Upload
pramedi-caqti-anggriawan
View
35
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
askep kep jiwa menarik diri
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam suatu hubungan
sosial pada berbagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim biasa sampai
hubungan saliang ketergantungan. kenintiman dan saling ketergantungan
dalam mengahadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu
tak akan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa adanya hubungan
dengan lingkungan sosial, oleh karena itu individu perlu membina hubungan
interpersonal yang memuaskan. kepuasan hubungan dapat dicapai jika
individu terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang
tinggi dalam berhubungan disertai respon lingkungan yang positif akan
meningkatkan rasa memiliki, kerjasama, hubungan timbal balik yang sinkron
(Stuart & Sundeen, 1995). peran serta dalam proses hubungan dapat
berfluktuasi sepanjang rentang tergantung (dependent) dan mandiri
(independent) pada rentang sosial. Hal ini berarti suatu saat individu
tergantung pada orang lain dan suatu saat orang lain akan tergantung pada
individu.
Salah satu prilaku yang ditunjukkan untuk pemutusan hubungan yang
diakibatkan oleh rasa tidak puas individu terhadap proses hubungan adalah
tindakan menarik diri. Tingkah laku yang sering ditunjukkan oleh klien
dengan menarik diri adalah respon yang kurang spontan, kurang
memperhatikan perawatan diri, dan menolak berhubungan dengan orang lain.
Banyaknya dampak yang ditimbulkan dari klien dengan gangguan hubungan
sosial menarik diri inilah yang mendasari penulis untuk menyusun “ Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Ny. SK dengan Gangguan Hubungan Sosial
(Menarik Diri) di Ruang 23 Rumah Sakit Umum dr. Syaiful Anwar
Malang “ pada tanggal 7 sampai dengan tanggal 9 Juni 2004.
B. BATASAN MASALAH
Agar permasalahan yang dibahas tidak meluas dan menyimpang, maka
penulisan makalah ini akan membatasi pembahasan hanya pada Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Ny. SK dengan Gangguan Hubungan Sosial (Menarik
Diri) di Ruang 23 Rumah Sakit Umum dr. Syaiful Anwar Malang pada
tanggal 7 sampai dengan 9 Juni 2004.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk memadukan dan menggunakan teori-teori
tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan hubungan
sosial menarik diri berdasarkan kasus nyata dengan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu untuk :
a. Melakukan pengakajian dengan tepat pada pada klien dengan
gangguan hubungan sosial menarik diri
b. Menegakkan diagnosa yang tepat berdasarkan hasil pengkajian
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar
Asuhan Keperawatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh
klien
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang
dibuat dalam Rencana Asuhan Keperawatan
e. Melakukan evaluasi Tindakan Keperawatan dengan mengacu pada
tujuan Rencana Asuhan Keperawatan.
BAB II
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. DEFINISI
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain atau menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993).
Dalam rentang respon sosial, perilaku menarik diri terletak di antara
respon adaptif (respon yang dapat diterima oleh norma sosial dan kebudaaan
yang secara umum berlaku) dan respon maladaptif (respon yang yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah kurang dapat diterima oleh
norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku), tetapi pada
akhirnya respon ini akan mengarah pada respon sosial maladaptif jika tidak
diantisipasi lebih lanjut oleh individu yang bersangkutan. Di dalam rentang
respon sosial ini, menarik diri digambarkan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
RENTANG RESPON SOSIAL
B. ETIOLOGI
Gangguan hubungan sosial menarik diri dapat terjadi karena adanya
berbagai faktor. Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
gangguan hubungan sosial menarik diri :
1. Faktor Predisposisi (Pendukung)
a. Faktor Perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tumbuh kembang
Respon Adaptif
Menyendiri
Otonomi
Bekerjasama (Mutualisme)
Saling tergantung (Interdependen)
Merasa sendiri (Loneliness)
Menarik diri
Tergantung (Dependen)
Respon Maladaptif
ManipulasiImpulsif
Narsistik
Isolasi sosial
memiliki tugas yang harus dilalui oleh individu dengan sukses, karena
apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan
menghambat perkembangan pada masa selanjutnya. Kurangnya stimulus
kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari ibu (pengasuh) pada saat
bayiakan memberikan rasa tidak aman yang akan menghambat
terbentuknya rasa percaya.
b. Faktor Biologis
Salah satu faktor pendukung penyebab terjadinya gangguan jiwa
adalah genetik.
c. Faktor Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan salah satu faktor pendukung yang menjadi
penyebab terjadinya gangguan hubungan sosial menarik diri, misalnya
anggota keluarga yang tiadak produktif akan diasingkan dari orang lain
(lingkungan sosialnya).
2. Faktor Presipitasi (Pencetus)
a. Stressor Sosial Budaya
Beberapa contoh stressor sosial budaya sebagai penyebab terjadinya
gangguan sosial budaya adalah keluarga yang labil, keadaan dirawat di
Rumah Sakit.
b. Stressor Psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah diyakini dapaat menyebabkan masalah
dalam membina hubungan sosial.
C. TANDA DAN GEJALA
Individu dengan gangguan hubungan sosial menarik diri akan
memperlihatkan beberapa tingkah laku sebagai berikut :
1. Apatis (Acuh terhadap lingkungan)
2. Ekspresi wajah kurang berseri (cenderung menunjukkan ekspresi sedih)
3. Afek tumpul
4. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
5. Komunikasi verbal menurun atau tiadak ada
6. Klien tampak memisahkan diri dengan orang lain
7. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya
8. Intake makanan dan cairan terganggu
9. Retensi urine dan feces
10. Penurunan aktivitas
11. Tidak bertenaga
13. Haga diri rendah
14. Menolak berhubungan dengan orang lain, misalnya memutus percakapan
atau pergi jika diajak untuk bercakap-cakap.
15. Respon kurang spontan.
Sedangkan mekanisme koping yang biasa dipakai oleh individu dengan
gangguan hubungan sosial menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi.
mekanisme koping ini digunakan sebagai usaha untuk mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam diri.
D. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL MENARIK DIRI
Untuk membantu klien dengan gangguan hubungan sosial menarik diri,
maka digunakan pendekatan proses keperawatan yang bertahap, meliputi :
1. Pengkajian
Pengkajian individu dengan gangguan hubungan sosial menarik diri
dilakukan untuk menggali faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan
gejala, dan mekanisme koping yang dipakai oleh klien.
