atau gagal mencapai kesehatan optimal,

misalnya sedang sakit dan kegagalan tumbuh kembang.

3. Krisis

Suatu keadaan individu atau keluarga memerlukan penyesuaian lebih

banyak dalam hal sumber daya yang dimiliki, misalnya kehamilan,

aborsi, lahir diluar nikah dan kehilangan orang yang dicintai.

b. Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan berhasilnya

mengurangi masalah keperawatan atau mencegah masalah bila ada

tindakan tertentu. Pemberian nilainya adalah :

( 2 ) dengan mudah

( 1 ) hanya sebagian

( 0 ) tidak dapat diubah

c. Retensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah

keperawatan yang akan terjadi bila dapat dikurang atau dicegah. Pemberian

nilanya adalah (3) tinggi, (2) cukup, (1) rendah.

d. Munculnya masalah adalah cara keluarga memandang dan menilai masalah

keperawatan berkaitan dengan berat dan mendesaknya untuk segera diatasi

untuk segera diatasi, pemberian nilainya adalah masalah berat dan harus

segera diatasi (2), msalah dirasakan tetapi perlu segera diatasi (1) dan

masalah tidak dirasakan (0).

Page 24: Askep Keluarga Tn. m

No

Kriteria Skor Bobot Nilai

1 Sifat masalah- Ancaman- Kurang sehat- Krisis

231

1

2/3 x 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubahDengan mudahHanya sebagianTidak dapat

210

2 ½ x 2

3 Potensial masalah untuk dicegahTinggicukupRendah

321

1

2/3 x 1

4 Menonjolnya masalahMasalah berat yang harus segera diatasiMasalah dirasakan, tapi tidak perlu segera diatasiMasalah tidak dirasakan

210

1 ½ x 1

2. Diagnosis Keperawatan Keluarga

Tiga kelompok besar dalam tipologi masalah kesehatan keluarga adalah sebagai

berikut :

a. Ancaman kesehatan adalah sebagai berikut

1) Penyakit keturunan

2) Keluarga atau anggota yang mengidap penyakit menular

3) Jumlah anggota keluarga terlalu terlalu besar atau tidak sesuai dengan

kemampuan dengan sumber daya keluarga

4) Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga

5) Kekurangan atau kelebihan gizi

6) Keadaan yang dapat menimbulkan stress

7) Sanitasi lingkungan buruk

8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan

b. Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan mereka memantapkan kesehatan

c. Situasi krisis

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan karena hal-

hal berikut:

a) Kurang pengetahuan atau tidak mengetahui fakta

Page 25: Askep Keluarga Tn. m

b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui

c) Sikap dan falsafah hidup

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan

tindakan yang tepat karena hal-hal sebagai berikut:

a) Keluarga tidak memahami dan mengenal sifat dan luasnya msalah

b) Fasilitasi kesehatan tidak terjangkau

c) Ketidakcocokan pendapat terjadi antara anggota keluarga

3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit karena hal-hal

sebagai berikut :

a) Tidak mengetahui keadaan penyakit

b) Ketidak seimbangan sumber yang ada dalam keluarga

c) Konflik individu dalam keluarga

d) Perilaku yang mementingkan diri sendiri

4) Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat

mengalami kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga

karena hal-hal berikut :

a) Sumber dari keluarga tidak cukup

b) Ketidak tahuan pentingnya sanitasi lingkungan

c) Kurang mampu memelihara keuntungan dan manfaat dari

pemeliharaan lingkungan murah.

d) Ketidakompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri.

5) Ketidak mampuan menggunakan sumber dimasyarakat untuk

memelihara kesehatan karena hal-hal berikut :

a) Rasa takut akibat dari tindakan

b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh

c) Kualitas yang diperlukan tidak terjangkau

4. Intervensi Keperawatan Keluarga

Perencanaan merupakan suatu proses merumuskan tujuan yang diharapkan

sesuai prioritas masalah keperawatan keluarga, memilih strategi keperawatan

yang tepat dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga sesuai

dengan kebutuhan klien.

