65
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan sehari-hari. Telinga merupakan salah satu dari kelima alat indera manusia yang memiliki fungsi ganda dan kompleks, yaitu sebagai indera pendengaran dan sebagai alat keseimbangan tubuh. Gangguan yang terjadi pada organ ini dapat berakibat buruk bagi si penderita, yaitu ia tidak dapat melakukan kegiatan mendengar secara optimal. Beberapa diantara gangguan tersebut adalah otitis media baik itu otitis media akut (OMA) maupun otitis media kronis (OMK) dan juga mastoiditis. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. (Soepardi, et al.,ed. 2007). Menurut Brunner & Suddarth (2002), Otitis media akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah yang disebabkan oleh masuknya bakteri patogenik kedalam telinga tengah yang normalnya steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obsruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya, atau reaksi alergi. Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptoccocus pneumoniae, Hemophylus influenzae, dan Moraxella catarrhalis dan oleh Williams & Wilkins 1

ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Citation preview

Page 1: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indra pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktifitas

kehidupan sehari-hari. Telinga merupakan salah satu dari kelima alat indera manusia

yang memiliki fungsi ganda dan kompleks, yaitu sebagai indera pendengaran dan sebagai

alat keseimbangan tubuh. Gangguan yang terjadi pada organ ini dapat berakibat buruk

bagi si penderita, yaitu ia tidak dapat melakukan kegiatan mendengar secara optimal.

Beberapa diantara gangguan tersebut adalah otitis media baik itu otitis media akut

(OMA) maupun otitis media kronis (OMK) dan juga mastoiditis.

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. (Soepardi, et al.,ed. 2007). Menurut

Brunner & Suddarth (2002), Otitis media akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah

yang disebabkan oleh masuknya bakteri patogenik kedalam telinga tengah yang

normalnya steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti

obsruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan

disekitarnya, atau reaksi alergi. Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme

penyebab adalah Streptoccocus pneumoniae, Hemophylus influenzae, dan Moraxella

catarrhalis dan oleh Williams & Wilkins (2011) menambahkan bakteri penyebab otitis

media akut adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli, Pneumococcus,

Streptococcus anhaemolyticus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aerugenos. Selain

itu, terdapat satu gangguan lagi pada telinga yaitu mastoiditis. Mastoiditis adalah

inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak

diobati dapat terjadi osteomyelitis (Smeltzer & Bare, 2001).

Dalam realita yang ada, Otitis media merupakan salah satu dari berbagai penyakit

yang umum terjadi di berbagai belahan didunia, termasuk di negara-negara dengan

ekonomi rendah dan juga di Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh

WHO,diperkirakan sekitar 90% manusia pernah mengalami setidaknya satu episode otitis

media sebelum umur 2 tahun dan puncak insidens kedua adalah tahun pertama sekolah

dasar (Healy, 1996; Paparella et al,1997). Prevelensi Otitis media juga merupakan salah

1

Page 2: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

satu penyakit langganan anak. Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk

usia 10 tahun sekitar 62 % sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %.

Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada

telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis (Smeltzer & Bare, 2001).

Sementara itu, menurut Nurbaiti Iskandar (1997) mastoiditis adalah penyakit sekunder

dari otitis media yang tidak dirawat atau perawatannya tidak adekuat. Mastoiditis

merupakan penyakit yang berbahaya ini dikarenakan masalah yang timbul sebagai akibat

dari infeksinya, gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala peradangan pada telinga

tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan

kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga hingga dapat menyebabkan tuli.

Prevalensi terjadinya mastoiditis di seluruh dunia untuk usia 10 tahun sekitar 62 %

sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %. Di Amerika Serikat, diperkirakan

75% anak mengalami minimal satu episode mastoiditis sebelum usia 3 tahun dan hampir

setengah dari mereka mengalaminya 3 kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25 % anak

mengalami minimal 1 episode sebelum usia 10 tahun di negara tersebut otitis media

paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun (Abidin 2009). Dari catatan medis di salah satu

rumah sakit di Jakarta Pusat sepanjang Januari 2004 sampai Desember 2005 didapatkan

95 pasien dengan mastoiditis akut. Hanya pasien yang belum mendapatkan pengobatan

baik topikal ataupun sistemik sekurangnya 5 hari terakhir yang dilakukan dalam

penelitian. Angka kejadian mastoiditis rata-rata 27 tahun, termuda 5 tahun dan tertua 70

tahun terbanyak antara 21-30 tahun (36,8%) terhadap kesamaan distribusi gender dalam

penelitian ini (laki-laki 53,7% dan wanita 46,3%), (Anonim 2008).

Gangguan  pada telinga bagian tengah bukan termasuk hal yang kecil. Kurangnya

kebersihan dan penanganan yang salah dapat menjadikan gangguan tersebut bertambah

parah dan telinga kehilangan fungsinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha preventif

dan penanganan yang tepat terhadap gangguan- gangguan tersebut. Berdasarkan uraian

peningkatan kasus pada otitis Media dan mastoiditis yang masih tinggi diatas, maka

diperlukan perhatian dari komponen masyarakat terutama tenaga kesehatan seperti

perawat untuk mengetahui dan memahami tentang penyakit guna memberikan Asuhan

Keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan pendengaran Otitis media (Akut

dan Kronik) dan mastoiditis.

2

Page 3: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu OMA, OMK dan mastoiditis?

2. Bagaimana etiologi dan manifestasi klinis dari gangguan pada telinga tersebut?

3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit tersebut?

4. Bagaimana penatalaksanaan dari gangguan pada telinga tersebut?

5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan OMA, OMK dan mastoiditis?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep tentang gangguan pada sistem pendengaran

yakni OMA, OMK dan mastoiditis serta asuhan keperawatan pada ketiga gangguan

tersebut.

2. Tujuan Khusus.

Agar mahasiswa/i dapat :

a. Menjelaskan definisi OMA, OMK, dan Mastoiditis

b. Menyebutkan etiologi terjadinya OMA, OMK, dan Mastoiditis

c. Menyebutkan manifestasi klinik OMA, OMK, dan Mastoiditis

d. Menjelaskan patofisiologi terjadinya OMA, OMK, dan Mastoiditis

e. Menjelaskan penatalaksanaan OMA, OMK, dan Mastoiditis

f. Menyebutkan komplikasi OMA, OMK, dan Mastoiditis

g. Menjelaskan prognosis pasien dengan OMA, OMK, dan Mastoiditis

h. Mamberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan OMA, OMK, dan

Mastoiditis

D. Manfaat

Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa/i untuk dapat mengetahui dan memahami

macam- macam gangguan pada telinga khususnya telinga tengah yakni OMA, OMK dan

mastoiditis serta Asuhan Keperawatan dari ketiga gangguan tersebut.

 

 

3

Page 4: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. OTITIS MEDIA AKUT 

A. Definisi OMA 

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. (Soepardi, et al.,ed. 2007). Menurut

(Smeltzer & Bare, 2001). Otitis media akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah

yang disebabkan oleh masuknya bakteri patogenik kedalam telinga tengah yang

normalnya steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti

obsruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan

disekitarnya, atau reaksi alergi. Radang telinga tengah (otitis media/ OM) ini sering

terjadi pada anak-anak dan menjadi masalah paling umum kedua pada praktek pediatrik

(Paparella et al, 1997). Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah

dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik

lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia,

demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran

timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah (Buchman,

2003). Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan

membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada membran

timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore (Kerschner, 2007)

4

Page 5: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Ganbar : anatomi telinga

Gambar : Skema pembagian Otitis Media.

