31
Tugas KDM BY : SURADI EFENDI, S.Kep,Ns. OLEH KELOMPOK X KELAS A1 HASNAENI NH.01.04.017 M.NURYADIN NH.01.04.029 ABD.RAHIM NH.01.04.004 PROGRAM S1 KEPERAWATAN

Askep Perforasi Membran Tipani

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep Perforasi Membran Tipani 123456

Citation preview

Page 1: Askep Perforasi Membran Tipani

Tugas KDMBY : SURADI EFENDI, S.Kep,Ns.

OLEH KELOMPOK X

KELAS A1

HASNAENI NH.01.04.017M.NURYADIN NH.01.04.029ABD.RAHIM NH.01.04.004

PROGRAM S1 KEPERAWATANSTIKES NANI HASANUDIN

MAKASAR

Page 2: Askep Perforasi Membran Tipani

2005

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan ridho-Nya yang dilimpahkan kepada kami kelompok X sehingga makalah

kami yang berjudul “Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system

pendengaran : perforasi membran timpani “ bisa terselelesaikan tepat pada waktu yang

ditentukan.

Kami mengambil “ Perforasi membran timpani” sebagai judul makalah kami

karena Perforasi membran timpani merupakan salah satu penyakit akibat gangguan

pada system pendengaran dimana penderita bisa mengalami ketulian akibat robeknya

membran timpani. Penyakit perforasi membrane timpani paling banyak ditemukan pada

anak-anak akibat banyak factor yang akan kami bahas dalam makalah ini..

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh

dari kesempunaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini sangat kami harapkan.

Sebelum saya mengakhiri sapaan awal ini, tak lupa saya mengucapkan banyak

terimakasih kepada bapak Suradi Efendi S.Kep,Ns. sebagai dosen pembimbing yang

dengan rela membimbing kami dalam menyusun makalah ini. Dan juga tak luipa kami

mengucapkan limpahan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah membantu

kami dalam proses penyelesaian penyusunan makalah ini.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar Desember 2005

Kelompok X kelas A1

Page 3: Askep Perforasi Membran Tipani

DAFTAR ISI

HalamanHalaman judul ………………………………………………………………. i

Kata pengantar ……………………………………………………………… ii

Daftar isi ……………………………………………………………………. iii

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………….. 1

A. Latar belakang ………………………………………………….. 1

B. Rumusan masalah ………………………………………………. 2

Bab II Pembahasan

A. Pengertian ………………………………………………………. 4

B. Anatomi fisiologi ……………………………………………….. 4

C. Patofisiologi …………………………………………………….. 5

D. Manifestasi klinik ………………………………………………. 6

E. Diagnosis penunjang …………………………………………… 7

F. Klasifikasi ……………………………………………………… 8

G. Penatalaksanaan ………………………………………………… 10

1. Medis ……………………………………………………….. 10

2. Asuhan keperawatan ………………………………………. 11

Bab III Penutup …………………………………………………………….. 16

A. Kesimpulan .................................................................................. 16

B. Saran ............................................................................................

Daftar pustaka

Page 4: Askep Perforasi Membran Tipani

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap mahluk selalu berhubungan dengan dunia luarnya. Untuk mengenali dunia

luarnya itu setiap mahluk dilengkapi dengan alat untuk mengenalnya. Mahluk

mempunyai bagian tubuh yang terdiri dari kumpulan reseptor yang peka (sensitive)

terhadap rangsang.

Pancaindera adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis

rangsangan tertentu. Pada tubuh manusia alat untuk mengenal dunia luar atau sekitar

tubuhnya adalah alat indera. Serabut saraf yang melayaninya merupakan alat

perantara yang membawa kesan rasa dari organ indera menuju keotak, dimana

perasaan itu diolah atau ditafsirkan. Beberapa kesan rasa timbul dari luar seperti

sentuhan, pengecapan, penglihatan, pembauan, dan suara. Lainnya timbul dari dalam

antara lain rasa lapar, rasa haus, dan rasa sakit.