Page 26: Askep Keluarga Tn. m

E. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Identitas Umum Keluarga

a. Identitas Kepala Keluarga

Tn. M berusia 75 tahun, agama Islam, suku Jawa, pendidikan tidak

sekolah, pekerjaan merumput, alamat dusun Glengseran Desa Suci

Kecamatan Panti Jember

b. Komposisi keluarga

No Nama L/P Umur Hub. Kel Pekerjaan Pendidikan

1.

2.

Marjo

Sarikem

L

P

75

65

Suami

Istri

Merumput

IRT

-

-

c. Genogram

Keterangan :

: Laki- laki : hubungan perkawinan

: Perempuan : hubungan keturunan

: Meninggal : serumah

: Cerai

Page 27: Askep Keluarga Tn. m

d. Type Keluarga

1) Jenis tipe keluarga: Serial Family

2) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut: Dengan anggota keluarga

yang sedikit memungkinkan Anggota keluarga mengalami kesepian.

e. Suku Bangsa

1) Asal suku bangsa: Jawa

2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: Jika anggota kelurga

mengalami gangguan kesehatan, anggota keluarga tersebut akan

mengkonsumsi jamu yang dibuat sendiri atau meminum obat obatan

yang dijual bebas di warung terdekat.

f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

Keluarga beragama Islam dan keluarga Percaya bahwa anggota keluarga

yang lain sakit merupakan ujian dari Tuhan.

g. Status Sosial Ekonomi Keluarga

1) Anggota keluarga yang mencari nafkah: bekerja sebagai pencari

rumput untuk makan ternak.

2) Penghasilan: +/- Rp. 500.000,00 / bulan

3) Upaya lain: tidak ada

4) Harta benda yang dimiliki (perabot,transportasi, dll)

Perabotan rumah tangga dan hewan ternak.

5) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: Tn. M mengatakan untuk

kepentingan makan sehari – hari.

h. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Tn. M mengatakan tidak pernah melakukan rekreasi ke luar rumah.

Kegiatan rekreatif keluarga Tn. M hanya mencari rumput untuk makan

ternak.

Page 28: Askep Keluarga Tn. m

2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):

Tahap berdua kembali, setelah anak besar dan menempuh kehidupan

keluarga sendiri-sendiri,tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini

keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan

dapat menimbulkan depresi dan stress.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:

Keluarga dengan usia tua mempunyai kendala kesepian karena tidak

dikarunia momongan dan anak-anaknya sudah berkeluarga dan mempunyai

kendala dalam memperoleh penghasilan karena kondisi fisik menurun.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti:

1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:

Tn. M sejak 2 tahun yang lalu sakit-sakitan, semakin lemah dan , darah

tinggi. Hingga sekarang klien masih mengeluh sering pusing.

2) Riwayat penyakit keturunan: -

3) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Bidan

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: -

3. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik Rumah

1) Luas rumah: 50 m2

2) Type rumah: semi permanen

3) Kepemilikan: Milik Sendiri

4) Jumlah dan rasio kamar/ruangan: terdapat satu tempat tidur, dan ruang

tamu dan keluarga menjadi satu, dan terdapat dapur di belakang

rumah.

5) Ventilasi/cendela: Ventilasi kurang dan pencahayaan kurang karena

terdapat dua jendela di ruang depan namun jarang dibuka.

6) Pemanfaatan ruangan: terdapat ruang tamu.

7) Septic tank: tidak ada.

8) Sumber air minum: sumber, sumur tetangga.

9) Kamar mandi/WC: tidak ada.

Page 29: Askep Keluarga Tn. m

10) Sampah: dikumpulkan di blakang rumah dan dibakar.

11) Kebersihan lingkungan: kurang bersih, ruangan kurang rapi.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

1) Kebiasaan: bertamu ke rumah tetangga, menonton TV di rumah

tetangga.

2) Aturan/kesepakatan:-.