B. Etiologi OMA 

Menurut (Smeltzer & Bare, 2001).Otitis Media Akut disebabkan oleh :

1. Masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya steril.

Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptoccocus

pneumoniae, Hemophylus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Williams & Wilkins

(2011) menambahkan bakteri penyebab otitis media akut adalah Staphylococcus

aureus, Escherecia coli, Pneumococcus, Streptococcus anhaemolyticus, Proteus

vulgaris, dan Pseudomonas aerugenosa.

2. Paling sering terjadi bila terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang

diakibatkaan oleh infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan di sekitarnya

(misalnya: sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalnya: rinitis alergika).

Williams & Wilkins (2011) menyebutkan penyebab otitis media akut supuratif adalah

karena adanya infeksi melalui :

a. Tuba eustachius

b. Membran timpani

c. Infeksi melalui aliran darah

Williams & Wilkins (2011) menyebutkan faktor-faktor predisposisi terjadinya otitis

media akut supuratif adalah sebagai berikut :

a. Usia

5

Page 6: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Biasanya terjadi pada usia anak-anak

b. Sosio-ekonomi

Kejadian tertinggi pada populasi dengan higiene rendah, penduduk padat dan

malnutrisi

c. Iklim

Sering terjadi pada musim dingin khususnya pada musim salju

d. Ras

Lebih sering terjadi pada orang dengan kulit putih daripada kulit hitam

e. Adanya massa pada nasofaringeal, contohnya polip, karsinoma, limpoma

f. Gangguan pernapasan

Rinitis dan sinusitis kronis memproduksi mukus yang terinfeksi yang mana akan

memasuki tuba eustachius, sehingga menyebabkan infeksi pada tuba eustachius

g. Alergi

Faktor alergi yang menyebabkan otitis media akut belum diketahui secara pasti

Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii

akibat konsentrasi sekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah

bila ada perforasi membran timpani. Eksudat purulen biasanya ada pada telinga

tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.

C. Manifestasi Klinis OMA 

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa ringan dan

sementara atau sangat berat, diantaranya adalah;

1. Keadaan biasanya unilateral pada orang dewasa, dan mungkin terdapat otalgia.

2. Nyeri akan hilang secara spontan bila terjadi perforasi spontan membrana timpani

atau setelah dilakukan miringotomi (insisi membran timpani).

3. Dapat berupa keluarnya cairan dari telinga.

4. Demam.

5. kehilangan pendengaran, dan tinitus.

6. Pada pemeriksaan otoskopis, kanalis auditorius eksternus sering tampak normal, dan

tidak terjadi nyeri bila aurikula digerakan.

7. Membrana timpani tampak merah dan sering menggelembung.

(Smeltzer & Bare, 2001).

6

Page 7: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Manifestasi klinik otitis media, menurut Donna L. Wong, dkk (buku ajar keperawatan

pediatrik, 2008).

Otitis Media akut :

a) Terjadi setelah infeksi pernapasan atas

b) Otalgia (sakit telinga)

c) Demam

d) Rabas purulen (otorea) mungkin ada, mungkin tidak

Pada bayi atau anak yang masih kecil :

a) Menangis

b) Rewel, gelisah, sensitif

c) Kecenderungan mengosok, memegang dan menarik telingan yang sakit.

d) Kesulitan untuk memberikan kenyamanan pada anak

e) Kehilangan nafsu makan

Pada anak yang lebih besar :

a) Menangis dan/ atau mengungkapkan perasaan yang tidak nyaman

b) Iritabilitas

c) Kehilangan napsu makan

D. Patofisiologi OMA

Patogenesis terjadinya OMA sangat berkaitan erat dengan kondisi tuba eustacius, baik

secara anatomis maupun fisiologis. Smeltzer & Bare (2001), menjelaskan terjadinya otitis

media akut adalah akibat adanya bakteri masuk melalui tuba eusthacii akibat kontaminasi

sekresi dari nasofaring. Bakteri juga bisa masuk telinga tengah bila ada perforasi

membrana timpani. Eksudat yang purulen yang purulent biasanya ada dalam telinga

tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif. Pada umumnya otitis

media terjadi akibat disfungsi tuba eustachius. Tuba tersebut yang menghubungkan

telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar yang mencegah

organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang tersebut memungkinkan

terjadinya drainase sekretyang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah dan memungkinkan

terjadinya keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan luar. Drainase yang

terganggu menyebabkan retensi sekret didalam telinga tengah. Udara tidak dapat keluar

melalui tuba yang tersumbat sehingga diserap kedalam sirkulasi yang menyebabkan

tekanan negatif didalam telinga tengah. Jika tuba tersebut terbuka,perbedaan tekanan ini

7

Page 8: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

meyebabkan bakteri masuk ke ruang telinga tengah, tempat organisme cepat

berproliferasi dan menembus mukosa. (Donna L. Wong, dkk 2008).

Robbins & Cotran (2009) menyampaikan bahwa apabila serangan berulang otitis media

akut tanpa resolusi akan menyebabkan penyakit kronik.

Gambar : membran timpani normal

Terdapat 5 stadium pada OMAberdasarkan perubahan membran mukosa telinga tengah,

yaitu :

1. Stadium oklusi tuba eustachius

Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam

telinga tengah. Membran timpani terkadang berwarna normal atau keruh pucat.

Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat

virus atau alergi.

2. Stadium hiperemis (presupurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh

membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk

mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat. Hiperemis

disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh

mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan

membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri

yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam.

Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari

cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang

meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai

dengan satu hari (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

8

Page 9: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Gambar : Membran Timpani Hiperemis

3. Stadium supurasi

Membran timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada

mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya

eksudat purulen di kavum timpani. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu

meningkat, serta nyeri di telinga bertambah berat. Apabila tekanan tidak

berkurang, akan terjadi iskemia, thrombophlebitis dan nekrosis mukosa serta

submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan

kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah

di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada mukosa

telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur.

Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran

timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar.

Gambar : membran timpani bulging dengan pus purulen

4. Stadium perforasi

Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari

telinga tengah ke liang telinga. Pada pemberian antibiotik yang terlambat atau

virulen kuman yang tinggi, dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah

keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah

9

Page 10: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur tenang. Jika mebran timpani

tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga

minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua

keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua

bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (Djaafar, 2007;

Dhingra, 2007).

Gambar : membran timpani perforasi

5. Stadium resolusi

Pada stadium ini membran timpani berangsur normal, perforasi membran timpani

kembali menutup dan sekret purulen tidak ada lagi. Bila daya tahan tubuh baik

atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa

pengobatan. Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi

otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran

timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang

timbul. Pada stadium ini penderita mengeluh pendengarannya masih belum

kembali normal. Tanda klinis pada membrane timpani adalah perforasi masih

tampak tapi warna mulai kembali normal dan tidak tampak secret. Penderita

diberikan edukasi untuk menjaga hygiene telinga dan control 2-4 minggu

kemudian untuk melihat apakah membrane timpani dapat menutup menutup

secara spontan. Apabila tetap ada perforasi dapat dirujuk ke THT untuk dilakukan

stimulasi dan epitelisasi atau miringoplasti.

