15
KONSEP MEDIS A. Defenisi Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. B. Etiologi Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah : 1. Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. 2. Jenis Kelamin. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

askep osteoartritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MUSCKULO

Citation preview

KONSEP MEDISA. Defenisi Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. B. Etiologi Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah : 1. Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. 2. Jenis Kelamin. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. 3. Genetic Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. 4. Suku. Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. 5. Kegemukan Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). C. Patofisiologi. UMUR JENIS KELAMIN GENETIK SUKU KEGEMUKAN

Kerusakan fokal tulang rawanpembentukan tulang baru pada sendi yang progresiftulang rawan, sendi dan tepi sendi

Perubahan metabolisme tulangPeningkatan aktivitas enzim yang merusakmakro molekul matriks tulang rawan sendi

Penurunan kadar proteoglikan

Berkurangnya kadar proteoglikan

Perubahan sifat sifat kolagen

Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan

Timbul laserasi OSTEOARTRITIS D. Menifestasi klinis Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. E. Penatalaksanaan 1. Obat obatan Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis. 2. Perlindungan sendi Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio). 3. Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan. 4. Dukungan psikososial Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis. 5. Persoalan Seksual Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya. 6. Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting. 7. OperasiOperasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.KONSEP DASAR KEPERAWATANA. DASAR DATA PENGKAJIAN PASIENAktivitas/IstirahatGejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari.KeletihanTanda: MalaiseKeterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan ototKardiovaskulerGejala : Jantung cepat, tekanan darah menurunIntegritas EgoGejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubunganKeputusasaan dan ketidak berdayaanAncaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada orang lainMakanan Atau CairanGejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat : mual.AnoreksiaKesulitan untuk mengunyahTanda: Penurunan berat badanKekeringan pada membran mukosaHigieneGejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain.NeurosensoriGejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tanganTanda: Pembengkakan sendiNyeri / KenyamananGejala: fase akut dari nyeriTerasa nyeri kronis dan kekakuanKeamananGejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tanggaKekeringan pada mata dan membran mukosaInteraksi SosialGejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasiB. ASUHAN KEPERAWATANDiagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulangKriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrolINTERVENSIRASIONAL

Mandiri kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi berikan masase yang lembutkolaborasi Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat. Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot Meningkatkan relaksasi, mengurangitegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.INTERVENSIRASIONAL

Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin. Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu. Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas. Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh. Untuk menekan inflamasi sistemik akut.

Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.INTERVENSIRASIONAL

Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil Memantau regimen medikasi Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan. Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas.

Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeriKriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur. INTERVENSIRASIONAL

Madiri Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi. Berikan tempat tidur yang nyaman Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru Instruksikan tindakan relaksasi Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin. Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapiKolaborasi Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat. Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang Membantu menginduksi tidur Meningkatkan efek relaksasi Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk membantu mengubah posisi Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.

Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeriKriteri Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri secara mandiri. INTERVENSIRASIONAL

Kaji tingkat fungsi fisik Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan Identifikasikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan Mendukung kemandirian fisik/emosional Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri

Diagnosa 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan rasa percaya kemampuanUntuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.INTERVENSIRASIONAl

Mandiri Dorong pengungkapan mengenaimasalah mengenai proses penyakit,harapan masa depan. Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi psien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaiman orang terdekat menerima keterbatasan. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan Perhatikan perilaku menarik diri, penguanan menyangkal atau terlalumemperhatikan tubuh/perubahan. Susun batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positifyang dapat membantu koping. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.Kolaborasi Rujuk pada konseling psikiatri Berikan obat-obat sesuai petunjuk Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalmenghadapinya secara langsung. Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut. Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri. Nyeri melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi. Dapat menunjukkan emosional atau metode maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis. Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri. Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi. Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkadukungann selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuankoping yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta. Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta. R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia