Upload
noviea-chemoetz
View
177
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. MDENGAN MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI
DI DUSUN GLENGSERAN DESA SUCI KECAMATAN PANTIJEMBER
OLEH
Owien Themas Mico Arigayo, S.Kep.NIM. 07 1101 053
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER2011
PERYATAAN PERSETUJUAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Keluar Ny. S dengan masalah
Kesehatan Hipertensi di Dusun Glengseran Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten
Jember
Jember, Februari 2012Pembimbing Akademik
Susi WA. S.Kep Ners
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny. SDENGAN MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI
DI DUSUN GlENGSERAN DESA SUCIKECAMATAN PANTI
JEMBER
A. KONSEP DASAR HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mm Hg dan tekanan
diastole diatas 90 mm Hg (Smeltzer, 2001 ).
2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO
menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan
darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem
kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,
tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ
lain. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi
hipertensi adalah :
KategoriTekanan sistolik
(mmHg)Tekanan Diastolik
(mmHg)Normal < 130 <85Normal Tinggi 130-139 85-89Hipertensi:Stage I (ringan)Stage II (sedang)Stage III (berat)
140-159160-179180-209
90-99100-109110-120
Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007),
mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu normal
(SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP
< 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120-139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg),
hipertensi tahap 1 (SBP 140-159 mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi
tahap 2 (SBP ≥ 160 dan DBP ≥ 100. mm Hg.)
Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta, membagi hipertensi
6 tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan darah diastolik,
normal kadang 90-100 mmHg. Hipertensi ringan, tekanan darah diastolik
90-140 mmHg. Hipertensi sedang, tekanan darah diastolik 105-114 mmHg.
Hipertensi berat tekanan darah diastolik >115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis
yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg yang disertai gangguan fungsi
target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160
mmHg.
Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA RS
Harapan Kita (2003) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal
ini terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah
hipertensi urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan
tetapi tekanan darah perlu diturunkan dengan segera atau secara bertahap dalam
waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah dengan cepat akan
menimbulkan efek ischemik pada organ target.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya
Reeves & lockhart (2001) mengemukakan bahwa Faktor-faktor resiko yang
dapat menyebabkan hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok,
hipernatriumia). Sedang Long (1995), TIM POKJA RS Harapan Kita (2003) dan
Yayasan jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa Penyebab hipertensi
dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial)
merupakan tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam
yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,
hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok. Sedangkan
hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena
penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan
tekanan intra kranial, yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat tertentu
missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi
beragam diantaranya adalah: stres, kegemukan, merokok, hipernatriumia, retensi
air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,
hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia
gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak,
pengaruh obat tertentu misal obat kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang
olah raga, genetik, Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar
tidak diketahui penyebabnya.
4. Manifestasi Klinik
Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003) mengemukakan bahwa
manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh
sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual,
gelisah, muntah, kelemahan otot, epitaksis bahkan ada yang mengalami
perubahan mental.
Sedangkan menurut Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) hipertensi esensial
kadang tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ
target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang
mengalami gejala dengan sakit kepala, epitaksis.
5. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka morbiditas
sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan
terus dikembangkan.
Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi yaitu dengan non farmakologis dan
dengan farmakologis. Cara non farmakologis dengan menurunkan berat badan
pada penderita yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah
kebiasaan hidup, olah raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara
teratur. Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan
obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta
bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine,
nitroprusside, captopril. Simphatolitic seperti hidralazine, diazoxine. Antagonis
kalsium seperti nefedipine (adalat).
Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip yaitu pengobatan
hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan
hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya
menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi,
pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan mungkin
seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan standard triple therapy (STT)
menjadi dasar pengobatan hipertensi.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi adalah diantaranya :
penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic
attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark
miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit mata seperti
perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan
sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan
faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin
analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula
darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL) dan pemeriksaan EKG. sebagai
tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein,
asam urat, TSH dan ekordiografi.
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)
kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium
serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit
(indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi),
urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (faktor
penyebab hipertensi) EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP
(dapat mengidentifikasi hipertensi).