Alat indera akan berfungsi dengan baik bila tidak terjadi gangguan pada : alat

penerima rangsang (reseptor) yaitu alat indera itu sendiri, saraf penghubung antara

reseptor dengan pusat susunan saraf, dan pusat saraf (otak) yaitu alat yang bertugas

menerjemahkan dan mengelolah ramgsangan.

Dalam segala hal, serabut saraf sensorik dilengkapi dengan ujung akhir khusus

guna mengumpulkan rangsangan perasaan yang khusus itu, dimana setiap organ

berhubungan. Nampaknya kita seakan-akan mengecap dengan ujung saraf pada lidah,

mendengar dengan saraf dalam telinga, dan seterusnya, tetapi sesungguhnya otaklah

yang menilai semua perasaan itu.

Sesuai dengan kata ‘pancaindera’, kita mempunyai lima alat indera yang masing-

masing mempunyai fungsi tertentu dan masing-masing alat sangat peka (sensitif)

terhadap jenis rangsangan tertentu pula.

Salah satu pancaindra yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu telinga

dimana merupakan indera pendengaran (organ auditorik) disini kesan atas sura atau

bunyi diterima dan ditafsirkan. Saraf yang melayani indera ini adalah saraf cranial

Page 5: Askep Perforasi Membran Tipani

kedelapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar,

telinga tengah, dan rongga telinga dalam.

Telinga luar terdiri atas daun telinga, lubang telinga, saluran telinga, kelenjar

minyak dan selaput gendang. Fungsi telinga luar adalah untuk menangkap rangsangan

berupa suara atau bunyi. Ada tiga kelompok otot yang terletak pada bagian depan,

atas, dan belakang telinga.walaupun demikian, manusia hanya sanggup

menggerakkan telinganya sedikit sekali,sehingga hampir-hampir tidak kelihatan.

Telinga tengah atau rongga timpani berupa bilik kecil yang mengandung udara

yang didalamnya terdapat tulang-tulang pendengaran.tulang-tulang pendengaran itu

meliputi tulang martil, tulang landasan, dan tulang sanggurdil. Dari gendang telinga

getaran-getaran suara diteruskan oleh tulang-tulang ini keselaput yang menutupi

tingkap/jendela jorong. Dengan demikian getaran suara sampai ketelinga bagian

dalam.

Rongga telinga dalam merupakan bagian yang bertugas menerima rangsangan.

Terletak dalam ruangan dalam tulang karang yang disebut labirin keras. Didalamnya

terdapat dua macam alat yaitu alat pendengar dan alat keseimbangan. Alat pendengar

berbentuk seperti siput dan disebut rumah siput atau koklea. Getaran-getaran suara

yangbsampai kealat ini diterima alat penerima yaitu alat korti. Dari sini suara

diteruskan melalui serabut-serabut saraf kepusat

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari perforasi membran tipani ?

2. Bagaimana anatomi fisiologi dari membrana timpani ?

3. Bagaiman patofisiologi terjadinya penyakit/kelainan pada membrana

timpani berupa perforasi membrana timpani ?

4. Manifestasi klinik apa yang ditemukan pada klien yang menderita

perforasi membran timpani ?

5. Diagnosis penunjang apa yang diberikan pada klian yang menderita

perforasi membran timpani ?

6. Klasifikasi pada perforasi membran timpani ?

7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari perforasi membran timpani ?

Page 6: Askep Perforasi Membran Tipani

8. Bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

sistem pendengaran berupa perforasi membran timpani ?

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM INDRA : PERFORASI MEMBRANA TIMPANI

A. Pengertian

Perforasi membrana timpani biasanya disebabkan oleh trauma atau infeksi.

Sumber trauma meliputi fraktur tulang tengkorak, cedera ledakan, atau hantaman

keras pada telinga. Perforasi lebih jarang, disebabkan oleh benda asing ( mis lidi

kapas, peniti, kunci ) yang didorong terlalu dalam kedalam kanalis auditorius

eksternus. Selain perforasi membrana timpani, cedera terhadap osikulus dan bahkan

telinga dalam dapat terjadi akibat tindakan ini, jadi,usaha pasien untuk membersihkan

kanalis auditorius esternus sebaiknya dilarang. Selama infeksi, membrana timpani

dapat mengalami ruptur bila tekanan dalam telinga tengah lebih besar dari tekanan

atmosfer dalam kanalis auditorius eksternus.

B. Anatomi Fisiologi

Telinga tengah tersusun atas membrana timpani ( gendang telinga ) disebelah

lateral dan kapsul otik disebelah medial, celah telinga tengah terletak diantaranya.

Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis auditorius esternus dan menandai

batas lateral telinga tengah. Membran ini, yang diameternya sekitar 1 cm dan sangat

tipis, normalnya berwarna kelabu mutiara dan translusen.

Telinga tengah merupakan rongga berisi udara yang merupakan rumah bagi

osikuli ( tulang telinga tengah ) dan dihubungkan dengan tuba eustachii ke

nasofaring. Juga berhubungan dengan beberapa sel berisi udara dibagian mastoid

tulang temporal. Telingah tengah mengandung tiga tulang terkecil ( osikuli ) ditubuh :

maleus, inkus dan stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh persediaan,

otot, dan likamin, membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil( jendela oval)

didinding media telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga

dalam. Bagian dataran kaki stapes menjejak pada jendela oval, dimana suara

dihantarkan ketelinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan keluar getaran suara.

Page 7: Askep Perforasi Membran Tipani

Jendela bulat ditutupi oleh membrana yang sangat tipis, dan dataran kaki stapes

ditahan oleh anulusyang sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan olehanulus

yamg agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. Baik anulus jendela bulat maupun

jendela oval sangat mudah mengalami robekkan. Bila ini terjadi, cairan dari telingah

dalam dapat mengalami kebocoran ketelinga tengah, kondisi ini dinamakan fistura

ferilinfe.

Tuba eustachii, yang lebarnya sekitar satu mellimeter dan panjangnya sekitar tiga

lima melimeter, menghubungkan telinga tengah kenasofaring. Normalnya, eustacii

selalu tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan

manufer falsalfa atau dengan menguap atau menelan. Tuba bertindak sebagai saluran

drainase untuk sekresi abnormal telinga tengah dan menyeimbangkan tekanan dalam

telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

C. Patofisiologi

Kuman masuk kebagian eksterna melalui lobang telinga atau melalui tuba eustaci

kemudian menimbulkan infeksi. Infeksi labrinth (telinga interna) merupakan

perluasan telinga media, pengaruh yang paling utama ialah mengenai keseimbangan.

Infeksi dari telinga dari telinga luar, otitis eksterna seringkali oleh bakteri

(stavilokokus, gram negatif organisme atau fungus). Sejenis dermatitis seborrhcic

dapat disebabkan karena pemakaian earkone yang lama. Infeksi terjadi pada selaput

rongga telinga, membengkak dan getah radang dapat mengisi saluran. Furunkel dapat

juga tumbuh pada saluran. Rasa sakit terjadi karena tekanan pada kulit yang sangat

sensitif, menghebat sakitnya karena tidak ada ruang untuk menggelembung dalam

saluran yang bertulang. Kegiatan berenang terutama pada air yang terkontaminasi

sangat mungkin bisa menimbulkan infeksi telinga luar. Infeksi telinga tengah, otitis

media merupakan gangguan yang paling sering terjadi. Infeksi bisa serous, purulen,

akut dan kronik, otitis media yang serous dapat terjadi karena terkumpulnya serum

yang steril didalam telinga tengah bila tuba eustacii tersumbat oleh infeksi yang

terdahulu atau alergi. Otitis media urolenta terjadi karena infeksi bakteri bisa akut

atau kronis. Yang kronis bisa menjalar mastoid, menimbulkan mastoiditis kronis

menyebabkan nekrose kepada gendang telinga, atau radang tulang telinga, timbul tuli.

Page 8: Askep Perforasi Membran Tipani

Mastoiditis akut jarang terjadi karena pengobatan otitis media akut dengan

antibiotik. Persaman dengan mastoititis kronik dapat tumbuh cholestheatoma (tumor

jinak) yang merupakan kantong berisi kotoran yang infeksi. Tumor ini bisa timbul

kembali bila diangkat.