3) Budaya: Pengajian

c. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga tidak pernah berpindah. Rumah yang ditempati sekarang adalah

rumah yang dulu ditempati orang tuanya.

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Keluarga sering berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lain, ada

pengajian rutin tetapi tidak pernah diikuti keluarga.

4. Struktur Keluarga

a. Pola/cara Komunikasi Keluarga: Komunikasi antara anggota keluarga

kurang lancer karena Tn. M mengalami gangguan pendengaran, keluarga

menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi sehari-hari.

b. Struktur Kekuatan Keluarga: Keluarga bertumpu pada kiriman/ bantuan

dana dari anak-anaknya.

c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga) :

1) Tn. M: Sebagai Kepala Keluarga, sekaligus bekerja mencari rumput

untuk makan ternaknya, dan pengambil keputusan dalam keluarga.

2) Ny. S: Sebagai ibu rummah tangga, berperan dan membantu kepala

keluarga dalam mengurus rumah.

1. Nilai dan Norma Keluarga

Keluarga mengikuti norma-norma yang berlaku di masyarakat dan agama

yang dianut.

Page 30: Askep Keluarga Tn. m

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Keluarga mau berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lain, terbuka

terhadap kehadiran orang lain (mahasiswa), bila ada waktu senggang

keluarga menonton TV di rumah tetangganya.

b. Fungsi sosialisasi

1) Kerukunan hidup dalam keluarga: Konflik antar tetangga tidak pernah

terjadi.

2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga: Baik dan akrab

3) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan: diri

sendiri.

4) Kegiatan keluarga waktu senggang: Merumput.

5) Partisipasi dalam kegiatan sosial: kurang aktif karena terkendala

dengan kelemahan fisik.

c. Fungsi perawatan kesehatan

1) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan

keluarganya: Pengetahuan keluarga tentang kesehatan masih minim,

hal ini dari perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarganya

yang terkena hipertensi. misalnya bila tidak benar-benar sakit sampai

tidak bisa beraktivitas lagi keluarga tidak meu membawa ketempat

pelayanan kesehatan seperti bidan praktek, namun hanya diberi obat

yang dijual di toko atau warung saja.

2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang

tepat: Bila ada anggota keluarga yang sakit diberi pengobatan dengan

jamu atau minum obat bebas, bila tidak sembuh dibawa ke bidan.

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit:

Keluarga dapat mengobati sendiri dengan obat bebas atau dengan jamu

dan berobat ke bu bidan. Setelah itu tidak ada hal yang lebih bisa

diperbuat karena keterbatasan biaya.

Page 31: Askep Keluarga Tn. m

4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat:

Kebersihan kurang, ventilasi udara ada tapi minim, pencahayaan

kurang, dan kadang-kadang masih membuang sampah di belakang

rumahnya.

5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat:

Keluarga belum memanfaatkan posyandu dan bidan praktik dengan

baik untuk memeriksakan status kesehatan. Keluarga sudah terbiasa

menggunakan jamban untuk BAB meskipun di rumah tetangganya.

d. Fungsi reproduksi

1) Perencanaan jumlah anak : -

2) Akseptor: -

e. Fungsi ekonomi

1) Upaya pemenuhan sandang pangan: Keluarga memenuhi sandang

pangan dengan mengandalkan bantuan dana dari anak-anaknya.

2) Pemanfaatan sumber di masyarakat: Selama ini keluarga tidak

memanfaatkan posyandu lansia sebagai sarana kesehatan terdekat

untuk meningkatkan taraf pengetahuan dan peningkatan status

kesehatan.

6. Stres dan Koping Keluarga

a. Stresor jangka pendek: tidak memiliki penghasilan yang tetap.

b. Stresor jangka panjang: Tn. M semakin sepuh dan sakit-sakitan

(hipertensi), megalami gangguan pendengaran dan menjadi beban keluarga.

c. Respon keluarga terhadap stresor : Berusaha berobat alakadarnya sesuai

dengan kemampuan keluarga.

d. Strategi koping: membicarakan setiap keluhan dengan istri yang tinggal

bersamanya.

e. Strategi adaptasi disfungsional: tidak ada.

7. Keadaan Gizi Keluarga

Pemenuhan gizi: Keluarga setiap hari makan nasi, sayur dan lauk seperti tahu,

tempe, tanpa susu setiap hari.

Upaya lain: tidak ada

Page 32: Askep Keluarga Tn. m

5 5 5 5

8. Pemeriksaan Fisik

a. Identitas

Tn. M umur 75 tahun, agama Islam, suku Jawa, pendidikan tidak sekolah,

pekerjaan tani, alamat RT 7 RW 6 dusun Glengseran, Desa Suci

Kecamatan panti Jember

b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini

Pusing, kemeng-kemeng.

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Hipertensi.

d. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital: tekanan darah 150/80 mm Hg, Nadi = 88 x/menit,

RR = 26 x/menit, suhu 37 0C,

Sistem Cardio Vascular: Iktus tidak tampak, teraba di ICS 5-6 mid

klavikula kiri, tidak ada pembesaran jantung, S1 dan S2 tunggal, irama

reguler.

Sistem Respirasi: Bentuk dada normal, gerakan simetris, retraksi dada

minimal, fremitus dada normal, vesikuler, tidak suara napas tambahan,

tidak ada sianosis.

Sistem Gastrointestinal: Kontur cekung, bising usus 5 x/menit, tidak

teraba hepar dan lien, timpani.

Sistem Persyarafan: Tidak ada Keluhan, refleks fisiologis normal, tidak

ada reflex patologis, GCS 4,5,6.

Sistem Muskuloskeletal: Sikap tubuh sedikit bungkuk, kekuatan otot

System Genitalia: Tidak dikaji

Page 33: Askep Keluarga Tn. m

9. Harapan Keluarga

a. Terhadap masalah kesehatannya: Keluarga ingin seluruh keluarga terhindar

dari penyakit.

b. Terhadap petugas kesehatan yang ada: Dapat diadakan pengobatan gratis

lagi

Page 34: Askep Keluarga Tn. m

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Analisa Data

Tanggal Analisa : 15-2-2012

No Tanggal Data Diagnosa Keperawatan

1 15/2/2012 Data subyektif : Tn. M berkata : “Obatnya yang

kemarin periksa tidak saya minum karna tidak pusing“

Tn. M berkata :”Saya tidak pernah periksa sekarang, meskipun kepala pusing dan lemah karna tidak ada uang”

Data obyektif : Klien tidak tahu makanan apa

saja yang boleh dikonsumsi oleh penderita hipertensi

Membeli obat ditoko untuk mengurangi pusing dan mual

Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen hipertensi berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah.

2 15/2/2012 Data subyektif : Ny. S me ngatakan ”rumah kami ada jendelanya tapi jarang dibuka karna jarang ada orang dirumah.

Data obyektif : Ventilasi rumah minim. Pencahayaan rumah kurang Kebersihan Rumah kurang Keluarga mempunyai tingkat

pendidikan tidak sekolah

Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen rumah sehat berhubungan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan.

Page 35: Askep Keluarga Tn. m

2. Scoring/Prioritas

a. Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen

rumah sehat berhubungan ketidakmampuan keluarga memodifikasi

lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

KRITERIA NILAI BOBOT SCORING PEMBENARANSifat masalah 2/3 1 2/3 Rumah memiliki

ventilasi di depan rumah saja. pencahayaan ruangan kurang,.

Kemungkinan diubah

1/2 2 1 Adanya kemauan keluarga untuk berubah namun masih bergantung pada adanya dana

Potensial dicegah

1/3 1 1/3 Pengetahuan dan perubahan perilaku keluarga dapat ditingkatkan dengan pemberian penkes serta motivasi, namun faktor budaya dan kebiasaan keluarga menjadi faktor penyulit keluarga untuk berubah

Menonjolnya masalah

0/2 1 0 Keluarga tidak pernah merasakan masalah yang ada.

