33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation). Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175) 1

Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

silahkn...

Citation preview

Page 1: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan  yang

disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki

posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi

sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu

dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).

                 Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus

pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan

jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot

menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka,

tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-

struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)

  Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya

yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari

bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.

Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di

kota ini. Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa

ini. Memang di negara ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi.

Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah

penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia

Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan

kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694

1

Page 2: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40

kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Adapun

di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana

pada tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277

orang, 2003 sebanyak 2.672 orang. Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi

3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari sampai September, jumlah korban

mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.

            Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah

fraktur (patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa.

Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus

kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika

fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur

terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari

dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui

dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat

kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau

belakang.

Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam

kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas

dan fraktur vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan

atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua

jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang

paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi

pada batang femur 1/3 tengah.

2

Page 3: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

1.2. Perumusan masalah

Makalah ini berisi tentang masalah dan menjelaskan yang terkait tentang apa

itu fraktur femur dan tibia fibula beserta asuhan keperawatannya.

1.3. Tujuan penulisan

Untuk memenuhi tugas Sistem Muskuloskeletal yang berupa makalah tentang

asuhan keperawatan fraktur femur dan tibia fibula.Setelah membaca isi dari

makalah asuhan keperawatan ini pembaca dapat memahami lebih lanjut

tentang apa itu faraktur femur dan tibia fibula beserta asuhan keperawatannya.

1.4. Metode penulisan

Makalah ini di buat dengan metode penulisan study pustaka atau literatur.

Dengan mengambil beberapa sumber dari internet sebagai tambahan .

1.5. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 Bab utama,sebagai berikut :

BabI berisi tentang latar belakang masalah,perumusan masalah,tujuan

penulisan,metode penulisan,dan sistematika penulisan makalah ini.

Bab II merupakan bagian yang berisi materi maupun pokok bahasan .

Bab III merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan,saran,dan

daftar pustaka.

3

Page 4: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi fraktur

Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur

femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan

jaringan lunak ( otot,kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah ) dan fraktur femur

tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha.

fraktur curis atau tibia-fibula adalah terputusnya hubungan tulang tibia dan

fibula. Secara klinis bisa berupa fraktur terbuka bila disertai pada jaringan lunak

( oto,kulit,jaringan saraf, pembuluh darah ) sehingga memungkinkan terjadinya

hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan udara luar dan fraktur tertutup.

Fraktur tibia adalah terjadinya trauma, akibat pukulan langsung jatuh dengan

kaki dalam posisi fleksi atau gerakan memuntir yang keras ( Burner and suddart tahun

2000 hal 2386 )

2.2. Klasifikasi Fraktur

Fraktur dapat terjadi menjadi 3 klasifikasi yaitu :

A. Klasifikasi etiologis

1. Fraktur traumatik

Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba

2. Fraktur patologis

Terjadi karna kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis

didalam tulang, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma

multipel, kista tulang, osteomielitis dan sebagainya.

3. Fraktur stres

4. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat

tertentu.

B. Klasifikasi Klinis

1. Faraktur tertutup ( simple fracture )

Menurut Sjamsuhidayat Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai

hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan

lunak, dapat berbentuk from withim ( dari dalam ) atau from without

( dari luar )

4

Page 5: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

2. Fraktu dengan komplikasi ( Complicated fraktur )

Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya malunion,

dalayed union, nonunion, infeksi tulang.

3. Klasifikasi radiologis

Klasifikasi ini berdasarkan atas :

a. Lokalisasi ( Gambar 2.1 )

b. Diafisal

c. Mentafisial

d. Intra-artikuler

e. Fraktur dengan dislokasi

I. Klasifikasi fraktur femur

A. Fraktur proksimal femur

1. Fraktur terjadi dikapsul sendi pinggul ( Intrakapsular )

Subkapital dan tras-servikal

2. Fraktur terjadi diluar kapsul sendi pinggul ( ekstrakapsular )

- Intratrokanter atau basal

- Subtrokhanter

3. Fraktur Leher femur

4. Fraktur Batang femur

5. Fraktur distal femur

II. Klasifikasi fraktur tibia fibula

A. Fraktur terbuka

B. Fraktur tertutup

2.3 Etiologi

Fraktur dapat terjadi akibat hal-hal berikut ini :

I. Pertistiwa trauma tunggal

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran,

5

Page 6: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntian atau

penarikan.