E.  Pemeriksaan Diagnostik OMA

1. Otoscope.

Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang gendang telinga yang dapat digunakan

untuk mendiagnosis otitis media. Otitis media akut ditandai dengan penonjolan

gendang telinga yang merah pada pemeriksaan otoskopi. Penanda tulang dan refleks

10

Page 11: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

cahaya mungkin kabur. Otitis media dengan efusi dapat tampak sebagai gendang

telinga yang berwarna abu-abu, baik menonjol ataupun cekung kedalam. (Elisabeth

Corwin, 2009)

2. Timpanometri.

Timpanometri adalah pemeriksaan atau pengukuran fungsi telinga tengah, antara lain

yaitu mobilitas gendang telinga, fungsi tuba eustachius, kondisi kavum timpani.

Manfaat dari timpanometri untuk screening/menilai kondisi liang telinga.

Timpanometri memunculkan timpanogram yaitu suatu pemeriksaan yang mencakup

pemasangan sonde kecil pada telinga luar dan pengukuran gerakan membran

timpanisetelah adanya tonus yang terfiksasi, juga dapat digunakan untuk

mengevaluasi mobilitas membran timpani. Pada otitis media akut dan otitis media

dengan efusi, mobilitas gendang telinganya berkurang. (Elisabeth Corwin, 2009).

Pada timpanogram terdapat sebuah grafik yang mengaitkan tekanan telinga tengah

dan complience. Pada timpanogram tidak didapatkan puncak/ flat, biasanya

disebabkan karena adanya cairan di telinga tengah. Selain itu biasanya timpanogram

menunjukkan adanya puncak namun bergeser ke kiri yang menunjukkan adanya

tekanan negatif disebabkan karena disfungsi tuba.

3. Kultur dan Uji Sensitivitas.

Pemeriksaan kultur dan uji sensitifitas dilakukan untuk mengidentifikasi organisme

pada sekret telinga.

4. Pengujian Audiometrik.

Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilangan

pendengaran sekunder akibat infeksi berulang dan adanya cairan.

F. Penatalaksanaan OMA

Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi (dosis antibiotika

oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi bakteri, dan status fisik klien. Terapi

yang dapat diberikan untuk klien otitis media akut diantaranya yaitu :

1. Antibiotik.

Antibiotik spektrum luas dan awal, otitis media dapat hilang tanpa gejala sisa yang

serius. Bila terjadi pengeluaran cairan, biasanya perlu diresepkan preparat otik

antibiotika. Kondisi bisa berkembang dengan subakut dengan pengeluaran cairan

11

Page 12: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

purulen menetap dari telinga. Jarang sekali terjadi kehilangan pendengaran permanen.

Antibiotik yang efektif digunakan adalah amoksilin. Amoksilin menghasilkan

perbaikan gejala dalam 48-72 jam. Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang

dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72

jam, kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai.

Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua, misalnya

amoksisilin dengan klavulanat. Amoksisilin dengan klavulanat diberikan kepada

pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan Haemophilus

influenzae dan Moraxella catarrhalis.

2. Analgesik / pereda nyeri.

Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).

Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol

atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus

dipastikan bahwa klien tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau

diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.  

3. Sedatif (pada anak kecil)

4. Terapi dekongestan nasofaring

Tindakan lainnya dalam penatalaksanaan otits media akut dalah tindakan pembedahan

yaitu :

Miringotomi.

Insisi pada membran timpani dikenal sebagai miringotomi / timpanotomi.

Membran timpani dianestesi menggunakan anestesi lokal seperti fenol atau

menggunakan iontoforesis. Pada iontoforesis suatu arus elektris mengalir melalui

larutan lidokain –epinefrin untuk membuat liang telinga dan membrana timpani

kebas. Prosedur ini tidak menimbulkan nyeri dan belangsung tidak sampai 15 menit.

Dibawah mikroskop kemudiandibuat insisi melalui membrana timpani untuk

mengurangi tekanan dan mengalirkan cairan serosa atau purulen dari telinga tengah.

Normalnya prosedur ini tidak diperlukan oleh penderita OMA, namun perlu dilakukan

bila nyeri menetap.

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya

terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus

dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran

timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-

inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan,

12

Page 13: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

kecuali jika terdapat pus di telinga tengah (Djaafar, 2007). Indikasi miringostomi pada

anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis

nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi

merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali

terapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau

timpanosintesis dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang memuaskan

terhadap terapi second-line, untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur

(Kerschner, 2007).

G. Komplikasi OMA

Menurut Brunner & Suddarth (2001), komplikasi otitis media akut meliputi komplikasi

sekunder mengenai mastoid dan komplikasi intrakranial serius, seperti meningitis atau

abses otak dapat terjadi meskipun jarang. Sedangkan menurut Williams & Wilkins

(2011), komplikasi otitis media akut antara lain:

1. Ruptur membran timpani yang terjadi secara spontan

2. Perforasi yang terjadi secara terus-menerus

3. Otitis media kronik dan Mastoiditis

4. Meningitis

Meningitis adalah penyakit radang selaput otak (meningen). Penyebab meningitis

antara lain adalah adanya rhinorhea, otorhea pda basis kranial yang

memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar. Angka

kejadian meningitis di dunia adalah 1-3 orang per 100.000 orang. Terdapat 11

pasien penderita meningitis dari 4160 kasus otitis media supuratif kronik.

5. Kolesteatoma

6. Abses, septikemia

7. Limfadenopati, leukositosis

8. Kehilangan pendengaran permanen dan timpanosklerosis

9. Vertigo.

Tanda-tanda terjadinya komplikasi adalah:

1. Sakit kepala

2. Tuli yang terjadi secara mendadak

3. Vertigo (perasaan berputar)

4. Demam dan menggigil

13

Page 14: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

H. Prognosis OMA.

Prognosis pada Otitis Media Akut baik apabila diberikan terapi yang adekuat berupa

antibiotik yang tepat dan dosis yang cukup.

I. Pencegahan OMA

Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah ISPA pada bayi

dan anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat, menganjurkan pemberian

ASI minimal enam bulan, menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, dan

lain-lain (Kerschner, 2007).

II. OTITIS MEDIA KRONIK

A. Definisi OMK.

Otitis media kronik merupakan kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan

irreversible dan biasanya disebabkan karena episode berulang dari otitis media akut.

(Brunner&Suddarth, 2001). OMK (Otitis Media Kronis) ialah perforasi yang permanen

dari membran timpani, dengan atau tidak dengan perubahan permanen pada telinga

tengah. Sebagian besar OMK merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) dan

sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani akibat trauma telinga. Kuman

penyebab biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama

sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman anaerob (Djaafar, 2002).

Otitis Media Kronik diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu :

1. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa).

Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang

bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini

terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang

menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa

faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi

saluran nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan

derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret

mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari mukosa telinga

14

Page 15: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

tengah. OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,

yaitu:

a. OMK aktif adalah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara

aktif

b. OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.

2. Tipe Atikoantral (tipe malignan/ tipe bahaya)

Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan

kolesteatom dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan fatal timbul pada

OMK tipe ini.