Jumlah total 2

Page 36: Askep Keluarga Tn. m

b. Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen

hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah.

KRITERIA NILAI BOBOT SCORING PEMBENARANSifat masalah 3/3 1 1/3 Klien membeli obat

pusing di toko dan minum jamu tradisional ketika pusing

Kemungkinan diubah

1/2 2 1 Keluarga mempunyai kepatuhan yang baik terhadap nakes, namun tidak memiliki cukup biaya

Potensial dicegah

1/3 1 1/3 Peruhan perilaku pada keluarga sangat dipengaruhi oleh stigma yang ada di masyarakat yang sulit sekali diubah sehingga memerlukan jangka waktu yang lama.

Menonjolnya masalah

0/2 1 0 Keluarga tidak merasakan masalah masalah yang sedang dihadapi

Jumlah total 5/3

Page 37: Askep Keluarga Tn. m

G. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

TUM TUK KRITERIA STANDART

Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen rumah sehat berhubungan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

Setelah dua kali pertemuan, keluarga dapat mengerti tentang manajemen rumah sehat

Keluarga dapat :1. Menjelaskan syarat

rumah sehat2. Menjelaskan upaya

yang mungkin dilakukan untuk mencapai rumah sehat

3. Menjelaskan cara pembuangan sampah yang benar

4. Menjelaskan pentingnya pencahayaan dan ventilasi yang cukup serta bahayanya.

Respon verbal

Respon verbal

Respon verbal

Respon motorik

Respon verbal

Respon Motorik

1. Mampu menjelaskan syarat-syarat rumah sehat

2. Mampu menjelaskan kembali upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai rumah sehat

3. Mampu menjelaskan cara pembuangan sampah yang benarMendemonstrasikan cara pembuangan sampah yang benar

4. Mampu menjelaskan kembali tentang pentingnya pencahayaan dan ventilasi yang cukup beserta bahayanyaMendemonstrasikan pembukaan jendela rumah

1. Jelaskan syarat-syarat rumah sehat.

2. Jelaskan kembali upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai rumah sehat.

3. Jelaskan cara pembuangan sampah yang benar.

4. Minta keluarga untuk mendemonstrasikan cara pembuangan sampah yang benar.

5. Jelaskan pentingnya pencahayaan dan ventilasi yang cukup beserta bahayanya dan berikan genting kaca untuk ruangan yang kurang cahaya.

6. Minta keluarga untuk membuka jendela rumahnya dan pemasangan genting kaca.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

TUM TUK KRITERIA STANDART

Kurang pengetahuan Setelah tiga kali Keluarga dapat : Respon verbal 1. Keluarga mampu 1. Jelaskan pengertian

Page 38: Askep Keluarga Tn. m

keluarga tentang manajemen hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

pertemuan, keluarga dapat mengerti tentang regimen terapi yang benar, serta menunjukkan kepatuhan terhadap regimen terapi

1. Menyebutkan pengertian hipertensi

2. Menyebutkan penyebab hipertensi

3. Menyebutkan gejala hipertensi

4. Menjelaskan perawatan hipertensi

5. Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul

Respon verbal

Respon verbal

Respon verbal

Respon verbal

menjelaskan pengertian hipertensi

2. Mampu menjelaskan penyebab hipertensi

3. Mampu menyebutkan gejala dan tanda hipertensi

4. Mampu menjelaskan perawatan hipertensi

5. Mampu menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul

hipertensi.2. Jelaskan penyebab

hipertensi.3. Jelaskan gejala dan tanda

hipertensi.4. Jelaskan perawatan

hipertensi.5. Jelaskan komplikasi yang

mungkin timbul

Page 39: Askep Keluarga Tn. m

H. TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI

Tanggal : 15/2/2012

Diagnosa Keperawatan

Implementasi Evaluasi

Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen rumah sehat berhubungan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