Otitis media serurosa Otitis media purulenta

Tuba kustacitersumbat Bakteri masuk ketelinga tengah Melalui tuba eustacii

Udara tidak bisa masuk Radang telinga tengah disertaiketelinga tengah pembentukkan pus

Terjadi tekanan negatif Pus mengisi telinga tengah pada telinga tengah

Eksudat yang serius mengisi telinga tengah

D. Manifestasi Klinik

Gejala otitis media dapat berfariasi beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan

sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa, dan

mungkin terdapat otalgia. Spontan membrana timpani atau setelah miringotomi (insisi

membrana timpani). Gejala lain dapat berupa keluarnya cairan dari telinga, demam,

kehilangan pendengaran, dan tinitus. Pada pemeriksaan otoskopis, karena auditorius

asternus sering tampak normal, dan tak terjadi nyeri bila aurikula digerakkan.

Membrana timpani tampak merah dan sering menggelembung.

Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh dalam telinga atau

perasaan bendungan, dan bahkan suara letup atau berdering, yang terjadi ketika tuba

eustacii berusaha membuka. Membrana timpani tampak kusam pada ostokopi, dan

dapat terlehit gelembung udarta dalam telinga tengah. Audiogram biasanya

menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.

Page 9: Askep Perforasi Membran Tipani

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengasran dan

terdapat otorea interniten atau persisten yang berbau busuk biasanya tidak ada nyeri

kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post-aurikuler menjadi nyeri

tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri, biasanya tidak

menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membran timpani memperlihatkan adanya

porforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih dibelakang membran

timpani atau keluar kekanalis eksternus luang perforasi. Kolesteatoma dapat juga

tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometri pada kasus

kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau

campuran.

E. Diagnosis Penunjang

Kebanyakkan perforasi membrana timpani dapat sembuh spontan dalam beberapa

minggu setelah ruptur, meskipun ada beberapa yang baru sembuh setelah berbulan-

bulan. Selama proses penyembuhan telinga harus dilindungi dari air. Ada perforasi

yang menetap karena terjadi pertumbuhan jaringan parut pada tepi perforasi, sehingga

menghambat penyebaran sel epitel melintasi batas dan akhir penyembuhan. Perforasi

yang tak dapat sembuh dengan sendirinya memerlukan pembedahan. Bila terjadi

cedera kepala atau patah tulang temporal, pasien harus diobservasi bila ada cairan

serebrospinal otorea atau rinorea-cairan jernih cair dari telinga atau hidung.

Pasien harus dilindungi dari air ketika terjadi perforasi membrana timpani.

Keputusan melakukan timpanoplasti ( perbaikan membrana timpani ) biasanya

didasarkan pada perlunya mencegah potensial infeksi dari air yang memasuki telinga

atau keinginan memperbaiki pendengaran pasien. Terdapazt berbagai pembedahan

semua pada dasarnya dengan meletakkan pada lubang porforasi untuk memungkinkan

penyembuhan. Pembedahan biasanya berhasil menutup porforasi secara permanen

dan memperbaiki pendengaran, biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan.

Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung efektifitas terapi (mis dosis

antibiotik oral yang diresepkan dan durasi terapi), virulensi bakteri dan status fisik

pasien. Dengan terapi antibiotika spektrum luas yang tepat dan awal, otitis media

dapat hilang tanpa gejala sisa yang serius. Bila terjadi pengeluaran cairan, biasanya

perlu diresepkan preparat otik antibiotika. Kondisi bisa berkembang menjadi subakut

Page 10: Askep Perforasi Membran Tipani

( mis berlangsung tiga minggu sampai tiga bulan ), dengan pengeluaran cairan

purulen menetap dari telinga. Jarang sekali terjadi kehilangan pendengaran permanen.

Komplikasi sekunder mengenai mastoit dan komplikasi intrakranier serius, seperti

meninitis atau abses otak, dapat terjadi meskipun jarang.

Otitis media serosa tidak perlu ditangani secara medis kecuali terjadi infeksi

(otitis media akut). Bila kehilangan pendengaran yang berhubungan dengan efusi

telinga tengah menimbulkan masalah bagi pasien maka bisa dilakukan miringotomi

dan dipasang tabung untuk menjaga telinga tengah tetap terventilasi. Kortikosteroid,

dosis rendah, kadang dapat mengurangi edema tuba eustacii pada kasus barotrauma.