B. Etiologi OMK.

Kuman penyebab OMK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas

aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan

kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah

menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran

yang menghubungkan antara hidung dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran napas

atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga. (Kalbefarma,

2002).

OMK biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut. Sering berhubungan

dengan perforasi menetap membran timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya

mengakibatkan kerusakan membran timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus

dan hampir selalu melibatkan mastoid. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring

(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius.

Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada

anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan

refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMK yang tinggi di Amerika Serikat.

Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi

HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.

Penyebab lain OMK diantaranya adalah:

1. Lingkungan

2. Genetik

3. Otitis media sebelumnya.

4. Infeksi

15

Page 16: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

5. Infeksi saluran nafas atas

6. Autoimun

7. Alergi

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

C. Manifestasi Klinis OMK.

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat

otorea interminet atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada

kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan

merah dan edema. Kolesteatoma ( cairan pada telinga, mengalami tuli, pusing) sendiri,

biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrana timpani

memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih

dibelakang membrana timpani atau keluar ke kanalis eksternus melalui lubang perforasi.

Hasil audiometri pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran

konduktif atau campuran. (Brunner&Suddarth, 2001).

Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).

Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar.

Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama

Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan

pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks

kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu berangiogenesis. Massa

kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ disekitarnya sehingga dapat terjadi

destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri.

Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis,

meningitis dan abses otak.

Gambar (1):sumbatan pada eustachius oleh inflamasi jaringan, Gambar (2):

adanya otore pada membran timpani.

16

Page 17: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Gejala berdasarkan tipe Otitis Media Kronis adalah:

1. OMK tipe benigna

Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk, ketika

pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan

penggunaan antibiotic lokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat

konstan atau intermitten. Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien

dengan derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan

koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.

Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu

meninggalkan sisa pada bagian tepinya. Proses peradangan pada daerah timpani

terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan

tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan

tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada

meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip

tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba

eustachius yang mukoid dan setelah satu atau dua kali pengobatan local bau busuk

berkurang.

2. OMK tipe maligna dengan kolesteatoma.

Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan

berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keping-keping kecil,

berwarna putih mengkilat. Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat

terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada

otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena

kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis

akibat osteolitik kolesteatom.

D. Patofisiologi OMK

Dibagi kedalam 2 jenis yaitu benigna atau tipe mukosa, dan menigna atau tipe tulang.

Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga dikenal tipe aktif dan

tipe tenang. Pada OMK benigna, pandangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai

tulang. Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak

terdapat kolesteatom. OMK tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak

marginal, subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal

(Mansjoer et al, 2001).

17

Page 18: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

E. Pemeriksaan Diagnostik OMK

1. Pemeriksaan Audiometri.

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.Tapi

dapat pula dijumpai adanya tuli sensori neural, beratnya ketulian tergantung besar dan

letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas

Derajat ketulian nilai ambang pendengaran menurut PERHATI: normal 10 dB

sampai 25 dB

a. Tuli ringan 26 dB sampai 40 dB (Mild)

b. Tuli sedang 41 dB sampai 55dB ( Moderete)

c. Tuli sedang berat 56 dB sampai 70 dB (Moderete-severe)

d. Tuli berat 71 dB sampai 89 dB (Severe)

e. Tuli total lebih dari 90 dB. (Profound)

Untuk melakukan evaluasi ini, observasi yang bisa dilakukan :

a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20

dB

b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif

30-50 dB apabila disertai perforasi.

c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang

masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun

keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kochlea parah.

2. Pemeriksaaan Radiologi

a. Proyeksi Schuller.

Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini

berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan

tegmen

b. Proyeksi Mayer atau Owen.

Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-

tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang

telahmengenai struktur-struktur.

18

Page 19: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

c. Proyeksi Stenver.

Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih

jelasmemperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis

semisirkularis. Proyeksiini menempatkan antrum dalam potongan melintang

sehingga dapat menunjukan adanyapembesaran akibat

d. Proyeksi Chause III.

Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan

kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat

menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.

3. Pemeriksaan Bakteriologi.

Bakteri yang sering dijumpai pada OMK adalah :

a. Bakteri spesifik.

Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari

1%menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi

paru yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba eustahius. Otitis

media tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum

susu yang tidak dipateurisasi

b. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.

Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokus

aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa

adalah ceftazidine dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin, sefalosporin dan

makrolid. Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid.

Stafilokokusaureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif

untuk sefalosforin generasi I dan gentamisin.

c. Bakteri penyebab ISPA

F. Penatalaksanaan OMK.

Prinsip dasar penatalaksanaan medis OMK adalah (Mills,1997) :

1. Pembersihan telinga secara adekuat (aural toilet)

2. Pemberian anti mikroba topikal yang dapat mencapai lokasi dalam jumlah adekuat.

3. Pembedahan.

19

Page 20: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Ada beberapa jenis pembedahan yang dilakukan pada OMK :

a. Mastoidektomi sederhana.

Operasi dilakukan pada OMK tipe benigna yang dengan pengobatan

konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan

ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya agar infeksi tenang dan

telinga tidak berair lagi pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

b. Mastoidektomi radikal.

Operasi ini dilakukan pada OMK maligna dengan infeksi atau kolesteatom

yang sudah meluas. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua

jaringan patologis dan mencegah komplikasi ke intrakranial.

c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy).

Operasi ini dilakukan pada OMK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi

belum merusak kavum timpani. Tujuan operasi untuk membuang semua

jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran

yang masih ada.

d. Miringoplasti.

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga

dengan nama timpanoplasti tipe I, rekonstruksi hanya dilakukan pada

membran timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi

telinga tengah pada OMK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.

e. Timpanoplasti.

Operasi ini dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih

berat atau OMK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan

medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta

memperbaiki pendengaran. (Soepardi, Arsyad, 1997, 55-57).

G. Komplikasi OMK.

Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang

menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya

pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien

OMK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman

yang virulen pada OMK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.

20

Page 21: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMK

berhubungan dengan kolesteatom.

Komplikasi ditelinga tengah:

1. Perforasi persisten membrane timpani2. Erosi tulang pendengaran3. Paralisis nervus fasial

Komplikasi telinga dalam

1. Fistel labirin2. Labirinitis supuratif3. Tuli saraf ( sensorineural)

Komplikasi ekstradural

1. Abses ekstradural2. Trombosis sinus lateralis3. Petrositis

Komplikasi ke susunan saraf pusat

1. Meningitis2. Abses otak3. Hindrosefalus otitis

Komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial melewati tiga macam lintasan yaitu

Dari rongga telinga tengah ke selaput otak, Menembus selaput otak, Masuk

kejaringan otak

H. Prognosis OMK

1. OMK tipe benigna.

Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat eongering. Tetapi sisa perforasi

sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari

meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani

disarankan.

2. OMK tipe maligna.

21

Page 22: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes

otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK

type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

III. MASTOIDITIS.

A. Definisi Mastoiditis.

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada

tulang temporal. Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus.

Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam

telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus

respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang

berbau busuk akibat infeksi traktus respiratorius.

Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang disebabkan oleh suatu infeksi telinga tengah,

jika tidak diobati dapat terjadi osteomeletis. (Brunner and Suddarth, 2001 ).