Jenis kelaminumur Gaya hidup obesitas
hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
otak ginjal Pembuluh darah Retina
Nyeri kepala
Gangguan pola tidur (insomnia)
Suplai O2 otak menurun
sinkop
Gangguan perfusi jaringan
serebral
Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal
Blood flow munurun
Respon RAA
Rangsang aldosteron
Retensi Na
edema
sistemik
vasokonstriksi
Afterload meningkat
Penurunan curah jantung
Fatique
Intoleransi aktifitas
koroner
Iskemi miocard
Nyeri dada
Spasme arteriole
diplopia
Resti injuri
Resistensi pembuluh darah otak
Elastisitas , arteriosklerosis
Kelebihan volume cairan
8. Pathways
B. KONSEP DASAR KELUARGA
1. Pegertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy,2005).
2. Tahap-tahap Kehidupan Keluarga
a. Tahap pembentukan keluarga, tahap ini dimulai dari pernikahan, yang
dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak, tugas utama keluarga untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan
kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan
memberikan kasih sayang kepada anak karena pada tahap ini bayi
kehidupannya sangat bergantung kepada orang tuanya. Dan kondisinya
masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah, pada tahap ini anak sudah mulai
mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman
sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan karena tidak
mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak
sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga
adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama,
norma-norma sosial budaya, dsb.
e. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga adalah
bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa
depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-
tugas di sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini adalah tahap yang paling
rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam
membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang
tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua
orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat, setelah melalui tahap remaja dan
anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya
adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang
sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah
tangga.
h. Tahap berdua kembali, setelah anak besar dan menempuh kehidupan
keluarga sendiri-sendiri,tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini
keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan
dapat menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
3. Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap Perkembangan
a. Keluarga baru menikah
1) Membina hub. Intim
2) Bina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana punya anak
b. Keluarga dengan anak baru lahir
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi keluarga baru, interaksi keluarga, hubungan seksual
c. Keluarga dengan usia pra sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga rumah, rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Mempertahankan hubungan yg sehat klg intern dan luar
4) Pembagian tanggung jawab
5) kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
1) Membantu sosialisasi anak dg lingkungan luar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat
e. Keluarga dengan anak remaja
1) Memberikan kebebasan seimbang dan bertanggugung jawab
2) Mempertahankan hubungan intim dg keluarga
3) Komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan
4) Persiapan perubahan sistem peran
f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
1) Perluas jaringan keluarga dari keluarga inti ke extended
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
4) Penataan kembali peran orang tua
g. Keluarga usia pertengahan
1) Mempertahankan kesehatan Individu dan pasangan usia pertengahan
2) Hubungan serasi dan memuaskan dg anak-anaknya dan sebaya
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia tua
1) Mempertahankan suasana saling menyenangkan
2) adapatasi perubahan: kehilangan pasangan, kekuatan Fisik, penghasilan
3) Mempertahankan keakraban pasangan
4) Melakukan life review masa lalu
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan warga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
5. Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter ciri-ciri struktur keluarga :
a. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan, antara anggota
keluarga.
b. Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
6. Tipe/Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu,
dan Anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga. Keluarga Indonesia
umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family) karena
masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dalam suatu
komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.
7. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga
a. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak Ayah.
b. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak Ibu.
c. Equlitarian, yang memegang dalam keluarga adalah Ayah dan Ibu.
8. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
9. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999), lima fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi efektif Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikosial, saling mengasah dan memberikan cinta kasih, serta saling
menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi Adalah proses perkembangan dan pembahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di
lingkungan social.
c. Fungsi reproduksi Adalah fungsi keluarga memutuskan kelangsungan
keturunan dan menambah SDM.
d. Fungsi ekonomi Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sansang pangan dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan Adalah kemampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Ahli lain membagi fungsi keluarga, sebagai berikut :
a. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan
anak bila kelak dewasa.
b. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini
adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik.
c. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak
dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa
terlindung dan merasa aman.
d. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
e. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah
memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain
dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
f. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari
sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang
lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur
penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keluarga.
g. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu
pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di
rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman
masing-masing, dsb.
h. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah
untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokok kelurga terhadap keluarga
lainnya, yaitu :
a. Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman,
kehangatan,pada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-anak
sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
10. Tugas-tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
11. Bentuk-Bentuk keluarga
a. Keluarga inti
b. Keluarga asal
c. Keluarga keluar
d. Keluarga berantai
e. Keluarga janda/duda
f. Keluarga komposit
g. Keluarga rehabilitasi
h. Keluarga insus
i. Keluarga tradisional dan nontradisional
12. Struktur Kekuatan Keluarga
a. Kemampuan berkomunikasi
b. Kemampuan keluarga saling berbagi
c. Kemampuan system pendukung diantara anggota keluarga.
d. Kemampuan perawatan dini
e. Kemampuan menyelesaikan masalah
13. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas pemeliharaan kesehatan
para anggotanya dan saling memelihara. Suprajitno (2004) membagi 5 tugas
kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau
masalah perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal
keluarga diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
yang tepat. keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada anggota
keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau
usia yang terlalu muda.
Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga diharapkan dapat
memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi dampak dari lingkungan yang
tidak sehat baik didalam maupun diluar rumah. Suprajitno (2004) menambahkan
keluarga memannfaatkan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan dalam
menjamin kondisi yang sehata didalam keluarga.
C. FOKUS PENGKAJIAN
1. Identitas keluarga
Pengkajian identitas keluarga terdiri dari adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal, dan tipe keluarga. Pada umumnya penderita hipertensi merupakan
penyakit yang dipengaruhi oleh pola hidup terutama pola hidup yang salah,
pola hidup yang berhubungan dengan emosi yang negative seperti emosi yang
tidak terkendali atau temperamental, ambisius, pekerja kerasyang tidak tenang,
takut dan kecemasan yang berlebihan (Indomedia, 2002).
2. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh
Keluarga. Pada keluarga dengan hipertensi sering dijumpai pola makan
yang tidak benar seperti mengkosumsi makanan yang banyak mengandung
zat pengawet ,makanan yang asin serta emosi yang negatif
b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan
faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit hipertensi. Adanya
sumber pelayanan kesehatan digunakan untuk upaya pencegahan dan
pengobatan dini karena dapat mencegah timbulnya komplikasi
(Rokhaeni,2001).
c. Pengobatan tradisional
Keluarga dapat mengobati hipertensi dengan pengobatan tradisional, yaitu
minum sari bawang putih yang ditumbuk halus dan diberi air secukupnya
di minum pagi dan sore (Hariadi, 2001). Hipertensi akan menjadi parah dan
menimbulkan komplikasi bila pasien tidak memilih pengobatan tradisional
hipertensi yang benar dan tepat justru akan memperparah dan bahkan akan
menimbulkan gangguan pada organ lain seperti hati, ginjal dan lambung.
3. Status Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal
hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir
dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah
dangan tepat dan benar.
b. Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga
dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang
sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998)
mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya
sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4. Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan
dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan
kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan cemas
stres(Friedman, 1998).
5. Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan
darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan
kegiatan fisik, seperti olah raga.
6. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,
penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab
terjadinya hipertansi dan juga ketenangan dalam rumah tangga dapat
memperkecil serangan hipertensi.
b. Karakteristik Lingkungan
Menurut (Friedman,1998) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak
terkecuali pada hipertensi.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Masalah dalam keluarga dapat menjadi salah satunya faktor pencetus
terjadinya hipertensi dimana akan menyebabkan cemas merupakan faktor
resiko hipertensi.
7. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Menurut (Nursalam, 2001) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu
teknik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran
dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan,
kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang
mempengaruhi dalam hipertensi.
c. Struktur peran
Bila anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang
dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada
konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan
tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam
keluarga (Friedman, 1998).
8. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita
hipertensi, maka akan menimbulkan stresor tersendiri bagi penderita. Hal
ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya
terjadi serangan hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
b. Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita
hipertensi dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga
tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan
anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi
menjadi labil dan mudah stress.
c. Fungsi kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya
1) Mengenal masalah kesehatan
Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan pada
keluarganya, salah satunya adalah disebabkan karena kurang
pengetahuan (Effendy, 1998). Bila keluarga tidak mampu mengenali
masalah hipertensi yang disertai anggota keluarganya, maka hipertensi
akan berakibat terjadinya komplikasi.
2) Mengambil keputusan.
Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat, disebabkan karena tidak memahami mengenai
sifat, berat dan luasnya masalah tidak begitu menonjol (Eendy, 1998).
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan
karena tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya komplikasi,
progrfosis, cara perawatan dan sumber-sumber yang ada dalam
keluarga.
4) Memelihara lingkungan rumah yang sehat
Keluarga diharapkan mengetahui keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan yang sehat, dan menyadarinya sebagai salah
satu media perawatan bagi anggota keluarga yang sakit.
Lingkungan rumah yang berdebu dan asap rokok bisa menjadi pemicu
serangan hipertensi (Sundaru, 2001). Dengan melihat hal tersebut,
keluarga harus mampu memodifikasi lingkungan yang sehat dan
nyaman bagi penderita hipertensi.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Pengetahuan keluarga tentang keberadaan dan keuntungan yang
didapat dari fasilitas-fasilitas kesehatan, sangat berpengaruh terhadap
penderita hipertensi. Fasilitas kesehatan di masyarakat sangat berperan
daiam hal ini, juga saat penderita hipertensi memerlukan pengobatan.
9. Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah
yang belum terselesaikan. Pada penderita hipertensi, gangguan istirahat tidur
sering diakibatkan oleh sesak nafas dan batuk. Tidak terpenuhinya kebutuhan
istirahat tidur beresiko memperburuk keadaan hipertensi.
10. Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga
dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku. Setelah ditemukan
masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih difokuskan lagi pada pemeriksaan
sistem pernafasan terutama pada penderita hipertensi dikarenakan dengan
adanya hipertensi dapat terjadi peningkatan tekanan intra kranial yang dapat
menyebabkan kelainan pada syaraf yang mempersyarafi pada pernafasan.
11. Koping keluarga
Bila ada stresor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak
efektif, maka ini akan menjadi stres anggota keluarga yang berkepanjangan.
Salah satu pencegahan agar serangan hipertensi tidak sering muncul adalah
dengan mencegah timbulnya stres (Tanjung, 2003).
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Menentukan Prioritas Masalah
a. Berdasarkan sifat atau tifologi masalah. Penelitian masalah adalah sebagai
berikut :
1. Ancaman keluarga
Keadaan yang dapat beresiko terjadinya penyakit, kecelakaan atau
kegagalan dapat mempertahankan kesehatan optimal m,isalnya riwayat
penyakit keturunan, resiko tertular, resiko kecelakaan dan lain-lain.
2. Kurang sehat
Suatu keadaan sedang sakit atau gagal mencapai kesehatan optimal,
misalnya sedang sakit dan kegagalan tumbuh kembang.
3. Krisis
Suatu keadaan individu atau keluarga memerlukan penyesuaian lebih
banyak dalam hal sumber daya yang dimiliki, misalnya kehamilan,
aborsi, lahir diluar nikah dan kehilangan orang yang dicintai.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan berhasilnya
mengurangi masalah keperawatan atau mencegah masalah bila ada
tindakan tertentu. Pemberian nilainya adalah :
( 2 ) dengan mudah
( 1 ) hanya sebagian
( 0 ) tidak dapat diubah
c. Retensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah
keperawatan yang akan terjadi bila dapat dikurang atau dicegah. Pemberian
nilanya adalah (3) tinggi, (2) cukup, (1) rendah.
d. Munculnya masalah adalah cara keluarga memandang dan menilai masalah
keperawatan berkaitan dengan berat dan mendesaknya untuk segera diatasi
untuk segera diatasi, pemberian nilainya adalah masalah berat dan harus
segera diatasi (2), msalah dirasakan tetapi perlu segera diatasi (1) dan
masalah tidak dirasakan (0).
No
Kriteria Skor Bobot Nilai
1 Sifat masalah- Ancaman- Kurang sehat- Krisis
231
1
2/3 x 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubahDengan mudahHanya sebagianTidak dapat
210
2 ½ x 2
3 Potensial masalah untuk dicegahTinggicukupRendah
321
1
2/3 x 1
4 Menonjolnya masalahMasalah berat yang harus segera diatasiMasalah dirasakan, tapi tidak perlu segera diatasiMasalah tidak dirasakan
210
1 ½ x 1
2. Diagnosis Keperawatan Keluarga
Tiga kelompok besar dalam tipologi masalah kesehatan keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Ancaman kesehatan adalah sebagai berikut
1) Penyakit keturunan
2) Keluarga atau anggota yang mengidap penyakit menular
3) Jumlah anggota keluarga terlalu terlalu besar atau tidak sesuai dengan
kemampuan dengan sumber daya keluarga
4) Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga
5) Kekurangan atau kelebihan gizi
6) Keadaan yang dapat menimbulkan stress
7) Sanitasi lingkungan buruk
8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan
b. Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan mereka memantapkan kesehatan
c. Situasi krisis
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan karena hal-
hal berikut:
a) Kurang pengetahuan atau tidak mengetahui fakta
b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c) Sikap dan falsafah hidup
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat karena hal-hal sebagai berikut:
a) Keluarga tidak memahami dan mengenal sifat dan luasnya msalah
b) Fasilitasi kesehatan tidak terjangkau
c) Ketidakcocokan pendapat terjadi antara anggota keluarga
3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit karena hal-hal
sebagai berikut :
a) Tidak mengetahui keadaan penyakit
b) Ketidak seimbangan sumber yang ada dalam keluarga
c) Konflik individu dalam keluarga
d) Perilaku yang mementingkan diri sendiri
4) Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mengalami kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga
karena hal-hal berikut :
a) Sumber dari keluarga tidak cukup
b) Ketidak tahuan pentingnya sanitasi lingkungan
c) Kurang mampu memelihara keuntungan dan manfaat dari
pemeliharaan lingkungan murah.
d) Ketidakompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri.