Penanganan meliputi pembersihan hati-hati telinga mengunakan mikroskop dan

alat pengisap. Pemberian tetes antibiotika atau pemberian bubuk antibiotik sering

membantu bila ada cairan purulen. Antibiotik sistemik biasanya tidak diresepkan

kecuali pada kasus infeksi akut.

F. Klasifikasi

1. Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utama otitis

media akut adalah masuknya bakteri patogenik kedalam telinga yang normalnya

steril. Paling sering terjadi bila terjadi disfungsi tuba eustacii seperti obtruksi yang

diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya

(mis sinusitis, hipertropi adenoit), atau reaksi alergi (mis rinitis alergika). Bakteri

yang umum ditemuakn sebagai organisme penyebab adalah streptokokus

pneumoniae, hemophylus influensae, dan maroksella catarhaelis. Cara masuk

bakteri pada kebanyakkan pasien kemungkinan melalui tuba eustacii akibat

kontaminasi sekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah

bila ada porforasi membran timpani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga

tengah dan mengakibatkan pendengaran konduktif.

2. Otitis media serosa (efusi telinga tengah) mengeluarkan cairan, tanpa

adanya infeksi aktif, dalam telinga tengah. Secara teori, cairan ini sebagai akibat

tekanan negatif dalam telinga tengah disebabkan obstruksi tuba eustacii. Kondisi

ini ditemukan terutama pada anak-anak, perlu dicatat bahwa, bila terjadi pada

orang dewasa, penyebab lain yang mengdasari terjadinya disfungsi tuba eustancii

harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah menjalani

Page 11: Askep Perforasi Membran Tipani

radioterapi dan barotrauma (mis penyelam) dan pada pasien dengan disfungsi tuba

eustacii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi. Barotrauma

terjadi bila terjadi perubahan tekanan mendadak dalam telinga tengah akibat

perubahan tekanan barometrik, seperti pada penyelam atau saat pesawat udara

turun, dan cairan terperangkap didalam telinga tengah. Karnisoma yang

menyumbat tuba eustacii harus disingkirkan pada orang dewasa yang menderita

otitis media serosa unilateral menetap.

3. Otitis media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi

jaringan ireversibel dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media

akut. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrana timpani. Infeksi

kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrana timpani.

Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkankerusakkan membrana

timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan

mastoid. Sebelum penemuan antibiotika, infeksi mastoid merupakan infeksi yang

mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotika yang bijaksana pada otitis

media akut telah menyebabkan mastoiditis koaleses akut menjadi jarang.

Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak

mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga

yang tidak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa ahli infeksi

kronik ini dapat mengakibatkan pembentukkan koleosteatoma, yang merupakan

pertumbuhan kulit kedalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membran timpani

ketelinga tengah. Kulit dari membran timpani literal membentuk kantong luar,

yang berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat

pada struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani olesteatoma dapat

tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nerfuspasealis, kehilangan pendengaran

sensorik neural dan atau gangguan keseimmbangan (akibat erosi telinga dalam),

dan abses otak.

G. Penatalaksanaan

1. Medis

Mencari vokal infeksi dihidung, dan dinasofaring dan sekaligus

mengobatinya.

Page 12: Askep Perforasi Membran Tipani

Secara sistemik diberikan antibiotik, analgetik dan antiinflamasi. Untuk

stadium tiga sampai stadium lima diberi antibiotik dosis tinggi.

Secara lokal: pada stadium hiperemi diberikan antibiotik tetes, kecuali pada

bayi harus segera dilakukan parasintesis bila terdapat bulging lakukan

parasintesisuntuk melancarkan reinase, yaitu dengan membuat insisi kecil

pada kuadran bawah.

Konsevatif

a. Pembersihan sekret diliang telinga (toilet lokal drainage)

merupakan hal yang penting untuk

pengobatan otitis kronik.

Ada beberapa membersihkan sekret tersebut :

Dengan menggunakan kapas lidi. Tindakan ini dianjurkan

sesering seringnya bila ada otore. Dapat dianjurkan pada penderita

atau orang tua penderita yang mempunyai intelegensia yang cukup.