B. Etiologi Mastoiditis.

Penyebab mastoiditis tersering adalah bakteri yang lazim mencangkup streptokokus beta

hemophilus grup A , streptococcus pneumoniae , staphilococcus aureus dan hemophilus

influenza. ( Sabiston, David C 1994 : 289). Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan

pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan

bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus respiratorius. Pada pemeriksaan

telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk akibat infeksi traktus

respiratorius. Mastoiditis merupakan hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah,

bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada

infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah beberapa

bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas,

22

Page 23: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari

seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian

terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki

penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-

anak ini adalah S. Pnemonieae. Streptococcus pneumoniae patogen paling sering

terisolasi di mastoiditis akut, prevalensi sekitar 25%.

C. Manifestasi Klinis Mastoiditis.

Pada mastoiditis akut biasanya menyebabkan nyeri, dimana daerah post aurikuler menjadi

nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Dan pembentukan kolestaetoma pada

mastoiditis akut bila tidak segera ditangani, kolestaetoma dapat tumbuh terus dan

menyebabkan paralisis nervus fasialis, kehilngan pendengaran sensorineural dan atau

gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam), dan abses otak.

Menurut Herawati S. and Sri Rukmini (2002 : 32) manifestasi klinis dari mastoiditis

sebagai berikut

1. Nyeri telinga

2. Otorea (keluarnya cairan pada telinga)

3. Gangguan pendengaran yang makin bertambah

4. Pada pemeriksaan otologik akan tampak otorea melalui perforasi membran

timpani , kadang – kadang saging di dinding posterior liang telinga.

Gambar : perforasi membran timpani

5. Bila belum terbentuk abses akan terlihat daerah yang hiperemis yang nyeri tekan.

6. Demam

7. Saraf wajah kelemahan / tanda-tanda neurologis

8. Otalgia

9. Lesu / Malaise

10. Rhinorrhea

23

Page 24: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

11. Pusing

D. Patofisiologi Mastoiditis

Mastoiditis disebabkan menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah. Infeksi dan nanah

mengumpul di sel-sel udara mastoid. Umumnya ini jarang terjadi karena otitis media

didiagnosis dan diobati pada tahap awal. Tetapi dengan berulangnya infeksi telinga

bagian tengah, infeksi dapat menyebar ke mastoid. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu

setelah otitis media akut (Reeves, 1999).

Menurut Adam (1997) patofisiologi mastoiditis dimulai dari infeksi telinga tengah yang

kemudian menjalar mengenai tulang mastoid dan sel-sel yang di dalamnya, hal ini

mengakibatkan terjadinya proses nekrosis tulang mastoid serta merusak struktur tulang,

bila tidak segera dilakukan pengobatan terhadap infeksinya maka dapat mengakibatkan

terjadinya abses sub peritoneal pada mastoid. Apabila infeksi merusak tulang di

sekitarnya sampa nanah dapat keluar mungkin terjadi :

a. Keluar melalui permukaan luar dan prosesus mastoid, sehingga terjadi abses

subperitoneal pada mastoid

b. Ke bawah mulai ujung prosesus masuk leher

c. Ke depan mulai dingding belakang liang telinga

d. Ke atas melalui pegmen (atap) rongga telinga masuk fosa chranial media

e. Ke belakang melalui fosa chranial posterior

Kebanyakan mastoiditis akut ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan perawatan

telinga yang memadai dan yang mengalami infeksi telinga yang tidak cepat ditangani.

Mastoiditis kronis ini dapat mengakibatkan terjadinya pembentukan koleteatoma yang

merupakan pertumbuhan kulit ke dalam ( epitel squamosa ) dari lapisan membran timpani

ke telinga tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantong luar berisi kulit

yang rusak dan bahan sebaseus, kantong dapat melekat ke struktur telinga dalam nastoid

bila tidak ditangani , kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysys nerfus

facialis , kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan

( akibat erosi telinga dalam) dan abses otak. Pembedahan pada mastoid yang mengalami

kelainan peradangan ditujukkan untuk mengangkat koleteatoma mencapai struktur yang

sakit dan dapat mencapai kondisi telinga yang aman kering dan sehat.mastoidektomi

biasanya dilakukan melalui insisi post aurikular dan infeksi dihilangkan dengan

menghilangkan udara di mastoid. Begitu pasien bangun , pembiusan harus diperhatikan

setiap tanda paries fanalis yang harus segera dilaporkan ke dokter bila terjadi kelemahan

24

Page 25: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

fasial balutan pada mastoid harus dilonggarkan dan pasien dikembalikan ke meja operasi.

Luka dibuka dan nervus fasialis didekompresi untuk melonggarkan kanalis tulang yang

mengelilingi nervus fasialis.

E. Pemeriksaan Diagnostik Mastoiditis.

1. CT scan.

Mendiagnosis kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam. Biasanya

memperlihatkan penebalan mukosa dalam rongga telinga tengah di samping

dalam rongga mastoid.

2. Pemeriksaan radiologis.

Mengetahui adanya apasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya

trabekulasi normal dan sel-sel tersebut.

F. Penatalaksanaan Mastoiditis.

1. Penanganan lokal meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop

dan alat penghisap. Pemberian tetes antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika

membantu bila ada cairan purulen. Antibiotika sistemik biasanya tidak diresepkan

kecuali pada kasus infeksi akut. Pengobatan radang mastoid dengan antibiotic

intravena seperti pennisilin, cefriaxone (rhocepin), dan metronidazole (flogil) selama

14 hari.

2. Jika pasien tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan operasi mastoidektomy.

Tindakan ini untuk menghilangkan sel – sel tulang mastoid yang terinfeksi dan untuk

mengalirkan nanah. Beberapa struktur telinga bagian tengah (inkus dan maleus)

mungkin perlu dipotong.

a. Mastoidektomi

Mastoidektomi adalah prosedur pembedahan untuk menghilangkan proses infeksi

pada tulang mastoid

Tujuan operasi mastoidektomi adalah untuk menghilangkan sumber infeksi,

mencegah terjadinya komplikasi, dan mempertahankan fungsi pendengaran.

Pemilihan teknik mastoidektomi :

1) Rongga terbuka (Canal wall down)

25

Page 26: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Termasuk dalam golongan ini adalah modifikasi mastoidektomi radikal yang

bertujuan untuk membersihkan/membuang seluruh sel-sel mastoid dirongga

mastoid, meruntuhkan seluruh dinding belakang liang telinga, membersihkan

seluruh sel mastoid yang mempunyai drainase ke kavum timpani yaitu

pembersihan sel-sel mastoid, tetapi mukosa kavum timpani dan sisa-sisa

tulang pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan

sebersih-bersihnya. Tuba eustachius dibersihkan dari jaringan dari jaringan

patologis dan dipertahankan. jaringan.

2) Rongga tertutup (canal wall down)

Mastoidektomi simpel (schwartze ) yang bertujuan untuk membersihkan

jaringan patologi atau kolesteatoma didaerah kavum timpani dan rongga

mastoid dengan mempertahankan keutuhan dinding belakang liang telinga.

Canal wall up memerlukan tindakan timpanotomi posterior sehingga tehnik ini

lebih sulit. Timpanotomi posterior adalah membuka rongga mastoid secara

luas sehingga memudahkan akses ke resesus fasialis.

b. Tympanoplasty yang merupakan pembedahan rekonstruksi telinga bagian tengah

untuk memelihara pendengaran.

c. Miringotomi.