II. Kelemahan abnormal pada tulang ( fraktur patologik )

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu

lemah ( misalnya oleh tumor ) atau kalau tulang itu sangat rapuh

( misalnya : penyakit paget )

2.4 Patofisiologi

6

Trauma pada femur

Kegagalan tulang menahan tekanan terauma

Tekan membengkok, memutar dan menarik

Fraktur femur

Fraktur terbuka Fraktur tertutup

prosedur pemasangan traksi internal

Kerusakan neurovaskuler

Kerusakan vaskularKurang informasi, salah informasi pengobatan

Prosedur pemasangan fiksasi internal

Prosedur pemasangan

Salah interpretasi dlm mencari pertolongan

Adanya port de entreeVaskularisasi yg kurang pada ujung fragmen

Adanya luka dan benda asing

Resiko sindrom kompartemen

Resiko tinggi injuri

Perubahan peran dalam keluarga, biaya oprasi, dan fiksasi internal yang mahal

Banyaknya darah yg keluar

1.Kerusakan fragmen tulang

2.Spasme otot3.Cedera jaringan

lunak dan depormitas4.Alat imbolisasi5.Kerusakan

neuromuskular

Prosedur pemasangan

Prosedur pemasangan fiksasi internal

resiko terjadi komplikasi fraktur

Perubahan peran Resiko infeksi

- Keluhan nyeri- Keterbatasan melakukan- Penurunan kemampuan otot- Perubahan bentuk otot- Perubahan status psikologis- Perubahan status peran dlm keluarga- Pemenuhn informasi pengobatan

Tirah baring lama, penekanan lokal

Perubhan sirkulasi, embolisme lemak

Kerusakan intergritas kulit

Resiko disfungsi neuromuskular perifer

Resiko komlikasi dalayed unionn non-union dan mal-union

Resiko syok hipovolemik

Page 7: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

PATWEY FRAKTUR FIBIA TIBULA

7

Ketidakefektifan koping keluarga

Nyeri Hambatan Mobilitas fisik

Resiko tinggi trauma

Defisik perawatan diri

Gangguan citra diri

Ketidakefektipan Koping

Ansietas Defisiensi pengetahuan dan informasi

Trauma pada ektremitas bawah

Kekuatan daya trauma lebih besar dari pada kemampuan daya menahan dari

tulang kursis

Fraktur kursis

Fraktur kursis tertutup

Kerusakan pembuluh darah

Kerusakan Neurovaskular

Kurang informasi, salah informasi

pengobatan

Fraktur kursis terbuka

Prosedur pemasangan OREF

Prosedur pemasangan traksi

& gips

Prosedur pemasangan

fiksasi internal

Adanya Port entree Vaskularisasi yg kurang pada ujung

fragmen

Perubahan peran dalam keluarga, biaya oprasi dan perubahan gaya

hidup

Resiko sindrom kompartemen

Banyak darah yang keluar

1.Kerusakan fragmen tulang

2.Spasme otot3.Cedra jaringan lunak4.Alat imbolisasi5.Kerusakan

neuromuskular6.Deformitas

Salah interpretasi dlm mencari pertolongan

Keterbatasan pergerakan fisik, tirah

baring lama

Resiko terjadi komlikasi

frakturResiko tinggi

infeksi

Adanya luka dan OREF yang

berhubungan langsung dengan

tulang

Resiko komlikasi dalayed union, non-onion dan mal-union

- Keluhan nyeri- Keterbatasan melakukan

pergerakan- Penurunan kemampuan otot- Perubahan bentuk tubuh- Perubahan status psikologis- Perubahan status peran dlm

keluarga- Pemenuhan informasi

program pengobatan

Adanya luka (port de entree)

Resiko Infeksi

Tirah baring lama, penekanan lokal

Perubahan sirkulasi embolisme lemak

Kerusakan intregitas kulit

Resiko disfungsi neurovaskular

perefer. Resiko fat Embolism Sydrome

Resiko syok hipovelemik

Page 8: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

2.5 Manifestasi klinis

Fraktur femur dan tibia fibula hampir sama pada klinis fraktur umum tulang

panjang yaitu nyeri hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstrimitas atas

karna kontraksi oto, krepitasi, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada

kulit akbat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur.