5) Ketidak mampuan menggunakan sumber dimasyarakat untuk
memelihara kesehatan karena hal-hal berikut :
a) Rasa takut akibat dari tindakan
b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
c) Kualitas yang diperlukan tidak terjangkau
4. Intervensi Keperawatan Keluarga
Perencanaan merupakan suatu proses merumuskan tujuan yang diharapkan
sesuai prioritas masalah keperawatan keluarga, memilih strategi keperawatan
yang tepat dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga sesuai
dengan kebutuhan klien.
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Umum Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
Tn. M berusia 75 tahun, agama Islam, suku Jawa, pendidikan tidak
sekolah, pekerjaan merumput, alamat dusun Glengseran Desa Suci
Kecamatan Panti Jember
b. Komposisi keluarga
No Nama L/P Umur Hub. Kel Pekerjaan Pendidikan
1.
2.
Marjo
Sarikem
L
P
75
65
Suami
Istri
Merumput
IRT
-
-
c. Genogram
Keterangan :
: Laki- laki : hubungan perkawinan
: Perempuan : hubungan keturunan
: Meninggal : serumah
: Cerai
d. Type Keluarga
1) Jenis tipe keluarga: Serial Family
2) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut: Dengan anggota keluarga
yang sedikit memungkinkan Anggota keluarga mengalami kesepian.
e. Suku Bangsa
1) Asal suku bangsa: Jawa
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: Jika anggota kelurga
mengalami gangguan kesehatan, anggota keluarga tersebut akan
mengkonsumsi jamu yang dibuat sendiri atau meminum obat obatan
yang dijual bebas di warung terdekat.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Keluarga beragama Islam dan keluarga Percaya bahwa anggota keluarga
yang lain sakit merupakan ujian dari Tuhan.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
1) Anggota keluarga yang mencari nafkah: bekerja sebagai pencari
rumput untuk makan ternak.
2) Penghasilan: +/- Rp. 500.000,00 / bulan
3) Upaya lain: tidak ada
4) Harta benda yang dimiliki (perabot,transportasi, dll)
Perabotan rumah tangga dan hewan ternak.
5) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: Tn. M mengatakan untuk
kepentingan makan sehari – hari.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Tn. M mengatakan tidak pernah melakukan rekreasi ke luar rumah.
Kegiatan rekreatif keluarga Tn. M hanya mencari rumput untuk makan
ternak.
2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Tahap berdua kembali, setelah anak besar dan menempuh kehidupan
keluarga sendiri-sendiri,tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini
keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan
dapat menimbulkan depresi dan stress.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:
Keluarga dengan usia tua mempunyai kendala kesepian karena tidak
dikarunia momongan dan anak-anaknya sudah berkeluarga dan mempunyai
kendala dalam memperoleh penghasilan karena kondisi fisik menurun.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti:
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Tn. M sejak 2 tahun yang lalu sakit-sakitan, semakin lemah dan , darah
tinggi. Hingga sekarang klien masih mengeluh sering pusing.
2) Riwayat penyakit keturunan: -
3) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Bidan
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: -
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
1) Luas rumah: 50 m2
2) Type rumah: semi permanen
3) Kepemilikan: Milik Sendiri
4) Jumlah dan rasio kamar/ruangan: terdapat satu tempat tidur, dan ruang
tamu dan keluarga menjadi satu, dan terdapat dapur di belakang
rumah.
5) Ventilasi/cendela: Ventilasi kurang dan pencahayaan kurang karena
terdapat dua jendela di ruang depan namun jarang dibuka.
6) Pemanfaatan ruangan: terdapat ruang tamu.
7) Septic tank: tidak ada.
8) Sumber air minum: sumber, sumur tetangga.
9) Kamar mandi/WC: tidak ada.
10) Sampah: dikumpulkan di blakang rumah dan dibakar.
11) Kebersihan lingkungan: kurang bersih, ruangan kurang rapi.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
1) Kebiasaan: bertamu ke rumah tetangga, menonton TV di rumah
tetangga.
2) Aturan/kesepakatan:-.
3) Budaya: Pengajian
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga tidak pernah berpindah. Rumah yang ditempati sekarang adalah
rumah yang dulu ditempati orang tuanya.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga sering berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lain, ada
pengajian rutin tetapi tidak pernah diikuti keluarga.
4. Struktur Keluarga
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga: Komunikasi antara anggota keluarga
kurang lancer karena Tn. M mengalami gangguan pendengaran, keluarga
menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi sehari-hari.
b. Struktur Kekuatan Keluarga: Keluarga bertumpu pada kiriman/ bantuan
dana dari anak-anaknya.
c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga) :
1) Tn. M: Sebagai Kepala Keluarga, sekaligus bekerja mencari rumput
untuk makan ternaknya, dan pengambil keputusan dalam keluarga.