2. Masalah Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan
Masalah Keperawatan yang mungkin ditimbulkan oleh individu
dengan gangguan hubungan sosial menarik diri, antara lain :
a. Isolasi sosial menarik diri
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
c. Resiko terjadi gangguan persepsi sensori : halusinasi
Sedangkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dari masalah
keperawatan yang ada adalah sebagai berikut :
a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi ... berhubungan dengan
menarik diri
b. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Perencanaan
Perencanaan meliputi perhatian terhadap kebutuhan pendidikan klien.
Tanggung jawab perawat dalam hal ini adalah membantu klien dan
keluarganya memahami tindakan keperawatan dan terapi yang dilakukan
pada klien dengan gangguan hubungan sosial menarik diri.
Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan tindakan keperawatan
adalah untuk menumbuhkan perasaan yang menyenangkan dalam hubungan
interpersonal secara maksimal dan mempertahankan perubahan yang telah
dicapai dalam hubungan yang telah dibina.
4. Intervensi
Pendekatan yang utama dalam tindakan keperawatan pada klien
dengan gangguan hubungan sosial menarik diri adalah :
a. Memenuhi kebutuhan biologis, dengan cara :
1.) Memonitor intake dan output cairan dan nutrisi
2.) Memperhatikan kebersihan diri klien
3.) Mempertahankan sikap empatidan kesabaran perawat untuk
mengenali kebutuhan klien.
b. Komunikasi verbal dan non verbal
1) Pilih topik pembicaraan yang disukai oleh klien
2) Gunakan model pertanyaan terbuka
3) Kaji bahasa tubuh klien
4) Pertahankan kontak mata antar perawat dan klien
5) Gunakan sentuhan halus
6) Tatap klien waktu berbicara, badan agak membungkuk ke depan
untuk memperlihatkan bahwa perawat siap membantu klien.
c. Melibatkan orang lain dengan klien
Diawali dengan membina hubungan anatara klien dengan perawat
secara one to one kemudian dilanjutkan atau ditingkatkan dengan orang
lain
d. Intervensi keluarga
1) Bantu keluarga untuk mengerti kebutuhan klien
2) Bantu keluarga untuk tetap mempertahankan hubungan dengan
klien
3) Berikan pendidikan kesehatan pada klien ataupun kelarga
mengenai proses pengobatan.
e. Terminasi
1) Bantu klien untuk melewati masa kehilangan
2) Bantu klien untuk mengatasi rasa takut atas ketidakmampuannya
untuk mempertahankan hubungan yang sehat.
5. Evaluasi
Evaluasi keberhasilan intervensi keperawatan pada klien dengan
gangguan hubungan sosial menarik diri terfokus pada perawat dan klien.
a. Fokus pada perawat
1) Evaluasi diri
2) Supervisi oleh perawat lain yang berpengalaman
b. Fokus pada klien
1) Perilaku klien berubah
2) Penggunaan komunikasi non verbal oleh klien
3) Klien dapat memulai percakapan
4) Klien mampu mengambil keputusan dan mengemukakan pendapat
sehingga harga diri dan rasa percaya diri klien klien meningkat
5) Klien menggunakan sumber koping yang adekuat.
E. POHON MASALAH
Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi ...
Faktor Presipitasi (Pencetus)
Stressor Psikologis
Isolasi sosial : Menarik diri
Stressor Sosial Budaya
Faktor Predisposisi (Pendukung)
Faktor BiologisFaktor Sosial Budaya Faktor Perkembangan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Ruang Rawat : Ruang 23 Kelas II Kamar 4 Tanggal dirawat : 5 Juni 2004
1. Identitas Klien
Inisial : Ny. SK Pekerjaan : PNS
Umur : 45 tahun Informan : Nn. M
Alamat : Jl. Kebon Jeruk I/ 4 RT O1/ II Tanggal Pengkajian : 7 Juni 2004
Lowokwaru, Malang RM. No. : 10331387
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien selalu diam, gelisah dan tidak mau makan
3. Faktor Presipitasi/ Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dibawa ke RSSA oleh keluarganya karena gelisah, kemudian
diam, dan tidak mau makan. Awalnya pada tanggal 31 Mei klien tiba-tiba
menjadi murung dan pendiam. kadang-kadang klien juga nampak gelisah.
Klien tidak mau makan sejak tanggal 2 Juni 2004. Klien tidak mau
berbicara dengan orang lain, hanya berbicara kalau meminta sesuatu. Klien
tidak bisa tidur nyenyak sejak 31 Mei 2004. Klien hanya tidur selama 2-3
jam sehari dan sering terbangun. Klien tidak tidur dan tidak tidur sama
sekali sejak tanggal 2 – 4 Juni 2004. keluarga klien mengatakan bahwa
klien ingin menikah untuk yang ketiga kalinya, tetapi keluarga tidak
menyetujui. Ketika di temapat kerja, klien sering mendapat teguran dari
pimpinannya karena sering lalai waktu bekerja. Klien MRS di RSSA pada
tanggal 5 Juni 2004 dan dikirim ke ruang 23 dengan diagnosa psikosa. Pada
saat pengkajian, klien tampak tertidur pulas sejak pukul 11.00 WIB dan
belum terbangun sampai saat pengkajian pukul 20. 30 WIB setelah disuntik.
Klien hanya makan sekali yaitu pada pagi hari dan dihabiskan.
4. Faktor Predisposisi
a. Riwayat Penyakit yang Lalu
Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu dan MRS di
RSSA dengan diagnosa medis Psikosa yaitu pada bulan Desember 2001
dengan sebab percerian dan bulan Desember 2003 dengan sebab berduka
yang berkepanjangan.
Pengobatan klien sebelumnya belum berhasil karena klien tidak rutin
untuk meminum obat dan tidak kontrol ke Poli Jiwa RSSA Malang sejak
KRS.