2.6 Penatalaksanaan

A. Fraktur Femur

1. Penatalaksanaan yang dilakukan hampir sama dengan

penatalaksanaan patah tulang panjang lainya Yaitu :

Terpi konservatif : traksi kulit merupakan pengobatan sementara

sebelum dilakukan trapi difinitif untuk mengurangi spasme otot.

Terapi operatif yaitu dengan pemasangan plate atau screw terutama

pada fraktur proksimal dan distal femur, mempergunakan K-nail,

AO-nail, atau jenis-jenis lain, baik dengan oprasi tertutup maupun

terbuka. Indikasi K-nail, AO-nail terutama adalah fraktur diafisis,

fiksasi eksternal terutama pada fraktur segmental, fraktur

kominutif, Infected pseudoarthrosis, atau fraktur terbuka dengan

kerusakan jaringan lunak yang hebat.

2. Pada fraktur batang femur tertutup yaitu :

a. Trapi konservatif

b. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum

dilakukan definitif untuk mengurangi spasme otot.

c. Traksi tulang berimbang dengan bagian pearson pada sendi

kulit. Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat

komunitif dan segmental.

d. Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi

union fraktur secara klinis.

e. Trapi operatif

8

Ketidakefektipan koping keluarga

Nyeri Hambatan Mobilitas fisik

Ketidakefektipan koping individu

Gangguan citra diri

Resiko tinggi

Defisit perawatan diri

Ansietas Defesiensi pengetahuan dan

informasi

Page 9: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

f. Pemasangan plate dan screw.

B. Fraktur tibia fibula

Penatalaksanaan fraktur tibia fibula terbuka yaitu :

NON OPERATIF

a. Reduksi

Reduksi yaitu trapi fraktur dengan cara menggantungkan kaki

dengan tarikan traksi.

b. Imbolisasi

Imbolisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah

dengan gips, dalam 7-10 hari, atau diberikan selama 3-4

minggu.

c. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan

Dalam pemyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan

pemeriksaan rotgen tiap 6 atau 8 minggu. Program penyebuhan

dengan latihan berjalan, rehabilitasi ankel, memperkuat otot

kuadrisef yang nantinya diharapkan dapat mengembalikan ke

fungsi normal.

OPERATIF

Penatalaksanaan fraktur dengan Oprasi, memiliki 2 indikasi yaitu :

a. Absolut

1. Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga

memerlukan operasi dalam penyembuhan dan perawatan

lukanya.

2. Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki

mobilitas pasien, juga mengurangi nyeri.

b. Relatif, jika adanya

1. Pemendekan

2. Fraktur tibia dengan fibula intak

3. Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama

2.7 Pemeriksaan diagnostik Fraktur femur dan tibia fibula

A. Fraktur femur

1. CT-Scan

2. MRI

9

Page 10: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

B. fraktur tibia fibula

1. Foto Polos cruris AP lateral

2. Foto Thorax

3. Pemeriksaan Laboratorium

d. Darah Lengkap

e. Kimia Darah

f. Koagulasi dan trombosit

g. HbsAg

h. Elektrolit

2.8 Komplikasi

Menurut Long (2000), komplikasi fraktur dibagi menjadi :

Immediate complication yaitu komplikasi awal dengan gejala :

- Syok neurogenik

- Kerusakan organ syaraf

Early complication

- Kerusakan arteri

- Infeksi

- Sindrom kompartemen

- Nekrosa vaskule

- Syok hipovolemik

- Late complication

- Mal union

- Non union

- Delayed union

10

Page 11: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

Konsep Asuhan Keperawatan Klien dengan fraktur femur

A. PENGKAJIAN

1. Anamnesis

a. Identitas klien, meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat agama, bahasa yang

digunakan status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,

nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS) dan diagnosis medis.