Insisi pada membran timpani dikenal sebagai miringotomi / timpanotomi.

Membran timpani dianestesi menggunakan anestesi lokal seperti fenol atau

menggunakan iontoforesis. Pada iontoforesis suatu arus elektris mengalir melalui

larutan lidokain –epinefrin untuk membuat liang telinga dan membrana timpani

kebas. Prosedur ini tidak menimbulkan nyeri dan belangsung tidak sampai 15

menit. Dibawah mikroskop kemudiandibuat insisi melalui membrana timpani

untuk mengurangi tekanan dan mengalirkan cairan serosa atau purulen dari telinga

tengah. Normalnya prosedur ini tidak diperlukan oleh penderita OMA, namun

perlu dilakukan bila nyeri menetap.

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya

terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah

harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga

membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran

posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak

perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah (Djaafar, 2007).

26

Page 27: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat

tidak efektif, yang paling sering adalah timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrana

timpani dan osikulus. Tujuan timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telinga

tengah, menutup lubang perforasi telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan

memperbaiki pendengaran. 

G. Komplikasi Mastoiditis.

Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah

(syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah

sam-ping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke

samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis,

abses otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi (Thane, 1993).

Beberapa komplikasi yang terjadi akibat adanya Mastoiditis antara lain ;

1. Ekstrakranial , komplikasi ke arah inferior

Adanya kolesteatoma akan menimbulkan pressure necrosis dan akan merusak

korteks mastoid sehingga akan terjadi abses subperiostal. Abses yang terbentuk di

daerah planum mastoid, disebut abses retro aurikuler.untuk pengobatan dapat

dilakukan insisi abses atau mastoidektomi.

2. Intratemporal

a) Labirintitis

Penjalaran kearah medial ini terjadi karena adanya fistel pada kanalis

semisirkularis lateral atau pada foramen ovale akibat erosi dari kolesteatoma.

Pasien biasanya mengeluh mual dan muntah. Penatalaksanaan dengan

mastoidektomi.

b) Paresis N.VII

Kolesteatoma yang menumpuk akan menimbulkan destruksi tulang kanalais

N.VII sehingga N.VII terbuka dan terkena lesi.

3. Intrakranial

a) Abses ektra dural

Penimbunan nanah antara segmen dan dura. Keluhan yang dirasakan adalah

nyeri kepala dan telinga yang hebat. Terapi yang diperlukan adalah

mastoidektomi dan dibuat drainase untuk mengeluarkan nanah.

27

Page 28: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

b) Meningitis

Suatu keradangan yang merata pada sub arachnoid .peradangan pada selaput

otak.

c) Abses otak

Biasanya mengenai lobus temporal, penderita mengeluh nyeri kepala hebat

dan muntah.

Sementara itu perpanjangan proses menular dari mastoiditis dapat meliputi:

a. Posterior perluasan ke sinus sigmoid (trombosis menyebabkan)

b. Posterior ekstensi untuk tulang oksipital untuk menciptakan osteomyelitis of

calvaria atau abses Citelli

c. Superior ekstensi ke fosa kranial posterior, ruang subdural, dan meningen

d. Anterior ekstensi ke akar zygomatic

e. Lateral ekstensi untuk membentuk abses subperiosteal

f. Inferior ekstensi untuk membentuk abses Bezold

g. Medial ekstensi ke puncak petrosa

h. Intratemporal keterlibatan saraf wajah dan / atau labirin.

(PP Devan et al 2011 )

H. Prognosis Mastoiditas.

Pengobatan yang adekuat akan memberikan penyembuhan yang optimal. Prognosis

pasien baik selama belum terjadi komplikasi ke intrakranial. Pada kasus dengan

komplikasi intrakranial dibutukan penatalaksanaan yang lebih komprehensif.

 

 

28

Page 29: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian asuhan keperawatan meliputi :

1. Keluhan utama

2. Riwayat penyakit saat ini

Pada pengkajian mastoiditis, biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3

minggu tanpa penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara

mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di

telinga dan demam hilang timbul.

3. Riwayat penyakit dahulu:

- Riwayat medis yang berkaitan

- Riwayat diet

4. Riwayat penyakit keluarga

5. Status sosial ekonomi

6. Riwayat psiko sosial

Menurut Tucker et al (2007) pengkajian yang dilakukan pada sistem pendengaran

meliputi :

1. Data Subjektif

a. Sakit telinga (otalgia)

b. Sakit kepala

c. Penurunan, kehilangan ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga

d. Distorsi suara

e. Tinitus

f. Merasakan penuh atau sumbatan di dalam telinga

g. Mendengar gaung suara sendiri

h. Mendengar suara letupan saat menguap atau menelan

i. Vertigo, pusing, ketidakseimbangan

j. Gatal pada telinga

k. Merasa denyut jantung di telinga

l. Drainase telinga (berwarna gelap, merah, hitam, jernih, kuning)

m. Penggunaan minyak, lidi kapas, jepit rambut untuk membersihkan telinga

29

Page 30: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

2. Data Objektif

a. Penampilan umum

b. Tanda vital : peningkatan TD, suhu (biasanya suhu meningkat bila ada

peradangan/infeksi pada telinga), nadi, dan pernapasan

c. Kemampuan mendengar : penggunaan alat bantu dengar

d. Kemampuan membaca gerakan bibir atau menggunakan bahasa isyarat

e. Keterlambatan bicara dan perkembangan bahasa (jika pada anak kecil)

f. Refleks terkejut

g. Toleransi terhadap suara yang keras

h. Tipe, warna, dan banyaknya drainase telinga

i. Riwayat medikasi (streptomisin, salisilat, kuinin, gentamisin)

j. Alergi

k. Usia (pertimbangan gerontologis)

l. Kaji tingkat gangguan pendengaran

B. Diagnosa Keperawatan

Masalah Keperawatan

1. Pre operasi

a. Otitis media akut

1) Nyeri akut berhubungan dengan perforasi mebrana timpani; infamasi pada

telinga

2) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

3) Perubahan  persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan

pendengaran.

4) Resiko cidera berhubungan dengan faktor regulatori : disfungsi sensori

b. Otitis media kronik.

1) Perubahan  persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan

pendengaran.

2) Resiko cidera berhubungan dengan faktor regulatori : disfungsi pendengaran

3) Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan pembedahan.

4) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan pendengaran

konduktif

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan infeksi otitis media berulang

6) Manajemen regimen terapeutik tidak efektif

30

Page 31: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

c. Mastoiditis

1) Perubahan  persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan

pendengaran; tuli sensorineural

2) Nyeri akut berhubungan dengan infamasi pada post aurikuler

3) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

4) Resiko cidera berhubungan dengan faktor regulatori : disfungsi pendengaran,

keseimbangan terganggu

5) Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya prosedur pembedahan.

6) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan pendengaran

(tuli sensorineural).