Klien tidak pernah mengalami gangguan fisik ataupun gangguan
tumbuh kembang.
b. Riwayat Psikososial
Klien tidak pernah menjadi pelaku, korban, ataupun saksi pada aniaya
fisik, aniaya seksual, kekerasan dalam keluarga, tindakan kriminal
maupun penolakkan karena selama ini keluarga klien adalah keluarga
yang harmonis dan saling mendukung sesama anggota keluarga.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dan pernah
dirasakan oleh klien adalah pada saat klien kehilangan orang yang
bernilai dalam hidupnya, yaitu ketika hubungannya dengan suami
pertama harus diakhiri dengan perceraian. Setelah itu klien menikah
untuk kedua kalinya, tetapi pada kali ini suaminya meninggal dunia pada
tahun 1998. Klien juga kehilangan ayah kandungnya yang meninggal
dunia pada tahun 2002. Dalam hal ini, masalah keperawatan yang muncul
adalah berduka antisipatif.
Selain itu, klien juga memiliki sifat kepribadian yang turtutup atau
introvert.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga klien terdapat anggota keluarga yang pernah
mengalami gangguan jiwa yaitu ibu kandung klien. Ibu kandung klien
juga MRS di RSSA dengan gejala seperti yang ditunjukkan klien yaitu
diam, tetapi gejala lain yang tampak pada ibu klien tetapi tidak dimiliki
klien ialah kadang berbicara sendiri. Hal ini juga terjadi pada ibu klien
hampir setiap tahun.
5. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien tidak rapi dan hanya mengenakan hem dan kain
yang digunakan untuk sarung, rambut klien tidak rapi.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
b. Kesadaran
Kesadaran klien saat pengkajian yaitu apatis, klien tampak mulai
mengantuk, acuh tak acuh terhadap rangsang yang masuk, diperlukan
rangsang yang kuat untuk menarik perhatian.
c. Orientasi
Klien tidak mengalami disorientasi terhadap orang, tempat, dan
waktu. Hal ini ditandai dengan sikap klien yang mampu menyebutkan
diamana dia sekarang, nama anggota keluarga yang bersamanya, temapat
ia bekerja, dan klien dapat menyebutkan hari dan tanggal serta keadaan
lingkungan sekitar kamar rawat klien.
d. Aktivitas Motorik/ Psikomotor
Respon klien terhadap stimulasi lingkungan sangat kurang. Hal ini
dibuktikan dengan adanya gerakan dan aktivitas yang menurun, dan klien
tampak malas untuk melakukan kegiatan (Hipoaktivitas). Klien banyak
berbaring di tempat tidur.
Masalah Keperawatan : Menarik Diri dan perubahan Proses Pikir
e. Afek Emosi
Afek emosi klien saat pengkajian menunjukkan afek emosi datar. Hal
ini ditunjukkan ketika klien menjawab pertanyaan. Klien menjawab
dengan suara pelan dan lambat, disertai dengan ekspresi wajah yang tidak
berubah. klien hanya berbicara jika menginginkan sesuatu.
Masalah Keperawatan : Gangguan hubungan sosial dan perubahan
proses pikir.
f. Persepsi
Klien tidak mengalami gangguan persepsi baik pendengaran,
penglihatan maupun perabaan.
g. Proses pikir
1) Arus pikir
Klien tidak mengalami perubahan proses pikir (arus pikir) karena
ketika diajak bicara dan diberi pertanyaan klien mampu menjawab
meskipun dengan suara pelan dan lambat, tetapi perkataannya dapat
dipahami.
2) Isi pikir
Jika ada masalah klien tidak langsung membicarakan dengan keluarga
atau orang lain, klien hanya diam dan cenderung pesimis.
Masalah keperawatan: gangguan proses pikir (isi pikir)
3) Bentuk pikir
Bentuk pikir klien non realistic karena klien mengatakan bahwa ia
kasihan terhadap anak-anaknya yang harus merawat dan menjaganya ,
tetapi klien sendiri tidak punya keinginan untuk segera sembuh dan
kembali melakukan aktivitasnya sehari-hari tanpa merepotkan orang
lain.
Masalah keperawatan: gangguan proses pikir (bentuk pikir)
h. Memori
Klien mampu mengingat semua kejadian yang melibatkan dirinya,
ketika ditanyakan tentang kejadian-kejadian yang telah lampau klien bisa
menjawabnya.
i. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung dengan baik. Klien dapat
menghitung awal kedatangannya di rumah sakit sampai saat dikaji yaitu
terhitung 4 hari.
j. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana.
k. Daya tilik diri atau insight
Klien menyadari kalau dirinya sakit, tetapi tidak mengetahui jenis
penyakitnya.
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir.
l. Interaksi selama wawancara
Ketika diajak bicara kontak mata klien kurang. Klien tampak sering
menutup mata dan berperilaku seperti orang yang sedang memikirkan
sesuatu, klien tidak bisa mengawali pembicaraan. Ketika ditanya klien
hanya menjawab dengan sepatah dua patah kata (seperlunya).
Masalah keperawatan: gangguan hubungan sosial (menarik diri).
6. Fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak lemah, muka kusut, rambut kurang rapi, kesadaran
apatis. GCS 4,5,6.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg. Suhu :37 C
Nadi : 80 x /menit Respirasi : 20x/ menit
c. Tinggi badan : 158 cm.
Berat badan : 60 Kg (mengalami penurunan)
d. Klien mengeluh kepalanya pusing dan badannya terasa lemah
e. Pemeriksaan fisik
Secara umum tidak ada kelainan fisik pada klien, hanya badan
klien lemah.
Tonus otot 4 4
4 4
Reflek fisiologis : +
Reflek patologis : -
Bising usus : 20 x/ menit
Klien hanya berbaring ditempat tidur dan kurang beraktivitas
Masalah keperawatan : penurunan mobilitas fisik
7. Pengkajian Psikososial (sebelum dan sesudah sakit)
a. Konsep diri
Sulit untuk dikaji karena klien menarik diri, dan tidak berminat untuk
bicara dengan orang lain termasuk dengan keluarga sendiri serta tidak bisa
mengawali pembicaraan.
b. Genogram
c. Hubungan sosial
1) Orang terdekat klien adalah anak perempuan keduanya
2) Klien berperan sebagai guru SD dan klien sering mengikuti
kegiatan kerohanian
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain saat ini: jika
diajak bicara kontak mata klien kurang, klien kurang berminat
berinteraksi dengan orang lain.