b. Riwayat penyakit sekarang. Kaji kronologi terjadi trauma, yang menyebabkan patah

tulang paha, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah berobat

kedukun patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan, perawat

dapt mengetahui luka kecelakaan lain.

c. Riwayat penyakit dahulu . penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan

penyakit paget yang menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit

menyambung. selain itu klien diabetes dengan luka dikaki sangat beresiko

mengalami osteomielitis akut dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses

penyambungan tulang.

d. Riwayat penyakit keluarga. Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah

tulang paha adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, sperti osteoporosis yang

sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cendrung

diturunkan secara genetik.

e. Riwayat psikososialspiritual. Kaji respons emosi klien terhadap penyakit yang

dideritanya, peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respons atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam

masyarakat.

2. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik bagi dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum

(status general ) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat

(lokal)

a. Keadaan umum , keadaan baik buruknya klien. Tanda-tanda yang perlu dicatat

adalah kesadaran klien ( apatis, sopor, koma, gelisah, kompos metis yang

bergantugn pada keadaan klien ), kesakitan atau keadaan penyakit ( akut, kronis,

ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut ).

b. B1 ( breathing ). Pada pemeriksaan sistem pernapasan, didapatkan bahwa klien

fraktur femur tidak mengalami kelainan pernapasan.

c. B2 ( blood ). Ispeksi: tidak ada iklus jantung. Palpasi : nadi meningkat, iklus tidak

teraba. Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

11

Page 12: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

d. B3 ( brain )

1) Tingkat kesadaran, biasanya kompos mentis

2) Pemeriksaan fungsi serebral. Status mental : observasi penampilan dan tingkah

laku klien. Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.

3) Pemeriksaan refleks. Biasanya tidak didapatkan reflek-reflek patologis

4) Pemeriksaan sensori. Daya raba klien fraktur femur berkurang terutama pada

bagian distal fraktur, sedangkan indra yang lain dan kognitifnya tidak mengalami

gangguan. Selain itu, timbul nyeri akibat fraktur.

e. B4 ( Bladder ) kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah dan krakteristik urine,

termasuk berat jenis urine. Biasanya klien fraktur femur tidak mengalami pada

sistem ini.

f. B5 ( Bowel ). Ispeksi abdomen : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi:

turgor baik, tidak ada defans muskular dan hepar tidak teraba. Perkusi : suara

timpani. Auskultasi : paristaltik usus normal 20 kali/menit.

g. B6 ( Bone ). Adanya fraktur pada femur akan menganggu secara lokal, baik fungsi

motorik, sensorik, maupun peredaran darah.

h. Look. Pada sistem intergumen terdapat eritema, suhu daerah trauma meningkat,

bengkak, edema dan nyeri tekan. Perhatikan pembengkakan yang tidak biasa

( abnormal ) dan deformitas.

i. Feel. Kaji adanya nyeri tekan ( tendreness ) dan krepitasi pada daerah paha

j. Move. Setelah pemeriksaan feel, pemeriksaan dilanjutkan dengan menggerakan

ekstremitas, kemudian perawat mencatat apakah ada keluhan nyeri pada

pergerakan. Pencatatan rentang gerak ini perlu dilakukan agar dapat mengevaluasi

keadaan sebelum dan sesudahnya. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada

gangguan gerak ( mobilitas ) atau tidak. Gerakan yang dilihat adalah gerakan aktif

dan fasip. Berdasarkan pemeriksaan didapatkan adanya gangguan/keterbatasan

gerak tungkai, ketidakmampuan menggerakan kaki, dan penurunan kekuatan otot

ektremitas bawah dalam melakukan pergerakan

k. Pola aktifitas. Karna timbul rasa nyeri, gerak menjadi terbatas.

l. Pola isterahat tidur. Semua klien fraktur merasakan nyeri dan gerakannya terbatas

sehingga dapat menganggu pola dan kebutuhan tidur klien.

B. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan utama pada fraktur femur, baik fraktur terbuka maupun tertutup

adalah sebagai berikut :

12

Page 13: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

1. Nyeri

2. Hambatan mobilitas fisik

3. Defisit perawatan diri

4. Resiko tinggi trauma

5. Resiko tinggi infeksi

6. Kerusakan intergritas kulit

7. Ansietas

C. Intervensi

Dx. 1

1. Nyeri akut B/d pergerakan fragmen tulang, kompresi saraf, cedra neuromuskular,

trauma jaringan, dan spasme otot sekunder.

Tujuan perawatan : Nyeri berkurang, hilang atau teratasi.

Kreteria hasil : Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi,

mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri. Klien tidak gelisah.

Skala nyeri 0-1 atau teratasi.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Kaji nyeri dengan skala 0-4.

Atur posisi imobilisasi pada paha.

Bantu klien dalam mengidentifikasi

faktor pencetus.

Jelaskan dan bantu klien dengan

tindakan pereda nyeri nonfarmokologi

dan nonnivasif.

Ajarkan relaksasi :

Tehnik-tehnik mengurangi ketegangan

otot rangka yang dapat mengurangi

Nyeri merupakan respons subjektif yang

dapat dikaji dengan menggunakan skala

nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di

atas tingkat cedra.

Imbolisasi yang adekuat dapat mengurangi

pergerakan fragmen tulang yang menjadi

unsur utama penyebab nyeri pada daerah

paha.

Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan,

ketegangan, suhu distensi kandung kemih,

dan berbaring lama

Pendekatan dengan menggunakan

relaksasasi dan non farmokologi lainya

efektif dalam mengurangi nyeri.

Tingkat ini akan melancarkan peredaran

darah sehingga kebutuhan Oksigen pada

jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.

13

Page 14: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

intesitas nyeri. Tingkatkan relaksasi

masase.

Ajarkan metode distraksi selama nyeri

akut.

Berikan kesempatan waktu isterahat

bila terasa nyeri dan berkaitan dengan

posisi yang nyaman, misalnya waktur

tidur, belakang tubuh klien dipasang

bantal kecil.

Tingkatkan pengetahuan tentang

sebab-sebab nyeri dan hubungkan

dengan beberapa lama nyeri akan

berlangsung.

Observasi tingkat nyeri dan respons

motorik klien 30 menit. Setelah

pemberian obat analgesik untuk

mengkaji efektivitasnya dan 1-2 jam

setelah tindakan perawatan selama 1-2

hari

Menghilangkan perhatin klien terhadap

nyeri ke hal-hal menyenangkan.

Isterahat merelaksasikan semua jaringan

sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

Pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri

membantu mengurangi nyeri. Hal ini dapat

membantu meningkatkan kapatuhan klien

terhadap rencana terapeutik.

Dengan pengkajian yang optimal, perawat

akan mendapatkan data yang objektif untuk

mencegah kemungkinan komplikasi dan

melakukan intervensi yang tepat.

DX.2

2. Hambatan mobilitas fisik B/d diskontinuitas jaringan tulang, nyeri sekunder akibat

pergerakan fragmen tulang, dan pemasangan traksi.

Tujuan perawatan : Klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan

kemampuanya.

Kreteria Hasil : Klien dapt ikut serta dalam program latihan, tidak mengalmi kontraktur

sendi, kekuatan otot bertambah, dan klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan

mobilitas.

INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI

Kaji mobilitas yang ada dan observasi

adanya peningkatan kerusakan. Kaji

secara teratur fungsi motorik.

Atur posisi imbolisasi pada paha

Mengetahui tingkat kemampuan klien

dalam melakukan aktivitas.

Imbolisasi yang adekuat dapat mengurangi

14

Page 15: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

Ajarkan klien melakukan latihan gerak

aktif pada ekstremitas yang tidak sakit.

Bantu klien melakukan latihan ROM dan

perawatan diri sesuai toleransi.

KOLABORASI

Kolaborasi dengan ahli fisiotrapi untuk

latihan fisik klien.

pergerakan fragmen tulang yang menjadi

unsur utama penyebab nyeri pada paha.

Gerakan aktif memberikan massa, tonus,

dan kekakuan otot, serta memperbaiki

fungsi jantung dan pernapasan.

Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi

sesuai kemampuan.

Kemampuan mobilitas ekstrimitas dapat

ditingkatkan dengan latihan fisik dan tim

fisiotrapi.

DX.3

3. Defisit perawatan diri B/d kelemahan neuromuskular dan penurunankekuatan paha.

Tujuan Perawatan : Perawatn diri klien dapat terpenuhi.

Kreteria Hasil : Klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan

merawat diri, mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat

kemampuan, dan mengidentifikasi individu/masyarakat yang dapat membantu.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan dan tingkat penurunan

dalam skala 0-4 untuk melakukan

aktivitas hidup sehari-hari.

Hindari apa yang tidak dapt dilakukan

klien dan bantu bila perlu.

Ajak klien untuk berpikir positif terhadap

kelemahan yang dimilikinya. Berikan

motivasi dan izinkan klien melakukan

tugas, dan berikan umpan balik positif

atas usahanya.

Rencanakan tindakan untuk mengurangi

pergerakan pada sisi paha yang sakit,

seperti tempatkan makanan dan

peralatan dekat dengan klien.

Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan

Membantu dalam mengantisipasi dan

merencanakan pertemuan untuk

kebutuhan individu.

Hal ini dilakukan untukmencegah frustasi

dan menjaga harga diri klien

Klien mengeluarkan empati. Perawat perlu

mengetahui perawatan yang konsisten

dalam menangani klien. Intervensi

tersebut dapt meningkatkan harga diri,

memandikan klien, dan menganjurkan

klien untuk terus mencoba.

Klien akan lebih mudah mengambil

peralatan yang diperlukan karena dekat

dengan lengan yang sehat.

Meningkatkan latihan dapat membantu

15

Page 16: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

minum dan meningkatkan latihan mencegah konstipasi.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTUR TIBIA FIBULA

C. PENGKAJIAN

1. Anamnesis

16

Page 17: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

a. Identitas klien, meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamt, agama bahasa yang

digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,

nomor register, tanggal dan masuk rumah sakit (MRS), dan diagnosis medis.

b. Riwayat penyakit sekarang. Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan

patah tulang kursis, pertolongan apa yang didapatkan, dan apakah sudah berobat

kedukun patah selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan,

perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.

c. Riwayat penyakit dahulu. Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke

dukun patah sebelumnya sering mengalami mal-union. Penyakit-penyakit tertentu,

sperti kanker tulang dan penyakit paget menyebabkan praktur patologissehingga

tulang sulit menyambung.

d. Riwayat penyakit keluarga. Penyakit keluarga yang berbungan dengan patah tulang

kursis adalah salah satu faktor presdisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis

yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang cendrung diturunkan

secara genetik.

e. Riwayat psikososialspiritual. Kaji respons emosi klien terhadap penyakit yang

dideritanya, peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respons atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam

masyarakat.

2. Pemeriksaan fisik . Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan fisik secara

umum (Status General) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan

setempat (Lokal).

a. Keadaan umum : Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda yang perlu dicatat

adalah kesadaran klien (apatis, sopor, koma, gelisah, kompes metisyan bergantung

pada keadaan klien), kesakitan atau keadaan penyakit ( akut, kronis, ringan, sedang,

berat dan pada kasus fraktur biasanya akut ).

b. B1 (Brathing). Pada pemeriksaan sistem penapasan, didapatkan bahwa klien fraktur

tibia-fibula tidak mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, didapatkan

taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak ditemukan suara

napas tambahan.

c. B2 ( blood ). Ispeksi: tidak ada iklus jantung. Palpasi : nadi meningkat, iklus tidak

teraba. Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

d. B3 ( brain )

1). Tingkat kesadaran, biasanya kompos mentis

17

Page 18: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

2). Pemeriksaan fungsi serebral. Status mental : observasi penampilan dan tingkah

laku klien. Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.