2) Ny. S: Sebagai ibu rummah tangga, berperan dan membantu kepala
keluarga dalam mengurus rumah.
1. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga mengikuti norma-norma yang berlaku di masyarakat dan agama
yang dianut.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga mau berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lain, terbuka
terhadap kehadiran orang lain (mahasiswa), bila ada waktu senggang
keluarga menonton TV di rumah tetangganya.
b. Fungsi sosialisasi
1) Kerukunan hidup dalam keluarga: Konflik antar tetangga tidak pernah
terjadi.
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga: Baik dan akrab
3) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan: diri
sendiri.
4) Kegiatan keluarga waktu senggang: Merumput.
5) Partisipasi dalam kegiatan sosial: kurang aktif karena terkendala
dengan kelemahan fisik.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya: Pengetahuan keluarga tentang kesehatan masih minim,
hal ini dari perilaku keluarga dalam merawat anggota keluarganya
yang terkena hipertensi. misalnya bila tidak benar-benar sakit sampai
tidak bisa beraktivitas lagi keluarga tidak meu membawa ketempat
pelayanan kesehatan seperti bidan praktek, namun hanya diberi obat
yang dijual di toko atau warung saja.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang
tepat: Bila ada anggota keluarga yang sakit diberi pengobatan dengan
jamu atau minum obat bebas, bila tidak sembuh dibawa ke bidan.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit:
Keluarga dapat mengobati sendiri dengan obat bebas atau dengan jamu
dan berobat ke bu bidan. Setelah itu tidak ada hal yang lebih bisa
diperbuat karena keterbatasan biaya.
4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat:
Kebersihan kurang, ventilasi udara ada tapi minim, pencahayaan
kurang, dan kadang-kadang masih membuang sampah di belakang
rumahnya.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat:
Keluarga belum memanfaatkan posyandu dan bidan praktik dengan
baik untuk memeriksakan status kesehatan. Keluarga sudah terbiasa
menggunakan jamban untuk BAB meskipun di rumah tetangganya.
d. Fungsi reproduksi
1) Perencanaan jumlah anak : -
2) Akseptor: -
e. Fungsi ekonomi
1) Upaya pemenuhan sandang pangan: Keluarga memenuhi sandang
pangan dengan mengandalkan bantuan dana dari anak-anaknya.
2) Pemanfaatan sumber di masyarakat: Selama ini keluarga tidak
memanfaatkan posyandu lansia sebagai sarana kesehatan terdekat
untuk meningkatkan taraf pengetahuan dan peningkatan status
kesehatan.
6. Stres dan Koping Keluarga
a. Stresor jangka pendek: tidak memiliki penghasilan yang tetap.
b. Stresor jangka panjang: Tn. M semakin sepuh dan sakit-sakitan
(hipertensi), megalami gangguan pendengaran dan menjadi beban keluarga.
c. Respon keluarga terhadap stresor : Berusaha berobat alakadarnya sesuai
dengan kemampuan keluarga.
d. Strategi koping: membicarakan setiap keluhan dengan istri yang tinggal
bersamanya.
e. Strategi adaptasi disfungsional: tidak ada.
7. Keadaan Gizi Keluarga
Pemenuhan gizi: Keluarga setiap hari makan nasi, sayur dan lauk seperti tahu,
tempe, tanpa susu setiap hari.
Upaya lain: tidak ada
5 5 5 5
8. Pemeriksaan Fisik
a. Identitas
Tn. M umur 75 tahun, agama Islam, suku Jawa, pendidikan tidak sekolah,
pekerjaan tani, alamat RT 7 RW 6 dusun Glengseran, Desa Suci
Kecamatan panti Jember
b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini
Pusing, kemeng-kemeng.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Hipertensi.
d. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital: tekanan darah 150/80 mm Hg, Nadi = 88 x/menit,
RR = 26 x/menit, suhu 37 0C,
Sistem Cardio Vascular: Iktus tidak tampak, teraba di ICS 5-6 mid
klavikula kiri, tidak ada pembesaran jantung, S1 dan S2 tunggal, irama
reguler.
Sistem Respirasi: Bentuk dada normal, gerakan simetris, retraksi dada
minimal, fremitus dada normal, vesikuler, tidak suara napas tambahan,
tidak ada sianosis.
Sistem Gastrointestinal: Kontur cekung, bising usus 5 x/menit, tidak
teraba hepar dan lien, timpani.
Sistem Persyarafan: Tidak ada Keluhan, refleks fisiologis normal, tidak
ada reflex patologis, GCS 4,5,6.
Sistem Muskuloskeletal: Sikap tubuh sedikit bungkuk, kekuatan otot
System Genitalia: Tidak dikaji
9. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya: Keluarga ingin seluruh keluarga terhindar
dari penyakit.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada: Dapat diadakan pengobatan gratis
lagi
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
Tanggal Analisa : 15-2-2012
No Tanggal Data Diagnosa Keperawatan
1 15/2/2012 Data subyektif : Tn. M berkata : “Obatnya yang
kemarin periksa tidak saya minum karna tidak pusing“
Tn. M berkata :”Saya tidak pernah periksa sekarang, meskipun kepala pusing dan lemah karna tidak ada uang”
Data obyektif : Klien tidak tahu makanan apa
saja yang boleh dikonsumsi oleh penderita hipertensi
Membeli obat ditoko untuk mengurangi pusing dan mual
Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen hipertensi berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah.
2 15/2/2012 Data subyektif : Ny. S me ngatakan ”rumah kami ada jendelanya tapi jarang dibuka karna jarang ada orang dirumah.
Data obyektif : Ventilasi rumah minim. Pencahayaan rumah kurang Kebersihan Rumah kurang Keluarga mempunyai tingkat
pendidikan tidak sekolah
Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen rumah sehat berhubungan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan.
2. Scoring/Prioritas
a. Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen
rumah sehat berhubungan ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
KRITERIA NILAI BOBOT SCORING PEMBENARANSifat masalah 2/3 1 2/3 Rumah memiliki
ventilasi di depan rumah saja. pencahayaan ruangan kurang,.
Kemungkinan diubah
1/2 2 1 Adanya kemauan keluarga untuk berubah namun masih bergantung pada adanya dana
Potensial dicegah
1/3 1 1/3 Pengetahuan dan perubahan perilaku keluarga dapat ditingkatkan dengan pemberian penkes serta motivasi, namun faktor budaya dan kebiasaan keluarga menjadi faktor penyulit keluarga untuk berubah
Menonjolnya masalah
0/2 1 0 Keluarga tidak pernah merasakan masalah yang ada.
Jumlah total 2
b. Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen
hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah.
KRITERIA NILAI BOBOT SCORING PEMBENARANSifat masalah 3/3 1 1/3 Klien membeli obat
pusing di toko dan minum jamu tradisional ketika pusing
Kemungkinan diubah
1/2 2 1 Keluarga mempunyai kepatuhan yang baik terhadap nakes, namun tidak memiliki cukup biaya
Potensial dicegah
1/3 1 1/3 Peruhan perilaku pada keluarga sangat dipengaruhi oleh stigma yang ada di masyarakat yang sulit sekali diubah sehingga memerlukan jangka waktu yang lama.
Menonjolnya masalah
0/2 1 0 Keluarga tidak merasakan masalah masalah yang sedang dihadapi
Jumlah total 5/3
G. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
TUM TUK KRITERIA STANDART
Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen rumah sehat berhubungan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
Setelah dua kali pertemuan, keluarga dapat mengerti tentang manajemen rumah sehat
Keluarga dapat :1. Menjelaskan syarat
rumah sehat2. Menjelaskan upaya
yang mungkin dilakukan untuk mencapai rumah sehat
3. Menjelaskan cara pembuangan sampah yang benar
4. Menjelaskan pentingnya pencahayaan dan ventilasi yang cukup serta bahayanya.
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon motorik
Respon verbal
Respon Motorik
1. Mampu menjelaskan syarat-syarat rumah sehat
2. Mampu menjelaskan kembali upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai rumah sehat
3. Mampu menjelaskan cara pembuangan sampah yang benarMendemonstrasikan cara pembuangan sampah yang benar
4. Mampu menjelaskan kembali tentang pentingnya pencahayaan dan ventilasi yang cukup beserta bahayanyaMendemonstrasikan pembukaan jendela rumah
1. Jelaskan syarat-syarat rumah sehat.
2. Jelaskan kembali upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai rumah sehat.
3. Jelaskan cara pembuangan sampah yang benar.
4. Minta keluarga untuk mendemonstrasikan cara pembuangan sampah yang benar.
5. Jelaskan pentingnya pencahayaan dan ventilasi yang cukup beserta bahayanya dan berikan genting kaca untuk ruangan yang kurang cahaya.