Masalah keperawatan: gangguan hubungan sosial : menarik diri
d. Spiritual dan cultural
1) Nilai dan keyakinan
Klien senantiasa menjalankan ajaran agamanya, norma dan
peraturan yang ada di masyarakat.
Keterangan :
Penderita gangguan Jiwa
Cerai
Meninggal dunia
Tinggal dalam satu rumah
2) Konflik nilai/keyakinan/budaya
Klien pernah memiliki konflik dalam keluarga. Klien cenderung
mempertahankan pendapatnya dan cenderung berdiam diri bila
pendapatnya tidak diterima.
3) Kegiatan ibadah
Klien aktif ke gereja dan menyukai lagu-lagu pujian
Masalah keperawatan : mekanisme koping tidak efektif
8. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Klien memerlukan bantuan minimal dalam hal makan.
b. BAB/BAK
Klien memerlukan bantuan minimal dalam hal kebutuhan eliminasi
(perlu diantarkan ketika ke kamar mandi)
c. Mandi
Klien memerlukan bantuan minimal dalam hal mandi.
d. Berpakaian atau berhias
Klien memerlukan bantuan minimal dalam berpakaian maupun
berhias.
e. Istirahat dan tidur
Klien pada tanggal 7 Juni tidur siang jam 11.00 WIB sampai jam
04.00 pagi tanggal 8 Juni. Siang harinya klien tidur 3 jam. Klien hanya
berbaring di tempat tidur saja.
f. Penggunaan obat
Klien memerlukan bantuan minimal dalam penggunaan obat yang
disediakan dari rumah sakit.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien masih memerlukan perawatan lanjut dan system pendukung
dari keluarga.
h. Aktivitas di dalam rumah
Klien selalu mempersiapkan makanan, menjaga kerapian rumah,
mencuci pakaian dan mengatur keuangan ketika di rumah.
i. Aktivitas di luar rumah
Klien sebelum sakit aktif dalam kegiatan organisasi kerohanian.
Saat sakit klien hanya berdiam diri di rumah dan sama sekali tidak
melakukan aktivitas di luar rumah.
9. Mekanisme Koping
Klien mau berbicara dengan orang lain jika menginginkan sesuatu.
Ketika ditanya, klien hanya menjawab singkat dengan suara pelan dan
lambat. Jika sedang mempunyai masalah klien cenderung menghindari
orang lain dan berdiam diri.
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Keiginan klien untuk menikah ketiga kalinya tidak disetujui oleh
keluarganya.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Kontak mata klien kurang, ketika ditanya klien menjawab dengan
singkat, bicaranya pelan dan lambat, kadang kurang jelas dan kadang
hanya diam.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien tidak mempunyai masalah dengan pendidikannya. Klien
mampu mencapai pendidikan terakhirnya hingga ke sarjana pendidikan
dan sekarang klien menjadi guru SD.
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien sering mendapat teguran dari atasannya karena lalai dalam
melaksankan tugasnya.
e. Masalah dengan perumahan
Klien tidak mempunyai masalah dengan perumahan
f. Masalah dengan ekonomi
Klien tidak mempunyai masalah dalam bidang ekonomi.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien pernah masuk ke ruang 23 RSSA Malang sebanyak 2 kali
dank lien kurang mematuhi aturan penatalaksanaan terapi.
h. Masalah lainnya
Klien merasa kasihan dengan anak-anaknya yang selalu menunggu
klien di rumah sakit.
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif, gangguan
hubungan sosial
11. Kurang Pengetahuan Tentang
Klien mempunyai penyakit jiwa karena mekanisme koping yang tidak
efektif dan kurangnya sistem pendukung serta penggunaan obat- obatan.
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan
tujuan pengobatan
12. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Psikosa
Terapi Medik : Stelazine 3 x 50 mg
CPZ 3X 50 mg
13. Daftar Masalah Keperawatan
a. Resiko Kekambuhan Berulang
b. Defisit Perawatan Diri
c. Perubahan Proses Pikir (Isi Pikir)
d. Gangguan Interaksi Sosial : Menarik Diri
e. Mekanisme Koping Tak Efektif
14. Analisa Data
No. DATA MASALAH
1. DS :
Keluarga klien mengatakan bahwa ia tidak mau
menceritakan permasalahannya
Keluarga klien mengatakan bahwa klien cenderung
memiliki kepribadian yang tertutup
DO :
Kontak mata kurang
Klien tampak sering memejamkan mata
Klien tampak terlihat senang menyendiri
Klien lebih banyak berbaring dan malas melakukan
aktivitas
Klien lebih banyak diam
Gangguan interkasi sosial
Menarik diri
2. DS :
Keluarga klien mengatakan bahwa klien lebih senang diam,
tidak makan dan menyendiri jika mendapat masalah
DO :
Keluarga klien hanya diam jika ditanya tentang
permasalahan hidupnya
Klien kurang berminat untuk berinteraksi
Mekanisme Koping tidak
efektif
3. DS :
Keluarga klien mengatakan bahwa klien hanya diseka 2 kali
dalam sehari
DO :
Klien tampak terbaring lemah
Penampilan klien kurang rapi
Wajah klien tampak lusuh
Defisit perawatan diri
4. DS : -
DO :
Kontak mata kurang
Klien lebih banyak diam
Klien tampak sering memejamkan mata
Klien tampak sering menyendiri
Klien lebih banyak berbaring dan malas untuk beraktivitas
Resiko halusinasi
15. Pohon Masalah
16. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan hubungan sosial : Menarik Diri
b. Mekanisme koping inefektif berhubungan dengan penagalaman
masa lalu yang kurang menyenangkan
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan proses pikir
d. Resiko terjadi gangguan persepsi sensori halusinasi berhubungan
dengan Gangguan hubungan sosial : Menarik Diri
Defisit Perawatan Diri
Perubahan Proses Pikir
ResikoKekambuhan Berulang
Faktor PsikososialKegagalan dalam Aktualisasi Diri
Faktor SosiokulturalKegagalan dalam nteraksi sosial dalam lingkungan
kerja, keluarga, masyarakat
Faktor BiologiAdanya faktor genetisyang diturunkan orang tua
Teguran oleh atasan ketika bekerja
Gangguan Hubungan Sosial : Menarik Diri
Mekanisne Koping Inefektif
Faktor Presipitasi
Faktor Predisposisi
Penolakan terhadap otoritas diri klien oleh keluarga
Resiko Halusinasi
LAPORAN PENDAHULUAN
(Hari Pertama Praktek)
A. Kasus (Masalah Utama)
Perilaku menarik diri merupakan perilaku dimana individu tidak
mempunyai minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung.