1. Menjelaskan pada keluarga tentang rumah sehat dan keluarga yang sehat dan sejahtera.

2. Menjelaskan upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai rumah sehat.

3. Menjelaskan cara pembuangan sampah yang benar.Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan cara. pembuangan sampah yang benar

4. Menjelaskan pentingnya pencahayaan dan ventilasi yang cukup beserta bahayanya dan memberikan genting kaca gratis untuk ruangan yang gelap sertaMeminta keluarga unt membuka jendela rumahnya dan memasang genting kaca tersebut

Knowledge: - Keluarga mampu

menyebutkan syarat rumah sehat

- Keluarga mampu menjelaskan cara pembuangan sampah yang benar

- Keluarga tidak mampu menyebutkan manfaat ventilasi dan akibat dari kurangnya ventilasi dan cahaya di dalam rumah

Afektif Tn. M mengatakan belum memahami tentang pentingnya rumah yang sehat

PsikomotorTn. M mendemonstrasikan membuka jendela rumahnya.

Page 40: Askep Keluarga Tn. m

Tanggal : 15/2/2012

Diagnosa Keperawatan

Implementasi Evaluasi

Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

Jelaskan pada keluarga tentang 1. Pengertian hipertensi2. Penyebab hipertensi3. Gejala dan tanda hipertensi4. Perawatan hipertensi5. Komplikasi yang mungkin

timbul pada hipertensi.

Knowledge: Keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi, beberapa penyebab hipertensi, namun keluarga belum bisa menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pada hipertensi tanda dan gejala beserta cara merawat hipertensi.

Afektif Tn. M mengatakan pentingnya perawatan klien dengan hipertensi dan akan melaksanakan perawatan pada dirinya sendiri serta anggota keluarganya

Psikomotor-

Page 41: Askep Keluarga Tn. m

Tanggal : 16/2/2012

Diagnosa Keperawatan

Implementasi Evaluasi

Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen rumah sehat berhubungan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

1. Menjelaskan pada keluarga tentang rumah sehat dan keluarga yang sehat dan sejahtera.

2. Menjelaskan upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai rumah sehat.

3. Menjelaskan cara pembuangan sampah yang benar.Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan cara. pembuangan sampah yang benar

4. Menjelaskan pentingnya pencahayaan dan ventilasi yang cukup beserta bahayanya dan Meminta keluarga untuk membuka jendela rumahnya

Knowledge: - Keluarga mampu

menyebutkan syarat rumah sehat

- Keluarga mampu menjelaskan cara pembuangan sampah yang benar

- Keluarga belum mampu menyebutkan manfaat ventilasi dan akibat dari kurangnya ventilasi dan cahaya di dalam rumah

Afektif Tn. M mengatakan belum memahami tentang pentingnya rumah yang sehat

PsikomotorTn. M mendemonstrasikan cara pembuangan sampah yang benar, dan mendemonstrakin pembukaan jendela

Page 42: Askep Keluarga Tn. m

Tanggal :16/2/2012

Diagnosa Keperawatan

Implementasi Evaluasi

Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

Jelaskan pada keluarga tentang 1. Pengertian hipertensi2. Penyebab hipertensi3. Gejala dan tanda hipertensi4. Perawatan hipertensi5. Komplikasi yang mungkin

timbul pada hipertensi.

Knowledge: Keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi, beberapa penyebab hipertensi, gejala dan tanda hipertensi perawatan hipertensi,namun keluarga belum bisa menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pada hipertensi

Afektif Tn. M mengatakan pentingnya perawatan klien dengan hipertensi dan akan melaksanakan perawatan pada dirinya sendiri serta anggota keluarganya

Psikomotor-

Page 43: Askep Keluarga Tn. m

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001). Jakarta: EGC

DIKLIT RS Jantung Harapan Kita. (1993). Dasar-dasar Keperawatan Kardiovaskuler. RS Jantung Harapan Kita. Jakarta

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC

Effendy, N. (2005) Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC

FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih Bahasa: Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan pembuluh darah Harapan kita. Jakarta