3). Pemeriksaan refleks. Biasanya tidak didapatkan reflek-reflek patologis

e. B4 ( Bladder ) kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah dan krakteristik urine,

termasuk berat jenis urine. Biasanya klien fraktur femur tidak mengalami pada

sistem ini.

f. B5 (Bladder). Ispeksi abdomen : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi :

Turgor baik, tidak ada defans muskular dan hepas tidak teraba. Perkusi : Suara

timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi : Peristaltik usus normal 20

kali/menit. Inguinal-genita-lia-anus : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe

dan tidak ada kesulitan BAB.

g. B6 (Bone). Adanya fraktur tibia-fibula akan mengganggu secara lokal, baik fungsi

motorik, sensorik, maupun peredaran darah.

h. Look. Perhatikan adanya pembengkakan yang tidak biasa (Abnormal) dan deformitas.

Pada bagian ini sering terjadi patah tulang terbuka sehingga ditemukan adanya

tanda-tanda trauma jaringan lunak sampai kerusakan interegitas kulit dan

penonjolan tulang keluar kulit. Ada tanda-tanda cedra dan kemungkinan keterlibatan

berkas neurovaskuler ( saraf dan pembuluh darah ) tungkai, seperti bengkak/edema.

Ada ketidakmampuan menggerakan kaki dan penurunan kekuatan otot ektremitas

bawah dalam melakukan pergerakan.

i. fell. Kaji nyeri tekan dan krepitasi pada daerah tungkai bawah.

j. Move. Pemeriksaan yang didapatkan adalah adanya gangguan/keterbatasan gerak

ektremitas bawah.

3. Pemeriksaan Radiologi

Dengan pemeriksaan Radiologi, perawat dapat menentukian lokasi fraktur, jenis fraktur,

apakah fraktur terjadi ditibia dan fibula atau hanya tibia saja atau fibula saja, selain itu

perawat juga dapat menentukan apakah fraktur bersifat segmetal.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah keperawatan utama pada fraktur tibia-fibula, baik fraktur terbuka maupun tertutup

adalah sebagai berikut :

1. Nyeri

2. Hambatan mobilitas fisik

3. Defisit perawatan diri

18

Page 19: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

4. Resiko tinggi trauma

5. Resiko tinggi infeksi

6. Kerusakan intergritas kulit

7. Ansietas

E. INTERVENSI

DX.1

1. Nyeri akut B/d pergerakan fragmen tulang, komprensi saraf, cedera neuromuskular

trauma jaringan, dan refleks spasme otot sekunder.

Tujuan Perwatan : Nyeri berkurang, hilang atau teratasi.

Kreteria Hasil : Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi,

mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri. Klien tidak gelisah.

Skala nyeri 0-1 atau teratasi.

Intervensi RASIONAL

MANDIRI

Kaji nyeri dengan skala 0-4.

Atur posisi imbolisasi pada tungkai bawah.

Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor

pencetus.

Jelaskan dan bantu klien terkait dengan

tindakan pereda nyeri nonfarmokologi dan

nonisifatif.

Ajarkan relaksasi :

Teknik-teknik mengurangi ketegangan otot

Nyeri merupakan respons subjektif yang

dapat dikaji dengan menggunakan skla

nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di

atas tingkat cedra.

Imbolisasi yang adekuat dapat mengurangi

pergerakan fragmen tulang yang menjadi

unsur utama penyebab nyeri tungkai bawah

Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan,

ketegangan, suhu, distensi kandung kemih,

dan berbaring lama.

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi

dan non farmokologi lainya efektif dalam

mengurangi nyeri.

Teknik ini akan melancarkan peredaran

darah sehingga kebutuhan Oksigen pada

19

Page 20: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

rangka yang dapat mengurangi intesitas

nyeri dan meningkatkan relaksasi masase.

Ajarkan metode distraksi selama nyeri

akut.

Berikan kesempatan waktu isterahat bila

terasa nyeri dan berikan posisi yang

nyaman, misalnya waktu tidur, belakang

tubuh kita dipasang bantal kecil.

Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-

sebab nyeri dan hubungkan dengan berapa

lama nyeri akan berlangsung.

Observasi tingkat nyeri dan respons

motorik klien 30 menit setelah pemberian

obat analgesik untuk mengkaji

efektivitasnya dan setiap 1-2 jam setelah

tindakan perawatan selama 1-2 hari.

jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.,

Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri

ke hal-hal yang menyenangkan

Isterahat mereklaksasikan semua jaringan

sehingga meningkatkan kenyamanan.

Pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri

membantu mengurangi nyeri. Hal ini dapat

membantu meningkatkan kepatuhan klien

terhadap rencana teraupetik.

Setelah melaksanakan pengkajian yang

optimal, perawat akan memperoleh data

yang objektif untuk mencegah

kemungkinan komplikasi dan melakukan

intervensi.

DX.2

2. Hambatan mobilitas fisik B/d diskontinuitas jaringan tulang, nyeri sekunder akibat

pergerakan fragmen tulang, pemasangan fiksasi ekternal.

Tujuan perawatan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan

kemampuannya.

Kreteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak mengalami kontraktur

sendi, kekuatan otot bertambah, dan klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan

mobilitas.

INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI

Kaji mobilitas yang ada dan observasi

adanya peningkatan kerusakan. Kaji

Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam

melakukan aktivitas.

20

Page 21: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

secara teratur fungsi motorik.

Atur posisi imbolisasi pada tungkai

bawah.

Ajarkan klien melakukan latihan gerak

aktif pada ekstremitas yang tidak

sakit.

Bantu klien melakukan latihan ROM

dan perawatan diri sesuai toleransi.

KOLABORASI

Kolaborasi dengan ahli fisiotrapi untuk

melatih fisik klien

Imbolisasi yang adekuat dapat mengurangi

fragmen tulang yang menjadi unsur utama

penyebab nyeri pada tungkai bawah.

Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan

kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung

dan pernapasan.

Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai

kemampuan.

Kemampuan mobilitas ektremitas dapat

ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim

fisiotrapi.

Dx. 3

3. Resiko tinggi trauma B/d hambatan mobilitas fisik, pemasangan fiksasi ektrenal,

pemasangan gips spalk dengan bebat.

Tujuan perawatan : Resiko trauma tidak terjadi.

Kreteria Hasil : Klien mampu berpatisipasi dalam pencegahan trauma.

INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI

Pertahankan imbolisasi pada tungkai

bawah.

Bila klien menggunakan gips, pantau

adanya penekanan setempat dan sirkulasi

perifer.

Bila terpasang bebat, sokong fraktur

Meminimalkan ransangan nyeri akibat

gesekan antara fragmen tulang dengan

jaringan lunak di sekitarnya.

Mendeteksi adanya sindrom kompartemen

dan menilai secara dini adanya gangguan

sirkulasi pada bagian distal tungkai bawah.

Mencegah perubahan posisi dengan tetap

21

Page 22: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

dengan bantal atau gulungan selimut untuk

mempertahankan posisi yang netral.

Evaluasi bebat terhadap resolusi edema.

Pantau fiksasi ektrenal :

Evaluasi adanya bagian tajam dari fiksasi

ektrenal.

Jangan tutup fiksasi ekternal dengan

selimut atau kain.

Beri tahu kepada klien agar tidak

menginjakan kaki yang telah dipasang

fiksasi ekternal.

mempertahankan kenyamanan dan

keamanan.

Bila fase edema telah lewat, kemungkinan

bebat menjadi longgar dapat terjadi.

Adanya bagian tajam pada fiksasi ekternal

memungkinkan trauma pada kulit klien.

Adanya bagian tajam dapat dimanipulasi

dengan memberikan penumpul pada

ujung-ujung bagian yang tajam.

Menghindari ketidaktahuan orang lain

terhadap adanya pemasangan fiksasi

ekternal pada klien.

Mencegah terjadinya perubahan posisi

akibat pergerakan fragmen tulang dari

menahan berat tubuh.

BAB III

A. Kesimpulan

B. Saran

22

Page 23: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin, Arif (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Kneale, Davis.2011. Keperawatan Oetopedik & Trauma. Penerbit : EGC. Jakarta

23

Page 24: Askep Pertusis Pada Anak (Repaired)

Lukman, Ningsih. N. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Penerbit Selamba Medika : Jakarta

http://www.scribd.com/doc/69920506/Fraktur-Femur

http://www.slideshare.net/IndahTriayu/fraktur-tibia

24