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor Predisposisi
a. faktor Perkembangan : Gangguan pada tugas perkembangan, sistem
keluarga yang terganggu menunjang
perkembangan respon sosial maladaptif
b. Faktor Biologis : Adanya faktor genetis yang diturunkan orang
tua
c. Faktor Psikososial : Adanya kegagalan untuk mengaktualisasikan
diri
d. Faktor Sosio – Kultural : Adanya kegagalan dalam interaksi sosial dengan
lingkungan , baik lingkungan kerja, keluarga,
dan masyarakat
2. Faktor Presipitasi
a. Stressor Sosi – Kultural : Menurunnya stabilitas keluarga, berpisah dari
orang yang berarti, masalah pekerjaan
b. Stressor Psikologis : Ansietas berat berkepanjangan yang bersamaan
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
untuk mengatasinya
3. Penilaian terhadap Stressor
Merupakan respon kognitif, afektif, dan fisiologik, prilaku maupun sosial
terhadap masalahnya. Setiap individu memiliki respon yang berbeda
terhadap masalah yang sama.
4. Sumber Koping
Untuk mengatasi permasalahannya, individu mempunyai beberapa sumber
yang dapat digunakan untuk mendukung kekuatannya yaitu kemampuan
personal, dukungan sosial, aset materi, dan keyakinan positif.
C. 1. Pohon Masalah
Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial : Menarik diri
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi
2. Data yang Perlu Dikaji
a. Ekspresi wajah klien saat diajak bicara
b. Respon verbal klien
c. Perawatan diri klien
d. Kepribadian klien
e. Aktivitas klien
Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi ...
Faktor Presipitasi (Pencetus)
Stressor Psikologis
Isolasi sosial : Menarik diri
Stressor Sosial Budaya
Faktor Predisposisi (Pendukung)
Faktor BiologisFaktor Sosial Budaya Faktor Perkembangan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
f. Intake nutrisi dan cairan sehari – hari
D. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi ... berhubungan
dengan menarik diri
2. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
E. Rencana Tindakan Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi ... berhubungan dengan
menarik diri
TUM : Tidak terjadi perubahan persepsi sensori
TUK :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menyebutkan penyebab menarik diri
3. Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
4. Melakukan hubungan sosial perawat – klien, klien – perawat –
perawat lain, klien – perawat – klien lain, klien – kelompok
secara bertahap
5. Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain
6. Memberdayakan sistem pendukung
7. menggunakan obat dengan bbenar dan tepat
8. Tindakan Keperawatan
9. Bina hubungan saling percaya , salam terpeutik, perkenalan
diri, jelaskan maksud dan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak jelas untuk tiap
pertemuan.
10. Berikan perhatian dan penghargaan, temani klien, waktu klien
tidak menjawab katakan “ Saya ada di sini, jika ingin
mengatakan sesuatu, sayasiap mendengarkan “. Jika klien
menatap perawat katakan “ Ada yang ingin anda katakan ? ”.
11. Dengarkan klien dengan empati, beri kesempatan bicara,
tunjukkan perawat mengikuti mengikuti pembicaraan klien.
12. Bicarakan dengan kjlien tentang penyebab mengapa ia tidak
ingin bergaul dengan orang lain.
13. Diskusikan tentang akibat tidak berhubungan dengan orang
lain
14. Diskusikan keuntungan berhubungan dengan orang lain
15. Bantu klien untuk mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
untuk bergaul
16. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien
17. Motivasi atau temani klien untuk berinteraksi, berkenalan
dengan klien, perawat lain
18. Beri contoh cara berkenalan
19. Tingakatkan interaksi klien secara bertahap
20. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
21. Bantu klien dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari – hari
dengan interaksi
22. Fasilitasi hubungan keluarga dengan keluarga secara
terapeutik
23. Diskusikan dengan klien setiap kali selesai mengadakan
interaksi atau kegiatan
24. Beri pujian akan keberhasilan klien
25. Berikan pendidikan kesehatan pada klien tentang bagaimana
cara merawat klien dengan gangguan hubungan sosial
menarik diri melalui pertemuan individu, keluarga secara
rutin.
26. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat, dosis, cara , waktu, dan klien).
27. Anjurkan pada klien untuk membicarakan manfaat atau efek
samping obat yang dirasakan.
Hasil akhir yang diharapkan pada klien :
1. Tidak terjadi perubahan sensori persepsi
2. Klien mengetahui penyebab prilaku menarik diri
3. Klien mengetahui keuntungan berinteraksi
4. Klien mampu berinteraksi dengan orang lain
Hasil akhir yang diharapkan pada keluarga :
1. Keluarga mampu berinteraksi dengan klien secara terapeutik
2. Keluarga mampu mengurangi penyebab mengapa klien
menunjukkan perilaku menarik diri
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menarik diri.
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
(Tindakan Keperawatan Hari Ke-2)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
Klien berbaring ditempat tidur, mata sembab, penampilan kurang rapi,
klien menjawab pertanyaan dengan suara pelan dan lambat, klien tidak
bisa mengawali pembicaraan, kontak mata kurang, klien kurang
bersemangat, terkadang klien tampak seolah-olah sedang berpikir,
kemudian diam. Klien juga mengeluh pusing.
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan interaksi sosial ( menarik diri ) berhubungan dengan
mekanisme koping tidak efektif.
3. Tujuan Khusus :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Klien mampu mengenali dan mengekspresikan emosi yang
berhubungan dengan peristiwa kehidupan sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan :
a. Memberikan salam dengan ramah.
b. Menanyakan alasan masuk rumah sakit.
c. Menanyakan bagaimana keadaannya hari ini.
d. Menanyakan bagaimana perasaannya hari ini.
e. Menanyakan bagaimana dengan masalahnya.
f. Menanyakan bagaimana cara penyelesaiannya.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“ Selamat sore, Bu Sri Ken? Kami mahasiswa POLTEKES Malang
Jurusan keperawatan. Nama saya Suci dan ini teman saya, Kayah.Kami
ingin berbincang-bincang dengan ibu, ibu mau kan? “
2. Evaluasi / Validasi :
“ Bagaimana keadaan ibu hari ini? “
3. Kontrak : ( Topik, Waktu dan Tempat )
Topik : “Hari ini saya ingin mengetahui perasaan ibu, apa yang ibu
keluhkan dan ibu sudah melakukan apa saja sejak pagi tadi?”