Displaseme metode dapat dengan menggunakan larutan

hidrogen peroksid (H2O2) 3%, karena adanya gas yang ditimbulkan.

Bila mungkin sekret dihisap secara hati-hati dengan

menggunakan jarum kecil, plastik, misalnya jarum BWG no 16

dan 18 yang ujungnya diberi karet kateter nelatom yang kecil atau

karet pentil. Semua tindakan pembersihan tersebut sebaiknya diberikan

sambil dilihat dan hati-hati untuk menghindarkan trauma yang tidak

diinginkan.

b. Pengobatan lokal diberikan antibiotik tetes telinga. Pemberian antibiotik

tetes telinga hampir tidak gunanya apabila masih ada otore yang produktif.

Karena itu memberikan antibiotik lokal dianjurkan setelah dilakukan

tekhnik lokal. Harus diterangkan dulu cara pemakain H2O2 3 % kedalam

telinga yang sakit kemudian dibersihkan dengan kapas lidi baru setelah

itu masukkan antibiotik tetes telinga dengan cara kepala dimiringkan dan

ragus titekan supaya obat tetes masuk kedalam.

c. Antibiotik yang adekuat oral atau parenteral. Ini diberikan apabila ada

eksaserbasi akut yang didahului oleh infeksi hidung atau farings.

Page 13: Askep Perforasi Membran Tipani

2. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Observasi adanya bukti-bukti OMA :

Setelah ISPA

Otalgia (sakit telinga)

Otorea purulen dapat terjadi

Demam

Keluaran pululen dapat ada, dapat juga tidak

Menangis

Rewel, gelisah, peka rangsang

Kecenderungan menggaruk, memegang, atau menarik telinga yang sakit

Menggeleng-gelengkan kepala dari samping kesamping

Kehilangan nafsu makan

Letargi

Pemeriksaan otoskopik pada OMA menunjukkan membran utuh yang tampak

merah terang dan menonjol, tanpa garis tulang yang dapat dilihat atau refleks

sinar; pada OME dapat ditemukan lubang kecil, membran abu-abu dangkal,

garis samar-samar, dan tingkat cairan yang dapat dilihat atau meniskus

dibelakang gendang telinga bila terdapat udara diatas cairan.

Observasi adanya bukti-bukti otitis media kronis :

Kehilangan pendengaran

Kesulitan berkomunikasi

Perasaan penuh, tinitus, vertigo mungkin ada

b. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan tekanan yang

disebabkan oleh proses inflamasi

Sasaran pasien 1 : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri/ketidaknyamanan

sampai tingkat yang dapat diterima

Intervensi keperawatan/ rasional

a) Beri analgesik/antipiretik untuk mengurangi nyeri

dan demam.

Page 14: Askep Perforasi Membran Tipani

b) Posisikan untuk kenyamanan sesuai kebutuhan

individu

c) Pilih tindakan kenyamanan lokal berdasarkan

tingkat kerjasama dan ketentuan-ketentuan untuk mengurangi nyeri

yang maksimum

d) Beri kompres panas eksternal (dengan

bantalanpanas pada suhu panas yang rendah, bungkus dengan handuk)

diatas telinga dengan berbaring pada sisi yang sakit untuk meningkatkan

rasa nyaman.

e) Beri kantong es diatas telinga yang sakit untuk

mengurangi edema atau tekanan

f) Hindari mengunah dengan memberikan cairan atau

makanan lunak

g) Posisikan dengan telinga yang sakit berada pada

posisi dependen

Hasil yang diharapkan

Tidur dan istirahat dengan tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda

kenyamanan

2) Risiko tinggi infeksi/cedera berhubungan dengan ketidakadekuatan

tindakan/adanya organisme infeksius

Intervensi keperawatan/rasional

a) Tekankan pentingnya mengikuti instruksi, khususnya mengenai

pemberian antibiotik

b) Pertahankan keteraturan pemberian

c) Selesaikan program terapi

d) Jelaskan bahwa meskipun gejala biasanya kurang dalam 24-48 jam,

infeksi tidak akan hilang seluruhnya sampai semua antibiotik yang

ditentukn dihabiskan

e) Tekankan pentingnya perawatan tindak lanjut

f) Gunakan praktik pencegahan

g) Dudukkan dengan tegak untuk pemberian makan

Page 15: Askep Perforasi Membran Tipani

h) Anjurkan untuk meniup hidung denganperlahan selama infeksi

pernapasan atas bukan meniup hidung dengan keras karena resiko

pemindahan dari tuba eustachius ketelingah tengah

i) Gunakan perminan meniup atau mengunyah permen karet untuk

meningkatkan aerasi telinga tengah selama dilakukan UPI

j) Hilangkan asap tembakau dan alergen yang diketahui atau yang

potensial dari lingkungan

Hasil yang diharapkan

Pasien etap bebas dari infeksi

Keluarga mematuhi petunjuk

Sasaran pasien 2 : pasien tidak mengalami komplikasi penyakit atau modalitas

tindakan

Intervensi keperawatan/rasional

Melihat sasaran sebelumnya

a) Bersihkan kanalis eksternal dari drainase dengan usapan kapas steril atau

lidi kapas yang dimasukkan kedalam larutan salin normal atau hidrogen

peroksida.

b) Jika drainase-nya banyak, bersihkan eksudat dari telinga dan kulit

sekitarnya serta berikan barier pelembab seperti jeli petrolium untuk

mencegah ekskoriasi.

c) Jika sumbu atau gulungan kasa kecil telah dimasukkan kedalam telinga

setelah pembedahan :

Jaga agar kasa atau sumbu tersebut cukup longgar untuk

memungkinkan keluarnya drainase dari telinga karena infeksi dapat

berpindah keprosesus mastoideus

Jaga agar sumbu tersebut tidak basa ketika mandi atau berkeramas.

d) Jelaskan penggunaan penyumbat telinga jika dianjurkan oleh dokter, jika

sedang memakai selang kontaminasi ketelinga tengah ketika berenang atau

mandi.

e) Memberi tahu praktisi bila grommet ( biasanya kecil, putih, selang plastik

berbentuk kumparan ) jatuh keluar dari kanal telinga.

Page 16: Askep Perforasi Membran Tipani

f) Jelaskan bahwa hal ini normal dan tidak memberikan intervensi yang

segera.

g) Jelaskan pada keluarga tentang komplikasi OM yang potensial yang dapat

terjadi karena pengobatan yang tidak adekuat :

Kehilangan pendengaran konduktif

Perforasi, jaringan parut gendeng telnga

Mastoiditis ( inflamasi sistem sel udara mastoideus )

Kolesteatoma ( lesi seperti kista yang dapat masuk dan merusak

struktur auditorius sekitarnya )

Infeksi intrakranial, seperti meningitis

h) Jelaskan tentang pencegahan ketidaknyamanan telinga selama perjalanan

dengan pesawat :

Spray pengerut mukosa nasal atau dekongestan oral dapat diberikan

bila anak mengalami ISPA

Ketika turun dari pesawat dan makan, berikan air, atau permen karet.

Hasil yang diharapkan

Pasien sembuh dari infeksi dan atau pembedahan tanpa komplikasi.

Pasien tetap nyaman selama perjalanan dengan pesawat

3) Perubahan proses keluarga berhubungan

dengan penyakit dan hospitalisasi pasien, kehilangan pendengaran sementara

Sasaran pasien ( keluarga ) 1 : pasien ( keluarga ) mendapatkan dukungan

yang adekuat

Intervensi keperawatan / rasional

Bila tepat, siapkan keluarga untuk prosedur pembedahan (miringotomi).

Hasil yang diharapkan

Keluarga mendemonstrasikan pemahaman tentang prosedur.

Sasaran pasien ( keluarga ) 2 : keluarga menjukkan perilaku koping yang

positif terhadap pasien

Intervensi keperawatan / rasional

a) Jelaskan bahwa kehilangan pendengaran sementara adalah hal

yang umum pada OM karena keluarga mungkin tidak menyadari hal ini.