6. Minta keluarga untuk membuka jendela rumahnya dan pemasangan genting kaca.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
TUM TUK KRITERIA STANDART
Kurang pengetahuan Setelah tiga kali Keluarga dapat : Respon verbal 1. Keluarga mampu 1. Jelaskan pengertian
keluarga tentang manajemen hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
pertemuan, keluarga dapat mengerti tentang regimen terapi yang benar, serta menunjukkan kepatuhan terhadap regimen terapi
1. Menyebutkan pengertian hipertensi
2. Menyebutkan penyebab hipertensi
3. Menyebutkan gejala hipertensi
4. Menjelaskan perawatan hipertensi
5. Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
menjelaskan pengertian hipertensi
2. Mampu menjelaskan penyebab hipertensi
3. Mampu menyebutkan gejala dan tanda hipertensi
4. Mampu menjelaskan perawatan hipertensi
5. Mampu menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul
hipertensi.2. Jelaskan penyebab
hipertensi.3. Jelaskan gejala dan tanda
hipertensi.4. Jelaskan perawatan
hipertensi.5. Jelaskan komplikasi yang
mungkin timbul
H. TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Tanggal : 15/2/2012
Diagnosa Keperawatan
Implementasi Evaluasi
Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen rumah sehat berhubungan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
1. Menjelaskan pada keluarga tentang rumah sehat dan keluarga yang sehat dan sejahtera.
2. Menjelaskan upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai rumah sehat.
3. Menjelaskan cara pembuangan sampah yang benar.Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan cara. pembuangan sampah yang benar
4. Menjelaskan pentingnya pencahayaan dan ventilasi yang cukup beserta bahayanya dan memberikan genting kaca gratis untuk ruangan yang gelap sertaMeminta keluarga unt membuka jendela rumahnya dan memasang genting kaca tersebut
Knowledge: - Keluarga mampu
menyebutkan syarat rumah sehat
- Keluarga mampu menjelaskan cara pembuangan sampah yang benar
- Keluarga tidak mampu menyebutkan manfaat ventilasi dan akibat dari kurangnya ventilasi dan cahaya di dalam rumah
Afektif Tn. M mengatakan belum memahami tentang pentingnya rumah yang sehat
PsikomotorTn. M mendemonstrasikan membuka jendela rumahnya.
Tanggal : 15/2/2012
Diagnosa Keperawatan
Implementasi Evaluasi
Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
Jelaskan pada keluarga tentang 1. Pengertian hipertensi2. Penyebab hipertensi3. Gejala dan tanda hipertensi4. Perawatan hipertensi5. Komplikasi yang mungkin
timbul pada hipertensi.
Knowledge: Keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi, beberapa penyebab hipertensi, namun keluarga belum bisa menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pada hipertensi tanda dan gejala beserta cara merawat hipertensi.
Afektif Tn. M mengatakan pentingnya perawatan klien dengan hipertensi dan akan melaksanakan perawatan pada dirinya sendiri serta anggota keluarganya
Psikomotor-
Tanggal : 16/2/2012
Diagnosa Keperawatan
Implementasi Evaluasi
Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen rumah sehat berhubungan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
1. Menjelaskan pada keluarga tentang rumah sehat dan keluarga yang sehat dan sejahtera.
2. Menjelaskan upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai rumah sehat.
3. Menjelaskan cara pembuangan sampah yang benar.Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan cara. pembuangan sampah yang benar
4. Menjelaskan pentingnya pencahayaan dan ventilasi yang cukup beserta bahayanya dan Meminta keluarga untuk membuka jendela rumahnya
Knowledge: - Keluarga mampu
menyebutkan syarat rumah sehat
- Keluarga mampu menjelaskan cara pembuangan sampah yang benar
- Keluarga belum mampu menyebutkan manfaat ventilasi dan akibat dari kurangnya ventilasi dan cahaya di dalam rumah
Afektif Tn. M mengatakan belum memahami tentang pentingnya rumah yang sehat
PsikomotorTn. M mendemonstrasikan cara pembuangan sampah yang benar, dan mendemonstrakin pembukaan jendela
Tanggal :16/2/2012
Diagnosa Keperawatan
Implementasi Evaluasi
Kurang pengetahuan keluarga tentang manajemen hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
Jelaskan pada keluarga tentang 1. Pengertian hipertensi2. Penyebab hipertensi3. Gejala dan tanda hipertensi4. Perawatan hipertensi5. Komplikasi yang mungkin
timbul pada hipertensi.
Knowledge: Keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi, beberapa penyebab hipertensi, gejala dan tanda hipertensi perawatan hipertensi,namun keluarga belum bisa menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pada hipertensi
Afektif Tn. M mengatakan pentingnya perawatan klien dengan hipertensi dan akan melaksanakan perawatan pada dirinya sendiri serta anggota keluarganya
Psikomotor-
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001). Jakarta: EGC
DIKLIT RS Jantung Harapan Kita. (1993). Dasar-dasar Keperawatan Kardiovaskuler. RS Jantung Harapan Kita. Jakarta
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC
Effendy, N. (2005) Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih Bahasa: Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.
Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan pembuluh darah Harapan kita. Jakarta