Waktu : “ Kita nanti ngobrol kurang lebih 20 menit ya, Bu?”
Tempat : “ Kita ngobrol diteras depan kamar saja ya, Bu?’’
KERJA : ( Langkah-langkah Tindakan Keperawatan )
1. “Bagaimana perasaan ibu saat ini?”
2. “Apa yang ibu keluhkan saat ini?”
3. “Kegiatan apa saja yang ibu lakukan sejak pagi tadi?”
4. “Apakah ibu merasa lebih nyaman ngobrol disini?”
5. “Mengapa ibu bisa sampai dibawa kesini?”
6. “Sejak kapan ibu dirawat disini?”
TERMINASI :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan ( Subyektif dan
Obyektif )
Subyektif : “Bagaimana persaan ibu setelah keluar dari kamar? Lebih
nyaman dan segar kan?”
Obyektif : “Coba ibu berbicara sambil menatap mata saya?”
2. Tindak lanjut klien ( apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan )
“Coba ibu lebih meningkatkan aktivitas ibu. Supaya kelihatan lebih
segar, ibu jangan tiduran terus. Mungkin ibu bisa jalan-jalan santai
diteras. Ibu juga harus berdandan supaya kelihatan cantik dan rapi.
Seandainya ibu punya masalah, bicarakan dengan orang yang ibu
percayai yang bisa membantu menyelesaikan masalah.
3. Kontrak yang akan datang ( Topik, Waktu dan Tempat )
Topik : “Besok kita ngobrol lagi tentang bagaimana hubunga ibu
dengan keluarga, perawat dan orang-orang disekitar sini.
Juga hubungan ibu dengan masyarakat sebelum ibu masuk
kerumah sakit.”
Waktu : “Besok kira-kira jam empat sore kami akan menemui ibu lagi.”
Tempat : “Besok kita ngobrol disini lagi ya,Bu?”
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE-3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
Klien berbaring ditempat tidur, penampilan kurang rapi, klien menjawab
pertanyaan dengan suara pelan dan lambat. Klien tidak bisa mengawali
pembicaraan.
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan interaksi sosial ( menarik diri ) berhubungan dengan
mekanisme koping tidak efektif.
3. Tujuan Khusus :
Klien mampu menyebutkan aktivitas klien sehari-hari dan interaksi kien
dengan masyarakat yang merupakan sistem koping yang positif.
4. Tindakan Keperawatan :
a. Menanyakan kembali perkenalan kemarin
b. Menanyakan bagaimana perasaannya saat ini.
c. Membuat kontrak dengan pasien secara jelas.
d. Melakukan kontak dan berkomunikasi dengan pasien sesering
mungkin.
e. Mengkaji kemampuan koping klien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari.
f. Mengkaji hubungan interaksi klien dengan keluarga dan masyarakat.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat sore, Bu? Kami datang lagi, masih ingat dengan saya kan? Saya
Suci dan ini teman saya Anti. Seperti kesepakatan kita kemarin, kita akan
berbincang-bincang lagi, ibu masih ingat kan?”
2. Evaluasi / validasi :
“Bagaimana keadaan ibu sekarang, apa sudah jauh lebih baik daripada
kemarin?”
3. Kontrak : ( Topik, Waktu dan Tempat )
Topik : “Hari ini saya ingin mengetahui apa yang dirasakan atau yang
ibu keluhkan saat ini, kegiatan apa saja yang sudah ibu hari ini,
dirumah dan kegiatan ibu dilingkungan luar.”
Waktu : “Kita ngobrol kurang lebih 30 menit ya, Bu?”
Tempat : “Kita ngobrol disini saja ya, Bu?”
KERJA : ( Langkah-langkah Tindakan Keperawatan )
1. “Bagaimana perasaan ibu saat ini ?”
2. “Keluhan apa yang sekarang ibu rasakan?”
3. “Apakah ibu merasa nyaman ngobrol disini?”
4. “Kegiatan apa saja yang sudah ibu lakukan hari ini?”
5. “Apa yang biasanya ibu lakukan bila ibu berada dirumah?”
6. “Kegiatan apa saja yang ibu lakukan bila ibu berada dilingkungan luar?”
TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan ( Subyektif dan
Obyektif )
Subyektif : “Bagaimana perasaan ibu? Lebih baik kan? Jangan terlalu
banyak mikir ya,Bu?”
Obyektif : “Coba ibu lebih mengkonsentrasikan pikiran ibu ke hal-hal yang
lebih menyenangkan dan lakukan kegiatan yang bisa membuat
ibu senang pula.”
2. Tindak lanjut klien ( apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan )
“Coba ibu lebih meningkatkan aktivitas ibu dan berinteraksi dengan
orang lain, baik dirumah sakit maupun setelah ibu pulang dari sini.
Seandainya ibu punya masalah, selesaikan masalah itu dengan baik.”
3. Kontrak yang akn datang ( Topik, Waktu dan Tempat )
Terminasi, perpisahan.
DAFTAR DIAGNOSA MASALAH
Ruang : 23
Nama Pasien : Ny. SK
No Register : 10331387
No
Dx
Tanggal
muncul
Diagnosa Keperawatan Tanggal
teratasi
Ttd
1
2
3
4
07 Juni 2004
07 Juni 2004
07 Juni 2004
07 Juni 2004
Gangguan hubungan sosial: menarik diri
berhubungan dengan mekanisme koping
inefektif
Mekanisme koping inefektif berhubungan
dengan pengalaman masa lalu tidak
menyenangkan.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan
perubahan proses pikir
Resiko Halusinasi berhubungan dengan
Gangguan hubungan sosial: menarik diri
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. SK
Umur : 46 tahun
No. Register : 10331387
TGL No.Dx DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATANTUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
7Juni
2004
1 Gangguan interaksi sosial:
menarik diri berhubungan
dengan mekanisme koping
inefektif
TU:
Setelah dilakukan intrvensi
keperawatan klien mampu
memanfaatkan sistem koping yang
ada.