Page 17: Askep Perforasi Membran Tipani

b) Beri tahu keluarga tentang kemungkinan perubahan perilaku

pada saat kehilangan pendengaran, termasuk kurangnya kewaspadaan

terhadap bunyi di lingkungan.

c) Beri tahu keluarga bahwa pasien tidak mengabaikan mereka

tau salah berperilaku, pasien mungkin tidak menyadari ketika sedang

diajak bicara.

d) Bicara lebih keras, pada jarak lebih dekat, dan menghadap ke

pasien.

Gunakan kesabaran ketika berkomunikasi dengan pasien.

e) Dorong evaluasi lebih lanjut bila kehilangan pendengaran

bersifat menetap melewati tahap akut dari penyakit tersebut.

Hasil yang diharapkan

Keluarga menunjukkan perilaku koping yang posiif terhadap pasien.

Keluarga mencari perawatan kesehatan yang tepat untuk pasien.

Page 18: Askep Perforasi Membran Tipani

BAB III

P E N U T U P

Kesimpulan

1. Perforasi membran timpani biasanya disebabkan oleh trauma atau infeksi. Sumber

trauma meliputi fraktur tulang tengkorak, cedera ledakan, atau hantaman keras

pada telinga.

2. Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) disebelah lateral

dan kapsul otik disebelah medial, celah telinga tengah terletak diantara keduanya.

Membran timpani terletak pada akhiran kanalis auditorius eksternus dan

menandai batas lateral tengah. Membran ini, yang diameternya sekitar 1 cm dan

sangat tipis, normalnya berwarna kelabu mutiara dan translusen.

3. Kuman masuk kebagian eksterna melalui lobang telnga atau melalui tuba eustaci

kemudian menimbulkan infeksi. Infeksi labrinth (telinga interna) merupakan

perluasan telinga media, pengaruh yang paling utama yaitu mengenai

keseimbangan.

4. Gejala otitis media dapat berfariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat

ringan dan sementara atau sangat berat. Pasien mungkin mengeluh kehilangan

pendengaran rasa penuh dalam telinga atau perasaan bendungan dan bahkan suara

letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Gejala

dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat

otorea intermiten atau persisten yang berbau busuk.

Page 19: Askep Perforasi Membran Tipani

5. Kebanyakan perforasi membran timpani dapat sembuh spontan dalam beberapa

minggu setelah ruptur, meskipun ada beberapa yang baru sembuh setelah

berbulan-bulan. Hasil penatalaksanaan otitis media tergantung pada efektivitas

terapi (mis dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi), virulensi

bakteri, dan status fisik pasien. Otitis media serosa tidak perlu ditangani secara

medis kecuali terjadi infeksi (otitis media akut). Penanganan lokal meliputi

pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat pengisap.

6. Perforasi membran timpani meliputi, otitis media akut yaitu infeksi akut telinga

tengah, otitis media serosa (efusi telinga tengah) mengeluarkan cairan, tanpa

adanya bukti infeksi aktif, dalam telinga tengah, dan otitis media kronik yaitu

kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan ireversibel dan biasanya

disebabkan karena episode berulang otitis media akut.

7. Penatalaksanaan perforasi membran timpani yaitu mencari vokal infekasi

dihidung dan dinosofaring dan sekaligus mengobatinya. Secara sistematik

diberikan antibiotik, analgetik dan antiinflamasi. Secara lokal, pada stadium

hiperemi diberikan antibiotik tetes.

8. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien perforasi membran timpani

dilakukan pengkajian dan diagnosa keperawatan.

Page 20: Askep Perforasi Membran Tipani

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Sudarth, 2002, Keperawatan Medical Bedah, Volume 3, Penerbit buku Kedokteran, EGC,Jakarta

Doengoes M E, dkk,2002, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit buku kedokteran, EGC, Jakarta

Irianto Kus, 2004, Struktur dan fungsi tubuh manusia untuk paramedik, Yrama widya, Bandung.

Junadi P, dkk, 1997, Kapita selekta kedokteran, Penerbit Media Aesculapius, FKUI,Jakarta.

Price A Sylvia, dkk, 2002, Pathofisiologi, Konsep klinis proses proses penyakit, Penerbit buku kedoktertan, EGC, Jakarta

Wong L. Donna, 2004, Keperawatan pediatrik, Edisi 4, Penerbit buku kedokteran, EGC, Jakarta