7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan infeksi otitis media berulang

2. Post Operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan mastoid

b. Perubahan  persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan

pendengaran; tuli konduksi.

c. Gangguan komunikasi verbal

d. Resiko cidera berhubungan dengan post pembedahan

e. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan mastoidektomi

C. Intervensi

Pre Operasi

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan perforasi membrana timpani: inflamasi telinga

Tujuan: pasien mampu mengontrol nyeri setelah dilakukan tindakan perawatan

selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :

a) Mengekspresikan pemahaman tentang faktor penyebab nyeri

b) Menunjukkan kemampuan untuk mengurangi atau mengontrol nyeri dengan

menggunakan keterampilan yang dipelajari

Intervensi

a) Kaji lokasi, tipe, durasi dan frekuensi nyeri

Rasional : mengetahui karekteristik nyeri yang dirasakan pasien

b) Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0 sampai 5 (0 tidak ada nyeri

dan 5 nyeri hebat) atau skala nyeri standar lainnya

Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien

31

Page 32: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

c) Kaji faktor penyebab nyeri

Rasional : membantu dalam pemberian terapi

d) Diskusikan tindakan pereda nyeri yang efektif dan tidak efektif bagi pasien

Rasional : menentukan tindakan yang paling efektif bagi pasien dalam

meredakan nyeri

e) Kaji efek nyeri pada pasien

Rasional : mengetahui adanya masalah lain akibat nyeri yang dialami

pasien

f) Ajarkan tehnik pereda nyeri sesuai kubutuhan pasien (misal : tehnik relaksasi,

imajinasi, sentuhan)

Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara meredakan nyeri

g) Berikan analgesik sesuai program

Rasional : mengurangi nyeri dengan terapi farmakologis

h) Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat

Rasional : dukungan keluarga membantu pasien dalam mentoleransi nyeri

2. Resiko cidera yang berhubungan dengan faktor regulatori : disfungsi sensori, funsi

keseimbangn terganggu.

Tujuan: pasien mampu terhindar dari cidera setelah dilakukan tindakan perawatan

selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :

a) Menunjukkan pemahaman mengenai potensi bahaya kesehatan

b) Mempraktikkan tindakan pencegahan cidera untuk diri sendiri

c) Tetap bebas dari cidera

Intervensi

a) Kaji ketajaman auditori pasien

Rasional : menentukan tingkat disfungsi sensori pasien

b) Pertahankan lingkungan aman untuk pasien

Rasional : meminimalkan terjadinya cidera pada pasien

c) Orientasikan pasien pada lingkungan sekitar

Rasional : meminimalkan terjadinya cidera pada pasien dengan mengenal

lingkungan sekitarnya

32

Page 33: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

d) Sediakan alat yang diperlukan dan pastikan kemampuan pasien untuk

mencapainya dengan mudah

Rasional : meminimalkan terjadinya cidera pada pasien

Rasional : menghindarkan pasien jatuh dari tempat tidur

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan aktivitas harian pasien

Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengobatan dan

perawatan penyakitnya

Rasional : membantu kesembuhan penyakit pasien

Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dalam pencegahan bahaya

pada dirinya

33

Page 34: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Tujuan: klien mampu mengatasi anietas setelah dilakukan tindakan perawatan selama

1 x 24 jam

Kriteria hasil :

a) Memahami penyebab ansietas

b) Menunjukkan tingkah laku yang positif dalam mengatasi ansietas

c) Melaporkan penurunan tingkat ansietas.

Intervensi

a) Pertahankan lingkungan tenang, tanpa stress

Rasiona

l

: untuk mengurangi tingkat ansietas

b) Kaji tingkat ansietas

Rasiona

l

: sebagai dasar dalam memberikan konsultasi

c) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan perasaan

Rasiona

l

: mengungkapkan ansiatas yang dirasakan

d) Jelaskan tentang rencana asuhan keperawatan, termasuk jika ada rencana

operasi dan libatkan pasien dalam rencana perawatan

Rasiona

l

: untuk mengurangi tingkat ansietas

e) Tunjukkan kepercayaan diri dan sikap caring, tidak menghakimi

Rasional : meningkatkan kepercayaan pasien sehingga dapat membantu

mengurangi tingkat ansietas

f) Gunakan gambar saat menjelaskan prosedur atau pengobatan

Rasiona

l

: untuk memperjelas pemahaman pasien

g) Dorong pasien untuk berkomunikasi dengan orang terdekat

Rasiona

l

: guna memberikan dukungan

h) Hindari menggunakan sistm interkomunikasi elektronik perawat-pasien bila

pasien menderita pendengaran parsial

34

Page 35: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Rasiona

l

: karena dapat menyababkan frustasi

i) Evaluasi kemampuan pasien untuk menggunakan indera lain (terutama

penglihatan dan sentuhan)

Rasiona

l

: untuk membantu aktivitas harian

j) Kuatkan penjelasan dokter mengenai gangguan pendengaran

Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan dan perasaan aman pasien

Post OP

1. Gangguan komuniksi verbal yang berhubungan dengan terjadinya tuli konduksi

akibat pengangkatan tulang mastoid

Tujuan: klien mampu melakukan komunikasi dengan keterampilan yang telah

dipelajari setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :

a) Meningkatkan keterampilan yang telah dipelajari untuk komunikasi

b) Menunjukkan tingkah laku koping positif

c) Menerima keterbatasan yang disebabkan oleh gangguan pendengaran

Intervensi

a) Kaji dan bangun cara berkomunikasi

Rasiona

l

: mengetahui kemampuan pasien berkomunikasi

b) Berbicara dengan lambat dan mengucapkan kata dengan jelas

Rasiona

l

: supaya pasien dapat menerima pembicaraa dengan jelas

c) Hanya berbicara dengan satu orang dalam satu waktu

Rasiona

l

: menghindari kebingungan pasien dalam menangkap pembicaraan

d) Berdiri agar pasien dapat melihat mulut anda dengan jelas

Rasiona

l

: memungkinkan pasien memahami pembicaraan dari gerakan

bibir

e) Bicara dengan satu kalimat sederhanan dahulu untuk menentukan tingkat

keterampilan pasien (Perkataan perawat berkumis lebih sulit dimengerti pasien)

Rasiona : mengukur kemampuan pasien dalam menerima pembicaraan

35

Page 36: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

l

f) Tunjukkan objek pembicaraan dengan tepat

Rasiona

l

: memperjelas penerimaan pasien tentang objek pembicaraan

g) Ulangi kalimat yang diucapkan bila pasien tidak mengerti pada awalnya

Rasiona

l

: agar pasien bisa lebiih mengerti

h) Bahasa isyarat

a) Tentukan apakah pasien mampu berkomunikasi dengan kertas dan pensil

karena sebagian besar karyawan rumah sakit tidak mampu berbahasa isyarat

b) Lakukan kerjasama dengan keluarga atau orang terdekat pasien dalam

komunikasi untuk memberi dukungan

Rasiona

l

: penggunaan bahasa isyarat bisa membantu pasien dalam

berkomunikasi dengan orang lain

i) Kertas dan pensil

a) Tulis pesan dengan jelas menggunakan kalimat pendek dan sederhana

b) Buat daftar tilik tentang frase yang paling sering digunakan dan instruksikan

pasien untuk memeriksa frase yang sesuai

c) Sediakan waktu bagi pasien untuk memahami dan menjawab

Rasional : membantu dalam pasien berkomunikasi

2. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tindakan pembedahan

Tujuan: pasien mampu mencapai keutuhan integritas kulit setelah dilakukan tindakan

perawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :

a) Tidak terjadi peradangan/ infeksi yang ditandai dengan luka bersih dan kering,

daerah sekitar luka tidak bengkak

b) Tidak terjadi infeksi sistemik

c) Tetap afebris

Intervensi

a) Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam, khususnya suhu tubuh

Rasiona

l

: mengetahui adanya keabnormalan TTV

36

Page 37: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

b) Observasi insisi untuk mengidentifikasi tanda infeksi meliputi : kemerahan,

nyeri tekan, pembengkakan pada luka insisi, pasien mengeluh nyeri, rabas

yang tidak biasa, peningkatan suhu tubuh

Rasiona

l

: mengetahui adanya tanda-tanda infeksi

Rasional : meminimalkan resiko infeksi arena balutan yang lembab

Rasiona

l

: mempertahankan kebersihan sumbatan

Rasiona

l

: mengevaluasi adanya tanda infeksi

Rasional : mempertahankan sterilitas untuk meminimalkan infeksi

Rasional : menghindarkan dari infeksi dan mendukung kesembuhan

pasien

Rasiona

l

: Mengindikasikan adanya infeksi

37

Page 38: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

a) Peningkatan suhu badan

b) Peningkatan nyeri dan/ atau drainase telinga

c) Penurunan ketajaman pendengaran dan adanya Perdarahan

d) Pusing dan Sakit kepala

e) Kaku kuduk

Rasiona

l

: untuk mendapatkan penanganan yang segera

3. Resiko cidera yang berhubungan dengan terjadinya tuli konduksi akibat pengangkatan

tulang mastoid

Tujuan: pasien mampu terhindar dari cidera setelah dilakukan

tindakan perawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :

a) Menunjukkan pemahaman mengenai potensi bahaya kesehatan

b) Mempraktikkan tindakan pencegahan cidera untuk diri sendiri

c) Tetap bebas dari cidera

Intervensi

a) Kaji ketajaman auditori pasien

Rasional : menentukan tingkat disfungsi sensori pasien

b) Pertahankan lingkungan aman untuk pasien

Rasional : meminimalkan terjadinya cidera pada pasien

c) Sediakan alat yang diperlukan dan pastikan kemampuan pasien untuk

mencapainya dengan mudah

Rasional : meminimalkan terjadinya cidera pada pasien

d) Pertahankan pagar tempat tidur dan posisi tempat tidur yang aman

Rasional : menghindarkan pasien jatuh dari tempat tidur

e) Bantu pasien dengan aktivitas harian

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan aktivitas harian pasien

f) Jelaskan semua pengobatan, prosedur dan perawatan, sadari adanya hambatan

bahasa

Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengobatan dan

perawatan penyakitnya

g) Berikan medikasi sesuai kebijakan

Rasional : membantu kesembuhan penyakit pasien

38

Page 39: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

h) Berikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan bahaya

Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dalam pencegahan bahaya

pada dirinya

i) Jelaskan pada pasien untuk menghindari menghembuskan udara melalui

hidung

Rasional : akan menyebabkan sekret keluar dari tuba eustasius ke

telinga bagian tengah

j) Penggunaan alat bantu dengar

1) Kaji kemampuan pasien dalam menggunakan dan merawat alat bantu

dengar

2) Pastikan alat bantu sudah dipasang dan dinyalakan sebelum berbicara

3) Periksa tingkat kekuatan, baterai dan fungsinya

4) Tentukan keras suara yang nyaman bagi pasien

Rasional : meningkatkan keterampilan pasien dalam menggunakan alat

bantu dengar

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Taufik. 2009. Otitis Media Akut. http ://library.usu.ac.id (diambil 28 september 2012)

Brunner & Suddarth.2001. Keperawatan Medikal-Bedah, edisi 8 . Jakarta : EGC.

Corwin, Elisabeth.2009. Buku saku Patofisiologi,edisi revisi 3. Jakarta : EGC

George L, Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC.

jafar, Zainul A. 2003. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga, Hidung, Tenggorok Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Soepaardi, et al.2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Sabiston, C David. 1994. Buku ajar Bedah, bagian 2. Jakarta : EGC

Wong,L Donaa, dkk. 2008. Keperawatan pediatrik, volume 2. Jakarta: EGC

39

Page 40: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

Tucker, Susan Martin, et al., 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan Kolaboratif & Intervensi Keperawatan. Volume 2 Edisi 7. Jakarta : EGC

Munilson, Jacky dkk._. Penatalaksanaan Otitis Media Akut Bagian Telinga Hidung

Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang.

http://repository.unand.ac.id/18807/1/Penatalaksanaan%20otitis%20media

%20akut_repositori.pdf, diunduh tanggal 25 oktober2013 pkl 17.10

Makalah otitits media akut. Universitas sumatra utara

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312042/bab2.pdnf, diunduh tanggal

25 oktober 2013 pkl 17.15

https://www.google.com/#q=patofisiologi+otitis+media+akut+pdf

40

Supuratif Non supuratif

Infeksi telinga tengah

Faktor presipitasi: ISPA

Faktor resiko: Higiene buruk

MK: Resiko

Penurunan fungsi dengar

Kerusakan integritas jaringan

Pengobatan

Non perforasi

Hiperplasi limfoid pada submukosa

Hiperemi dan edema tuba eustachii

Mikroorganisme masuk ke dalam tuba eustachius

Kontaminasi mikroorganisme patogenik/ sekresi nasofaring

Etiologi:1. Streptococus pneumoni2. Haemophylus influenza3. Moraxella katharralis

Perforasi membran timpani

Page 41: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

41

MK:1. Gangguan

komunikasi verbal2. Resiko cidera

Tuli konduksi

Melekat ke struktur telinga tengah+mastoid

Paralisis neuron fasialis

Gangguan pendengaran sensori neural

MK:1. Gangguan

komunikasi verbal2. Resiko cidera

Resiko Cidera

Keseimbangan terganggu

Mendesak telinga dalam

Abses otak

Mendesak lobus temporal

Terjadi pembentukan koleesteatoma

Tidak ditangani

Post operasi

Ansietas

Kurang pengetahuan

Nyeri

Menekan pembuluh darah

Penebalan mukosa

Resiko terjadi infeksi berulang

Pemberian tidak rutin

Pembersihan telinga+pemberian PB

Mastoidektomi

MK: Resiko infeksi

Luka insisi

MK: penurunan harga diri

Otolitis

Masuk cavum mastoid

Bakteri anaerob

Penanganan lokal

OMK

Terjadi peradangan

Mengeluarkan nanah

Reguimen terapeutik yang jelek

Mastoiditis

Pre operasi

Perluasan infeksi ke sel udara

Tidak ditangani dengan baik

OMA

MK: Resiko

Page 42: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

42

Page 43: ASkep Oma Omk Mastoiditis Kel 4

KEPERAWATAN PERSEPSI SENSORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN OTITIS MEDIA AKUT,

KRONIK DAN MASTOIDITIS

DISUSUN OLEH:

Kelompok 4

Yunita Herliani 131311123022

CarolinaAurelia M Veto 131311123023

Sri Mulia Astuti 131311123024

Cecilia Indri Kurniasari 131311123025

Saverinus Suhardin 131311123026

Rani Haerani 131311123028

Komsiatiningsih 131311123033

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANFAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA2013

43