TUK 1
Klien mampu membuna hubungan
saling percaya dengan perawat.
Ekspresi wajah klien
bersahabat, menunjukan
rasa senang, ada kontak
mata mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama,
mau menjawab salam dan
menyebutkan nama perawat.
Bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip
teraupetik.
Sapa klien dengan ramah baik
verbal maupun non verbal.
Perkenalkan diri dengan sopan
Jelaskan maksud dan tujuan
pertemuan
Selalu kontak mata dan beri
sentuhan selam interaksi.
Sikap empati dan perhatian
pada klien
TUK 2
Klien mampu menggali koping
Klien mampu menyebutkan
dan mengidentifikasi
Ajak klien untuk menyebutkan
sistem koping yang digunakan klien
positif dari aktifitas sehari-
harinya
kekuatan personal klien dan
menerima dukungan melalui
hubungan keperawatan.
dalam menghadapi masalah
Memebuat kontrak dengan
pasien dan keluarga secara
jelas.
Melakukan kontak dan
berkomunikasi denga klien
sesering mungkin.
Mengkaji kemampuan koping
klien melalui aktifitas sehari-
hari atau dengan bantuan
keluarga.
TUK 3
Dengan motivasi dari keluarga,
klien dapat menggunakan koping
positifnya menghadapi masalahnya
Klien mampu mengutarakan
keluhannya, dengan
motivasi dari keluarga,
sehingga klien mampu
membuat keputusan
Bina hubungan saling percaya
dengan keluarga :
Diskusikan masalah klien
dengan keluarga, serta koping
positif yang ada pada klien dan
keluarga.
Anjurkan keluarga untuk
memotivasi klien dalam
membangun koping yang
adaptif.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Ruang : 23
Nama Pasien : Ny.SK
No. Register : 10331387
NoDx
Tanggal Jam
IMPEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
1
2
07 Juni 200418.30 WIB
08 Juni 200416.00 WIB
18.30 WIB
Memberi salam dan memperkenalkan diri
pada keluarga klien.
Menjelaskan maksud dan tujuan pada
keluarga klien.
Membuat kontrak pertemuan pada
keluarga klien.
Menankan tentang riwayat klien dan sebab
MRS.
Memberi salam dan memperkenalkan diri
dengan ramah, sopan serta kontak mata
pada klien.
Menjelaskan maksud dan tujuan
pertemuan
Mengukur TTV
Mengajak klien duduk diteras dan melihat
pemandangan.
Menanyakan keluhan dan keberadaannya
saat ini
Menanyakan perasaan klien setelah banyak
dikunjungi keluarga dan teman-temannya.
Melakukan kontrak dengan klien dan
keluarga untuk pertermkuan berikutnya.
S:
keluarga menjawab
denganbaik dan
mengatakan bahwa klien
tidur sepanjang hari.
O:Klien terlihat terbaring
tidur.
A:TUK1 tidak terlaksana.
P :Pertahankan TUK1
S:
Keluarga mengatakan
klien diam jika tidak
diajak bicara, senantiasa
berbaring dan tidur.
O:
Klien mau menjawab
salam dan menjabat
tangan dengan
perawat.
Klien terlihat
berbaring dan
memejamkan mata.
Klien bersedia turun
dari tempat tidur,
duduk diteras bersama
pearawat.
Klien menjawab
pertanyaan singkat,
3 09 Juni 2004 Memberi salam pada klien
Mengingatkan klien dengan kontrak
sebelumnya.
Menanyakan perasaan klien dan
mengajaknya untuk menceritakan hal yang
menyenangkan.
Menemani dan menawarkan bantuan pada
klien.
Menanyakan aktivitas dan keseharian klien
Menganjurkan klien untuk tidak terlalu
memikirkan masalahnya dan berserah diri
kepada Tuhan YME.
Menganjurkan kien untuk tidak
menceritakan masalahnya kepada teman
atau keluarga atau teman dekatnya yang
dipercaya.
Mendiskusikan masalah klien dengan
keluarga serta koping positif yang ada
pada klien dan keluarga .
Menganjurkan pada keluarga untuk
memberikan motivasi pada klien serta
meluangkan waktu untuk saling berbagi
dalam mengahdapi masalah.
lambat dan memijit
keningnya (tidak ada
kontak mata).
A: TUK 1 tercapai
sebaigian
P: pertahankan TUK 1
S:
Klien menjawab
salam perawat dan
mampu mengingat
nama perawat.
Klien mengatakan
perasaannya lebih baik
dan senang bayak
yang menjenguk.
Klien mengatakan
aktfitasnya mengajar
dan ke gereja
(menyanyi)
O:
Klien masih
menjawab pelan dan
singkat.
Klien banyak
mengangukan kepala
dan sedikit kontak
mata.
Klien hanya bersedia
duduk ditempat tidur.
A: TUK1 tercapai TUK 2
tercapai sebagian.
P : pertahankan TUK2 dan
lanjutkan TUK3
E. EVALUASI SUMATIF
Setelah melakukan asuhan keperawatan, selama tiga hari terhadap Ny. KS
maka didapatkan empat diagnosa yang muncul pada klien yaitu :
1. Gangguan hubungan sosial: menarik diri berhubunan dengan mekanisme
koping inefektif
2. mekanisme koping inefektif berhubungan dengan pengalaman masa lalu
tidak menyenangkan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan proses berfikir
4. resiko halusinasi berhubungan dengan Gangguan hubungan sosial:
menarik diri
Pada hari pertama, klien sama sekali tidak berespon positif pada
perawat.klien berbaring tidur, namun pada hari berikutnya hari kedua dan ke
tiga klien mau berespon dan berinteraksi dengan perawat dan mau berbicara
singkat dan lambat. Klien bersedia duduk diteras dengan perawat, duduk
ditempat tidur dengan wajah menunduk, sedikit kontak mata dan memijit
keningnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah membandingkan antara tinjauan keperawatan dengan kasus
nyata, pada kasus Ny. SK dengan Gangguan hubungan sosial: menarik diri,
maka ada beberapa kesenjangan yang ditemukan antara lain :
A. Pengkajian
Menurut teori yang terdapat pada Bab II pada pengkajian aspek emosi
terdapat afek tumpul, sedangkan pada kasus afek emosi klien adalah datar
dengan data pengkajian klien menjawab pelan, singkat dan ekspresi wajah
tidak berubah. Pada teori tingkah laku klien tidak atau kurang sadar dengan
lingkungan, namun pada kasus klien sadar dengan keadaan lingkungan tidak
terdapat disorientasi tempat, waktu, dan orang. Hanya saja klien bersikap
acuh dan dan tidak peduli dengan lingkungannya. Dalam teori pemeriksaan
fisik terdapat retensi urine dan feses, sedangkan pada Ny.SK jika ada
rangsangan untuk BAB / BAK klien dibantu oleh keluarga untuk ke toilet.
Konsep diri tidak terkaji, karena respon klien lambat disebabkan oleh
perubahan proses pikir yang terjadi pada klien. Selain itu terdapat kerancuan
dan pertentangan antara data sekunder (anamnesa dengan keluarga), dan
sikap dan perilaku klien, terutama mekanisme koping klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Stuart Sundeen ,1995 terdapat diagnosa keperawatan yaitu:
1. Resiko perubahan sensori persepsi: halusinasi…… berhubungan
dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Sedangkan pada kasus Ny. SK terdapat empat diagnosa yang muncul yaitu:
1. Gangguan hubungan sosial: menarik diri berhubungan dengan
mekanisme koping inefektif.
2. Mekanisme koping inefektif berhubungan dengan pengalaman masa
lalu tidak menyenangkan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan proses pikir.
4. Resiko halusinasi berhubungan dengan menarik diri
C. Perencanaan
Tidak ada kesenjangan antara rencana teori dan dikasus.
D. Pelaksanaan
Fokus pelaksanaan asuhan keperawatan adalah membina hubungan saling
percaya, menggali koping positif dari klien, untuk menghadapi masalah.
Dan mendorong keluarga untuk memberi dukungan dan memperhatikan
klien dengan baik, menganjurkan untuk kontrol dan minum obat secara
teratur dan berkesinambungan untuk pemeliharaan kesehatan jiwa.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara formatif dan sumatif pada Ny. SK, TUK 1 telah
tercapai, TUK 2 tercapai sebagian. Sehingga masuk pada tahap pelaksanaan
TUK 2 dan TUK 3 untuk pencapaian tujuan berikutnya, yaitu dengan
bantuan keluarga membangun sistem koping yang efektif.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada pengkajian dalam kasusu Ny. SK di ruang 23 RSSA Malang banyak
didapatkan masalah keperawatan jiwa, tapi yang paling menonjol adalah
masalah mengenai gangguan interaksi sosial (menarik diri).
2. Perencanaan yang disusun lebih diutamakan untuk mengatasi diagnosa
utama terkait dengan masalah utama klien yang menjadi penyebab pada
diagnosa utama.
3. Implementasi yang dilaksanakan dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah disusun dengan melalui tahap sesuai tujuan khusus yang ada.
4. Evaluasi dilakukan setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien.
B. SARAN
1. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan kepada klien harus benar-benar
memperhatikan data yang didapatkan.
2. Perawat hendaknya melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan.
3. Pendidikan kesehatan pada keluarga klien sangat dianjurkan untuk
mencegah terjadinya kekambuhamn.
4. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan selain disesuikan dengan situasi
dan kondisi diperlukan juga kerjasama dengan tim kesehatan yang lain.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. sk dengan
gangguan HUBUNGAN SOSIAL (Menarik Diri)
di ruang 23 rumah sakit umum dr. syaiful anwar
malang
Disusun dalam rangka melaksanakan tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Poltekkes Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Malang
Oleh :Kelompok VII A
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEHNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MALANG
2004
1. Siti Rukayah
(020100030)
2. Sri Arum Rimayati
(020100031)
3. Sri Eko Jumianti
(020100032)
DAFTAR ISI
Cover Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Batasan Masalah.......................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................... 2
Bab II Tinjauan Teori ............................................................. 3
A. Definisi........................................................................ 3
B. Etiologi ....................................................................... 3
C. Tanda dan Gejala......................................................... 4
D. Rencana Asuhan Keperawatan.................................... 4
E. Pohon Masalah............................................................. 8
Bab III Tinjauan Kasus . ............................................................ 9
Laporan Pendahuluan (Hari Pertama Praktek)............ 20
Laporan Pendahuluan (Strategi Pelaksanaan)............. 25
Bab IV Pembahasan................................................................. 33
Bab V Penutup ....................................................................... 35
A. Kesimpulan .............................................................. 35
B. Saran ........................................................................ 35
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “
Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. sk dengan Hubungan Sosial (Menarik
Diri) di Ruang 23 Rumah Sakit Umum dr. Syaiful Anwar Malang ”, untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keperawatan Jiwa.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis tidak dapat lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Hj. Isnaeni DTN, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Malang.
2. Ibu Farida Halis DK. Skp., selaku koordinator Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa
3. Bpk. Kissa Bahari, Skp., NS., selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah
Keperawatan
4. Ibu Dyah Widodo, Skp., selaku Dosen Pembimbing Kelompok VII A
5. Kepala Perawat Ruang 23 Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang
6. Perawat jaga sore Ruang 23 Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang
7. Dan semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai bahan
ukuran dan pertimbangan untuk pembuatan makalah yang selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat dapat memberikan
manfaat bagi semua yang membacanya.
Malang, 17 Juni 2004
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Ana. 1999. Kedaruratan pada Alam Perasaan. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Ana. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, Gin & Sundeen, S. 1998. Keperawatan Jiwa Edisi III : Respon Gangguan
Alam Perasaan. Jakarta : EGC
Stuart, Gin & Sundeen, S. 1995. Principle of Psychiatric Nursing. St Louis :
Mosby Year Book
Makalah Pelatihan Nasional Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa dan
Komunikasi Terapeutik Keperawatan. Batu Malang, 3 – 8 Oktober 2002.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Cabang Malang Kerjasama dengan
Tim Model Pelayanan Keperawatan Profesional Keperawatan Jiwa RS.
Radjiman Wediodiningrat Lawang dan Program Studi Keperawatan FK
Brawijaya Malang.